Semiotika Sosial Hukum Bertabaruj Pada Kuku Bagi Wanita Muslimah Dalam Program Berita Islami Masa Kini Dan Mozaik Islam Trans Tv

SEMIOTIKA SOSIAL HUKUM BERTABARUJ PADA KUKU
BAGI WANITA MUSLIMAH DALAM PROGRAM BERITA
ISLAMI MASA KINI DAN MOZAIK ISLAM TRANS TV
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi
Islam (S.Kom.I)

Disusun oleh :
Nur Fajri Rahmawati
NIM. 1112051100023

KOSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M

ABSTRAK
Nur Fajri Rahmawati
SEMIOTIKA SOSIAL HUKUM BERTABARUJ PADA KUKU BAGI
WANITA MUSLIMAH DALAM PROGRAM BERITA ISLAMI MASA KINI

DAN MOZAIK ISLAM TRANS TV
Stasiun televisi swasta Trans TV memiliki program tayangan Islami di
antaranya Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam. Kedua tayangan tersebut
menyampaikan seputar tuntunan Islam. Dalam kasus ini tayangan tersebut,
menyampaikan tentang hukum memakai pewarna kuku yang halal dan tidak halal,
namun terjadi perbedaan dalam hal mengenai hukum memakai pewarna kuku.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini memunculkan pertanyaan
mayor dan minor. Adapun pertanyaan mayornya adalah bagaimana analisis Semiotika
Sosial hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita Muslimah dalam program Berita
Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans TV? Sementara, pertanyaan minor adalah
Bagaimana program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans TV
mengonstruksi pemberitaan tentang hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita
Muslimah dilihat dari segi medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana?
Penelitian yang digunakan adalah paradigma konstruktivis dengan pendekatan
kualitatif. Kemudian peneliti menggunakan metode penelitian Semiotika Sosial
M.A.K Haliday dalam memaknai teks sebuah berita dan menelaah sistem tanda
berupa bahasa yang dihasilkan oleh manusia.
Melalui metode Semiotika Sosial M.A.K Halliday, dapat dicari data, berupa:
medan wacana yang menggambarkan sistuasi apa yang diwacanakan oleh Berita
Islami Masa Kini dan Mozaik Islam mengenai hukum bertabruj pada kuku bagi

wanita Muslimah. Pelibat wacana pada berita tersebut dilihat dari siapa saja yang
terlibat dalam teks tersebut. Selain itu, bagaimana peran dan kedudukan narasumber
yang dicantumkan pada teks tersebut. Sarana wacana menggambarkan bagaimana
Beriman dan Mozaik Islam menggunakan gaya bahasa dalam penulisan naskah
hukum bertabruj pada kuku bagi wanita Muslimah .
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa medan wacana Berita Islami Masa
Kini dan Mozaik Islam, keduanya sama-sama membahas tentang hukum memakai
pewarna kuku dan hukum memanjangkan kuku bagi wanita muslimah. Pelibat
Wacana di Berita Islami Masa Kini, seluruh sumber yang diambil selalu didiskusikan
oleh produser dengan Ustad Badrussalam untuk kebenaran hadits dan ayat al-quran
yang digunakan. Mozaik Islam melibatkan ustad apabila terdapat pertanyaan yang
sifatnya masih membutuhkan jawaban dari seorang yang ahli. Peran terpenting dalam
penentuan naskah mozaik terdapat pada Produser. Tentang hukum memakai pewarna
kuku tersebut terdapat ustad Zacky Mirza. Sarana wacana dari kedua program
tersebut terdapat majas penjelasan, majas pertentangan dan majas perbandingan.
Kata kunci: Berita Islami Masa Kini, Mozaik Islam, Pewarna kuku, Semiotika Sosial

i

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmannirrahim
Assalammualaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh
Alhamdulillahhirobbil’alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan kepada
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya yang begitu banyak,
sehingga dengan ridhonya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam senantiasa selalu terlimpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW
yang telah memberikan banyak perubahan kepada para umatnya, dari zaman jahiliyah
menuju zaman penuh ilmiyah seperti saat ini.
Peneliti telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Semiotika Sosial Hukum
Bertabaruj Pada Kuku Bagi Wanita Muslimah Dalam Program Berita Islami Masa
Kini dan Mozaik Islam Trans TV,” yang disusun sebagai tugas akhir pendidikan
Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Peneliti secara khusus ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua
orangtua, yaitu ibunda Sugiarti dan ayahanda Muhammad Zar’an yang telah
memberikan semangat dan kasih sayang, serta doa yang tidak pernah hentinya untuk
peneliti. Semoga Allah mengampuni kesalahannya, memberikan kesehatan dan
senantiasa dalam perlindungan Allah SWT.
Kemudian skripsi ini tentu tidak serta merta terselesaikan dengan baik tanpa
keterlibatan para pihak yang dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini memberikan
bantuan dan kerjasamanya. Berhubungan dengan hal ini, peneliti ingin mengucapkan

banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam mewujudkan
kebahagiaan tersebut, ucapan itu ditunjukkan kepada;
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A., Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dr. Suparto, M.Ed Ph.D., Wakil Dekan II Bidang Administrasi

ii

Umum Dra. Hj. Roudhonah, M.Ag., serta Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaaan Dr. Suhaimi, M.Si.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si, serta Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. yang telah
meluangkan waktunya untuk sekedar berkonsultasi dan meminta bantuan
dalam hal perkuliahan.
3. Dosen pembimbing Skripsi, Siti Nurbaya, M.Si., yang telah bersedia
meluangkan

waktunya

untuk


membimbing,

mengarahkan

dan

memberikan banyak pelajaran, serta menyemangati peneliti dengan
kesabaran untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
4. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu-ilmu yang sangat
bermanfaat bagi peneliti.
5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah menyediakan buku serta fasilitas lainnya, sehingga peneliti
mendapat banyak referensi dalam penelitian ini.
6. Rini Tora selaku Produser Berita Islami Masa Kini dan Irene Iriawati
selaku Produser Mozaik Islam Trans TV yang telah memberikan waktu
dan bantuannya yang telah membantu dalam wawancara. Semoga Allah
membalas semua amal dan kebaikan mereka.

