Ektoparasit pada Kuda Dan Masalah Yang Ditimbulkannya
EKTOPARASIT PADA KUDA DAN MASALAH
YANG DlTIMBULKANNYA
Oleh
SUTIKNQ
B. 160149
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1986
RINGKASAN
SUTIKNO.
Ektoparasit pada kuda dan masalah yang ditim-
bulkannya (Di bawah bimbingan KOESHARTO).
Ektoparasit merupakan parasit pada ternak yang umumnya menyerang permukaan tubuh, terdiri dari berbagai
jenis misalnya lalat, kutu, nyamuk, caplak dan tungau.
Lalat yang termasuk ordo Diptera yang menyerang
ku-
da meliputi famili Muscidae yakni Musca domestica, Muscavetustissima, Musca sorbens, stomoxys calcitrans dan
matobia exigua.
セᆳ
Lalat yang lain adalah Tabanus sp. (fa-
mili: Tabanidae); Austrosimulium pestilens dan Austrosimulium bancrofti (famili: Simuliidae); Culicoides sp.
(famili: Ceratopogonidae).
Sedangkan famili Gasterophi-
lidae meliputi Gasterophilus intestinalis, Gasterophilus
nasalis dan Gasterophilus haemorrhoidalis.
Selain itu terdapat jenis kutu yang termasuk ordo
Phtiraptera meliputi famili Trichodectidae yakni Damaliョセ。@
egui, famili Haematopinidae yakni Haematopinus asini.
Jenis tungau yang bertindak sebagai ektoparasit kuda
termasuk didalam famili Psoroptidae yaitu Psoroptes egui
dan Chorioptes bovis.
Ektoparasit ini hampir semuanya menghisap darah untuk kelangsungan hidupnya.
Pada waktu itu mereka dapat
bertindak sebagai vektor penyakit.
Adanya ektoparasit pada ternak sangat merugikan, ka,;,
rena selain bertindak sebagai induk semang antara bagi
beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri,
protozoa, cacing maupun jamur, ia dapat juga menyebabkan gangguan ketenangan hewan, menurunkan nafsu makan,
menimbulkan kekurusan dan menurunkan kwalitas kulit.
Sebagai vektor penyakit, vektor yang terpenting adalah 1a1at Tabanus dan StomoxYs ca1citrans yang dapat
menularkan penyakit surra yang disebabkan.oleh Trypanoセ@
evansi.
Disamping itu lalat Musca dapat bertindak
sebagai induk semang antara cacing lambung dan akan menyebabkan bungkul-bungkul pada lambung.
Apabila menye-
rang mat a dapat menimbulkan habronemic conjunctivitis
sedangkan pada 1uka akan menyebabkan habronemic granulomatosa.
Penyakit lainnya yang lebih serius adalah mia-
sis pada lambung karena infestasi larva Gasterophilus.
Dalam perjalanannya menuju lambung, larva tersebut dapat
juga menyebabkan kerusakan berupa kantung-kantung nanah,
peradangan dan luka-1uka di bagian mu1ut sehingga kuda
menjadi kurang nafsu makan.
Gejala kuda yang terkena
seranganlarva Gasterophilus ialah rasa gelisah bahkan
sering menyebabkan kolik.
Dari beberapa masalah yang ada, pengembangan ternak
kuda tidak dapat terlepas dari gangguan penyakit ektoparasit.
01eh karena itu sebagai Dokter Hewan tugas kita
adalah menangani dan menanggulangi masalah ektoparasit
ini, yaitu dengan menurunkan populasi parasit sampai
batas yang tak merugikan.
EKTOPARASIT PADA KUDA DAN MASALAH
YANG DITIMBULKANNYA
S K RIP S I
Oleh
S UTI K N 0
B. 160149
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Dokter Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1986
Judul skripsi
:
EKTOPARASIT PAnA KUnA DAN MASALAH
YANG
ditセイョulkany@
Nama Mahasiswa
SUTIKNO
Nomor pokok
B. 160149
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dr. F. X. Koesharto
Tangga1:
/.3"- iセM
?
8t
RIWAYAT HIDUP
Penulis di1ahirkan pada tangga1 9 Agustus 1960 di
Kediri, Jawa Timur, dari ayah Samidi dan Ibu Kasinem.
Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara.
Pada tahun 1972, penulis menamatkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Banaran, Kediri.
Kemudian
pada tahun 1973 masuk Seko1ah Menengah Pertama Joyoboyo
di Kediri dan 1u1us pada tahun 1975.
Pad a tahun 1976
penu1is me1anjutkan ke Seko1ah Menengah Atas Negeri di
Kediri dan lulus pada tahun 1979.
Penulis berkesempatan menjadi mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor pada tahun 1979
me1a1ui proyek Perintis II.
Pada tahun 1981 semester III
penu1is terdaftar sebagai mahasiswa Faku1tas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor dan lulus sebagai Sarjana
Kedokteran Hewan pada tanggal 21 September 1984.
pernah
Penu1is
terdaftar sebagai asisten luar biasa di jurusan
Parasito1og-i dan Pato1ogi. bagian Entomo1ogi periode tahun 1983-1984 dan 1984-1985.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi
yang dengan berkat, rahmat dan karunianya dapat menyelesaikan skripsi yang sangat sederhana ini.
Senada dengan itu penulis menyampaikanpenghargaan
setinggi-tingginya dan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah berjasa dalam proses
pendidikan dan pembinaan diri dengan ilmu pengetahuan
dan akhlak sejak Sekolah Dasar hingga kini.
Rasa terima kasih khusus penulis haturkan kepada
Bapak Dr. F. X. Koesharto yang dengan tulus hati telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan saran-saran sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
para petugas perpustakaan yang secara tidak langsung
telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini meruPakan syarat untuk memperoleh gelar Dokter Hewan.
Namun karena penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa maupun
isi, maka dengan segala kerendahan hati penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi
ini dan demi terciptanya wawasan berpikir bagi penulis
di masa yang akan datang.
Kepada ayah dan bunda tercinta yang telah berhasil
mendidik penulis dengan jerih payah sejak lahir hingga
kini. ananda haturkan sembah sujud dan cinta kasih de
ngan penuh keterharuan dan rasa hormat seda1am-da1amnya.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi mereka yang membutuhkannya.
Bogor. Desember
Penu1is
1986
DAFTAR lSI
. . . . . . .. . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . .. . .
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Halaman
• • • • •• • • • • • • • • • • • •• • • •••• • • •• • • •
• • • •• • ••• • •••• • • • • • •• •• •• • • • • •• •• •
TINJAUAN PUSTAKA
.. .. . . . .. . .. . .. .. .. .... . . .. ..
4
•• • • • • • • • ••••
4
• •• • •• •• • • • •• • • • • • ••• •••••••••••
8
Jenis ektoparasit pada kuda
Bionomik
1
Bentuk gangguan ektoparasit terhadap induk
•
• • ••• •••• • •• • •• •• ••••• •• •• • ••• •• •
34
PEMBAHASAN
• •• • •• ••• •• •• • •• •• ••• •••• •••• •• •• • •
46
KESIMPULAN
•••••••••••••••••••••••••••••••••••
51
• • • • • • •• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
54
semang
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No.
1.
Judu1
Popu1asi ternak di Indonesia (1974-1984)
Ha1aman
••••
5
DAFTAR GAMBAR
No
Ealaman
Judul
1.
Siklus bidup Culicoides
2.
Siklus bidup lalat Gasterophilus
3.
Dermatitis alergi kuda:
••••••••••••••••••
Dermatitis alergi kulit:
28
permulaan luka
yang terdapat di bagian sisi tubuh
4.
•••••••••
18
•••••••
40
luka parah dengan
kerobekan kulit yang terdapat di
bagian
pantat dan pangkal ekor akibat gigitan
dan gOBokan
5.
••••••••••••••••••••••••••••••
Dermatitis alergi kuda:
40
pada keadaan
khronis bentuk kulit di bagian bahu mengalami kegundulan yang terlihat tebal dan
kasar
••• •• •• •••• • • •• • •• • •• ••••• •• •• ••••• •
41
PENDAHULUAN
Sejak jaman dahulu hewan kuda telah banyak dikenal
di Indonesia.
Di jaman Belanda kuda lebih dikenal seba-
gai hewan pekerja, karena banyaknya kuda yang dipekerjakan di perkebunan orang-orang Belanda pada waktu itu.
Banyak pula kuda-kuda yang dipergunakan oleh opsir-opsir
Belanda yang bertugas diketentaraan sebagai kuda-kuda
tunggang.
Sampai sekarang kuda-kuda tersebut masih kita kenaI
melalui berbagai mac am fungsinya.
Sebagai kuda tarik,
kuda beban maupun kuda pacu.
Fungsi hew an ini sebagai kuda tarik (delman, gerobak) dan kuda beban lebih banyak ki ta jumpai di daerahdaerah dari pada kota besar.
Kuda pacu lebih banyak ki-
ta jumpai di kota-kota besar, untuk perkembangan olah
raga yang peminatnya semakin besar pula.
Hal ini dapat
kita lihat semakin banyaknya kuda-kuda pacu yang dipertandingkan, baik pertandingan yang bersifat nasional maupun internasional.
Mengikuti perkembangan peternakan kuda maka fungsi
Dokter Hewan sebagai pendorong pengembangan sangatlah
diperlukan disini.
Secara umum di Indonesia belum ada kesadaran yang
menyeluruh dari para pemilik llewan :\l:uda untuk membawa
kudanya kepada Dokter Hewan apabila ada kelainan.
Banyak sebab yang mempengaruhi hali ini, antara lain sebab-sebab ekonomis yang terutama didapat pada pemilik
kuda gerobak dan sejenisnya.
Akan tetapi bagi para pe-
milik kUda pacu kesadaran ini tampaknya sudah ada.
Salah satu gangguan kesehatan dapat disebabkan o1eh
penyakit parasite
Berdasarkan tempat hidupnya dibedakan
lagi menjadi dua jenis yakni ektoparasit dan endoparasite
Ektoparasit merupakan parasit pada ternak yang umumnya menyerang permukaan tubuh, terdiri dari berbagai
jenis misa1nya 'la1at, kutu, nyamuk, caplak dan-tungau.
Adanya ektoparasit pada ternak sangat merugikan, karena
bertindak sebagai induk semang perantara atau vektor begi beberapa penyakit lain yang disebabkan oleh:
bakteri, protozoa, cacing maupun jamur.
virus,
Selain itu ek-
toparasit dapat mengganggu ketenangan hewan, menurunkan
na!su makan, menghisap darah sehingga dapat menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh, kekurusan dan menurunkan
kwalitas kulit, sedangkan pada infestasi berat dapat juga menyebabkan kematian.
Sampai saat ini kita memang
belum mempunyai data yang tepat tentang kerugian yang
disebabkan oleh ektoparasit (Keswan, 1983).
Yang penting bagi kita ada1ah bahwa penyakit-penyakit tersebut di at as merugikan sehingga merupakan tugas
kita sebagai Dokter Hewan untuk menangani dan menanggulanginya.
Untuk menanggulangi masalah ektoparasit pada
3
prinsipnya adalah menurunkan populasi (jumlah) ektoparasit sampai batas yang tak merugikan terutama ektoparasit
pengganggu dan yang diduga sebagai vektor penyakit.
Dari sini penulis ingin mengungkapkan sedikit mengenai penyakit ektoparasit pada kuda"karena selama ini
pembahasan tentang penyakit tersebut jarang dilakukan.
Semoga skripsi ini merupakan sumbangan pikiran bagi
mereka yang berminat menyelidiki penyakit ini lebih lanjut.
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum perkembangan populasi kuda di Indonesia
mengalami peningkatan.
Hal ini dapat dilihat dari per-
sentase kenaikan rata-rata mulai tahun 1974-1978 mencapai 0.72%, sedangkan tahun 1979-1983 mencapai 1.61%
(Dirjen Peternakan, 1985).
Dibanding dengan ternak la-
in, jumlah populasi kuda termasuk paling kecil (Tabel 1).
Arthropoda yang dapat bertindak sebagai vektor penyakit yang dipermasalahkan meliputi lalat Musca sp.,
Stomoxys calcitrans dan Tabanus sp.
Penyaki t yang umumnya sering menyerang kuda antara
lain: kudis at au scabies disebabkan oleh tungau, dermatitis alergi oleh "sandfly" (Culicoides sp.) dan lalat
kerbau.
Serangga umumnya tergolong ke dalam phylum Arthropoda yang meliputi lima kelas yakni kelas Crustacea, Insecta (Hexapoda), Arachnida, Chilopoda dan Diplopoda.
Dari kelima kelas ini ektoparasit yang banyak menyebabkan kerugian dan menularkan penyakit termasuk di dalam
kelas insecta dan Arachnida (Keswan, 1978).
Ektoparasit adalah parasit yang hidup di bagian luar dari tubuh induk semang.
Jenis ektoparasit pada kuda
Terdapat berbagai jenis ektoparasit yang menyerang
hewan kuda, serangga itu terdiri dari lalat, kudu dan
J
5
Tabe1 1-
Popu1asi ternak di Indonesia (1974-1984)
(000 ekor)
Tahun
Sapi
perah
Sapi
potong
Kerbau
Kuda
1
2
3
4
5
Kenaikan rata-rata
Pelita I (%)
7.82
-0.18
-4.20
0.03
1974
1975
1976
1977
1978
86
90
87
91
93
6.380
6.242
6.237
6.217
6.330
2.415
2.432
2.284
2.·292
2.312
600
627
631
659
615
Kenaikan rata-rata
Pelita II C%)
+2.03
-0.19
-1.04
+0.72
1979
1980
1981
198211
1983
94
103
113
140
162
6.364
6.440
6.516
6.594
6.660
2.432
2.457
2.488
2.513
2.538
596
616
637
658
665
11.99
1.02
1.90
173
6.741
2.724
Kenaikan rata-rata
Pelita III C%)
1984Keterangan:
*) Angka diperbaiki
It*) Angka semen tara
1.61
672
6
tungau.
Lalat-lalat yang bertindak sebagai ektoparasit
kuda termasuk di dalam famili Muscidae, Tabanidae, Simuliidae, Ceratopogonidae dan Gasterophilidae.
Ordo Diptera dan famili Muscidae meliputi Musca
mestica yang tersebar hampir di seluruh dunia.
££-
Sebagian
besar aktir pada siang hari dan menyukai cahaya matahario
Karena seringnya berada di dalam tempat tinggal ma-
nusia, lalat ini lebih umum disebut sebagai lalat rumah.
Musca vetustissima (lalat semak) merupakan spesies asli
dari Australia.
Selain itu lalat ini dapat dijumpai pu-
la di Papua Nugini.
Sebagian besar terdapat di padang
rumput, semak belukar dan habitat terbuka.
Musca sorbens
tersebar di negara-negara ASia, antara lain India, Palestina, Iran dan Jepang.
