Pengaruh Jarak Pisau Atas Pisau Bawah Dan Diameter Pinang Muda Terhadap Kualitas Hasil Pengupasan

PENGARUH JARAK PISAU ATAS PISAU BAWAH DAN DIAMETER PINANG MUDA TERHADAP KUALITAS HASIL PENGUPASAN SKRIPSI OLEH : AHMAD ERWIN NASUTION 050305014/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010
Universitas Sumatera Utara

PENGARUH JARAK PISAU ATAS PISAU BAWAH DAN DIAMETER PINANG MUDA TERHADAP KUALITAS HASIL PENGUPASAN
SKRIPSI
OLEH :
AHMAD ERWIN NASUTION 050305014/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing,

Ir. Terip Karo Karo, MS. Ketua

Linda Masniary Lubis, STP, M.SI Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010
Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi

Nama Nim Departemen Program Studi

: PENGARUH DIAMETER PINANG MUDA DAN JARAK
ANTARA PISAU ATAS DAN PISAU BAWAH TERHADAP KUALITAS HASIL PENGUPASAN
: Ahmad Erwin Nasution : 050305014 : Teknologi Pertanian : Teknologi Hasil Pertanian

Disetujui oleh Komisi Pembimbing:

Ir. Terip Karo Karo, MS Ketua

Linda Masniary Lubis, STP, M.SI Anggota

Mengetahui:

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si. Ketua Departemen

Tanggal lulus :

Universitas Sumatera Utara


THE EFECT OF YOUNG ARECA AND DISTANCE FRUIT DIAMETER OF UPPER AND UNDER KNIFES ON THE QUALTY OF PEELED PRODUCT
The aim of this research was to find the effect of young areca fruit diameter and distance of upper and under knifs quality of peeled product. The research had been performed using completely randomized design with two factors i-e : diameter of areca fruit (D1= 15 16n – 16 > 15 16n > 31 n > 1,93…………. dibulatkan menjadi n = 2
Universitas Sumatera Utara

Modal Rancangan (Bangun, 1991) Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan model : Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor D pada taraf ke-i dan faktor J pada taraf ke-j dengan ulangan ke-k
µ : Efek nilai tengah αi : Efek dari faktor D pada taraf ke-i βj : Efek dari faktor J padap taraf ke-j (αβ)ij : Efek interaksi faktor D pada taraf ke-i dan faktor J pada taraf ke-j εijk : Efek galat dari faktor D pada taraf ke-i dan factor J pada taraf ke-j dalam
ulangan ke-k Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji LSR (Least Significant Range).
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Penelitian a. Sortasi / Grading Pinang
Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu persiapan untuk penelitian yaitu sampel pinang muda dari berbagai jenis. Pinang muda yang dapat di kupas mempunyai kriteria yaitu pinang sudah berbentuk bulat, didalamnya sudah berbiji dan berwarna hijau. Berat pinang ditentukan dengan menimbang buah pinang utuh. Diameter buah pinang ditentukan dengan mengukur sisi tengah buah pinang yang berbentuk bulat diukur dengan jangka sorong. Tebal kulit ujung dapat di tentukan dengan membelah dua pinang secara lurus dengan pisau dan kemudian
Universitas Sumatera Utara

diukur jarak antara sisi runcing buah pinang ke biji pinang. Tebal kulit pangkal dapat ditentukan dengan membelah pinang secara lurus dengan pisau dan diukur jarak sisi bawah dari buah pinang atau di tandai dengan adanya kelopak buah pinang ke biji pinang. Tebal kulit samping dapat ditentukan dengan membelah buah pinang dan diukur bagian tengah pinang dari kulit ke biji pinang dengan menggunakan mistar. Kemudian pinang disatukan dalam satu kelompok. b. Adapun prosedur pengujian alat pengupasan pinang muda adalah :  Dicampurkan semua pinang yang telah dikumpulkan dari beberapa tempat asal
tumbuhnya.  Dilakukan sortasi dengan batasan perlakuan diameter pinang muda yaitu
(3,60-3,70; >3,70) yang masing - masing terdiri dari 30 buah tiap batasan. Sesuai perlakuan pada diameter Dilakukan pengukuran terhadap berat, diameter, panjang, tebal kulit ujung, tebal kulit pangkal dan tebal kulit samping pada pinang muda.  Dilakukan pengukuran pada sudut kemiringan 55o dari bantalan penggelindingan pinang sampai ke pisau pengupas.  Dimasukkan pinang muda ke dalam mesin pengupas dengan jarak pisau atas pisau bawah (1,5; 1,7; 1,9; 2,1)  Dilakukan pencatatan terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mengupas 30 buah pinang muda untuk masing – masing perlakuan.  Dilakukan pengamatan dan pengukuran dengan cara analisis terhadap parameter : 1 Kapasitas Pengupasan 2 Persentase Buah Pinang Terkupas
Universitas Sumatera Utara

