Pengaruh variabel-variabel biaya agensi dan pertumbuhan terhadap kebijakan dividen : studi empiris di bursa efek indonesia

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

IDENTITAS PRIBADI
1. Nama

: Desi Rosita

2. Jenis kelamin

: Perempuan

3. Tempat dan Tanggal lahir

: Jakarta, 29 Oktober 1984

4. Alamat

: Jl. Swadharma Raya 62, UlujamiPesanggrahan. Jakarta Selatan.


5. Telepon
II.

III.

: 081585177190 dan 083890383017

PENDIDIKAN
6. Tahun 1990-1997

: SDN 1 Sidakaton

7. Tahun 1997-2000

: SLTPN 1 Dukuhturi

8. Tahun 2000-2003

: SMKN 1 Brebes


9. Tahun 2004-2008

: UIN Syarif Hidayatullah.

PENGALAMAN ORGNISASI
1. LDK Syahid Komda FEIS Staff Divisi Keputrian 2005
2. LDK Syahid Komda FEIS Divisi Dana dan Usaha 2006

IV.

PENGALAMAN KERJA
1. Magang di PT Ksatria Wicaksana divisi umum
2. Magang di Bank BTN divisi Accounting.

1

ABSTRAC

This research aims to analyze the influence of the agency cost variables to
the dividen policy. Agency variables that used in this research are the Insider

Ownership, Dispersion Ownership, Free Cashflow, DER. This research had done
to 36 samples of the manufactor factories which listed in BEI during the year
2004-2006. The statistical method which used to analyse the hypothesis of this
research is the multiple regression.
The test result of the regression shows that Insider Ownership,
Dispersion Ownership significantly affected to DPR, meanwhile the Free
cashflow, DER, and Growth was not affect significantly. The research also
indicates that the DPR variable could be explained by the fifth variable of the
agency cost on 47,9%, whereas the rest 52,1% could be explained by other
variables.
Key word : Agency cost, dividen policy.

2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Variabel-Variabel
biaya Agensi dan pertumbuhan terhadap Kebijakan Dividen. Variabel –variabel
agensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Insider Ownership, Dispersion
Ownership, Free Cashflow, Debt Equity Ratio (DER). Pengujian dilakukan

terhadap 36 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2004-2006. Metode statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian adalah regresi berganda.
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa Insider Ownership, Dispersion
Ownership berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan variabel Free
Cashflow, DER dan Growth tidak berpengaruh terhadap DPR. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa variabel DPR dapat dijelaskan oleh kelima variabel biaya
agensi sebesar 47,9%, sedangkan sisanya sebesar 52,1% dijelaskan oleh variabel
lain.

Kata kunci : Biaya agensi, Kebijakan Dividen.

3

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Robbi atas segala
rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya, segala nikmat yang tidak terkira.
Semoga kita senantiasa mendapatkan hidayah-Nya, sehingga kita termasuk dalam
orang-orang yang berada pada jalan yang benar. Shalawat serta salam kepada

Nabi Besar Muhammad SW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah
membawa cahaya, agar kita tidak tersesat dan selalu berada di jalan Allah SWT.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Variabel-Variabel Biaya Agensi dan
Pertumbuhan Terhadap Kebijakan Dividen”(Studi empiris di Bursa Efek
Indonesia). Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya kemampuan dan pengalaman
penulis miliki. Namun demikian penulis berusaha sesuai dengan kemampuan,
dengan harapan bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Penulis juga mengharapkan adanya saran yang membangun bagi kesempurnaan
skrpsi ini.
Skripsi yang penulis selesaikan ini merupakan salah satu dari banyaknya
nikmat yang telah Dia berikan. Selesainya skripsi ini juga tak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, baik moril maupun materiil, serta dukungan ilmu yang
membantu bagi terselesaikannya skripsi ini dengan baik. Dan dalam kesempatan
ini penulis ingin mendedikasikan skripsi ini dan menyampaikan rasa terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Allah SWT yang selalu memberikan detik kehidupan, serta rahmat dan
karunianya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini
2. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu melimpahkan kasih sayang, perhatian, dan
dukungan baik moral, spiritual, maupun material pada penulis. Kasih sayang

yang diberikan begitu tulus sehingga menjadi motivasi bagi penulis dalam
menjalani hidup. I love u all, you are the best parent.
3. Adik-adikku tercinta ( Ipin, Mely, dan Idris) yang selalu mendukung dan
memberikan semangat untuk mengerjakan skripsi ini. Thanks dah jadi ade
yang nurut.

4

4. My uncle B&I, yang sampai detik ini selalu memberikan motivasi dan
perhatiannya, makasih yah tas bukunya,,,
5. Bapak prof. Dr. Abdul Hamid, Ms selaku dekan terpilih yang selalu
memberikan motivasi kepada mahasiswanya.
6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Kepala Jurusan Manajemen serta
sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak membantu penulis menyusun
skripsi ini.
7. Ibu Titi Dewi Warninda SE, Msi sebagai dosen pembimbing 2 yang dengan
sabar selalu memberikan masukan yang sangat membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
8. Ka Aminah,, thanks dah jadi MR sekaligus kaka yang baik,,,,maf kalau selama
ini bikin kesel…makasih atas ilmunya………

9. Heny, Neng, Fatimah, Rahma n Khodijah (DJ), makasih dah mau jadi temen
yang baik, mudah2an ukhuwah ini takan lekang oleh waktu dan jarak.
10. Terima kasih atas kebersamaan, persahabatan dan bantuannya untuk kelas
manajemen D angkatan 2004 khususnya Eni, Dian, Wihda, Rini, Yesi, Ima.
Hana, ari, maya, ika, dira n Parni, semoga persabatan kita tidak akan pernah
terputus walaupun kita sudah jarang ketemu.
11. seluruh sahabat FEIS apapun jurusannya yang selalu mendukung, mendoakan,
dan memberikan semangatnya untuk mengerjakan skripsi ini.
12. Seluruh kanca-kanca IMT (Ikatan Mahasiswa Tegal),khususnya para srikandi
IMT yang selalu memberi semangat kepada penulis, semangat yooooooooooo
13. Mas Birin n Mas Edy ,makasih atas masukannya….
14. Teman-teman SD aku yang sampai sekarang masih kompak, khususnya Anie,
Sumrti and Darwati.
15. Ka farik and D-ning, makasih yah dah bantuin desi bikin abstak……
16. Teman-teman LDK KomDa FEIS, terima kasih atas support n doanya.

