Penggunaan Lahan Perkotaan, Keteraturan Permukiman, Konsistensi Penghuni Terhadap Keberadaan Pekarangan (Studi Kasus: Kecamatan Pekanbaru Kota, Sail, Dan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Riau)

PENGGUNAAN LAHAN PERKOTAAN, KETERATURAN
PERMUKIMAN, KONSISTENSI PENGHUNI TERHADAP
KEBERADAAN PEKARANGAN
(Studi Kasus: Kecamatan Pekanbaru Kota, Sail dan Marpoyan
Damai, Kota Pekanbaru, Riau)

ZAHRA KARTIKA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Penggunaan Lahan
Perkotaan, Keteraturan Permukiman, Konsistensi Penghuni Terhadap Keberadaan
Pekarangan (Studi Kasus: Kecamatan Pekanbaru Kota, Sail, dan Marpoyan
Damai, Kota Pekanbaru, Riau)” adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Zahra Kartika
NIM A14110026

ABSTRAK
ZAHRA KARTIKA. Penggunaan Lahan Perkotaan, Keteraturan
Permukiman, Konsistensi Penghuni Terhadap Keberadaan Pekarangan (Studi
Kasus: Kecamatan Pekanbaru Kota, Sail, dan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru,
Riau). Dibimbing oleh KHURSATUL MUNIBAH dan SETYARDI PRATIKA
MULYA.
Penggunaan lahan merupakan kegiatan yang dilakukan manusia terhadap
sebidang tanah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Bertambahnya jumlah
penduduk menyebabkan permintaan masyarakat terhadap lahan kuhususnya
tempat tinggal juga semakin meningkat bahkan kebutuhan lahan untuk
permukiman lebih besar di wilayah perkotaan seperti Kota Pekanbaru yang

menjadi lokasi penelitian ini. Dengan tekanan permintaan lahan yang cukup
tinggi, Kota Pekanbaru berpotensi terjadi perubahan penggunaan lahan yang tidak
sesuai dengan fungsinya di masa mendatang dan iikuti dengan semakin
berkurangnya ketersediaan ruang terbuka hijau. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi penggunaan lahan pada citra Ikonos dan pengecekan lapang,
mengidentifikasi keteraturan permukiman dan karakteristik penghuninya serta
mengidentifikasi persepsi penghuni permukiman terhadap ruang terbuka hijau
privat. Teknik analisis yang dilakukan adalah interpretasi citra dilanjutkan dengan
pengecekan lapang. Teknik Slovin digunakan untuk menentukan jumlah titik
pengecekan lapang dan wawancara. Metode yang digunakan untuk menentukan
penyebaran titik cek lapang dan wawancara adalah stratified random sampling.
Berdasarkan hasil analisis diketahui Kecamatan Marpoyan Damai memiliki luas
keteraturan permukiman tertinggi sebesar 588.8 ha, luas permukiman yang tidak
teratur tertinggi adalah di Kecamatan Pekanbaru Kota 10.4 ha. Kecamatan
Pekanbaru Kota berkembang lebih dahulu dibandingkan dengan Kecamatan Sail
dan Marpoyan Damai sehingga permukiman yang ada saat ini dibangun tanpa
adanya konsep keteraturan permukiman sehingga Kecamatan Pekanbaru Kota
memiliki proporsi penggunaan lahan terbangun tertinggi sebesar 90.89 %.
Persepsi penghuni tertinggi mengenai keteraturan permukiman berada di
Kecamatan Sail sebesar 63.64 %. Persepsi ini dihasilkan dari pemahaman

penghuni mengenai keteraturan permukiman. Pendapatan penghuni, luas
bangunan dan harga jual tanah berkorelasi positif nyata terhadap keteraturan
permukiman. Ini menunjukkan bahwa
adanya keterkaitan antara sosial
masyarakat dengan keteraturan permukiman. Persepsi penghuni tertinggi
mengenai keberadaan pekarangan berada di Kecamatan Sail sebesar 81.82 %
sedangkan yang terendah di Kecamatan Pekanbaru Kota yaitu 58.33 %.
Ketersediaan ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan sebagai pekarangan
memiliki luas yang terbatas karena luas lahan yang tersisa ± 2-5 m sehingga
keinginan masyarakat untuk memiliki pekarangan sulit terpenuhi.
Kata kunci: Keteraturan permukiman, konsistensi penghuni, RTH privat

ABSTRACT
ZAHRA KARTIKA. Urban Land Use, Settlement Regularity, Residence
Consistency towards the Yard (Case Study: District of Pekanbaru Kota, Sail, and
Marpoyan Damai, Pekanbaru City, Riau). Supervised by KHURSATUL
MUNIBAH and SETYARDI PRATIKA MULYA.
Land use is the human activities on the land to improve their lives.
Increasing population led to public demand for land, especially residence also
increased even land requirements for larger settlements in urban areas like the city

of Pekanbaru as the research location. With the pressure of demand for land is
high enough, the city of Pekanbaru potential changes in landuse that is
incompatible with its function in the future and is followed by the decreasing
availability of green open space. The aims of this study are to mapping the use of
urban land with Ikonos imagery, to classify the settlement regularity visually and
know the perception of its inhibitants, to know the perception of the inhibitants of
yard as a private green open space. The analysis technique performed is image
interpretation followed by field checking. Slovin techniques used to determine the
number of checking points and interviews. The method used to determine the
spread of field checks point and interviews are stratified random sampling
methode. Based on the results of analysis Marpoyan Damai District has the
highest comprehensive settlement regularity by 588.8 hectare, the highest
comprehensive settlement irregularity is in the district of Pekanbaru Kota 10.4
hectare. District of Pekanbaru Kota develops earlier than the District of Sail and
Marpoyan Damai so that the existing settlements built without any concept of
regularity so the District of Pekanbaru Kota has the highest proportion of building
by 90.89 %. The highest occupant perceptions about the regularity of settlements
located in Sail District by 63.64 % and the highest occupant perceptions of the
irregularity of settlements located in Pekanbaru Kota District by 66.67 %. This
difference is caused by a lack of public understanding about the regularity of

settlements so the interview was not enough to present the desired goal. Income,
the building area and land prices are significantly correlated affect the regularity
of settlements. This shows that there is a correlation between social community
with regularity settlements. The highest occupant perceptions about the existence
of yards located in the District Sail by 81.82% while the lowest perception is in
the District of Pekanbaru Kota by 58.33%. The availability of open space that
could be used as yards to have a limited area because the remaining land area
approxiamately 2-5 m so the people's desire to have the yards are not met.
Keywords: private green open space, recidence consistency, settlement regularity,

