Potensi dan Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Ikan di PPN Karangantu Upaya Meningkatkan Aktivitas Kepelabuhanan Perikanan

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI
PENGOLAHAN IKAN DI PPN KARANGANTU: UPAYA
MENINGKATKAN AKTIVITAS KEPELABUHANAN PERIKANAN

ASEP HAMZAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA1
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul potensi dan strategi
pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Karangantu: upaya meningkatkan
aktivitas kepelabuhanan perikanan adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015
Asep Hamzah
NIM C451120021

1

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait

RINGKASAN
ASEP HAMZAH. Potensi dan Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Ikan
di PPN Karangantu: Upaya Meningkatkan Aktivitas Kepelabuhanan Perikanan.
Dibimbing oleh ANWAR BEY PANE, ERNANI LUBIS, dan IIN SOLIHIN
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu terletak di Pantai Utara
Banten, merupakan pelabuhan perikanan tipe B yang ada di Provinsi Banten.
Produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan juga merupakan yang terbesar
dibandingkan dengan pelabuhan perikanan yang ada di sekitarnya yaitu 93 %
(2.797 ton) di Kota dan Kabupaten Serang pada tahun 2013. Produksi ikan hasil
tangkapan yang didaratkan memiliki peranan penting dalam industri pengolahan

ikan. Produksi yang relatif tinggi di suatu pelabuhan perikanan secara tidak
langsung dapat menarik investor untuk melakukan investasi, agar
keberlangsungan usaha dapat terjamin. Keunggulan tersebut, menjadikan PPN
Karangantu ditunjuk sebagai kawasan industri perikanan (sebelumnya
minapolitan) subsektor perikanan tangkap sejak tahun 2010.
Namun demikian, sejak penunjukan tersebut sampai saat ini, kegiatan
pengolahan ikan belum terdapat di dalam PPN Karangantu sebagai akibat belum
adanya kawasan/lahan khusus pengolah ikan. Hal ini sebagai dampak dari
peraturan pemerintah pusat sampai tahun 2012 tentang pengkelasan pelabuhan
perikanan yang hanya mengembangkan industri untuk PP kelas Samudera (tipe A)
saja, sehingga sejak berstatus kelas PPP (tipe C) dan PPI (tipe D), pelabuhan ini
belum direncanakan untuk mengembangkan industri. Industri pengolahan ikan
saat ini berada di sekitar PPN Karangantu berupa pengasinan ikan dengan jumlah
pengolah ikan sebanyak 40 unit. Kegiatan industri pengolahan ikan tersebut perlu
dipindahkan dan dikonsentrasikan kedalam kawasan PP; selain agar pelaku
industri dapat menikmati/ memanfaatkan fasilitas dan pelayanan pemerintah, juga
sesuai dengan kebijakan pemerintah saat ini yang mengembangkan industri
pengolahan ikan di dalam PP karena sangat menguntungkan bagi pelaku industri
pengolahan.
Keberadaan kegiatan pengolahan ikan di PPN Karangantu, juga akan

berdampak positif yaitu berupa peningkatan aktivitas penangkapan ikan, seperti
jumlah armada dan volume produksi hasil tangkapan karena meningkatnya
permintaan bahan baku untuk industri. Dalam perkembangannya, pemenuhan
kebutuhan ikan bahan baku tidak dapat dilakukan oleh pengelola pelabuhan itu
sendiri, melainkan diperlukan kerjasama antar pelabuhan perikanan lain di
sekitarnya sehingga terjadi keterkaitan antara pelabuhan yang satu dengan
pelabuhan lainnya. Beberapa contoh pelabuhan perikanan yang memanfaatkan
keterkaitan pelabuhan perikanan yang satu dengan yang lain dalam pemenuhan
kebutuhan bahan baku ikan diantaranya PPN Palabuhanratu dengan PPI-PPI
sekitarnya seperti PPI Cisolok (Pane 2010) dan pelabuhan Boulogne Sur Mer di
Prancis yang memenuhi bahan baku dari negara-negara Eropa sekitarnya (Lubis et
al 2013). Adanya keterkaitan atau konektivitas antar pelabuhan perikanan bisa
menjadi solusi pemenuhan kebutuhan bahan baku ikan bagi pengusaha
pengolahan.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui potensi unggulan ikan–ikan
hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu untuk bahan baku industri

pengolahan ikan; (2) Menentukan alternatif produksi hasil tangkapan dari
pelabuhan perikanan sekitarnya yang mendukung industri pengolahan ikan di
PPN Karangantu. (3) Mendapatkan strategi pengembangan industri pengolahan

ikan di PPN Karangantu sebagai upaya meningkatkan aktivitas kepelabuhanan
perikanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 jenis ikan yang memiliki
nilai pertumbuhan LQ positif dengan skor 3 yaitu cumi-cumi, kembung, kuniran,
kurisi, lemuru, tongkol dan manyung. Skor LQ 3 mengindikasikan bahwa jenisjenis ikan tersebut terkonsentrasi pendaratannya secara relatif di PPN Karangantu
dan dapat terus dikembangkan kedepannya untuk menjadi bahan baku industri
pengolahan ikan di PPN Karangantu. Alternatif produksi ikan hasil tangkapan
dapat diperoleh dari PPI Pulo Kalih, PPI Pulo Panjang, PPI Wadas, PPI Terale,
dan PPI Lontar dengan jenis ikan yang disesuaikan dengan kebutuhan pengolah
ikan di PPN Karangantu dan didatangkan dari laut atau melalui transportasi darat.
Terdapat tiga strategi pengembangan industri pengolahan ikan di PPN
Karangantu diantaranya; (1) Mengoptimalkan sarana dan prasarana yang telah
tersedia untuk pengembangan industri perikanan di PPN Karangantu; (2)
Meningkatkan kerjasama antara PPN Karangantu, STP Karangantu dan DKP Kota
Serang agar tercipta iklim industri perikanan yang baik. (3) Kerjasama antar
institusi (PPN Karangantu dan DKP Kota Serang) agar industri perikanan di PPN
Karangantu dapat berkembang.
Kata Kunci: pengolahan ikan, pelabuhan perikanan, PPN Karangantu

