pengaruhnya terhadap pertumbuhan biomassa tanaman eceng gondok. Adapun efek fitoremediasi terhadap kualitas air tersebut akan dianalisis melalui
pengujian-pengujian parameter dalam air baik parameter fisis maupun parameter kimia, seperti suhu, pH, total hardness, dan alkalinity.
1.3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1.
Berapa besar kadar fosfat dari limbah cair deterjen yang dapat diserap oleh tanaman eceng gondok Eichhornia crassipes melalui proses fitoremediasi?
2. Bagaimana pengaruh waktu kontak terhadap besarnya penurunan kadar
fosfat dari limbah cair deterjen yang dapat diserap oleh tanaman eceng gondok melalui proses fitoremediasi?
3. Bagaimana pengaruh fosfat yang diserap oleh tanaman eceng gondok
terhadap pertambahan massa tanaman eceng gondok? 4.
Bagaimana kualitas air pasca proses fitoremediasi oleh tanaman eceng gondok berdasarkan beberapa parameter fisis dan kimia?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk: 1.
Mengetahui besar kadar fosfat dari limbah cair deterjen yang dapat diserap oleh tanaman eceng gondok Eichhornia crassipes melalui proses
fitoremediasi. 2.
Mengetahui pengaruh waktu kontak terhadap besarnya penurunan kadar fosfat dari limbah cair deterjen yang dapat diserap oleh tanaman eceng
gondok melalui proses fitoremediasi. 3.
Mengetahui pengaruh fosfat yang diserap oleh tanaman eceng gondok terhadap pertambahan massa tanaman eceng gondok.
4. Untuk mengetahui kualitas air pasca proses fitoremediasi oleh tanaman
eceng gondok berdasarkan beberapa parameter fisis dan kimia.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui efesiensi tanaman eceng gondok dalam penurunan kadar phospat
pada limbah cair rumah tangga terutama yang disebabkan oleh pupuk dan deterjen.
2. Sebagai alternatif untuk pengolahan limbah cair sederhana dengan menggunakan tanaman eceng gondok.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat luas bahwa tanaman eceng gondok adalah salah satu tanaman air yang dapat menyerap phospat dalam air sehingga
tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk mengurangi polusi di perairan melalui proses pengendalian yang tepat guna.
4. Menghasilkan beberapa kontribusi ilmiah berupa publikasi karya ilmiah tentang pengolahan limbah cair dengan menggunakan potensi makhluk hidup
bioremediasi terutama tanaman yang selama ini menjadi limbah gulma atau belum terberdayakan seperti tanaman eceng gondok.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.2. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata – rata kadar orthofosfat terserap oleh sampel tanaman eceng
gondok terhadap massa total tanaman eceng gondok adalah sekitar 2,3856 ppm per 100 g eceng gondok atau dengan kata lain dalam satu
sampel tanaman eceng gondok dengan massa 100 g mampu menyerap kadar orthofosfat dari lingkungan sebesar 2,3856 mg dalam setiap 1 L
larutan dalam kurun waktu 7 tujuh hari. 2.
Waktu kontak eceng gondok berpengaruh secara signifikan terhadap kadar orthofosfat yang terserap. Tingkat pendegradasian kadar
orthofosfat pada limbah cair deterjen pasca fitoemediasi pada masing – masing sampel adalah: sampel S1 54,06, S2 48,49, S3 41,80, dan
S4 38,75. Dengan demikian, proses fitoremediasi selama 7 tujuh hari effektif dalam menurunkan kadar orthofosfat dalam sampel limbah cair
deterjen sebesar 45,77 selama 7 hari dengan menggunakan satu tanaman eceng gondok bermassa 50 – 70 g.
3. Pada akhir fitoremediasi, rata-rata perlakuan menunjukkan adanya
peningkatan berat basah tanaman dari kondisi berat awal. Peningkatan massa tanaman sangat signifikan terjadi pada tanaman S5 dengan
peningkatan massa mencapai 8,73 g. Sebaliknya, peningkatan massa tanaman yang paling lambat terjadi pada sampel S4 kadar deterjen
300mgL, yaitu hanya sekitar 0,87 g. Peningkatan biomassa yang disebabkan oleh penyerapan orthofosfat dari larutan deterjen terjadi sangat
lambat pada tanaman yang ditumbuhkan pada media dengan kadar deterjen yang tinggi. Dengan kata lain, semakin tinggi konsentrasi deterjen
dalam larutan, pertumbuhan tanaman akan semakin melambat.
61
4. Hasil pengukuran parameter fisis pada larutan sampel menunjukkan pH
larutan yang semakin menurun atau semakin mendekati pH 7, sedangkan suhu pada proses fitoremediasi meningkat dari 29
o
C menjadi 32
o
C pada kondisi setelah fitoremediasi. Konsentrasi deterjen yang tinggi pada
sampel S4, menyebabkan tingkat kesadahan yang tinggi pula, yaitu 140 mgCaCO3 L. Hal yang sama terjadi pula pada penentuan alkalinitas,
dimana kadar alkalinitas tertinggi terdapat pada sampel S4, yaitu 28,842 ppm.
5.3. Saran