PENGGUNAAN LAHAN PERKOTAAN, KETERATURAN
PERMUKIMAN, KONSISTENSI PENGHUNI TERHADAP
KEBERADAAN PEKARANGAN
(Studi Kasus: Kecamatan Pekanbaru Kota, Sail dan Marpoyan
Damai, Kota Pekanbaru, Riau)

ZAHRA KARTIKA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhannahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini adalah permukiman, dengan judul Penggunaan Lahan
Perkotaan, Keteraturan Permukiman, Konsistensi Penghuni Terhadap Keberadaan
Pekarangan (Studi Kasus: Kecamatan Pekanbaru Kota, Sail, dan Marpoyan
Damai, Kota Pekanbaru, Riau).
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Dr Khursatul Munibah, MSc selaku pembimbing skripsi atas teladan,
bimbingan, ide, kritik, saran, motivasi, ilmu yang diajarkan dan kesabaran.

2. Setyardi Pratika Mulya, MSi selaku pembimbing skripsi atas teladan,
bimbingan, ide, kritik, saran, kesabaran, motivasi, dan ilmu yang diajarkan
kepada penulis.
3. Dr Boedi Tjahjono, MSc selaku dosen penguji, yang telah bersedia
memberi masukan dan saran untuk perbaikan karya ilmiah ini.
4. Umi dan Abi yang selalu memberi motivasi dan senantiasa mencurahkan
kasih sayang dan mendoakan penulis. Adikku Zalika yang selalu ada
untuk memberikan support kepada penulis.
5. Teman-teman MSL’48 yang selalu memberi motivasi dan doa.
6. Teman-teman di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial Rizaldy
Anhar, SP, Indah Purnama Sari, SP, Novi Anggraini, SP, Siti Huzaimah,
SP, Julyani Widya, SP, Yuliyati, SP, Diendra A. Karim, SP, Noviana D.
Purwati, SP terima kasih atas motivasi dan kerjasamanya.
7. Sahabatku para “Sarjana Tangguh” Aziz RainbowCake, Fitri, Wulan,
Stevia, Metha, Ade dan Arroyan terima kasih sudah menemani saat-saat
susah dan senang selama di IPB.
8. Sahabatku Raffica Zahara, SPd, Widya Putri, SKed, Siska Paramitha, SPd,
Adhitya Warman, SH, Syahrina Irya, SPd, Fatin Hanifa, SPSi, Vika
Aristantya, SPd terima kasih atas support yang diberikan.
9. “Si Jenong” yang selalu setia menemani penulis dan mempermudah

penulis untuk pergi kemanapun selama berada di IPB.
10. BAPPEDA Kota Pekanbaru dan Dinas Tata Ruang Kota Pekanbaru yang
senantiasa membantu penulis.
11. Staff tata usaha yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian.
12. Staff Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Pekanbaru dan
Dinas Tata Ruang Kota Pekanbaru terima kasih atas bantuannya selama di
Pekanbaru.
13. Semua pihak yang sudah membantu kegiatan penelitian dan penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu
.
Bogor, Januari 2016
Zahra Kartika

DAFTAR ISI

ABSTRACT ........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 2
Ruang Terbuka Hijau ........................................................................................... 3
Citra Ikonos .......................................................................................................... 4
Sistem Informasi Geografis (SIG) ....................................................................... 5
METODE................................................................................................................. 6
Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................................. 6
Bahan dan Alat Penelitian .................................................................................... 7
Prosedur Penelitian .............................................................................................. 7
1.

Tahap Persiapan ........................................................................................ 9

2.

Tahap Pengumpulan Data ......................................................................... 9


3.

Tahap Analisis ........................................................................................ 10

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ....................................................... 12
Kondisi Geografis .............................................................................................. 12
Iklim ................................................................................................................... 13
Demografi dan Tenaga Kerja ............................................................................. 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 15
Interpretasi Penggunaan Lahan Melalui Citra Ikonos ....................................... 15
Permukiman ....................................................................................................... 15
Fasilitas umum ................................................................................................... 15
Perkantoran ........................................................................................................ 17
Bandar Udara (Bandara) .................................................................................... 19
Lahan Tidak Terbangun ..................................................................................... 19
Perkebunan ......................................................................................................... 19

Penggunaan Lahan .............................................................................................22
Keteraturan Permukiman Secara Visual ............................................................25
Keteraturan Permukiman Menurut Persepsi Penghuni Permukiman .................27

Kesamaan Jawaban Antara Keinginan Penghuni dengan Realita Terhadap
Keberadaan Pekarangan Sebagai RTH Privat ....................................................31
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................32
Kesimpulan.........................................................................................................32
Saran ...................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................33
LAMPIRAN ...........................................................................................................37
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................................53

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

10.
11.

