EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DI GUNUNG TUGEL UNTUK PENGEMBANGAN HUTAN PENDIDIKAN (Studi di Gunung Tugel, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo)

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya serta menempati daerah yang cukup luas, hutan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, dan pelestari tanah serta merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting, Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Kenyataan bahwa hutan menambah kelembaban dan menurunkan temperatur iklim mikro di bawah hutan. Ditambah dengan banyak terbentuknya bahan organik dilapisan bawah, maka hutan sangat penting dalam usaha mencegah bahaya erosi dan banjir ( Darmawijaya, 2010 )

Peralihan hutan menjadi lahan pertanian akan mengakibatkan tekanan terhadap hutan semakin besar untuk dijadikan hutan produksi. Mengingat kualitas dan produktifitas hutan semakin menurun, disamping luas areal hutan yang semakin sempit, sehingga perlu adanya perhatian dalam upaya pengembangan tersebut yaitu dengan dilakukan evaluasi kesesuaian lahan sebelum penanaman suatu jenis tegakan, karena keberhasilan suatu jenis tegakan sangat dipengaruhi oleh kondisi biofisik lokasi yang akan ditanami. Seberapa jauh tingkat kesesuaian lahanya tergantung dari kecocokan antara persyaratan tumbuh dengan kondisi biofisik lokasi penanaman. Kondisi biofisik yang tidak sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan


(2)

2 tanaman akan terganggu sehingga secara ekonomis tanaman tersebut tidak menguntungkan.

Cara – cara penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan kesesuaiannya serta tidak memperhatikan kaidah – kaidah konservasi tanah yang baik, secara tehnik merupakan penyebab utama kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Akibat penggunaan lahan yang tidak memperhatikan factor – factor tersebut, kerusakan sumber daya tanah dan air terus meninggkat, sehingga timbul lahan kritis. Oleh karena itu, dengan diketahuinya tingkat kesesuaian lahan, maka informasi ini dapat digunakan untuk dasar pertimbangan secara teknis bagi perkembangan hutan di lokasi daerah penelitian.

Upaya pendayagunaan sumberdaya hutan indentik dengan pengurasan potensi sumberdaya yang bersangkutan tanpa kendali yang berarti, sementara upaya-upaya rehabilitasi yang dilakukan sebagaian besar belum memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Terkait dengan kondisi ini, perlu dikembangkan model pengelolaan hutan yang dapat mendukung optimalisasi pengelolaan hutan.

Melalui suatu penataan dan pengelolaan yang tepat, hutan pendidikan dapat memberikan hasil dan jasa lingkungan dengan nilai yang cukup besar dalam rangka perwujudan nilai tersebut, perlu adanya kesepahaman diantara para stake-holders bahwa hutan pendidikan pada dasarnya harus ditata dan dikelola untuk tujuan memproduksi hasil dan aneka jasa lingkungan. Hal ini merupakan prasyarat bagi pendayagunaan potensi hutan pendidikan sebagai dasar dalam penyusunan model pengelolaan hutan multifungsi (Malamassam, 2013)


(3)

3 1.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui jenis tanaman yang sesuai untuk lahan di Gunung Tugel Kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo dan juga untuk mengetahui cara pengembangan hutan yang berada di Gunung Tugel menjadi Hutan Pendidikan

1.3Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi tentang jenis tegakan yang sesuai di lokasi penelitian, sehingga dapat dikembangkan menjadi tegakan-tegakan penyusun hutan pendidikan, juga untuk mengetahui cara pengelolaan pengembangan hutan pendidikan

1.4Hipotesa

Hipotesis yang dapat dikemukaan adalah :

1. Apakah lahan Gunung Tugel sesuai untuk pengembangan jati dan lamtoro yang nantinya dapat dikembangkan sebagai hutan produksi, sosial dan hutan pendidikan berdasarkan hasil kesesuaian lahan

2. Apakah tanaman jati dan lamtoro sesuai dan dapat dikembangkan pada lahan Gunung Tugel yang nantinya akan dapat menjadi sarana atau media informasi dalam pendidikan dan pengembangan model pengelolaan hutan


(4)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep evaluasi kesesuaian lahan

Evaluasi kesesuaian lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data Biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai (Fagundez, 2011)

Evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menilai dan menginterpretasikan data-data dasar dan sumber lahan, tidak hannya tanah tetapi juga bentuk lahan, penggunaan lahan, agroklimat dan aspek-aspek lain untuk kemudian dibandingkan dengan alternatif dengan persyaratan dari alternatif penggunaan lahan tertentu dari berbagai penggunaan lahan dengan berbagai pengukuran kuantitatif (Siswanto, 2006)


(5)

5 Prinsip yang harus diikuti untuk membuat evaluasi kesesuaian lahan yang baik adalah sebagai berikut :

1. Kesesuaian lahan dinilai dan diklasifikasikan sesuai dengan macam penggunaan yang spesifik.

2. Evaluasi membutuhkan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dan masukan yang dibutuhkan pada berbagai tipe lahan.