7. Reza Firmansyah dan Kyla Elsa Putri, adik peneliti yang selalu
menghibur, memberi semangat dan memberikan bantuan dalam bentuk
apapun sehingga peneliti dapat menyelesaikan peneliti ini dengan baik.
8. Teman sekaligus sahabat peneliti Umi Kulsum dan Maimunah Permata
Hati Hasibuan sahabat di Jurusan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah.
Terimakasih untuk sahabat peneliti yang selalu menemani,memberi
masukan, memberi semangat dan bersedia menerima keluh kesah peneliti.
Semoga persahabatan dan tali silaturahim kita tidak akan pernah terputus
sampai kapanpun.

iii

9. Teman-teman Jurnalistik 2012 yang telah berjuang bersama-sama dalam
mengikuti perkuliahan selama hampir empat tahun. Terima kasih atas
pertemanan, pembelajaran dan pengalaman yang telah diberikan kepada
peneliti.
10. Dedi Fahrudin, M.Ikom., General Manger Komunitas Dakwah dan
Komunikasi Televisi (DNKTV), serta teman-teman dan adik-adikku
sakalian yang telah memberikan pengalaman dan berbagi ilmu seputar
dunia pertelvisian.

11. Teman bimbingan Savinnatun Naja dan Syifa Maharani, jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam yang selalu memberi semangat dan
berjuang bersama peneliti.
12. KKN MAHAMERU 2012 yang sudah berbagi pengalaman yang tidak
terlupakan. Semoga silahturahmi yang terjalin akan tetap terjaga
selamanya.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung,
mendo’akan dan meluangkan waktu untuk berbagi informasi dalam menyusun
skripsi, sehingga skripsi ini terselesaikan. Semoga Allah SWT membalas semua
kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal.
Peneliti menyadari skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan, namun
peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikannya dengan
baik. semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalammualaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.
Jakarta, 20 Juni 2016

Nur Fajri Rahmawati

iv


DAFTAR ISI

ABSTRAK …………...………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Latar Belakang Masalah ………………………………………………....
Batasan dan Rumusan Masalah ………………………………………….
Tujuan Penelitian ………………………………………………………...

Manfaat Penelitian ……………………………………………………….
Metodologi Penelitian ……………………………………………………
Tinjauan Pustaka …………………………………………………………
Sistematika Penulisan ……………………………………………………

1
5
6
6
7
16
18

BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Semiotika Sosial ………………………………………………………….
1. Pengertian Semiotika …………………………………………………
2. Semiotika Sosial M.A.K Halliday ……………………………………
B. Definisi Hukum Bertabaruj pada Kuku ………………………………….
1. Definisi Hukum ………………………………………………………
2. Macam-macam Hukum dalam Islam …………………………………

3. Bertabaruj ……………………………………………………………..
4. Menghias Kuku Menurut Islam ……………………………………….
C. Televisi Sebagai Media Pemberitaan ……………………………………...
D. Konstruksi Sosial Media Massa …………………………………………...
E. Majas sebagai Gaya Bahasa ……………………………………………….

20
20
23
29
29
29
34
39
40
44
47

BAB III GAMBARAN UMUM
A. Trans TV Sebagai Televisi Swasta di Indonesia …………………………. 58

B. Berita Islami Masa Kini ………………………………………………….. 61
1. Deskripsi Berita Islam Masa Kini ……………………………………. 61
2. Pelaku Industri dalam Program Berita Islami Masa Kini …………….. 62
C. Mozaik Islam ……………………………………………………………... 65

v

1. Deskripsi Mozaik Islam ………………………………………………. 65
2. Pelaku Industri dalam Program Mozaik Islam ………………………. 66
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Medan Wacana (Field of Discourse)........................................................... 73
Analisis Data Berita Islami Masa Kini……………………………………. 73
1. Analisis Data 1………………………………………………………… 73
2. Analisis Data 2 ………………………………………………………... 77
Anlisis Data Mozaik Islam ………………………………………………... 80
1. Analisis data 1 ……………………………………………………….... 81
2. Analisis data 2 ……………………………………………………….... 85
B. Pelibat Wacana (Tenor of Discourse)…………………………………….. 89
Analisis Data Berita Islami Masa Kini …………………………………… 89
1. Analsis Data 1 ………………………………………………………... 89
2. Analisis Data 2 ……………………………………………………….. 91
Analisis Data Mozaik Islam ……………………………………………… 94
1. Analisis Data 1 ……………………………………………………….. 94
2. Analisis Data 2 ……………………………………………………….. 96
C. Sarana Wacana (Mode of Discourse)……………………………………... 98
Analisis Data Berita Islami Masa Kini …………………………………… 99
1. Analisis Data 1 ……………………………………………………….. 99
2. Analisis Data 2 ………………………………………………….......... 102
Analisis Data Mozaik Islam ……………………………………………… 105
1. Analisis Data 1 ……………………………………………………….. 106
2. Analisis Data 2 ……………………………………………………….. 109
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 117
B. Saran …………………………………………………………………….... 119
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………......... 120
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………………… 123

vi

DAFTAR TABLE

Tabel 1 Rekap Analisis Semiotika Sosial Berita Islami Masa Kini
Table 2 Rekap Analisis Semiotika Sosial Mozaik Islam
Tabel 3 Kerangka Analisis Data Medan Wacana Berita Islami Masa Kini
Tabel 4 Kerangka Analisis Data Medan Mozaik Islam
Table 5 Kerangka Analisis Data Pelibat Wacana Berita Islami Masa Kini
Table 6 Kerangka Analisis Data Pelibat Mozaik Islam
Table 7 Kerangka Analisis Data Sarana Wacana Berita Islam Masa Kini
Table 8 Kerangka Analisis Data Sarana Wacana Mozaik Islam

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Elemen Makna Pierce
Gambar 2 Proses Konstruksi Sosial Media Massa
Gambar 3 Logo Trans TV

viii

1

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah
PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) adalah stasiun televisi
swasta di bawah naungan Trans Corp dan dimiliki oleh CT Corp yang
mengudara secara nasional di Indonesia. Trans TV yang merupakan salah
satu televisi Indonesia ini banyak membuat tayangan Islami, beberapa
program tersebut di antaranya Islam itu indah, Berita Islami Masa Kini
(Beriman),

Mozaik

Islam,

Basmallah

dan

Ummat.