Karakteristik Dasar Satelit Ikonos .................................................................... 5
Bahan Penelitian ............................................................................................... 7
Alat Penelitian ................................................................................................... 7
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Tahun 2013 .......................................... 13
Jumlah Lowongan Kerja, Jumlah Pekerja, dan Pengangguran Tahun
2013................................................................................................................. 13
Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Interpretasi Secara Visual .................. 23
Keteraturan Permukiman Berdasarkan Interpretasi Secara Visual ................. 27
Persepsi Penghuni Terhadap Keteraturan Permukiman .................................. 27
Perbandingan Keteraturan Permukiman Berdasarkan Interpretasi Secara
Visual dengan Persepsi Penghuni Permukiman Berdasarkan Jumlah
Responden ....................................................................................................... 28
Korelasi Keteraturan Permukiman Beradasarkan Interpretasi Secara
Visual dengan Karakteristik Sosial Masyarakat ............................................. 30
Proporsi Kesamaan Jawaban antara Keinginan dengan Realita terhadap
Keberadaan Pekarangan .................................................................................. 31

DAFTAR GAMBAR
1. Diagram Alir Penelitian .................................................................................... 8
2. Peta Administrasi Tiga Kecamatan Daerah Penelitian ................................... 14
3. (a) Kenampakan Visual Permukiman dan (b) Foto Kenampakan Lapang

Permukiman. Titik Kuning merupakan Lokasi Pengecekan Lapang .............. 15
4. (a) Kenampakan Visual Sekolah dan (b) Foto Kenampakan Lapang
Sekolah. (c) Kenampakan Visual Gelanggang Olahraga dan (d) Foto
Kenampakan Lapang Gelanggang Olahraga. Titik Kuning merupakan
Lokasi Pengecekan Lapang............................................................................. 16
5. (a) Kenampakan Visual Perkantoran Pemerintahan dan (b) Foto
Kenampakan Lapang Perkantoran Pemerintah. (c) Kenampakan Visual
Perkantoran Non Pemerintah dan (d) Foto Kenampakan Lapang

6.
7.
8.
9.
10.

11.
12.

13.

14.
15.

16.

17.

Perkantoran Non Pemerintah. Titik Kuning merupakan Lokasi
Pengecekan Lapang ......................................................................................... 18
(a) Kenampakan Visual Ruko dan (b) Foto Kenampakan Lapang Ruko.
Titik Kuning merupakan Lokasi Pengecekan Lapang ..................................... 18
(a) Kenampakan Visual Bandar Udara dan (b) Foto Kenampakan
Lapang Bandar Udara ...................................................................................... 19
(a) Kenampakan Visual Perkebunan dan (b) Foto Kenampakan Lapang
Perkebunan. Titik Kuning merupakan Lokasi Pengecekan Lapang ................ 20
(a) Kenampakan Visual Lahan Semak Belukar dan (b) Foto
Kenampakan Lapang Semak Belukar.............................................................. 20
(a) Kenampakan Visual Kebun Campuran dan (b) Foto Kenampakan
Lapang Kebun Campuran. Titik Kuning merupakan Lokasi Pengecekan
Lapang ............................................................................................................. 21
(a) Kenampakan Visual Hutan dan (b) Foto Kenampakan Lapang Hutan.
Titik Kuning merupakan Lokasi Pengecekan Lapang ..................................... 21
(a) Kenampakan Visual Taman (b) Foto Kenampakan Lapang Taman di
Halaman Kantor Gubernur. Titik Kuning merupakan Lokasi Pengecekan
Lapang ............................................................................................................. 22
(a) Kenampakan Visual Non Vegetasi (Lahan Terbuka) dan (b) Foto
Kenampakan Lapang Lapangan Bola, Titik Kuning merupakan Lokasi
Pengecekan Lapang ......................................................................................... 22
Peta Penggunaan Lahan ................................................................................... 24
(a) Kenampakan Penggunaan Lahan Permukiman Teratur pada Citra dan
(b) Foto Kenampakan Lapang. Titik Kuning merupakan Lokasi
Pengecekan Lapang ......................................................................................... 26
(a) Kenampakan Visual Penggunaan Lahan Permukiman Tidak Teratur
dan (b) Foto Kenampakan Lapang. Titik Kuning merupakan Titik
Pengecekan Lapang ......................................................................................... 26
(a) Peta Keteraturan Permukiman Secara Visual dan (b) Berdasarkan
Persepsi Penghuni Permukiman ...................................................................... 29

DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel Titik Persebaran Cek Lapang Menggunakan GPS ................................ 39
2. Tabel Perbandingan Keteraturan Permukiman Secara Visual dan
3.
4.
5.
6.
7.

Persepsi Penghuni ............................................................................................ 45
Form Kuisioner ................................................................................................ 47
Form Pengecekan Lapang ............................................................................... 49
Koefisien Korelasi ........................................................................................... 50
Perhitungan Jumlah Titik Pengecekan Lapang ............................................... 51
Perhitungan Jumlah Titik Wawancara ............................................................. 52

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkotaan merupakan pusat berlangsungnya aktivitas manusia yaitu
kegiatan sosial dari berbagai dimensi. Kemajuan dan perkembangan kota diikuti
dengan aspek-aspek pembentuk kota diantaranya aspek sosial dan ekonomi.
Menurut Undang-undang No. 22 Tahun 1999, kota merupakan kawasan yang
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi (Pemerintah RI 1999b). Seiring dengan perkembangan zaman yang
diikuti dengan peningkatan kebutuhan manusia terdapat beberapa permasalahan
yang terjadi di perkotaan terutama permasalahan lingkungan. Lingkungan kota
cenderung berkembang secara ekonomis dan menurun secara ekologis dimana
pembangunan perkotaan mengarah kepada pembangunan fisik yaitu sarana dan
prasarana (Chairunnisa 2013). Ketersediaan lahan dan pertumbuhan jumlah
penduduk yang tidak seimbang menyebabkan terjadinya konversi lahan dan
ketidaksesuaian penggunaan lahan.
Kota Pekanbaru merupakan salah satu kota besar dan pusat pertumbuhan
di Pulau Sumatera. Pada dekade 10 tahun terakhir pembangunan infrastruktur di
Kota Pekanbaru cukup pesat. Hal ini ditandai dengan telah dibangunnya fly over
di pusat Kota Pekanbaru. Perkembangan pembangunan permukiman, sarana, dan
prasarana merupakan wujud peningkatan kebutuhan masyarakat akan lahan untuk
mencapai kehidupan yang sejahtera. Peningkatan jumlah penduduk Kota
Pekanbaru berdasarkan data yang diperoleh BPS tahun 2000, 2005, 2010 dan
2013 masing - masing sebesar 586 223 jiwa, 720 197 jiwa, 897 768 jiwa dan 964
558 jiwa (BPS Kota Pekanbaru 2014). Ketersediaan sarana dan prasarana yang
cukup lengkap di Kota Pekanbaru menjadi penarik minat masyarakat luar Kota
Pekanbaru untuk mencari pekerjaan di wilayah ini.
Peningkatan jumlah penduduk yang cukup tinggi menuntut penyediaan
permukiman layak huni juga meningkat. Permukiman layak huni dapat diartikan
sebagai permukiman teratur yaitu permukiman yang dibangun secara terencana
sehingga menghasilkan bangunan dengan pola yang teratur dilengkapi dengan
kualitas sarana dan prasarana yang lebih baik. Menurut Undang-undang No. 1
Tahun 2011, permukiman merupakan bagian dari lingkungan hunian yang terdiri
atas lebih dari satu satuan perumahan yang memiliki prasarana, sarana, utilitas
umum serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan (Pemerintah RI 2011). Ketidakseimbangan ketersediaan lahan
dan jumlah penduduk menyebabkan Kota Pekanbaru berpotensi mengalami
perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai sehingga muncul bangunanbangunan permukiman dengan tingkat keteraturan rendah pada lahan yang tidak
sesuai peruntukannya.
Kondisi perkotaan yang semula memiliki ruang terbuka hijau (RTH)
berubah menjadi hamparan lahan terbangun sebagai akibat dari peningkatan
permintaan masyarakat akan lahan sehingga ketersediaan lahan yang dapat
dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau privat tidak terpenuhi. Ruang terbuka
hijau privat merupakan ruang terbuka hijau milik instansi tertentu atau orang
perseorangan yang dimanfaatkan sebagai kebun atau halaman rumah/gedung