5

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan kritikan

yang membangun dari semua pihak, sehingga pada akhirnya tulisan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak Amin.

Jakarta, 4 Februari 2008

Desi Rosita

6

DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………………..i
Abstrac…………………………………………………………………….ii
Abstrak…………………………………………………………………….iii
Kata Pengantar……………………………………………………………..vi
Daftar Tabel ………………………………………………………….......viii
Daftar Isi…………………………………………………………................ix
Daftar Gambar………………………………………………………………x
Daftar Lampiran…………………………………………………………….xi


BAB I.

Pendahuluan

A. Latar Belakang Penelitian…………………………………………….1
B. Perumusan Masalah…………………………………………………...7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………….…….7
BAB II.

Tinjauan Pustaka

A. Pengertian Teori Agensi
1. Pengertian Teori Agensi………………………………………9
2. Hubungan Keagenan………………………………………….11
B. Dividen
1. Pengertian Dividen……………………………………………….18
2. Macam-macam Dividen…………………………………………..20
3. Faktor-faktor kebijakan dividen…………………………………..23
4. Tipe-tipe kebijakan dividen……………………………………….26
5. Konsep mengenai teori dividen………………………………........27

C. Kerangka Pemikiran…………………………………………………...29
D. Hipotesis………………………………………………………………32
E. Penelitian Sebelumnya…………………………………………….......33
BAB III. Metodologi Penelitian
A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………......35

7

B. Metode Penentuan Sampel…………………………………………….35
C. Metode Pengumpulan Data…………………………………………….36
D. Metode Analisis Data
1. Metode Analisis………………………………………………...36
2. Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda…………………………..37
3. Uji Regresi Linier Berganda…………………………………….40
E. Operasional Variabel……………………………………………………42
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
A. Sekilas gambaran umum PT. Bursa Efek Indonesia……………………46
B. Sektor Industri Manufaktur…………………………………………….48
C. Hasil dan Pembahasan………………………………………………….50
1. Analisis Deskriptif……………………………………………..50

2. Pengujian Asumsi Klasik………………………………………57
3. Pengujian Hipotesis Penelitian…………………………………65
BAB V.

Kesimpulan dan Implikasi

A.

Kesimpulan………….……………………………………………..71

B.

Implikasi…………………………………………………………..72

Daftar Pustaka………………………………………………………………….73
Lampiran- lampiran……………………………………………………………76

8

DAFTAR TABEL

No.

Keterangan

Hal

3.1

Durbin Watson ……………………………………………………….38

4.1

Perusahaan-perusahaan yang masuk sampel…………………………49

4.2

DPR tahun 2004-2006………………………………………………..50

4.3

Free Cashflow tahun 2004-2006……………………………………..51

4.4

Growth tahun 2004-2006………………………………………….….53

4.5

DER tahun 2004-2006………………………………………….…….54

4.6

Insider Ownership……………………………………………………55

4.7

Dispersion Ownership……………………………………………….56

4.8

Multikolinearitas……………………………………………………..60

4.9

Autokorelasi sebelum outlier…………………………………………61.

4.10

Autokorelasi setelah outlier………………………………………….62

4.11

L-Jung Box…………………………………………………………...63

4.12

Uji-t…………………………………………………………………..65

4.13

Uji F………………………………………………………………….68

4.14

Adjusted R-Square……………………………………………………69

9

DAFTAR GAMBAR
No.

Keterangan

Hal

2.1

Kerangka Pemikiran…………………………………………..31

41

Normal P-plot ………………………………………………..58

4.2

Normal P-plot………………………………………………...59

4.3

Scatterplot Heterokedastisitas………………………………..64

10

DAFTAR LAMPIRAN
No

Keterangan

Hal

1.

DPR tahun 2004 – 2006………………………………………76

2.

Free Cashflow tahun 2004-2006………………………………76

3.

Growth tahun 2004 – 2006……………………………….......77

4.

DER tahun 2004 – 2006………………………………………77

5.

Insider Ownership 2004 – 2006……………………………..78

6.

Dispersion Ownership 2004 – 2006………………………….78

7.

Output sebelum outlier………………………………………..79

8.

Histogram sebelum outlier…………………………………….81

9.

Normal P-plot…………………………………………………82

10.

Scatterplot…………………………………………………….83

11.

Output setelah outlier…………………………………………84

12.

Histogram……………………………………………………..86

13.

Normal P-plot ………………………………………………..87

14.

Scatterplot.

………………………………………..89

11

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Keputusan pembagian dividen merupakan suatu masalah yang sering
dihadapi oleh perusahaan. Manajemen sering mengalami kesulitan untuk
memutuskan apakah akan membagikan dividennya atau akan menambah laba
untuk diinvestasikan kembali pada proyek-proyek yang menguntungkan guna
meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Berhubungan dengan hal tersebut
maka masalah yang akan timbul adalah bagaimana suatu kebijakan dividen
akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Umumnya

perusahaan

didirikan

dengan tujuan antara

lain

mendapatkan laba, meningkatkan penjualan dan memaksimalkan nilai
perusahaan. Dengan nilai perusahaan yang tinggi maka dapat meningkatkan
jumlah kekayaan para pemilik perusahaan/para pemegang saham. Tujuan ini
dapat diwujudkan melalui keputusan atau kebijakan investasi, pendanaan dan
dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal. Investor yang
menginvestasikan dananya pada sekuritas, sangat berkepentingan terhadap
keuntungan saat ini dan keuntungan dimasa yang akan datang serta adanya
stabilitas dari keuntungan saat ini dan keuntungan dimasa yang akan datang
serta adanya stabilitas dari keuntungan yang akan diperoleh. Investor juga
berkepentingan atas informasi yang berhubungan dengan kondisi atau kinerja
keuangan perusahaan, yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