Tayangan

religi/bernuansa Islam tersebut tiap harinya selalu ditayangkan secara
berurutan.
Dari beberapa program nuansa Islami di atas peneliti tertarik ingin
meneliti tentang konstruksi media yang dilakukan dalam masing-masing
tayangan Beriman dan Mozaik Islam yang dalam pembahasan tersebut
tentang hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita. Bertabaruj adalah
seorang wanita yang menampakan kecantikannya kepada yang bukan
mahramnya. Bertabaruj berarti berhias dengan memperlihatkan kecantikan
dan menampakkan keindahan tubuh dan kecantikannya kepada yang
bukan mahramnya. Bertabaruj dapat berupa pada cara berpakaian dan cara
wanita berhias.1

1

hal. 30.

Abdullah Taslim, Tabaruj:Hijaber Wanita Modern, (Bekasi: Rumah Ilmu, cet ke-2, 2014),

2

Dalam tayangan Berita Islami Masa Kini hukum memakai pewarna
kuku yang halal dan tidak halal dinilai tidak diperbolehkan (haram) dan
dianggap bertabaruj karena dapat memamerkan kecantikan wanita,
sedangkan di program Mozaik Islam

hukum memakai pewarna kuku

diperbolehkan walau dengan syarat tertentu. Bagi wanita yang telah
menikah diperbolehkan memakai pewarna kuku kutek, inay, dan hena
apabila mendapatkan ijin suaminya, namun bagi yang akan menikah
disunahkan baginya memakai inay atau hena.

Bagi wanita yang belum

menikah diperolehkan baginya memakai kutek, apabila telah terjadi masa
haid dan diperbolehkan memakai inay atau hena karena tidak mengganggu
masuknya air saat hendak berwudhu.
Banyak televisi yang menggunakan sarana penyebaran komunikasi
sebagai alat untuk menyampaikan informasi dakwah atau religi ke
masyarakat. Penggunaan media Islam

untuk kepentingan umat Islam

diberi jargon sebagai dakwah di antaranya yakni Trans TV yang
merupakan salah satu media yang paling banyak membuat program
dakwah atau dengan nuansa Islam .
Di antara berbagai program religi Trans TV terdapat tayangan
produksi Berita Islami Masa Kini yang saat ini tayang Senin sampai
Jumat, tayangan tersebut setiap harinya tayang dua kali, pada siang hari
pukul 11.30 – 12.00 dan tayang kembali pada pukul 17.00 – 17.30.
Selanjutnya akan dilanjutkan kembali oleh tayangan program Mozaik

3

Islam yang sama-sama menyampaikan program religi yang tayang pada
Senin sampai dengan Jumat pukul 18.00 – 18.30.
Keberadaan televisi di masyarakat saat ini sangat strategis karena
membentuk sistem jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi yang saat
ini beroperasi semakin bergerak dari jaringan komunikasi tradisional
(lama) kepada jaringan komunikasi modern (baru).
Kedudukan media massa memiliki pengaruh yang besar terhadap
kehidupan masyarakat melalui tayangan ataupun pemberitaan yang telah
dibuat oleh media massa. Mengutip pendapat pakar komunikasi Rogers &
Shoemaker, Masduki dan Muzayin Nazarudin menyatakan, komunikasi
adalah proses pesan yang disampaikan dari sumber kepada penerima.
Komunikasi yang menyebar melalui media massa akan memiliki dampak
vertikal (mengalami taraf internalisasi/penghayatan) apalagi jika para
tokoh (opinion-leaders) ikut menebarkannya. Pakar komunikasi lain,
Lazarfield, menyatakan bahwa jalannya pesan melalui media massa akan
sangat memengaruhi masyarakat penerimanya. Dampak media terhadap
pembentukan budaya Islami amat kuat terutama melalui televisi.”2

Program Berita Islami Masa Kini (Beriman) berisi berita tentang
perkembangan Islam terkini. Mozaik Islam Trans TV adalah sebuah
program acara religi yang edukatif dan informatif. Mozaik Islam akan
menguak beragam informasi penting dan menarik dari seluruh dunia yang
2

Masduki dan Muzayin Nazaruddin, Media, Jurnalisme dan Budaya Populer,(Yogyakarta:
Prodi Komunikasi UII dan UI press, 2008), h.89-90

4

berkaitan dengan agama Islam. Stasiun televisi yang paling sering
menampilkan acara relegi, yakni Trans TV yang perharinya bisa tayang
berkali-kali.
Tayangan program religi Beriman dan Mozaik Islam merupakan jenis
produksi acara televisi soft news atau berita lunak yang merupakan segala
informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam,
namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita bentuk soft news
terpisah programnya dengan hard news.
Pada tayangan Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam, berita yang
disampaikan sama-sama diambil dari media youtube, namun dalam
penempatan program yang telah dibuat di Trans TV program Berita Islami
Masa Kini masuk kedalam jenis program produksi bukan berita (non
news), sedangkan Mozaik Islam masuk ke dalam bentuk berita (news).
Dari berbagai program tayangan televisi, masing-masing program
memiliki kriteria penyampaian dalam menyampaikan tayangannya.
Masing-masing memiliki kriteria pemahaman, penyampaian seputar
tayangan yang berbeda tentang khilafiyah dalam persoalan fikh yang
dianut pada masing-masing tayangan dalam konteks berita yang
disampaikan.
Setiap program pasti memiliki motivasi dan tujuan di balik setiap teks
yang dibuat, entah motif ideologis, idealis, ekonomis, ataupun politis.
Dalam hal ini dapat ditemukan melalui gaya bahasa yang digunakan,
strategi pengemasan dan soal pemuatan berita tersebut. Dalam teks

5

memiliki maksud dari yang disampaikan. Fakta yang dipakai dalam teks
yang dibuatnya tergantung pada pertimbangan faktor eksternal dan
internal.3
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian

dengan

BERTABARUJ
DALAM

judul

SEMIOTIKA

SOSIAL

HUKUM

PADA KUKU BAGI WANITA MUSLIMAH

PROGRAM

BERITA

ISLAMI

MASA

KINI DAN

MOZAIK ISLAM TRANS TV .