SUMMARY

ASEP HAMZAH. Potency and Strategy of Fish Processing Industry Development
in Karangantu Archipelago Fishing Port: The Efforts to Increase Fishing Ports
Activities. Supervised by ANWAR BEY PANE, ERNANI LUBIS, and IIN
SOLIHIN
Karangantu Archipelago Fishing Port (AFP/PPN) located in Northern Coast
of Banten, a type B fishing port in Banten Province. Fish landed production is also
the biggest compared to the existing fishing port around it which 93% (2,797 tons)
in the City and County of Serang in 2013. Production of the fish landed has an
important role in the fish processing industry. Relatively high production in a
fishing port indirectly can attract the investor to invest, in order to guaranteed
business continuity. These advantages, make the PPN Karangantu designated for
fishery industry (formerly minapolitan) fisheries subsector since 2010.
However, since the appointment until now, there has been no fish
processing activities in PPN Karangantu as a result of the lack of region / specific
area for fish processors. This is as a result of central government regulations until
2012 on the grading of fishing ports which is only develop the industry for type A
fishing port only, so that since fishing port status is type C and type D, the fishing
port has not been planned for developing the industries. Currently, the fish
processing industry is around PPN Karangantu such fish salting by the number of
fish processors as many as 40 units. The activities of fish processing industries

needs to be moved and concentrated in fishing port area; in order to industry
actors can enjoy /utilize the facilities and government services, also in accordance
with currently government policies that developing the fish processing industries
in fishing port is very profitable for the processing industry.
The existence of a fish processing activities in PPN Karangantu, will have a
positive impact of increased fishing activities. Increase in fishing activity, it can
such an increase in the number of fleets and production volume of the catch due to
the increased of raw materials demand for industries. During its development, the
fulfillment of fish as raw material can not be done by the Port itself, but rather
needed cooperation among fishing ports around them, resulting relation of one
port to the other ports. Some examples of fishing ports that utilize the fishing
ports linkages one with other in fulfilling the needs of fish as raw material such
PPN Palabuhanratu with vicinity such as PPI Cisolok (Pane 2010) and Boulogne
Sur Mer in France which fulfillment the raw material from around European
countries (Lubis et al 2013). Connectivity among fishing ports could be a
solution for fulfilling the needs of raw materials for fish processing actors.
This research aims to: (1) Determine the potential featured of fish catches
landed in PPN Karangantu for raw materials of fish processing industries; (2)
Getting production alternatives of catches fish around fishing ports that supports
of fish processing industries in PPN Karangantu; (3) Getting of fish processing

industries development strategy in PPN Karangantu an effort to increase the
activity of the fishing port.
The results showed that there are 7 types of of fish which have a positive
value LQ growth with a score is 3 such as squid, mackerel, kuniran, kurisi,
sardine, tuna and Ariidae. LQ score of 3 indicates that the types of fish are

concentrated relative its landing in PPN Karangantu and can be developed in the
future to become a raw material of fish processing industries in PPN Karangantu.
Alternative production of the fish cathes can be obtained from Pulo Kalih Coastal
Fishing Port (CFP/PPP), PPP Pulo Panjang, PPP Wadas, PPP Terale and PPP
Lontar with the type of fish adapted to the needs of fish processors in Karangantu
TFP and brought in by the sea or via land transportation.
There are three of fish processing industries development strategy in PPN
Karangantu including; (1) Optimizing infrastructure that already available for the
development of the fishing industry in PPN Karangantu; (2) Increase the
cooperation between PPN Karangantu, Karangantu Fisheries Institut and Serang
Fisheries and Marine Agencies (FMA) in order to create a good condition for
fisheries industry. (3) Cooperation between institutions (PPN Karangantu and of
Serang City FMA) in order to fishery industry in PPN Karangantu can be
developed.

Keywords: fish processing, fishing port, PPN Karangantu

©Hak Cipta Milik IPB 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang megumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI
PENGOLAHAN IKAN DI PPN KARANGANTU: UPAYA
MENINGKATKAN AKTIVITAS KEPELABUHANAN PERIKANAN

ASEP HAMZAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains
Pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si

Judul Usulan Penelitian

Nama Mahasiswa
NIM
Program Studi

: Potensi dan Strategi Pengembangan Industri
Pengolahan Ikan di PPN Karangantu: Upaya
Meningkatkan Aktivitas Kepelabuhanan Perikanan

: Asep Hamzah
: C451120021
: Teknologi Perikanan Laut
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA
Ketua

Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA
Anggota

Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si
Anggota

Diketahui Oleh:
Ketua Program Studi
Teknologi Perikanan Laut

Dekan Sekolah Pascasarjana


Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc

Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

Tanggal Ujian: 12 Mei 2015

PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karuniaNya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan. Topik penelitian yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari sampai April 2014 adalah mengenai
Potensi dan Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Ikan di PPN Karangantu:
Upaya Meningkatkan Aktivitas Kepelabuhanan Perikanan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA, Dr Ir
Ernani Lubis, DEA dan Dr Iin Solihin, S.Pi. MSi selaku Komisi Pembimbing
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua atas doa, dan
dukungannya, serta kepada kerabat dan teman-teman yang senantiasa memberikan
dukungan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015