12

investasi, agar dana yang dinvestasikan tersebut mampu menghasilkan nilai
tambah dimasa yang akan datang dalam bentuk dividen atau capital gain.
Semakin tinggi harga saham berarti kesejahteraan pemilik semakin meningkat.
Pada perusahaan besar, kepemilikan perusahaan biasanya sangat menyebar.
Investor sebagai pemegang saham suatu perusahaan publik yang struktur
kepemilikannya tersebar memiliki hak untuk memilih dewan komisaris
perusahaan. Selanjutnya dewan komisaris akan mengangkat manajer untuk
melakukan aktivitas perusahaan sehari-hari, yang biasanya tidak mempunyai
kepemilikan saham yang besar. Dalam teori para manajer merupakan agen
atau wakil dari prinsipal atau pemilik perusahaan, akan tetapi pada
kenyataannya para manajer inilah yang mengendalikan perusahaan. Oleh
karena itu, akan terjadi pemisahan kepemilikan dan manajer, dan mereka akan
membuat keputusan sesuai dengan posisi dan kepentingan mereka masingmasing. Adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian dapat
mengkibatkan konflik antara pemilik perusahaan dan pihak manajemen.
Tujuan manajemen dapat saja berbeda dari tujuan pemegang saham
(pemilik/principal). Pada perusahaan-perusahaan besar, pemegang saham
sangat banyak sehingga secara individu masing-masing mereka tidak dapat
menyuarakan

tujuannya,

apalagi

mengendalikan

dan

mempengaruhi

manajemen. Pemisahan kepemilikan dan manajemen akan menciptakan situasi
dimana pihak manajemen bertindak untuk kepentingan mereka sendiri dan
bukan kepentingan pemegang saham, untuk selanjutnya situasi seperti ini akan
menimbulkan biaya hubungan agensi (Jensen C.Van Home dan John M.

13

Wackhowicz). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan agensi
sebagai suatu kontrak antara seorang atau lebih (Prinsipal) yang meminta
orang lain (agen) untuk melaksanakan beberapa kegiatan atau pekerjaan bagi
kepentingan prinsipal yang meliputi pemindahan sebagian kewenangan
kepada agen untuk membuat keputusan.
Miguel et, al (2005) dalam D. Agus Harjito dan Nurfaizah (2006
:163), selain perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen. Munculnya
informasi tidak simetri dan konflik kepentingan antara merek dipertimbangkan
sebagai sumber yang sangat penting bagi ketidakefisienan dalam proses
pembuatan keputusan. Perbedaan informasi dan perbedaan kepentingan antara
prinsipal dan agen ini mendorong agen bertindak untuk kepentingan pribadi
dan merugikan prinsipal. Oleh karena itu, kontrak kerja perlu dibuat dalam
hubungan agensi antara prinsipal dan agen untuk mengurangi konflik agensi
yang mungkin terjadi. Dengan demikian fokus teori agensi adalah dalam
menetapkan kontrak yang paling efisien untuk hubungan antara prinsipal dan
agen untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi yang diinginkan.
Secara realitasnya, informasi tidak simetri dan perbedaan kepentingan ini
menimbulkan fenomena dalam pemilikan yang keliru ( adverse selection ) dan
bahaya moral (moral hazard ) dalam sistem keuangan.
Sementara ada beberapa dasar untuk pandangan pengendalian
manajemen ini, ada juga rencana kompensasi bagi para manajer dalam bentuk
bonus yang dikaitkan dengan laba usaha dan kesempatan untuk membeli
saham perusahaan yang akan menciptakan perangsang bagi manajer untuk

14

meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa
pemegang saham pada kenyataannya dapat menggunakan kekurangannya
untuk mengganti manajemen perusahaan. Pada kesempatan tertentu manajermanajer ini akan berupaya untuk mementingkan diri sendiri yang berlawanan
dengan

kepentingan pemilik,

sehingga dapat mempengaruhi kinerja

perusahaan. Pemilik dapat mendiversifikasikan usahanya sedangkan agen
(manajer) tidak dapat mendiversifiksikan usahanya. Jika perusahaan yang
dipimpin collapse, maka manajer akan kehilangan pekerjaan. Maka manajer
berusaha untuk menanamkan modal para pemegang saham pada sekuritas
yang risikonya kecil.
Demsey dan Laber (1993) dalam Jesika Handoko (2002:180)
penyebaran pemegang saham juga berperan dalam masalah keagenan.
Pemegang saham yang semakin menyebar akan mengakibatkan kesulitan
dalam proses monitoring perusahaan. Sebaliknya pemegang saham yang
semakin terkonsentrasi pada satu atau beberapa pemegang saham saja akan
mempermudah proses monitoring dan pengendalian terhadap kebijakan yang
diambil pihak manajemen, yang akhirnya dapat mengurangi masalah
keagenan.
Jensen dan Meckling (1976) dalam D. Agus Harjito dan Nurfauziah
(2006:67) menunjukan bahwa masalah agensi dapat dikurangi dengan
pemberian insentif, melakukan pengawasan, dan peningkatan kepemilikan
manajerial ( Insider Ownership ) dan tindakan membatasi diri (bonding) oleh
manajer. Mekanisme bonding dilakukan dengan meningkatkan pembayaran

15

dividen dengan jumlah hutang. Hal ini akan mengurangi peluang manajer
untuk mengambil tindakan yang menyimpang, dan selanjutnya akan
meningkatkan nilai perusahaan. Namun demikian cara ini juga menimbulkan
biaya yang dapat menurunkan nilai perusahaan yang disebut biaya agensi.
Jensen (1986) menemukan mekanisme pengawasan masalah agensi adalah
dengan mengurngi arus kas bebas. Dana yang dapat disalahgunakan oleh
manajer dibatasi jumlahnya sehingga masalah agensi menjadi kecil. Usaha
mengurangi aliran kas bebas dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
hutang dan mendistribusikan kas kepada pemegang saham baik melalui
pembayaran dividen maupun kembali ke saham. Hutang dapat mengurangi
aliran kas karena perusahaan harus membayar bunga hutang dan pokok
penjualan.
Penelitian dalam skripsi ini mengacu pada penelitian yang dilakukan
oleh

Dodik Juliardi (2006: 383) melakukan penelitian tentang Pengaruh

Variabel-Variabel Biaya Agensi dan Pertumbuhan terhadap Kebijakan
Dividen (Studi pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam LQ-45).
Penelitian ini menggunakan 45 sampel saham perusahaan yang tergabung
dalam LQ-45. Hasil penelitiannya secara simultan menunjukan bahwa rasio
pembayaran dividen atau dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang kuat
oleh variabel-variabel biaya agensi terhadap kebijakan dividen.
Jesika Handoko (2002: 180) melakukan penelitian tentang Pengaruh
Agency Cost terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan-perusahaan Go Public
di Bursa Efek Jakart. Penelitian ini menggunakan 34 sampel perusahaan yang