3. Dalam evaluasi dibutuhkan pendekatan multidisipliner dari berbagai ilmu. 4. Evaluasi dibuat relevan dengan kontek fisik, ekonomi dan sosial dari daerah

yang bersangkutan. Evaluasi menyangkut perbandingan lebih dari satu macam penggunaan lahan

5. Kesesuaian ditunjukkan untuk penggunaan yang bertahan

Evaluasi lahan untuk kehutanan adalah pendekatan sistematik pada proses mencocokkan (fitting) kehutanan kedalam perencanaan penggunaan lahan suatu negara atau wilayah tertentu. Kehutanan merupakan alternatif penggunaan yang akan berkompetisi langsung dengan jenis penggunaan utama lainya pada tipe lahan tertentu. Akan tetapi, kehutanan berbeda dari pertanian paling tidak dalam hal tiga hal berikut :

1. Periode daur yang panjang, sehingga untuk dapat bersifat ekonomis, biaya pengembangan harus diusahakan agar tetap rendah

2. Meliputi areal yang luas, sehingga tehnik-tehnik pengelolaan lahan yang mahal tidak digunakan

3. Produktifitas yang rendah sehingga kehutanan umumnya dialokasikan pada tanah-tanah marginal (Sitorus, 1989)


(6)

6 Di dalam evaluasi lahan untuk kehutanan perlu dibedakan antara hutan alami dan hutan buatan, karena fungsi hutan alami pada dasarnya berbeda dari fungsi hutan buatan. Beberapa fungsi yang menonjol dari hutan alami adalah : 1. Untuk mengendalikan keadaan lingkungan dalam hubungan dengan erosi

dan dalam hubungan dengan pengendalian pengaruh iklim dan banjir 2. Sebagai sumber bahan-bahan produk ekstraksi seperti kayu bakar, buah

serta resin

3. Sebagai cadangan untuk lahan yang dapat diolah atau produksi kayu dimasa mendatang

4. Untuk produksi kayu atas dasar produksi yang lestari

5. Untuk keperluan rekreasi, perlindungan terhadap berbagai jenis flora dan fauna.

Hutan buatan biasanya ditunjukkan untuk keperluan produksi kayu, tetapi dapat juga berfungsi untuk keperluan rekreasi atau untuk pengendalian lingkungan oleh karena itu, biasanya spesies yang diusahakan adalah spesies yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi

2.2 Sistem klasifikasi kesesuaian lahan

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (Food and Agriculture Organization) (1976) dapat dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit. Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N=Not Suitable). Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas


(7)

7 kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).

Kelas S1 : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata. Kelas S2 : Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri. Kelas S3 : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta. Kelas N Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi. Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi sub kelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan pembatas kondisi perakaran (rc=rooting condition).


(8)

8 Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Contoh kelas S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang sama dengan faktor penghambat sama yaitu kondisi perakaran terutama faktor kedalaman efektif tanah, yang dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1 kedalaman efektif sedang (50-75 cm), dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (<50 cm). Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan. Berbagai sistem evaluasi lahan dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda seperti sistem perkalian parameter, sistem penjumlahan parameter dan sistem pencocokan (matching) antara kualitas lahan dan karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman. Sangat sesuai, Cukup sesuai, Sesuai marginal dan tidak sesuai (Fagundez, 2011)

2.3 Fungsi kawasan hutan

Mengingat kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan hutan yang selalu meningkat, baik untuk keperluan kehutanan, perkebunan, pertanian, industri maupun untuk keperluan yang lain, memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas. Disamping itu, perlu juga melakukan tindakan konservasi untuk penggunaan dimasa mendatang. Kecenderungan yang demikian, mendorong pemikiran para ahli akan perlunya suatu perencanaan atau penataan kembali penggunaan lahan agar lahan dapat dimanfaatkan lebih efektif dan efisien dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian produksi, kelestarian lingkungan dan pemecahan masalah-masalah


(9)

9 sosial ekonomi masyarakat. Untuk mendukung pemikiran tersebut diatas, maka perlu adanya aturan yang menjelaskan kriteria dan tata cara penetapan fungsi suatu kawasan hutan, yaitu sebagai kawasan produksi atau kawasan lindung. Kawasan produksi dapat dirinci lagi menjadi hutan produksi dengan penebangan terbatas (HPT) dan hutan produksi bebas (HPB).

2.4 Pengembangan Hutan Pendidikan

Dalam pengembanganya hutan pendidikan sangat dibutuhkan guna menunjang berbagai aspek yang dibutuhkan ataupun yang diperlukan untuk proses pendidikan, pembangunan hutan pendidikan merupakan upaya untuk mendorong munculnya media pendidikan tentang hutan yang berfungsi untuk berbagai macam aspek seperti isu perubahan iklim dan lain-lain. Pengembangan lahan hutan menjadi hutan pendidikan yang seutuhnya sangat tidak mudah hal ini memerlukan waktu yang tidak sebentar, ada berbagai tahapan-tahapan dimulai dengan adanya landscaping atau pemetaan-pemetaan sampai dengan membangun infrastruktur yang menunjang hutan tersebut, sehingga dapat disebut sebagai hutan pendidikan.

2.5 Karakteristik Lahan dalam hubungannya dengan Kesesuaian Lahan Menurut Hardjowigeno (1992), sifat fisik tanah sangat menunjang terciptanya sifat kimia dan biologi tanah yang dapat dengan mudah diperbaiki karena hanya berhubungan dengan ketersediaan unsur baik organik maupun anorganik dalam tanah serta aktivitas organisme tanah seperti pemberian bahan organik, pupuk dan sebagainya. Selain itu sifat fisik tanah adalah sifat tanah yang dilihat dari tektur, struktur, konsistensi tanah, warna tanah, temperatur tanah, tata air (drainase) dan tata udara (aerase) (Madjid 2007). Penetapan


(10)

10 tektur tanah dapat dilakukan secara kualitatif (di lapangan) dan secara kuantitatif (di laboratorium). Metode Kualitatif dengan merasakan tanah diantara ibu jari dan telunjuk kemudian ditekan dan digosok-gosokkan, sedangkan metode kuantitatif dengan pengamatan lebih lanjut di laboratorium

Sifat morfologi tanah adalah yang dapat diamati dan dipelajari di lapangan. Sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, perkembangan akar, pergerakan air dan unsur-unsur hara ditentukan oleh sifat fisik tanah seperti tekstur, struktur, porositas dan konsistensi selain itu sifat morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang diamati dan dipelajari di lapangan. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dan sebagian kecil sifat kimia dan biologis. Hal yang perlu diperhatikan adalah: struktur tanah, tekstur tanah, kemantapan agregat, porositas, ketersediaan air tanah, drainase, erosi, warna tanah, kedalaman efektif, kelerengan, tanah hutan, degradasi lahan

2.5.1 Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan lempung terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda. Tanah yang dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau yang saling melekat menjadi satu satuan yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal ( Hardjowigeno, 1987). Lebih lanjut dijelaskan bahwa tanah yang berstruktur baik mempunyai tata udara yang baik, unsur hara


(11)

11 lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk, di samping itu tanah tidak mudah rusak sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan, struktur tanah berkaitan dengan kemampuan tanah untuk menahan air dan juga reaksi kimia tanah. Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit untuk menahan air maupun unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur lempung mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah yang bertekstur kasar. Tanah-tanah yang bertekstur halus mempunyai kemampun menyimpan air dan hara makanan bagi tanaman.

2.5.2Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm, penggolongan berdasarkan USDA (United State Department of Agricultural). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain.

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada


(12)

12 daerah geografis tertentu (Hakim, Nyakpa, Lubis, Nugroho, Saul, Diha, Hong, Bailey, 1986). Tekstur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewa tekstur merupakan perbandingan relatif pasir debu dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil (diameternya < 2 mm). Pada beberapa tanah, kerikil, batu, dan batuan induk dari lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi tekstur dan mempengaruhi penggunaan tanah. 2.5.3 Kemantapan Agregat

Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan, Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi. Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanah permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir (gum) microbial sebagai agen pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas mikroba dalam proses pembentukan ped dan agregasi (Hudson, 2007)

Kemantapan agregat menggambarkan kemampuan agregat untuk bertahan terhadap gaya yang akan merusaknya, kemampuan agregat kering bertahan terhadap gaya perusak berasal dari gaya-gaya mekanik seperti beban tindakan pengelolaan tanah dengan kikisan angin. Kemantapan agregat ini sangat menentukan bentuk dan ukuran dari struktur, bila kemantapannya rendah maka struktur tanah mudah hancur dan rusak (Utomo, 1985)


(13)

13 2.5.4 Porositas

Ruang pori tanah adalah bagian yang diduduki udara dan air. Jumlah ruang pori ini sebagian besar ditentukan oleh susunan butir-butir padat, sedangkan letak tersebut satu sama lain cenderung erat, maka porositas totalnya rendah. Ruang pori tersusun dalam agregat yang bergumpal seperti yang kerap kali terjadi pada tanah bertekstur sedang yang besar kandungan bahan organiknya.

Pada umumnya dalam tanah ada dua macam pori yaitu pori makro dan pori mikro. Pori makro mempunyai ciri menunjukkan lalu lintas udara, sedangkan gerakan air sangat dibatasi menjadi gerakan kapiler yang lambat. Diperjelas pula oleh Hardjowigeno (1992), tanah dengan pori kasar sulit menahan air sehingga tanah mudah kering. Tanah-tanahh liat mempunyai pori-pori total lebih tinggi dari pada tanah pasir.

2.5.5 Ketersediaan Air Tanah

Sebagian air harus disediakan untuk mencukupi kebutuhan

evapotranspirasi pertumbuhan tanaman, air juga sebagai pelarut dan bersama-sama dengan hara yang terlarut membentuk larutan tanah. Kebutuhan air suatu

tanaman dapat didefinisikan sebagai “jumlah air yang diperlukan untuk

memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET-tanaman) tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu (Soemarmo, 2004)


(14)

14 Kadar air merupakan selisih masukan air dari presipitasi yang menginfiltrasi tanah ditambah hasil kondensasi dan adsorpsi dikurangi air yang hilang lewat evapotranspirasi, aliran permukaan, perkolasi dan rembesan lateral banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut dalam tanah. Air dapat menyerap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya–gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, karena air higroskopik dan air kapiler (Hardjowigeno, 1992)

Faktor–faktor ketersediaan air tanah. Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien ini umumnya bervariasi terutama tergantung pada: (1) Tekstur tanah. Kadar air tanah bertekstur liat lebih besar dari lempung lebih besar dari pasir misalnya pada tegangan 1/3 atm (kapasitas lapang), kadar air tanah pada masing–masingnya adalah sekitar 55%, 40%, dan 15%. Hal ini terkait dengan pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan absortip yang makin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga makin besar kapasitas simpan airnya. (2) Kadar bahan organik tanah (BOT). BOT mempunyai pori–pori mikro yang jauh lebih banyak ketimbang partikel mineral tanha, yang berarti luas permukaan penjerap (kapasitas simpan) air juga lebih banyak, sehingga makin tinggi kadar BOT akan makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah; (3) Senyawa kimiawi. Garam–garam dan senyawa pupuk/ amelioran (pembenah tanah) baik alamiah maupun nonalamiah mempunyai gaya osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisis air, sehingga koefisien layu meningkat. Konsekuensinya,


(15)

15 makin banyak senyawa kimiawi di dalam tanah akan menyebabkan kadar dan ketersediaan air tanah menurun; (4) Kedalaman solum/ lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah, makin dalam makin besar, sehingga kadar dan ketersediaan air juga makin banyak. Kedalaman solum/lapisan ini sangat penting tetanaman berakar tunggang dan dalam (Sudirman, 2004) 2.5.6 Drainase

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Menurut Suripin (2004) drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas

2.5.7 Erosi

Erosi adalah suatu proses hilangnya lapisan atas tanah (soil) yang memiliki unsur hara bagi keperluan pertumbuhan dan kesuburan tanaman dan umumnya disebabkan karena pergerakan air. Menurut istilah ilmu geologi erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup. Angin yang berhembus kencang terus-menerus dapat mengikis batuan di


(16)

dinding-16 dinding lembah. Air yang mengalir terus-menerus selama jutaan tahun dapat menggerus batuan di sekitar seperti yang terjadi pada Grand Canyon di Amerika. Demikian pula erosi akibat es yang disebut dengan glacier yang dapat meretakkan batuan jika celah-celah batuan yang terisi dengan air yang membeku.

