Substitusi Jagung dengan Sorgum yang Ditambahkan Tepung Daun Singkong terhadap Kualitas Telur Puyuh
SUBSTITUSI JAGUNG DENGAN SORGUM YANG
DITAMBAHKAN TEPUNG DAUN SINGKONG
TERHADAP KUALITAS TELUR PUYUH
VINSENSIA CRES PRININGRUM
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN DAN SUMBER INFORMASI SERTA
PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Substitusi Jagung
dengan Sorgum yang ditambahkan Tepung Daun Singkong Terhadap Kualitas
Telur Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Vinsensia Cres Priningrum
NIM D24090074
ABSTRAK
VINSENSIA CRES PRININGRUM. Substitusi Jagung dengan Sorgum yang
ditambahkan Tepung Daun Singkong terhadap Kualitas Telur Puyuh. dibawah
bimbingan RITA MUTIA dan IBNU KATSIR AMRULLAH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi/menguji pengaruh substitusi
jagung dengan sorgum yang ditambahkan tepung daun singkong dalam ransum
terhadap kualitas telur puyuh. Puyuh betina yang digunakan berumur 3 minggu
sebanyak 150 ekor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan lima perlakuan, tiga kali ulangan (10 ekor setiap ulangan). Perlakuan yang
diberikan adalah ransum kontrol (P1), 50% sorgum + tepung daun singkong
(TDS) 0% (P2), 50% sorgum + tepung daun singkong 1.5% (P3), 50% sorgum +
tepung daun singkong 3% (P4), 50% sorgum + tepung daun singkong 4.5% (P5).
Peubah yang diamati ialah kualitas telur yang mencakup bobot telur, bobot putih,
bobot kuning, bobot kerabang, tebal kerabang, skor warna telur, haugh unit, dan
kandungan vitamin A dalam kuning telur. Analisis data menunjukkan bahwa
penggunaan sorgum dengan penambahan 4.5% tepung daun singkong
menghasilkan kandungan vitamin A lebih tinggi dari ransum kontrol. Pada
kualitas telur menunjukkan bahwa warna kuning telur yang tinggi dihasilkan oleh
puyuh yang ransum kontrol. Selain skor, yang berpengaruh nyata terhadap pakan
adalah bobot telur, bobot putih telur, dan haugh unit.
Kata kunci: kualitas telur, sorgum, telur puyuh, tepung daun singkong, vitamin A
ABSTRACT
VINSENSIA CRES PRININGRUM. Combinations White Sorgum as corn
subtitution with Manihot esculenta leaves meal on quality of Japanese Quail Egg.
Supervised by RITA MUTIA and IBNU KATSIR AMRULLAH.
Sorgum is an energy sources which is highly potential to develop. It has
low carotene level, so it has to be balanced by adding carotene in the feed meal.
Cassava leaf meal is a kind of forages which has high carotene level 154mg kg-1.
This research aimed to study the effect of White Sorgum as corn subtitution with
cassava leaves meal combination on the quality and vitamin A of Japanese Quail
Egg. This observations used completely randomized design with five treatment
and three repetition (10 eggs/repetition). The treatments are control (P1), 50%
sorgum + cassava leaves meal 0% (P2), 50% sorgum + cassava leaves meal 1.5%
(P3), 50% sorgum + cassava leaves meal 3% (P4), 50% sorgum + cassava leaves
meal 4.5% (P5). It is concluded that sorgum and cassava leafs meal were able to
increase egg weight, yolk color, albumin weight, haugh unit, and vitamin A level.
Keywords: cassava leaves meal, egg quality, sorgum, quail egg, vitamin A
SUBSTITUSI JAGUNG DENGAN SORGUM YANG
DITAMBAHAKAN TEPUNG DAUN SINGKONG
TERHADAP KUALITAS TELUR PUYUH
VINSENSIA CRES PRININGRUM
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Substitusi Jagung dengan Sorgum yang Ditambahkan Tepung
Daun Singkong terhadap Kualitas Telur Puyuh
Nama
: Vinsensia Cres Priningrum
NIM
: D24090074
Disetujui oleh
Dr Ir Rita Mutia, MAgr
Pembimbing I
Dr Ir Ibnu Katsir Amrullah, MS
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Substitusi Jagung dengan Sorgum yang Ditambabkan Tepung
Daun Singkong terbadap Kualitas Telur Puyuh
Nama
: V insensia Cres Priningrum
: D24090074
NIM
Disetujui oleh
Dr Ir Rita Mutia, .MAgr
Pembimbing I
Dr Ir Ibnu Katsir Amrullah. MS
Pembimbing II
anca Dewi MHK. MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
0 B JAN It I ·
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Substitusi Jagung
dengan Sorgum yang ditambahkan Tepung Daun Singkong terhadap Kualitas
Telur Puyuh”, yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013.