Asep Hamzah
C451120021

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

ii
iii
iv

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan
Tujuan
Manfaat

1
4
4
4

2 METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Metode Penelitian
Analisis Data

5
5
8

3 KEADAAN UMUM
Keadaan umum daerah Kota Serang
Keadaan umum PPN Karangantu
Kondisi industri pengolahan di PPN Karangantu dan sekitarnya

18
19
23

4 POTENSI UNGGULAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PPN
KARANGANTU
Kondisi industri pengolahan ikan di PPN Karangantu dan sekitarnya
Komoditas unggulan ikan bahan baku industri pengolahan ikan di PPN
Karangantu
Produksi ikan hasil tangkapan di PP/PPI sekitar PPN Karangantu
Distribusi ikan hasil tangkapan dari PPI-PPI sekitar PPN Karangantu
Potensi industri pengolahan ikan di PPN Karangantu

26
29
47
50
52

5 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN
DI PPN KARANGANTU
Faktor-faktor internal pengembangan industri pengolahan ikan
55
Faktor-faktor eksternal pengembangan industri pengolahan ikan
60
Strategi pengembangan industri pengolahan ikan
63
6 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

66
66
67
69

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jumlah responden nelayan pada penelitian pengembangan industri
pengolahan ikan di PPN Karangantu di Kota Serang, 2013
2 Matrik IFAS potensi pengembangan industri kepelabuhanan perikanan
di PPN Karangantu, 2014
3 Matrik EFAS potensi pengembangan industri kepelabuhanan
perikanan di PPN Karangantu, 2014
4 Penilaian bobot faktor strategi internal potensi pengembangan industri
kepelabuhanan perikanan di PPN Karangantu 2014
5 Penilaian bobot faktor strategi eksternal potensi pengembangan
industri kepelabuhanan perikanan di PPN Karangantu 2014
6 Perkembangan jumlah penduduk menurut jenis kelamin Kota Serang
tahun 2012
7 Fasilitas dan kondisi fasilitas di PPN Karangantu 2013
8 Frekuensi bongkar muat kapal penangkapan di PPN Karangantu tahun
2009 - 2013 (kali)
9 Jumlah alat tangkap menurut jenis di PPN Karangantu Tahun 2013
10 Jumlah nelayan yang melakukan aktivitas di PPN Karangantu, 2013
11 Produksi dan Nilai Produksi Ikan di PPN Karangantu
12 Daftar PPI-PPI yang berada di Kabupaten Serang
13 Jenis-jenis ikan didaratkan dan volume produksinya per jenis ikan per
tahun di PPN Karangantu tahun 2008-2013
14 Jenis-jenis ikan didaratkan dan volume produksinya per jenis ikan per
tahun di Propinsi Banten tahun 2008-2013
15 Nilai dan Skor Location Quotient (LQ) per jenis ikan di PPN
Karangantu Tahun 2008-2012
16 Volume produksi ikan hasil tangkapan di PPN Karangantu 2004-2013
17 Proyeksi kemampuan penyediaan volume produksi ikan di PPN
Karangantu 2014-2028
18 Proyeksi kemampuan penyediaan volume produksi ikan hasil
tangkapan per jenis ikan di PPN Karangantu 2014-2028 (dalam ton)
19 Jenis-jenis ikan dominan yang didaratkan di PPN karangantu, 2013
20 Kemampuan Penyediaan jenis-jenis ikan dominan di PPN Karangantu,
Tahun 2013
21 Nilai mutu organoleptik ikan sampel dominan yang didaratkan di PPN
Karangantu, Februari-April 2014.
22 Ukuran panjang individu ikan sampel dominan didaratkan di PPN
Karangantu, Februari-April 2014
23 Indikator rata-rata harga menurut jenis ikan dominan yang didaratkan
di PPN Karangantu tahun 2013
24 Produksi ikan hasil tangkapan per jenis di tiap PPI di Kabupaten
Serang, 2013 (dalam ton)
25 Pola jalur distribusi ikan hasil tangkapan dari PPI di Kabupaten Serang
ke PPN Karangantu.
26 Potensi Industri Pengolahan Ikan berdasarkan Jenis Ikan di PPN
Karangantu

7
12
14
15
16
18
20
21
21
21
22
24
29
30
31
32
33
37
38
38
39
42
46
48
51
53

27 Matrik IFAS Strategi pengembangan industri perikanan di PPN
Karangantu, 2014
28 Matrik EFAS strategi pengembangan industri perikanan di PPN
Karangantu, 2014
29 Matrik SWOT Strategi pengembangan pengolahan ikan di PPN
Karangantu