2
milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan (DJPR PU 2008). Undangundang No. 26 Tahun 2007 mengamanatkan untuk menyediakan RTH publik
minimal 20 % dari luas kota dan RTH privat minimal 10 % dari luas kota
sehingga dapat menciptakan suasana kota yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan (Pemerintah RI 2007). Persepsi masyarakat yang berbeda terkait
dengan keberadaan pekarangan dan keterbatasan lahan di lingkungan permukiman
menyebabkan tidak termanfaatkannya lahan kosong untuk pekarangan.
Untuk menganalisis ketersediaan lahan pekarangan di setiap lingkungan
permukiman dilakukan wawancara kuisioner mengenai persepsi penghuni
permukiman terkait pemanfaatan lahan kosong sebagai pekarangan dan persepsi
penghuni mengenai keteraturan permukiman. Keteraturan permukiman yang
berada di daerah perkotaan dianalisis melalui interpretasi visual menggunakan
citra satelit Ikonos dengan resolusi spasial yang detil yaitu 1 m x 1 m
menggunakan software ArcGis 9.3 skala 1 : 3 500. Sehingga dapat diperoleh hasil
analisis yang tepat dan detil mengenai lahan permukiman serta keteraturan
permukiman yang berada di Kota Pekanbaru.
Tujuan Penelitian
1. Melakukan pemetaan penggunaan lahan perkotaan dengan citra Ikonos
2. Melakukan klasifikasi keteraturan permukiman secara visual dan mengetahui
persepsi penghuninya
3. Mengetahui persepsi penghuni terhadap pekarangan sebagai RTH privat

TINJAUAN PUSTAKA
Lahan, Penggunaan Lahan, Penutupan Lahan
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
hidrologi dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunaannya (Sitorus 1989). Penutupan lahan menurut Liliesand dan Kiefer
(1997) merupakan perwujudan fisik objek-objek yang menutupi lahan tanpa
mempersoalkan kegiatan manusia terhadap objek-objek tersebut. Berbeda dengan
penutupan lahan, menurut Arsyad (1989) penggunaan lahan merupakan setiap
bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik materil maupun spiritual. Penggunaan lahan
menyebabkan terjadinya tekanan terhadap lahan (Malingreau dan
Mangunsukoharjo 1978). Tekanan terhadap lahan merupakan upaya yang
dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama kebutuhan
sekunder yaitu permukiman.
Penggunaan lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya perubahan penggunaan lahan (Barlowe 1986). Perubahan penggunaan
lahan adalah proses perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan
lain yang bersifat permanen atau sementara maupun untuk tujuan komersial (Muiz
2009). Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan adalah
faktor manusia, yaitu kualitas dan kuantitas. Kualitas berkaitan dengan umur,
kepribadian, pendidikan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan penentuan
keputusan. Kuantitas berkaitan dengan jumlah penduduk. Peningkatan jumlah

3
penduduk menyebabkan tekanan populasi sehingga mendorong terjadinya
perubahan penggunaan lahan. Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan
pertambahan kebutuhan sandang, pangan, dan papan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Perubahan penggunaan lahan pada kenyataannya tidak dapat dihindari
karena keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan tidak terbatas namun
sumberdaya yang tersedia semakin terbatas.
Pada penelitian ini penggunaan lahan dibagi menjadi dua jenis, yaitu
penggunaan lahan terbangun dan lahan tidak terbangun. Penggunaan lahan
terbangun terdiri dari permukiman, perkantoran, rumah toko (ruko), bandar udara
(bandara), dan fasilitas umum. Penggunaan lahan tidak terbangun terdiri dari
perkebunan, kebun campuran, semak belukar, lahan terbuka, dan taman.
Permukiman
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 2011, permukiman merupakan
bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan
yang memiliki prasarana, sarana, utilitas umum serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan (Pemerintah RI 2011).
Permukiman menurut BSN (2010) adalah areal atau lahan yang digunakan sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian serta tempat berlangsungnya
kegiatan yang mendukung kehidupan.
Pada penelitian ini permukiman terbagi menjadi dua, yaitu permukiman
teratur dan tidak teratur. Permukiman teratur merupakan permukiman yang
memiliki perencanaan pembangunan. Permukiman terencana merupakan
permukiman yang dibangun secara terencana dalam suatu kawasan perumahan
dan secara umum mempunyai keseragaman dari aspek bentuk, ukuran, kualitas
dan tata letak bangunan serta terintegrasi dengan pembangunan prasarana dan
sarana perumahan (Martono et al 2006). Berbeda dengan permukiman teratur,
permukiman tidak teratur merupakan permukiman yang tidak memiliki
keseragaman bentuk bangunan, ukuran, kualitas, dan memiliki tata letak yang
kurang strategis.
Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007, Ruang terbuka hijau
(RTH) didefinisikan sebagai area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaanya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (Pemerintah RI 2007).
Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988, yang dimaksud
dengan ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang
lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area
memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada
dasarnya tanpa bangunan (Kemendagri 1988). Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 5 Tahun 2008 menjelaskan bahwa ruang terbuka hijau kota
merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang diisi
dengan tumbuhan, tanaman,dan vegetasi (DJPR PU 2008).
Fungsi RTH dibagi menjadi fungsi sosial ekonomi (produktif) dan budaya,
fungsi sebagai bio-ekologis, dan fungsi estetis (DJPR PU 2006). Fungsi sosial
ekonomi dan budaya menggambarkan ekspresi budaya lokal dimana RTH
dimanfaatkan sebagai media komunikasi masyarakat, tempat rekreasi, wadah