16

listing di BEJ. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa variabel bebas dalam
penelitian ini tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen
payout ratio.
Hj. Zulhawati (2004: 240) melakukan penelitian tentang Analisis
Dampak Kepemilikan Saham oleh Insider pada Kebijakan Hutang dalam
Mengontrol Konflik Keagenan. Penelitian ini menggunakan 65 perusahaan
yang listing di BEJ. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semakin besar
kepemilikan saham oleh Insider, penggunaan hutang akan semakin kecil,
sehingga dapat digunakan untuk menurunkan konflik keagenan.
D. Agus Harjito (2006: 161) melakukan penelitian tentang Hubungan
Kebijakan Hutang, Insider Ownership dan Kebijakan Dividen dalam
mekanisme pengawasan masalah Agensi di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan 69 sampel perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta. Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa hubungan saling mengganti antara kebijakan
hutang, insider ownership dan kebijakan hutang dalam peranan pengawasan
masalah agensi tidak sepenuhnya terjadi di Indonesia. Hubungan saling
mengganti antara ketiga variabel mekanisme-mekanisme pengawasan tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti
kembali penelitian yang dilakukan oleh Dodik Juliardi (2006: 383) dengan
judul

“ Pengaruh Variabel-Variabel Biaya Agensi dan Pertumbuhan

Terhadap Kebijakan Dividen. Namun, dalam penelitian ini penulis
membedakan penelitian tersebut dengan mengambil sample data yang listing
di Bursa Efek Indonesia (BEI), dimana sample yang diambil adalah

17

perusahaan-perusahaan manufaktur, berbeda dengan Dodik Juliardi yang
mengambil sampel perusahaan yang tergabung dalam LQ-45.

Selain itu

dalam penelitian ini, penulis menambahkan variabel Debt Equity Ratio (DER).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang dinyatakan diatas maka
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.

Apakah terdapat pengaruh insider ownership, dispersion of ownership,
free cash flow, DER, dan growth terhadap kebijakan dividen.

2.

Variabel-variabel apa saja yang mempunyai pengaruh yang paling
dominan terhadap kebijakan dividen

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh Insider ownership, dispersion of
ownership, free cashflow, DER, dan growth terhadap kebijakan
dividen.
b. Untuk Menganalisis variabel-variabel yang berpengaruh paling
dominan terhadap kebijakan dividen..

18

2. Manfaat Penelitian
a.

Bagi penulis
Memperluas informasi serta wawasan mengenai teori keagenan dan
bagaimana mengurangi konflik keagenan yang terjadi dalam suatu
perusahaan

b.

Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan dalam
mengurangi konflik keagenan.

c.

Bagi Akademik
Penulis

berharap

penelitian

ini

dapat

berguna

dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan ilmiah dan dapat digunakan
oleh para akademisi lain dalam penelitian yang serupa dimasa yang
akan datang

19

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Teori Agensi
1. Pengertian Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori agensi sebagai
suatu hubungan kontraktual antara pihak yang mendelegasikan pengambilan
keputusan (Principal/pemilik/pemegang saham ) dengan pihak yang
menerima pendelegasian tersebut ( Agent/direksi/manajemen ). Agensi teori
memfokuskan pada kontrol yang paling efisien yang mempengaruhi
hubungan prinsipal dan agen. ( Antonius Alijoyo, Subroto Zaini, 2004: 6 ).
Didalam teori keagenan, yang dimaksud dengan prinsipal adalah pemegang
saham atau pemilik. Prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk
kebutuhan operasi perusahaan. Agen sebagai pengelola berkewajiban untuk
mengelola perusahaan

sebagaimana

dipercayakan pemegang saham

(Principal ).
Terdapat beberapa asumsi dasar yang membangun teori agensi,
diantarnya adalah sebagai berikut :
a.

Agency Conflict
Dalam penjelasan tersebut diatas akan terdapat kemungkinan konflik
dlam hubungan antara prinsipal dan agen ( agency conflict ) konflik yang
timbul sebagai akibat keinginan manajemen ( agen ) untuk melakukan
tindakan yang sesuai dengan kepentingan yang dapat mengorbankan
kepentingan pemegang saham (principal ) untuk memperoleh return dari

20

nilai jangka panjang perusahaan. Agency conflict timbul pada berbagai
hal sebagai berikut :
a) Moral Hazard
Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan
dirinya dan bukan yang paling menguntungkan bagi perusahaan.
Misalnya, investasi yang meningktkan nilai individu manajer walaupun
biaya penugasannya tinggi sehingg para manajer akan berada pada posisi
untuk mengekstrak tingkat remunerasi yang lebih tinggi dari perusahaan.
b) Earning Retention
Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pendapatan perusahaan
yang stabil, sedangkan pemegang saham lebih menyukai distribusi kas
yang lebih tinggi melalui beberapa peluang investasi internal yang
positif ( internal positive opportunities )
c) Risk Aversion
Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka sendiri
dalam mengambil keputusan investasi. Dalam hal ini, mereka akan
mengambil keputusan investasi yang sangat aman dan masih dalam
jangkauan kemampuan manajer. Mereka akan menghindari keputusan
investasi yang dianggap menambah risiko bagi perusahaannya walaupun
maungkin hal itu bukan pilihan terbaik bagi perusahan.
d) Time Horizon
Manajemen cenderung hanya memperhatikan cashflow perusahaan
sejalan dengan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat menimbulkan

21

bias dalam pengambilan keputusan yaitu berpihak pada jangka pendek
dengan pengembalian akuntansi yang tinggi (short term hight
accounting return project) dan kurang atau tidak berpihak pada proyek
jangka panjang dengan pengembalian NPV positif yang juh lebih besar.
b.

Agency Problem
Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah agency
problem yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara
kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan manajemen sebagai
pengelola.

Pemilik

memiliki

kepentingan

agar

dana

yang

diinvestasikannya mendapatkan return maksimal, sedangkan manajer
berkepentingan terhadap perolehan insentive atas pengelolaan dana
pemilik.