59
63
64

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Proporsi produk ikan yang dipasarkan di PPN Karangantu 2009-2012
2 Lokasi penelitian PPN Karangantu dan lokasi pangkalan-pangkalan
pendaratan ikan disekitarnya
3 Kerangka operasional penelitian potensi dan strategi pengembangan
industri pengolahan ikan di PPN Karangantu, 2014
4 Perkembangan jumlah produksi dan nilai produksi di PPN Karangantu
2009-2013
5 Pedagang ikan eceran di PPI-PPI Kab. Serang, 2013
6 Jenis-jenis ikan asin pada industri pengolahan di sekitar di PPN
Karangantu
7 Contoh kemasan produk sate bandeng
8 Kurva perkembangan volume produksi ikan hasil tangkapan di PPN
Karangantu 2008-2012
9 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi ikan hasil
tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu, 2004-2013
10 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil
tangkapan ikan tenggiri yang didaratkan di PPN Karangantu, 20092013
11 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil
tangkapan ikan tembang yang didaratkan di PPN Karangantu, 20092013
12 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil
tangkapan ikan teri yang didaratkan di PPN Karangantu, 2009-2013
13 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil
tangkapan ikan layang yang didaratkan di PPN Karangantu, 2009-2013
14 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil
tangkapan ikan cumi yang didaratkan di PPN Karangantu, 2009-2013
15 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil
tangkapan ikan cendro yang didaratkan di PPN Karangantu, 2009-2013
16 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil
tangkapan ikan kurisi yang didaratkan di PPN Karangantu, 2009-2013
17 Kecenderungan kemampuan penyediaan volume produksi hasil
tangkapan ikan kuniran yang didaratkan di PPN Karangantu, 20092013
18 Sebaran mutu ikan berdasarkan nilai mutu organoleptik untuk ikan
sampel dominan yang didaratkan di PPN Karangantu pada FebruariMaret 2014

2
5
17
22
25
27
29
30
34

34

34
34
35
35
35
36

36

40

19 Histogram sebaran persentase jumlah individu ikan menurut ukuran
panjang ikan dari ketiga jenis sampel ikan dominan didaratkan di PPN
Karangantu, Februari-April 2014
20 Armada penangkapan ikan yang sedang tambat labuh di PPI Pasauran,
tahun 2013
21 Peta kemungkinan distribusi ikan hasil tangkapan yang dapat dilakukan
dari PPI-PPI di Kabupaten Serang ke PPN Karangantu untuk suplai
bahan baku industri pengolahan ikan
22 Instalasi air bersih dan pabrik es di PPN Karangantu

44
49

51
57

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Nama lokal dan latin ikan hasil tangkapan di PPN Karangantu dan PPIPPI sekitar PPN Karangantu
2 Spesifikasi dan nilai organoleptik ikan basah
3 Altenatif skor untuk analisis SWOT
4 Perhitungan bobot analisis SWOT
5 Peta area PPN Karangantu dan pengolahan ikan
6 Kondisi kolam pelabuhan/Sungai Cibanten saat mengalami surut
7 Armada penangkapan di PPI-PPI Kabupaten Serang yang berukuran <
5 – 10 GT tahun 2013

69
70
71
75
77
78
79

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pelabuhan Perikanan merupakan simpul penting yang menjadi
penghubung antara kegiatan penangkapan ikan di laut dengan kegiatan
pengolahan dan pemasaran yang dilakukan di darat. Lubis (2012) menyatakan
bahwa peran pelabuhan dalam kegiatan ekonomi regional sangat penting. Hal ini
karena pelabuhan perikanan mempunyai tanggung jawab untuk dapat menjamin
keberlangsungan suplai bahan baku bagi pelaku industri kepelabuhan perikanan
yang ada di dalam kawasan pelabuhan perikanan. Peraturan Menteri KP Nomor 8
Tahun 2012 menyatakan juga bahwa pelabuhan perikanan mempunyai fungsi
untuk melaksanakan pengusahaan berupa pelayanan pengolahan hasil perikanan.
Industri Kepelabuhanan Perikanan (IKP) merupakan kegiatan industri
yang berhubungan dengan perikanan dan dilakukan di dalam pelabuhan
perikanan. Kegiatan ini terbagi menjadi tiga kelompok yaitu industri penangkapan
ikan, industri pengolahan ikan dan industri tambahan atau pendukung. Industri
pengolahan ikan merupakan salah satu kegiatan yang memiliki peranan penting
karena mampu memberikan nilai tambah pada ikan hasil tangkapan yang
didaratkan di pelabuhan perikanan (Pane 2007).
Kegiatan yang mampu memberikan nilai tambah seperti halnya
pengolahan ikan akan memberikan dampak positif bagi nelayan dan pedagang.
Adanya kegiatan pengolahan akan memicu meningkatnya aktivitas kepelabuhanan
lainnya seperti aktivitas penangkapan ikan. Peningkatan aktivitas penangkapan
ikan tersebut, dapat berupa peningkatan jumlah armada dan volume produksi hasil
tangkapan karena meningkatnya permintaan bahan baku untuk industri.
Pemerintah melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP),
mendorong muncul atau berkembangnya aktivitas kepelabuhanan dengan
mengeluarkan kebijakan industrialisasi kelautan dan perikanan. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.27 Tahun 2012 tentang Pedoman
Umum Industrialisasi Kelautan dan Perikanan, bahwa kebijakan ini merupakan
integrasi sistem produksi hulu dan hilir untuk meningkatkan skala dan kualitas
produksi, produktivitas, daya saing dan nilai tambah sumberdaya kelautan dan
perikanan secara berkelanjutan serta dapat memberikan multiplier effect terhadap
perekonomian wilayah sekitarnya. Saat ini sudah terdapat 115 kawasan
industrialisasi perikanan yang tersebar di seluaruh Indonesia, salah satunya adalah
PPN Karangantu (Noviana 2013).
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu yang terletak di
Kecamatan Kasemen, merupakan satu-satunya pelabuhan perikanan di Kota
Serang dan satu-satunya pelabuhan perikanan Tipe B di Provinsi Banten. PPN
Karangantu ditetapkan sebagai kawasan minapolitan (kemudian berganti nama
menjadi industrialisasi perikanan pada tahun 2010) berdasarkan Keputusan
Walikota Serang Nomor : 523/Kep.116-Org/2011 Tentang Penetapan Kawasan
Minapolitan di Kota Serang (Dinas Kelautan dan Perikanan 2013). Dipilihnya
PPN Karangantu sebagai salah satu lokasi industrialisasi perikanan, karena
memiliki lokasi yang strategis yaitu terletak di Ibu Kota Provinsi. Lokasi PPN
Karangantu juga relatif dekat dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta (90
km) dan Pelabuhan Tanjung Priok (100 km), yang sebagian besar terhubung