4
pendidikan dan penelitian. RTH berfungsi sebagai bio-ekologis karena dapat
menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro
agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai
peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap
polutan media udara, air, tanah, serta penahan angin. RTH juga memiliki fungsi
estetis untuk meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota, baik
pada skala mikro seperti pekarangan dan lingkungan permukiman maupun skala
makro seperti taman kota.
Berdasarkan status kepemilikannya, RTH dibagi menjadi dua, yaitu RTH
publik dan RTH privat. RTH publik berada di lahan-lahan publik atau lahan-lahan
milik pemerintah. RTH privat berada pada lahan-lahan milik pribadi seperti
pekarangan rumah (DJPR PU 2008). Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 5 Tahun 2008 proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar
30 % yang terdiri dari 20 % ruang terbuka hijau publik dan 10 % terdiri dari ruang
terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau privat adalah RTH milik institusi
tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas
antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta
yang ditanami tumbuhan (DJPR PU 2008). RTH privat memiliki beberapa fungsi
utama seperti fungsi ekologis serta fungsi tambahan, yaitu sosial budaya,
ekonomi, estetika/arsitektural. Memiliki ruang terbuka yang dimanfaatkan sebagai
RTH privat di setiap rumah membantu dalam keseimbangan sistem ekologis
dalam menciptakan udara bersih yang dibutuhkan anggota keluarga dalam skala
kecil dan dibutuhkan masyarakat perkotaan dalam cakupan yang luas.
Citra Ikonos
Ikonos berasal dari bahasa Yunani “Eye-KOH-NOS” yang berarti citra atau
image. Sistem satelit Ikonos dibuat oleh Lockheed Martin Commercial Space
System. Satelit Ikonos dioperasikan oleh Space Imaging Inc. Denver Colorado,
Amerika Serikat. Ikonos merupakan satelit komersial pertama dengan resolusi
spasial tinggi yang merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m (citra
berwarna) dan sebuah kanal pankromatik dengan resolusi 1 m (hitam-putih)
sehingga dapat membuat citra beresolusi tinggi. Citra Ikonos dapat diaplikasikan
untuk pemetaan sumberdaya alam daerah pedalaman dan perkotaan, analisis
bencana alam, kehutanan, pertanian, pertambangan dan deteksi perubahan. Citra
Ikonos dapat menyediakan data relevan untuk studi lingkungan (Crystiana dan Tri
2013).
Citra Ikonos merupakan salah satu contoh citra satelit beresolusi tinggi yang
banyak digunakan saat ini. Resolusi spasial citra mencerminkan seberapa rinci
suatu sensor yang dipasang pada satelit dapat merekam suatu objek di permukaan
bumi. Semakin besar nilai resolusi spasial maka semakin rinci informasi objek
yang ditampilkan (Rudianto 2010). Hal ini mempermudah pengamat dalam proses
identifikasi objek secara detail. Karakateristik dari citra Ikonos yang digunakan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

5
Tabel 1. Karakteristik Dasar Satelit Ikonos
Data Teknis
Tanggal peluncuran

Satelit Ikonos
24
September
1999
di
Vabdeberg Air Force Base,
California, USA

Data orbit :
-Orbit
-Ketinggian
-Kecepatan pada orbit
-Kecepatan di atas bumi
-Waktu orbit mengelilingi bumi
Resolusi Spasial :
-Resolusi pada nadir
-Resolusi 26° off-nadir
Resolusi Temporal :

Resolusi Spektral

Luas liputan (scane)

98,1°, sun synchronous
681 km
7,5 km/detik
6,8 km/detik
98 menit
0,82 m Pankromatik : 3,2 m MS
1,0 m Pankromatik : 4,9 MS
3 hari pada lintang 40°
Pankromatik : 0,45 – 0,90 µm
Band 1 (blue): 0,45 – 0,53 µm
Band 2 (green) : 0,52 – 0,61 µm
Band 3 (red) : 0,64 – 0,72 µm
Band 4 (VNIR) : 0,77 – 0,88 µm
(11,3 x 11,3) km pada nadir

(Sumber : Rudianto 2010)

Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi suatu
objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu
alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji
(Lillesand dan Kiefer 1997). Prinsip perekaman data oleh sensor dilakukan
berdasarkan perbedaan daya reflektansi energi elektromagnetik masing-masing
objek di permukaan bumi. Terdapat tiga resolusi yang umum digunakan untuk
mengidentifikasi karakteristik citra, yaitu resolusi spektral, resolusi spasial, resolusi
temporal dan resolusi radiometrik (Jansen 1996). Data penginderaan jauh dapat
berupa data analog dan data digital (citra satelit).
Murai (1996) mengklasifikasikan tipe-tipe informasi yang dapat diekstrak
melalui data penginderaan jauh, diantaranya tipe klasifikasi (land cover), deteksi
perubahan land cover, ekstraksi kualitas fisik (temperatur, komponen atmosfer,
elevasi), dan tipe identifikasi feature spesifik (identifikasi bencana alam). Beberapa
contoh manfaat dalam aplikasi penginderaan jauh adalah mampu mengidentifikasi
penutupan lahan, mengidentifikasi pola perubahan lahan, melakukan manajemen
dan perencanaan wilayah serta melakukan manajemen sumber daya hutan.
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem informasi geografis merupakan suatu sistem yang dirancang untuk
bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi.
Berdasarkan operasinya sistem informasi geografis dapat dibagi menjadi dua,
yaitu (1) cara manual, yang prinsip kerjanya memanfaatkan peta cetak

