1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Perkembangan teknologi yang sangat pesat sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dengan perkembangan teknologi ini mengakibatkan
berkembangnya ilmu pengetahuan yang memiliki dampak positif maupun negatif. Perkembangan teknologi ini dimulai dari negara maju, sehingga
sebagai negara berkembang perlu mensejajarkan diri. Dengan perkembangan teknologi ini pemerintah perlu meningkatkan
pembangunan di bidang pendidikan yang dilihat dari segi kualitas maupun kuantit as. Peningkatan kualitas ini dilakukan dengan peningkatan sarana dan
prasarana. Peningkatan mutu para pendidik dan peserta didik. Dalam peningkatan mutu pendidikan, perubahan dan pembaikan kurilulum sangat
penting serta penguasaan materi merupakan salah satu unsur penting yang harus diperhatikan guru.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang idealnya harus melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi. Dengan kata lain
sekolah yang bermutu adalah sekolah sekolah yang mampu berperan sebagai proses edukasi proses pendidikan yang menekankanpada kegiatan mendidik
dan mengajar, proses sosialisasi proses bermasyarakat terutama bagi anak didik serta wadah proses transformasi proses perubahan tingkah laku ke arah
yang lebih baik atau lebih majuMulyasa, 2003: 73.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan
kemajuan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi, informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan
matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa
depan maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Belajar matematik a sebenarnya suatu hal yang menyenangkan dan
mengasyikkan tetapi hal ini ada kalanya akan terbalik menjadi suatu yang tidak menyenangkan, menjemukan bahkan membosankan bila ternyata yang
menjadi tujuan pembelajaran tidak tercapai. Apabila terjadi fobia atau ketakutan terhadap mata pelajaran matematika akan mengakibatkan
menurunnya prestasi belajar. Untuk itu perlu adanya penanganan antara lain dengan peningkatan motivasi belajar siswa.
Peningkatan motivasi belajar siswa sangat diperlukan mengingat bahwa prestasi belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar
bertambah. Motivasi itu sendiri adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara khas.
Kadang kekuatan berpangkal dari naluri , kadang pula berpangkal pada suatu keputusan rasional tetapi lebih sering lagi hal itu merupakan perpaduan dari
kedua proses tersebut. Motivasi untuk belajar matematika biasanya rendah. Salah satu
penyebabnya tidak ada gaya pendorong dalam diri atau faktor luar yang tidak
pernah mendukung. Kuat lemahnya motivasi seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar, maka motivasi perlu diusahakan terutama yang berasal
dari dalam diri dengan senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita dan dorongan dari luar
dengan cara memberi hadiah, penghargaan, pujian dan lain-lain. Kesulitan atau kegagalan yang dialami siswa tidak hanya bersumber
dari kemampuan siswa tetapi faktor dari luar diri siswa, salah satunya strategi pembelajaran yang dipakai. Kesalahan dalam pemilihan strategi pembelajaran
dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Saat ini banyak dari guru yang masih menggunakan strategi pembelajaran yang konvensional, yaitu
guru membacakan atau memberikan bahan yang telah disiapkannya sedangkan siswa mendengarkan, mencatat dengan teliti dan mencoba menyelesaikan
soal-soal sebagaimana yang dicontohkan oleh guru. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, permasalahan yang
peneliti temukan dalam pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1 Plupuh setelah mengadakan observasi pendahuluan
antara lain: 1.
Siswa menganggap bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan.
2. Rendahnya motivasi belajar siswa yang meliputi antus ias belajar siswa
terhadap pelajaran matematika yang rendah, mendengarkan penjelasan guru saat penyampaian materi ajar dan siswa kurang menanggapi secara
positif dorongan guru atau siswa lain.
3. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, terlihat dari guru
mendominasi dalam pembelajaran. Hal ini menjadikan peserta didik pasif, dalam pembelajaran matematika
seharusnya siswa haruslah aktif belajar sehingga siswa mampu untuk mengembangkan kreatifitas serta lebih dapat memahami pelajaran dan
terampil dalam menyelesaikan permasalahan matematika.oleh sebab itu, guru hendaknya mampu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang
mampu merangsang siswa untuk lebih aktif dalam belajar serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran. Dari strate gi
pembelajaran yang ada, strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan yaitu pembelajaran melalui active learning dengan strategi
index card match . Strategi ini dirancang untuk menciptakan ketertarikkan
belajar siswa dengan strategi yang menyenangkan. Active learning
merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik hati. Sering kali peserta didik tidak
hanya terpaku ditempat duduk mereka, berpindah-pindah dan berpikir keras. Untuk mempelajari sesuatu yang baik, belajar aktif membantu untuk
mendengarkannya, melihatnya, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu dan mendiskusikan dengan yang lain.
Strategi index card match merupakan strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang meteri yang telah diberikan
sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun dapat diajarkan dengan strategi ini dengan catatan peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang
akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan Hisyam Zaini, 2008: 32.
Penelitian tindakan kelas PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas dan dirasakankan langsung oleh guru yang
bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan kelas diperoleh dari apersepsi atau
lamunan peneliti. Dalam penelitian tindakan kelas PTK, peneliti atau guru dapat melihat sendiri praktek pembelajaran atau bersama guru lain ia dapat
melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam PTk, guru secara reflektif dapat menganalisis,
mensintesis terhadap apa yang telah dilakukan di dalam kelas. PTK juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Dalam hal ini
berarti dengan melakukan penelitian, pendidik dapat memperbaiki sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi dan situasidalam pembelajaran sehingga
menjadi lebih efektif. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar mengajar
diperlukan adanya kesiapan belajar yang didukung adanya motivasi belajar siswa sehingga akan berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
B. Identifikasi Masalah