2

dengan jalan bebas hambatan. Posisi tersebut memiliki peranan penting terkait
dengan kegiatan ekspor ikan segar.
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu dipilih sebagai
kawasan industrialisasi perikanan, tidak terlepas dari statusnya sebagai pelabuhan
perikanan Tipe B, karena berdasarkan klasifikasi pelabuhan perikanan menurut
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.8 Tahun 2012, bahwa pelabuhan
perikanan Tipe A, B dan C, memiliki mandat melakukan kegiatan industri
perikanan. Akan tetapi, sejak berganti status dari pelabuhan perikanan Tipe C
(PPP) ke Tipe B (PPN) pada tahun 2010, aktivitas pengolahan/industri di PPN
Karangantu belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Menurut pengamatan
awal, pengolahan ikan yang ada di sekitar PPN Karangantu baru sebatas
pengasinan ikan, sehingga sebagian besar ikan hasil tangkapan masih dijual segar
ke konsumen. Jumlah pengolah di sekitar PPN Karangantu saat ini masih relatif
banyak yaitu 40 unit, jika dilihat dari jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP).
Pelaksanaan program minapolitan di PPN Karangantu terkendala oleh
tidak tersediaanya zona industri. Menurut Pane (2014), tidak tersedianya zona
industri di PPN Karangantu sebagai akibat dari peraturan pemerintah yang tidak
mewajibkan pelabuhan perikanan Tipe B, C dan D memiliki zona industri. Saat
itu, zona industri hanya diwajibkan bagi pelabuhan perikanan Tipe A. Hal ini
menjadi kendala saat PPN Karangantu ditunjuk sebagai salah satu kawasan
minapolitan di Kota Serang, sehingga sulit untuk mengembangkan industri
pengolahan ikan. Berdasarkan data Kota Serang Dalam Angka pada tahun 2012
bahwa sebanyak 64% (40.431 ton) ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN
Karangantu dipasarkan dalam bentuk segar, sedangkan 26% (14.446 ton)
dipasarkan setelah dilakukan penggaraman (Gambar 1).
Terasi
3%
Pemindangan
3%

Pengeringan/
Penggaraman
26%

Peda
1%

lain-lain
3%

Dipasarkan
segar
64%

Sumber: Kota Serang Dalam Angka, 2013

Gambar 1 Proporsi produk ikan yang dipasarkan di PPN Karangantu, 2012
Industri pengolahan ikan di PPN Karangantu saat ini masih sebatas industri
skala mikro dan kecil berupa pengasinan dan dalam jumlah terbatas serta berada
di luar wilayah pelabuhan. Meskipun demikian keberadaan industri skala kecil
dan mikro memiliki posisi yang sangat penting dan telah menjadi perhatian
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya (penetapan kawasan minapolitan). Undang-Undang RI

3

No.20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah, menyatakan bahwa
usaha skala kecil, mikro dan menengah merupakan pilar utama ekonomi nasional
yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan
pengembangan seluas-luasnya.
Selain keterbatasan lahan untuk pengembangan industri pengolahan ikan,
proses pemasaran ikan hasil tangkapan di PPN Karanganantu juga tidak
menguntungkan bagi nelayan. Proses pemasaran di PPN Karangantu selama
penelitian berlangsung tidak melalui mekanisme pasar yang menguntungkan, baik
bagi nelayan maupun pedagang yaitu dengan tidak adanya pelelangan ikan.
Pelelangan ikan adalah kegiatan awal dari sistem pemasaran ikan di pelabuhan
perikanan untuk mendapatkan harga yang layak, khususnya bagi nelayan (Lubis et
al 2005). Lubis juga mengatakan bahwa hanya 40% dari seluruh PP dan PPI yang
melaksanakan pelelangan ikan, sebagian lagi dengan sistem opow termasuk
didalamnya PPN Karangantu. Sistem pemasaran seperti ini mengakibatkan
nelayan tidak mendaratkan ikan hasil tangakapnnya di PPN Karangantu dan
memilih untuk mendaratkan ikan hasil tangkapannya di pelabuhan perikanan yang
memiliki lelang seperti PPI Kronjo, PPI Cituis, PPP Muara Angke dan PPI
Labuan. Meskipun demikian, PPN Karangantu yang merupakan pelabuhan
perikanan tipe B yang ada di Provinsi Banten, masih memiliki produksi ikan hasil
tangkapan yang didaratkan terbesar dibandingkan dengan pelabuhan perikanan
yang ada di sekitarnya yaitu 93 % (2.797 ton) di Kota dan Kabupaten Serang pada
tahun 2013.
Produksi ikan hasil tangkapan yang didaratkan memiliki peranan penting
dalam industri pengolahan ikan. Sunoto (2012) menyatakan bahwa sentra
produksi perikanan tangkap dapat dijadikan penggerak utama industri pengolahan
ikan di pelabuhan perikanan. Produksi yang relatif tinggi di suatu pelabuhan
perikanan secara tidak langsung dapat menarik investor untuk melakukan
investasi, agar keberlangsungan usahanya dapat terjamin. Selain permasalahan
lahan industri, belum ada informasi mengenai ikan unggulan yang didaratkan di
PPN Karangantu sebagai bahan baku olahan merupakan salah satu penyebab
belum berkembangnya industri perikanan di PPN Karangantu. Melihat produksi
hasil tangkapan yang relatif tinggi namun belum berkembangnya industri
perikanan perlu mencari solusi untuk mengatasi hal tersebut agar pengusaha dapat
melakukan investasi, selain itu perlu juga mencari alternatif sumber ikan sebagai
bahan baku. Alternatif produksi bisa dilakukan dengan melihat kemungkinankemungkinan hubungan/keterkaitan antara PPI-PPI di sekitar PPN Karangantu
dengan PPN Karangantu. Adanya keterkaitan antar pelabuhan perikanan bisa
menjadi solusi pemenuhan kebutuhan bahan baku ikan bagi pengusaha
pengolahan. Dalam perkembangannya, pemenuhan kebutuhan ikan bahan baku
tidak dapat dilakukan oleh pengelola pelabuhan itu sendiri, melainkan diperlukan
kerjasama antar pelabuhan perikanan lain disekitarnya sehingga terjadi keterkaitan
satu pelabuhan yang satu dengan pelabuhan lainnya. Beberapa contoh pelabuhan
perikanan yang memanfaatkan keterkaitan pelabuhan perikanan yang satu dengan
yang lain dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku ikan diantaranya PPN
Palabuhanratu dengan PPI-PPI sekitarnya seperti PPI Cisolok (Pane 2010) dan
pelabuhan Bulogne-sur-Mer di Prancis yang memenuhi bahan baku dari negaranegara Eropa sekitarnya (Lubis et al 2013). Adanya keterkaitan atau konektivitas
antar pelabuhan perikanan bisa menjadi solusi pemenuhan kebutuhan bahan baku

