Kerentanan Stok Ikan yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Banten

KERENTANAN STOK IKAN YANG DIDARATKAN DI
PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN)
KARANGANTU, BANTEN

NURFITRI TRIRAMDANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kerentanan Sumber
Daya Ikan yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu,
Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.


Bogor, Juni 2014
Nurfitri Triramdani
NIM C24090037

ABSTRAK
NURFITRI TRIRAMDANI. Kerentanan Stok Ikan yang Didaratkan di Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Banten. Dibimbing oleh YONVITNER
dan ACHMAD FAHRUDIN.
Ikan kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang, dan tetengkek
merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis penting di Teluk Banten. Upaya
penangkapan menggunakan alat tangkap bagan, dogol, dan jaring insang dapat
menyebabkan penurunan populasi bahkan kerentanan. Tujuan penelitian ini
adalah mengkaji tingkat kerentanan stok dan potensi keberlanjutannya. Dua
karakteristik utama yang menentukan keberlanjutan perikanan yaitu kemampuan
populasi untuk pulih (produktivitas) dan kerentanan spesies untuk tertangkap
(suseptabilitas).
Ikan kembung lelaki memiliki nilai produktivitas dan
suseptabilitas yang paling tinggi dibandingkan ikan kurisi, selar kuning, tembang,
dan tetengkek. Indeks kerentanan yang didapatkan untuk ikan kembung lelaki,

kurisi, selar kuning, tembang, dan tetengkek secara berturut-turut yaitu 1.04, 1.00,
0.89, 073, dan 0.92.
Kata kunci: kerentanan, produktivitas, suseptabilitas, Teluk Banten

ABSTRACT
NURFITRI TRIRAMDANI. The Fish Stocks Vulnerability Landed on PPN
Karangantu, Banten. Supervised by YONVITNER and ACHMAD FAHRUDIN.
Indian mackerel, threadfin bream, yellowstripe scad, fringescale sardinella,
and torpedo scad have an economically important value in Gulf of Banten. The
fishing effort use are lift net, demersal danish seine, and gill net can be cause
population depletion and vulnerability. The purpose of study was to assess the
stock vulnerablility and potential of sustainability. Two main characteristic
determine the sustainability of fishery is the population’s ability to recover once
depleted (productivity) and the susceptibility of spesies capture (susceptibility).
Indian mackerel had the highest value productivity and susceptibility than
threadfin bream, yellowstripe scad, fringescale sardinella, and torpedo scad. The
vulnerability index that have for Indian mackerel, threadfin bream, yellowstripe
scad, fringescale sardinella, and torpedo scad consecutive which is 1.04, 1.00,
0.89, 0.73, and 0.93.
Keywords: Banten Gulf, productivity, susceptibility, vulnerability


KERENTANAN STOK IKAN YANG DIDARATKAN DI
PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN)
KARANGANTU, BANTEN

NURFITRI TRIRAMDANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kerentanan Stok Ikan yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan

Nusantara (PPN) Karangantu, Banten
Nama
: Nurfitri Triramdani
NIM
: C24090037
Program studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh

Dr Yonvitner, SPi MSi
Pembimbing I

Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Kerentanan Stok
Ikan yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu,
Banten” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumber Daya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Penelitian yang dilaksanakan
pada bulan Desember 2013-Februari 2014
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan bagi penulis
untuk studi di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan.
2. Dr Yonvitner, SPi MSi selaku pembimbing skripsi pertama dan Dr Ir Achmad
Fahrudin, MSi selaku dosen pembimbing kedua yang senantiasa memberikan
masukan dalam penulisan skripsi ini.
3. Dr Ir Bambang Widigdo selaku pembimbing akademik.
4. Dr Ir Isdradjat Setyobudiandi, MSc selaku dosen penguji tamu dan Dr Ir
Rahmat Kurnia, MSi selaku dosen penguji dari program studi.

5. Beasiswa dari PT. KEB dan Peningkatan Prestasi Akademik (PPA).
6. Bapak, Mama, Deni Herdiana, Rivaldi Putra Pratama, Kak Winda, kak Fuji,
Ratna, Galih, dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung.
7. Bapak Wanto dan seluruh staf PPN Karangantu yang telah membantu selama
proses pengambilan data.
8. Keluarga teh Heni Wulandari dan Ono Suparno.
9. Teman–teman MSP 46 yaitu Devi, Ajeng, Niken, Mei, Allsay, Nursi, Ginna,
Selvia, Novita, Nolalia, Eci, Nurul, Alin, Dwi, Ai, Ratih, Viska, Arni, Gilang,
Tyas, dan yang tidak disebutkan satu per satu.
10. Temen–teman kosan Griya Pink yaitu Eva, Ami, Widya, Dita, Tiwi, Hanum,
Fatma, Ika, dan Endah.
11. MSP 47, MSP 48, Mba Desti, Mba Widar, Mba Yani, dan seluruh staf TU
MSP
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan
penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat.

Bogor, Juni 2014
Nurfitri Triramdani

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Alat dan Bahan
Pengumpulan Data
Analisis Data
Tahapan PSA
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
1
2
2
2
2
3
3
4
7
7
7

13
16
16
16
16
20
31

DAFTAR TABEL
1 Produktivitas sumber daya ikan
2 Suseptabilitas sumber daya ikan
3 Kerentanan sumber daya

10
11
13

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi pengambilan contoh dan daerah penangkapan ikan
2 Ikan kembung lelaki

3 Ikan kurisi
4 Ikan selar kuning
5 Ikan tembang
6 Ikan tetengkek
7 Produktivitas dan suseptabilitas

3
8
8
9
9
10
12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian
2 Penetapan skor atribut produktivitas dan suseptabilitas (Patrick 2009)
3 Sebaran frekuensi panjang
4 Pemberian skor produktivitas
5 Pemberian skor suseptabilitas