6
(kertas/transparansi), bersifat data analog, dan (2) cara terkomputer atau lebih
sering disebut cara otomatis yang prinsip kerjanya menggunakan komputer
sehingga data yang dihasilkan adalah data digital (Barus dan Wiradisasta 1997).
Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan
data atribut dalam bentuk digital. Penyajian data spasial mempunyai tiga cara
dasar yaitu dalam bentuk titik, garis, dan area (poligon). Titik merupakan
kenampakan tunggal dari sepasang koordinat x,y yang menunjukkan lokasi objek
berupa ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan sampel. Garis merupakan
sekumpulan titik-titik yang membentuk kenampakan memanjang seperti sungai,
jalan, kontur, dan lain-lain. Area merupakan kenampakan yang dibatasi oleh suatu
garis yang membentuk ruang homogen seperti batas daerah dan batas penggunaan
lahan (Chairunnisa 2013).
Menurut Prahasta (2002) sistem informasi geografis dapat diuraikan
menjadi beberapa subsistem berikut :
1) Data input : mengumpulkan serta mempersiapkan data spasial dan atribut dari
berbagai sumber.
2) Data output : menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian
basis data dalam bentuk softcopy maupun hardcopy.
3) Data manajemen : mengorganisasi data spasial maupun atribut ke dalam
sebuah basis data sehingga mudah dipanggil, diupdate dan diedit.
4) Data manipulation dan analysis: menentukan informasi-informasi yang dapat
dihasilkan oleh SIG serta melakukan manipulasi atau pemodelan data untuk
memperoleh hasil yang diinginkan.
SIG sudah banyak dipakai pada periode 1990-an di negara maju sebagai alat
yang ampuh untuk mendukung pembuatan suatu keputusan (Parker 1994).
Munculnya perkembangan teknik geospasial mengintegrasikan penggunaan
remote sensing, sistem informasi geografis dan global positioning systems
sehingga mempermudah pengolahan data spasial dan menghemat biaya (Rawat
dan Kumar 2015). Beberapa alasan yang menyebabkan konsep-konsep SIG
beserta aplikasinya menjadi menarik untuk digunakan diberbagai ilmu,
diantaranya:
1) SIG dapat digunakan sebagai alat bantu utama yang efektif, menarik,
meningkatkan pemahaman mengenai ide-ide atau konsep-konsep lokasi, ruang
(spasial), kependudukan, dan unsur-unsur geografis yang terdapat di
permukaan bumi beserta data-data atribut yang menyertainya.
2) SIG menggunakan data spasial dan atribut secara terintegrasi sehingga
sistemnya dapat menjawab pertanyaan spasial maupun non spasial.
3) SIG memiliki kemampuan dalam memvisualkan data spasial dan atribut.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlokasi di wilayah administrasi Kota Pekanbaru, Provinsi
Riau yang terdiri dari tiga sampel kecamatan yaitu Kecamatan Pekanbaru Kota,
Sail dan Marpoyan Damai. Pemilihan tiga kecamatan lokasi penelitian didasari
oleh perbedaan jarak dimana Kecamatan Marpoyan Damai berada jauh (± 10 km)
dari pusat kota, Kecamatan Sail berada dekat dengan pusat kota (± 3 km) dan

7
Kecamatan Pekanbaru Kota berada di pusat Kota. Penelitian ini berlangsung
selama tujuh bulan, terhitung sejak bulan Mei hingga November 2015.
Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh dan
Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada Tabel 2.
Sementara itu, alat yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 2. Bahan Penelitian
No
1.

3.

Bahan
Citra Ikonos Kota
Pekanbaru 2013
Peta Administrasi
Kota Pekanbaru
Peta Jalan

4.

Peta Sungai

5.

Buku Pekanbaru
Dalam Angka Tahun
2014

2.

Resolusi/Skala
1x1m
1: 50 000
1: 50 000
1: 50 000

Sumber
Dinas Tata Ruang dan Kota
Pekanbaru
Dinas Tata Ruang dan Kota
Pekanbaru
Dinas Tata Ruang dan Kota
Pekanbaru
Dinas Tata Ruang dan Kota
Pekanbaru
BPS Kota Pekanbaru

Tabel 3. Alat Penelitian
No.
Alat
ArcGis 9.3
1
2
3
4
5
6

Keterangan

Microsoft Office Visio 2007
Microsoft Excel 2007
Microsoft Word 2007
GPS
Digital Camera

Interpretasi penggunaan/penutupan lahan dan
pengolahan data
Perancangan diagram alir
Tabulasi data
Penulisan karya ilmiah
Menentukan titik koordinat pengecekan lapang
Dokumentasi objek lapang

Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, tahap
pengumpulan data, tahap pengolahan data dan analisis data. Tahap penelitian
digambarkan secara diagfragmatis pada Gambar 1.