4

ikan bagi pengusaha pengolahan. Hal ini akan menguntungkan pengelola PPN
Karangantu mengingat terbatasnya lahan yang dimiliki sehingga berimplikasi
pada terbatasnya usaha pemenuhan kebutuhan bahan baku jika terfokus pada
peningkatan kualitas maupun kuantitas armada penangkapan.
Gambaran dan kondisi yang telah dikemukakan di atas kiranya mendasari
perlunya diadakan penelitian mengenai kajian potensi industri pengolahan ikan di
PPN Karangantu, sehingga dapat menentukan strategi pengembangannya.
Permasalahan
1) Saat ini, industri pengolahan ikan di PPN Karangantu masih belum
berkembang. Kegiatan pengolahan ikan di PPN Karangantu masih
terbatas dan sebagian besar ikan hasil tangkapan masih dijual dalam
bentuk segar.
2) Terbatasnya lahan yang dimiliki oleh PPN Karangantu, menyebabkan
peningkatan kebutuhan akan sumber bahan baku tidak dapat dilakukan
secara cepat melalui peningkatan armada penangkapan dari sisi kualitas
maupun kuantitas, sehingga perlu dicari solusi lain salah satunya alternatif
sumber ikan bahan baku dari PP/PPI lain sekitar PPN Karangantu.
3) Zona industri di PPN Karangantu saat ini belum tersedia, sehinga
pengolahan ikan masih dilakukan di luar pelabuhan perikanan. Untuk itu
perlu dianalisis strategi pengembangan industri pengolahan ikan di PPN
Karangantu agar keberadaan pengolah ikan dapat juga berimplikasi pada
peningkatan aktivitas kepelabuhanan perikanan di PPN Karangantu.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengetahui potensi unggulan ikan–ikan hasil tangkapan yang didaratkan
untuk bahan baku industri pengolahan ikan di PPN Karangantu;
2) Mendapatkan alternatif produksi hasil tangkapan dari pelabuhan
perikanan sekitarnya yang mendukung industri pengolahan ikan di PPN
Karangantu.
3) Mendapatkan strategi pengembangan industri pengolahan ikan di PPN
Karangantu sebagai upaya meningkatkan aktivitas kepelabuhanan
perikanan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1) Pemerintah Kota Serang dan PPN Karangantu, sebagai informasi dalam
rencana pengembangan industri pengolahan ikan.
2) Investor, sebagai bahan pertimbangan melakukan investasi dibidang
pengolahan ikan di PPN Karangantu; dan
3) Akademisi, untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang
industri pengolahan ikan.

5

2 METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan April 2014 dengan tempat
penelitian di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu, Kota Serang Provinsi
Banten dan pangkalan pendaratan ikan lainnya di sekitar PPN Karangantu, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Lokasi penelitian PPN Karangantu dan lokasi pangkalan-pangkalan
pendaratan ikan di sekitarnya
Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah studi kasus terhadap potensi industri
perikanan di PPN Karangantu. Aspek potensi industri pengolahan ikan yang
diteliti meliputi 2 aspek sebagai berikut:
1) Ketersediaan bahan baku industri pengolahan ikan di PPN Karangantu,
meliputi:
a. Produksi dan jenis ikan unggulan yang didaratkan di PPN Karangantu.
b. Alternatif produksi dan jenis ikan dari PP/PPI sekitar PPN Karangantu.
c. Ketersediaan bahan baku aktual dan alternatifnya.
d. Kekuatan Hasil Tangkapan (KHT) di PPN Karangantu dan PP/PPI
sekitarnya yang merupakan kemampuan suatu pelabuhan perikanan
menyediakan produksi ikan hasil tangkapan dalam aspek-aspek jumlah
(volume), jenis, ukuran, mutu dan harga. Pengamatan dilakukan secara
cepat (rapid sampling) terhadap KHT yang didaratkan di PPN