2.5.8 Warna tanah

Warna tanah adalah sifat tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan. Walaupun warna mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kegunaan tanah, tetapi kadang-kadang dapat dijadikan petunjuk adanya sifat-sifat khusus dari tanah, misalnya : warna tanah gelap mencirikan kandungan bahan organik tinggi. Warna kelabu menunjukkan bahwa tanah sudah mengalami pelapukan lanjut. Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna baku yang terdapat pada “Munsell Soil Color Chart”. Penentuan ini meliputi penetapan warna dasar tanah (matriks), warna bidang struktur dan selaput liat, warna karatan dan konkresi, warna plintit dan warna humus. Warna tanah dinyatakan dalam tiga satuan, yaitu: kilap (hue), nilai (value), dan kroma

(chroma). Kilap berhubungan erat dengan panjang gelombang cahaya. Nilai berhubungan dengan kebersihan warna. Kroma kadang-kadang disebut kejenuhan, yaitu kemurnian relative dari spektrum warna (Poerwidodo, 2010)

Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak digunakan untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap tekanan tetapi secara tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya terhadap temperature dan kelembaban tanah. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak murni tetapi campuran kelabu, coklat, dan bercak


(17)

17

(rust), kerap kali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot-spot, disebut karatan

(mottling). Warna tanah merupakan komposit (campuran) dari warna-warna komponen-komponen penyusunannya. Efek komponen-komponen penyusunannya terhadap warna komposit ini secara langsung proporsional terhadap total permukaan tanah yang setara dengan luas permukaan spesifik dikali proporsi volumetrik masing-masingnya terhadap tanah, yang bermakna materi koloidal mempunyai dampak terbesar terhadap warna tanah, misalnya humus dan besi hidroksida yang secara jelas menentukan warna tanah. Karatan merupakan warna hasil pelarutan dan pergerakan beberapa komponen tanah, khususnya besi (Fero) dan Mangan (Mn), selam musim hujan, yang kemudian mengalami prespitasi (pengendapan) dan deposisi (perubahan posisi) ketika tanah mengalami pengeringan. Karatan berwarna terang hanya sedikit terjadi pada tanah yang rendah kadar besi atau mangannya, sedangkan karatan berwarna gelap terbentuk apabila besi dan mangan tersebut mengalami

prespitasi.

2.5.9 Kedalaman efektif

Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus akar tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakukan dengan mengamati penyebaran akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah perlu diamati dengan baik.

Kedalaman tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman, selain itu juga menentukan jumlah unsur hara dan air yang dapat diserap tanaman. Kedalaman efektif tanah adalah suatu


(18)

18 kedalaman yang diukur dari permukaan tanah sampai pada lapisan kedap air, yakni ; lapisan pasir, kerikil, batu lignit. Ini sangat ditentukan dari tingkat pelapukan humus yang ada dipermukaan dan jenis batuan induk yang melapuk menjadi soil.

2.5.10 Kelerengan

Kelerengan merupakan kondisi kemiringan lahan yang dinyatakan dalam (%) adapun kelerengan yang perlu diamati adalah pengaruh terhadap cara pengelolaan tanah berwujud: (a) jumlah dan kecepatan run-off, (b) bekas-bekas erosi tanah dan, (c) kemungkinan penggunaan tipe alat. Kemiringan/kelerengan suatu lahan berkaitan dengan kepekaan tanah terhadap erosi tanah, Semakin tinggi/terjal lerengnya, maka tanah semakin peka terhadap erosi.

Peta kelerengan atau kemiringan lahan adalah perbandingan antara beda tinggi (jarak vertikal) suatu lahan dengan jarak mendatarnya. Besar kemiringan lereng dapat dinyatakan dengan beberapa satuan, diantaranya adalah dengan % (persen) dan o (derajat). Informasi spasial kelerengan mendeskripsikan kondisi

permukaan lahan, seperti datar, landai, atau kemiringannya curam (Darmawijaya, 1997)

2.6 Tanah Hutan

Tanah hutan adalah jenis tanah yang terbentuk dan berkembang di bawah pengaruh lingkungan hutan. Tanah hutan pada daerah hutan hujan tropis mempunyai kondisi pH yang rendah dan miskin unsur hara karena proses pencucian, sedangkan kandungan unsur hara tertentu pada tanah lebih rendah dibandingkan yang berada dalam tegakan atau pohon-pohon.


(19)

19 Kapasitas Tukar Kation pada tanah hutan hujan tropis rendah namun keadaan humus dan bahan organik diatas tanah dapat memberikan kondisi yang lebih baik karena mempunyai kapasitas pertukaran kation yang tinggi. Tanah hutan mempunyai mekanisme yang dikenal dengan nama "siklus hara tertutup", dimana siklus unsur hara berputar hanya di dalam hutan, bila terjadi eksploitasi hutan maka unsur-unsur hara di dalam pohon akan terbawa keluar hutan. Bila hal ini terjadi terus-menerus mengakibatkan siklus unsur hara terganggu dan tidak terjadi keseimbangan (Fisher and Binkley 2010)