Spesies ini sering terdapat di
tempat-tempat umum seperti pasar, kakus umum dan timbunan sampah.
Stomoxys calcitrans tersebar luas di dunia.
Lalat yang sering disebut dengan lalat kandang ini lebih
menyukai hidup bergerombol.
Haematobia exigua (lalat
kerbau) mempunyai ukuran tubuh yang relatir kecil, sekitar empat milimeter.
Ia terdapat di negara-negara Je-
pang, Taiwan, Cina bagian utara, Philipina, Muangthai,
Indonesia, Papua Nugini, Birma, Ceylon, India, Solomon,
dan Australia.
Famili Tabanidae yang suka menyerang ternak kuda
adalah Tabanus sp. (lalat pitak).
Lalat ini tersebar
7
hampir di seluruh dunia.
Ia sangat aktif pada saat cua-
ca panas dan lembab.
Famili Simuliidae yang dilaporkan sebagai penyerang
ternak kuda di Australia yang dikutip oleh Arundel (1978)
yaitu Austrosimulium pestilens dan Austrosimulium
crofti.
セᆳ
Lalat ini sering menggerombol dan banyak dijum-
pal di dekat sungai yang mengalir deras.
Famili Ceratopogonidae yang merupakan ektoparasit
kuda adalah Cu1icoides sp.
Di
1alat ini terセオウエイ。Qゥ@
sebar di sepanjang Queensland sampai ke utara dan New
South Wales (Campbell dan Kettle, 1979).
Ia dapat me-
nyerang sepanjang hari, tetapi sangat mengganggu pada
saat hari mUlai sore.
Famili Gasterophilidae yang termasuk sebagai ektoparasit pada kuda dan yang sering dilaporkan ada1ah
Gasterophilus intestinalis, G. nasalis dan Q. Haemorrhoidalis.
Spesies yang pertama dan kedua umumnya terda-
pat di Australia.
s・、。ョァォセN@
haemorrhoidalis hanya
terdapat di New South Wales, Victoria dan Australia bagian barat.
Kutu yang termasuk ordo Fthiraptera yang menyerang
kuda meliputi famili Trichodectidae yakni Damalinia equi
(kutu penggigit) dan famili Haematopinidae yaitu Haematopinus asini (kutu penghisap).
Jenis tungau yang bertindak sebagai ektoparasit kuda'termasuk didalam famili Psoroptidae.
Spesies tungau
8
tersebut adalah Psoroptes equi dan Chorioptes bovis.
Bionomik
Ektoparasit yang menyerang hewan pelihara dan liar
maupun manusia mempunyai bentuk tubuh, sejarah hidup serta tingkah laku yang khas.
lni adalah akibat penyesuaian
diri terhadap lingkungan hidupnya, guna mempertahankan hi-
dUp serta berkembang biak seterusnya (Keswan, 1978).
Bionomik merupakan siklus hidup parasit yang diawali
mulai dari keluarnya telur sampai berkembang menjadi dewasa serta tingkah lakunya sewaktu masih hidup.
Lalat famili Muscidae
Genus Musca
Lalat jenis Musca yang menyerang kuda adalah Musca
domestica (lalat rumah), Musca vetustissima (llbushf1yll)
dan Musca sorbens (Pascoe, 1974 dalam Arundel, 1978)
Musca domestica tersebar hampir di seluruh dunia.
la
terdapat di Australia, tetapi di Tasmania penyebarannya
kurang.
Panjang tubuhnya berkisar antara empat sampai delapan
mi1imeter.
Bagian scutum dari thorax berwarna coklat ge-
lap sampai hitam dengan empat garis
yang berャッョァセエオ、ゥ。@
warna hi tam, bagian abdomen berwarna jingga tua.
Lalat betina dewasa bertelur pada bahan
ッイァ。セォ@
suk, sampah yang terkontaminas1 oleh feses dan urine.
buKo-
toran kuda yang masih segar merupakan media yang disenangi.
9
Telur berwarna putih dengan panjang 1.20-1.25 mm dan lebarnya 0.25-0.30 mm. jumlahnya dapat meneapai antara 120-
150 butir.
Dalam kondisi yang menguntungkan larva menetas
dalam waktu 12-24 jam (Ferrar. 1979) •
.i.arva instar pertama keeil, langslng, berwarna putih
dengan panjang 1.3-2.6 mm, instar kedua 2.8-6.7 mm, sedangkan yang ketiga berwarna keputihan panjangnya 6.5-
12.5 mm.
Larva menjadi dewasa berkisar antara empat sam-
pai tujuh haria
Perkembangannya mengalami hambatan apabi-
la euaea dingin', lingkungan kering atau persediaan makanan
tidak
Mereka meninggalkan tempat perindukan
ュ・ョ」オォーセN@
kemudian menjadi pupa di tanah (Rockstein dkk., 1965;
Ferrar, 1979).
Periode pupa yang berwarna eoklat kemerahan berkisar
tiga sampai enam hari pada
ュオウセ@
panas.
Lalat dewasa adalah synantropik sejatl, menglkuti manusia di seluruh dunia.
Ia seeara aktif meneari dan mema-
suki rumah-rumah dimana ia hinggap pada sampah dan makanan
(Rockstein dkk., 1965).
Bahan makanan dan sayuran, hewan
yang membusuk, sekresi tubuh dan luka adalah makanan spesies ini.
Sebagian besar dar! mereka aktif di siang hari,
menyukai eahaya dan slnar matahar! dan segera masuk ke dalam tempat tinggal manusia (Ferrar, 1979), te'tapi pada mus1m ding1n jumlahnya mulal berkurang.
Musca vetustlssima adalah spesies asli dari Australia.
Selain dapa t dijumpal di Papua Nugini (Ferrar, 1979).
10
Populasinya tinggi pada mUSlm aanas dan musim rontok, kemudian menghilang di awal mUSlm di'ngin (Norrls, 1966).
Kotoran sapl merupakan media yang disenangl untuk
tempat berblak, tetapl dapat juga pada kotoran domba, kuda onts, anjlng dan manus1a (Ferrar, 1979).
Dlsamplng i-
tu juga pada kotoran babi dan lsi perut ruminan yang telah mati (Norris, 1966).
Tempat perindukan yang disukai lalat dewasa yang sedang grafld yakni feses.
Pada tempat tersebut lalat men-
carl makan sambil mencarl lokasi perletakan telur yang
sesuai.
Apabila sudah mendapatkan tempat, lalat betlna
memasukkan ovipositornya ke dalam celah feses (Ferrar,
1979).
Telur diletakkan satu per satu pada feses dan se-
telah beberapa waktu akan menjadi satu kumpulan telur,
jumlahnya dapat mencapal sekltar 48 butlr.
Telur segera menetas klra-klra 24 jam, kemudian larva tumbuh secara pesat dalam lima hari.
Masa pupa seki-
tar enam hari pada musim panas dan 10-14 hari pada waktu
musim dingin (Norris, 1966).
Menurut Johnston dan Tieas,
1922, dalam Sen dan Fletcher, 1962
pada mUSlm semi dan
awal musim panas, waktu yang diperlukan dari stadium telur sampai dewasa sekitar 11-13 bari.
Lalat dewasa makan feses sapi, kerlngat dan sekresl
tubuh yang lain.
Ak tifi tasnya mulai siang hari hingga
senja, sedangkan pada malam hari ia berlstirahat pada
e
11
tanaman (Ferrar, 1979).
Sebagian besar terdapat di pa-
dang rumput dan habitat terbuka.
Musca sorbens tersebar di negara-negara seperti India, Palestina, Iran dan Jepang.
Lalat in! banyak dijumpai di tempat-tempat umum, mellputi pasar, kakus umum, tlmbunan sampah yang basah dan
kandang sapi serta kandang babi.
Ia tidak suka memasuki
rumah seperti Ialat Musca domestica.
Spesies im bertelur pada kotoran kuda, feses manusia, bahan sayuran busuk dan yang utama pada kotoran sapi.
Telur siap menetas dalam waktu 24 jam, sedangkan
larva akan berganti menjadi pupa setelah lima hari.
sa tenang pupa enam har1.
Ma-
Lalat yang baru keluar dar!
pupar1um akan menjadi dewasa kelamin sekitar lima sampai
delapan hari (Awatti, 1921 dalam Sen dan Fletcher, 1922).
Lalat dewasa sering berkerumun di atas bahan-bahan
makanan dan sangat aktif mengikuti manusia untuk mendapatkan keringat atau eksudat yang keluar dar! luka.
stomoxys calci trans atau lalat Kandang
Lalat in! hidup tersebar luas di dunia, dan hidup
dengan menghisap darah hewan berdarah panas.
Hewan yang
sering diserang ialah sap1, kerbau dan kuda (Pascoe, 1974
dalsm Arundel, 1978).
Selain itu mereka juga menyerang
manusia, kellnci, tikus dan kera.
12
Ia mengembangkan keturunannya dengan cara bertelur.
Daur hidupnya di ulai dari telur yang menetas menjadi
larva, kemudian pupa dan akhirnya dewasa.
Ia bertelur di
atas kotoran yang banyak terdapat di kandang-kandang dan
tempat lain dimana kelembaban dan zat organik banyak terdapat, diantaranya kotoran kuda, sapi dan domba.
Tempat
lain yang baik adalah di atas tumpukan jerami atau rumput
kering yang terkontaminasi dengan urine (Ferrar, 1979).
semacam ini sangat ideal, karena lembab.
セ・ュー。エ@
Selain
itu berguna untuk melindunginya dar! kekeringan.
Ukuran lalat kandang kira-kira sebesar lalat rumah,
dapat dibedakan melalui probosisnya yang panjang, kuat
dan lurus ke depan.
Lalat ini berwarna abu-abu, thorax-
nya berbentuk segi empat dengan garis-garis hitam gelap,
rues kedua dan ketiga dari abdomen terdapat tiga titik
yang berwarna hitam gelap.
Telur berwarna putih kotor dengan panjang satu millmeter.
lombang.
Salah satu sudut dan sisi lainnya sedikit berge-
Jumlah telur yang dihasilkan berkisar antara
632 sampai 820 butir telur selama 20 kali bertelur.
Hal
ini akan terjadi pada kondisi yang sesuai dan lalat dalam
keadaan kenyang.
Pada suhu 26°C, lalat bertelur hanya
dalam masa tiga kali bertelur.
Tetapi pada kondisi yang
kurang menguntungkan, setiap ekor lalat kandang akan bertelur sebanyak 23 sampai 102 butir telur selama hidupnya
yang diletakkan dalam waktu empat sampai lima kali bertelur.
13
Pada hari ke 14-26 dengan suhu 21-26 oc, larva akan
berubah menjaOi pupa (kepompong).
Periode pupa di daerah
tidak lebih dari empat hari.
エイッーセウ@
Kopulasi (perkawinan) terjadi dalam seminggu dan telur-telur
セエオ@
dihasilkan selama 18 hari setelah lalat de-
wasa (Hansens, 1951).
Cara mereka mengambil makanannya dengan menghisap
darah selama tiga sampai empat menit sekali hisap.
Volu-
me darah yang diambil ctalam satu kali hisapan berjumlah
0.05-0.10 cc setiap ekor lalat.
Sectangkan di musim panas
ia menghisap darah hingga beberapa kali setiap harinya
(Ferrar, 1979) dan gigitannya menimbulkan rasa sakit yang
menusuk.
Setelah lalat kanctang itu menghisap darah hingga kenyang, mereka mencari tempat-tempat yang disukai untuk
beristirahat dan mencernakan makanannya.
Actapun tempat-
tempat yang disukai oleh mereka adalah di tembok-tembok
dan pohon-pohon serta tempat lain yang terang.
Mereka
lebih menyukai hidup bergerombol di daerah yang terang
daripacta daerah gelap dan jarang berada di padang rumput
terbuka yang jauh dari pekarangan (Ferrar, 1979; Hansens,
1951).
Faktor-faktor kelembaban dan cahaya sangat besar
pengaruhnya terhadap kehidupan dan perkembangan selanjutnya dari lalat kandang ini.
Kanibalisme sering terjadi pada kelompok lalat kandang apabila sedang kelaparan.
Mereka menjadi sangat
14
aktif dan ganas untuk kemudian saling menyerang dan menghisap darah dengan cara melukai bagian perutnya.
Haematobia
exigua (lalat Kerbau)
Lelat kerbau ini tersebar di negara- negara Jepang,
Taiwan, Cina bagian utara, Phillpina, Muangthai, Indonesia, Birma, Ceylon,
Solomon dan Australia.
セョ、Q。L@
Ia ju-
ga lazim terdapat di Papua Nugini.
Spesies yang dewasa menyerang hewan piara terutama
kerbau, sapi dan kuda.
Kadang-kadang lalat ini juga me-
nyerang manusia (Ferrar, 1979).
Panjang tubuhnya kurang lebih empat milimeter, berwarna abu-abu dengan dua garis patah yang berwarna hitam
gelap pada bagian thoraxnya.
Abdomen berwarna kecoklatan
dengan garis longitudinal berwarna kemerahan, dan kakinya
kekuningan (Ferrar, 1979).
Probosis yang panjangnya satu
milimeter berguna untuk menembus dan menghisap darah.
Lelat ini berkembang biak dengan cara bertelur.
Te-
lur-telur i tu diletakkan pada tinja kerbau atau sapi yang
masih segar, ia kurang menyukai tinja kuda sebagai tempat
bertelur.
Segera setelah tinja dikeluarkan, betina yang grafid
cepat hinggap diatas tinja.
Bau dari tinja kerbau lebih
menarik daripada tinja sapi maupun tinja kuda, tetapi ia
tidak tertarik pada tinja carnivora.
Pada waktu bertelur
di atas tinja, lalat i tu bergerak dengan cepat dari
15
permukaan menUju ke pinggir, kemudian secara teratur menuju ke bawah sampai ke dekat permukaan tanah.
Telurnya
diletakkan satu per satu secara berdekatan di atas permukaan t1nja.
Jadi telur 1 tu tidak di tanamkan kuat-kuat d1
atas t1nja (Cook dkk., 1984 dan Ferrar, 1979).
Telur
yang panjangnya 1.2 mm berwarna coklat kekuningan sering
sering ditempatkan pada celah atau di sela-sela tinja.
Lalat bet1na memerlukan waktu untuk bertelur selama dua
sampai tiga menit, jumlahnya mencapai 12-120 butir telur.
Sesudah 1tu ia'merangkak di permukaan tlnja dan terbang
lagi menuju induk semangnya.
Masa inkubasi telur i tu pada umumnya kurang dari 24
jam.
Cook dan Spai (1981) menentukan masa inkubasi pada
Pada suhu 25°C masa セョォオ「。ウQケ@
suhu yang berbeda-beda.
berkisar antara 20 jam 54
21 jam 18 menit,
ュ・セエ「ウ。ーQ@
sedangkan suhu 35°C memerlukan waktu 15 jam 6 menit.
Setelah masa inkubasi terpenuhi, telur akan menetas
menjadi larva.
