Penanaman Karakter Terhadap Guru

53 dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.Hasil dari mediasi ini menunjukkan penurunan yang signifikan terhadap konflik antar siswa dan membantu terjalinnya komunikasi yang baik antar siswa. Recognize student leadership, pengakuan kepemimpinan siswa di sekolah dilakukan dengan pemberian penghargaan kepada individu atau kelompok siswa yang telah berkontribusi dalam memajukan sekolah. Menurut Borba 2008: 4 kecerdasan moral adalah kemampuan seseorang untuk memahami hal yang benar dan yang salah, yakni memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga ia bersikap benar dan terhormat. Lebih lanjut Borba menawarkan cara untuk menumbuhkan karakter yang baik dalam diri anak, yakni dengan menanamkan tujuh kebajikan utama karakter mulia: empati, hati nurani, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi, dan keadilan. Ketujuh macam kebajikan inilah yang dapat membentuk manusia berkualitas di mana pun dan kapan pun. Karakter mulia berupa kebajikan tersebut akan lebih berhasil apabila diinternalisasikan dalam kehidupan nyata dan peserta didik akan meniru atau mencontoh sang guru. Hal ini sesuai pendapat Hamalik 2008 banyak hasil penelitian membuktikan bahwa peserta didik belajar dari apa yang diucapkan dan dilihat dari sang guru. Hal tersebut memotivasi serta membentuk kepribadian dan kedisiplinan peserta didik yang menginduk pada kepribadian sang guru. Oleh karena itu melalui keteladanan adalah model yang efektif dan akan mendekati kesuksesan dalam membentuk karakter. Sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa Beliau tidak akan memerintahkan seseorang sebelum 54 Beliau melaksanakan terlebih dahulu. Sebaliknya Beliau tidak akan melarang seseorang melakukan sesuatu, kecuali Beliau yang pertama menjauhi larangan tersebut. Apabila kita meniru cara-cara mendidik anak menurut Rosulullah, maka hal tersebut dapat dijadikandasar-dasar metode yang harus dipegang oleh orang tua dan para pendidik, yaitu: a. Keteladanan yang baik b. Waktu yang baik untuk memberikan bimbingan c. Bersikap adil dan sama terhadap setiap anak d. Memenuhi hak-hak anak e. Mendoakan anak f. Membelikan alat permainan untuk anak g. Membantu anak untuk berbuat baik dan patuh h. Menjauhi banyak mencela Selain itu Rasulullah SAW bersabda; “Ajarkanlah ilmu, berikan kemudahan dan jangan mempersulit, sampaikan kabar gembira dan jangan membuat orang lain lari. Jika salah seorang diantara kalian marah, hendaklah ia diam”. HR Al- Bukhari. Hadist ini dapat dijadikan pegangan guru untuk membentuk karakter pribadi sang guru dan anak didiknya. Tentunya pembentukan karakter dengan prilaku dan teladan seperti dijelaskan dalam Suharsaputra 2013:17: tanamkan pemikiran, dan kamu akan memanen tindakan. Tanamkan tindakan dan kamu akan memanen kebiasaan, Tanamkan kebiasaan dan kamu akan meraih karakter. 55 Tanamkan karakter, dan kamu akan memanen tujuan.Ini menunjukkan bahwa buah yang ditanam akan sessuai dengan benih atau bibitnya.

2.4 Kerangka Pikir

Guru adalah pelaksana utama pendidikan di sekolah. Karenanya guru memiliki peran penting, khususnya dalam pembentukan karakter peserta didik. Sebelum seorang guru menginternalisasikan karakter kepada anak didiknya, seharusnya ia adalah orang pertama yang mengawali karakter –karakter yang baik dari dalam dirinya terlebih dahulu sebelum menanamkan kepada anak didiknya. Karena guru merupakan input pada kerangka pikir ini. Selanjutnya salah satu usaha untuk memperkuat karakter guru ialah dukungan dari kepala madrasah selaku seorang pemimpin. Sebab usaha tersebut akan lebih maksimal apabila pimpinan memiliki andil dalam proses pembentukannya. Kepala madrasah adalah elemen terdekat dengan guru yang diharapkan kepemimpinannya akan memberikan dampak bagi pembentukan karakter guru. Dalam hal ini implementasi gaya kepemimpinan transformsasional meliputi pengaruh ideal, motivasi inspirasi, stimulasi intelektual, konsiderasi individual kepala MTsN Kotaagung, pembentukan guru berkarakter, upaya-upaya kepala MTsN Kotagung dalam pembentukan guru berkarakter dan hambatan-hambatan kepala MTsN Kotagung dalam pembentukan guru berkarakter merupakan proses dalam penelitian. Setelah melalui proses maka menuju output yang diharapkan akan membentuk guru berkarakter sesuai dengan enam pilar.Berdasarkan enam pilar meliputi kepercayaan, rasa hormat, tanggung jawab, keadilan, rasa peduli dan 56 kewarganegaraan diharapkan guru mampu dan mau menjalankan tugasnya secara baik dan menginternalisasikan nilai-nilai positif kepada anak didiknya. Karakter yang baik merupakan aspek penting kompetensi. Untuk menjadi guru berkarakter. apabila seorang mau selalu meninjau arah hidup dan kehidupannya serta menyadari bahwa profesi guru adalah panggilan hidup. Sehingga dengan adanya kesadaran tersebut guru akan berusaha mengembangkan potensi kecerdasan yang ada dalam jiwanya sehingga akan meningkatkan mutu madrasah. Selanjutnya kerangka pikir digambarkan pada gambar 2.4. Gambar 2.4 Kerangka Pikir Penelitian Guru 1. Implementasi gaya kepemimpinan transformasional kepala MTsN Kotaagung a. idealized influence b. inspiration motivation c. intellectual stimulation d. individual consideration 2. Pembentukan guru berkarakter 3. Upaya-upaya kepala madrasah dalam pembentukan guru berkarakter. Guru Berkarakter Mutu Madrasah INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME Hambatan-hambatan kepala madrasah dalam pembentukan guru berkarakter BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bab ini mencakup beberapa hal yaitu latar penelitian, pendekatan dan rencana penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan, pemaparan data, dan tahap-tahap penelitian.

