Kualitas Silase yang Ditambah Daun Singkong dan Indigofera

KUALITAS SILASE DAUN DAN PELEPAH SAWIT YANG
DITAMBAH DAUN SINGKONG DAN INDIGOFERA

ZHULMI RHAMDANI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Silase Daun
Sawit yang Ditambah Daun Singkong dan Indigofera adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Zhulmi Rhamdani
NIM D240090051

ABSTRAK
ZHULMI RHAMDANI. Kualitas Silase Daun Sawit yang Ditambah Daun
Singkong dan Indigofera. Dibimbing oleh KOMANG G WIRYAWAN dan LUKI
ABDULLAH.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas silase daun dan pelepah
sawit dan fermentabiltasnya sebagai pakan ternak melalui penambahan Indigofera
dan daun singkong. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama adalah
produksi silase, dan tahap kedua adalah percobaan In vitro. Waktu pemanenan
dilakukan pada hari ke 21 dengan perlakuan P0 (kontrol 100% daun dan pelepah
sawit), P1 (P0+10% daun singkong), P2 (P0+20% daun singkong), P3 (P0+30%
daun singkong), P4 (P0+10% Indigofera), P5 (P0+20% Indigofera), P6 (P0+30%
Indigofera). Pada percobaan In vitro digunakan rancangan acak kelompok. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis varian, dan uji duncan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa silase yang ditambah dengan daun singkong dan Indigofera
memiliki kualitas fisik yang baik pada semua perlakuan. Fermentasi yang baik

ditunjukkan oleh pH rendah yang berkisar 3.69-3.94. Kecernaan bahan kering dan
bahan organik terbaik terdapat pada penambahan Indigofera 30%, tetapi produksi
VFA tertinggi ditunjukkan oleh silase yang mengandung 30% Indigofera. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kualitas terbaik ditunjukkan oleh silase daun
dan pelepah sawit yang ditambah Indigofera 30%.
Kata kunci: daun sawit, daun singkong, Indigofera, silase

ABSTRACT
ZHULMI RHAMDANI. Silage quality of palm leaves added with Cassava leaves
and Indigofera. Supervised by KOMANG G WIRYAWAN and LUKI
ABDULLAH.
The purpose of this research was to improve silage quality of palm leaves
through addition of Indigofera and cassava leaves and to increase fermentability of
palm leaves as fodder. This study was carried out in two stages, the first stage was
silage production, and the second stage was In vitro experiments. The time of
harvest was on day 21st with P0 (100% of palm leaves and stem/control), P1
(P0+10% cassava leaves), P2 (P0+20% cassava leaves), P3 (P0+30% cassava
leaves), P4 (P0+10% Indigofera), P5 (P0+ 20% Indigofera), P6 (P0+30%
Indigofera). In vitro experiments used a randomized block design. Data were
analyzed using analysis of variance and if the results of the analysis showed a

significant difference, it will be followed by Duncan Test. Results showed that palm
leaves silage added with cassava leaves and Indigofera had good physical quality
in all treatments. Good fermentation was shown by low pH ranged from 3.69 to
3.94 in all treatments. The best digestibility of dry matter and organic matter was
shown by silage added with 10% and 30% Indigofera, but the highest VFA
production was shown by the silage containing 30% Indigofera . It can be concluded
that the best quality of the palm leaves silage was that added with 30% Indigofera.
Keywords: cassava leaves, Indigofera, palm leaves, silage

KUALITAS SILASE DAUN SAWIT YANG DITAMBAH
DAUN SINGKONG DAN INDIGOFERA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
NAMA2014
PENULIS

Judul Skripsi : Kualitas Silase yang Ditambah Daun Singkong dan Indigofera
Nama
: Zhulmi Rhamdani
NIM
: D24090051

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Komang G Wiryawan
Pembimbing I

Prof Dr Ir Luki Abdullah M Sc Agr
Pembimbing II

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Panca Dewi Manu Hara Karti S M Si
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

,

,

)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 ini ialah silase
daun dan pelepah sawit, dengan judul Kualitas Silase Daun Sawit yang Ditambah
Daun Singkong dan Indigofera.
Karya ilmiah ini berdasarkan pada keinginan penulis untuk mengkaji
pengawetan pakan yang tepat dan dapat diterapkan di peternakan yang ada di