1a akan makan t1nja dan makan d1 s1 tu.
Pada suhu 27-29 0 C larva akan menjadi dewasa dalam waktu
empat har1 (Cook dkk., 1984).
Para penelit1 dl Australia
telah menemukan bahwa kelembaban
mal untuk hidup
dibawah 50
ャ。イカセN@
セウ「Q@
68
セ@
adalah opt1-
exigua, j1ka kelembaban nisb1
% maka pertumbuhannya akan terhenti.
larva siap menjadi pupa, larva
mencari tempat.
turun
aー。「セャ@
ke tanah dan segera
15
permukaan menuju ke pinggir, kemudian secara teratur menuju ke bawah sampai ke dekat permukaan tanah.
Telurnya
di1etakkan satu per satu secara berdekatan di atas permukaan tinja.
Jadi telur i tu tidak di tanamkan kuat-kuat di
atas tinja (Cook dkk., 1984 dan Ferrar, 1979).
Telur
yang panjangnya 1.2 mm berwarna coklat kekuningan sering
sering ditempatkan pada celah atau di sela-sela tinja.
Lalat betina memerlukan waktu untuk bertelur selama dua
sampai tiga menit, jumlahnya mencapai 12-120 butir telur.
Sesudah i tu iamerangkak di permukaan tinja dan terbang
lagi menuju induk semangnya.
Masa inkubasi telur itu pada umumnya kurang dari 24
jam.
Cook dan Spai (1981) menentukan masa inkubasi pada
suhu yang berbeda-beda.
Pada suhu 25°C masa セョォオ「。ウゥケ@
berkisar antara 20 jam 54 mem tbsampai 21 jam 18 meni t,
sedangkan suhu 35°C memerlukan waktu 15 jam 6 menit.
Setelah masa inkubasi terpenuhi, telur akan menetas
menjadi larva.
1a akan makan tinja dan makan d1 51 tu.
Pada suhu 27-29 0 C larva ekan menjadi dewasa dalam waktu
empat hari (Cook dkk., 1984).
Para peneliti dl Australia
telah menemukan bahwa kelembaban msb1 68
mal untuk hidUP
dibawah 50
セ@
ャ。イカセN@
セ@
adalah opti-
exigua, jika kelembaban nisb!
maka pertumbuhannya akan terhenti.
Apablla
larva siap menjadi pupa, larva turun ke tanah dan segera
mencari tempa t.
16
Pupa yang panjangnya tiga milimeter berwarna cok1at
kemerahan dengan aspek mengkl1at, 'kurang membutubkan kelembaban dibanding dengan larva, babkan jika tubuhnya baaah akan terkena serangannya bakteri.
Selru.n i tu ia peka
terhadap kekeringan, dan tidak menetas dalam temperatur
rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
lalat de。ォエセカゥウ@
wasa adalah intensitas cahaya, arab udara, terutama temperatur dan kelembaban lingkungan (Tillyard, 1931 ttalam
Seddon, 1967).
Pada saat 11ngkungan turun'dibawah 27°C
aktivitasnya menurun dan apabila dibawah 9°C kemungkinan
1alat i tu akan mah.
Menurut William dkk. (1985) bahwa di alam, lalat io1
rentan terhadap temperatur rendah' oleh karena itu ia akan menghilang selama musim dingin.
Keberadaannya terba-
tas pada daerah-daerah yang secara re1atif mempunyai kelembaban tinggi.
Penyebaran lalat io1 selain ditentukan oleh arah angin, terdapat faktor-faktor lain yang menarik datangnya
lalat ialah bau Induk semang, kehangatan dan
ォ・イャョァ。セ@
yang keluar dari induk semang.
Lelat famili Ceratopogoo1dae
Cullcoldes sp.
Culicoides brevi tarsus tersebar dl sepanjang Oueensland kemudian meluas lagi ke daerah utara dan New South
Wales (Campbell dan Kettle, 1979).
Tetapl mereka lebih
17
lazim terdapat di daerah yang panas dan lembab di dekat
pesisir Queensland (Derrington, 1964).
Secara umum lalat ini disebut dengan sandfly atau
agas, berukuran sangat kecil yaitu satu sampa1 tiga milimeter dan bentuk punggungnya bongkok.
Lalat jantan mem-
punyai antena plumose (bulu yang lebat). sebaliknya pada
yang betina antenanya non plumose (tidak berbulu).
Sa yap-
nya pendek dan lebar, bertotol-totol, ditutup oleh bulubulu halus.
Telurnya diletakkan di atas tanaman yang tumbuh dJ. dalam air.
Berbagai spesies mempunyai habitat yang berva-
riasi seperti: lumpur, pasir di tepi muara, sungai, danau,
kolam, daun dan lubang-lubang pohon (William, 1963 aan
Rowley, 1967).
Pada temperatur 6°C beberapa telur akan
menetas dalam waktu enam hari, tetapi pada temperatur 4 0 C
telur tidak
、。ーセ@
menetas meskipun chorion dari beberapa
telur sudah retak sebelum dua
ィ。イセN@
Sedang pada tempera-
tur 16 C, masa inkubasinya akan mencapai
(J obll.ng,
セゥァ。@
hari
1953).
Setelah te1ur-telur itu menetas larva tetap tidak
bergerak selama dua menit.
Bentuk larva panjang dan Pl-
pih, mempunyai duri di bagian ujungnya.
D1 permukaan ta-
nah gerak-geriknya seperti ular, sedangkan di dalam air
1a akan berenang dengan bebas (Jobling, 1953).
tu
Pada wak-
akan menjadi pupa, larva menarik diri dengan durl-dU-
rinya kemudian menuju ke air dangkal atau ke dalam lubang-
s
セN@ ャG@セ \ セNG@ ャGセ@
LセN@
,
.or '
.,
,
"
;;
,; If: '"\
1 '
'l
Gambar 1.
Sik1us Hidup Cu1icoides sp.
Keterangan gambar
I, 2, 3. Sekelompok telur yang dibedakan menurut derajad kelengkunganj ャセN@
.Jckdornpok telUL' yang llerbentuk
lurus; 5. Te1uL' da1am bentuk tungga1j 6. Larva stadium
awal; 7. Larva stadium akhir; 8. Pupa; 9. Dewasa.
19
1ubang basah yang mengandung zat orgao1k.
Pupa 1 tu dili-
puti oleh durl-duri atau tuberke1 di se1uruh permukaan
tubuhnya (Gambar 1).
Ia dapat menyerang hewan sepanjang siang harl, tetapl blasanya mulai sangat mengganggu di waktu sore hari,
kira-klra tlga Jam sebelum matahari terbenam (Pascoe,
1974, dalam Arundel, 1978).
Pada saat cuaca mendung a.au
tldak ada sinar matanarl, mereka secara berke1ompok akan
menyerang hewan dan membentuk kerumunan seperti kabut.
Lalat io1 'sangat aktlf pada suhu antara 9.5-l7.5 0 C,
kemuaian akan menghilang pada hari yang panas dan kerlng.
Selama cuaca tidak menguntungkan 1alat bersembunyi di dekat akar rumput atau celah-ce1ah tanah.
Lalat ramill Slmu1lldae
Dllaporkan darl Australia, bahwa di negara iao1 terdapat dua spesies "black flies" atau lalat hi tam yang menyerang ternak yako1
ウセュオャゥ@
bancrofti.
aオウエイッセュャ@
pesllens dan AustroMereka membentuk gerombolan dan ba-
nyak dijumpai di dekat sungai yang mengallr deras
Tarshis, 1968).
Lalat 101
ukuran tubuh yang kecll seki tar
ュ・ーオョケYNセ@
satu sampai lima
セャュ・エイN@
lubuhnya yang berdada bldang
diliputi oleh bulu-bulu pendek yang berwarna perak keemasan, punggungnya berponok dan sayapnya 1ebar.
Kedua spe-
ales di atas dapat dibedakClIl melalui jumlah segmen
20
antenanya.
Austrosimulium pestilens memiliki lu segmen
sedangkan pada!. bancrofti hanya sembilan segmen.
Lalat ini berbiak pada sungai yang dasarnya
dan mengalir deras.
「・イー。ウセ@
1a mengeluarkan te1ur-telurnya dan
diletakkan di pasir basah (Colbo dan Moorhouse, 1974,
セᆳ
lam Arundel, 1978), akan tetap1 ada beberapa telur yang
pada tanaman air,
、セャ・エ。ォョ@
yang terdapat di dalam air.
セョ。@
dengan cara merendam
ーセョァゥイ@
batu atau benda lain
Hal ini dilakukan lalat beBetina dapat
ッカセーウゥエイョケ。N@
menghasilkan beberapa ratus telur dalam satu jam, telurtelur itu diletakkan menjadi satu oleh zat yang mirip gelatin (Raybould, 1969).
Larva menetas dalam waktu satu sampai dua minggu.
Di alam habitatnya pada tumbuh-tumbuhan, batu-batuan ataHセ。イウィゥL@
u benda-benda yang terletak didasar sungai
1968).
Makanannya antara lain ganggang, protozoa dan
crustacea kecil.
Setelah melalui enam atau tujuh kali
molting, ia akan berubah menjadi pupa yang d1keli11ngl
olleh bahan seperti sutera.
Pupa ini mengaitkan tububnya
pada batang kayu, tetapi sebagian besar di
pohon yang tumbuh dl bawah permukaan
lir.
イ。ョエセァMゥ@
sungal yang menga-
Lelat muda muncul dalam gelembung udara, kemudian
la keluar bergerak
、セ@
sepanjang permukaan air menuju ke
tepi sungai untuk mengeringkan diri, akhirnya siap untuk
terbang.
21
La1at farniE 'l'a banidae
Tabanus sp.
La1at Tabanus merupakan 1a1at berukuran besar, panjangnya aapat meneapai 25-30 mm dengan bentuk tubuh yang
tegap aan sayapnya lebar serta matanya besar berwarna menyo1ok.
Oleh karena 1alat betina menghisap darah, bagian
mulutnya berkembang menjadi alat penggunting dan penghisap, sedangkan lalat jantan makan sari bunga.
セウ@
kelamin dari lalat
ゥセ@
Kedua je-
dapat dibedakan melalui gar1s
pembatas yang mernisahkan kedua matanya.
Pada yang betina
kedua matanya dipisahkan oleh garis pembatas walaupun dengan jarak yang sempi t (dikhoptik) sedangkan lalat jantan
mempunyai mata yang sahng berhimpi tan (holoptik).
Antena terdiri dari dua segmen yang terletak di bagian basal dan yang ketiga berukuran besar, sedangkan
segmen keempat sampai ketujuh berukuran keeil.
Vena-vena pada sayap mempunyai pola yang karakteristik, terutama eabang vena longitudinal keempat,
ーイッ「ウセᆳ
nya mengarah ke bawah berukuran pendek aan 1unak.
Sa yap
yang terang tembus akan mengatup seeara horizontal ketika
istirahat.
Terdapat enam organ yang tergabung menjadi satu digunakan sebagai alat penusuk, terdirl atas:
mandibula yang
ーゥセィ@
sepasang
dan bergerlgi tajam, sepasang maksi-
lla yang bergerigi, hipofarinx dan epifarinx.
Mandibula
digunakan untuk memotong sedangkan maxilla untuk menusuk
22
dan mengoyak jaringan beserta pembuluh darahnya.
Lalat Tabanus lebih suka meletakkan telurnya pada
tumbuh-tumbuhan.
Hal ini titunjang dengan hasil peneli-
tian Tarmudji (1981) bahwa sebagian besar kelompok telur
ditemukan pada rumpun tumbuhan di dekat dinding kandang.
Menunjukkan bahwa lalat Tabanus sp. cenderung mencari
temp at yang paling dekat dengan tempat hinggap untuk me
letakkan telurnya.
Diantara 10 spesies tumbuhan yang ada
kelompok telurnya adalah:
padi, teki rawa, wewehan, gen-
jer, kremah, rumput tuton dan enceng lalaki.
Sedangkan
ttimbuhan yang tidak ada telurnya meliputi kangkung, eceng
gondok dan unyahan.
Ini berati bahwa 70% dari 10 spesies
tumbuhan yang berada di dalam kandang digunakan oleh
lat Tabanus sp. untuk meletakkan telurnya.
ャ。セ@
Patton dan
Cragg (1913) yang dikutip oleh Tarmudji (1981) menyatakan
bahwa hampir semua lalat Tabanidae yang meletakkan telurnya pada bagian tumbuh-tumbuhan, tidak memilih spesies
tumbuhan tertentu.
Bagian daun lebih disukai lalat Tabanus sp. untuk
meletakkan telurnya, diduga karena daun mempunyai permukaan yang re1atif lebih luas dibandingkan dengan permukaan bagian tumbuhan lainnya.
Ia mempunyai kecenderungan
untuk meletakkan telur pada permukaan bawah daun.
Telur-
telur lalat Tabanus sp. yang diletakkan pada bagian tumbuhan atau benda lain disusun rap! dan berlapis-Iapis
menjadi satu kelompok.
23
Menurut Roberts (1952), telur yang panjangnya 2 mm
menetas pada hari ketujuh sampai hari kesepuluh, kemudian
jatuh ke dalam air atau lumpur.
Selain i tu larva terda-
pat kira-kira dua atau tiga inci di atas tanah rawa dan
di sekitar danau, kolam dan sungai (Jones, 1953 dan
l{oberts, 1952).
'1ubuh larva Tabanus terdiri dari 11 segmen, sedang
kan bagian kepalanya tidak begitu jelas.
millki delapan tuberkel.
Tlap segmen me-
Bagian mulut dapat digunakan
untuk memegang dan mengunyah.
Larva lni makan runtuhan
zat organik tetapl ada yang berslfat predator ganas pada
larva insecta,
」。セョァ@
lUnak (Jones, 1953).
atau larva hewan lain yang tubuhnya
Lama stadium larva klra-klra dua
sampai tiga bulan dan mengalami beberapa pergantian kulit.
Pupa berbentuk silindris pada bagian anteriornya dan
berbentuk agak merunclng pada bagian posteriornya.
nya berwarna kuning kecoklat-coklatan.
Umum-
Bentuk kepala dan
thorax mirip imago, sedang baglan perut mempunyai segmen
yang dapat digerak-gerakkan mirlp larva.
Menjelang sta-
dium pupa biasanya larva plndah ke tempat (tanah) kerlng.
stadium pupa membutuhkan waktu antara 10-21 hari.
Lalat Tabanus yang muncu1 dari pupanya segera berlindung diantara daun-daun atau obyek lain dl dekatnya.
Frost (1953) mengatakan bahwc lalat Tabanus banyak
dijumpai pada muslm panas dan terik matahari, terutama di
dekat tempat berkembang blaknya.
Ia sang at aktif pada
24
cuaca panas dan lembab.
Lalat betina terkenal sebagai
penghisap darah, sedangkan yang jantan hanya makan sari
bunga dan cairan tanaman.
seperti:
Mereka menyerang hewan besar,
kerbau, kuda dan sapi.
