Kritik Penafsiran Interpretasi Persiapan Penelitian .1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Mochamad Hendra Sukmana, 2014 Dari Dwi Tunggal Sampai Dwi Tanggal “Kajian Historis Mengenai Dinamika Hubungan Politik Ir. Soekarno – Drs. Moh. Hatta 1945 - 1956” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Situs ini menceritakan mengenai dinamika hubungan yang terjalin antara kedua belah negara belah pihak antara Ir. Soekarno dan Moh Hatta. Selain itu, pada tanggal 18 maret 2012 penulis juga mengunjungi situs http:www.setneg.go.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=232Itemi d=76. Situs tersebut membahas mengenai rekontruksi kronologis bagaimana masing – masing kedua tokoh tesebut berperan sebagai perannya masing masing sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

3.3.5 Kritik

Tahap berikutnya setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber heuristik, adalah melaksanakan kritik sumber. Pada tahap ini, penulis melakukan kritik terhadap sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh, baik sumber utama maupun sumber penunjang lainnya. Dalam usaha mencari kebenaran truth, sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan untuk membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar palsu, apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil Sjamsuddin 2007: 131. Untuk itu diperlukan kritik atas sumber-sumber sejarah tersebut. Dalam metode historis, kritik sumber dibagi menjadi dua macam yaitu kritik eksternal dan internal. Tahap pertama dalam melakukan kritik sumber yaitu kritik eksternal, yang merupakan cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah tersebut. Penulis dalam hal ini menggunakan sumber sekunder, maka penulis tidak melakukan kritik pada dokumen melainkan pada sumber turunan dalam bentuk buku. Dalam melakukan kritik eksternal, penulis merujuk pada pendapat Ismaun 2005: 50 bahwa kritik eksternal bertugas menjawab tiga pertanyaan mengenai sumber: 1. Apakah sumber itu memang sumber yang kita kehendaki? 2. Apakah sumber itu asli atau turunan? 3. Apakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah? Mochamad Hendra Sukmana, 2014 Dari Dwi Tunggal Sampai Dwi Tanggal “Kajian Historis Mengenai Dinamika Hubungan Politik Ir. Soekarno – Drs. Moh. Hatta 1945 - 1956” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2.6 Penafsiran Interpretasi

Tahap interpretasi atau penafsiran merupakan tahap pemberian makna terhadap fakta-fakta yang telah dikumpulkan penulis dan kemudian disusun sesuai permasalahan yang dikaji. Peneliti memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah atau data-data yang diperoleh dari hasil kritik eksternal maupun internal. Kemudian fakta yang telah diperoleh tersebut dirangkai dan dihubungkan satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras dimana peristiwa yang satu dimasukkan ke dalam konteks peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya Ismaun, 2005: 59-60. Hal tersebut agar memberikan keberartian atau kebermaknaan yang kemudian dituangkan dalam penulisan yang utuh. Merujuk pendapat Sjamsuddin 2007: 164 terdapat dua macam cara penafsiran yang ada kaitannya dengan faktor-faktor pendorong sejarah yaitu: Determinisme dan kemauan bebas manusia serta kebebasan manusia mengambil keputusan. Di antara bentuk-bentuk penafsiran deterministik itu ialah determinisme rasial, penafsiran geografis, interpretasi ekonomi, penafsiran orang besar, penafsiran spiritual atau idealistik, penafsiran ilmu dan teknologi, penafsiran sosiologi dan penafsiran sintesis. Berdasarkan hal tersebut, ditinjau dari bentuk-bentuk penafsiran, terjadinya hubungan yang dinamis antara Ir. Soekarno dengan Drs. Moh Hatta dapat dikelompokkan sebagai penafsiran “orang besar”. Penafsiran “orang besar” yang penulis pilih dalam penyusunan skripsi ini adalah didasarkan pada kebijakan-kebijakan Soekarno yang diambil selama periode Demokrasi Terpimpin yang mengarah kepada berbagai konfrontasi dengan negara- negara lain sehingga memunculkan pengaruh terhadap hubungan Indonesia dengan Uni Soviet. Presiden atau negarawan adalah pemegang kekuasaan utama dalam sebuah negara dan memiliki otoritas terhadap dikeluarkannya suatu kebijakan. Seluruh langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memudahkan dalam proses menafsirkan dan sebagai bentuk rekonstruksi yang menggambarkan “Dinamika Hubungan Politik Ir. Soekarno – Drs. Moh. Hatta 1945- 1956 ”. Mochamad Hendra Sukmana, 2014 Dari Dwi Tunggal Sampai Dwi Tanggal “Kajian Historis Mengenai Dinamika Hubungan Politik Ir. Soekarno – Drs. Moh. Hatta 1945 - 1956” Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4 Laporan Penelitian Historiografi