Kabupaten Siak Riau. Pengawetan ini bertujuan untuk menyediakan pakan agar
tersedia sepanjang tahun sehingga hasil yang didapatkan dari penelitian ini akan
dijadikan sumbangsih dalam manajemen pakan di sejumlah peternakan yang ada
di Kabupaten Siak Riau.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis
demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat
memberikan informasi wawasan maupun sesuatu yang dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan
karya ilmiah ini dapat diperbaiki dalam tulisan-tulisan selanjutnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

Zhulmi Rhamdani

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

1


METODE

2

Lokasi dan Waktu

2

Materi

2

Pembuatan Silase

2

Percobaan In vitro (Tilley dan Terry 1969)

2


Perlakuan

5

Peubah yang diamati

5

Rancangan Percobaan dan Analisa Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Karakteristik Fisik

7


Karakteristik Kimiawi

8

Karakteristik Fermentabilitas In vitro

11

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik (KCBK dan KCBO)

12

SIMPULAN DAN SARAN

13

DAFTAR PUSTAKA

13


LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR TABEL
1 Aroma, persentase kerusakan dan suhu pada silase daun dan pelepah sawit
8
2 pH, persentase bahan kering (BK), bahan organik (BO), daun dan pelepah
sawit yang segar dan yang di silase
9
3 Kadar NH3 dan volatile fatty acid (VFA) silase daun dan pelepah sawit
9
4 Pengaruh komposisi daun sawit dengan penambahan daun singkong dan
indigofera terhadap kandungan protein kasar (PK), serat kasar (SK), NDF, dan
ADF

10
5 Kadar NH3 dan VFA pada daun dan pelepah sawit segar dan silase
secara In vitro
11
6 Persentase Kecernaan Bahan Kering (KCBK) dan Bahan Organik (KCBO) daun
dan pelepah sawit segar dan silase secara In vitro
12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Hasil sidik ragam bahan kering (BK) silase daun dan pelepah sawit
16
Uji lanjut Duncan bahan kering (BK) silase daun dan pelepah sawit
16
Hasil sidik ragam pH silase daun dan pelepah sawit
16
Uji lanjut Duncan pH3 silase daun dan pelepah sawit
17
Hasil sidik ragam bahan kering NH3 daun dan pelepah sawit yang disilase 17
Uji lanjut Duncan bahan kering NH3 daun dan pelepah sawit yang disilase 17
Hasil sidik ragam NH3 daun dan pelepah sawit segar yang di In vitro
18
Uji lanjut Duncan NH3 daun dan pelepah sawit segar yang di In vitro
18
Hasil sidik ragam NH3 silase daun dan pelepah sawit yang di In vitro
18
Uji lanjut Duncan NH3 silase daun dan pelepah sawit yang di In vitro
19
Hasil sidik ragam VFA daun dan pelepah sawit yang disilase
19
Uji duncan VFA daun dan pelepah sawit yang disilase
19
Hasil sidik ragam VFA daun dan pelepah sawit segar yang di In vitro
20
Uji lanjut Duncan VFA daun dan pelepah sawit segar yang di In vitro
20
Hasil sidik ragam VFA silase daun dan pelepah sawit yang di In vitro
20
Uji lanjut Duncan VFA silase daun dan pelepah sawit yang di In vitro
21
Hasil sidik ragam kecernaan bahan kering (KCBK) daun dan pelepah sawit
segar
21
Uji lanjut Duncan kecernaan bahan kering (KCBK) daun dan pelepah sawit
segar
21
Hasil sidik ragam kecernaan bahan organik (KCBO) daun dan pelepah sawit
segar
22
Uji lanjut Duncan kecernaan bahan organik (KCBO) daun dan pelepah sawit
segar
22
Hasil sidik ragam kecernaan bahan kering (KCBK) daun dan pelepah sawit
yang di silase
22
Uji lanjut Duncan kecernaan bahan kering (KCBK) daun dan pelepah sawit
yang di silase
23
Hasil sidik ragam kecernaan bahan organik (KCBO) daun dan pelepah sawit
yang di silase
23
Uji lanjut Duncan kecernaan bahan organik (KCBO) daun dan pelepah sawit
yang di silase
23
Dokumentasi silase daun dan pelepah sawit
24