Sebagai tempat predi-
leksinya adalah bagian samping bawah abdomen, sekitar pusar, kaki dan leher.
Setelah kenyang darah mereka me-
ninggalkan hewan, mencari tempat istirahat pada kulit-kulit kayu, batu-batuan, dinding bangunan atau di bawah
permukaan daun.
Selanjutnya mereka mencari tempat untuk
meletakkan telurnya.
Lalat famili Gasterophilidae
Gasterophilus sp.
l'erdapat enam spesies (jasterophilus pada kuda di berbagal bagian dunia.
ャセァ。@
diantaranya didapatkan di Aus-
tralia, yakni Q. intestinalis, Q. nasalis serta Q. haemorrhoidalis.
sー・ウセ@
yang lain adalah Q. pecorum, Q.
nlgrlcornis dan Q. inermis yang lebih terbatas penyebarannya, untuk kedua spesies yang pertama ditemukan di Asia
bagian selatan (Zumpt, 1965 dalam Arundel, 1978).
Gasterophilus intestinalis in! sangat umum terdapat
di
Australia, sedangkan Q. nasalis juga tersebar di semua
negara bagian walaupun dalam infestasi ringan.
Spesies
Q. haemorrhoidalis dilaporkan hanya dari New South Wales
Victoria dan Australia bagian barat.
25
Ditegaskan oleh Waddel (1972) di Queensland, biasanya
lalat dewasa aktif pada bulan 0eptember sampai Januari.
Pada waktu musim dingin hingga awal musim panas, larva instar pertama dan instar kedua tidak dijumpai dalam lambung
kuda.
Hal im sesuai dengan laporan Drudge (1975) yang di-
kutip oleh Arundel (1978) dari hasil penelitiannya selama
22 tahun di Kentucky, Amerika Serikat.
Populasi larva G.
intestinalis dalam lambung setiap hewan berkisar antara 50
larva pada bulan Desember sampai 229 larva pada bulan Maret dan G. nasalis paling rendah 14 larva pada bulan September sampai 82 larva pada bulan Pebruari.
Lalat Gasterophilus dewasa berukuran besar dengan rambut yang berwarna kuning sampai hi tam, hampir menyerupai
lebah besar, tetapi mereka hanya memiliki satu pasang sayap.
Lalat betina mempunyai ovipositor yang panjang me-
lengkung di bawah abdomen, organ im dapat dikelirukan dengan alat sengat.
Gasterophilus intestinalis meletakkan telurnya yang
berwarna kuning dikaitkan pada bulu kaki depan dan panggul
kuda (Ross, 1932).
Beberapa telur lainnya dikai tkan pada
bulu tengkuk dan punggung, tetapi yang paling digemari yakni di bawah tubuh.
Sedangkan sejumlah telur dapat dijumpai
berada di permukaan bagian medial antara lutut dan kuku kaki depan.
Telur siap menetas pada hari kelima sampai kesepuluh,
memerlukan udara lembab dan ransangan lidah kuda.
Hal im
26
terjadi pada waktu kuda menjilat-jilat tubuhnya.
Perk em-
bangan beberapa telur mengalami hambatan terutama di musim
dingin.
Telur menetas menjadi larva di luar mulut dan te-
tap tinggal di tempat selama seminggu, suatu saat larva akan merayap masuk ke rongga mulut dan menembus lidah bagian anterior (Tolliver dkk., 1974), kemudian bersembunyi di
mukosa pipi selama 24-25 hari.
dari tiga instar.
Perkembangan larva terdiri
Beberapa larva instar pertama bersembu-
nyi dalam kantung di antara gigi serta di antara gusi dengan molar.
セ・ウオ、。ィ@
molting instar kedua akan menempel se-
lama beberapa hari di faring dan di sisi epiglotis, selanjutnya ia pergi menuju lambung.
Dalam waktu lima minggu
ia molting menjadi instar ketiga yang berwarna merah muda
(Waddel, 1972).
Larva dewasa berwarna coklat gelap ikut
bersama tinja, sesudah itu akan berubah menjadi pupa di tanah dalam waktu tiga sampai empat minggu kemudian.
Gasterophilus nasalis meletakkan telurnya yang berwarna kuning pada bulu di antara bawah dagu dan pipi (Gambar
2).
Telur diletakkan membujur pada bulu induk semangnya
dan biasanya setiap bulu mengandung satu butir telur (Beesley, 1974 dalam Soulsby, 1982).
Setiap betina dapat
menghasilkan 300-500 telur yang akan menetas dalam lima
sampai enam hari.
Larva pindah ke bibir dan selanjutnya
menyerbu gusi serta kantong di antara gigi (Tolliver dkk.,
1974).
Tiga sampai empat minggu kemudian mereka masuk ke
dalam lambung menjadi larva yang berwarna kuning pucat, ia
oa\ ..
11\
nact. di 1St
3
PU PA dllam lambung
2
TElUR
セXG@
"" .. '
c
••
••
·..•
•
,•
,,
a..,
I
セ
b
'
,:
,OG@
4
セN@
b
PUPA
DEWASA
menu .. "" hd.
-
セ@
Jf
l----.
セuォオGャr@
IJami
I
Gambar 2.
セ@ セ@
Niセ@
Plmb_uran lOX
2
'
....,.,
:
--.Uhnn Blimi
3
'liJ
c--.
Ukurn .!ami
4
Siklus hidup lalat Gasterophilus
Keterangan gembar
a. Gasterophilus haemorrhoidalis; b. Gastero1hilus nasalis; c. ljasterophlius intestlnalis; 1. la at dewasa;
2. telur; 3. pupa dalam lambung; 4. pupa bersama tinja
28
menempel pad a pilorus dan bagian pertama duodenum.
Seki-
tar 10-11 bulan sesudah menetas, instar ketiga keluar bersama feses dan menjadi pupa di tanah.
Tahap pupa memerlu-
kan waktu 16-64 hari (Hatch dkk., 1976).
Gasterophilus haemorrhoidalis (lalat hidung), menga1tkan telurnya pada bulu-bulu di sekeliling bibir, hidung dan
pipi kuda (Gambar 2).
Telur yang berwarna hitam kecoklatan
akan menetas dalam dua sampai lima hari, lalu masuk ke dalam mulut.
Kemudian mereka meneruskan perjalanan menuju
lambung sampai suatu saat diam di jaringan subepitel dan
menempel pada mucosa terutama di bagian fundus dekat p11orus.
Ia akan menetap di·lambung selama delapan sampai dua
belas bulan.
Sebelum meninggalkan perut, larva sering me-
nempel terlebih dahulu pada rektum selama beberapa hari
dan sesudah itu berubah menjadi pupa.
Menurut Faulkner
dan Kingscote (1934) yang dikutip oleh Arundel (1978) bahwa sejumlah pupa ada yang meninggalkan induk semangnya pada mus1m gugur, tetapi umumnya mereka keluar dar1 dalam perut pada musim semi.
セ・エャ。ィ@
sampai di tanah, tiga sampai
lima minggu kemudian pupa berubah menjadi lalat.
Kutu Famili Trichodectidae
Damalinia egui
Damalinia egui merupakan kutu penggigi t, panjangnya 2
mm, kepalanya pendek dan lebar, membulat dan berbentuk se-
29
tengah lingkaran (Hopkins, 1949 dalam Arundel, 1978).
Tu-
buhnya berwarna coklat kenari kecuali di bagian abdomen
yang berwarna kekuningan dengan garis-garis hitam melintang.
Sepanjang hidupnya kutu penggigi t menetap di tubuh induk semangnya, kecuali apabila terjadi kontak tubuh di antara kuda yang berdekatan, maka kutu-kutu itu dapat pindah
ke kuda yang lain.
Murray (1963) mengatakan bahwa telur-telur yang berada
dalam tubuh kutu· betina tidak akan berkembarig pada suhu di
bawah 16°C dan di atas 44.5 0 C.
Secara umum telur-telurnya dikaitkan pada bulu induk
semang dengan menggunakan zat perekat.
Penyebaran telur i-
ni dipengaruhi oleh faktor temperatur dan diameter bulu.
Telur yang dihasilkan akan berjumlah sedikit bila temperatur permukaan tubuh di atas 39°C, sedangkan pada temperatur
32-37°C akan mencapai jumlah telur yang maksimal (Roberts,
1952).
Menurut Murray (1957) kuda memiliki due jenis bulu
penutup yakni bulu halus yang menutupi anggota badan bagian atas, leher dan kepaIa; dan bulu kasar yang terdapat di
tengkuk, ekor dan kaki bagian bawah.
Damalinia egui ini
tidak dapat mengai tkan telurnya pad a bulu yang bertipe kasar.
Hal ini sesuai dengan pengamatan Murray (1957) bahwa
di tempat-tempat seperti bulu tengkuk dan ekor serta kaki
tidak dijumpai adanya telur-telur kutu tersebut.
Masa inkubasi telur berkisar antara lima sampai 10 ha-
30
rio
Kutu yang baru menetas bentuknya menyerupai kutu dewa-
sa, keeuali dalam ukuran tubuhnya yang lebih keeil.
Seper-
ti halnya kutu dewasa, mereka hanya makan partikel-partikel
dari bulu dan runtuhan lapisan kulit.
Se1ama musim dingin popu1asi kutu kuda semakin meningkat jum1ahnya, hingga meneapai puncaknya pada akhir musim
dingin dan awa1 musim semi (Murray, 1957).
Pada saat da-
tang musim dingin, temperatur tubuh induk semang seeara terus-menerus sesuai untuk perkembangan te1ur, baik telur yang
masih berada di 'da1am tubuh kutu betina maupun untuk te1ur
yang sudah me1ekat di bu1u induk semang.
Hal in1 terbukti
dari kehadiran Damalinia equi yang berjum1ah besar di penghujung musim dingln (Murray, 1963).
Tetapi dengan semakin
naiknya temperatur di musim semi akan menyebabkan rontoknya bulu-bulu kuda.
Sebagai konsekwensinya jumlah kutu di
permukaan tubuh induk semang menjadi berkurang, karena kutu ikut terbawa jatuh bersama bulu-bulu.
Murray (1957) menegaskan bahwa hanya sedikit kutu yang
dapat bertahan hidup pada musim panas, sebab se1ama musim
panas temperatur di dalam lapisan bulu tubuh terutama di
bagian bahu, punggung dan pantat akan tetap tinggi.
Sela-
in terjadinya kematian kutu juga mengakibatkan pengurangan
jum1ah te1ur yang di1etakkan.
Kutu famili Haematopinidae
Haematopinus asini
31
Haematopinus asini
Kutu ini disebut juga sebagai kut).l penghisap, berwarna
coklat kekuningan, panjangnya antara 3-5 mm dan memiliki
bentuk kepala yang panjang dan lonjong.
Pakinya pendek di-
sertai dengan alat kait untuk mencengkeram.
Seluruh hidup dan perkembangannya berlangsung di tubuh
kuda.
Ia seringkali mengaitkan telurnya pada bulu yang ber-
tipe kasar (panjang) terutama sekali di bulu bagian tengkuk,
ujung ekor dan kaki depan (Murray, 1957).
Bacot dan Linzel1 (191S) yang dikutip oleh Sen dan Fletcher (1962) mendapatkan bahwa pada temperatur 29.4 oC sampai 37.SoC masa inkubasi telur kurang lebih dua minggu, tetapi telur akan mati pada. temperatur 49°C selama dua jam.
Telur yang melekat pada bulu yang terlepas akan tahan hidup
selama 20 hari.
Kutu mud a yang baru keluar bergerak per1ahan menuju kulit, di sana mereka mulai menusuk dan mengisap darah, hal ini dilakukan berkali-kali.
Ia akan mencapai bentuk dewasa
setelah melalui tiga stadium nimfa, selanjutnya siap menghasilkan telur dalam waktu 11-12 hari (Murray, 1957).
Parasi t ini akan meningkat jumlahnya dengan cepat pada
musim dingin dan akan berkurang pada saat musim semi waktu
terjadi pergantian bulu.
Kutu penghisap ini lebih umum ter-
dapat di dasar bulu tengkuk dan leher.
'l'ungaU
famili Psoroptidae
32
Psoroptes sp.
Terdapat dua spesies Psoroptes pada kuda, yakni
niculi dan
R.
equi.
セー・ウゥ@
R.
セᆳ
yang pertama disebut dengan
tungau telinga, sedangkan yang kedua menyebabkan masalah
pada kuli t.
Psoroptes equi terdapat pada kuda dan mungkin juga pada keledai dan bagal.
ra Inggris.
Serangannya nampak terbatas di neg a-
Psoroptes cuniculi tersebar luas di dunia dan
menyerang bagian telinga kuda, domba, kambing, keledai dan
bagal.
HjッィョセエL@
Beberapa kejadian telah dilaporkan dari Australia
1963) antara lain di negara bagian Queensland,
Victoria dan Australia bagian Barat.
·Tungau ini berwarna putih sampai kekuning-kuningan,
memiliki empat pasang kaki, yang betina panjangnya kurang
lebih 0.6 mm, sedangkan yang jantan lebih kecil, dapat terlihat dengan mata telanjang, berbentuk bulat lonjong, mempunyai pedikel yang terdiri dari tiga ruas dan sepasang
rambut panjang pad a masing-masing dari ketiga kakinya (Sweatman, 1958 dalam Arundel, 1978).
Psoroptes betina dewasa meletakkan telurnya di pinggir
luka dan menetas dalam waktu satu sampai tiga hari.
Pada
hari kedua dan ketiga larva akan berganti menjadi nimfa,
kemudian menjadi betina dewasa yang segera kawin dalam tiga atau ernpat hari (Hoberts, 1952).
Tungau betina meletak-
kan telur sebanyak 90 butir selama hidupnya yakni sekitar
33
30-40 hari.
Siklus hidup tungau ini dari telur hingga de-
wasa memerlukan waktu 10-12 har!.'
Chorioptes bovis
Tungau Chorioptes ini ukuran tubuhnya kecil dan berbentuk oval.
Koksa pertama dan kedua terpisah dari koksa
ketiga dan keempat.
Pedike1 pada tarsus pertama, kedua dan
keempat pendek tidak bersegmen baik pada jantan maupun betina.
Tungau betina memiliki sepasang setae yang panjang
pada tarsus ketiganya, sedangkan yang jantan mempunyai satu setae panjang dan tarsal sucker.
umum ia terdapat pada kuda-kuda di seluruh duセ・」。イ@
nia, se1ain itu juga terdapat pada sapi dan domba (Gray,
1937).
セゥォャオウ@
hidupnya sama dengan Psoroptes, dapat ber-
kembang sempurna dalam waktu 10 hari.
Bentuk gangguan ektoparasit terhadap induk
semang
Terdapat beberapa jenis ektoparasit yang menyerang
kuda, diantaranya ia1ah 1a1at, kutu dan tungau.
