F. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui hubungan sertifikasi profesi guru X
1
dan supervisi kepala sekolah X
2
dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat secara parsial terpisah, digunakan model analisis Korelasi
Product Moment, sebagai berikut:
2 2
2 2
Y N
Y N
Y X
N Y
X XY
N r
xy
Keterangan: r
xy
= Nilai korelasi antara variabel X dan variabel Y XY
= Jumlah perkalian variabel X dengan variabel Y X
= Jumlah skor angket variabel X Y
= Jumlah skor angket variabel Y X
2
= Jumlah perkalian kuadrat dari hasil angket variabel X Y
2
= Jumlah perkalian kuadrat dari hasil angket variabel Y N
= Jumlah sampel Riduwan, 2004: 136 Selanjutnya untuk mengetahui hubungan sertifikasi profesi guru X
1
dan supervisi kepala sekolah X
2
dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat secara simultan bersama-sama,
digunakan model analisis Korelasi Product Moment, sebagai berikut:
2 1
2 2
1 2
1 2
2 2
1
1 2
2 1
x x
x x
y x
y x
y x
x
r r
r r
y x
r y
x r
R
Keterangan: R
x1x2y
= Korelasi variabel X dan Y secara bersama-sama dengan variabel Y r
x1y
= Korelasi product moment antara variabel X
1
dengan Y r
x2y
= Korelasi product moment antara variabel X
2
dengan Y r
x1x2
= Korelasi product moment antara variabel X
1
dan X
2
Riduwan, 2004: 137
Kemudian nilai hubungan antara variabel yang diperoleh diinterpretasikan dalam kriteria koefesien korelasi sebagai berikut:
Nilai r Interpretasi nilai r
0,800 sampai dengan 1,000 Korelasi sangat kuat
0,600 sampai dengan 0,799 Korelasi kuat
0,400 sampai dengan 0,599 Korelasi cukup kuat
0,200 sampai dengan 0,399 Korelasi rendah
0,001 sampai dengan 0,199 Korelasi sangat tidak rendah
Selanjutnya untuk menentukan besar kecilnya sumbangan variabel X
1
dan X
2
dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut: KP = r
2
x 100 Keterangan:
KP = Nilai Koefisien Determinan
r = Nilai Koefisien Korelasi
Riduwan, 2004: 138
G. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua digunakan dasar nilai r korelasi product moment sebagai r
hitung
pada dk = n = 33. Ketentuannya adalah apabila r
hitung
r
tabel
aka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya ada hubungan. Sebaliknya apabila r
hitung
r
tabel
maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada hubungan.
Selanjutnya untuk menguji hipotesis ketiga digunakan Uji F, yaitu dengan membandingkan nilai F
hitung
dan nilai F
tabel
pada taraf signifikan 95 dengan derajat kebebasan DF
1
= k - 1 dan DF
2
= n - 2. Ketentuannya adalah apabila r
hitung
r
tabel
aka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya ada hubungan. Sebaliknya apabila r
hitung
r
tabel
maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada hubungan. Riduwan, 2004: 139.
DAFTAR PUSTAKA
Ametembun.1997. Supervisi Pendidikan. Suri. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. Bina Aksara. Jakarta.
Depdiknas, 2005. Pembinaan Profesionalisme Tenaga pengajar Pengembangan Profesionalisme Guru. Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan
Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta. Hasibuan, Malayu SP. 2001, Manajemen Personalia, Bina Kawan Club,
Yogyakarta. Mulyasa, 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Nawawi, Hadari. 2003. Pengantar Metodologi Research. Alumni. Bandung. Oemar Hamalik. 2001. Himpunan Pedoman administrasi dan Supervisi
Pendidikan. FIP-FKIP. Bandung. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan. http:www.depdiknas.go.id. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 Tentang
Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan http:www.depdiknas.go.id. Purwanto, M. Ngalim 2000. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Remaja
Karya. Bandung. Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung.
Sahertian. Piet A. 1998. Prinsip Teknik Supervisi Pendidikan. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. Samani, Muchlas, dkk. 2006. Mengenai Sertifikasi Guru di Indonesia. Penerbit
SIC. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Prenada Media. Jakarta.
Siagian, Sondang P. 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 2001. Metode Penelitian Survey. Edisi Revisi. LP3ES. Jakarta
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.
Sutopo, Hendiyat. 1996. Kepemipinan Supervisi Pendidikan. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
http:www.depdiknas.go.id. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Cipta Umbara
Bandung. http:www.depdiknas.go.id.
Lampiran 1.