3.1 Latar Penelitian

Madrasah Tsanawiyah Negeri MTsN Kotaagung berlokasi di Jalan Lapangan Hijau No. 2 Kelurahan Kuripan Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pagi dan sore dimulai dari pukul 07.10 sampai dengan 17.30.Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam suasana kondusif setiap harinya. Padaa saat ini, jumlah tenaga pendidik 58 dan kependidikan berjumlah 16 terdiri dari 3 orang Pegawai Negeri Sipil PNS dan 13 orang tenaga honorer. MTsN Kotaagung telah berdiri sejak tahun 1969. Dari berdiri hingga saat ini telah mengalami tujuh kali kepemimpinana kepala madrasah. Pada tahun ajaran 20132014 jumlah peserta didik yang ada di kelas VII rombel 9 kelas dengan jumlah siswa 328 orang. Kelas VIII rombel 9 kelas dengan jumlah siswa 58 273.orang. Kelas IX rombel 9 kelas dengan jumlah siswa 358 orang. Sehingga jumlah siswa keseluruhnya adalah 955 siswa yang terdiri dari 535 siswa perempuan dan 424 siswa laki-laki. Banyaknya siswa tidak mampu menampung keseluruhan siswa untuk masuk pagi semua sehingga mengakibatkan kelas dibuat menjadi dua shift yaitu pagi dan siang hari.

3.2 Pendekatan dan Rancangan Penelitian

3.2.1 Pendekatan

Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti menggunakan penelitian kualitatif fenomologis. Pendekatan kualitatif dipilih dengan alasan objek penelitian ini berupa kegiatan atau tindakan seseorang. Data yang diungkap bukan berupa angka-angka melainkan berupaka kata, kalimat, paragraph, dan dokumen. Obyek penelitianpun berada pada kondisi alami sehingga tidak ada perlakuan khusus. Data yang dikumpulkan melalui pengamatan di lapangan observasi dan wawancara, lalu dilakukan analisis secara induktif. Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui gambaran yang lengkap tentang implementasi gaya kepemimpinan transformasional kepala madrasah dalam pembentukan guru berkarakter di MTs Negeri Kotaagung Kabupaten Tanggamus. Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu pendekatan fenomologis. Menurut Husserl dalam Moleong 2013; 14 fenomologi diartikan 59 sebagai: 1 pengalaman subjektif atau pengalamn fenomologikal, 2 suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang.

3.2.2 Rancangan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan mendeskripsikan implementasi gaya kepemimpinan transformasional kepala madrasah dalam pembentukan guru berkarakter di MTsN Kotaagung, upaya-upaya yang dilakukan kepala madrasah dalam pembentukan guru berkarakter di MTs Negeri Kotaagung, dan hambatan dalam pembentukan guru berkarakter di MTs Negeri Kotaagung. Berdasarkan pada tujuan penelitian yang telah diungkap, maka peneliti akan memilih jenis rancangan yang sesuai yaitu menggunakan rancangan studi kasus. Pemilihan rancangan studi kasus dikarenakan ingin menjawab bagaimana implementasi gaya kepemimpinan transformasional kepala madrasahdalam pembentukan guru berkarakter. Oleh sebab itu peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong 2013: 8 ada sepuluh ciri penelitian kualitatif yang meliputi: 1 latar alamiah, 2 manusia sebagai alat instrument, 3 metode kualitatif, 4 analisis data secara induktif, 5 teori dari dasar grounded theory, 6 deskriftif, 7 lebih mementingkan proses daripada hasil, 8 adanya batas yang ditentukan oleh fokus, 9 adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, 10 desain yang bersifat sementara. Rancangan studi kasus yang digunakan pada penelitian ini ialah desain studi kasus tunggal single-case studies, dan berusaha untuk mempersingkat waktu