PENDAHULUAN
Ketersediaan pakan hijauan semakin berkurang karena semakin sempitnya
lahan pertanian yang dapat menghasilkan pakan hijauan. Data statistik Direktorat
Jenderal Peternakan (Ditjennak) pada tahun 2010 menyatakan bahwa jumlah
populasi ruminansia di Indonesia antara lain sapi potong 13 581 571 ekor, sapi
perah 488 448 ekor, domba 10 725 488 ekor, dan setiap tahunnya ternak bertambah
dan ketersediaan hijauan semakin berkurang. Kebutuhan konsumsi hijauan
makanan ternak (HMT) adalah 10% bobot badan (BB), namun baru tercapai
kebutuhan HMT 4-5%, dan masih kekurangan 5%-10%, sehingga perlu dilakukan
alternatif lain dalam penyediaan pakan hijauan. Salah satu yang memiliki potensi
besar yaitu berasal dari limbah perkebunan daun dan pelepah sawit. Menurut data
dari Direktorat Jenderal Perkebunan, luas areal kebun kelapa sawit pada tahun 2010
sekitar 7 824 623 ha dan produksinya 19 844 901 ton sehingga terdapat limbah
perkebunan sawit seperti daun, lidi, dan pelepah sawit. Namun demikian,
pemanfaatan sebagai pakan ternak masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan
rendahnya kualitas biologis daun sawit. Jalaluddin (1994) melaporkan bahwa
kandungan lignin daun kelapa sawit cukup tinggi yaitu 27.6%, sedangkan menurut
Djajanegara et al. (1999) kandungan lignin daun kelapa sawit 13.79%. Menurut
Mathius et al. (2004) produksi daun sawit 658 kg bahan kering (BK)/ha/th, BK
46.18%, serat kasar (SK) 21.52%, lemak kasar (LK) 4.37%, energi bruto 4 461
kal/g, Ca 0.84% P 0.17% sedangkan menurut Zahari et al. (2003) kandungan
protein kasar (PK) 4.7%.
Daun dan pelepah sawit dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber
pakan hijauan, tetapi harus diolah terlebih dahulu untuk meningkatkan nilai gizi dan
kecernaannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan teknik
fermentasi untuk dijadikan produk pakan silase. Silase adalah salah satu produk
pengawetan pakan atau hijauan pada kadar air tertentu melalui proses fermentasi
mikrobial oleh bakteri yang berlangsung di dalam tempat yang disebut silo
(McDonald et al. 2002). Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas silase daun
dan pelepah sawit adalah dengan penggunaan zat aditif pada proses ensilase yang
dapat menstimulasi fermentasi bakteri asam laktat (BAL) (Bureenok et al. 2006).
Jagung merupakan sumber dari non fiber carbohydrate (NFC) dan dapat digunakan
sebagai bahan tambahan hijauan dalam proses ensilase serta mempercepat
penurunan pH selama fermentasi (Sibanda et al. 1997). Penambahan bahan aditif
seperti tepung jagung yang memiliki kandungan nutrien menurut Suharyono et al.
(2005) yaitu SK 3.12%, PK 8.78%, diharapkan dapat meningkatkan kualitas silase.
Selain penambahan zat aditif, silase daun dan pelepah sawit menggunakan
penambahan protein lokal seperti daun singkong dan Indigofera yang diharapkan
dapat meningkatkan kualitas silase daun dan pelepah sawit. Kandungan PK daun
singkong menurut Ramli dan Rismawati (2007) yaitu 25.10%, sedangkan
kandungan PK Indigofera menurut Abdullah dan Suharlina (2010) adalah 20.47%27.60%.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas silase daun dan pelepah
sawit dan fermentabiltasnya sebagai pakan ternak melalui penambahan Indigofera
dan daun singkong