KISI- KISI DAN ANGKET PENELITIAN
KISI-KISI ANGKET
Variabel Konsep Variabel
Operasional Variabel Skala Ukur
Alat Ukur
Sertifikasi Profesi Guru
X
1
Sertifikasi profesi guru adalah pemberian
sertifikat pendidik untuk guru yang telah
memenuhi persyaratan kualifikasi
pendidikan minimum dan penguasaan
kompetensi guru. Pendapat guru terhadap tujuan
pelaksanaan sertifikasi melalui portofolio dan PLPG dalam
meningkatkan profesionalisme kerja guru
Pendapat guru terhadap manfaat pelaksanaan sertifikasi melalui
portofolio dan PLPG dalam meningkatkan profesionalisme kerja
guru Ordinal
Angket
Supervisi kepala sekolah
X
2
Supervisi kepala sekolah adalah
peninjauan atau pengawasan yang
dilakukan kepala sekolah pada saat guru
sedang mengajar di kelas.
Pendapat guru terhadap tujuan pelaksanaan supervisi oleh Kepala
Sekolah Pendapat guru terhadap tatacara
pelaksanaan supervisi oleh Kepala Sekolah
Pendapat guru mengenai hasil supervisi oleh Kepala Sekolah
Pendapat guru mengenai tindak lanjut hasil supervisi oleh Kepala Sekolah
Ordinal Angket
Motivasi Kerja Guru Y
Motivasi kerja guru adalah suatu keadaan
kejiwaan dan sikap mental guru yang
menimbulkan dorongan bagi guru untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya
selaku pendidik demi tercapainya tujuan
lembaga pendidikan sekolah
Motivasi guru untuk mendapatkan prestasi achievement dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik pengajar di sekolah
Motivasi guru untuk mendapatkan penghargaanrecognition atau
pengakuan atas pekerjaan yang tekah dilaksanakannya
Motivasi guru bahwa pelaksanaan tugasnya dalah tantangan challenge
yang harus dihadapi Motivasi guru bahwa melaksanakan
tugas dengan penuh tanggung jawab responsibility
Motivasi guru untuk mengembangkan diri dalam pekerjaannya development
Motivasi guru untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan di
sekolah involvement, Motivasi guru untuk meraih
kesempatan yang lebih maju dalam karirnya opportunity,
Ordinal Angkte
ANGKET PENELITIAN
A.
Identitas Responden
Isilah Identitas BapakIbu dengan benar: 1.
Nama : ………………………………
2. Jenis Kelamin
: ……………………………… 3.
Tempat Tanggal Lahir : ………………………………
4. Tahun Sertifikasi
: ……………………………… 5.
Guru Bidang Studi : ………………………………
6. Lama Mengajar
: ……………………………… B.
Angket Penelitian
Isilah angket penelitian ini dengan memberikan tanda pada pilihan
jawaban yang tersedia di kolom sebelah kanan. Adapun Pilihan Jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-Ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No PERTANYAAN
JAWABAN SS S RR TS STS
Sertifikasi Profesi Guru
1 Sertifikasi dilaksanakan dengan tujuan untuk
menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran
dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional
2 Sertifikasi dilaksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan mutu hasil pendidikan
3 Manfaat sertifikasi adalah melindungi profesi
guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.
4 Manfaat sertifikasi adalah melindungi
masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional.
5 Manfaat sertifikasi adalah meningkatkan
kesejahteraan guru
6 Penilaian Portofolio merupakan metode yang
tepat untuk mendapatkan sertifikasi guru
7 Portofolio dalam proses sertifikasi
menggambarkan pengetahuan, keterampilan dan kelayakan guru untuk mendapatkan sertifikat
pendidik
8 Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru
merupakan metode yang tepat untuk mendapatkan sertifikasi guru
9 Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru dalam
sertifikasi dapat meningkatkan pengetahuan guru tentang profesionalisme kerja
10 Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru dalam
sertifikasi dapat meningkatkan pengalaman dan keterampilan guru dalam mengajar
11 Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru dalam
sertifikasi dapat meningkatkan profesionalisme kerja guru
Supervisi Kepala Sekolah
12 Supervisi oleh kepala sekolah dilaksanakan
sebagai bentuk pengawasan terhadap para guru dalam melaksanakan KBM
13 Supervisi oleh kepala sekolah dilaksanakan
sebagai bentuk pembinaan terhadap para guru untuk meningkatkan profesionalisme kerja
14 Pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam
bentuk kunjungan kelas pada saat KBM dilaksanakan adalah efektif
15 Kepala Sekolah selalu melakukan konformasi
kepada guru sebelum melakukan supervisi kunjungan kelas
16 Kedatangan kepala sekolah ke dalam kelas
ketika KBM sedang berlangsung tidak mengganggu aktivitas belajar siswa
17 Dalam melakukan supervisi kunjungan kelas,
Kepala sekolah selalu menggunakan lembar observasi sebagai penilain terhadap kualitas guru
dan KBM yang dilaksanakan
18 Kepala sekolah melaksanakan supervisi
kunjungan kelas secara wajar dan proporsional dalam arti memberikan penilaian secara objektif
19 Dalam melakukan supervisi kunjungan kelas,
Kepala sekolah mengambil tempat duduk di belakang kelas, sehingga tidak memecah
konsentrasi siswa
20 Dalam melakukan supervisi kunjungan kelas,
partisipasi Kepala sekolah hanya dilaksanakan apabila diminta oleh guru
21 Setelah melakukan supervisi kunjungan kelas,
Kepala Sekolah selalu membuat perjanjian dengan guru untuk membicarakan hasil
supervisi.
