17
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pola resistensi bakteri terhadap obat menimbulkan permasalahan yang cukup besar di dunia kedokteran. Hal ini karena banyaknya strain bakteri yang
resisten terhadap antibiotik. Munculnya bakteri yang telah resisten terhadap antibiotik memerlukan penanganan yang serius untuk menentukan keberhasilan
dalam usaha menyembuhkan penderita dan memberantas penyakit yang disebabkan oleh bakteri tersebut.
Staphylococcus merupakan penyebab penting penyakit pada manusia. Dalam keadaan normal terdapat di saluran pernafasan atas, kulit, saluran cerna
dan vagina. Staphylococcus dapat dihembuskan dari saluran pernafasan atas pada waktu bersin, benda-benda mati, debu dinding dan lantai ruangan dapat
menjadi sumber penularan ke orang lain. Staphylococcus dapat ditularkan melalui tangan pengidap yang bergejala. Pegawai di rumah sakit adalah yang
terutama paling mungkin menularkan cara ini. Orang yang sehat juga dapat menyebarkan Staphylococcus ke kulit dan pakaiannya sendiri dengan cara
bersin atau melalui tangan yang terkontaminasi. Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang bersifat patogen. Infeksi
yang disebabkan oleh bakteri ini biasanya timbul dengan tanda – tanda khas yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses. Staphylococcus aureus
bertanggung jawab atas 80 penyakit supuratif dengan permukaan kulit sebagai habitat alaminya. Infeksi kulit dan luka terbuka seperti ulkus, bekas terbakar,
18
dan luka bekas operasi memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat infeksi sistemik. Infeksi oleh bakteri menimbulkan peradangan
disertai rasa sakit dan terjadi supurasi sehingga perlu adanya suatu tindakan untuk mengeluarkan pus tersebut dan membatasi pertumbuhan serta penyebaran
bakteri. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan antibiotik. Antibiotik merupakan suatu obat yang dapat membunuh ataupun
menghambat pertumbuhan bakteri, akan tetapi antibiotik juga merupakan kelompok obat yang termasuk sering memberikan efek samping misalnya reaksi
alergi baik ringan maupun berat, mual dan muntah. Masalah yang penting juga adalah masalah resistensi atau kekebalan bakteri terhadap antibiotik. Saat ini
seluruh dunia telah mengalami berbagai masalah akibat resistensi antibiotik. Penyalahgunaan antibiotik berupa pemberian antibiotik yang tidak tepat, tidak
sesuai dosis dan tanpa pengawasan dokter ternyata telah membuat banyak jenis bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik tersebut. Hal ini dapat terjadi karena
bakteri lama kelamaan dapat mengubah dirinya sehingga dapat bertahan terhadap pengaruh antibiotik yang menyerangnya.
Resistensi bakteri terhadap antibiotik terjadi pertama kali tidak lama setelah antibiotik pertama penicillin digunakan secara luas pada akhir tahun
1940. Pada tahun 1944 sebagian besar Staphylococcus peka terhadap penisilin G tetapi setelah penggunaan massal penisilin 65-85 Staphylococcus yang diisolasi
dari rumah sakit pada tahun 1948 adalah penghasil β laktamase dan resisten
terhadap penisilin G. Sekarang Staphylococcus yang resisten terhadap penisilin tidak hanya ditemui di rumah sakit tetapi juga 80-90 diisolasi dalam
19
masyarakat. Jenis bakteri ini adalah Staphylococcus aureus. Bakteri ini menyebabkan berbagai macam infeksi saluran kemih sampai dengan pneumonia
bahkan methicillin yang merupakan salah satu jenis antibiotik yang paling kuat yang ada sudah tidak dapat lagi menghentikan keturunan dari bakteri S. aureus
Jawetz dkk., 1991. Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA merupakan sejenis
bakteri yang umum ditemukan di kulit, nares anterior, orang sehat atau pasien, walaupun tidak berbahaya namun jika terdapat luka, abrasi, radang, insisi luka
operasi dapat menyebabkan infeksi misalnya nanah. Vankomisin telah menjadi obat utama yang digunakan untuk mengobati infeksi. S. aureus yang resisten
terhadap nafsilin, tetapi beberapa galur S. aureus menjadi resisten terhadap vankomisin, semakin banyaknya ditemukan strain bakteri yang resisten terhadap
bermacam-macam antibiotik maka sebaiknya dilakukan terlebih dahulu tes sensitivitas bakteri terhadap antibiotik sebelum memulai pengobatan.
Sehubungan dengan adanya kejadian resistensi terhadap antibiotik maka perlu dilakukan penelitian untuk menguji sensitivitas bakteri dari pus pasien di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten terhadap beberapa antibiotik. Penelitian ini dilakukan dengan mengisolasi dan mengidentifikasi
bakteri terlebih dahulu, dilanjutkan dengan uji sensitivitas bakteri dengan metode kirby bauer untuk mengetahui resistensi atau kepekaannnya sehingga
dapat diketahui antibiotik yang paling poten untuk bakteri S. aureus dari pus pasien di Rumah Sakit tersebut.
20
B. Perumusan Masalah