2. Hubungan Keagenan.
Dalam manajemen keuangan, pada dasarnya hubungan keagenan
utama terjadi diantara :
a. Pemegang Saham dan Manajer
Masalah keagenan ( Agency Problem ) terjadi jika manajer dari
suatu perusahaan memiliki kepemilikan saham biasa kurang dari 100
persen diperusahaan tersebut. Jika perusahaan tersebut berbentuk
perusahaan perorangan dikelola sendiri oleh pemilliknya, dimana dapat
diasumsikan bila pemilik sekaligus merangkap sebagai manajer,
pemilik-manajer tersebut akan berusaha untuk mengambil tindakan

22

yang dimungkinkan untuk memperbaiki kesejahteraannya yang diukur
dalam bentuk peningkatan kekayaan pribadi, dan juga dalam bentuk
kesenangan dan fasilitas eksekutif (kantor yang mewah, penggunaan
pesawat perusahaan dan sebagainya). Akan tetapi, jika manajerpemilik menjual sebagian sahamnya kepada pihak luar (sehingga
perusahaan tidak lagi dimiliki sendiri), maka pertentangan atau konflik
potensial bisa segera timbul. Dengan demikian manajer-pemilik akan
lebih santai dalam menjalankan operasional perusahaan, karena
menganggap bahwa perusahaan tersebut bukan miliknya secara penuh.
Dikebanyakan perusahaan besar, potensi konflik keagenan
adalah hal yang penting karena para manajer

perusahaan besar

biasanya hanya memiliki persentase yang kecil dari saham. Dalam
situasi seperti ini, memaksimalkan kekayaan pemegang saham dapat
berada di urutan kesekian dari sejumlah tujuan-tujuan manajerial lain
yang menimbulkan konflik.
Para manajer dapat didorong untuk bertindak demi kepentingan
pemegang saham melalui insentif–insentif yang memberikan imbalan
atas setiap kinerja yang baik atau hukuman untuk kinerja yang buruk.
Adapun mekanisme spesifik yang digunakan untuk para manjer agar
bertindak untuk kepentingan pemegang saham adalah sebagai berikut:

23

Kompensasi manajerial
Kompensasi bagi manajerial sangat penting sekali, oleh karena itu
sebaiknya kompensasi tersebut perlu dirancang untuk memenuhi
dua tujuan utama yaitu (a) untuk menarik dan mempertahankan
manajer-manajer yang cakap (b) untuk menyelaraskan tindakan
manajer sedekat mungkin dengan kepentingan pemegang saham.
Pemberian kompensasi dalam setiap perusahaan berbeda-beda ,
tetapi kompensasi eksekutif senior umumnya akan dibagi dalam
tiga bagian, yaitu:
-

gaji tahunan yang telah ditentukan, yang dibutuhkan untuk
memenuhi biaya hidup.

-

Bonus yang dibayarkan pada akhir tahun, yang akan tergantung
kepada profitabilitas perusahaan selama tahun berjalan.

-

Opsi untuk membeli saham, atau bagian saham aktual yang
akan memberikan imblan bagi eksekutif untuk kinerja jangka
panjang.

Selain pemberian kompensasi seperti yang disebutkan diatas
perusahaan juga memberikan saham kinerja ( performance share ),
dimana eksekutif menerima sejumlah saham tergntung dari kinerja
aktual perusahaan dan jasa yang berkelanjutan dari eksekutif
tersebut.

24

Intervensi langsung pemegang saham
Pada kurun waktu beberapa tahun yang lalu kebanyakan saham
dimiliki oleh perorangan, tetapi saat ini mayorits dimililiki oleh
investor-investor institusional seperti perusahaan asurnsi, dana
pensiun, dan reksadana. Oleh karena itu manajer institusional
memiliki kekuatan, jika mereka memilih untuk menggunakannya,
untuk menerapkan pengaruh yang cukup besar atas operasi
perusahaan.
Ancaman pemecatan
Sampai saat ini, penyingkiran pemegang manajemen dari sebuah
perusahaan besar oleh pemegang sahamnya hanya memiliki
kemungkinan kecil, sehingga hanya memberikan sedikit ancaman.
Dalam teori, pemegang saham memilih dewan direksi yang
kemudian memilih susunan manajemen. Sayangnya

dalam

kenyataan hal tersebut dapat terjadi sebaliknya. Manajemen
memilih para calon direksi dan mengalihkan hak untuk
menentukan kepada pemegang saham. Sebagai akibatnya para
pemegang saham hanya memiliki daftar nama calon yang telah
dipilih oleh manajemen. Pada akhirnya, para manajerlah yang
sebenarnya memilih yang kemudian akan membuat mereka
menjadi lebih setia kepada manajer dibandingkan kepada para
pemegang saham. Jadi dalam hal ini ancaman pemecatan hanya
merupakan ancaman kecil.

25

Ancaman pengambilalihan tidak bersahabat.
Pengambilalihan tidak bersahabat kemungkinan besar akan terjadi
ketika saham sebuah perusahaan dinilai terlalu rendah relatif
terhadap potensinnya akibat manajemen yang buruk. Dalam
pengambilalihan yang tidak bersahabat, para manajer yang
perusahaannya diakusisi biasanya dipecat, atau diberikan jabatan
yang memiliki wewenang yang tidak pasti.
b. Pemegang Saham ( Melalui Manajer) dan Kreditor.
Jensen dan Meckling ( 1976 ) menyatakan bahwa selain konflik antara
pemegang saham dan manajer, ternyata konflik keagenan juga bisa
terjadi antara kreditor dan pemegang saham. Kreditor memiliki klaim
atas arus laba perusahaan untuk pembayaran bunga dan pokok hutang,
dan mereka memiliki klaim atas aset perusahaan diwaktu terjadi
kebangkrutan. Akan tetapi, pemegang saham memiliki kendali
(melalui manajer)

atas keputusan-keputusan

yang dipengaruhi

profitabilitas dan risiko perusahaan. Kreditor meminjamkan dana
dengan tarif yang didasarkan pada :
1. tingkat risiko dari aset/ aktiva perusahaan yang ada.
2. perkiraan atas risiko penambahan aktiva dimasa mendatang.
3. struktur modal saat ini ( yaitu, jumlah pembiayaan yang
berasal dari hutang )
4. perkiraan perubahann dari struktur modal dimasa mendatang.

26

Sekarang disumsikan pemegang saham yang bertindak melalui
manajer saat ini sedang menggarap suatu proyek besar baru yang lebih
berisiko daripada yang diantisipasi oleh para kreditornya. Kenaikan
risiko ini akan menyebabkan tingkat pengembalian yang diisyaratkan
atas hutang perusahaan meningkat pula, sehingga nilai hutang yang
ada akan menurun. Namun sebaliknya jika investasi yang berisiko itu
ternyata berhasil, semua keuntungannya akan masuk kekantong
pemegang saham karena jumlah yang dibayar kepada para kreditor
bunganya tetap, tetapi jika proyek tersebut gagal kreditor akan
menanggung akibatnya.