20
20
22
23
26

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya ikan yang didaratkan di PPN Karangantu merupakan ikan
pelagis dan ikan demersal. Ikan-ikan tersebut di antaranya, yaitu ikan kembung
lelaki (Rastrelliger kanagurta), ikan kurisi (Nemipterus japonicus), ikan selar
kuning (Selaroides leptolepis), ikan tembang (Sardinella fimbriata), dan ikan
tetengkek (Megalaspis cordyla). Ikan kembung lelaki ditangkap dengan alat
tangkap jaring insang, sedangkan ikan kurisi, selar kuning dan tetengkek
ditangkap dengan alat tangkap dogol. Bagan digunakan untuk menangkap ikan
tembang. Penggunaan alat tangkap dan cara pengoperasian yang berbedadapat
mempengaruhi stabilitas ikan di alam.
Penelitian Prahadina (2013) menunjukkan bahwa ikan kembung lelaki di
Teluk Banten telah mengalami tangkap lebih. Ikan kurisi telah mengalami
tangkap lebih (Oktaviyani 2013). Putri (2013) dan Mayalibit (2013) menyebutkan
bahwa ikan selar kuning telah mengalami tangkap lebih secara biologi dan
ekonomi. Ikan tembang telah mengalami tangkap lebih secara biologi (Simarmata
2013) dan tangkap lebih secara ekonomi (Purnamasari 2013). Izati (2013)
menyebutkan bahwa ikan tetengkek belum mangalami tangkap lebih secara
biologi, sedangkan Hairunnisa (2013) menyebutkan bahwa ikan tetengkek belum
mengalami tangkap lebih secara ekonomi. Usaha penangkapan berpengaruh
terhadap kelimpahan ikan karena kegiatan ini mempunyai dampak terhadap
pertumbuhan, umur pertama kali matang gonad, fekunditas, rekrutmen, dan
mortalitas (Syahailatua 1993).
Ikan kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang, dan tetengkek
merupakan ikan ekonomis penting (Genisa 1999). Peningkatan permintaan
terhadap konsumsi stok ikan tersebut dapat mendorong peningkatan upaya
penangkapan. Tingginya penangkapan dapat menyebabkan penurunan produksi
stok ikan. Produktivitas stok ikan yang menurun akibat adanya penangkapan
dapat menyebabkan kerentanan stok. Menurut Karsperson et al. (2001) in
Runtuboi (2012) menyebutkan bahwa kerentanan adalah tingkatan pada suatu
sistem yang dipengaruhi oleh keterbukaan atau gangguan/tekanan dan
kemampuan untuk mengatasi atau memulihkan diri terhadap gangguan.
Kerentanan stok ikan terhadap penangkapan adalah ketidakmampuan stok ikan
untuk mengatasi dampak dari penangkapan. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian terkait stok ikan kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang, dan
tetengkek di perairan Teluk Banten agar diperoleh informasi dasar untuk
pengelolaan sumber daya ikan tersebut agar tetap lestari dan berkelanjutan dengan
memperhatikan aspek biologi dan ekologi.

Perumusan Masalah
Sumber daya ikan mampu membarui dirinya melalui proses pertumbuhan
dan rekrutmen melalui reproduksi.
Walau demikian, sumber daya ikan
merupakan milik bersama sehingga pemanfaatan sumber daya ikan bersifat open
acces, di mana semua pengguna dapat mengaksesnya. Tingginya permintaan

2
pasar terhadap stok ikan kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang, dan
tetengkek dapat menyebabkan peningkatan upaya penangkapan untuk
mengeksploitasi stok ikan tersebut tanpa memperhatikan kelestariannya. Usaha
penangkapan berpengaruh terhadap kelimpahan ikan karena kegiatan ini
mempunyai dampak terhadap pertumbuhan, umur pertama kali matang gonad,
fekunditas, rekrutmen, dan mortalitas (Syahailatua 1993).
Peningkatan upaya penangkapan dapat menyebabkan penurunan biomassa
hasil tangkapan. Jika penangkapan ikan kembung lelaki, kurisi, selar kuning,
tembang, dan tetengkek tidak dikontrol, dikhawatirkan dapat menyebabkan
kerentanan stok ikan tersebut di masa yang akan datang. Analisis produktivitas
dan suseptabilitas (PSA) merupakan salah satu metode yang dapat mengukur
tingkat kerentanan stok ikan akibat penangkapan. Produktivitas yaitu kapasitas
pulih sumber daya, sedangkan suseptabilitas yaitu kecenderungan sumber daya
untuk tertangkap. Stok ikan yang memiliki produkivitas yang tinggi dan
suseptaabilitas yang rendah menunjukkan stok ikan tersebut memiliki kemampuan
bertahan diri yang baik dan sebaliknya (Patrick et al. 2009).

Tujuan Penelitian
Penelitan ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kerentanan sumber daya ikan
kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang, dan tetengkek akibat penangkapan
alat tangkap jaring insang, dogol, dan bagan, serta potensi keberlanjutan stok ikan
tersebut.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait potensi
kerentanan sumber daya ikan, sehingga dapat dijadikan dasar dalam pengelolaan
sumber daya ikan di Teluk Banten yang tepat untuk perikanan berkelanjutan.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Desember 2013 sampai Februari 2014
di PPN Karangantu, Kabupaten Serang, Provinsi Banten (Gambar 1).
Pengambilan contoh ikan dan wawancara terhadap nelayan dilakukan pada bulan
Desember 2013. Ikan contoh yang diperoleh merupakan ikan hasil tangkapan
nelayan di sekitar perairan Teluk Banten. Analisis ikan contoh dilakukan di
Laboratorium Biologi Perikanan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3

Gambar 1 Peta lokasi pengambilan contoh dan daerah penangkapan ikan

Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat pengumpulan,
pengukuran, dan pencatatan data. Bahan yang digunakan yaitu ikan kembung
lelaki (Rastrelliger kanagurta), kurisi (Nemipterus japonicus), selar kuning
(Selaroides leptolepis), tembang (Sardinella fimbriata), dan tetengkek
(Megalaspis cordyla). Bahan untuk pengawetan sampel yaitu formalin 4%.

Pengumpulan Data
Data Primer
Pengumpulan data primer terdiri dari kegiatan wawancara dan pengambilan
contoh ikan. Wawancara dilakukan terhadap nelayan yang menangkap ikan
kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang, dan tetengkek dengan
menggunakan daftar pertanyaan terstruktur (kuisioner). Pemilihan nelayan
dilakukan dengan metode purposive sampling, di mana wawancara dilakukan
pada nelayan yang menggunakan alat tangkap standar untuk masing-masing ikan.
Alat standar untuk menangkap ikan kembung lelaki yaitu jaring insang. Ikan
kurisi, selar kuning, dan tetengkek ditangkap dengan menggunakan alat tangkap
standar yaitu dogol, sedangkan ikan tembang ditangkap dengan menggunakan alat
tangkap bagan.
Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan menggunakan metode
pengambilan contoh acak sederhana. Ikan contoh diambil secara acak dari setiap
keranjang-keranjang ikan. Ukuran ikan yang diambil dari setiap keranjang yaitu
ikan terkecil sampai terbesar. Ikan contoh masing-masing jenis ikan diukur
panjang dan ditimbang bobot basahnya. Ikan tersebut dimasukkan dalam cool box
yang telah diisi es agar tetap segar untuk dianalisis jenis kelamin dan tingkat

4
kematangan gonad (TKG) di Laboratorium Biologi Perikanan. Analisis jenis
kelamin dan TKG dilakukan dengan pembedahan ikan. Pengamatan fekunditas
dan diameter telur ikan tetengkek dan selar kuning juga dilakukan dalam analisis
laboratorium.
Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dan
informasi terkait stok ikan kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang, dan
tetengkek yang menjadi objek penelitian. Sumber data sekunder terdiri dari
penelitian yang telah dilakukan terhadap ikan yang diteliti di perairan Teluk
Banten dan Selat Sunda. Data penelitian yang bersumber dari penelitian di Selat
Sunda yaitu pertumbuhan intrinsik dan umur maksimum ikan kembung lelaki,
serta umur maksimum ikan tembang. Adapun data yang bersumber dari
penelitian di Teluk Banten yaitu pertumbuhan intrinsik ikan tembang, fekunditas
ikan kembung lelaki, kurisi, dan tembang, serta mortalitas alami ikan tetengkek.
Selain itu, sumber data sekunder juga berasal dari www.fishbase.org. Data yang
bersumber dari www.fishbase.org yaitu mean trophic level, age at maturity,
pertumbuhan intrinsik dan umur maksimum ikan tetengkek, umur maksimum ikan
kurisi, umur maksimum ikan selar kuning, dan umur maksimum ikan tetengkek.