Pada tanah hutan akan ditemukan berbagai aktifitas organisma, dimana kondisinya lebih beraneka ragam apabila dibandingkan dengan kondisi tanah pertanian. Mayoritas organisme tersebut hidup di bawah lapisan seresah dan kebanyakan bentuknya sulit dilihat namun memiliki fungsi yang sangat penting dalam ekosistem hutan. Kondisi lingkungan yang baik pada tanah hutan akan mendukung perkembangbiakan banyak organisme yang memiliki peran yang sangat komplek dalam pembentukan tanah, penghancuran seresah, penyediaan unsur hara dan metabolisme serta pertumbuhan tanaman. Keberadaan atau hilangnya suatu spesies organisme tanah akan memiliki pengaruh positif atau negatif yang luar biasa pada suatu lokasi. Kemampuan hidup organisme pada suatu lingkungan tergantung pada jenis organisme dan kondisi tanahnya seperti kelembaban, suhu, aerasi, pH tanah, ketesediaan makanan dan energi. Faktor itu pula yanag mempengaruhi penyebaran organisme dalam tanah. Kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi kehidupan organisme tanah hutan adalah pada lapisan seresah dan horison tanah di bagian bawahnya. Tanah hutan mengandung sangat banyak bahan organik dan zat makanan yang


(20)

20 tersedia sebagai sumber carbon dan sumber energi serta kondisi lingkungan yang sangat cocok untuk kehidupan bermacam-macam organisme hewan mulai dari yang berukuran kecil/mikroskopik sampai dengan yang berukuran besar. Mereka hidup atau menghabiskan sebagian besar hidupnya di dalam tanah. Pengelompokan yang umum dari organisme dalam tanah adalah pengelompokan menjadi 2 kelompok besar yaitu jenis hewan dan jenis tumbuhan (Darwati, 2007)

Tanah-tanah hutan mempunyai permukaan yang selalu tertutup oleh seresah, perakaran yang memperkuat tanah serta kapasitas infiltrasi yang lebih besar. Tanaman-tanaman hutan biasanya telah berusia tahunan dengan perakaran yang sangat dalam dan menembus sub soil (tanah lapisan bawah). Dalam masa pertumbuhannya sejumlah bahan organik telah dikembalikan ke tanah dalam bentuk seresah atau daun yang gugur dan akar membusuk. Bahan organik ini akan mempengaruhi sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah

2.7 Degradasi Lahan

Degradasi lahan merupakan menurunnya kualitas dan kuantitas suatu lahan yang meliputi beberapa aspek, seperti aspek fisika tanah, kimia tanah, biologi tanah, pada suatu luasan lahan. Dalam praktek budidaya pertanian sendiri sering akan menimbulkan dampak pada degradasi lahan. Dua faktor penting dalam usaha pertanian yang potensial menimbulkan dampak pada sumberdaya lahan, yaitu tanaman dan manusia (sosio kultural) yang menjalankan pertanian. Diantara kedua faktor, faktor manusia yang dapat memberikan dampak positif atau negatif pada suatu lahan, tergantung dalam pengelolaan pertanian yang dilakukan. Apabila dalam menjalankan


(21)

21 pertaniannya benar akan berdampak positif, namun apabila cara menjalankan pertaniannya salah, akan berdampak negatif. Kegiatan menjalankan pertanian atau cara budidaya pertanian yang menimbulkan dampak antara lain meliputi kegiatan pengolahan tanah, penggunaan sarana produksi yang tidak ramah lingkungan (pupuk dan insektisida) serta sistem budidaya termasuk pola tanam yang mereka gunakan.

Faktor alami penyebab degradasi tanah antara lain: areal berlereng curam, tanah yang muda rusak, curah hujan intensif, dan lain-lain. Faktor degradasi tanah akibat campur tangan manusia baik langsung maupun tidak langsung lebih mendominasi dibandingkan oleh faktor alami, antar lain: perubahan populasi, mengatur angka kelahiran penduduk, kemiskinan penduduk, masalah kepemilikan lahan, ketidak stabilan politik dan kesalahan pengelolaan, kondisi sosial dan ekonomi, masalah kesehatan, dan pengembangan pertanian yang tidak tepat. Penebangan hutan pada lahan yang kritis, penebangan secara berlebihan dari vegetasi, penanaman yang selalu berganti, penggembalaan yang berlebih, ketidak seimbangan penggunaan pupuk dan praktek manajemen konservasi lahan yang salah, pemompaan air tanah yang berlebih adalah beberapa faktor yang mana disebabkan oleh campur tangan manusia yang mengakibatkan erosi tanah.

Tiga faktor penyebab degradasi tanah akibat campur tangan manusia secara langsung, yaitu : pertanian intensif, pembukaan tambang, deforestasi. Faktor-faktor tersebut di Indonesia pada umumnya terjadi secara simultan, berikut adalah pembahasan dari ketiga degradasi pada tiga bidang (Sudirman, 2004)


(22)

22 Erosi tanah merupakan salah satu bentuk degradasi utama lahan yang memberi pengaruh dengan segera terhadap bentuk lahan itu. Tolak ukur yang mudah disimak akibat erosi tanah ini adalah terjadinya penurunan produktivitas suatu lahan, penurunan produktivitas lahan ini berarti terjadinya kemampuan suatu lahan untuk digunakan sebagai media tumbuh tanaman yang akan menjamin tercapainya suatu tingkat produksi tertentu. Kerusakan atau penurunan arus reduktivitas lahan-lahan pertanian akan berarti pula kehancuran usaha-usaha pertanian. Pengikisan tanah merupakan kejadian alami pengangkutan massa tanah oleh suatu media dari suatu tempat menuju ke tempat yang lain.