2

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Unit Pelayanan Terpadu Pusat Kesehatan Hewan
(UPT PUSKESWAN) Kecamatan Kerinci Kanan, Siak Riau, Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Pakan, dan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2013 hingga Januari 2014.
Materi
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama adalah pembuatan
silase dan tahap kedua adalah percobaan In vitro. Pada pembuatan silase,
menggunakan tujuh perlakuan dan tiga ulangan, waktu panen pada hari ke 21. Pada
percobaan In vitro menggunakan tujuh perlakuan dengan 3 ulangan penggunaan
cairan rumen yang berbeda.
Pembuatan Silase
Bahan dan Alat
Bahan digunakan adalah daun dan pelepah sawit, Indigofera, daun singkong,
dan tepung jagung. Alat yang digunakan adalah plastik hitam, karet hitam,
timbangan digital, dan pH meter.
Prosedur
Daun sawit dan pelepahnya, Indigofera, dan daun singkong dipotong-potong
dengan lebar 2-3 mm, dan panjang 2-5 cm. Daun sawit yang sudah dipotong,
ditimbang sebanyak 2 kg. Daun sawit dicampur dengan daun singkong dan
Indigofera sebanyak 10%, 20%, dan 30%. Tepung jagung ditambah sebanyak 3%,
pada masing-masing perlakuan. Bahan yang sudah tercampur dimasukkan ke dalam
plastik hitam hingga padat dan diikat dengan tali karet dan disimpan ditempat yang
tertutup dan jauh dari sinar matahari selama 21 hari. Pada umur 21 hari, maka silase
siap untuk dipanen. Silase yang sudah dipanen, diamati secara fisik, kimiawi, dan
fermentabilitas In vitro.
Percobaan In vitro (Metode Tilley dan Terry 1969)
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah sampel yang telah dikering udara 60 ºC dan
digiling halus, larutan McDougall, suhu 39 ºC dengan pH 6.5 – 6.9 (pH diturunkan
dengan cara menambahkan gas CO2), cairan rumen sapi brahman cross (BX) segar,
dengan suhu 39 ºC, larutan pepsin HCl 0.2%, aquades, larutan HgCl2 jenuh, larutan
NaCO3 jenuh, larutan H2SO4 0.005 N, asam borat berindikator, larutan HCl 0.5 N,
larutan H2SO4 15%, larutan NaOH 0.5N, larutan Indikator Phenol Phtalein (PP)
0.1%.
Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, tabung kaca pyrex volume
100 mL dan tutup karet berventilasi, alat pengocok khusus In vitro, suhu air 39 –