3. Biaya Agensi
Masalah agensi menimbulkan biaya agensi, yang cenderung terjadi
dalam organisasi bisnis karena kepemilikan dan kontrol manajemen sering
terpisah. Dalam usaha meminimumkan problem agensi diperlukan biaya
yang disebut biaya agensi yang tercermin dalam 4 (empat) alternatif
(Syahrial,2006: 6) yaitu:
a. Pengeluaran untuk monitoring
b. Pengeluaran insentif sebagai kompensasi untuk manajer atas prestasi
yang konsisten memaksimumkan nilai perusahaan, bisa berbentuk
-

Stock Option
Stock Option ( opsi saham ) adalah opsi untuk membeli saham
pada harga yang telah ditetapkan didalam jangkauan waktu yang

27

telah ditentukan yang diberikan kepada seorang eksekutif sebagai
bagian dari paket kompensasinya.
-

Performance Share
Saham kinerja/saham bonus ( performance share ) adalah suatu
bentuk program insentif yang menawarkan saham kepada
manajer perusahaan berdasarkan prestasi mereka selama periode
tertentu, dimana prestasi diukur dengan laba perlembar saham
atau dengan ukuran lain.

c.

Cash Bond

Fidelity Bond
Kontrak antara perusahaan dengan pihak ketiga dimana pihak ketiga
( Bonding Company ) setuju untuk membayar perusahaan jika manajer
berbuat tidak jujur, cara bekerjanya mirip asuransi kerugian.

d.

Golden Parachuter.
Kontrak antara manajemen dan pemegang saham yang menjamin
bahwa manajemen akan mendapat kompensasi sejumlah tertentu
apabila perusahaan dibeli oleh perusahaan lain ( investor lain ) atau
terjadi perubahan pengendalian perusahan.

28

B.

Dividen
1.Pengertian Dividen
Dalam manajemen keuangan terdapat 3 (tiga) buah keputusan
penting yang harus diambil oleh pihak manajemen yaitu keputusan
pencarian sumber dana, keputusan investasi , dan keputusan pembagian
dividen. Fungsi yang ketiga merupakan suatu keputusan untuk kebijakan
dividen perusahaan.
Dividen menurut Weston& Copeland adalah transfer bagian dari
keuntungan perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang
diberikan kepada para pemegang saham. Besarnya dividen yang diberikan
ditentukan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) dan dinyatakan
dalam suatu jumlah atau persentase tertentu atas nilai nominal saham, dan
bukan atas nilai pasarnya ( B. Soewartoyo, 1992)
Sedangkan menurut Kery Soecipto (1998: 23) dividen adalah
bagian keuntungan setelah dikurangi pajak penghasilan, yang dibagikan
pemegang saham. Sedangkan menurut Bambang Mulyadi adalah
keuntungan yang diperoleh pemegang saham yang berasal dari investasi
dalam suatu periode.
Dalam Perseroan Terbatas (PT) pembagian keuntungan kepada
pemilik dilakukan melalui dividen. Dividen hanya dapat dibayarkan jika
saldo laba ditahan ( retairned earning) positif. Jadi, walaupun dalam tahun
berjalan di peroleh laba, suatu perseroan Terbatas tidak boleh membagikan
dividen jika saldo laba ditahan pada akhir tahun masih negatif.

29

Selain saldo laba ditahan, dapat tidaknya suatu dividen dibagikan
juga tergantung pada tersedianya uang kas. Saldo laba ditahan otomatis
berarti tersedia uang kas dalam jumlah yang sama. Apabila laba ditahan
dianggap sebagai bagian laba yang ditanamkan kembali dalam perusahaan,
maka ada kemungkinan penanaman modal dilakukan dalam bentuk
persediaan barang dagang, aktiva tetap atau aktiva-aktiva bukan kas yang
lain. Dengan demikian, ada kemungkian perusahaan mempunyai saldo kas
kecil walaupun saldo laba ditahannya besar.
Kebijakan dividen (dividen policy) adalah suatu keputusan untuk
menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan
dibagikan kepada pemegang saham dan yang akan diinvestasikan kembali
dari dalam perusahaan. Sedangkan menurut

Brigham dan Houstaon

(2006: 40) keputusan kebijakan dividen (Dividend Policy Decision) adalah
keputusan mengenai berapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan
sebagai dividen sebagai ganti dari laba dipertahankan untuk diinvestsikan
kembali didalam perusahaan.
Rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio) adalah persentase
dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk
pemegang saham ( Jogiyanto, 2000: 252)
Oleh Weston & Copeland (1992: 119), pembayaran dividen
didefinisikan sebagai berikut:


pembayaran

dividen

mencakup

pembagian

laba

antara

pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali ke dalam

30

perusahaan. Laba ditahan (Retairned Earning) merupakan salah satu
sumber dana paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan
tetapi dividen merupakan arus kas yang disisihkan untuk pemegang
saham.
Ada beberapa prosedur pembagian dividen, diantaranya yaitu :
a. Tanggal pengumuman (declaration date), yaitu tanggal pada saat
dimana direksi perusahaan mengumumkan rencana pembagian
dividen.
b. Tanggal pencatatan pemegang saham (holder of- record date),
yaitu hari terakhir untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang
saham agar berhak menerima dividen yang akan dibagikan
perusahaan.
c. Tanggal ex dividen (ex dividend date), yaitu tanggal pada saat
masa hak atas dividen periode berjalan dilepaskan dari sahamnya,
biasanya jangka waktunya adalah empat hari kerja sebelum tanggal
pencatatan pemegang saham.
d. Tanggal pembayaran dividen (payment date), adalah tanggal pada
saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen

2. Macam- Macam Dividen
Dividen yang diberikan kepada pemegang saham menurut Bambang
Suripto, dapat dikelompokan menjadi beberapa bagian.

31

a.

Dividen Tunai
Dividen tunai adalah jenis dividen yang paling umum yang sering
dibagikan oleh perusahaan . untuk mengumumkan dividen, harus
dipertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ditentukan oleh
posisi keuangan dari saldo tunai perusahaan. Dividen tunai dapat
dibayarkan dalam bentuk tunai dengan aktiva bukan kas atau saham
dengan saham.

b.

Dividen Harta
Apabila perusahaan tidak mempunyai kas yang cukup, atau
mempunyai kas yang cukup tetapi untuk tujuan lain, perusahaan
dapat membagikan dividen dengan pembayaran aktiva selain kas,
seperti rumah, kendaraan, tanah, dan lain-lain sesuai dengan jumlah
nominal dividen yang telah ditentukan.

c.

Dividen Saham
Dividen dapat juga dibayarkan dengan saham perusahaan. Dengan
adanya dividen saham berarti perusahaan membagikan tambahan
saham perusahaan itu sendiri kepada pemegang sahamnya tanpa
melakukan setoran apapun. Dividen ini memungkinkan perusahaan
untuk tetap menggunakan aktiva tetap bersih yang dilakukan dari
laba bersih dan dilain pihak menawarkan tambahan saham pemilikan
kepada pemegang sahamnya tanpa melakukan setoran apapun.