(23)

1 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DI GUNUNG TUGEL UNTUK

PENGEMBANGAN HUTAN PENDIDIKAN

(Studi di Gunung Tugel, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo)

SKRIPSI

OLEH :

TAUFIK HIDAYAH IDRIS 201110320311029

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(24)

i EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DI GUNUNG TUGEL UNTUK

PENGEMBANGAN HUTAN PENDIDIKAN

(Studi di Gunung Tugel, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo) SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Muhammadiyah Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan program Sarjana Strata Satu (S-1) Kehutanan

OLEH :

TAUFIK HIDAYAH IDRIS 201110320311029

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

-

PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(25)

ii LEMBAR PERSETUJUAN

Judul :

Nama : Taufik Hidayah Idris Nim : 201110320311029 Jurusan : Kehutanan

Skripsi oleh Taufik Hidayah Idris ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Nugroho Tri Waskitho, MP Tatag Muttaqin, S.Hut, M.Sc NIP. 196412131990081001 NIP. 105.0907.0473

Evaluasi Kesesuaian Lahan di Gunung Tugel untuk Pengembangan Hutan Pendidikan (Studi di Gunung Tugel, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo)


(26)

iii LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Taufik Hidayah Idris Nim : 201110320311029 Jurusan : Kehutanan

Judul :

Skripsi oleh Taufik Hidayah Idris ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 27 Agustus 2015

Dewan Penguji

Dewan Penguji I Dewan Penguji II

(Ir. Joko Triwanto, MP) (Ir. M. Chanan, MP) NIP. 105.8909.0103 NIP. 105.8909.0105

Dewan Penguji III Dewan Penguji IV

(Dr. Ir. Nugroho Tri Waskitho, MP) (Tatag Muttaqin, S.Hut, M.Sc) NIP. 196412131990081001 NIP. 105.0907.0473

Mengesahkan, Mengetahui,

Dekan Ketua Jurusan

(Dr. Ir. Damat, MP) (Tatag Muttaqin, S.Hut, M.Sc) NIP. 196402281990031003 NIP. 105.0907.0473

Evaluasi Kesesuaian Lahan di Gunung Tugel untuk Pengembangan Hutan Pendidikan (Studi di Gunung Tugel, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo)


(27)

iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

NAMA : TAUFIK HIDAYAH IDRIS

NIM : 201110320311029

JURUSAN : KEHUTANAN

FAKULTAS : PERTANIAN - PETERNAKAN

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ” Evaluasi Kesesuaian Lahan di Gunung Tugel untuk Pengembangan Hutan Pendidikan (Studi di Gunung Tugel, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo)” bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau fikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau fikiran saya.

Demikian surat ini dibuat dengan sebenarnya. Apabila ternyata ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi.

Malang, 8 Oktober 2015 Yang membuat pernyataan


(28)

v RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 September 1993 di Desa Kosio Kecamatan Dumoga Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara. Sebagai Putra Ketiga dari Bapak Muhammad Niko Idris dan Ibu Sitty Sangia.

Penulis menyelesaikan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Kota Tomohon pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Luqman Al-hakim Surabaya 2008, Sekolah Menengah Atas Luqman Al-hakim Surabaya 2011. pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan Strata-1 (S1) di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian – Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang. Selama kuliah penulis aktif kegiatan organisasi intra maupun ekstra kampus di HMJ Kehutanan sebagai ketua bidang keorganisasian pada periode 2011-2012, dan periode 2012-2013, di UKM sepak bola tahun 2011-2013 dan juga sebagai anggota di HMI Komisariat Pertanian 2011-2012


(29)

vi

MOTTO

Dan sebagian dari tanda

tanda (kebesaran)-Nya, engkau melihat bumi itu

kering dan tandus, tetapi apabila kami turunkan hujan diatas-nya, niscaya ia

bergerak dan subur. Sesungguhnya (Allah) yang menghidupkannya pasti

dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya dia maha kuasa atas segala

sesuatu (Qs. Fussilat 39)

You do not need to be great to start something. Do it now and

dont ever put off because the chance my not come twice


(30)

vii

PERSEMBAHAN

Allah SWT sebagai aktor dari segalanya

Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya

dan saudara

saudara saya, terimakasih atas segala

pengorbanan dan doa kalian selama ini, semoga surga

adalah balasan yang paling pantas dari allah untuk kalian

Kepada dosen - dosen di lingkunan Universitas

Muhammadiyah Malang, terimakasih atas ilmu dan bimbingan

yang diberikan dan semoga surga menjadi balasan dari allah

untuk kalian

Kepada teman

teman kehutanan 2011 terimakasih atas arti

persahabatan selama ini, terimakasih atas jiwa

jiwa korsa

pembakar semangat, tetap eratkan hati dan selalu satukan

visi kelak menjadi rimbawan sejati yang selalu menjunjung

hutan dan isinya sebagai harga MATI !!!


(31)

viii Taufik Hidayah Idris 201110320311029, Evaluasi Kesesuaian Lahan di Gunung Tugel untuk Pengembangan Hutan Pendidikan (Studi di Gunung Tugel, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo) Pembimbing I: Dr, Ir. Nugroho Tri Waskitho, MP, dan Pembimbing II : Tatag Muttaqin, S.Hut, M.Sc

Abstraksi

Cara-cara penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan kesesuaiannya serta tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah yang baik, secara tehnik merupakan penyebab utama kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis tegakan yang sesuai untuk lahan di Gunung Tugel Kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo sebagai upaya untuk pengembangan hutan pendidikan

Penelitian ini dilakukan di Gunung Tugel Kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo dengan ketinggian tempat ± 100-200 mdpl dengan rata-rata curah hujan 1137 mm/Tahun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan Februari 2015. Penelitian ini menggunakan metode survei, Penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu penelitian di lapangan dan analisis di laboratorium, yang dibagi menjadi 5 tahap yaitu: (1) survei lapang, (2) pengambilan sampel tanah, (3) parameter yang diamati, (4) pengolahan data, (5) pencocokan data dengan standart (tolak ukur)