Sejum-
lah ektoparasit ini hampir semuanya menghisap darah untuk kelangsungan hidupnya.
Pada wa
YANG DlTIMBULKANNYA
Oleh
SUTIKNQ
B. 160149
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1986
RINGKASAN
SUTIKNO.
Ektoparasit pada kuda dan masalah yang ditim-
bulkannya (Di bawah bimbingan KOESHARTO).
Ektoparasit merupakan parasit pada ternak yang umumnya menyerang permukaan tubuh, terdiri dari berbagai
jenis misalnya lalat, kutu, nyamuk, caplak dan tungau.
Lalat yang termasuk ordo Diptera yang menyerang
ku-
da meliputi famili Muscidae yakni Musca domestica, Muscavetustissima, Musca sorbens, stomoxys calcitrans dan
matobia exigua.
セᆳ
Lalat yang lain adalah Tabanus sp. (fa-
mili: Tabanidae); Austrosimulium pestilens dan Austrosimulium bancrofti (famili: Simuliidae); Culicoides sp.
(famili: Ceratopogonidae).
Sedangkan famili Gasterophi-
lidae meliputi Gasterophilus intestinalis, Gasterophilus
nasalis dan Gasterophilus haemorrhoidalis.
Selain itu terdapat jenis kutu yang termasuk ordo
Phtiraptera meliputi famili Trichodectidae yakni Damaliョセ。@
egui, famili Haematopinidae yakni Haematopinus asini.
Jenis tungau yang bertindak sebagai ektoparasit kuda
termasuk didalam famili Psoroptidae yaitu Psoroptes egui
dan Chorioptes bovis.
Ektoparasit ini hampir semuanya menghisap darah untuk kelangsungan hidupnya.
Pada waktu itu mereka dapat
bertindak sebagai vektor penyakit.
Adanya ektoparasit pada ternak sangat merugikan, ka,;,
rena selain bertindak sebagai induk semang antara bagi
beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri,
protozoa, cacing maupun jamur, ia dapat juga menyebabkan gangguan ketenangan hewan, menurunkan nafsu makan,
menimbulkan kekurusan dan menurunkan kwalitas kulit.
Sebagai vektor penyakit, vektor yang terpenting adalah 1a1at Tabanus dan StomoxYs ca1citrans yang dapat
menularkan penyakit surra yang disebabkan.oleh Trypanoセ@
evansi.
Disamping itu lalat Musca dapat bertindak
sebagai induk semang antara cacing lambung dan akan menyebabkan bungkul-bungkul pada lambung.
Apabila menye-
rang mat a dapat menimbulkan habronemic conjunctivitis
sedangkan pada 1uka akan menyebabkan habronemic granulomatosa.
Penyakit lainnya yang lebih serius adalah mia-
sis pada lambung karena infestasi larva Gasterophilus.
Dalam perjalanannya menuju lambung, larva tersebut dapat
juga menyebabkan kerusakan berupa kantung-kantung nanah,
peradangan dan luka-1uka di bagian mu1ut sehingga kuda
menjadi kurang nafsu makan.
Gejala kuda yang terkena
seranganlarva Gasterophilus ialah rasa gelisah bahkan
sering menyebabkan kolik.
Dari beberapa masalah yang ada, pengembangan ternak
kuda tidak dapat terlepas dari gangguan penyakit ektoparasit.
01eh karena itu sebagai Dokter Hewan tugas kita
adalah menangani dan menanggulangi masalah ektoparasit
ini, yaitu dengan menurunkan populasi parasit sampai
batas yang tak merugikan.
EKTOPARASIT PADA KUDA DAN MASALAH
YANG DITIMBULKANNYA
S K RIP S I
Oleh
S UTI K N 0
B. 160149
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Dokter Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1986
Judul skripsi
:
EKTOPARASIT PAnA KUnA DAN MASALAH
YANG
ditセイョulkany@
Nama Mahasiswa
SUTIKNO
Nomor pokok
B. 160149
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dr. F. X. Koesharto
Tangga1:
/.3"- iセM
?
8t
RIWAYAT HIDUP
Penulis di1ahirkan pada tangga1 9 Agustus 1960 di
Kediri, Jawa Timur, dari ayah Samidi dan Ibu Kasinem.
Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara.
Pada tahun 1972, penulis menamatkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Banaran, Kediri.
Kemudian
pada tahun 1973 masuk Seko1ah Menengah Pertama Joyoboyo
di Kediri dan 1u1us pada tahun 1975.
Pad a tahun 1976
penu1is me1anjutkan ke Seko1ah Menengah Atas Negeri di
Kediri dan lulus pada tahun 1979.
Penulis berkesempatan menjadi mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor pada tahun 1979
me1a1ui proyek Perintis II.
Pada tahun 1981 semester III
penu1is terdaftar sebagai mahasiswa Faku1tas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor dan lulus sebagai Sarjana
Kedokteran Hewan pada tanggal 21 September 1984.
pernah
Penu1is
terdaftar sebagai asisten luar biasa di jurusan
Parasito1og-i dan Pato1ogi. bagian Entomo1ogi periode tahun 1983-1984 dan 1984-1985.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi
yang dengan berkat, rahmat dan karunianya dapat menyelesaikan skripsi yang sangat sederhana ini.
Senada dengan itu penulis menyampaikanpenghargaan
setinggi-tingginya dan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah berjasa dalam proses
pendidikan dan pembinaan diri dengan ilmu pengetahuan
dan akhlak sejak Sekolah Dasar hingga kini.
Rasa terima kasih khusus penulis haturkan kepada
Bapak Dr. F. X. Koesharto yang dengan tulus hati telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan saran-saran sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
para petugas perpustakaan yang secara tidak langsung
telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini meruPakan syarat untuk memperoleh gelar Dokter Hewan.
Namun karena penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa maupun
isi, maka dengan segala kerendahan hati penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi
ini dan demi terciptanya wawasan berpikir bagi penulis
di masa yang akan datang.
Kepada ayah dan bunda tercinta yang telah berhasil
mendidik penulis dengan jerih payah sejak lahir hingga
kini. ananda haturkan sembah sujud dan cinta kasih de
ngan penuh keterharuan dan rasa hormat seda1am-da1amnya.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi mereka yang membutuhkannya.
Bogor. Desember
Penu1is
1986
DAFTAR lSI
. . . . . . .. . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . .. . .
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Halaman
• • • • •• • • • • • • • • • • • •• • • •••• • • •• • • •
• • • •• • ••• • •••• • • • • • •• •• •• • • • • •• •• •
TINJAUAN PUSTAKA
.. .. . . . .. . .. . .. .. .. .... . . .. ..
4
•• • • • • • • • ••••
4
• •• • •• •• • • • •• • • • • • ••• •••••••••••
8
Jenis ektoparasit pada kuda
Bionomik
1
Bentuk gangguan ektoparasit terhadap induk
•
• • ••• •••• • •• • •• •• ••••• •• •• • ••• •• •
34
PEMBAHASAN
• •• • •• ••• •• •• • •• •• ••• •••• •••• •• •• • •
46
KESIMPULAN
•••••••••••••••••••••••••••••••••••
51
• • • • • • •• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
54
semang
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No.
1.
Judu1
Popu1asi ternak di Indonesia (1974-1984)
Ha1aman
••••
5
DAFTAR GAMBAR
No
Ealaman
Judul
1.
Siklus bidup Culicoides
2.
Siklus bidup lalat Gasterophilus
3.
Dermatitis alergi kuda:
••••••••••••••••••
Dermatitis alergi kulit:
28
permulaan luka
yang terdapat di bagian sisi tubuh
4.
•••••••••
18
•••••••
40
luka parah dengan
kerobekan kulit yang terdapat di
bagian
pantat dan pangkal ekor akibat gigitan
dan gOBokan
5.
••••••••••••••••••••••••••••••
Dermatitis alergi kuda:
40
pada keadaan
khronis bentuk kulit di bagian bahu mengalami kegundulan yang terlihat tebal dan
kasar
••• •• •• •••• • • •• • •• • •• ••••• •• •• ••••• •
41
PENDAHULUAN
Sejak jaman dahulu hewan kuda telah banyak dikenal
di Indonesia.
Di jaman Belanda kuda lebih dikenal seba-
gai hewan pekerja, karena banyaknya kuda yang dipekerjakan di perkebunan orang-orang Belanda pada waktu itu.
Banyak pula kuda-kuda yang dipergunakan oleh opsir-opsir
Belanda yang bertugas diketentaraan sebagai kuda-kuda
tunggang.
Sampai sekarang kuda-kuda tersebut masih kita kenaI
melalui berbagai mac am fungsinya.
Sebagai kuda tarik,
kuda beban maupun kuda pacu.
Fungsi hew an ini sebagai kuda tarik (delman, gerobak) dan kuda beban lebih banyak ki ta jumpai di daerahdaerah dari pada kota besar.
Kuda pacu lebih banyak ki-
ta jumpai di kota-kota besar, untuk perkembangan olah
raga yang peminatnya semakin besar pula.
Hal ini dapat
kita lihat semakin banyaknya kuda-kuda pacu yang dipertandingkan, baik pertandingan yang bersifat nasional maupun internasional.
Mengikuti perkembangan peternakan kuda maka fungsi
Dokter Hewan sebagai pendorong pengembangan sangatlah
diperlukan disini.
Secara umum di Indonesia belum ada kesadaran yang
menyeluruh dari para pemilik llewan :\l:uda untuk membawa
kudanya kepada Dokter Hewan apabila ada kelainan.
Banyak sebab yang mempengaruhi hali ini, antara lain sebab-sebab ekonomis yang terutama didapat pada pemilik
kuda gerobak dan sejenisnya.
Akan tetapi bagi para pe-
milik kUda pacu kesadaran ini tampaknya sudah ada.
Salah satu gangguan kesehatan dapat disebabkan o1eh
penyakit parasite
Berdasarkan tempat hidupnya dibedakan
lagi menjadi dua jenis yakni ektoparasit dan endoparasite
Ektoparasit merupakan parasit pada ternak yang umumnya menyerang permukaan tubuh, terdiri dari berbagai
jenis misa1nya 'la1at, kutu, nyamuk, caplak dan-tungau.
Adanya ektoparasit pada ternak sangat merugikan, karena
bertindak sebagai induk semang perantara atau vektor begi beberapa penyakit lain yang disebabkan oleh:
bakteri, protozoa, cacing maupun jamur.
virus,
Selain itu ek-
toparasit dapat mengganggu ketenangan hewan, menurunkan
na!su makan, menghisap darah sehingga dapat menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh, kekurusan dan menurunkan
kwalitas kulit, sedangkan pada infestasi berat dapat juga menyebabkan kematian.
Sampai saat ini kita memang
belum mempunyai data yang tepat tentang kerugian yang
disebabkan oleh ektoparasit (Keswan, 1983).
Yang penting bagi kita ada1ah bahwa penyakit-penyakit tersebut di at as merugikan sehingga merupakan tugas
kita sebagai Dokter Hewan untuk menangani dan menanggulanginya.
Untuk menanggulangi masalah ektoparasit pada
3
prinsipnya adalah menurunkan populasi (jumlah) ektoparasit sampai batas yang tak merugikan terutama ektoparasit
pengganggu dan yang diduga sebagai vektor penyakit.
Dari sini penulis ingin mengungkapkan sedikit mengenai penyakit ektoparasit pada kuda"karena selama ini
pembahasan tentang penyakit tersebut jarang dilakukan.
Semoga skripsi ini merupakan sumbangan pikiran bagi
mereka yang berminat menyelidiki penyakit ini lebih lanjut.
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum perkembangan populasi kuda di Indonesia
mengalami peningkatan.
Hal ini dapat dilihat dari per-
sentase kenaikan rata-rata mulai tahun 1974-1978 mencapai 0.72%, sedangkan tahun 1979-1983 mencapai 1.61%
(Dirjen Peternakan, 1985).
Dibanding dengan ternak la-
in, jumlah populasi kuda termasuk paling kecil (Tabel 1).
Arthropoda yang dapat bertindak sebagai vektor penyakit yang dipermasalahkan meliputi lalat Musca sp.,
Stomoxys calcitrans dan Tabanus sp.
Penyaki t yang umumnya sering menyerang kuda antara
lain: kudis at au scabies disebabkan oleh tungau, dermatitis alergi oleh "sandfly" (Culicoides sp.) dan lalat
kerbau.
Serangga umumnya tergolong ke dalam phylum Arthropoda yang meliputi lima kelas yakni kelas Crustacea, Insecta (Hexapoda), Arachnida, Chilopoda dan Diplopoda.
Dari kelima kelas ini ektoparasit yang banyak menyebabkan kerugian dan menularkan penyakit termasuk di dalam
kelas insecta dan Arachnida (Keswan, 1978).
Ektoparasit adalah parasit yang hidup di bagian luar dari tubuh induk semang.
Jenis ektoparasit pada kuda
Terdapat berbagai jenis ektoparasit yang menyerang
hewan kuda, serangga itu terdiri dari lalat, kudu dan
J
5
Tabe1 1-
Popu1asi ternak di Indonesia (1974-1984)
(000 ekor)
Tahun
Sapi
perah
Sapi
potong
Kerbau
Kuda
1
2
3
4
5
Kenaikan rata-rata
Pelita I (%)
7.82
-0.18
-4.20
0.03
1974
1975
1976
1977
1978
86
90
87
91
93
6.380
6.242
6.237
6.217
6.330
2.415
2.432
2.284
2.·292
2.312
600
627
631
659
615
Kenaikan rata-rata
Pelita II C%)
+2.03
-0.19
-1.04
+0.72
1979
1980
1981
198211
1983
94
103
113
140
162
6.364
6.440
6.516
6.594
6.660
2.432
2.457
2.488
2.513
2.538
596
616
637
658
665
11.99
1.02
1.90
173
6.741
2.724
Kenaikan rata-rata
Pelita III C%)
1984Keterangan:
*) Angka diperbaiki
It*) Angka semen tara
1.61
672
6
tungau.
Lalat-lalat yang bertindak sebagai ektoparasit
kuda termasuk di dalam famili Muscidae, Tabanidae, Simuliidae, Ceratopogonidae dan Gasterophilidae.
Ordo Diptera dan famili Muscidae meliputi Musca
mestica yang tersebar hampir di seluruh dunia.
££-
Sebagian
besar aktir pada siang hari dan menyukai cahaya matahario
Karena seringnya berada di dalam tempat tinggal ma-
nusia, lalat ini lebih umum disebut sebagai lalat rumah.
Musca vetustissima (lalat semak) merupakan spesies asli
dari Australia.
Selain itu lalat ini dapat dijumpai pu-
la di Papua Nugini.
Sebagian besar terdapat di padang
rumput, semak belukar dan habitat terbuka.
Musca sorbens
tersebar di negara-negara ASia, antara lain India, Palestina, Iran dan Jepang.
Spesies ini sering terdapat di
tempat-tempat umum seperti pasar, kakus umum dan timbunan sampah.