3
40 ºC, pipet serologi volume 25 mL, sentrifuge, gas CO2, vortex, cawan porselin,
pompa vakum, kertas saring whatman no. 41, gegep, eksikator, oven 105 ºC, tanur
listrik, cawan conway, pipet automatic 10-1000 µL, finnpippet 1 mL, mikroburet
10 mL, stirrer, seperangkat alat destilasi, labu erlenmeyer, kompor gas, panci
pressto, bulp, pipet volumetrik 5 ml, pipet serologi 5 ml, pipet serologi 1 mL, buret
50 mL, magnetic stirrer.
Prosedur
Fermentasi Tahap I
Tabung fermentor yang telah diisi dengan 0.5 g sampel, ditambahkan 40mL
larutan McDougall. Tabung dimasukan ke dalam shaker waterbath dengan suhu 39
º
C, kemudian diisi cairan rumen 10 mL, tabung dikocok dengan dialiri CO2 selama
30 detik, cek pH (6.5–6.9) dan kemudian ditutup dengan karet berventilasi, dan
difermentasi selama 4 jam. Setelah 4 jam, tutup karet dibuka, dan diteteskan 2-3
tetes HgCl2 untuk membunuh mikroba. Tabung fermentor dimasukkan ke dalam
centrifuge, dilakukan centrifuge dengan kecepatan 4.000 rpm selama 15 menit.
Substrat akan terpisah menjadi endapan di bagian bawah dan supernatan yang
bening berada di bagian atas, supernatan diambil untuk analisa NH3 dan VFA.
Pengukuran Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik (KCBK dan
KCBO)
Tabung fermentor yang telah diisi dengan 0.5 g sampel, ditambahkan 40 mL
larutan McDougall. Tabung dimasukan ke dalam alat pengocok dengan suhu 39 ºC,
kemudian diisi cairan rumen 10 mL, tabung dikocok dengan dialiri gas CO2 selama
30 detik, cek pH (6.5 – 6.9) dan kemudian ditutup dengan karet berfentilasi, dan
difermentasi selama 48 jam. Setelah 48 jam, dibuka tutup karet tabung fermentor,
diteteskan 2-3 tetes HgCl2 untuk membunuh mikroba.
Tabung fermentor dimasukkan ke dalam sentrifuge, dilakukan sentrifuge
dengan kecepatan 4.000 rpm selama 10 menit. Substrat akan terpisah menjadi
endapan di bagian bawah dan supernatan yang bening berada di bagian atas.
Supernatan dibuang dan endapan hasil sentrifuge pada kecepatan 4.000 rpm selama
15 menit ditambahkan 50 mL larutan pepsin-HCl 0.2%. Campuran ini lalu
diinkubasi kembali selama 48 jam tanpa tutup karet.
Sisa pencernaan disaring dengan kertas saring Whatman no 41 (yang sudah
diketahui bobotnya) dengan bantuan pompa vakum. Endapan yang ada dikertas
saring dimasukkan ke dalam cawan porselen, setelah itu dimasukkan ke dalam oven
105oC selama 24 jam. Setelah 24 jam, cawan porselen+kertas saring+residu
dikeluarkan, dimasukkan kedalam eksikator dan ditimbang untuk mengetahui kadar
bahan keringnya.
Selanjutnya bahan dalam cawan dipijarkan atau diabukan dalam tanur listrik
selama 6 jam pada suhu 450 – 600 ºC, kemudian ditimbang untuk mengetahui kadar
bahan organiknya. Sebagai blanko dipakai residu asal fermentasi tanpa bahan
pakan. Cara Perhitungan sebagai berikut.
% KCBK = BK sampel (g) – ( BK residu (g) – BK blanko (g)) x 100%
BK sampel
% KCBO = BO sampel (g) – ( BO residu (g) – BO blanko (g)) x 100%
BO sampel

4
Pengukuran Konsentrasi NH3 (Metode Mikrodifusi Conway 1963)
Cawan Conway diolesi dengan vaselin pada bagian bibir cawan. Supernatan
yang berasal dari proses fermentasi diambil 1.0 mL kemudian ditempatkan pada
salah satu ujung alur cawan Conway. Larutan Na2CO3 jenuh sebanyak 1.0 mL
ditempatkan pada salah satu ujung cawan Conway bersebelahan dengan supernatan
(tidak boleh campur). Larutan asam borat berindikator sebanyak 1.0 mL
ditempatkan dalam cawan kecil yang terletak di tengah cawan Conway. Cawan
Conway yang sudah diolesi vaselin ditutup rapat hingga kedap udara, larutan
Na2CO3 dicampur dengan supernatan hingga merata dengan cara menggoyang–
goyangkan dan memiringkan cawan tersebut. Setelah itu dibiarkan selama 24 jam
dalam suhu kamar. Setelah 24 jam cawan dibuka, asam borat berindikator dititrasi
dengan H2SO4 0.005 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah.
Kadar NH3 di hitung :
N-NH3 (mM) = mL H2SO4 x N H2SO4 x 1000
g sampel x BK sampel
% N-NH3 = N-NH3 (mM) x 17 (BM N-NH3) x 100%
1000
Catatan : HCl 0.5 N sebagai titrant harus distandarisasi sehingga didapat
konsentrasi dengan 4 digit dibelakang koma.
Pengukuran Konsentrasi Volatile Fatty Acid (VFA)
Panci pressto diisi dengan aquades sampai tanda maksimum. Pastikan air dari
kran mengalir yang berfungsi sebagai pendingin. Kompor gas dinyalakan, sehingga
aquades yang ada dalam panci pressto tersebut mendidih dan menghasilkan uap
yang akan masuk ke tabung-tabung destilasi, dimana hal ini menandakan bahwa
kita bisa memulai analisis VFA. Supernatan yang sama dengan analisa NH3 diambil
sebanyak 5 mL, kemudian dimasukan kedalam tabung destilasi,
Tabung erlenmeyer yang berisi 5 mL NaOH 0.5 N ditempatkan dibawah
selang tampungan. Sebanyak 1 mL H2SO4 15% ditambahkan ke tabung destilasi
yang sudah ada larutan sampel, kemudian segera tutup penutup kacanya, lalu dibilas
dengan aquades secukupnya. Uap air panas akan mendesak VFA dan akan
terkondensasi dalam pendingin. Air yang terbentuk ditampung labu Erlenmeyer
yang berisi 5 mL NaOH 0.5 N sampai mencapai 300 mL. Indikator Phenol Pthalin
(PP) ditambah sebanyak 2-3 tetes dan dititrasi dengan HCl 0.5 N sampai warna titrat
berubah dari merah menjadi merah muda seulas.
Produksi VFA total dihitung :
mM VFA total = ( a – b ) mL x N HCl x 1000 / 5mL
(g) sampel x BK sampel
ket:

a = volume HCl blanko pereaksi (hanya H2SO4 dan NaOH)
b = volume HCl sampel

5
Perlakuan
Berikut adalah perlakuan daun dan pelepah sawit yang akan dibuat silase
terdiri atas 7 perlakuan dan 3 ulangan.
P0
= 100% daun sawit
P1
= 90% sawit + 10% daun singkong
P2
= 80% sawit + 20% daun singkong
P3
= 70% sawit + 30% daun singkong
P4
= 90% sawit + 10% Indigofera
P5
= 80% sawit + 20% Indigofera
P6
= 70% sawit + 30% Indigofera
Peubah yang diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini ada tiga karakteristik sebagai
berikut.
Karakteristik Fisik silase meliputi warna, aroma dilakukan dengan tekstur,
kelembaban, dan kerusakan akibat tumbuhnya jamur dilakukan dengan pengujian
sensori, sedangkan suhu dilakukan dengan menggunakan termometer.
Karakteristik Kimiawi silase yang meliputi pH menggunakan prosedur
Naumann dan Bassler (1997), kandungan bahan kering (BK) silase menggunakan
metode AOAC (1990), kehilangan bahan kering (BK) yang dihitung dari selisih
berat kering bahan awal sebelum ensilasi dengan berat kering setelah ensilasi, acid
detergent fiber (ADF) dan neutral detergent fiber (NDF) menggunakan metode
VanSoest (1991), konsentrasi volatile fatty acid (VFA) menggunakan teknik
destilasi uap atau Steam Destilation (General Laboratory Procedure 1966); e)
kandungan protein kasar (PK) silase menggunakan metode Kjeldahl yang
dikemukakan oleh AOAC (2005); f) konsentrasi N-NH3 silase menggunakan
metode mikrodifusi Conway (Conway dan O’Malley 1942).
Karakteristik Fermentabilitas silase meliputi kecernaan In vitro
menggunakan metode Tilley dan Terry (1969) yang terdiri atas konsentrasi VFA
cairan rumen menggunakan teknik destilasi uap atau Steam Destilation (General
Laboratory Procedure 1966) dan konsentrasi NH3 menggunakan metode
mikrodifusi Conway (Conway dan O’Malley 1942), kecernaan bahan kering dan
kecernaan bahan organik (KCBK dan KCBO).

6
Rancangan Percobaan dan Analisa Data
Rancangan untuk Percobaan Silase
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan
acak lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan. Model matematik yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Yijk = μ + τi + εijk
Keterangan

Yij
μ
τi
εijk

= nilai pengamatan ke-i, perlakuan ke-j
= nilai rataan umum
= pengaruh utama perlakuan ke-i
= galat percobaan ke-i, pengaruh perlakuan ke-j

Rancangan untuk Percobaan In vitro
Rancangan percobaan yang digunakan untuk kecernaan dalam penelitian ini
adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan pada
rumen yang berbeda. Model matematik dari rancangan adalah sebagai berikut:
Yij = μ + αi + ßj+ εij
Keterangan

Yij
Μ
αi
ßj
εij

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
= rataan umum
= efek perlakuan ke-I
= efek kelompok ke-j
= eror perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati, maka
data yang diperoleh dianalisis sidik ragam (ANOVA), jika rataan perlakuan berbeda
nyata maka dilakukan uji lanjut Duncan (Steel dan Torrie 1993).