Analisis Data
Sebaran Frekuensi Panjang
Data yang digunakan dalam penentuan distribusi frekuensi panjang ini
adalah data panjang total dari sumber daya ikan yang ditangkap di perairan Teluk
Banten dan didaratkan di PPN Karangantu. Langkah-langkah dalam menganalisis
sebaran frekuensi panjang ikan adalah menentukan jumlah selang kelas panjang
yang diperlukan terlebih dahulu, menentukan lebar selang kelas, dan kemudian
menentukan kelas frekuensi, serta memasukkan frekuensi masing-masing kelas
dengan memasukkan panjang masing-masing ikan contoh pada selang kelas yang
telah ditentukan dengan menggunakan software Ms. Excel 2007.
Pendugaan L∞, K dan t0
Koefisien pertumbuhan (K) dan L∞ dapat diduga dengan menggunakan
model pertumbuhan Von Bartalanffy (Sparre dan Venema 1999):
Lt = L∞ 1 - exp

-k t-t0

Lt adalah panjang ikan pada saat umur t (satuan waktu), L∞ adalah panjang
maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien pertumbuhan
(per satuan waktu) dan t0 adalah umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol.
L∞, K, dan t0 didapatkan dari hasil perhitungan dengan metode Non Parametrik
Scoring of Von Bartanalffy Growth Function melalui Software ELEFAN I
(Electronic Length Frequencys Analysis) yang terintegrasi dalam program FISAT
II.

5
Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan
berdasarkan data komposisi panjang (Sparre dan Venema 1999) menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : mengkonversikan data panjang ke data umur dengan menggunakan
inverse persamaan von Bertalanffy
1
L
t L = t0 − ln 1K
L∞

Langkah 2

: menghitung waktu rata-rata yang diperlukan oleh ikan untuk
tumbuh dari panjang L1 ke L2 (t)
∆t = t L2 - t L1 =

Langkah 3

: menghitung (t+t/2) yang diasumsikan sama dengan t(L1)+∆t/2
sama dengan
t

Langkah 4

�∞ − �1
1
ln
� ∞ − �2
K

L1 +L2
1
L1 + L2
= t0 - ln 12
K
2 x L∞

: menurunkan kurva hasil tangkapan (C) yang dilinearkan yang
dikonversikan ke panjang
ln

c L1 ,L2
L1 + L2
=c–Zxt
∆t L1 L2
2

Persamaan di atas adalah bentuk persamaan linear dengan kemiringan (b) =
-Z. Laju mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly
(1980) in Sparre dan Venema (1999) sebagai berikut :
M = 0.8 x exp (-0.0152 – (0.270 x ln L∞) + (0.6543 x ln K) + (0.463 x ln T)
L∞ adalah panjang asimsotik pada persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy, K
adalah koefisien pertumbuhan, dan T adalah rata-rata suhu permukaan air (0C).
Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan :
F=Z–M
Laju eksploitasi (E) ditentukan dengan membandingkan mortalitas
penangkapan (F) terhadap mortalitas total (Z):
E=

F
F
=
F+M Z

Jika nilai E sama dengan 0.5 berarti eksploitasi stok mencapai optimal dengan
asumsi bahwa mortalitas penangkapan seimbang dengan mortalitas alamiah stok
ikan tersebut (Gulland 1971).

6
Fekunditas
Fekunditas adalah semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu
pemijahan. Fekunditas ikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie
2002) berikut :
GxVxX
F=
Q
Keterangan :
F
= Fekunditas (butir)
G
= Bobot gonad (gram)
V
= Volume pengenceran (ml)
X
= Jumlah telur tiap ml (butir/ml)
Q
= Bobot telur contoh (gram)
Mean Trophic Level
Nilai mean trophic level ikan kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang,
dan tetengkek diperoleh dari www.fishbase.org. Stergiou dan Karpouzi (2002)
membagi jenjang trofik ke dalam empat kelompok yaitu herbivora (nilai trofik
level = 2.0 – 2.1), omnivora cenderung herbivora (2.1 < Trofik level < 2.9),
omnivora cenderung karnivora (2.9 < Trofik level < 3.7), dan karnivora (3.7 <
Trofik level < 4.5).
Nilai Ekonomis
Nilai ekonomi yang dimaksud adalah harga jual ikan yang dikaji
dibandingkan dengan ikan lainnya. Nilai ekonomi ikan kembung lelaki, kurisi,
selar kuning, tembang, dan tetengkek diperoleh dari hasil wawancara terhadap
nelayan.
Indeks kerentanan
Penentuan skor kerentanan secara keseluruhan disebut sebagai jarak
Euclidean dari asal sumbu x-y pada plot scatter dan titik datum (Patrick et al.
2009):
v=

p-3

2

+ s-1

2

Keterangan :
v
= indeks kerentanan
p
= Skor Produktivitas
s
= Skor suseptabilitas
Patrick et al. (2009) menyatakan bahwa ikan yang memiliki resiko
kerentanan tinggi terhadap penangkapan apabila nilai v lebih dari 1.8. Ikan yang
memiliki produktivitas yang rendah dan suseptabilitas yang tinggi menunjukkan
kemampuan bertahan rendah dan begitupun sebaliknya, ikan yang memiliki
produktivitas tinggi dan suseptabilitas rendah berarti memiliki kemampuan
bertahan cukup baik dan resiko overfishing rendah.

7
Tahapan PSA
Analisis produktivitas dan suseptabilitas pengerjaannya dilakukan
menggunakan software PSA yang dikembangkan oleh national oceanic and
atmospheric administration (NOAA) National Marine Fisheries Service.
Langkah awal dalam analisis yaitu dengan memasukan data base ke dalam format
Excel untuk masing-masing parameter produktivitas dan suseptabilitas. Patrick et
al. (2009) menyatakan bahwa atribut yang termasuk dalam parameter
produktivitas yaitu pertumbuhan intrinsik, umur maksimum, ukuran maksimum,
koefisien pertumbuhan Von Bertalanffy, mortalitas alami, fekunditas, breeding
strategy, pola rekrutmen, umur pertama matang gonad, dan mean trophic level.
Analisis menggunakan PSA tidak hanya memperhatikan faktor biologi saja, tetapi
juga mempertimbangan faktor ekologi.
Parameter suseptabilitas mengkaji manajemen dan kemampuan
penangkapan terhadap sumber daya ikan (Patrick et al. 2009; Patrick et al. 2010).
Atribut yang termasuk dalam manajemen yaitu management strategy, F/M,
spawning stock biomass (SSB), survival after capture, dan fishery impact to
essential fish habitat. Area overlap, konsentrasi geografis, vertical overlap,
seasonal migrations, shooling, aggregation, and other behavioral responses,
morphology affecting capture, dan desirability or value of fishery merupakan
atribut kemampuan penangkapan.
Data yang telah dibuat dalam format Excel dimasukkan ke dalam format
Stock list yang baru pada software PSA. Setiap parameter produktivitas dan
susceptabilitas dilakukan penilaian dalam kategori bobot nilai, skor atribut dan
kualitas data. Bobot nilai menunjukkan nilai kepentingan dari setiap parameter.
Nilai ini cukup subjektif dan diperoleh melalui judgement peneliti terhadap
parameter yang paling penting. Nilai judgement antara 0 dan 4. (0 = tidak
penting; 1 = Kurang penting; 2 = Penting; 3 = Lebih penting; dan 4 = Sangat
penting). Skor atribut disesuaikan dengan kriteria dari NOAA (Lihat lampiran 2).
Kualitas data menunjukkan penggunaan sumber data yang digunakan dalam
analisis. Nilai kualitas data berkisar 1 sampai 5. (1 = Data banyak dan lengkap; 2
= Data terbatas (Temporal dan spatial); 3 = Data dari genus atau famili yang
sama; 4 = Data baru bersifat informasi yang belum terpublikasi, dan 5 = Tidak ada
data).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Deskripsi ikan
Kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
Ikan kembung lelaki merupakan jenis ikan pelagis kecil yang hidup
bergerombol. Carpenter dan Niem (2001a) ikan kembung merupakan ikan yang
memakan plankton, terutama larva krustacea. Ikan kembung lelaki memiliki
bentuk tubuh yang memanjang dan pipih (Gambar 2).

8

Gambar 2 Ikan kembung lelaki
Ikan kembung lelaki merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki nilai
ekonomi penting (Genisa 1999). Ikan kembung lelaki ditangkap dengan
menggunakan jaring insang hanyut dengan ukuran mata jaring 2 inchi. Kapal
yang digunakan dalam operasi penangkapan dengan jaring insang hanyut yaitu 5
GT. Harga jual ikan kembung lelaki mencapai Rp. 27 000 per kilogram.
Kurisi (Nemipterus japonicus)
Ikan kurisi merupakan salah satu hasil tangkapan nelayan di sekitar Teluk
Banten. Ikan kurisi merupakan spesies demersal dan hidup bergerombol pada
kedalaman 5 hingga 80 m. Makanan ikan kurisi adalah ikan kecil, krustacea,
moluska (terutama gurita), polychaeta, dan Echinodermata. Ikan kurisi memiliki
bentuk tubuh yang pipih ditunjukkan pada Gambar 3 (Carpenter dan Niem 2001b).

Gambar 3 Ikan kurisi
Ikan kurisi ditangkap menggunakan dogol yang dioperasikan untuk
menangkap udang dan ikan demersal. Pengoperasian alat tangkap ini yaitu
dengan cara menarik sepanjang perairan, di mana perahu dalam keadaan bergerak
(Barus dan Mahiswara 1994). Ikan kurisi di PPN Karangantu dijual dengan harga
mencapai Rp. 17 000 per kilogram.
Selar Kuning (Selaroides leptolepis)
Ikan yang didaratkan di PPN Karangantu yaitu ikan pelagis dan ikan
demersal. Salah satu ikan pelagis yang didaratkan yaitu ikan selar kuning. Selar
kuning hidup bergerombol. Genisa (1999) menyatakan bahwa ikan selar kuning
termasuk ikan buas, pemakan ikan kecil dan udang-udang kecil. Selar kuning
memiliki bentuh tubuh yang pipih dan memiliki garis kuning yang membujur dari
mata hingga sirip ekor (Gambar 4).

9

Gambar 4 Ikan selar kuning
Ikan selar kuning merupakan ikan ekonomi penting yang dijual dengan
harga Rp. 15 000 per kilogram. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap
ikan ini adalah dogol. Dogol termasuk alat tangkap kategori pukat kantong
(Diniah 2008).
Ikan tembang (Sardinella fimbriata)
Ikan tembang merupakan ikan pelagis kecil yang hidup bergerombol dalam
jumlah yang besar. Ikan tembang termasuk ikan omnivora cenderung herbivora
dengan makanan utamanya adalah fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae
(Izzani 2012). Ikan ini memiliki tubuh yang pipih dan memanjang untuk
memudahkan pergerakkannya di kolom perairan (Gambar 5).

Gambar 5 Ikan tembang
Ikan tembang di PPN Karangantu dijual dengan harga mencapai Rp. 7 000
per kilogram. Ikan tembang merupakan hasil tangkapan dari alat tangkap bagan.
Bagan beroperasi pada malam hari, terutama bulan gelap dengan menggunakan
alat bantu penangkapan berupa lampu. Nelayan bagan umumnya melakukan
operasi penangkapan ikan dalam satu hari.
Tetengkek (Megalaspis cordyla)
Genisa (1999) menyatakan bahwa ikan tetengkek merupakan ikan pelagis
kecil yang hidup di perairan pantai sampai kedalaman 60 m. Ikan tetengkek
merupakan ikan karnivora yang memakan ikan-ikan kecil (Carpenter dam Niem
1999). Ikan tetengkek memiliki bentuk tubuh yang pipih dan memanjang seperti
terlihat pada Gambar 6.

10

Gambar 6 Ikan tetengkek
Ikan tetengkek merupakan hasil tangkapan dogol. Daerah penangkapan
dogol tidak jauh dari pantai pada bentuk dasar Perairan berlumpur atau lumpur
berpasir dengan permukaan dasar rata (Subani dan Barus 1989 in Oktaviyani
2013). Ikan tetengkek dijual dengan harga Rp. 18 000 per kilogram.
Parameter produktivitas dan suseptabilitas
Ikan kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang, dan tetengkek
merupakan hasil tangkapan dari sekitar perairan Teluk Banten yang didaratkan di
PPN Karangantu. Perbedaan spesies dari kelima ikan tersebut berpengaruh
terhadap biologi dan dinamika stok. Pengetahuan terhadap aspek biologi stok
ikan tersebut penting untuk pengelolaan perikanan berkelanjutan untuk menjaga
kelestariannya. Produktivitas merupakan salah satu parameter PSA yang
digunakan untuk melihat kapasitas kemampuan pulih dari sumber daya ikan
tersebut. Produktivitas dari ikan kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang,
dan tetengkek dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Produktivitas sumber daya ikan
Atribut
Pertumbuhan
intrinsik
Umur maksimum
Ukuran maksimum
Koefisien
pertumbuhan
Mortalitas alami
Fekunditas
Breeding strategy
Rekrutment
Age at maturity
trophic level