32

d.

Dividen Script (Script Dividen)
Jika perusahaan kekurangan kas tetapi tetap

menginginkan

pembagian dividen. Perusahaan dapat menerbitkan dividen script
yaitu pembagian dividen dalam bentuk tertulis untuk membayar
secara tunai dimasa yang akan datang. Janji itu merupakan salah satu
bentuk hutang wesel. Dividen script ini dapat berbunga dan dapat
diperjualbelikan antar pemegang saham atau pemegang script.
e.

Dividen Likuidasi
Dividen yang tidak didasarkan pada laba yang ditahan. Dividen ini
menunjukan pengembalian atas investsi (Return On Invesment) dan
bukan merupakan distribusi laba. Dividen ini didasarkan pada modal
yang timbul dari donasi pihak luar atau pemegang saham, namun
pada umumnya dividen ini diperlakukan sebagai pengurang agio
saham dan bukan laba ditahan (Retairned Earning)

Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan
yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan dividen akan
melibatkan dua pihak yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang
saham, dan kedua perusahaan itu sendiri. Dividen diartikan sebagai
distribusi sebagian keuntungan perusahaan kepada para pemegang saham.
Kebijakan

dividen

adalah

kebijakan

yang

berhubungan

dengan

pembayaran dividen oleh pihak perusahaan berupa penentuan besarnya

33

pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan
pemegang saham.
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba
atau menahannya guna diinvestasikan kembali didalam perusahaan.
Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan
yang

menciptakan

keseimbangan diantara

dividen

saat

ini dan

pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham (
Astuti, 2002: 40)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
Keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam setiap periodenya
akan didistribusikan kepada para pemegang saham, dan sebagian lagi akan
ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam bentuk yang lebih
menguntungkan. Oleh karenanya manajer harus dapat membuat keputusan
tentang besarnya keuntungan yang harus didistribusikan kepada para
pemegang saham, dan berupa bagian yang harus ditahan untuk menandai
perkembangan

atau

pertumbuhan

perusahaannya.

Keputusan

ini

akan

demi

kelangsungan

mempunyai

pengaruh

hidup
yang

menentukan terhadap nilai perusahaan.

34

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen:
a. Peraturan pemerintah (Undang- Undang)
beberapa negara ikut mengatur kebijakan dividen bagi perusahaan
dengan tujuan untuk melindungi kreditur. Peraturan pemerintah
menekankan tiga hal :
1) Aturan penurunan nilai modal
Walaupun hukum disuatu negara berbeda-beda, namun pada
umumnya banyak negara yang melarang pembayaran dividen jika
dividen ini menurunkan nilai modal.
2) Aturan Insolvensi.
Pembayaran dividen tunai oleh beberapa negara dilarang jika
perusahaan

mengalami

insolvensi

(insolvency).

Insolvensi

didefinisikan secara hukum sebagai kewajiban total perusahaan
yang melebihi aktivanya “ dalam penilaian wajar ,” ataupun dari
sudut pandang yang “ hampir sama “ (secara teknis) adalah
ketidakmampuan perusahaan untuk membayar para kreditornya
ketika kewajibannya jatuh tempo.
3) Aturan penahanan laba yang berlebihan.
Walaupun penahanan laba penahanan laba yang berlebihan ( under
retention) tidak memiliki definisi yang jelas, biasanya dianggap
berarti penahanan dalam jumlah yang jauh melebihi kebutuhan
investasi perusahaan untuk saat ini dan masa depan. Tujuan dari

35

hukum ini adalah mencegah perusahaan menahan laba demi
menghindari pajak.
b. hambatan dalam perjanjian kontrak
Bank akan membatasi pembayaran dividen tunai sampai pada batas
tertentu dan laba bisa dicapai atau bank mengatur pembayaran denda
sampai jumlah tertentu, misalnya X% dari laba. Hal ini dilakukan oleh
Bank berkaitan dengan perjanjian kredit dari bank kepada perusahaan.
c. Hambatan Internal.
Jumlah pembayaran dividen tunai juga tergantung pada tersedianya
uang kas pada perusahaan. Walaupun laporan rugi laba menyatakan
adanya laba yang cukup besar namun belum tentu jumlah tersebut
sama dengan jumlah uang kas tunai yang ada di perusahaan. Jadi saldo
dari laporan arus kas akan lebih menentukan jumlah pembayaran
dividen tunai.
d. Perkiraan pertumbuhan dimasa yang akan datang.
Bila pimpinan perusahan melihat adanya banyak peluang untuk
pengembangan perusahaan, maka pimpinan akan cenderung menahan
labanya untuk pembiayaan rencana pengembangan .
e. pertimbangan pemilik perusahaan.
Dalam menentukan kebijakan dividen, pertama-tama perusahaan harus
sepakat untuk mengutamakan kesejahteraan pemilik. Walaupun tidak
mungkin untuk membuat kebijakan yang dapat memaksimumkan
kesejahteraan atau kepuasan setiap pemilik, namun setidak-tidaknya

36

perusahaan dapat membuat kebijakan dividen yang memuaskan
sebagian besar pemilik, misalnya bila sebagian pemilik tergolong
dalam peringkat pajak yang tinggi, maka dapat diputuskan untuk
pembayaran dividen dengan persentase rendah sehingga memberi
kesempatan kepada pemilik untuk menunda pembayaran pajak sampai
mereka menjual sahamnya. Selain itu perusahaan juga tidak
seharusnya menahan peluang investasi lain yang lebih menguntungkan
bagi pemilik. Bila peluang investasi lain diluar perusahaan tampak
lebih menguntungkan bagi pemilik maka perusahaan hendaknya
menentukan persentase dividen yang lebih besar.
f. perimbangan pasar.
Perusahaan hendaknya ikut mempertimbangkan reaksi pasar ats
kebijakan dividen yang diambilnya. Pada umumnya pasar akan
bereaksi positif atas kebijakan dividen yang tetap atau bertumbuh
secara tetap. Sehingga beberapa pemimpin enggan menurunkan
pembayaran dividen walau laba perusahaan menurun. Reaksi negatif
dari pasar akan menurunkan harga saham yang tentu saja hal ini tidak
di inginkan oleh pemilik maupun perusahaan. (Astuti, 2002: 35)

4. Tipe-Tipe Kebijakan Dividen
a. Kebijakan Dividen dengan persentase tetap pembayaran dividen tunai.
Kebijakan ini dikenal dengan nama Constant Payout ratio dividen
policy.