Stomoxys calcitrans tersebar luas di dunia.
Lalat yang sering disebut dengan lalat kandang ini lebih
menyukai hidup bergerombol.
Haematobia exigua (lalat
kerbau) mempunyai ukuran tubuh yang relatir kecil, sekitar empat milimeter.
Ia terdapat di negara-negara Je-
pang, Taiwan, Cina bagian utara, Philipina, Muangthai,
Indonesia, Papua Nugini, Birma, Ceylon, India, Solomon,
dan Australia.
Famili Tabanidae yang suka menyerang ternak kuda
adalah Tabanus sp. (lalat pitak).
Lalat ini tersebar
7
hampir di seluruh dunia.
Ia sangat aktif pada saat cua-
ca panas dan lembab.
Famili Simuliidae yang dilaporkan sebagai penyerang
ternak kuda di Australia yang dikutip oleh Arundel (1978)
yaitu Austrosimulium pestilens dan Austrosimulium
crofti.
セᆳ
Lalat ini sering menggerombol dan banyak dijum-
pal di dekat sungai yang mengalir deras.
Famili Ceratopogonidae yang merupakan ektoparasit
kuda adalah Cu1icoides sp.
Di
1alat ini terセオウエイ。Qゥ@
sebar di sepanjang Queensland sampai ke utara dan New
South Wales (Campbell dan Kettle, 1979).
Ia dapat me-
nyerang sepanjang hari, tetapi sangat mengganggu pada
saat hari mUlai sore.
Famili Gasterophilidae yang termasuk sebagai ektoparasit pada kuda dan yang sering dilaporkan ada1ah
Gasterophilus intestinalis, G. nasalis dan Q. Haemorrhoidalis.
Spesies yang pertama dan kedua umumnya terda-
pat di Australia.
s・、。ョァォセN@
haemorrhoidalis hanya
terdapat di New South Wales, Victoria dan Australia bagian barat.
Kutu yang termasuk ordo Fthiraptera yang menyerang
kuda meliputi famili Trichodectidae yakni Damalinia equi
(kutu penggigit) dan famili Haematopinidae yaitu Haematopinus asini (kutu penghisap).
Jenis tungau yang bertindak sebagai ektoparasit kuda'termasuk didalam famili Psoroptidae.
Spesies tungau
8
tersebut adalah Psoroptes equi dan Chorioptes bovis.
Bionomik
Ektoparasit yang menyerang hewan pelihara dan liar
maupun manusia mempunyai bentuk tubuh, sejarah hidup serta tingkah laku yang khas.
lni adalah akibat penyesuaian
diri terhadap lingkungan hidupnya, guna mempertahankan hi-
dUp serta berkembang biak seterusnya (Keswan, 1978).
Bionomik merupakan siklus hidup parasit yang diawali
mulai dari keluarnya telur sampai berkembang menjadi dewasa serta tingkah lakunya sewaktu masih hidup.
Lalat famili Muscidae
Genus Musca
Lalat jenis Musca yang menyerang kuda adalah Musca
domestica (lalat rumah), Musca vetustissima (llbushf1yll)
dan Musca sorbens (Pascoe, 1974 dalam Arundel, 1978)
Musca domestica tersebar hampir di seluruh dunia.
la
terdapat di Australia, tetapi di Tasmania penyebarannya
kurang.
Panjang tubuhnya berkisar antara empat sampai delapan
mi1imeter.
Bagian scutum dari thorax berwarna coklat ge-
lap sampai hitam dengan empat garis
yang berャッョァセエオ、ゥ。@
warna hi tam, bagian abdomen berwarna jingga tua.
Lalat betina dewasa bertelur pada bahan
ッイァ。セォ@
suk, sampah yang terkontaminas1 oleh feses dan urine.
buKo-
toran kuda yang masih segar merupakan media yang disenangi.
9
Telur berwarna putih dengan panjang 1.20-1.25 mm dan lebarnya 0.25-0.30 mm. jumlahnya dapat meneapai antara 120-
150 butir.
Dalam kondisi yang menguntungkan larva menetas
dalam waktu 12-24 jam (Ferrar. 1979) •
.i.arva instar pertama keeil, langslng, berwarna putih
dengan panjang 1.3-2.6 mm, instar kedua 2.8-6.7 mm, sedangkan yang ketiga berwarna keputihan panjangnya 6.5-
12.5 mm.
Larva menjadi dewasa berkisar antara empat sam-
pai tujuh haria
Perkembangannya mengalami hambatan apabi-
la euaea dingin', lingkungan kering atau persediaan makanan
tidak
Mereka meninggalkan tempat perindukan
ュ・ョ」オォーセN@
kemudian menjadi pupa di tanah (Rockstein dkk., 1965;
Ferrar, 1979).
Periode pupa yang berwarna eoklat kemerahan berkisar
tiga sampai enam hari pada
ュオウセ@
panas.
Lalat dewasa adalah synantropik sejatl, menglkuti manusia di seluruh dunia.
Ia seeara aktif meneari dan mema-
suki rumah-rumah dimana ia hinggap pada sampah dan makanan
(Rockstein dkk., 1965).
Bahan makanan dan sayuran, hewan
yang membusuk, sekresi tubuh dan luka adalah makanan spesies ini.
Sebagian besar dar! mereka aktif di siang hari,
menyukai eahaya dan slnar matahar! dan segera masuk ke dalam tempat tinggal manusia (Ferrar, 1979), te'tapi pada mus1m ding1n jumlahnya mulal berkurang.
Musca vetustlssima adalah spesies asli dari Australia.
Selain dapa t dijumpal di Papua Nugini (Ferrar, 1979).
10
Populasinya tinggi pada mUSlm aanas dan musim rontok, kemudian menghilang di awal mUSlm di'ngin (Norrls, 1966).
Kotoran sapl merupakan media yang disenangl untuk
tempat berblak, tetapl dapat juga pada kotoran domba, kuda onts, anjlng dan manus1a (Ferrar, 1979).
Dlsamplng i-
tu juga pada kotoran babi dan lsi perut ruminan yang telah mati (Norris, 1966).
Tempat perindukan yang disukai lalat dewasa yang sedang grafld yakni feses.
Pada tempat tersebut lalat men-
carl makan sambil mencarl lokasi perletakan telur yang
sesuai.
Apabila sudah mendapatkan tempat, lalat betlna
memasukkan ovipositornya ke dalam celah feses (Ferrar,
1979).
Telur diletakkan satu per satu pada feses dan se-
telah beberapa waktu akan menjadi satu kumpulan telur,
jumlahnya dapat mencapal sekltar 48 butlr.
Telur segera menetas klra-klra 24 jam, kemudian larva tumbuh secara pesat dalam lima hari.
Masa pupa seki-
tar enam hari pada musim panas dan 10-14 hari pada waktu
musim dingin (Norris, 1966).
Menurut Johnston dan Tieas,
1922, dalam Sen dan Fletcher, 1962
pada mUSlm semi dan
awal musim panas, waktu yang diperlukan dari stadium telur sampai dewasa sekitar 11-13 bari.
Lalat dewasa makan feses sapi, kerlngat dan sekresl
tubuh yang lain.
Ak tifi tasnya mulai siang hari hingga
senja, sedangkan pada malam hari ia berlstirahat pada
e
11
tanaman (Ferrar, 1979).
Sebagian besar terdapat di pa-
dang rumput dan habitat terbuka.
Musca sorbens tersebar di negara-negara seperti India, Palestina, Iran dan Jepang.
Lalat in! banyak dijumpai di tempat-tempat umum, mellputi pasar, kakus umum, tlmbunan sampah yang basah dan
kandang sapi serta kandang babi.
Ia tidak suka memasuki
rumah seperti Ialat Musca domestica.
Spesies im bertelur pada kotoran kuda, feses manusia, bahan sayuran busuk dan yang utama pada kotoran sapi.
Telur siap menetas dalam waktu 24 jam, sedangkan
larva akan berganti menjadi pupa setelah lima hari.
sa tenang pupa enam har1.
Ma-
Lalat yang baru keluar dar!
pupar1um akan menjadi dewasa kelamin sekitar lima sampai
delapan hari (Awatti, 1921 dalam Sen dan Fletcher, 1922).
Lalat dewasa sering berkerumun di atas bahan-bahan
makanan dan sangat aktif mengikuti manusia untuk mendapatkan keringat atau eksudat yang keluar dar! luka.
stomoxys calci trans atau lalat Kandang
Lalat in! hidup tersebar luas di dunia, dan hidup
dengan menghisap darah hewan berdarah panas.
Hewan yang
sering diserang ialah sap1, kerbau dan kuda (Pascoe, 1974
dalsm Arundel, 1978).
Selain itu mereka juga menyerang
manusia, kellnci, tikus dan kera.
12
Ia mengembangkan keturunannya dengan cara bertelur.
Daur hidupnya di ulai dari telur yang menetas menjadi
larva, kemudian pupa dan akhirnya dewasa.
Ia bertelur di
atas kotoran yang banyak terdapat di kandang-kandang dan
tempat lain dimana kelembaban dan zat organik banyak terdapat, diantaranya kotoran kuda, sapi dan domba.
Tempat
lain yang baik adalah di atas tumpukan jerami atau rumput
kering yang terkontaminasi dengan urine (Ferrar, 1979).
semacam ini sangat ideal, karena lembab.
セ・ュー。エ@
Selain
itu berguna untuk melindunginya dar! kekeringan.
Ukuran lalat kandang kira-kira sebesar lalat rumah,
dapat dibedakan melalui probosisnya yang panjang, kuat
dan lurus ke depan.
Lalat ini berwarna abu-abu, thorax-
nya berbentuk segi empat dengan garis-garis hitam gelap,
rues kedua dan ketiga dari abdomen terdapat tiga titik
yang berwarna hitam gelap.
Telur berwarna putih kotor dengan panjang satu millmeter.
lombang.
Salah satu sudut dan sisi lainnya sedikit berge-
Jumlah telur yang dihasilkan berkisar antara
632 sampai 820 butir telur selama 20 kali bertelur.
Hal
ini akan terjadi pada kondisi yang sesuai dan lalat dalam
keadaan kenyang.
Pada suhu 26°C, lalat bertelur hanya
dalam masa tiga kali bertelur.
Tetapi pada kondisi yang
kurang menguntungkan, setiap ekor lalat kandang akan bertelur sebanyak 23 sampai 102 butir telur selama hidupnya
yang diletakkan dalam waktu empat sampai lima kali bertelur.
13
Pada hari ke 14-26 dengan suhu 21-26 oc, larva akan
berubah menjaOi pupa (kepompong).
Periode pupa di daerah
tidak lebih dari empat hari.
エイッーセウ@
Kopulasi (perkawinan) terjadi dalam seminggu dan telur-telur
セエオ@
dihasilkan selama 18 hari setelah lalat de-
wasa (Hansens, 1951).
Cara mereka mengambil makanannya dengan menghisap
darah selama tiga sampai empat menit sekali hisap.
Volu-
me darah yang diambil ctalam satu kali hisapan berjumlah
0.05-0.10 cc setiap ekor lalat.
Sectangkan di musim panas
ia menghisap darah hingga beberapa kali setiap harinya
(Ferrar, 1979) dan gigitannya menimbulkan rasa sakit yang
menusuk.
Setelah lalat kanctang itu menghisap darah hingga kenyang, mereka mencari tempat-tempat yang disukai untuk
beristirahat dan mencernakan makanannya.
Actapun tempat-
tempat yang disukai oleh mereka adalah di tembok-tembok
dan pohon-pohon serta tempat lain yang terang.
Mereka
lebih menyukai hidup bergerombol di daerah yang terang
daripacta daerah gelap dan jarang berada di padang rumput
terbuka yang jauh dari pekarangan (Ferrar, 1979; Hansens,
1951).
Faktor-faktor kelembaban dan cahaya sangat besar
pengaruhnya terhadap kehidupan dan perkembangan selanjutnya dari lalat kandang ini.
Kanibalisme sering terjadi pada kelompok lalat kandang apabila sedang kelaparan.
Mereka menjadi sangat
14
aktif dan ganas untuk kemudian saling menyerang dan menghisap darah dengan cara melukai bagian perutnya.
Haematobia
exigua (lalat Kerbau)
Lelat kerbau ini tersebar di negara- negara Jepang,
Taiwan, Cina bagian utara, Phillpina, Muangthai, Indonesia, Birma, Ceylon,
Solomon dan Australia.
セョ、Q。L@
Ia ju-
ga lazim terdapat di Papua Nugini.
Spesies yang dewasa menyerang hewan piara terutama
kerbau, sapi dan kuda.
Kadang-kadang lalat ini juga me-
nyerang manusia (Ferrar, 1979).
Panjang tubuhnya kurang lebih empat milimeter, berwarna abu-abu dengan dua garis patah yang berwarna hitam
gelap pada bagian thoraxnya.
Abdomen berwarna kecoklatan
dengan garis longitudinal berwarna kemerahan, dan kakinya
kekuningan (Ferrar, 1979).
Probosis yang panjangnya satu
milimeter berguna untuk menembus dan menghisap darah.
Lelat ini berkembang biak dengan cara bertelur.
Te-
lur-telur i tu diletakkan pada tinja kerbau atau sapi yang
masih segar, ia kurang menyukai tinja kuda sebagai tempat
bertelur.
Segera setelah tinja dikeluarkan, betina yang grafid
cepat hinggap diatas tinja.
Bau dari tinja kerbau lebih
menarik daripada tinja sapi maupun tinja kuda, tetapi ia
tidak tertarik pada tinja carnivora.
Pada waktu bertelur
di atas tinja, lalat i tu bergerak dengan cepat dari
15
permukaan menUju ke pinggir, kemudian secara teratur menuju ke bawah sampai ke dekat permukaan tanah.
Telurnya
diletakkan satu per satu secara berdekatan di atas permukaan t1nja.
Jadi telur 1 tu tidak di tanamkan kuat-kuat d1
atas t1nja (Cook dkk., 1984 dan Ferrar, 1979).
Telur
yang panjangnya 1.2 mm berwarna coklat kekuningan sering
sering ditempatkan pada celah atau di sela-sela tinja.
Lalat bet1na memerlukan waktu untuk bertelur selama dua
sampai tiga menit, jumlahnya mencapai 12-120 butir telur.
Sesudah 1tu ia'merangkak di permukaan tlnja dan terbang
lagi menuju induk semangnya.
Masa inkubasi telur i tu pada umumnya kurang dari 24
jam.
Cook dan Spai (1981) menentukan masa inkubasi pada
Pada suhu 25°C masa セョォオ「。ウQケ@
suhu yang berbeda-beda.
berkisar antara 20 jam 54
21 jam 18 menit,
ュ・セエ「ウ。ーQ@
sedangkan suhu 35°C memerlukan waktu 15 jam 6 menit.
Setelah masa inkubasi terpenuhi, telur akan menetas
menjadi larva.
1a akan makan t1nja dan makan d1 s1 tu.