Satuan
Kg /
tahun
tahun
cm
tahun

butir

%
tahun

Kembung
lelaki

Kurisi

2.541

1.28

1.303

Nama Ikan
Selar
kuning

Tembang

Tetengkek

1.98

2.292

3.989

5.609

2.509

1.804

3.609

15.60

20.70

17.40

17.80

29.10

0.59

0.77

1.30

0.71

0.37

0.82
9058551816
1
20.07
0.509
3.209

0.89
1139637277
2
20.50
1.409
3.809

1.33
524971533
1
21.38
0.709
3.509

0.89
96911733358
2
16.83
0.509
2.709

0.655
810453513
2
20.26
0.909
4.409

c

Sumber 1: Yulianie R 2012, 2: Purnamasari 2013, 3: Fandri D 2012, 4: Megawati E 2012, 5: Izati
N 2013, 6: Safarini D 2013, 7: Nolalia 2013, 8: Sari AP 2013, 9: Fish base

Tabel 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan intrinsik tetengkek lebih besar
dibandingkan dengan ikan lainnya. Ikan kurisi hidup dalam jangka waktu lebih

11
panjang dibandingkan dengan ikan lainnya yaitu selama 5.60 tahun. Ukuran
maksimum ikan tetengkek lebih panjang dibandingkan dengan ikan lainnya
sebesar 29.10, sedangkan ikan kembung lelaki lebih pendek yaitu sebesar 15.60.
Ikan selar kuning memiliki koefisien pertumbuhan dan mortalitas alami yang
lebih tinggi dibandingkan ikan lainnya. Fekunditas yang dihasilkan masingmasing ikan berbeda-beda. Keberhasilan rekrutmen menunjukkan ikan tembang
memiliki potensi yang paling kecil yaitu sebesar 16.83. Mean trophic level ikan
tetengkek lebih besar dibandingkan dengan ikan lainnya sebesar 4.40, sedangkan
ikan tembang memiliki nilai terendah yaitu 2.70.
Suseptabilitas menunjukkan kecenderungan sumber daya ikan untuk
tertangkap. Tabel 2 menunjukkan hasil parameter suseptabilitas dari ikan
kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang, dan tetengkek.
Tabel 2 Suseptabilitas sumber daya ikan

A
60 %
60 %

Nama Ikan
Selar
Tembang
kuning
A
A
60 %
70 %
60 %
70 %

A
60 %
60 %

80 %
2.14
35.82 %

70 %
1.86
42.67 %

68 %
0.52
46. 00 %

80 %
0.82
56.72 %

67 %
0.165
38.89 %

B

B

B

B

B

shooling, aggregation,
and other behavioral
responses,
Morfology affecting

C

C

C

C

C

alat
tangkap
yang cukup
ramah
lingkungan

alat
tangkap
yang tidak
ramah
lingkungan

alat
tangkap
yang tidak
ramah
lingkungan

alat tangkap
yang cukup
ramah
lingkungan

alat tangkap
yang tidak
ramah
lingkungan

Survival after capture

68 %

68 %

68 %

68 %

68 %

Desirability/ Value of
the Fishery

Rp. 27 000
/kg (harga
tinggi)
Dampak
terhadap
habitatnya
minim

Rp. 17 000
/kg (harga
sedang)
Dapat
merusak
lingkungan

Rp. 15 000
/kg (harga
sedang)
Dapat
merusak
lingkungan

Rp. 7 000
/kg (harga
rendah)
Dampak
terhadap
habitatnya
minim

Rp.18 000
/kg (harga
sedang)
Dapat
merusak
lingkungan

Atribut Suscceptabilitas

Kembung
lelaki
A
60 %
60 %

Vertical overlap
F/M
SSB (Spawning Stock
Biomassa)
Migrrasi musiman

Management strategy
Area overlap
Konsentrasi geografis

Fishery
impact
to
essential fish habitat

Kurisi

Tetengkek

a

Keterangan: A: stok belum ada batasan kebijakan penangkapan dan tidak ada kegiatan
monitoring dengan baik, B: ikan bermigrasi sehingga mempengaruhi pengurangan hasil tangkapan,
C: kebiasaan ikan hidup bergerombol mempengaruhi pegurangan hasil tangkapan.

Penangkapan terhadap ikan kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang,
dan tetengkek belum adanya kebijakan perikanan dan tidak ada kegiatan
monitoring yang dilakukan dengan baik. Banyaknya armada penangkapan yang
dilakukan menyebabkan area overlap dan vertikal overlap yang tinggi. Nilai F/M
menunjukkan kematian penangkapan ikan kembung lelaki lebih besar
dibandingkan dengan ikan lainnya. Ikan kembung lelaki memiliki harga jual yang

12
tertinggi yaitu Rp. 27 000 per kilogram, sedangkan ikan tembang memiliki harga
jual terendah yaitu Rp. 7 000 per kilogram. SSB ikan tembang memiliki nilai
yang paling tinggi dibandingkan ikan lainnya (Tabel 2).
Hasil dari parameter produktivitas dan suseptabilitas yang didapatkan diberi
skoring untuk bobot nilai, skor atribut, dan kualitas data. Skoring masing-masing
ikan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Analisis produktivitas dan
suseptabilitas menggunakan software PSA yang dikembangkan oleh NOAA
menghasilkan grafik yang menghubungkan parameter produktivitas dan
suseptabilitas. Penomoran lingkaran pada Gambar 7 menunjukkan jenis ikan
yang diteliti. Nomor 1 menjelaskan ikan kembung lelaki, nomor 2 menjelaskan
ikan kurisi, nomor 3 menjelaskan ikan selar kuning, nomor 4 menjelaskan ikan
tembang, dan nomor 5 menjelaskan ikan tetengkek. Garis warna merah yang
membujur menunjukkan bahwa ikan memiliki tingkat kerentanan tinggi.
Kerentanan sedang ditunjukkan pada daerah garis warna hijau membujur.
Adapun garis warna biru yang membujur menunjukkan daerah kerentanan rendah.

Gambar 7 Grafik produktivitas dan suseptabilitas. Warna pada lingkaran
menunjukkan kualitas data dan angka di dalam lingkaran
menunjukkan jenis ikan.
Gambar 7 menunjukkan bahwa ikan kurisi dan tetengkek memiliki nilai
produktivitas yang sama, namun nilai suseptabilitas ikan kurisi lebih tinggi
dibandingkan dengan ikan tetengkek. Ikan kembung lelaki, selar kuning, dan
tembang memiliki nilai produktivitas yang paling tinggi dibandingkan dengan
ikan kurisi dan tetengkek. Ikan kembung lelaki memiliki nilai produktivitas dan
suseptabilitas yang paling tinggi dibandingkan dengan ikan kurisi, selar kuning,
tembang, dan tetengkek.
Analisis kerentanan
PSA merupakan metode yang digunakan dalam menganalisis tingkat resiko
kerentanan stok ikan untuk pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. PSA dapat
digunakan untuk multispesies dengan menggunakan parameter biologi dan
ekologi (Stobutzki et al. 2002, Patrick et al. 2009, Patrcik et al. 2010). Indeks
kerentanan ikan kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang, dan tetengkek
ditunjukkan pada Tabel 3.