6

Karangantu terhadap jenis-jenis ikan dominan yaitu lemuru, tongkol dan
pepetek.
2) Kondisi pengolahan ikan di PPN Karangantu dan sekitarnya.
2.3. Metode pengambilan data
Jenis data yang dikumpulkan pada saat melakukan penelitian terbagi dua
jenis, data utama dan data tambahan.
1) Data utama
Data utama merupakan data penelitian yang merupakan pokok, yang paling
penting untuk dicari sehingga peneliti mampu melakukan analisis data. Data
utama terbagi menjadi dua bagian, yaitu primer dan sekunder. Data utama primer
merupakan data yang hanya bisa diambil di lapangan secara aktual.
(1) Data Utama Primer
a. Kekuatan ikan hasil tangkapan (panjang, mutu, dan volume) di PPN
Karangantu dan PP/PPI lain di sekitarnya.
b. Pola distribusi ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Karangantu.
c. Jenis ikan hasil tangkapan didaratkan di PPN Karangantu dan pelabuhan
perikanan sekitarnya.
d. Sumber ikan bahan baku untuk pengolah ikan yang terdapat di PPN
Karangantu.
e. Prasarana dan sarana untuk menunjang kegiatan industri kepelabuhanan
yang terdapat di PPN Karangantu.
(2) Data Utama Sekunder
a. Perkembangan produksi dan nilai produksi hasil tangkapan menurut jenis
ikan yang didaratkan di PPN Karangantu (bulan dan tahun dalam 10
tahun terakhir).
b. Jenis dan jumlah fasilitas terkait industri perikanan di PPN Karangantu
dan pelabuhan-pelabuhan perikanan sekitarnya
c. Jumlah nelayan dan pedagang ikan yang ada di PPN Karangantu dan
pelabuhan perikanan sekitarnya (tahun terakhir).
d. Perkembangan alat tangkap di PPN Karangantu dan pelabuhan perikanan
sekitarnya (tahun terakhir).
Data ini didapat dengan melakukan wawancara terhadap responden dan
pengamatan langsung terhadap objek penelitian.
(1) Pengamatan;
a. Pengamatan terhadap aktivitas dan kondisi fasilitas yang digunakan
dalam kegiatan industri di PPN Karangantu.
b. Pengamatan dan pengukuran organoleptik terhadap ikan hasil tangkapan
yang ada di PPN Karangantu dan PP/PPI lain di sekitarnya.
(2) Wawancara.
Wawancara menggunakan daftar pertanyaan mengenai aspek potensi
industri kepelabuhanan perikanan yang diajukan terhadap responden. Penentuan
responden dilakukan secara purposive sampling untuk jumlah responden sebanyak
35 orang. Wawancara ditujukan kepada pihak pengambil keputusan dan pelaku
yang terlibat dalam kegiatan industri kepelabuhanan perikanan di PPN
Karangantu.

7

a. Pengelola PPN Karangantu (1 orang).
Meliputi rencana strategis atau arah kebijakan program PPN Karangantu
untuk jangka pendek, menengah, dan panjang; prioritas pembangunan;
kendala yang dihadapi dalam penerapan kebijakan;
b. Dinas Perikanan Kota Serang (1 orang).
Meliputi rencana strategis atau arah kebijakan Dinas perikanan Kota Serang
untuk jangka pendek, menengah, dan panjang; prioritas pembangunan,
program prioritas dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program;
kendala yang dihadapi dalam penerapan kebijakan; dan potensi daerah Kota
Serang.
c. Pedagang ikan (3 orang).
Meliputi asal, jenis dan tujuan ikan yang dijual; jalur distribusi ikan; harga
ikan; daerah pemasaran dan sarana transportasi yang digunakan.
d. Pengolah Ikan (3 orang).
Meliputi asal, jenis dan tujuan ikan yang diolah; jalur distribusi ikan; harga
produk olahan ikan; pangsa pasar produk hasil perikanan; pendapatnya
tentang industri pengolahan ikan, proses pegolahan, volume produksi olahan
(produk), dan daerah pemasaran.
e. Nelayan pemilik/pengusaha penangkapan sebagai penjual (27 orang).
Meliputi kekuatan hasil tangkapan (produksi, jenis, panjang, mutu); tempat
pendaratan; tempat pemasaran ikan; harga jual ikan, pendapatnya tentang
pendirian industri pengolahan ikan. Jenis responden nelayan tertera pada
Tabel 1:
Tabel 1 Jumlah responden nelayan pada penelitian pengembangan industri
pengolahan ikan di PPN Karangantu di Kota Serang, 2013
Jenis Unit
Penangkapan
1.Gillnet
2.Jaring angkat
3.Jaring rajungan
4.Dogol
Jumlah

Jumlah sampel unit
penangkapan (unit)
3
3
3
3
12

Jumlah responden per
unit penangkapan
(orang)
3
3
3
3
12

Jumlah responden
(orang)
9
9
9
9
27

2) Data tambahan
Data tambahan merupakan data pendukung dari data primer sehingga
mampu memperkuat peneliti dalam melakukan analisis terhadap data yang telah
diperoleh. Seperti halnya data utama, data tambahan pun dibagi menjadi dua
bagian yaitu data tambahan primer dan data tambahan sekunder.
(1) Data Tambahan Primer
a. Gambar/foto-foto kegiatan pemasaran dan pengolahan ikan di PPN
Karangantu
b. Hasil pengamatan mengenai kondisi sarana dan prasarana PPN
Karangantu serta wilayah lingkungan industrinya.
(2) Data Tambahan Sekunder
a. Kondisi umum PPN Karangantu.
b. Kondisi umum dan fasilitas PPN Karangantu.
c. Letak geografis dan luas wilayah.
d. Peta daerah penelitian.
e. Layout PPN Karangantu