8

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

9
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pemilihan dan
penentuan tema penelitian, pembuatan proposal penelitian, dan melakukan studi
literatur. Tahap ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai analisis
permukiman di tiga kecamatan daerah penelitian.
2. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data diantaranya adalah pengumpulan data spasial.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder seperti Citra Ikonos tahun
2013, peta jalan, peta sungai, peta Administrasi Kota Pekanbaru dan data primer
yang diperoleh dari pengecekan lapang. Data lainnya adalah data hasil wawancara
kuisioner mengenai persepsi penghuni permukiman terhadap keteraturan
permukiman dan mendokumentasikan kegiatan dalam bentuk foto. Pengecekan
lapang bertujuan untuk validasi hasil interpretasi sehingga hasil peta yang
diperoleh memiliki tingkat ketepatan yang lebih baik sebab citra Ikonos Kota
Pekanbaru yang diinterpretasi adalah citra tahun 2013 dan ingin melihat gambaran
tutupan lahan pada tahun 2015.
Lokasi pengecekan lapang dan persebaran kuisioner ditentukan dari 800
poligon penggunaan lahan hasil dijitasi di tiga kecamatan lokasi penelitian.
Penentuan jumlah poligon penggunaan lahan untuk pengecekan lapang dan
persebaran kuisioner untuk wawancara ditentukan dengan menggunakan teknik
Slovin yaitu teknik yang digunakan untuk menentukan sub poligon penggunaan
lahan di tiap kelurahan di tiga kecamatan lokasi penelitian dari 800 poligon yang
berada di lokasi penelitian. Jumlah keseluruhan poligon penggunaan lahan untuk
pengecekan lapang yang direncanakan adalah 216 poligon dan jumlah poligon
untuk wawancara kuisioner adalah 100 poligon. Berdasarkan jumlah poligon yang
telah ditentukan dengan teknik Slovin tersebut selanjutnya dilakukan penitikan
lokasi pengecekan lapang dan wawancara kuisioner dengan metode stratified
random sampling adalah metode pengambilan sampel berdasarkan strata
(tingkatan) dari sejumlah populasi (poligon). Perhitungan jumlah titik pengecekan
lapang disajikan pada Lampiran 6.
Penentuan jumlah polygon pengecekan lapang (sejumlah 216) dan
wawancara kuisioner (sejumlah 100 responden) diperoleh berdasarkan
perhitungan rumus Slovin. Rumus Slovin disajikan sebagai berikut (Sevilla et al
2007).

n=
Keterangan :
n : Jumlah sampel poligon penggunaan lahan lokasi penelitian
N : Jumlah keseluruhan poligon penggunaan lahan
e : Standar error (0.05)

10
Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk menentukan sub sampel:

ni =
Keterangan :
ni : Jumlah poligon sampel penggunaan lahan tipe-i
Ni : Jumlah poligon satu jenis penggunaan lahan tipe-i
N : Jumlah keseluruhan poligon penggunaan lahan
n : Jumlah sampel poligon penggunaan lahan lokasi penelitian
i : Kelurahan
Berdasarkan kebutuhan penelitian dihasilkan 50 responden dari 100
responden untuk wawancara kuisioner mengenai persepsi penghuni terhadap
keteraturan permukiman. Jumlah semula responden 100 responden merupakan
jumlah responden dengan penggunaan lahan beragam atau tidak hanya
permukiman sebagai akibat dari perubahan tujuan penelitian.
3. Tahap Analisis
Interpretasi Citra
Interpretasi merupakan proses ekstraksi informasi kualitatif maupun
kuantitatif sebuah peta, baik mengenai bentuk, lokasi, struktur, fungsi, kualitas,
hubungan antar objek dan lain-lain (Murai 1999). Interpretasi pada dasarnya
terdiri dari dua kegiatan utama yaitu (1) proses pengenalan data dari citra berupa
pengenalan objek tergambar pada citra serta penyajiannya ke tabel, grafik, dan
peta tematik, (2) penggunaan data tersebut untuk tujuan tertentu. Urutan pekerjaan
(interpretasi) mneurut Sutanto (1989) dimulai dari menguraikan atau memisahkan
objek dengan pola atau bentuk berbeda diikuti dengan proses penarikan garis
batas bagi objek yang memiliki pola dan bentuk yang sama. Sutanto (1989)
memberikan karakteristik dasar kenampakan pada citra sebagai kunci dalam
proses interpretasi citra, yaitu:
1. Bentuk : konfigurasi atau kerangka suatu obyek.
2. Ukuran : besar kecilnya obyek pada citra dengan mempertimbangkan
skala citra.
3. Pola : hubungan spasial obyek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau
hubungan obyek alami atau buatan akan memberikan suatu pola yang
dapat membantu penafsiran.
4. Bayangan : memberikan gambaran profil suatu obyek atau menghalangi
proses interpretasi akibat kurangnya cahaya sehingga sukar diamati pada
citra.
5. Rona : adanya tingkatan keabuan atau kecerahan relatif obyek pada citra.
6. Warna : dipresentasikan dengan hue, value, dan chroma.
7. Tekstur : frekuensi perubahan rona pada citra. Tekstur merupakan
gabungan dari bentuk, ukuran, pola, bayangan, dan ronanya.
8. Situs : hubungan antara posisi suatu terhadap obyek lainnya sehingga
suatu obyek dapat dikenali dari hubungan tersebut.

11
9. Asosiasi : keterkaitan suatu obyek terhadap lokasi dimana obyek tersebut
ditemukan.
Interpretasi citra Ikonos dilakukan secara on screen digitizing yaitu
mendijitasi penggunaan lahan secara manual langsung di komputer (Crystiana dan
Tri 2013). Proses dijitasi on screen dilakukan pada skala 1 : 3 500 untuk
memperoleh data penggunaan dan penutupan lahan (land cover/use). Data
penggunaan dan penutupan lahan didukung dengan pengecakan lapang. Hasil
interpretasi citra digunakan untuk membandingkan keteraturan permukiman
secara visual dengan keteraturan permukiman berdasarkan persepsi masyarakat
yang menempati suatu wilayah.
Interpretasi Visual Keteraturan Permukiman
Penggunaan lahan permukiman dibedakan menjadi permukiman teratur dan
tidak teratur. Keteraturan permukiman didasari oleh kunci klasifikasi visual
dimana permukiman teratur dicirikan dengan bentuk bangunan yang sama,
memiliki pola bangunan berulang serta ukuran bangunan yang relatif sama.
Permukiman yang tidak teratur dicirikan dengan pola bangunan yang tidak teratur,
memiliki variasi ukuran bangunan dan padatnya kerapatan bangunan ditandai
dengan tidak terlihatnya jalan.
Identifikasi Persepsi Penghuni Permukiman
Identifikasi mengenai persepsi penghuni permukiman dilakukan dengan
wawancara yang dipandu dengan kuisioner. Kuisioner yang digunakan adalah
kuisioner terstruktur untuk menjaring informasi mengenai persepsi penghuni
yaitu identitas responden, pendapatan bulanan, kondisi tempat tinggal dan
infrastruktur. Setiap kuisioner yang sudah diisi secara lengkap kemudian diinput
dalam format excel untuk mempermudah pengolahan data. Data hasil berformat
excel diuji lanjut dengan menggunakan analisis statistika yaitu korelasi sederhana
untuk memperoleh hubungan antara data dependent dan data independent.
Identifikasi persepsi penghuni dilakukan untuk mengetahui pendapat penghuni
mengenai lingkungan permukiman dan mengetahui pemahaman penghuni
mengenai keteraturan permukiman.
Rumus Korelasi Sederhana dapat disajikan sebagai berikut (Walpole 1993).