22 Hasil supervisi kunjungan kelas yang
dilaksanakan guru sangat bermanfaat bagi guru untuk pengembangan dan peningkatan kualitas
KBM di masa mendatang
Motivasi Kerja Guru
23 Guru melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai
pendidik karena termotivasi untuk mendapatkan prestasi
24 Guru berupaya untuk meraih prestasi tersebut
dengan cara meningkatkan kualitas pekerjaan dan bekerja secara profesional
25 Guru melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai
pendidik karena termotivasi untuk mendapatkan penghargaan atau pengakuan dari atasan atau
dari instansi Dinas Pendidikan
26 Guru melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai
pendidik karena menganggap bahwa pekerjaan Guru adalah tantangan yang harus dihadapi.
27 Guru melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai
pendidik karena menganggap bahwa pekerjaan adalah tanggung jawab yang harus diselesaikan.
28 Guru menganggap bahwa tanggung jawab dalam
bekerja tersebut harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan dengan kualitas hasil
pekerjaan yang maksimal
29 Guru melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai
pendidik karena hal tersebut dapat mengembangkan potensi diri
30 Guru selalu mengagendakan peningkatan dalam
pelaksanaan pekerjaan agar potensi diri dapat dikembangkan secara maksimal dan positif dari
waktu ke waktu
31 Guru melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai
pendidik karena termotivasi untuk bisa terlibat atau berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan di sekolah
32 Guru melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai
pendidik karena termotivasi untuk bisa meraih kesempatan yang lebih maju dalam karir
33 Guru berusaha semaksimal mungkin untuk
meraih kesempatan yang lebih maju dengan mengikuti prosedurketentuan yang ditetapkan
SekolahDinas Pendidikan atau Pemerintah
LAMPIRAN
HUBUNGAN SERTIFIKASI PROFESI GURU DAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN MOTIVASI KERJA GURU DI SMA NEGERI 1
TUMIJAJAR KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
Skripsi
Oleh NUR OKTAVIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2010
ABSTRAK
HUBUNGAN SERTIFIKASI PROFESI GURU DAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN MOTIVASI KERJA GURU DI SMA NEGERI 1
TUMIJAJAR KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Oleh
NUR OKTAVIA
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia
yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan, sehingga upaya peningkatan mutu
pendidikan tidak dapat dipisahkan dari peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan
kinerja guru adalah melalui program sertifikasi dan supervisi kepala sekolah. Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1 Apakah ada hubungan sertifikasi
profesi guru dengan motivasi kerja guru? 2 Apakah ada hubungan supervisi kepala sekolah dengan motivasi kerja guru? 3 Apakah ada hubungan sertifikasi
profesi guru dan supervisi kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat Tujuan penelitian ini adalah:
1 Untuk mengetahui hubungan sertifikasi profesi guru dengan motivasi kerja guru 2 Untuk mengetahui hubungan supervisi kepala sekolah dengan motivasi
kerja guru 3 Untuk mengetahui hubungan sertifikasi profesi guru dan supervisi
kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif verifikatif dengan pendekatan Ex Post Facto dan survey. Sampel penelitian adalah guru SMA Negeri
1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat yang telah lulus uji sertifikasi dengan jumlah 33 guru. Pengumpulan data dilakukan teknik observasi, angket dan
dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan model korelasi product momenti dan korelasi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Sertifikasi profesi guru berhubungan
secara signifikan dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan nilai hubungan sebesar 79.3.
Pengujian hipotesis menunjukkan nilai r
hitung
r
tabel,
yaitu 0.793 0.324. 2 Supervisi kepala sekolah berhubungan secara signifikan dengan motivasi kerja
guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan nilai hubungan sebesar 78,7. Pengujian hipotesis menunjukkan nilai r
hitung
r
tabel,
yaitu 0.787 0.324. 3 Sertifikasi profesi guru dan supervisi kepala sekolah berhubungan secara signifikan dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1
Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan nilai hubungan sebesar 77,9. Pengujian hipotesis menunjukkan nilai F
hitung
F
tabel,
yaitu 27,59 3,23.
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan
nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi arah yang jelas
terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan diarahkan kepada:
1 Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta
tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa
2 Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik
dengan sistem terbuka dan multimakna 3
Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat
4 Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
5 Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat 6
Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan. Sumber: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia
yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap
usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Guru adalah tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat Djamarah, 2000: 23.