3
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bulungan selanjutnya disebut DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bulungan sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah.
4. Bupati adalah Bupati Bulungan.
5. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bulungan.
6. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Bulungan.
7. Modal Daerah adalah modal dalam bentuk uang dan atau kekayaan daerah yang belum
dipisahkan yang dapat dinilai dengan uang seperti tanah, bangunan, mesin-mesin inventaris, surat-surat berharga, fasilitas dan hak-hak lainnya yang dimiliki oleh daerah yang
merupakan kekayaan daerah yang bukan merupakan kekayaan Perusahaan Daerah.
8. Penyertaan Modal Daerah adalah setiap usaha dalam menyertakan modal daerah pada
suatu usaha-usaha bersama dengan Pihak Ketiga, dan atau pemanfaatan modal daerah oleh pihak ketiga dengan suatu imbalan tertentu.
9. Pihak Ketiga adalah Instansi atau Badan Usaha dan atau Perseorangan yang berada diluar
Organisasi Pemerintah Daerah antara lain Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lainnya, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Usaha Koperasi, Swasta Nasional
dan atau Swasta Asing yang tunduk pada hukum Indonesia.
BAB II TUJUAN PENYERTAAN MODAL DAERAH
Pasal 2
1 Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah dan meningkatkan Pendapatan Daerah.
2 Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan.
BAB III TATA CARA PENYERTAAN MODAL
Pasal 3
Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga dilaksanakan dengan cara : a.
Pembelian saham dari perusahaan yang telah berbadan hukum, sehat dan mempunyai prospek baik.
b. Sebagai pendiri dalam pembentukan perusahaan yang berbadan hukum.
c. Kontrak Manajemen, Kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi hasil usaha
dan kontrak bagi tempat usaha.
Pasal 4
1 Untuk melakukan pembelian saham pada suatu perusahaan yang berbadan hukum perlu disediakan dananya terlebih dahulu dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah
APBD yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan daerah ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
2 Setelah dana tersedia untuk pembelian saham sebagaimana dimaksu pada ayat 1, selanjutnya diadakan penilaian terhadap perusahaan yang berbadan hukum yang akan
menjual saham untuk mendapatkan data infomasi mengenai jenis dan harga saham dimaksud.
3 Apabila Bupati menyetujui jenis dan harga saham sebagaimana dimaksud pada ayat 2, maka untuk pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Bupati tentang Pembelian
Saham dimaksud.
4
4 Bupati menunjuk Pejabat untuk bertindak mewakili Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembelian saham.
Pasal 5
1 Setiap melakukan penyertaan modal daerah dalam perusahaan dan atau pembentukan perusahaan yang berbadan hukum, ditetapkan dengan Akta Notaris.
2 Sebelum diterbitkan Akta Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diadakan perjanjian dasar antara Bupati dengan pihak-pihak yang ikut dalam pendirian perusahaan yang
berbadan hukum. 3 Perjanjian Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat 2 memuat materi pokok antara lain :
a. Identitas masing-masing pihak; b. Jenis dan nilai modal saham para pihak;
c. Bidang usaha; d. Perbandingan Modal usaha;
e. Hak, kewajiban dan sanksi; f. Lain-lain yang dianggap perlu.
4 Berdasarkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan perusahaan yang berbadan hukum dan Perjanjian Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, kemudian
dibentuk perusahaan yang berbadan hukum dengan Akte Notaris.
Pasal 6
1 Penyertaan Modal Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 5, dalam bentuk uang, dianggarakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan dilaksanakan dengan
Peraturan Bupati. 2 Penyertaan Modal Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 5, dalam bentuk barang,
ditetapkan dengan Peraturan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD. 3 Kekayaan Daerah yang disertakan dalam perusahaan yang berbadan hukum, merupakan
kekayaan daerah yang dipisahkan.
Pasal 7
1 Untuk mengadakan kontrak manajemen, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi hasil usaha dan kontrak bagi tempat usaha berdasarkan Peraturan Daerah ini
Bupati terlebih dahulu meminta persetujuan DPRD atas rencana kontrak dimaksud. 2 Setelah mendapat persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 kemudian
diadakan perjanjian dasar antara Bupati dengan Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat 3.
3 Pelaksanaan kontrak manajemen, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi hasil usaha dan kontrak bagi tempat usaha sebagaimana dimaksud perjanjian dasar pada
ayat 2, ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 8
1 Untuk melakukan penilaian terhadap barang yang disertakan sebagai modal saham daerah dalam perrusahaan dan atau pembentukan perusahaan yang berbadan hukum dan atau
menentukan nilai barang daerah dan imbalan pembayaran serta lain-lain dalam mempersiapkan perjanjian kontrak manajemen, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan,
kontrak bagi hasil usaha dan kontrak bagi tempat usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dan Pasal 7 ayat 2, Bupati membentuk Panitia yang terdiri dari unsur-unsur :
5
a. Dinas Pendapatan Daerah; b. Bagian Perekonomian;
c. Bagian Keuangan; d. Bagian Hukum;
e. Bagian Umum dan Perlengkapan; f. Kantor Pertanahan;
g. Unsur Tenaga Ahli konsultan; h. Unsur Instansi teknis terkait.
2 Panitia Sebagaimana dimaKsud pada ayat 1, merencanakan usaha penyertaan modal daerah pada pihak ketiga, dan mengikuti perkembangan usaha Penyertaan Modal Daerah
pada Pihak Ketiga dalam rangka peningkatan Pendapatan Daerah.
BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN