BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang RI No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2003:3 bahwa Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan
kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk
mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman.
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan
sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak.
Kurikulum Sekolah Dasar mata pelajaran pendidikan jasmani menyebutkan bahwa tujuan pendidikan jasmani di sekolah dasar adalah memacu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang 1
2 selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan hidup sehat
Depdiknas, 2002, dalam skripsi Juneli, 2010:1. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk mewujudkan tujuan Panjasorekes tersebut adalah bahwa pelajaran pendidikan jasmani harus diajarkan menggunakan metode,
model dan pendekatan yang sesuai dengan kondisi sekolah yang bersangkutan. Akan tetapi yang menjadi masalah di SD Negeri 03 Watukumpul
belum dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum karena keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran yang
dimiliki sekolah yang masih belum terpenuhi, baik secara kuantitas maupun kualitasnya, sehingga sudah barang tentu akan berdampak kurang
menguntungkan pada proses pembelajaran penjasorkes itu sendiri dan anak kurang termotivasi dengan pembelajaran yang monoton.
Pengembangan model pembelajaran dalam Penjasorkes penulis anggap penting untuk diketahui oleh para guru pendidikan jasmani. Diharapkan
dengan mereka dapat menjelaskan pengertian dan konsep pendekatan, menyebutkan apa yang dimodifikasi dan bagaimana cara memodifikasinya,
menyebutkan dan menerangkan beberapa aspek analisis modifikasi, sehingga guru akan lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Guru yang memegang peranan sangat penting, merupakan kunci sukses dari segala kegiatan pembelajaran penjasorkes di sekolah. Oleh karena
3 itu kemampuan, kreativitas dan inovasi seorang guru mutlak diperlukan guna
tercapainya keberhasilan pembelajaran tersebut. Potret guru penjasorkes saat ini cenderung masih melaksanakan proses pembelajaran yang bersifat
konvensional. Artinya guru mengajar dengan cara yang tidak menarik karena monoton dan membosankan, sehingga motivasi siswa dalam mengikuti
pelajaran penjasorkes sangat kurang. Apabila kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka secara tidak disadari akan mempengaruhi terhadap tingkat
kesegaran jasmani dan penguasaan keterampilan gerak siswa yang semestinya dapat dikembangkan sesuai perkembangan gerak seusianya. Dengan demikian
potensi siswa tidak dapat berkembang seperti yang diharapkan. Oleh karena itu model pembelajaran melalui pendekatan lingkungan luar sekolah sangat
mungkin dilaksanakan sebagai alternatif dalam mengoptimalkan pembelajaran Penjasorkes di sekolah.
Dampak dari itu secara tidak disadari akan mempengaruhi terhadap tingkat kesegaran jasmani dan penguasaan keterampilan gerak peserta didik
yang semestinya dapat dikembangkan sesuai perkembangan gerak seusianya. Dengan demikian potensi peserta didik akan tidak berkembang secara optimal
pada dasarnya, dan pada akhirnya kurang optimal pula dalam mendukung dan memberi kontribusi bibit-bibit atlet potensi yang dapat dikembangkan pada
pembinaan prestasi olahraga ke depan. Pengembangan model pembelajaran penjasorkes merupakan salah satu
upaya membantu penyelesaian permasalahan terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran penjasorkes di sekolah. Dari hasil pengamatan selama ini,
4 pengembangan model pembelajaran penjasorkes yang dilakukan oleh para
guru penjasorkes dapat membawa suasana pembalajaran yang inovatif, dengan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan dapat memotivasi peserta
didik untuk lebih berpeluang mengeksploitasi gerak secara luas dan bebas, sesuai tingkat kemampuan yang dimiliki. Biarpun pengembangan model
pembelajaran yang ada masih terbatas dalam lingkup lingkungan fisik di dalam sekolah, dan belum dikembangkan pada pemanfaatan lingkungan fisik
luar sekolah, yang sebenarnya memiliki potensi sebagai sumber belajar yang efektif dan efisien.
SD Negeri 03 Watukumpul, letaknya di wilayah ibukota kecamatan Watukumpul kabupaten Pemalang. Jumlah siswa lebih sedikit dibandingkan
dengan SD lain di desa Watukumpul. Mata pencaharian wali murid di SD Negeri 03 Watukumpul mayoritas adalah buruh tani. Lingkungan di SD
Negeri 03 Watukumpul adalah jalan raya Watukumpul, perkebunan, persawahan, dan bebatuan besar. Jauh dari lapangan karena letaknya dekat
dengan persawahan maka kami menerapkan model pembelajaran Penjas dengan memanfaatkan persawahan sebagai sarana pembelajaran Penjas di SD
Negeri 03 Watukumpul. Lingkungan fisik luar sekolah yang merupakan salah satu sumber
belajar yang efektif dan efisien, selama ini belum dapat dioptimalkan oleh para guru penjasorkes dalam mengembangkan pembelajarannya. Guru
penjasorkes masih berkutat dalam lingkungan fisik dalam sekolah, biarpun dengan berbagai persoalan dan keterbatasannya. Para guru lupa bahwa
5 lingkungan fisik di luar sekolah ada situasi dan kondisi yang menarik di alam
bebas berupa lahan kosong, persawahan, perkebunan, hutan, perbukitan, sungai, pantai, perumahan dll, yang jika dimanfaatkan secara optimal melalui
pengembangan model pembelajaran akan dapat membantu para guru dalam meningkatkan pembelajaran penjasorkes yang inovatif.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka dipandang penting adanya pengembangan model pembelajaran penjasorkes dengan
pendekatan atau memanfaatkan lingkungan fisik di luar sekolah, sebagai wahana penciptaan pembelajaran penjasorkes yang inovatif, untuk menjadikan
pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan, yang sekaligus bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas membuat penulis tertarik untuk meneliti “Model Pembelajaran Kekuatan otot tungkai Dalam Penjasorkes Melalui
Pendekatan Lingkungan Persawahan pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Watukumpul Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran
20102011”.
1.2 Perumusan Masalah