13
Tabel 3 Kerentanan sumber daya
No

Nama ikan

Nilai produktivitas

Nilai suseptabilitas

Indeks
kerentanan

1

Kembung lelaki

2.70

2.00

1.04

2

Kurisi

2.60

1.92

1.00

3

Selar kuning

2.70

1.83

0.89

4

Tembang

2.70

1.67

0.73

5

Tetengkek

2.60

1.83

0.92

Indeks kerentanan ikan kembung lelaki memiliki nilai indeks kerentanan
yang paling tinggi dibandingkan dengan ikan kurisi, selar kuning, tembang, dan
tetengkek yaitu sebesar 1.04. Nilai indeks kerentanan terendah yaitu ikan
tembang sebesar 0.73. Ikan kembung lelaki dan tembang memiliki nilai
produktivitas yang sama, tetapi indeks kerentanannya berbeda. Ikan kurisi dan
kembung lelaki memiliki nilai produktivitas yang sama, tetapi indeks kerentannya
tidak signifikan berbeda. Ikan kembung lelaki memiliki nilai produktivitas dan
suseptabilitas paling tinggi dibandingkan dengan ikan kurisi, selar kuning,
tembang, dan tetengkek (Tabel 3).

Pembahasan
Parameter produktivitas dan suseptabilitas
Pertumbuhan diartikan sebagai pertambahan ukuran panjang atau bobot
dalam suatu waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor
luar. Faktor dalam adalah faktor yang umumnya sulit dikontrol seperti keturunan,
sex, umur, parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi
pertumbuhan yaitu makanan dan suhu perairan (Effendie 2002). Ikan selar kuning
memiliki koefisien pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan ikan
kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang, dan tetengkek (Tabel 1). Semakin
cepat laju pertumbuhannya, maka akan semakin cepat mencapai panjang asimtotik
dan semakin cepat pula ikan tersebut mati. Sparre dan Venema (1999)
menyatakan bahwa semakin rendah nilai koefisien pertumbuhan maka semakin
lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai panjang asimtotik, sehingga umur
hidupnya lebih lama. Produktivitas rendah ditunjukkan dengan rendahnya nilai
koefiesien pertumbuhan (Froese dan Binohlan 2000 in Patrick et al. 2009). Umur
maksimum berkorelasi negatif terhadap mortalitas alami (Hoening 1983 in Patrick
et al. 2009). Ikan yang memiliki umur maksimum lebih pendek maka kematian
alami ikan tersebut akan tinggi karena ikan tersebut cepat mencapai panjang
asimtotik.
Tingkat kematangan gonad ikan dicapai pada ukuran dan umur tertentu.
Ikan kurisi memiliki ukuran maksimum yang besar dan jangka waktu hidup yang
lebih panjang dibandingkan dengan selar kuning dan kembung lelaki, sehingga
age at maturity ikan kurisi lebih lama dibandingkan dengan selar kuning dan
kembung lelaki. Menurut Lagler et al. (1977) in Usman et al. (1996) menyatakan
bahwa ikan yang mempunyai ukuran maksimal lebih besar dan jangka waktu
hidup panjang, umumnya akan mencapai kedewasaannya pada usia tua atau
ukuran yang lebih besar.

14
Fekunditas adalah semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu
pemijahan (Effendie 2002). Musick (1999) in Patrick et al. (2009) menyatakan
bahwa nilai fekunditas yang rendah menyiratkan produktivitas yang rendah,
namun nilai fekunditas yang tinggi tidak selalu menyiratkan produktivitas yang
tinggi. Kisaran nilai fekunditas ikan kembung lelaki, kurisi, selar kuning,
tembang, dan tetengkek menunjukkan produktivitas yang tinggi. Kelimpahan
stok ikan di alam juga dipengaruhi oleh keberhasilan proses rekrutmen. Hasil
penelitian oleh Amarullah (2008) yaitu keberhasilan rekrutmen stok ikan di alam
ditentukan oleh keberhasilan hidup dan tumbuh pada stadia larva maupun juvenil.
Rekrutmen kelima ikan yang diteliti menunjukkan produktivitas yang sedang
(10% sampai 75% selang kelas berhasil).
Nilai produktivitas yang rendah pada ikan kurisi dan tetengkek karena
atribut skor nilai mean trophic level kedua ikan ini menunjukkan produktivitas
yang rendah dengan nilai atribut skor lainnya menunjukkan nilai yang sama. Nilai
mean trophic level menggambarkan tingkat tropik pada piramida makanan.
Menurut Stergiou dan Karpouzi (2002), trophic level yang diperoleh ikan
kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang, dan tetengkek menunjukkan
kebiasaan makan untuk masing-masing ikan yaitu omnivora cenderung karnivora,
karnivora, omnivora cenderung karnivora, omnivora cenderung pemakan
herbivora, dan karnivora. Ikan kembung lelaki, selar kuning dan tembang
memiliki tingkat tropik level yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan kurisi
dan tetengkek. Hal ini dikarenakan ikan kembung lelaki, selar kuning, dan
tembang harus melakukan transfer biomassa pada jenjang trofik yang lebih tinggi.
Usaha penangkapan berpengaruh terhadap kelimpahan ikan karena kegiatan
ini mempunyai dampak terhadap pertumbuhan, umur pertama kali matang gonad,
fekunditas, rekrutmen, dan mortalitas (Syahailatua 1993). Suseptabilitas ikan
kembung lelaki yang tinggi karena kematian penangkapan ikan yang tinggi dan
tidak adanya batasan kebijakan penangkapan. Kematian penangkapan yang
tinggi terjadi akibat area overlap dan horizontal overlap yang tinggi. Harga jual
ikan kembung lelaki lebih mahal dibandingkan ikan lainnya. Oleh karena itu,
eksploitasi ikan kembung lelaki lebih tinggi dibandingkan ikan kurisi, selar
kuning, tembang, dan tetengkek.
Selektivitas alat tangkap juga mempengaruhi komposisi hasil tangkapan dan
ukuran ikan yang tertangkap. Hasil penelitian Apriani et al. (2013) yaitu jaring
insang merupakan alat tangkap yang kurang selektif. Bagan merupakan alat
tangkap yang kurang selektif (Yuda et al. 2012). Aziz (1989) menyatakan bahwa
alat tangkap yang tidak selektif adalah alat-alat yang dalam operasi
penangkapannya membentuk kantong.
Pengoperasian alat tangkap dogol
membentuk kantong, maka dogol termasuk alat tangkap tidak selektif. Kurang
selektifnya alat tangkap bagan, dogol, dan jaring insang akan mempengaruhi
kualitas ekosistem dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kualitas
ekosistem yang menurun akan berdampak pada kestabilan stok ikan.
Analisis kerentanan
Ikan kembung lelaki memiliki indeks kerentanan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kurisi, selar kuning, tembang, dan tetengkek. Indeks
kerentanan ikan kembung yang paling tinggi dikarenakan nilai produktivitas dan
suseptabilitas lebih tinggi dibandingkan dengan ikan lainnya. Ikan kembung