3 Persentase Biji Lengket pada Kulit 4 Persentase Biji lepas Kulit 5 Persentase Buah Pinang Tidak Terkupas 6 Persentase Biji Pinang Utuh 7 Persentase Biji Pinang cacat


Pengamatan dan Pengukuran Data Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap
parameter :
Kapasitas Pengupasan (Purwadaria, 1988, dimodifikasi)
 Disediakan 30 buah pinang
 Dimasukkan ke dalam mesin pengupas pinang
 Dilakukan pengukuran kapasitas pengupasan dengan membagi jumlah pinang terhadap waktu yang dibutuhkan untuk pengupasan semua pinang tersebut. Jumlah pinang
Kapasitas pengupasan = Waktu

Persentase Buah Pinang Terkupas (Purwadaria, 1988 dimodifikasi) Buah pinang terkupas ditentukan ketika buah pinang yang dimasukkan

kedalam mesin pengupas menghasilkan buah pinang yang bijinya lepas dari kulit

atau masih lengket namun dapat dilepas dengan tangan.

 Disediakan 30 buah pinang muda.

 Dilakukan perhitungan pada buah pinang yang terkupas

Persentase buah pinang terkupas


Buah pinang terkupas = x 100% Jumlah pinang yang dikupas

Universitas Sumatera Utara

Persentase Biji Lengket pada Kulit (Purwadaria, 1988 dimodifikasi) Biji lengket dengan kulit dari hasil pengupasan di tandai dengan buah
pinang terkupas tetapi dalam kondisi kulit yang berwarna hijau masih lengket dan kulit pinang dapat dipisahkan dari biji.

 Disediakan 30 buah pinang.

 Dilakukan perhitungan kulit pinang yang lengket tapi dapat di kupas.

Persentase biji lengket pada kulit =

Biji lengket pada kulit Jumlah pinang yang dikupas

x 100%

Persentase Biji Lepas Kulit (Purwadaria, 1988 dimodifikasi) Biji lepas kulit dari hasil pengupasan buah pinang ditandai dengan biji
terlepas dengan kulit tetapi masih ada serabut – serabut kulit yang melekat pada biji pinang yang mempunyai ukuran sama atau lebih kecil dari 60 % bagian kulit yang terlepas.


 Disediakan 30 buah pinang

 Dilakukan perhitungan pada biji pinang yang masih ada serabut – serabut

kulit.

Persentase biji lepas kulit

Biji lepas kulit = x 100%
Jumlah pinang yang dikupas

Persentase Buah Pinang Tidak Terkupas (Purwadaria, 1988 dimodifikasi) Buah pinang tidak terkupas ditentukan ketika buah pinang yang
dimasukkan kedalam mesin pengupas menghasilkan buah pinang yang keluar seperti semula atau terkupas sebagian namun tidak dapat dilepaskan bijinya dengan kulit.

Universitas Sumatera Utara

 Disediakan 30 buah pinang muda.

 Dilakukan perhitungan pinang yang dalam kondisi utuh atau sama sekali


tidak terkupas.

Persentase buah pinang tidak terkupas =

Buah pinang tidak terkupas x 100%
Jumlah pinang yang dikupas

Persentase Biji Pinang Utuh (Purwadaria, 1988 dimodifikasi)

Biji pinang utuh dari hasil pengupasan buah pinang di tandai dengan biji

pinang dalam keadaan bersih. Dalam hal ini yang dimaksud biji pinang utuh

memiliki ukuran > 75 % dari bagian yang utuh.

 Disediakan sejumlah buah pinang yang terkupas.

 Dilakukan perhitungan biji pinang yang utuh.

Persentase biji pinang utuh =


Biji pinang utuh x 100%
Jumlah pinang yang terkupas

Persentase Biji Pinang Cacat (Purwadaria, 1988 dimodifikasi) Biji pinang cacat dari hasil pengupasan buah pinang di tandai dengan

adanya biji pinang yang sompel. Dalam hal ini yang dimaksud biji pinang cacat

memiliki sompel > 25 % bagian yang cacat.

 Disediakan sejumlah buah pinang yang terkupas.

 Dilakukan perhitungan biji pinang yang sompel dari hasil pengupasan.

Persentase biji pinang cacat =

Biji pinang cacat x 100%
Jumlah pinang yang terkupas

Universitas Sumatera Utara


Sortasi
Pengukuran Diameter Pinang
D1 =