B.

Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk memermudah dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah
penelitian dan memfokuskan penelitian tayangan tentang konstruksi media
yang dilakukan dalam episode hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita,
yang menurut Islam arti bertabaruj adalah memamerkan kecantikannya
(wanita) kepada yang bukan mahramnya. Hal ini difokuskan oleh peneliti
dalam program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans TV
dalam episode hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti
merumuskan masalah secara umum yang berkaitan dengan judul
3

Ibnu Hamad, Konstruksi RealitasPolitik dalam Media Massa, (Jakarta: Granit, 2004), hal. 6.

6

tentang Bagaimana program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik
Islam Trans TV mengonstruksi pemberitaan tentang hukum bertabaruj
pada kuku bagi wanita Muslimah dilihat dari segi medan wacana,
pelibat wacana dan sarana wacana?

C.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, penelitian ini
memiliki tujuan secara umum adalah untuk mendeskripsikan hasil analisis
Semiotika Sosial yang terdiri atas medan wacana, pelibat wacana dan
sarana wacana dalam episode hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita
pada program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans TV .

D.

Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti teliti tujuannya agar
khalayak mendapatkan infomasi yang bermanfaat serta mendidik
melalui tayangan Berita Islami Massa Kini dan Mozaik Islam.
Memberikan pengetahuan metode tentang studi Semiotika Sosial
konstruksi media Islam,

serta mengetahui isi tayangan televisi

terhadap suatu kasus dan cara pandang khlayak media dalam melihat
penggambaran media melalui sebuah peristiwa yang disampaikan.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada pemikiran

7

instusi media televisi dalam tayangan berita seputar dunia Islam
dalam menyampaikan informasi kepada khalayak.
b. Manfaat Teoritik
Sebagai bahan referensi tentang tayangan religi yang
bermanfaat. Selain itu juga sebagai penjelas dari konstruksi media,
berbagai tayangan religi di tiap televisi yang hadir di masyarakat
belakangan ini. Sebagai sumbangan dari perspektif akademis
pengembangan ilmu komunikasi pada umumnya dan pengembangan
ilmu jurnalistik pada khususnya dengan memfokuskan penelitian
dengan teknik analisis Semiotika Sosial, bagaimana suatu media
memaknai sebuah peristiwa melalui sebuah teks di media.

E.

Metodelogi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Dasar pemikiran yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah paradigma konstruktivis, yang menyatakan bahwa kebenaran
suatu realitas sosial dilihat sebagi hasil konstruksi sosial, dan
kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif.
Paradigma, menurut Dani Vardiansyah, adalah sesuatu dilihat
sebagai cara pandang atau pemikiran seseorang terhadap diri dan

8

lingkungannya yang akan memengaruhi dalam berfikir, bersikap dan
bertingkah laku.4
Paradigma merupakan suatu cara pandang untuk memahami
kompleksitas dunia nyata, bagaimana cara melakukan sesuatu yang
harus sesuai, penting dan masuk akal. Hal tersebut dapat dikatakan
sebagai dasar pemikiran awal untuk melakukan sesuatu.
Paradigma berisikan dasar pemikiran yang di dalamnya terdapat
sistem

keyakinan

dasar

yang

berlandaskan

asumsi

ontologi,

epistomologi, dan metodelogi. Paradigma dapat membantu peneliti
untuk mencari jawaban atas pertanyaan tentang apa itu, hakikat antarpeneliti dan realitas, serta cara peneliti mengetahui realitas.
Dalam mengemukakan sistem keyakinan dasar pada peneliti
konstruktivis sesuai dengan Guba mengasumsi ontologi ialah realitivis
– realitas ada dalam bentuk konstruksi mental yang bersifat ganda,
didasarkan secara sosial dan pengalaman, lokal dan khusus bentuk dan
isinya, tergantung pada mereka yang mengemukakannya. 5 Dasar
pemikiran konstruktivis tersebut menganggap bahwa suatu realitas
terbentuk karena adanya konstruksi dengan melihat perbedaan yang
terjadi dari luar kemudian diterapkan dalam kenyataan kehidupan.

4

Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta:PT.Indeks,
2005), h.27.
5
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi aksara, 2013), h. 50.

9

2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

adalah

pendekatan kualitatif yang mencari makna dibalik data, di mana
peneliti ingin menganalisis Semiotika Sosial hukum bertabaruj pada
kuku bagi wanita dalam program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik
Islam TransTV.
Menggunakan cara penelitian

berfikir indukatif, yaitu cara

berpikir yang berangkat dari hal-hal yang khusus (fakta empiris)
menuju hal-hal yang umum (tataran konsep) merupakan suatu
pendekatan kualitatif.6 Secara umum penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain sebagainya, secara holistik dan dengan
cara deskrispi alam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah.7
Dalam tradisi penelitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu
pengetahuan tidak sederhana apa yang terjadi pada penelitian
kuantitaif, karena sebelum hasil-hasil penelitian kualitatif memberi
sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahapan penelitian kualitatif
melampaui berbagai tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana

6
7

Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:Kencana, 2007), h.192.
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remaja karya, 2007), h. 4-6.