Pada suhu 27-29 0 C larva akan menjadi dewasa dalam waktu
empat har1 (Cook dkk., 1984).
Para penelit1 dl Australia
telah menemukan bahwa kelembaban
mal untuk hidup
dibawah 50
ャ。イカセN@
セウ「Q@
68
セ@
adalah opt1-
exigua, j1ka kelembaban nisb1
% maka pertumbuhannya akan terhenti.
larva siap menjadi pupa, larva
mencari tempat.
turun
aー。「セャ@
ke tanah dan segera
15
permukaan menuju ke pinggir, kemudian secara teratur menuju ke bawah sampai ke dekat permukaan tanah.
Telurnya
di1etakkan satu per satu secara berdekatan di atas permukaan tinja.
Jadi telur i tu tidak di tanamkan kuat-kuat di
atas tinja (Cook dkk., 1984 dan Ferrar, 1979).
Telur
yang panjangnya 1.2 mm berwarna coklat kekuningan sering
sering ditempatkan pada celah atau di sela-sela tinja.
Lalat betina memerlukan waktu untuk bertelur selama dua
sampai tiga menit, jumlahnya mencapai 12-120 butir telur.
Sesudah i tu iamerangkak di permukaan tinja dan terbang
lagi menuju induk semangnya.
Masa inkubasi telur itu pada umumnya kurang dari 24
jam.
Cook dan Spai (1981) menentukan masa inkubasi pada
suhu yang berbeda-beda.
Pada suhu 25°C masa セョォオ「。ウゥケ@
berkisar antara 20 jam 54 mem tbsampai 21 jam 18 meni t,
sedangkan suhu 35°C memerlukan waktu 15 jam 6 menit.
Setelah masa inkubasi terpenuhi, telur akan menetas
menjadi larva.
1a akan makan tinja dan makan d1 51 tu.
Pada suhu 27-29 0 C larva ekan menjadi dewasa dalam waktu
empat hari (Cook dkk., 1984).
Para peneliti dl Australia
telah menemukan bahwa kelembaban msb1 68
mal untuk hidUP
dibawah 50
セ@
ャ。イカセN@
セ@
adalah opti-
exigua, jika kelembaban nisb!
maka pertumbuhannya akan terhenti.
Apablla
larva siap menjadi pupa, larva turun ke tanah dan segera
mencari tempa t.
16
Pupa yang panjangnya tiga milimeter berwarna cok1at
kemerahan dengan aspek mengkl1at, 'kurang membutubkan kelembaban dibanding dengan larva, babkan jika tubuhnya baaah akan terkena serangannya bakteri.
Selru.n i tu ia peka
terhadap kekeringan, dan tidak menetas dalam temperatur
rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
lalat de。ォエセカゥウ@
wasa adalah intensitas cahaya, arab udara, terutama temperatur dan kelembaban lingkungan (Tillyard, 1931 ttalam
Seddon, 1967).
Pada saat 11ngkungan turun'dibawah 27°C
aktivitasnya menurun dan apabila dibawah 9°C kemungkinan
1alat i tu akan mah.
Menurut William dkk. (1985) bahwa di alam, lalat io1
rentan terhadap temperatur rendah' oleh karena itu ia akan menghilang selama musim dingin.
Keberadaannya terba-
tas pada daerah-daerah yang secara re1atif mempunyai kelembaban tinggi.
Penyebaran lalat io1 selain ditentukan oleh arah angin, terdapat faktor-faktor lain yang menarik datangnya
lalat ialah bau Induk semang, kehangatan dan
ォ・イャョァ。セ@
yang keluar dari induk semang.
Lelat famili Ceratopogoo1dae
Cullcoldes sp.
Culicoides brevi tarsus tersebar dl sepanjang Oueensland kemudian meluas lagi ke daerah utara dan New South
Wales (Campbell dan Kettle, 1979).
Tetapl mereka lebih
17
lazim terdapat di daerah yang panas dan lembab di dekat
pesisir Queensland (Derrington, 1964).
Secara umum lalat ini disebut dengan sandfly atau
agas, berukuran sangat kecil yaitu satu sampa1 tiga milimeter dan bentuk punggungnya bongkok.
Lalat jantan mem-
punyai antena plumose (bulu yang lebat). sebaliknya pada
yang betina antenanya non plumose (tidak berbulu).
Sa yap-
nya pendek dan lebar, bertotol-totol, ditutup oleh bulubulu halus.
Telurnya diletakkan di atas tanaman yang tumbuh dJ. dalam air.
Berbagai spesies mempunyai habitat yang berva-
riasi seperti: lumpur, pasir di tepi muara, sungai, danau,
kolam, daun dan lubang-lubang pohon (William, 1963 aan
Rowley, 1967).
Pada temperatur 6°C beberapa telur akan
menetas dalam waktu enam hari, tetapi pada temperatur 4 0 C
telur tidak
、。ーセ@
menetas meskipun chorion dari beberapa
telur sudah retak sebelum dua
ィ。イセN@
Sedang pada tempera-
tur 16 C, masa inkubasinya akan mencapai
(J obll.ng,
セゥァ。@
hari
1953).
Setelah te1ur-telur itu menetas larva tetap tidak
bergerak selama dua menit.
Bentuk larva panjang dan Pl-
pih, mempunyai duri di bagian ujungnya.
D1 permukaan ta-
nah gerak-geriknya seperti ular, sedangkan di dalam air
1a akan berenang dengan bebas (Jobling, 1953).
tu
Pada wak-
akan menjadi pupa, larva menarik diri dengan durl-dU-
rinya kemudian menuju ke air dangkal atau ke dalam lubang-
s
セN@ ャG@セ \ セNG@ ャGセ@
LセN@
,
.or '
.,
,
"
;;
,; If: '"\
1 '
'l
Gambar 1.
Sik1us Hidup Cu1icoides sp.
Keterangan gambar
I, 2, 3. Sekelompok telur yang dibedakan menurut derajad kelengkunganj ャセN@
.Jckdornpok telUL' yang llerbentuk
lurus; 5. Te1uL' da1am bentuk tungga1j 6. Larva stadium
awal; 7. Larva stadium akhir; 8. Pupa; 9. Dewasa.
19
1ubang basah yang mengandung zat orgao1k.
Pupa 1 tu dili-
puti oleh durl-duri atau tuberke1 di se1uruh permukaan
tubuhnya (Gambar 1).
Ia dapat menyerang hewan sepanjang siang harl, tetapl blasanya mulai sangat mengganggu di waktu sore hari,
kira-klra tlga Jam sebelum matahari terbenam (Pascoe,
1974, dalam Arundel, 1978).
Pada saat cuaca mendung a.au
tldak ada sinar matanarl, mereka secara berke1ompok akan
menyerang hewan dan membentuk kerumunan seperti kabut.
Lalat io1 'sangat aktlf pada suhu antara 9.5-l7.5 0 C,
kemuaian akan menghilang pada hari yang panas dan kerlng.
Selama cuaca tidak menguntungkan 1alat bersembunyi di dekat akar rumput atau celah-ce1ah tanah.
Lalat ramill Slmu1lldae
Dllaporkan darl Australia, bahwa di negara iao1 terdapat dua spesies "black flies" atau lalat hi tam yang menyerang ternak yako1
ウセュオャゥ@
bancrofti.
aオウエイッセュャ@
pesllens dan AustroMereka membentuk gerombolan dan ba-
nyak dijumpai di dekat sungai yang mengallr deras
Tarshis, 1968).
Lalat 101
ukuran tubuh yang kecll seki tar
ュ・ーオョケYNセ@
satu sampai lima
セャュ・エイN@
lubuhnya yang berdada bldang
diliputi oleh bulu-bulu pendek yang berwarna perak keemasan, punggungnya berponok dan sayapnya 1ebar.
Kedua spe-
ales di atas dapat dibedakClIl melalui jumlah segmen
20
antenanya.
Austrosimulium pestilens memiliki lu segmen
sedangkan pada!. bancrofti hanya sembilan segmen.
Lalat ini berbiak pada sungai yang dasarnya
dan mengalir deras.
「・イー。ウセ@
1a mengeluarkan te1ur-telurnya dan
diletakkan di pasir basah (Colbo dan Moorhouse, 1974,
セᆳ
lam Arundel, 1978), akan tetap1 ada beberapa telur yang
pada tanaman air,
、セャ・エ。ォョ@
yang terdapat di dalam air.
セョ。@
dengan cara merendam
ーセョァゥイ@
batu atau benda lain
Hal ini dilakukan lalat beBetina dapat
ッカセーウゥエイョケ。N@
menghasilkan beberapa ratus telur dalam satu jam, telurtelur itu diletakkan menjadi satu oleh zat yang mirip gelatin (Raybould, 1969).
Larva menetas dalam waktu satu sampai dua minggu.
Di alam habitatnya pada tumbuh-tumbuhan, batu-batuan ataHセ。イウィゥL@
u benda-benda yang terletak didasar sungai
1968).
Makanannya antara lain ganggang, protozoa dan
crustacea kecil.
Setelah melalui enam atau tujuh kali
molting, ia akan berubah menjadi pupa yang d1keli11ngl
olleh bahan seperti sutera.
Pupa ini mengaitkan tububnya
pada batang kayu, tetapi sebagian besar di
pohon yang tumbuh dl bawah permukaan
lir.
イ。ョエセァMゥ@
sungal yang menga-
Lelat muda muncul dalam gelembung udara, kemudian
la keluar bergerak
、セ@
sepanjang permukaan air menuju ke
tepi sungai untuk mengeringkan diri, akhirnya siap untuk
terbang.
21
La1at farniE 'l'a banidae
Tabanus sp.
La1at Tabanus merupakan 1a1at berukuran besar, panjangnya aapat meneapai 25-30 mm dengan bentuk tubuh yang
tegap aan sayapnya lebar serta matanya besar berwarna menyo1ok.
Oleh karena 1alat betina menghisap darah, bagian
mulutnya berkembang menjadi alat penggunting dan penghisap, sedangkan lalat jantan makan sari bunga.
セウ@
kelamin dari lalat
ゥセ@
Kedua je-
dapat dibedakan melalui gar1s
pembatas yang mernisahkan kedua matanya.
Pada yang betina
kedua matanya dipisahkan oleh garis pembatas walaupun dengan jarak yang sempi t (dikhoptik) sedangkan lalat jantan
mempunyai mata yang sahng berhimpi tan (holoptik).
Antena terdiri dari dua segmen yang terletak di bagian basal dan yang ketiga berukuran besar, sedangkan
segmen keempat sampai ketujuh berukuran keeil.
Vena-vena pada sayap mempunyai pola yang karakteristik, terutama eabang vena longitudinal keempat,
ーイッ「ウセᆳ
nya mengarah ke bawah berukuran pendek aan 1unak.
Sa yap
yang terang tembus akan mengatup seeara horizontal ketika
istirahat.
Terdapat enam organ yang tergabung menjadi satu digunakan sebagai alat penusuk, terdirl atas:
mandibula yang
ーゥセィ@
sepasang
dan bergerlgi tajam, sepasang maksi-
lla yang bergerigi, hipofarinx dan epifarinx.
Mandibula
digunakan untuk memotong sedangkan maxilla untuk menusuk
22
dan mengoyak jaringan beserta pembuluh darahnya.
Lalat Tabanus lebih suka meletakkan telurnya pada
tumbuh-tumbuhan.
Hal ini titunjang dengan hasil peneli-
tian Tarmudji (1981) bahwa sebagian besar kelompok telur
ditemukan pada rumpun tumbuhan di dekat dinding kandang.
Menunjukkan bahwa lalat Tabanus sp. cenderung mencari
temp at yang paling dekat dengan tempat hinggap untuk me
letakkan telurnya.
Diantara 10 spesies tumbuhan yang ada
kelompok telurnya adalah:
padi, teki rawa, wewehan, gen-
jer, kremah, rumput tuton dan enceng lalaki.
Sedangkan
ttimbuhan yang tidak ada telurnya meliputi kangkung, eceng
gondok dan unyahan.
Ini berati bahwa 70% dari 10 spesies
tumbuhan yang berada di dalam kandang digunakan oleh
lat Tabanus sp. untuk meletakkan telurnya.
ャ。セ@
Patton dan
Cragg (1913) yang dikutip oleh Tarmudji (1981) menyatakan
bahwa hampir semua lalat Tabanidae yang meletakkan telurnya pada bagian tumbuh-tumbuhan, tidak memilih spesies
tumbuhan tertentu.
Bagian daun lebih disukai lalat Tabanus sp. untuk
meletakkan telurnya, diduga karena daun mempunyai permukaan yang re1atif lebih luas dibandingkan dengan permukaan bagian tumbuhan lainnya.
Ia mempunyai kecenderungan
untuk meletakkan telur pada permukaan bawah daun.
Telur-
telur lalat Tabanus sp. yang diletakkan pada bagian tumbuhan atau benda lain disusun rap! dan berlapis-Iapis
menjadi satu kelompok.
23
Menurut Roberts (1952), telur yang panjangnya 2 mm
menetas pada hari ketujuh sampai hari kesepuluh, kemudian
jatuh ke dalam air atau lumpur.
Selain i tu larva terda-
pat kira-kira dua atau tiga inci di atas tanah rawa dan
di sekitar danau, kolam dan sungai (Jones, 1953 dan
l{oberts, 1952).
'1ubuh larva Tabanus terdiri dari 11 segmen, sedang
kan bagian kepalanya tidak begitu jelas.
millki delapan tuberkel.
Tlap segmen me-
Bagian mulut dapat digunakan
untuk memegang dan mengunyah.
Larva lni makan runtuhan
zat organik tetapl ada yang berslfat predator ganas pada
larva insecta,
」。セョァ@
lUnak (Jones, 1953).
atau larva hewan lain yang tubuhnya
Lama stadium larva klra-klra dua
sampai tiga bulan dan mengalami beberapa pergantian kulit.
Pupa berbentuk silindris pada bagian anteriornya dan
berbentuk agak merunclng pada bagian posteriornya.
nya berwarna kuning kecoklat-coklatan.
Umum-
Bentuk kepala dan
thorax mirip imago, sedang baglan perut mempunyai segmen
yang dapat digerak-gerakkan mirlp larva.
Menjelang sta-
dium pupa biasanya larva plndah ke tempat (tanah) kerlng.
stadium pupa membutuhkan waktu antara 10-21 hari.
Lalat Tabanus yang muncu1 dari pupanya segera berlindung diantara daun-daun atau obyek lain dl dekatnya.
Frost (1953) mengatakan bahwc lalat Tabanus banyak
dijumpai pada muslm panas dan terik matahari, terutama di
dekat tempat berkembang blaknya.
Ia sang at aktif pada
24
cuaca panas dan lembab.
Lalat betina terkenal sebagai
penghisap darah, sedangkan yang jantan hanya makan sari
bunga dan cairan tanaman.
seperti:
Mereka menyerang hewan besar,
kerbau, kuda dan sapi.