8

Analisis Data
Analisis data dilakukan secara statistik deskriptif melalui penghitungan
rata-rata, penyajian tabel dan grafik setelah dilakukan identifikasi terhadap
kekuatan hasil tangkapan yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Selanjutnya
digunakan analisis data sebagai berikut:
1) Analisis potensi unggulan bahan baku industri pengolahan ikan di PPN
Karangantu
a. Analisis Location Quotient (LQ).
Analisis LQ digunakan untuk mengetahui potensi unggulan ketersediaan
jenis-jenis ikan bahan baku produksi untuk industri pengolahan ikan PPN
Karangantu dan terhadap Provinsi Banten atau PP/PPI lainnya di Provinsi Banten.
Penentuan potensi unggulan tersebut merupakan langkah awal menuju
pembangunan industri pengolahan ikan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk
meraih keunggulan komparatif dan kompetitif. Potensi unggulan ketersediaan
ikan bahan baku tersebut dalam konteks LQ meliputi jumlah/volume dan jenis
ikan. Potensi unggulan produksi atau ikan bahan baku dari aspek pemasaran,
dicirikan oleh keunggulan dari sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi
permintaan, potensi unggulan per jenis ikan dapat dicirikan oleh kuatnya
permintaan pasar. Dari sisi penawaran, potensi unggulan produksi atau ikan bahan
baku dapat dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan jumlah produksi ikan
yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan.
Penentuan jenis ikan unggulan yang dijadikan prioritas pengembangan
perikanan di PPN Karangantu, dibuat matrik pendekatan Location Quotient (LQ)
menurut Budiharsono (2001). Selanjutnya dimodifikasi oleh peneliti untuk per
jenis ikan, sehingga formula LQ sebagai berikut:

(1)
Keterangan:
Xij : Volume produksi ikan jenis ke-j di PPN Karangantu
Xi. : Volume total produksi ikan jenis ke-j di PPN Karangantu
X.j : Volume produksi jenis ke-j yang diuji di Provinsi Banten
X.. : Volume total Produksi jenis ke-j yang diuji di Provinsi Banten
j
: 1,2, ....., n (banyak jenis ikan yang di uji).
Setelah mengetahui jenis-jenis komoditas ikan hasil tangkapan di PPN
Karangantu, kemudian wilayah Provinsi Banten dipilih sebagai daerah acuan
dalam menentukan komoditas unggulan perikanan tangkap di PPN Karangantu
dengan menggunakan analisis LQ. Provinsi Banten merupakan wilayah yang
memiliki cakupan lebih luas dimana PPN Karangantu berada didalamnya. Data
produksi ikan hasil tangkapan di PPN Karangantu selanjutnya dibandingkan
dengan data produksi ikan hasil tangkapan di Provinsi Banten.
Jenis-jenis ikan di PP sekitar PPN Karangantu dan berada di wilayah
Kabupaten Serang, dengan jumlah komoditas yang telah disesuaikan dengan
jenis-jenis ikan yang diproduksi di PPN Karangantu selama lima tahun terakhir.
Jenis-jenis ikan yang tidak ditangkap atau diperoleh di PP/PPI yang berada di

9

Provinsi Banten tidak dimasukkan dalam proses perhitungan nilai LQ karena
volume produksi yang bernilai 0 (nol) ton ini akan menghasilkan nilai LQ yang
juga bernilai 0 (nol). Komoditas unggulan yang terpilih haruslah memenuhi
kriteria nilai LQ lebih besar dari satu (LQ > 1) sehingga komoditas-komoditas
yang diproduksi di PP/PPI Provinsi Banten tidak semuanya ditampilkan namun
disesuaikan dengan komoditas yang terdapat di PPN Karangantu.
Interpretasi nilai LQ:
 LQ > 1, menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi/ pasar perikanan di
PPN Karangantu secara relatif dibandingkan dengan produksi/pasar
perikanan Provinsi Banten, atau dapat terjadi pemusatan aktivitas terkait
produksi dan pemasaran ikan di PPN Karangantu, atau terjadi produksi
yang lebih tinggi di PPN Karangantu dibandingkan di PP/PPI lainnya di
Provinsi Banten atau dapat dikatakan bahwa jenis-jenis ikan di PPN
Karangantu dapat merupakan/dijadikan basis industri pengolahan di PPN
Karangantu dibandingkan di PP-PP lainnya di Provinsi Banten.
 LQ = 1, maka pada PPN Karangantu mempunyai produksi/pasar
perikanan, atau aktivitas perikanan setara dengan produksi total Provinsi
Banten atau setara dengan semua PP-PP lainnya di Provinsi Banten.
 LQ < 1, maka PPN Karangantu mempunyai produksi/pasar perikanan atau
aktivitas perikanan relatif lebih kecil dibandingkan dengan di Provinsi
Banten atau produksi ikan di PPN Karangantu lebih kecil dibandingkan di
PP/PPI lainnya di Provinsi Banten.
Pendekatan adanya pemusatan produksi atau pasar atau kegiatan perikanan
menggunakan LQ, dibedakan dalam 2 kelompok. Kelompok-kelompok tersebut
masing-masing terdiri atas tiga dan dua kriteria. Kelompok pertama dilihat dari
nilai perhitungan LQ, yakni terpusat (LQ>1), mendekati terpusat (LQ=0,80 –
0,99) dan tidak terpusat (LQ