10

seseorang peneliti memulai berpikir secara induktif, yaitu menangkap
berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan di
lapangan, menganalisisnya dan kemudian berupaya melakukan
teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu.
Peneliti menjadi berpikir induktif untuk menemukan jawaban logis
terhadap apa yang sedang menjadi pusat perhatian dalam penelitian
dan akhirnya produk berpikir induktif menjadi jawaban sementara
terhadap apa yang dipertanyakan dalam penelitian dan menjadi
perhatian itu, jawaban tersebut dinamakan dengan berfikir induktifanalitis.8

3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis
Semiotika Sosial dengan menggunakan model M.A.K Halliday.
Metode analisis teks dapat dilakukan dengan menggunakan semiotika,
dalam penerapannya metode semiotika memperhatikan aspek sebuah
teks yang berbentuk suatu tanda berupa kata, istilah,frase, gambar,
ataupun suatu cara penulisan bahkan penyembunyian maksud tertentu.
Semiotika sosial merupakan pendekatan yang memberi tekanan pada
konteks sosial, yaitu pada fungsi sosial yang menentukan bentuk
bahasa dan bagaimana perkembangannya. Metode ini menekankan

8

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2007), h.6.

11

pada bahasa yang dijadikan sebagai suatu proses. Proses terciptanya
sesuatu dengan sebuah bahasa.
Istilah „Semiotika Sosial’ dapat dipandang sebagai suatu istilah
yang memperjelas suatu ideologi umum atau sikap cendikia, suatu
sudut pandangan yang konseptual tentang pokok masalahnya.
Semiotik digunakan untuk memberikan batasan sudut pandang, yang
digunakan untuk melihat bahasa, yaitu bahasa sebagai salah satu dari
sejumlah sistem makna yang secara bersama-sama membentuk budaya
manusia.9
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana media
massa televisi Trans TV mengonstruksi realitas pada tayangan hukum
bertabaruj dalam suatu peristiwa menjadi sebuah berita. Penelitian ini
mengenai episode tentang hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita
dalam tayangan Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans TV
dalam mengonstruksiberita yang digunakan dalam masing-masing
program.

4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah Program siaran Berita Islami Masa Kini
dan Mozaik Islam Trans TV. Objek penelitiannya adalah teks berita
dalam episode hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita di Berita
9

M.A.K. Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, konteks, dan Teks: Aspek-aspek bahasa
dalam pandangan semiotika sosial, (Yogyakarta: Copyright Gadjah mada university press, 1992), hal.
3-5.

12

Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans TV, berikut berita yang
diteliti:
a. Berita Islami masa kini dengan judul “Benarkah ada kutek
halal bagi wanita muslimah”, pada 14 Mei 2015
b. Berita Islami masa kini dengan judul “Rahasia kuku dalam
Islam ”. pada 10 Desember 2015
c. Mozaik Islam dengan judul “Pentingnya merawat kuku
menurut Islam ”, pada 8 Februari 2014
d. Mozaik Islam dengan judul “Cat kuku yang halal dan tidak
halal menurut Islam ”, pada 15 September 2015.

5. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu terhitung
dari Januari hingga Maret 2016. Sehubung dengan subjek penelitian
yang merupakan media massa televisi dalam analisis Semiotika Sosial,
maka peneliti akan melakukan wawancara penelitian di PT Televisi
Transformasi Indonesia, Gedung Transmedia, Jl. Kapten P. Tendean
Kav. 12-14A, Jakarta selatan.

6. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara

13

Salah satu teknik pegumpulan data yang digunakan oleh
peneliti adalah wawancara, untuk mendapatkan jawaban dari
pertanyaan peneliti. Wawancara tersebut dilakukan peneliti kepada
Produser Berita Islam

Masa Kini yaitu Rini Tora dan Produser

Mozaik Islam yaitu Irene Iriawati.
b. Observasi
Metode

pengumpulan

data

observasi,

metode

tersebut

dilakukan peneliti pada saat peneliti melakukan Pratek Kerja
Lapangan (PKL) pada stasiun televisi Trans TV. Observasi tersebut
dilakukan peneliti pada masa PKL peneliti pada

2 November 2015

hingga 2 Januari 2015. Obeservasi dilakukan peneliti dengan
mengamati, menanyakan dan mencari tahu kepada crew yang berkerja
pada program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans Tv.
Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan
adanya tujuan yang ingin dicapai. Pada dasarnya tujuan dari observasi
adalah untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktivitasaktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam
lingkungan tersebut berserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan,
serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat
tersebut.
c. Dokumentasi
Selanjutnya teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti
adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi yang dilakukan oleh

14

peneliti data dicari dengan melihat Jurnal-jurnal penelitian tetang
subjek penelitian yang akan diteliti oleh peneliti.

Peneliti juga

melakukan penelitian pustaka (library research) dengan mencari
kutipan-kutipan pernyataan para tokohnya di media televisi yang
sesuai dengan judul penelitian. Sebagai bahan informasi atau data
sebagai bahan penunjang wawancara peneliti.
Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan
data kualitatif yang dilakukan oleh peneliti dengan melihat atau
menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau
oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah
salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu
media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung
oleh subjek yang bersangkutan.

7. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis yang digunakan oleh
peneliti adalah model analisis semiotika M.A.K Halliday. Pada
umumnya Semiotika Sosial digunakan untuk menafsirkan konteks
sosial teks, yaitu lingkungan terjadinya pertukaran mana dengan
menggunakan konsep-konsep sebagai berikut:10
10

M.A.K. Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, konteks, dan Teks: Aspek-aspek bahasa
dalam pandangan semiotika sosial, (Yogyakarta: Copyright Gadjah mada university press, 1992),
hal.16.

15

a. Medan wacana
Merujuk pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan
sosial yang sedang berlangsung. Apa yang disibukkan oleh
para pelibat, yang dalamnya bahasa ikut serta sebagai unsur
pokok tertentu sebagai penentuan maksud dari kesimpulan
pembahasan yang terkandung dalam suatu konteks.
b. Pelibat wacana
Merujuk pada orang-orang yang mengambil bagian, pada
sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka. Jenisjenis hubungan peranan apa yang terdapat di antara para
pelibat, termasuk hubungan-hubungan tetap dan sementara,
baik jenis peranan tuturan yang mereka lakukan dalam
percakapan maupun rangkaian keseluruhan hubunganhubungan yang secara kelompok mempunyai arti penting
yang melibatkan mereka.
c. Sarana wacana
Merujuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal
yang diharapkan oleh para pelibat diperankan bahasa dalam
situasi itu. Organisasi simbolik teks, kedudukan yang
dimilikinya, dan fungsinya dalam konteks, termasuk
salurannnya (apakah dituturkan atau dituliskan atau
semacam gabungan keduanya) dan juga mode retorikanya
yaitu apa yang akan dicapai teks berkenaan dengan pokok

16

pengertian

seperti

bersifat

membujuk,

menjelaskan,

medidik dan semacamnya.