r=

√ ∑



(∑


)



Keterangan:
r : Korelasi sederhana pearson
n : Ukuran sampel
xi : Nilai peubah x untuk anggota populasi ke-i
yi : Nilai peubah y untuk anggota populasi ke-i



(∑

)

12
Identifikasi Persepsi Penghuni Terhadap Keberadaan Pekarangan Sebagai
RTH Privat
Identifikasi persepsi penghuni permukiman terhadap pekarangan diperoleh
melalui wawancara terhadap responden yang dipandu dengan kuisioner. Persepsi
ini diuji kesamaanya dengan cara membandingkan persepsi responden dengan
keberadaan pekarangan di rumah yang bersangkutan. Daftar kuisioner disajikan
pada Lampiran 3.

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
Kondisi Geografis
Tiga kecamatan yang menjadi lokasi penelitian, yaitu Kecamatan Pekanbaru
Kota, Sail dan Marpoyan Damai masuk ke dalam administrasi Kota Pekanbaru
(Gambar 2). Secara geografis, Kota Pekanbaru terletak antara 101º24’–101º30’
Bujur Timur dan 0º26’–0º30’ Lintang Utara. Menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.19 Tahun 1987, pada tanggal 7 September 1987
ditetapkan bahwa daerah Kota Pekanbaru mengalami perluasan sebesar ± 383.5
km², dari ± 62.9 km² menjadi ± 446.5 km² (Pemerintah RI 1987). Berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Pekanbaru No. 4 Tahun 2003 dibentuk kecamatan baru
menjadi 12 kecamatan dan kelurahan baru menjadi 58 kelurahan (Pemda Kota
Pekanbaru 2003). Lokasi penelitian berbatasan dengan :
Sebelah Utara
: Kecamatan Lima Puluh, Senapelan dan Rumbai
Sebelah Timur
: Kecamatan Tenayan Raya dan Kabupaten Pelalawan
Sebelah Selatan
: Kabupaten Kampar
Sebelah Barat
: Kecamatan Tampan dan Payung Sekaki.
Topografis dan Geologi
Secara umum Kota Pekanbaru memiliki ketinggian 5–50 m di atas
permukaan laut. Sebagian wilayah terdiri dari dataran rendah yang datar (0–2%)
dan sebagian kecil bergelombang (2–40%). Kawasan pusat kota memiliki
ketinggian rata-rata antara 10-20 m di atas permukaan laut. Kondisi topografis
Kota Pekanbaru yang dominan datar merupakan potensi yang strategis untuk
perkembangan dan pertumbuhan kegiatan perekonomian. Adanya pusat
perbelanjaan yaitu Pasar Bawah dan taman rekreasi Alam Mayang merupakan
tujuan wisata yang menarik bagi pengunjung yang berasal dari luar kota dan juga
masyarakat Kota Pekanbaru.
Secara geologi, Kota Pekanbaru terdiri dari endapan Alluvium muda yang
terbentuk akibat pengangkutan dan pengendapan sisa-sisa bahan induk oleh aliran
Sungai Siak yang mengalir dari Barat hingga Timur wilayah Pekanbaru. Sebagian
besar wilayah Kota Pekanbaru termasuk formasi minas dengan karakteristik
diantaranya memiliki kandungan mineral lempung Kaolinit yang mempunyai sifat
porositas tanah rendah, dapat menahan senyawa aluminium sehingga tanah
bersifat asam dan korosif terhadap material logam. Kondisi ini menyebabkan jenis
tanah di Kota Pekanbaru bervariasi antara lain Alluvial dan Organosol pada
daerah pinggiran kota.

13
Iklim
Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara
maksimum berkisar antara 32.4–33.8ºC dan suhu minimum berkisar antara 23.024.2ºC. Kota Pekanbaru memiliki kisaran curah hujan antara 66.3–392.4 mm per
tahun dengan curah hujan dan hari hujan tertinggi pada bulan November.
Kelembaban rata–rata Kota Pekanbaru berkisar antara 68-83% (BPS Kota
Pekanbaru 2014).
Demografi dan Tenaga Kerja
Jumlah penduduk Kota Pekanbaru mengalami pertambahan setiap tahun.
Hal ini menandakan Kota Pekanbaru merupakan daerah tujuan bagi masyarakat
pendatang untuk mencari pekerjaan. Jumlah penduduk Kota Pekanbaru mencapai
999 031 jiwa pada tahun 2013 dengan jumlah penduduk terpadat berada di
Kecamatan Marpoyan Damai sebesar 139 707 jiwa (Tabel 4).
Masalah penduduk yang terjadi di Kota Pekanbaru sama halnya seperti
masalah penduduk yang terjadi di daerah lain di Indonesia yaitu peningkatan
jumlah penduduk yang tinggi. Masalah peningkatan jumlah penduduk dapat
dikaitkan dengan jumlah ketersediaan lapangan pekerjaan dimana penduduk yang
mencari pekerjaan cenderung tidak seimbang dengan jumlah kesempatan kerja
yang tersedia sehingga jumlah pengangguran terutama di kota-kota besar seperti
Kota Pekanbaru cenderung meningkat. Hal ini mengacu pada data BPS Kota
Pekanbaru (2014) yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 4. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Tahun 2013
Kecamatan

Luas

Penduduk

Pekanbaru Kota
Sail
Marpoyan Damai

Km2
2.3
3.3
29.7

Jiwa
105.52
98.78
104.12

Kepadatan
Penduduk
Orang/Km2
46.7
30.37
3.57

Tabel 5. Jumlah Lowongan Kerja, Jumlah Pekerja, dan Pengan