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Fisik
Hasil pengamatan silase daun dan pelepah sawit yang ditambah daun
singkong dan Indigofera setelah 21 hari menunjukkan warna yang tidak jauh
berbeda yaitu warna hijau kekuningan seperti terlihat pada Gambar 1. Hal ini sesuai
dengan yang dinyatakan oleh Macaulay (2004) bahwa silase yang baik ditunjukkan
dengan warna hijau terang sampai kuning atau hijau kecokelatan tergantung materi
yang digunakan.

Gambar 1. Warna silase daun dan pelepah sawit pada hari ke 21. P0: kontrol, P1:
penambahan daun singong 10%, P2: penambahan daun singkong 20%,
P3: Penambahan daun singkong 30%, P4: Penambahan Indigofera
10%, P5: Penambahan Indigofera 20%, P6: Penambahan Indigofera
30%.
Silase daun sawit yang dipanen memiliki kualitas yang baik, yaitu bau asam
yang segar khas silase, warna masih hijau kecokelatan mirip bahan segar sebelum
menjadi silase, dan teksturnya masih jelas. Hal ini sejalan dengan penelitian Ridla
et al. (2007) bahwa kualitas silase yang baik berwarna hijau kecoklatan, teksturnya
lembut, tidak berlendir, tidak berjamur, memiliki pH yang rendah dan berbau wangi
(asam).

8
Karakteristik fisik silase tidak berbeda nyata baik dalam persentase
kerusakan, maupun pada suhu panen dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Aroma, persentase kerusakan dan suhu pada silase daun dan pelepah
sawit
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
P5
P6

Aroma
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam

% Kerusakan
0.38 ± 0.11
3.50 ± 0.14
6.25 ± 0.71
0.35 ± 0.11
1.63 ± 0.81
2.05 ± 1.63
4.00 ± 0.07

Suhu (ºC)
26.83 ± 1.04
27.33 ± 0.29
27.00 ± 0.50
27.00 ± 0.50
26.50 ± 0.87
27.17 ± 0.29
26.83 ± 0.29

Ket: P0 : kontrol, P1: penambahan daun singong 10%, P2: penambahan daun singkong 20%, P3:
Penambahan daun singkong 30%, P4: Penambahan Indigofera 10%, P5: Penambahan Indigofera
20%, P6: Penambahan Indigofera 30%.

Semua perlakuan silase setelah 21 hari ensilase menunjukkan bau khas
fermentasi asam laktat. Hal ini didukung oleh pernyataan Saun dan Heinrich (2008)
bahwa silase yang baik akan mempunyai bau seperti susu fermentasi karena
mengandung asam laktat. Persentase kerusakan yang disebabkan oleh tumbuhnya
jamur dipermukaan silase pada setiap perlakuan mempunyai kisaran 0.35% hingga
6.25%. Keberadaan jamur yang sedikit terdapat dalam kontrol (P0), dan pada silase
daun sawit yang ditambah singkong 30% (P3). Keberadaan jamur yaitu sebesar
6.25% dan silase yang ditambahkan Indigofera 30% (P6) yaitu sebesar 4%.
Persentase yang diperoleh dalam penelitian ini lebih rendah dibandingkan
pernyatan Davies (2007) bahwa keberadaan jamur pada produk silase sekitar 10%
Karakteristik Kimiawi
Hasil penelitian menunjukkan pH silase daun sawit berkisar 3.69 hingga 3.94.
Nilai ini menunjukkan bahwa silase daun sawit memiliki kualitas fermentasi yang
baik sekali yang ditandai dengan pH kurang dari 4. Hal ini sesuai dengan pendapat
McCullough et al. (1971) yang menyatakan bahwa silase dengan pH 3.2-4.2
tergolong pada silase yang berkualitas baik sekali. Nilai pH tersebut juga
mengindikasikan bahwa silase daun sawit sudah layak disimpan.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pH silase nyata (P