Sebagai tempat predi-
leksinya adalah bagian samping bawah abdomen, sekitar pusar, kaki dan leher.
Setelah kenyang darah mereka me-
ninggalkan hewan, mencari tempat istirahat pada kulit-kulit kayu, batu-batuan, dinding bangunan atau di bawah
permukaan daun.
Selanjutnya mereka mencari tempat untuk
meletakkan telurnya.
Lalat famili Gasterophilidae
Gasterophilus sp.
l'erdapat enam spesies (jasterophilus pada kuda di berbagal bagian dunia.
ャセァ。@
diantaranya didapatkan di Aus-
tralia, yakni Q. intestinalis, Q. nasalis serta Q. haemorrhoidalis.
sー・ウセ@
yang lain adalah Q. pecorum, Q.
nlgrlcornis dan Q. inermis yang lebih terbatas penyebarannya, untuk kedua spesies yang pertama ditemukan di Asia
bagian selatan (Zumpt, 1965 dalam Arundel, 1978).
Gasterophilus intestinalis in! sangat umum terdapat
di
Australia, sedangkan Q. nasalis juga tersebar di semua
negara bagian walaupun dalam infestasi ringan.
Spesies
Q. haemorrhoidalis dilaporkan hanya dari New South Wales
Victoria dan Australia bagian barat.
25
Ditegaskan oleh Waddel (1972) di Queensland, biasanya
lalat dewasa aktif pada bulan 0eptember sampai Januari.
Pada waktu musim dingin hingga awal musim panas, larva instar pertama dan instar kedua tidak dijumpai dalam lambung
kuda.
Hal im sesuai dengan laporan Drudge (1975) yang di-
kutip oleh Arundel (1978) dari hasil penelitiannya selama
22 tahun di Kentucky, Amerika Serikat.
Populasi larva G.
intestinalis dalam lambung setiap hewan berkisar antara 50
larva pada bulan Desember sampai 229 larva pada bulan Maret dan G. nasalis paling rendah 14 larva pada bulan September sampai 82 larva pada bulan Pebruari.
Lalat Gasterophilus dewasa berukuran besar dengan rambut yang berwarna kuning sampai hi tam, hampir menyerupai
lebah besar, tetapi mereka hanya memiliki satu pasang sayap.
Lalat betina mempunyai ovipositor yang panjang me-
lengkung di bawah abdomen, organ im dapat dikelirukan dengan alat sengat.
Gasterophilus intestinalis meletakkan telurnya yang
berwarna kuning dikaitkan pada bulu kaki depan dan panggul
kuda (Ross, 1932).
Beberapa telur lainnya dikai tkan pada
bulu tengkuk dan punggung, tetapi yang paling digemari yakni di bawah tubuh.
Sedangkan sejumlah telur dapat dijumpai
berada di permukaan bagian medial antara lutut dan kuku kaki depan.
Telur siap menetas pada hari kelima sampai kesepuluh,
memerlukan udara lembab dan ransangan lidah kuda.
Hal im
26
terjadi pada waktu kuda menjilat-jilat tubuhnya.
Perk em-
bangan beberapa telur mengalami hambatan terutama di musim
dingin.
Telur menetas menjadi larva di luar mulut dan te-
tap tinggal di tempat selama seminggu, suatu saat larva akan merayap masuk ke rongga mulut dan menembus lidah bagian anterior (Tolliver dkk., 1974), kemudian bersembunyi di
mukosa pipi selama 24-25 hari.
dari tiga instar.
Perkembangan larva terdiri
Beberapa larva instar pertama bersembu-
nyi dalam kantung di antara gigi serta di antara gusi dengan molar.
セ・ウオ、。ィ@
molting instar kedua akan menempel se-
lama beberapa hari di faring dan di sisi epiglotis, selanjutnya ia pergi menuju lambung.
Dalam waktu lima minggu
ia molting menjadi instar ketiga yang berwarna merah muda
(Waddel, 1972).
Larva dewasa berwarna coklat gelap ikut
bersama tinja, sesudah itu akan berubah menjadi pupa di tanah dalam waktu tiga sampai empat minggu kemudian.
Gasterophilus nasalis meletakkan telurnya yang berwarna kuning pada bulu di antara bawah dagu dan pipi (Gambar
2).
Telur diletakkan membujur pada bulu induk semangnya
dan biasanya setiap bulu mengandung satu butir telur (Beesley, 1974 dalam Soulsby, 1982).
Setiap betina dapat
menghasilkan 300-500 telur yang akan menetas dalam lima
sampai enam hari.
Larva pindah ke bibir dan selanjutnya
menyerbu gusi serta kantong di antara gigi (Tolliver dkk.,
1974).
Tiga sampai empat minggu kemudian mereka masuk ke
dalam lambung menjadi larva yang berwarna kuning pucat, ia
oa\ ..
11\
nact. di 1St
3
PU PA dllam lambung
2
TElUR
セXG@
"" .. '
c
••
••
·..•
•
,•
,,
a..,
I
セ
b
'
,:
,OG@
4
セN@
b
PUPA
DEWASA
menu .. "" hd.
-
セ@
Jf
l----.
セuォオGャr@
IJami
I
Gambar 2.
セ@ セ@
Niセ@
Plmb_uran lOX
2
'
....,.,
:
--.Uhnn Blimi
3
'liJ
c--.
Ukurn .!ami
4
Siklus hidup lalat Gasterophilus
Keterangan gembar
a. Gasterophilus haemorrhoidalis; b. Gastero1hilus nasalis; c. ljasterophlius intestlnalis; 1. la at dewasa;
2. telur; 3. pupa dalam lambung; 4. pupa bersama tinja
28
menempel pad a pilorus dan bagian pertama duodenum.
Seki-
tar 10-11 bulan sesudah menetas, instar ketiga keluar bersama feses dan menjadi pupa di tanah.
Tahap pupa memerlu-
kan waktu 16-64 hari (Hatch dkk., 1976).
Gasterophilus haemorrhoidalis (lalat hidung), menga1tkan telurnya pada bulu-bulu di sekeliling bibir, hidung dan
pipi kuda (Gambar 2).
Telur yang berwarna hitam kecoklatan
akan menetas dalam dua sampai lima hari, lalu masuk ke dalam mulut.
Kemudian mereka meneruskan perjalanan menuju
lambung sampai suatu saat diam di jaringan subepitel dan
menempel pada mucosa terutama di bagian fundus dekat p11orus.
Ia akan menetap di·lambung selama delapan sampai dua
belas bulan.
Sebelum meninggalkan perut, larva sering me-
nempel terlebih dahulu pada rektum selama beberapa hari
dan sesudah itu berubah menjadi pupa.
Menurut Faulkner
dan Kingscote (1934) yang dikutip oleh Arundel (1978) bahwa sejumlah pupa ada yang meninggalkan induk semangnya pada mus1m gugur, tetapi umumnya mereka keluar dar1 dalam perut pada musim semi.
セ・エャ。ィ@
sampai di tanah, tiga sampai
lima minggu kemudian pupa berubah menjadi lalat.
Kutu Famili Trichodectidae
Damalinia egui
Damalinia egui merupakan kutu penggigi t, panjangnya 2
mm, kepalanya pendek dan lebar, membulat dan berbentuk se-
29
tengah lingkaran (Hopkins, 1949 dalam Arundel, 1978).
Tu-
buhnya berwarna coklat kenari kecuali di bagian abdomen
yang berwarna kekuningan dengan garis-garis hitam melintang.
Sepanjang hidupnya kutu penggigi t menetap di tubuh induk semangnya, kecuali apabila terjadi kontak tubuh di antara kuda yang berdekatan, maka kutu-kutu itu dapat pindah
ke kuda yang lain.
Murray (1963) mengatakan bahwa telur-telur yang berada
dalam tubuh kutu· betina tidak akan berkembarig pada suhu di
bawah 16°C dan di atas 44.5 0 C.
Secara umum telur-telurnya dikaitkan pada bulu induk
semang dengan menggunakan zat perekat.
Penyebaran telur i-
ni dipengaruhi oleh faktor temperatur dan diameter bulu.
Telur yang dihasilkan akan berjumlah sedikit bila temperatur permukaan tubuh di atas 39°C, sedangkan pada temperatur
32-37°C akan mencapai jumlah telur yang maksimal (Roberts,
1952).
Menurut Murray (1957) kuda memiliki due jenis bulu
penutup yakni bulu halus yang menutupi anggota badan bagian atas, leher dan kepaIa; dan bulu kasar yang terdapat di
tengkuk, ekor dan kaki bagian bawah.
Damalinia egui ini
tidak dapat mengai tkan telurnya pad a bulu yang bertipe kasar.
Hal ini sesuai dengan pengamatan Murray (1957) bahwa
di tempat-tempat seperti bulu tengkuk dan ekor serta kaki
tidak dijumpai adanya telur-telur kutu tersebut.
Masa inkubasi telur berkisar antara lima sampai 10 ha-
30
rio
Kutu yang baru menetas bentuknya menyerupai kutu dewa-
sa, keeuali dalam ukuran tubuhnya yang lebih keeil.
Seper-
ti halnya kutu dewasa, mereka hanya makan partikel-partikel
dari bulu dan runtuhan lapisan kulit.
Se1ama musim dingin popu1asi kutu kuda semakin meningkat jum1ahnya, hingga meneapai puncaknya pada akhir musim
dingin dan awa1 musim semi (Murray, 1957).
Pada saat da-
tang musim dingin, temperatur tubuh induk semang seeara terus-menerus sesuai untuk perkembangan te1ur, baik telur yang
masih berada di 'da1am tubuh kutu betina maupun untuk te1ur
yang sudah me1ekat di bu1u induk semang.
Hal in1 terbukti
dari kehadiran Damalinia equi yang berjum1ah besar di penghujung musim dingln (Murray, 1963).
Tetapi dengan semakin
naiknya temperatur di musim semi akan menyebabkan rontoknya bulu-bulu kuda.
Sebagai konsekwensinya jumlah kutu di
permukaan tubuh induk semang menjadi berkurang, karena kutu ikut terbawa jatuh bersama bulu-bulu.
Murray (1957) menegaskan bahwa hanya sedikit kutu yang
dapat bertahan hidup pada musim panas, sebab se1ama musim
panas temperatur di dalam lapisan bulu tubuh terutama di
bagian bahu, punggung dan pantat akan tetap tinggi.
Sela-
in terjadinya kematian kutu juga mengakibatkan pengurangan
jum1ah te1ur yang di1etakkan.
Kutu famili Haematopinidae
Haematopinus asini
31
Haematopinus asini
Kutu ini disebut juga sebagai kut).l penghisap, berwarna
coklat kekuningan, panjangnya antara 3-5 mm dan memiliki
bentuk kepala yang panjang dan lonjong.
Pakinya pendek di-
sertai dengan alat kait untuk mencengkeram.
Seluruh hidup dan perkembangannya berlangsung di tubuh
kuda.
Ia seringkali mengaitkan telurnya pada bulu yang ber-
tipe kasar (panjang) terutama sekali di bulu bagian tengkuk,
ujung ekor dan kaki depan (Murray, 1957).
Bacot dan Linzel1 (191S) yang dikutip oleh Sen dan Fletcher (1962) mendapatkan bahwa pada temperatur 29.4 oC sampai 37.SoC masa inkubasi telur kurang lebih dua minggu, tetapi telur akan mati pada. temperatur 49°C selama dua jam.
Telur yang melekat pada bulu yang terlepas akan tahan hidup
selama 20 hari.
Kutu mud a yang baru keluar bergerak per1ahan menuju kulit, di sana mereka mulai menusuk dan mengisap darah, hal ini dilakukan berkali-kali.
Ia akan mencapai bentuk dewasa
setelah melalui tiga stadium nimfa, selanjutnya siap menghasilkan telur dalam waktu 11-12 hari (Murray, 1957).
Parasi t ini akan meningkat jumlahnya dengan cepat pada
musim dingin dan akan berkurang pada saat musim semi waktu
terjadi pergantian bulu.
Kutu penghisap ini lebih umum ter-
dapat di dasar bulu tengkuk dan leher.
'l'ungaU
famili Psoroptidae
32
Psoroptes sp.
Terdapat dua spesies Psoroptes pada kuda, yakni
niculi dan
R.
equi.
セー・ウゥ@
R.
セᆳ
yang pertama disebut dengan
tungau telinga, sedangkan yang kedua menyebabkan masalah
pada kuli t.
Psoroptes equi terdapat pada kuda dan mungkin juga pada keledai dan bagal.
ra Inggris.
Serangannya nampak terbatas di neg a-
Psoroptes cuniculi tersebar luas di dunia dan
menyerang bagian telinga kuda, domba, kambing, keledai dan
bagal.
HjッィョセエL@
Beberapa kejadian telah dilaporkan dari Australia
1963) antara lain di negara bagian Queensland,
Victoria dan Australia bagian Barat.
·Tungau ini berwarna putih sampai kekuning-kuningan,
memiliki empat pasang kaki, yang betina panjangnya kurang
lebih 0.6 mm, sedangkan yang jantan lebih kecil, dapat terlihat dengan mata telanjang, berbentuk bulat lonjong, mempunyai pedikel yang terdiri dari tiga ruas dan sepasang
rambut panjang pad a masing-masing dari ketiga kakinya (Sweatman, 1958 dalam Arundel, 1978).
Psoroptes betina dewasa meletakkan telurnya di pinggir
luka dan menetas dalam waktu satu sampai tiga hari.
Pada
hari kedua dan ketiga larva akan berganti menjadi nimfa,
kemudian menjadi betina dewasa yang segera kawin dalam tiga atau ernpat hari (Hoberts, 1952).
Tungau betina meletak-
kan telur sebanyak 90 butir selama hidupnya yakni sekitar
33
30-40 hari.
Siklus hidup tungau ini dari telur hingga de-
wasa memerlukan waktu 10-12 har!.'
Chorioptes bovis
Tungau Chorioptes ini ukuran tubuhnya kecil dan berbentuk oval.
Koksa pertama dan kedua terpisah dari koksa
ketiga dan keempat.
Pedike1 pada tarsus pertama, kedua dan
keempat pendek tidak bersegmen baik pada jantan maupun betina.
Tungau betina memiliki sepasang setae yang panjang
pada tarsus ketiganya, sedangkan yang jantan mempunyai satu setae panjang dan tarsal sucker.
umum ia terdapat pada kuda-kuda di seluruh duセ・」。イ@
nia, se1ain itu juga terdapat pada sapi dan domba (Gray,
1937).
セゥォャオウ@
hidupnya sama dengan Psoroptes, dapat ber-
kembang sempurna dalam waktu 10 hari.
Bentuk gangguan ektoparasit terhadap induk
semang
Terdapat beberapa jenis ektoparasit yang menyerang
kuda, diantaranya ia1ah 1a1at, kutu dan tungau.
Sejum-
lah ektoparasit ini hampir semuanya menghisap darah untuk kelangsungan hidupnya.
Pada wa