h. Drama sebagai Interpretasi Kehidupan
Setiap pengarang
tidak sama
dalam melihat
dan menginterpretasikan sisi kehidupan. Tontonan atau naskah yang
dihasilkan akan ditentukan oleh bagaimana sikap penulis dalam menginterpretasikan kehidupan ini. Drama mempunyai kekayaan batin
yang tiada tara sebagai interpretasi terhadap kehidupan. Kehidupan yang ditiru oleh penulis drama dalam lakon diberi aksentuasi-
aksentuasi sesuai dengan sisi kehidupan mana yang akan ditonjolkan oleh penulis. Hal yang ditonjolkan itu akan menentukan konflik yang
dibangun. Konflik yang tergambar dalam pertikaian antara tokoh protagonis
dan tokoh
antagonis akan
membangun dan
mengembangkan plot. Potret kehidupan pun akan menjadi cermin bagi penonton untuk menyaksikan gejolak batinnya sendiri Waluyo,
2002:30-31.
2. Pendekatan Strukturalisme
Struktur secara etimologis berasal dari kata Structure, dalam bahasa latin yang berarti bentuk atau bangunan. Struktur berasal dari kata
Structura Latin berarti bentuk, bangunan kata benda. System Latin berarti cara kata kerja. Asal usul strukturalis dapat dilacak di dalam
Poetica Aristoteles, dalam kaitannya dengan tragedi, lebih khusus lagi dalam pembicaraannya mengenai plot. Plot memiliki ciri-ciri: kesatuan,
keseluruhan, kebulatan, dan keterjalinan Teeuw, 1984:121-134.
Ratna 2007:91
menyatakan bahwa
secara definitif
strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antarhubungannya, disatu pihak antarhubungan
unsur yang satu dengan unsur lainnya, dipihak lain hubungan antara unsur unsur dengan totalitasnya. Tujuan analisis struktural adalah membongkar
dan memaparkan secermat mungkin keterkaitan dan keterjalinan berbagai unsur yang secara bersama-sama membentuk makna Teeuw dalam Al
Ma’ruf, 2010:21.
Karya sastra merupakan sebuah struktur, dalam arti bahwa karya sastra
itu merupakan
struktur tanda-tanda
bermakna. Tanpa
memperhatikan sistem tanda, tanda, dan maknanya unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik , saling menentukan Pradopo, 2009: 118. Analisis
Struktural merupakan tahap awal penelitian sastra yang sangat penting untuk dilakukan. Sebelum melakukan pemaknaan terhadap sebuah karya
sastra, terlebih dahulu kita mengetahui makna struktural karena makna struktural memungkinkan makna yang optimal. Hal ini bukan berarti
analisis struktural merupakan tugas utama dan akhir dalam penelitian sastra Teeuw, 1984:45.
Jean Piaget dalam Ratna, 2007:84 menyatakan tiga dasar strukturalisme, yaitu: a kesatuan, sebagai koherensi internal, b
transformasi, sebagai pembentukan bahan-bahan baru secara terus- menerus, dan c regulasi diri, yaitu mengadakan perubahan dengan
kekuatan dari dalam.
Pendekatan strukturalisme dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan kesusastraan yang menekankan kajian hubungan antarunsur
pembangun karya yang bersangkutan. Unsur-unsur tersebut adalah tema, fakta cerita, dan sarana sastra. Tema adalah makna sebuah cerita yang
khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara sederhana. Fakta fact meliputi alur, latar, dan penokohan. Sarana sastra literary
device adalah teknik yang digunakan pengarang untuk memilih dan menyusun detail-detail menjadi pola yang bermakna Nurgiyantoro,
2009:36-37. Strukturalisme pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang
dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur. Struktur dalam pandangan ini, karya sastra diasumsikan sebagai
fenomena yang memiliki struktur yang saling terkait satu sama lain. Kodrat struktur ini akan bermakna apabila dihubungkan dengan struktur
lain Endraswara, 2003:49. Strukturalisme memasukkan gejala kegiatan atau hasil kehidupan termasuk sastra ke dalam suatu kemasyarakatan,
atau sistem makna yang terdiri dari struktur yang mandiri dan tertentu dalam antar hubungan Jabrohim, 2001:60-67.
Pada dasarnya, teknik pelaksanaan pendekatan strukturalisme itu ialah menganalisis struktur karya sastra, mencari atau menentukan sejauh
mana keberhubung atau keterjalinan unsur-unsur karya sastra itu bersama –
sama dalam menghasilkan makna totalitas. Pendekatan ini bukannya
menganalis unsur-unsur atau bagian-bagian kemudian menjumlahkannya Suyitno, 2009:25.
3. Pendekatan Sosiologi Sastra