15
lelaki memiliki nilai produktivitas dan suseptabilitas yang lebih tinggi
dibandingkan ikan kurisi. Indeks kerentanan ikan kembung lelaki yaitu 1.04,
sedangkan ikan kurisi yaitu 1.00 (Tabel 3). Indeks kerentanan ikan kembung
lelaki, kurisi, selar kuning, tembang, dan tetengkek memperlihatkan tingkat resiko
kerentanan yang rendah karena nilainya kurang dari 1.8 (Patrick et al. 2009). Hal
ini menunjukkan tingkat daya tahan ikan kembung lelaki, kurisi, selar kuning,
tembang, dan tetengkek cukup baik dalam mempertahankan populasinya akibat
adanya penangkapan. Stobutzki et al. (2002) menyatakan bahwa ikan yang
memiliki nilai tertinggi pada produktivitas dan suseptabilitas memiliki peluang
keberlanjutan yang rendah. Oleh karena itu, pengelolaan kembung lelaki menjadi
prioritas untuk menjamin keberlanjutannya.
Kerentanan stok ikan dipengaruhi oleh proses pertumbuhan. Widodo dan
Suadi (2006) menyatakan bahwa sumber daya hayati laut mampu membarui
dirinya melalui proses pertumbuhan dalam ukuran (panjang) dan massa (bobot)
individu selain pertambahan terhadap populasi atau komunitas melalui reproduksi
(yang biasa disebut dalam perikanan sebagai rekrutmen). Pertumbuhan ikan
dipengaruhi oleh keturunan dan umur ikan yang merupakan faktor yang sulit
dikontrol. Ikan kembung lelaki dan kurisi merupakan dua spesies yang berbeda
sehingga pertumbuhan ikan tersebut juga akan berbeda. Umur ikan kurisi lebih
lama dibandingkan dengan ikan kembung lelaki, sehingga pertumbuhan ikan
kurisi lebih lambat dibandingkan dengan ikan kembung lelaki.
Hal ini
dikarenakan umur yang lebih lama memerlukan waktu yang lebih lama dalam
mencapai panjang asimtot, dimana koefisien pertumbuhan ikan tersebut rendah.
Oleh karena itu, pertumbuhan yang lambat menunjukkan produktivitas yang
rendah.
Penentuan indeks kerentanan juga dipengaruhi oleh kegiatan penangkapan
ikan. Indeks kerentanan ikan kembung lelaki lebih tinggi dibandingkan dengan
ikan kurisi karena laju penangkapan ikan kembung lelaki lebih tinggi
dibandingkan dengan ikan kurisi. Ikan kembung lelaki merupakan ikan pelagis
kecil yang cenderung bergerombol dalam jumlah yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan ikan demersal. Selain itu, ikan pelagis kecil melakukan
migrasi, baik vertikal maupun horizontal yang cakupannya lebih luas
dibandingkan ikan demersal. Harga ikan kembung lelaki yang lebih tinggi
mengakibatkan eksploitasi yang lebih tinggi dibandingkan ikan kurisi.
Alternatif pengelolaan perikanan
Analisis produktivitas dan suseptabilitas mengkaji resiko kerentanan stok
ikan akibat aktifitas penangkapan untuk mengetahui potensi keberlanjutan stok
ikan tersebut. Hasil analisis kerentanan menunjukkan ikan kembung lelaki, kurisi,
selar kuning, tembang, dan tetengkek memiliki resiko kerentanan yang rendah,
namun ikan kembung lelaki memiliki peluang keberlanjutan yang rendah karena
nilai produktivitas dan suseptabilitas yang paling tinggi. Pengelolaan stok ikan
tetap perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutannya. Mallawa
(2006) menjelaskan bahwa pengelolaan perikanan berkelanjutan adalah
pemanfaatan sumber daya ikan dapat dinikmati oleh generasi sekarang tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memanfaatkannya. Tugas
utama dari pengelolaan perikanan adalah menjamin bahwa mortalitas
penangkapan tidak melampaui kemampuan populasi untuk bertahan dan tidak

16
mengancam atau merusak kelestarian dan produktivitas dari populasi ikan yang
sedang dikelola (Widodo dan Suadi (2006).
Pengelolaan dilakukan untuk menjamin keberlanjutan sumber daya ikan
kembung lelaki, kurisi, selar kuning, tembang, dan tetengkek yaitu dengan cara
pembatasan upaya penangkapan, pengaturan selektivitas alat tangkap, pengaturan
musim, dan daerah penangkapan. Pembatasan upaya penangkapan dilakukan
dengan membatasi armada penangkapan, termasuk jumlah dan ukuran kapal serta
pembatasan terhadap jenis alat tangkap dan teknik penangkapannya. Pengaturan
selektivitas alat tangkap jaring insang, bagan, dan dogol dilakukan dengan cara
memperbesar ukuran mata jaring alat tangkap tersebut supaya ikan yang
berukuran kecil tidak tertangkap. Adapun pengaturan musim penangkapan
dilakukan pada saat ikan musim memijah. Pengaturan musim juga dilakukan
dengan penutupan penangkapan di daerah-daerah tertentu seperti daerah memijah
dan daerah anakan. Hal ini dilakukan untuk menjamin keberhasilan proses
rekrutmen.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Nilai indeks kerentanan dari yang terkecil sampai terbesar yaitu ikan
tembang, selar kuning, tetengkek, kurisi, dan kembung lelaki. Ikan kembung
lelaki, kurisi, selar kuning, tembang, dan tetengkek memiliki tingkat resiko rendah
terhadap kegiatan penangkapan. Namun, ikan kembung lelaki memiliki tingkat
peluang keberlanjutan yang rendah dibandingkan dengan ikan lainnya karena
memiliki nilai produktivitas dan suseptabilitas yang tinggi.
Saran
Parameter indikator kerentanan perlu dilakukan modifikasi dari metode
analisis produktivitas dan suseptabilitas yang ditetapkan oleh NOAA. Hal ini
dikarenakan perbedaan kondisi perikanan, di mana perikanan Indonesia
merupakan perikanan tropis. Penilaian subjektivitas dapat diminimalkan dengan
menggunakan data yang diukur secara langsung dan adanya time series dalam
pengambilan data.