8. Pedoman Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini mengacu pada buku pedoman yang
berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Pedoman tersebut dipakai penulis untuk mengikuti aturan
tentang keseragaman penulisan karya ilmiah. Buku pedoman karya
ilmiah Hamid Nasuhi dan kawan-kawan diterbitkan oleh CeQDA
(Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

F.

Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini peneliti menemukan beberapa tinjauan
pustaka yang pembahasannya mendekati apa yang diteliti oleh penulis.
Beberapa diantaranya yaitu:
a. Judul skripsi “Analisis Semiotika Sosial pemberitaan
pernikahan beda agama pada Asmirandah dengan Jonnas
Rivano di situs Tempo.co”, oleh Ika Suci Agustin Jurusan
Konsentrasi Jurnaistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Persamaan
skripsi ini yaitu peneliti yang juga menggunakan metode

17

analisis semiotika sosial, namun subyek dan obyek berbeda
dengan yang diteliti oleh peneliti.
b. Judul skripsi “Representasi Dakwah Melalui Sejarah Islam,
Analisis Semotika Sosial Buku Mengenal Islam

For

Beginners Karya Ziauddin Sardar ”, oleh Inda Nurshadrina
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Persamaan skripsi ini yaitu peneliti yang juga
menggunakan metode analisis semiotika sosial, namun
subyek dan obyek berbeda dengan yang diteliti oleh
peneliti.
c. Jurnal komunikasi dengan judul “Efektivitas Komunikasi
Antar Persona dalam devisi Produksi Program Berita
Islami Masa Kini di Trans TV”, oleh Arianti Wulandari
dan S Bekti Istiyanto yang diterbitkan oleh Universitas
Jendal Soedirman, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Persamaan dalam jurnal ini yaitu tentang subyek yang
digunakan sama-sama Berita Islami Masa Kini Trans TV,
namun penelitian yang dilakukan berbeda dengan yang
diteli oleh peneliti.
d. Jurnal dengan judul “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis
dan Analisis Wacana Kritis”, oleh Anang Santoso jurusan
sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri

18

Malang. Persamaan dalam jurnal ini terletak pada metode
Semiotika Sosialnya, sedangkan objek dan subyeknya
berbeda.

G.

Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui secara global tentang penulisan ini, maka
sistematika penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
Bab I. Bab ini berisi Pendahuluan yang mencangkup dari Latar
Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat penelitian, Metodelogi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penulisan.
Bab II. Bab ini berisi kerangka teori yang meliputi Definisi Semiotika,
Semiotika Sosial M.A.K Halliday, Definisi hukum Bertabaruj pada kuku,
Definisi Pemberitaan, Definisi Konstruksi Media dan Macam-Macam
Majas sebagai Gaya Bahasa.
Bab III. Bab ini berisi profil media massa Trans TV sebagai televisi
swasta di Indonesia, Gambaran umum tentang program Berita Islami masa
kini,dan Gambaran umum tentang program Mozaik Islam .
Bab IV. Bab ini berisi analisis semiotika sosial yang membahas
tentang Semiotika Sosial hukum bertabaruj pada kuku bagi wanita pada
program Berita Islami Masa Kini dan Mozaik Islam Trans TV, dengan
cara mengurai relitas objektif pemberitaan tentang hukum bertabaruj pada
kuku bagi wanita,temuan penelitian menggunakan analisis semiotika

19

sosial M.A.K Halliday yang dilihat dari medan wacana, pelibat wacana,
dan sarana wacana.
Bab V. Bab ini berisi penutup yang memuat kesimpulan penelitian
dan sekaligus untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam
perumusan masalah, serta menyampaikan saran-saran dan lampiranlampiran yang terkait dengan penelitian.

20

BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Semiotika Sosial
1. Pengertian Semiotika
Semiotika pada dasarnya adalah suatu cara atau tahapan yang
dilakukan untuk mencari sesuatu melalui suatu tanda agar dapat
menjawab suatu penelitian. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari
sederetan luas objek-objek, peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai
tanda.
Semiotik adalah suatu model dari ilmu pengetahuan sosial
yang memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit
dasar yang disebut dengan „tanda’. Dengan demikian semiotik
mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda.1 Secara
etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang
bearati „tanda’. Tanda itu sendiri diartikan oleh Umberto Eco sebagai
sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya,
dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.
Analisis semiotika dalam buku Alex Sobur dianggap sebagai
suatu ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang perlu
dipertanyakan lebih lanjut ketika membaca teks atau narasi/wacana
tertentu. Maka orang sering mengatakan semiotika adalah upaya

Alex sobur, “Analisis teks media, suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis
semiotik, dan analisis framing”, (Bandung:PT Remaja Rosda karya, 2009), hal:87.
1

21

menemunkan makna „berita di balik berita’.2 Teks dianggap sebagai
suatu proses yang di dalamnya terdapat serta terbentuk suatu makna
yang diciptakan melalui lingkungan sosial.
Pembahasan tentang media massa banyak yang menggunakan
semiotika sebagai metode dalam pembedahan suatu masalah, misalnya
mengapa sebuah media tertentu selalu untuk tidak mengatakan terus
menerus menggunakan frase, istilah, kalimat atau frame tertentu yang
menggambarkan seseorang atau sekelompok orang, apa sebenarnya
menjadi sebab, alasan, pertimbangan, latar belakang, dan tujuan media
tersebut mengambil langkah tersebut.3
“Preminger mengatakan bahwa batasan semiotik adalah
ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa
fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan
tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturanaturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda
tersebut memunyai arti.”4

Teori semiotika dari Pierce seringkali disebut sebagai “grand
theory” melalui gagasan Pierce yang sifatnya menyeluruh, deskripsi
struktural dari semua sistem penandaan. Pierce membedakan tipe-tipe
tanda dapat ditemukan melalui ikon (icon), indeks (index) dan simbol

2

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitian
dan skripsi komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), hal:7.
3
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitian
dan skripsi komunikasi, hal:8.
4
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitian
dan skripsi komunikasi, hal:8.