Dari hasil lapang yang didapatkan mengenai tegakan-tegakan yang bisa dikembangkan dilokasi penelitian ada berbagai macam tanaman yang cocok/ sesuai untuk dikembangkan di lokasi penelitian, seperti acacia (Acacia auriculiformis), mahoni (Swietenia mahagony) dan gelam (Melaleuca leucodendron). Dan melihat dari hasil analisis vegetasi yang dilakukan di kedua tempat (SLP I, SLP II) terdapat berbagai macam tanaman yang bisa dikembangkan, diantaranya yaitu, jati (Tectona grandis), lamtoro (Leucaena leucocephalla), gamal (Gliricidia sepium), maja (Aegle marmelos), kesambi

(Schleichera oleosa), kalak (Horsfieldia subglobusa (miq) warb), mindi (Melia azedarach), klompang (Sterculia foetida), kapuk randu (Ceiba petandra).Gunung Tugel juga bisa dikembangkan menjadi kawasan hutan pendidikan, apabila diselaraskan dengan fungsi produksi dan sosial kawasan Gunung Tugel dapat menjadi sarana penelitian dan pengabdian masyarakat


(32)

ix KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karuniahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang telah dilaksanakan di Gunung Tugel Kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo

Skripsi ini ditulis dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajad kesarjanaan strata satu (S-1) pada jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Ir. Damat, MP, selaku Dekan Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan dukungan moril dan fasilitas dalam membantu kelancaran skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Nugroho Tri Waskitho, MP, selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Tatag Muttaqin, S.Hut; M.Sc. selaku ketua jurusan dan dosen Pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Joko Triwanto, MP selaku dosen penguji I dan Bapak Ir. M. Chanan, MP selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktu, memberi bimbingan, petunjuk serta arahan kepada penulis.

5. Untuk kedua orang tua tercinta, adik dan kakak terima kasih atas doa dan dukungan serta motivasi yang tidak ternilai harganya dalam mengerjakan skripsi ini. Teman – teman kehutanan 2011 dan semua pihak yang membantu baik moril maupun materiil dalam penulisan skripsi ini

Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak

Malang, Agustus 2015 Penulis


(33)

x DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAKSI ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR IS ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

1.4 Hipotesis ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 4

2.2 Sistem Klasifikasi Kesesuaian Lahan ... 6

2.3 Fungsi Kawasan Hutan ... 8

2.4 Pengembangan Hutan Pendidikan ... 9

2.5 Karakteristik Lahan dalam Hubungannya dengan Kesesuaian Lahan ... 9

2.5.1 Srtuktur Tanah ... 10

2.5.2 Tekstur Tanah ... 11

2.5.3 Kemantapan Agregat ... 12

2.5.4 Porositas ... 13

2.5.5 Ketersediaan Air Tanah ... 13

2.5.6 Drainase ... 15

2.5.7 Erosi ... 16

2.5.8 Warna Tanah ... 17

2.5.9 Kedalaman Evektif ... 18

2.5.10 Kelerengan ... 18

2.6 Tanah Hutan ... 19

2.7 Degradasi Lahan ... 21

BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat ... 23

3.2 Alat dan Bahan ... 23


(34)

xi

3.3.1 Survei Lapang ... 23

3.3.2 Pengambilan Contoh Tanah ... 24

3.3.3 Peubah Pengamatan ... 24

3.3.4 Analisis Data ... 25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 26

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26

4.1.2 Karakteristik Lahan Masing-Masing SLP ... 27

4.2 Pembahasan ... 30

4.2.1 Penentuan Fungsi Kawasan Hutan SLP I dan SLP II ... 30

4.2.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 30

4.2.3 Penilaian Kesesuaian Lahan pada SLP I ... 37

4.2.4 Penilaian Kesesuaian Lahan pada SLP II ... 39

4.2.5 Hasil Analisis Vegetasi ... 40

4.2.6 Pengembangan Hutan Pendidikan ... 43

4.2.7 Model Pengelolaan Hutan Pendidikan ... 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(35)

xii DAFTAR TABEL

No. Halaman

4.1 Kondisi Lahan Lokasi Penelitian ... 28

4.2 Karakteristik Tekstur Tanah Daerah Penelitian ... 28

4.3 Hasil Analisa pH dan Salinitas Tanah ... 28

4.4 Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman Mahoni ... 31

4.5 Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman Acacia ... 32

4.6 Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman Lamtoro ... 33

4.7 Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman Jati ... 34

4.8 Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman Gelam ... 35


(36)

xiii DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Lokasi Penelitian ... 68

2. Persiapan Pemetaan Lokasi Penelitian ... 68

3. Alat Penelitian ... 69

4. Lubang Profil Tanah ... 69

5. Pengambilan Contoh Tanah ... 70


(37)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman ... 53

2. Kriteria Penilaian Sifat-Sifat Kimia Tanah ... 61

3. Hasil Analisis Kimia Contoh Tanah ... 62

4. Data Curah Hujan ... 63

5. Data Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Semai ... 64

6. Data Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Pancang ... 65

7. Data Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Tiang ... 66

8. Data Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Pohon ... 67


(38)

xv DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, M.I. 1997. Klasifikasi Tanah. Cetakan II. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Darmawijaya, M.I. 2010. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Penelitian Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Balai Pertanian The da Kina Gambong

Darwati. 2007. Keragaman dan Kelimpahan Mesofauna Tanah Pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Daerah Gunung BawangThesis S2”. Fakultas Kehutanan. Program Pasca Sarjana. UGM. Yogyakarta Fagundez, 2011. Konsep Evaluasi Kesesuaian Lahan (Online),

(http://Lukalama.Wordpress.com/, diakses 12 januari 2015).

Fisher, R.F. and Binkley, D. 2010. Ecology and Management of Forest Soil. Third Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York.