37

b. Kebijakan Dividen biasa
Pada kebijakan dividen biasa atau regular dividen policy, perusahaan
membayar dividen perlembar saham dalam jumlah rupiah yang tetap
setiap periode. Kebijakan ini meniadakan keragu-raguan investor/
pemegang saham sekaligus memformulasikan bahwa perusahaan
dalam keadaan baik dan lancar. Dengan kebijakan ini pembayaran
dividen perlembar saham hampir tidak pernah menurun.
c. Kebijakan Dividen Rendah plus ekstra.
Kebijakan ini dikenal dengan masa lalu-regular-and-extra dividen
policy. Menurut kebijakan ini perusahaan membayar dividen tunai
secara rutin setiap periode dalam jumlah yang tetap dan rendah, jika
laba perusahaan periode yang bersangkutan sangat baik maka jumlah
pembayaran tetap tersebut akan ditambah pembayaran dividen extra.
Dengan jumlah pembayaran reguler/biasa yang tetap menjamin
kepastian bagi pemilik saham dan karena jumlahnya rendah, hal ini
juga akan menentramkan perusahaan. Bila ada laba yang sangat bagus
perusahaan akan membayarkan extra dividen bagi pemegang saham.
Pembayaran ekstra ini akan disambut baik oleh pasar dan akan
menaikkan harga saham.

5. Konsep Mengenai Teori Dividen
Kebijakan dividen sering dianggap sebagai “ Signal Investor” dalam
manilai baik atau biasanya perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan

38

dividen dapat membawa pengaruh terhadap

harga saham

perusahaan.

Dengan demikian seberapa besar proporsi laba yang akan ditahan untuk
diinvestsikan kembali merupakan masalah yang cukup serius bagi pihak
manajemen.
Terdapat sejumlah konsep yang kontroversial seputar bagaimana
kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan. Yaitu:
a. Dividen Dapat Meningkatkan Kesejahteraan pemegang saham.
Gordon (1969) dan Lintner (1956), berpandangan bahwa semakin tinggi
Dividen Payout Ratio semakin tinggi pula nilai dari perusahaan. Gordon
dan Lintner berpendapat bahwa investor menilai dividen payout ratio
lebih besar daripada pertumbuhan, karena mereka merasa lebih yakin
jika menerima dividen dibandingkan jika menerima capital gain dari laba
yang ditahan. MM tidak sependapat dengan pernyataan diatas, menurut
pandangan

MM,

kebanyakan

investor

merencanakan

untuk

menginvestasi kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan
bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan bagimanapun juga, risiko dari
arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang ditentukan
hanya oleh risiko dari arus kas operasinya dan bukan oleh kebijakan
pembagian dividennya. Pendapat Gordon dan litner ini oleh Miller dan
Modigliani (1961) disebut dengan the Bird In the Hand Fallacy.
b. Dividen Dapat Menurunkan Kesejahteraan pemegang saham.
Teori ini dikemukakan oleh Litzenberger dan Ramaswany (1979),
pandangan yang dikemukakannya yaitu semakin tinggi dividen payout

39

ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan semakin
rendah. Hal ini didasarkan pada pemikiran jika capital gain dikenakan
pajak dan tarif yang lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka
saham yang memiliki pertumbuhan yang tinggi akan menjadi lebih
menarik dan lebih banyak diminati.
c. Dividen Tidak Relevan.
Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak
mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya
modalnya. Dengan kata lain, kebijakan dividen tidak relevan terhadap
tingkat kesejahteraan pemegang saham. Teori ini pertama kali
dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani (MM), mereka
berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh
kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta risiko bisnisnya,
dengan demikian

MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

tergantung pada pendapatan yang dihasilkan oleh aset perusahaan, bukan
bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang
ditahan (atau pertumbuhan).

C.Kerangka pemikiran
Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Investor berkepentingan dengan dividen yang akan
diterima atas investasi yang ditanamkan ke perusahaan. Dilain pihak perusahaan
juga mengharapkan adanya laba ditahan untuk mendanai perkembangn atau

40

pertumbuhan dari kelangsungan hidup perusahaan. Rasio Pembayaran Dividen (
Dividend Payout Ratio ) menentukan proporsi laba yang di tahan sebagai sumber
pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit proporsi laba yang
dialokasikan untuk pembayaran dividen.
Dalam penelitian ini rasio pembayarn dividen dipengaruhi oleh biayabiaya agensi (Insider Ownership, Dispersion Ownership, Freecash flow,Debt
equity Ratio) dan pertumbuhan terhadap kebijakan dividen. Penulis mengambil
data-data perusahaan yang diperlukan dari Bursa Efek Indonesia.
Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda yang sebelumnya
dilakukan pengujian uji asumsi klasik. Jika tidak terdapat pengujian dalam asumsi
klasik, dilanjutkan dengan pengujian signifikansi model penelitian dengan uji F
dan uji t. Uji t untuk melihat pengruh variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen, sedangkan uji F untuk meliht pengaruh variabel independen
secara simultan terhadap variabel independen.

41

BEI

Perusahaan Manufaktur

Variabel Independen
-INSD
-DISPOWN
-FCF
-DER
-GROWTH

Variabel Dependen
Kebijakan Dividen

Uji Asumsi Klasik

Regresi Berganda

Uji T

Uji F

Kesimpulan dan saran

Gambar 2.1
Kerangka pemikiran

42

D. Hipotesis
Dengan adanya kerangka pemikiran tersebut yaitu mengenai pengaruh
Variabel-Variabel Biaya Agensi dan Pertumbuhan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Biaya Agensi Dan Struktur Modal Serta Pertumbuhan Aset Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 66 130

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP INITIAL RETURN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 19

PENGARUH BIAYA AGENSI TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

1 4 48

Pengaruh asimetri informasi dan tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia)

0 2 18

PENDAHULUAN PENGARUH VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM PERUSAHAAN SESUDAH PENAWARAN UMUM PERDANA (IPO) (Study Empiris di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004).

0 1 7

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 15

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN UTANG, KEBIJAKAN DIVIDENTERHADAP KINERJA KEUANGAN DAN BIAYA AGENSI (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 0 18

Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 0 7

Pengaruh Biaya Agensi Dan Struktur Modal Serta Pertumbuhan Aset Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

VARIABEL-VARIABEL YANG BERPENGARUH TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN DAN RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 13