22

(symbol). Pierce ingin mengidentifikasi makasud dari suatu tanda dan
menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal.5
Icon adalah tanda yang mengandung kemiripan „rupa’. Indeks
adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di
antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks hubungan antara
tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui
suatu cara yang sekuensial atau kausal. Symbol merupakan jenis tanda
yang bersifat sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau
masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbolsimbol menurut Pierce.
Gambar 1. Elemen makna Pierce
Sign

Interpretant

object

Ferdinand De Saussure merupakan tokoh semiotika linguistik
yang melihat bahasa sebagai suatu sistem yang harmonis dan utuh.
Secara internal atau dalam istilah Saussure disebut sebagai langue.
Sedikitnya ada lima pandangan Saussure yang terkenal yaitu soal
penanda dan petanda, bentuk dan isi, bahasa dan diachronic, serta
syntagmatic dan paradigmatik.
5

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitian
dan skripsi komunikasi, hal:17-18.

23

Roland Barthes membahas konsep tanda melalui konotasi dan
denotasi sebagai kunci dari analisisnya. Lewat model ini Barthers
menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan
antara signifier (ekspresi) dan signified (content) di dalam sebuah
tanda terhadap realitas ekternal. Itu yang disebut Barthes sebagai
denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda (sign). Konotasi adalah
istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap
kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda
bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari
kebudayaanya.6

2. Semiotika Sosial M.A.K Halliday
Semiotika sosial merupakan semiotika yang mengaji sistem
tanda yang terdapat dalam bahasa berupa teks. Semiotika sosial
dirintis oleh Michael Alexander Kirkwood Halliday (M.A.K Halliday)
dalam bukunya yang berjudul Language Social Semiotic. Semiotika
sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang wujud
kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan kalimat.7 Suatu
kalimat atau kata tersebut ternyata memiliki makna yang terkandung.

6

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitian dan
skripsi komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), hal: 21.
7
Alex sobur, Analisis teks media, suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotik,
dan analisis framing, hal: 101.

24

Istilah semiotika dapat dipandang sebagai suatu istilah yang
memperjelas suatu ideologi umum atau sikap cendikia, suatu sudut
pandangan yang konseptual tentang pokok masalahnya, yang
menggunakan konsep bahasa sebagai suatu kesatuan lahiriah. Bahasa
sebagai salah satu dari sejumlah sistem makna yang secara bersamasama membentuk budaya manusia. Kata sosial yang terdapat dalam
kata Semiotika Sosial diartikan sebagai kebudayaan, yang dimakud
sebagai suatu sistem sosial.8
Metode semiotika ini menghendaki pengamatan secara
menyeluruh dari semua isi berita (teks), termasuk cara pemberitaan
maupun istilah-istiah yang digunakannya. Dalam penelitian metode
semiotika ini diminta untuk memperhatikan

koherensi makna

antarbagian dalam teks itu dan koherensi teks dengan konteksnya.
Karena itu dalam penelitian ini analisis dilakukan terhadap isi berita,
termasuk judul, subjudul, istilah-istilah dan cara pemberitaan yang
digunakan media yang dijadikan sampel.9
Kajian semiotika sosial tentang bahasa ini meliputi teks dan
konteks. Teks dan konteks merupakan dua aspek dari proses yang
sama. Ada teks dan ada teks lain yang menyertainya, teks yang

8

M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, konteks, dan Teks: Aspek-aspek bahsa dalam
pandangan semiotika sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada Universuty Press, 1992), hal:3-5.
9
Alex sobur, Analisis teks media, suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotik,
dan analisis framing, hal:148

25

menyertai teks itu adalah konteks.10 Teks adalah bahasa yang
berfungsi.
Suatu teks di dalamnya memiliki arti jika dijadikan konteks.
Teks memiliki keterkaitan dalam pembentukan suatu konteks sehingga
nantinya konteks tersebut dapat memiliki makna. Sesuai dengan
Ricoeur, Alex Sobur mengatakan, teks adalah wacana (berarti lisan)
yang difiksasikan ke dalam bentuk tulisan. Teks juga bisa diartikan
sebagai seperangkat tanda yang ditransmisikan dari seorang pengirim
kepada seorang penerima melalui medium tertentu dan dengan kodekode tertentu.”11
Konteks diartikan untuk memasukkan semua situasi dari hal
yang berada di luar teks dan memengaruhi pemakaian bahasa, seperti
partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi,
fungsi yang dimaksudkan, dan sebaginya.12 Kumpulan dari suatu teks
disebut sebagai konteks, dari konteks tersebut yang nantinya akan
menimbulkan suatu maksud yang terkandung suatu teks.
Sudut pandang semiotika sosial akan melihat teks dari segi
prosesnya sebagai peristiwa yang timbal balik, suatu pertukaran
makna yang bersifat sosial. Teks adalah suatu bentuk pertukaran dan

10

M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, konteks, dan Teks: Aspek-aspek bahasa
dalam pandangan semiotika sosial, hal. 6.
11
Alex sobur, Analisis teks media, suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis
semiotik, dan analisis framing, hal. 52
12
Alex sobur, Analisis teks media, suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis
semiotik, dan analisis framing, hal.56.