Hakim, N., Nyakpa Y.M., Lubis M.A., Nogroho G.S., Saul R.M., Diha A.M., Hong B.G., dan Bailey H.H., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Rineke Citra. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Mediyatama sarana perkasa. Bogor. Hudson, N. 2007. Soil Conservation. Bastford, London

Madjid, A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online, Fakultas Pertanian Unsri, Palembang

Madjid, MS. 2009. Kesesuaian Lahan FAO 1976, (Online),

(http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/, diakses 18 januari 2015).

Malamassam, 2013. Pengembangan Model Pengelolaan Hutan Multi Fungsi di Hutan Pendidikan Universitas Hasanudin, (Online), (http://repository.unhas.ac.id/, diakses 3 September 2015)

Peorwidodo. 2010. Gatra Tanah dan Pembangunan Hutan Tanaman di Indonesia.

Rajawali Press. Jakarta

Siswanto, B. 2006. Evaluasi Lahan. Diklat Kuliah Evaluasi Lahan. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya Malang. Malang.


(39)

xvi Soemarmo, M.S. 2004. Bahan Kuliah M.K Manajemen Sumberdaya Air Pengelolaan Air Tanah Bagi Tanaman. Program Pascasarjana UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG. (Online), (http://yanessipil.wordpress.com/, diakses 18 Januari 2015).

Sudirman, 2004. Kadar Air Tanah. Konservasi Tanah. Airlangga. Jakarta.

Suripin, M. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi. Yogyakarta

Utomo, W.H. 1985. Dasar-dasar fisika Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya Malang. Malang


(1)

xi

3.3.1 Survei Lapang ... 23

3.3.2 Pengambilan Contoh Tanah ... 24

3.3.3 Peubah Pengamatan ... 24

3.3.4 Analisis Data ... 25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 26

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26

4.1.2 Karakteristik Lahan Masing-Masing SLP ... 27

4.2 Pembahasan ... 30

4.2.1 Penentuan Fungsi Kawasan Hutan SLP I dan SLP II ... 30

4.2.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 30

4.2.3 Penilaian Kesesuaian Lahan pada SLP I ... 37

4.2.4 Penilaian Kesesuaian Lahan pada SLP II ... 39

4.2.5 Hasil Analisis Vegetasi ... 40

4.2.6 Pengembangan Hutan Pendidikan ... 43

4.2.7 Model Pengelolaan Hutan Pendidikan ... 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(2)

xii DAFTAR TABEL

No. Halaman

4.1 Kondisi Lahan Lokasi Penelitian ... 28

4.2 Karakteristik Tekstur Tanah Daerah Penelitian ... 28

4.3 Hasil Analisa pH dan Salinitas Tanah ... 28

4.4 Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman Mahoni ... 31

4.5 Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman Acacia ... 32

4.6 Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman Lamtoro ... 33

4.7 Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman Jati ... 34

4.8 Penilaian Kesesuaian Lahan Tanaman Gelam ... 35


(3)

xiii DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Lokasi Penelitian ... 68

2. Persiapan Pemetaan Lokasi Penelitian ... 68

3. Alat Penelitian ... 69

4. Lubang Profil Tanah ... 69

5. Pengambilan Contoh Tanah ... 70


(4)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman ... 53

2. Kriteria Penilaian Sifat-Sifat Kimia Tanah ... 61

3. Hasil Analisis Kimia Contoh Tanah ... 62

4. Data Curah Hujan ... 63

5. Data Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Semai ... 64

6. Data Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Pancang ... 65

7. Data Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Tiang ... 66

8. Data Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Pohon ... 67


(5)

xv DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, M.I. 1997. Klasifikasi Tanah. Cetakan II. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Darmawijaya, M.I. 2010. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Penelitian Tanah dan Pelaksanaan Pertanian di Indonesia. Balai Pertanian The da Kina Gambong

Darwati. 2007. Keragaman dan Kelimpahan Mesofauna Tanah Pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Daerah Gunung Bawang Thesis S2”. Fakultas Kehutanan. Program Pasca Sarjana. UGM. Yogyakarta

Fagundez, 2011. Konsep Evaluasi Kesesuaian Lahan (Online),

(http://Lukalama.Wordpress.com/, diakses 12 januari 2015).

Fisher, R.F. and Binkley, D. 2010. Ecology and Management of Forest Soil. Third Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York.

Hakim, N., Nyakpa Y.M., Lubis M.A., Nogroho G.S., Saul R.M., Diha A.M., Hong B.G., dan Bailey H.H., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Rineke Citra. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Mediyatama sarana perkasa. Bogor. Hudson, N. 2007. Soil Conservation. Bastford, London

Madjid, A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online, Fakultas Pertanian Unsri, Palembang

Madjid, MS. 2009. Kesesuaian Lahan FAO 1976, (Online),

(http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/, diakses 18 januari 2015).

Malamassam, 2013. Pengembangan Model Pengelolaan Hutan Multi Fungsi di Hutan Pendidikan Universitas Hasanudin, (Online), (http://repository.unhas.ac.id/, diakses 3 September 2015)

Peorwidodo. 2010. Gatra Tanah dan Pembangunan Hutan Tanaman di Indonesia. Rajawali Press. Jakarta

Siswanto, B. 2006. Evaluasi Lahan. Diklat Kuliah Evaluasi Lahan. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya Malang. Malang.


(6)

xvi Soemarmo, M.S. 2004. Bahan Kuliah M.K Manajemen Sumberdaya Air Pengelolaan Air Tanah Bagi Tanaman. Program Pascasarjana

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG. (Online),

(http://yanessipil.wordpress.com/, diakses 18 Januari 2015). Sudirman, 2004. Kadar Air Tanah. Konservasi Tanah. Airlangga. Jakarta.

Suripin, M. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi. Yogyakarta

Utomo, W.H. 1985. Dasar-dasar fisika Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya Malang. Malang