DAFTAR PUSTAKA
Amarullah MH. 2008. Hidro-biologi larva ikan dalam proses rekrutmen. Jurnal
Hidrosfir Indonesia. 3(2): 75-80.
Apriani, Irnamawati R, Susanto A. 2013. Komposisi hasil tangkapan jaring silir
yang berbasis di PPN Karangantu Kota Serang Provinsi Banten. Jurnal Ilmu
Pertanian dan Perikanan. 2(2): 149-156.
Aziz KA. 1989. Pendugaan Stok Populasi Ikan Tropis. Bogor (ID). IPB Press

17
Barus HR, Mahiswara.1994. Perikanan jaring dogol di Kalimantan Timur. Jurnal
Penelitian Perikanan. 85: 54-68.
Carpenter, KE, Niem VH. 1999. The Living Marine Resources of the Western
Central Pacific Vol 4 Bony Fishes Part 2 (Mugillidae to Carangidae). FAO,
Rome.
Carpenter, KE, Niem VH. 2001a. The Living Marine Resources of the Western
Central Pacific Vol 5 Bony Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae). FAO,
Rome.
Carpenter, KE, Niem VH. 2001b. The Living Marine Resources of the Western
Central Pacific Vol 6 Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimerildae),
Estuarine crocodiles, sea turtles, sea snakes, and marine mammals. FAO,
Rome.
Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap. Bogor (ID): IPB Pr.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
Nusantara.
Fandri D. 2012. Pertumbuhan dan Reproduksi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier 1817) di Selat Sunda [skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.
Genisa AS. 1999. Pengenalan jenis-jenis ikan ekonomi penting di Indonesia.
Jurnal Oseana. 24 (1): 17-38.
Gulland JA. 1971. The fish resources of the oceans. FAO Fishing News. Surrey.
Hairunnisa N. 2013. Pengelolaan Sumber Daya Ikan Tetengkek (Megalaspis
cordyla, Linnaeus 1758) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu,
Banten [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Izati N. 2013. Kajian Stok dan Analisis Ketidakpastian Sumber Daya Ikan
Tetengkek (Megalaspis cordyla) di PPN Karangantu, Serang, Banten
[skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Izzani N. 2012. Kebiasaan Makanan Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Cuvier
and Valenciennes 1847) dari Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP
Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten [skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.
Nolalia. 2013. Reproduksi Ikan Kurisi Nemipterus japonicas (Bloch 1791) dari
Perairan Teluk Banten yang Didaratkan di PPN Karangantu, Banten
[skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Mallawa A. 2006. Pengelolaan sumber daya ikan berkelanjutan dan berbasis
masyarakat. Disajikan pada Lokakarya Agenda Penelitian Program
COREMAP II Kabupaten Selayar.
Mayalibit DNK. 2013. Analisis Bioekonomi untuk Pengelolaan Sumber Daya
Ikan Selar Kuning (Selaroides sp. Cuvier dan Valenciennes) yang
Didaratkan di PPN Karangantu [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor.
Megawati E. 2012. Kajian Aspek Pertumbuhan Ikan Tembang (Sardinella
fimbriata Cuvier dan Valenciennes 1847) di Perairan Selat Sunda [skripsi].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Oktaviyani S. 2013. Kajian Stok Ikan Kurisi (Nemipterus japonicus, Bloch 1791)
di Perairan Teluk Banten yang Didaratkan di PPN Karangantu, Banten
[skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

18
Patrick WS, P Spencer, O Ormseth, J Cope, J Field, D Kobayashi, T Gedamke, E
Cortes, K Bigelow, W Overholtz, J Link da P Lawson. 2009. Use of
Productivity and susceptibility indices to determine stock vulnerability, with
example applications to six U.S. fisheries. NOAA Tech. Memo.
NMFSF/SPO-101.90p.
Patrick WS, P Spencer, O Ormseth W Overholtz, J Link, J Cope, J Field, D
Kobayashi, K Bigelow, P Lawson, T Gedamke dan E Cortes. 2010. Using
Productivity and susceptibility indices to assess the vulnerability of United
States fish stocks to overfishing. Fishery Bulletin 108: 305-322.
Prahadina VD. 20 13. Kajian Stok Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kangurta,
Cuvier 1817) di Perairan Teluk Banten yang Didaratkan di PPN Karangantu,
Banten [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Purnamasari R. 2013. Analisis Sumber Daya Ikan Tembang (Sardinella fimbriata)
yang Didaratkan di PPN Karangantu, Provinsi Banten [skripsi]. Bogor (ID).
Institut Pertanian Bogor.
Putri AK. 2013. Kajian Stok Sumber Daya Ikan Selar Kuning Caranx
(Selaroides) leptolepis Cuvier dan Valenciennes yang Didaratkan di PPN
Karangantu [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Runtuboi F. 2012. Analisis Kerentanan Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea
Vrandelli 1761) di Pantai jamursba Medi Konservasi Laut Daerah Abun
Kabupaten Tambrauw Papua Barat [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor.
Safarini D. 2013. Potensi Reproduksi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger
kanagurta, Cuvier 1817) dari Perairan Teluk Banten yang Didaratkan di
PPN Karangantu [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Sari AP. 2013. Aspek Reproduksi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Cuvier dan
Valenciennes 1847) di Perairan Teluk Banten [skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.
Simarmata R. 2013. Kajian Stok Sumberdaya Ikan Tembang (Sardinella fimbriata
Valenciennes 1847) di Perairan Teluk Banten yang Didaratkan di PPN
Karangantu, Banten. [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan buku-1 manual
(Edisi Terjemahan). Kerjasama Organisasi Pangan, Perserikatan BangsaBangsa dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan
Penelitian dan Pengembangan pertanian. Jakarta. 438 hlm.
Stergiou KI, Karpouzi. 2002. Feeding habits and trophic levels of Mediterranean
fish. Marine Ecology Progress Series. No. 11: 217-254.
Stobutzki I, Miller M, Heales D, Brewer D. 2002. Assessing the sustainability of
elasmobranch by-catch in a prawn trawl Fishery: a Method for Dealing
with High Diversity and Limited Information (Elasmobranch FisheriesPoster). Northwest Atlantic Fisheries Organization SCR Doc. 02/82.
Syahailatua A. 1993. Identifikasi stok ikan, prinsip dan kegunaannya. Jurnal
Oseana. 18 (2) :55-63.
Usman, Pongsapan DS, Rachmansyah. 1996. Beberapa aspek biologi reproduksi
dan kebiasaan makan ikan kuwe (carangidae) di Selat Makasar dan Teluk
Ambon. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 2 (3): 12-17.
Widodo J, Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Pr.

19
www.fishbase.org. Nemipterus japonicus (Bloch, 1791) Japanese threadfin bream.
[internet].
[diunduh
2014
Feb
11].
Tersedia
pada:
http://www.fishbase.org/PopDyn/KeyfactsSummary_1.php?ID=4559&Genu
sName=Nemipterus&SpeciesName=japonicus&vStockCode=4744&fc=324.
www.fishbase.org. Sardinella fimbriata (Valenciennes, 1847) Fringescale
sardinella.
[internet]. [diunduh 2014 Feb 11]. Tersedia pada:
http://www.fishbase.org/PopDyn/KeyfactsSummary_1.php?ID=1507&Genu
sName=Sardinella&SpeciesName=fimbriata&vStockCode=1700&fc=43.
www.fishbase.org. Selaroides leptolepis (Cuvier, 1833) Yellowstripe scad.
[internet].
[diunduh
2014
Feb
11].
Tersedia
pada:
http://www.fishbase.org/PopDyn/KeyfactsSummary_1.php?ID=388&Genus
Name=Selaroides&SpeciesName=leptolepis&vStockCode=402&fc=31