26

bentuk teks paling dasar adalah percakapan, suatu interaksi antara
pembicara. Setiap jenis teks dalam setiap bahasa memunyai makna
karena dapat dihubungkan dengan interaksi di antara pembicaranya,
dan akhirnya dengan percakapan biasa setiap hari, dan spontan. Ujung
tombak perubahan dan perkembangan yang tidak disadari dalam
bahasa apa saja khususnya dapat ditemukan dalam teks-teks
percakapan alami dalam konteks percakapan seperti ini sebagai
pertukaran makna antar manusia.
Teks dijadikan proses dan hasil dari makna sosial dalam,
konteks situasi tertentu. Konteks situasi tempat teks itu terbentang
dipadatkan dalam teks, bukan dengan cara berangsur-angsur, bukan
pula dengan cara mekanis yang ekstrim, tetapi melalui suatu hubungan
yang sistematis antara lingkungan sosial dengan organisasi bahasa.
Dalam hal ini teks dijadikan sebagai modes of meaning dalam
semiotika.

Dengan

begitu

kita

dapat

menyifati

teks

dalam

hubungannya dengan konteks situasi serta teks itu terjadi dari
situasinya.
Halliday berpikir tentang bahsa dan dikatakan sebagai cara
bertanya tentang bahasa sebagai objek yang menimbulkan pertanyaan
tentang sifat dan fungsi bahasa. Teks dapat dilihat melalui dua sisi.
Pertama, teks yang dipandang dari proses, sebagai proses interaksi dan
aktivitas sosial antarpartisipan dalam mengekspresikan fungsi sosial.
Kedua, teks dapat dipahami sebagai sebuah produk. Teks merupakan

27

bahasa yang sedang melaksanakan tugas untuk mengekpresikan fungsi
atau makna sosial dalam konteks situasi dan konteks kultural.13
Konsep-konsep yang digunakan untuk menafsirkan konteks
sosial, teks menurut Halliday, adalah lingkungan terjadinya pertukaran
makna dengan menggunakam tiga pokok bahasan yaitu medan
wacana, pelibat wacana dan sarana wacana.14
a. Medan wacana (Field Research)
Merujuk pada sesuatu hal yang sedang terjadi dalam suatu teks,
pada sifat tindakan sosial yang sedang berlangsung, untuk melihat
ideasional eksperensial yang

merupakan penggunaan bahasa

untuk merefleksikan realitas pengalaman partisipannya. Apa yang
sesungguhnya yang sedang disibukkan oleh para pelibat, yang di
dalamnya bahasa ikut serta sebagai unsur pokok tertentu. Medan
wacana merupakan “permainan” jenis kegiatan, sebagaimana
dikenal dalam kebudayaan yang sebagian diperankan oleh bahasa.
Bahasa yang terletak dalam teks tercipta melalui suatu proses
tindakan sosial di mana lingkungan tercepat dalam suatu teks.
b. Pelibat wacana (Tenor Research)
Merujuk

pada

orang-orang

yang

mengambil

bagian

(interpersonal), pada sifat para pelibat, kedudukan dan peran
hubungan sosial seperti hal-hal yang sedang berjalan, memberi
13

Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika, (Bandung:Pustaka Setia, 2014), hal. 219.
M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, konteks, dan Teks: Aspek-aspek bahasa
dalam pandangan semiotika sosial, hal: 16
14

28

atau meminta informasi. Jenis-jenis hubungan peran apa yang
terdapat di antara para pelibat, termasuk hubungan-hubungan tetap
dan sementara, baik jenis peran tuturan yang mereka lakukan
dalam percakapan maupun rangkaian keseluruhan hubunganhubungan yang secara kelompok mempunyai arti penting yang
melibatkan mereka. Pelibat wacana merupakan “pemain” pelaku,
atau tepatnya peran interaksi, antara yang terlibat dalam perciptaan
teks (makna antarpelibat). Banyak orang yang terlibat dalam
pembentukan suatu teks, bagaiamana hubungan mereka dalam
penciptaan sebuah teks tersebut.
c. Sarana wacana (Mode Research)
Merujuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang
diharapkan oleh para pelibat diperankan bahasa dalam situasi itu.
Organisasi simbolik teks, kedudukan yang dimilikinya, dan
fungsinya

dalam

konteks,

termasuk

salurannnya

(apakah

dituturkan atau dituliskan atau semacam gabungan keduanya) dan
juga mode retorikanya yaitu apa yang akan dicapai teks berkenaan
dengan pokok pengertian seperti bersifat membujuk, menjelaskan,
mendidik dan semacamnya. Sarana wacana merupakan “bagian”
fungsi khas, yang diberikan kepada bahasa dan saluran retorisnya
(makna tekstual). Bahasa yang diperankan dalam penciptaan teks
tersebut banyak yang mengandung unsur mengajak, penolakan

29

ataupun lainnya. Sehingga dalam sebuah teks pasti terdapat makna
yang terkandung sendiri di dalamnya.

B. Definisi Hukum Bertabaruj pada Kuku
1. Definisi Hukum
Hukum dapat diartikan sebagai suatu perintah berupa ketetapan
karena telah melakukan sesuatu. Hukum syara menurut Ulama Ushul
dapat diartikan sebagai doktrin (khitab) syar’i yang bersangkutan
dengan perbuatan orang-orang mukallaf secara perintah atau
diperintah memilih atau berupa ketetapan (taqrir).15

2. Macam-Macam Hukum dalam Islam
Menurut Islam hukum-hukum

dapat dibagi menjadi dua

bagian. Terdapat hukum tuntutan yang bersangkutan dari segi perintah
atau dari segi diperintah memilih atau berupa ketetapan disebut
sebagai hukum Taklifi. Hukum yang bersangkutan dengan ketetapan,
yang dikehendaki sebagai suatu sebab bagi sesuatu yang lain sebagai
sesuatu untuk mendapatkan keringanan disebut dengan hukum
Wadh’i. Sesuai penjelasan di atas dapat dijabarkan pembagian hukumhukum tersebut sebagai berikut:16

15

Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), hal. 149
16
Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam , hal. 159

30

a.

Hukum Taklifi
1.

Wajib
Perintah hukum wajib merupakan sesuatu yang harus
dilakukan dan dikerjakan oleh manusia. Menurut syara waj