Karya ilmiah ini berisi tentang pemanfaatan sorgum dalam pakan unggas
dengan pemanfaatan tepung daun singkong didalamnya. Karya ilmiah ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan wawasan yang
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan semoga kekurangan yang
terdapat pada tulisan ini dapat diperbaiki dalam tulisan selanjutnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,
Januari 2014
Vinsensia Cres Priningrum
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Bahan
Alat
Lokasi Penelitian
Prosedur Penelitian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
Bobot Telur
Score Kuning Telur
Berat Putih Telur
Berat Kerabang Telur
Berat Kuning Telur
Tebal Kerabang Telur
Haugh Unit
Vitamin A
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMAKASIH
vi
vi
vi
1
3
3
5
5
5
6
8
8
8
8
9
9
10
10
10
10
10
11
11
11
11
14
17
17
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Hasil analisis proksimat tepung sorgum (% BK)
Hasil analisis proksimat tepung daun singkong (% BK)
Susunan ransum penelitian
Kandungan nutrien ransum perlakuan (% as fed)
Kualitas telur puyuh (Cortunix-cortunix japonica)
Kandungan vitamin A telur puyuh (IU 100g-1)
3
4
4
5
8
11
DAFTAR GAMBAR
1 Sorghum bicolor
2 Daun singkong
3 Kuning telur puyuh penelitian
3
3
10
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Produksi telur, konsumsi pakan, dan konversi pakan telur puyuh
Analisis ekonomi
Perhitungan % penyerapan vitamin A dalam Telur
Hasil sidik ragam bobot telur
Uji jarak berganda Duncan bobot telur
Hasil sidik ragam score kuning telur
Uji jarak berganda Duncan score kuning telur
Hasil sidik ragam berat putih telur
Uji jarak berganda Duncan berat putih telur
Hasil sidik ragam tebal kerabang telur
Hasil sidik ragam bobot kerabang telur
Hasil sidik ragam bobot kuning telur
Hasil sidik ragam Haugh Unit
Uji jarak berganda Duncan Haugh Unit
14
14
14
15
15
15
15
15
16
16
16
16
16
16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komoditi yang paling banyak diminati, tidak
hanya untuk pakan namun juga untuk pangan. Penggunaan jagung dalam pakan
bisa mencapai lebih dari 50% dalam ransum (Odunsi 2007). Hal ini disebabkan
karena jagung termasuk dalam sumber energi yang memiliki kandungan
karbohidrat yang cukup tinggi. Kandungan energi metabolis pada jagung menurut
Lesson and Summer (2005) adalah 3300 kkal kg-1, selain itu jagung memiliki
kandungan xantofil sebesar 20 mg kg-1. Namun, jagung merupakan komoditi yang
konsumsinya perlahan-lahan meningkat tidak hanya pada bidang pakan namun
juga bidang pangan sehingga meningkatnya konsumsi mengakibatkan harga
jualnya ikut meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan pemanfaatan sumber energi
(karbohidrat) lain yang memiliki kandungan energi metabolis dan nutrisi mirip
dengan jagung. sumber karbohidrat yang menyerupai dengan jagung dan baik
digunakan dalam pakan ialah sorgum.
Sorgum merupakan tanaman serealia yang toleran terhadap kekeringan,
genangan air, dan tahan terhadap gangguan hama penyakit. Sorgum menghasilkan
biji-bijian yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan unggas, daun serta batangnya
dapat dimanfaatkan untuk pakan ruminansia. Produksi sorgum dalam negeri
menurut Sirappa (2003) masih tergolong rendah dibandingkan dengan Amerika
Serikat, Argentina, dan Cina yaitu 0.72 ton Ha-1. Sorgum termasuk dalam bahan
sumber karbohidrat dengan kandungan energi metabolisnya mencapai 3212 kkal
kg-1 (NRC 1994). Selain itu, sorgum mempunyai kandungan protein yang tinggi
dan lemak yang rendah dibandingkan jagung yaitu 12.99% dan 2.34%. Rostagno
et al. (1973) melaporkan bahwa terdapat faktor yang menjadi pertimbangan dalam
penggunaan sorgum sebagai substitusi jagung yaitu kandungan tanin. Sorgum
dibagi menjadi dua jenis yaitu sorgum tinggi tanin (1.3%-3.6%) dan sorgum
rendah tanin (0.1%-0.7%) (Myer et al. 1986), dan dalam NRC (1994) menyatakan
bahwa sorgum yang rendah tanin berada pada taraf kurang dari 1% dan tinggi
tanin berada pada taraf lebih dari 4%. Kandungan tanin dalam sorgum dapat
mengganggu metabolisme karbohidrat dan protein. Selain tanin, sorgum memiliki
kandungan karoten yang rendah yaitu 1 mg kg-1 (Lesson and Summer 2005). Oleh
karena kandungan karoten yang rendah, penggunaan sorgum sebagai substitusi
jagung harus ditambahkan dengan bahan sumber karoten sehingga dapat
menyeimbangkan kandungan karoten dalam jagung. Bahan karoten yang dapat
meningkatkan kandungan karoten dalam sorgum salah satunya ialah daun
singkong.
Daun singkong merupakan salah satu limbah tanaman singkong yang
memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu 22.6%. selain memiliki kandungan
protein yang tinggi, daun singkong memiliki kandungan beta karoten sebesar 154
mg kg-1. Beta karoten merupakan bagian dari karotenoid yang berperan sebagai
provitamin A, bagian karotenoid lain yang berperan memberikan pigmen warna
pada kuning telur dan warna kulit yang dikenal dengan xantofil (NRC 1994).
Siregar (2008) melaporkan bahwa xantofil merupakan provitamin A yang tidak
aktif dan berpengaruh terhadap indeks kuning telur. Penggunaan tepung daun
2
singkong pada puyuh hingga taraf 10% tidak mengganggu pertumbuhan dan
produksi telur dan dapat meningkatkan warna kuning telur (Siregar 2008).
Mahardika (2007) menyatakan bahwa pemberian tepung daun singkong dengan
taraf 6% pada itik mempengaruhi tingkat konsumsi pakan dan pada taraf 9% dapat
meningkatkan warna kuning telur. Keuntungan dari daun singkong yaitu selain
mudah ditemukan dan harganya terjangkau, kandungan nutrisi yang terdapat
dalam daun singkong dapat membantu sorgum sebagai substitusi dari jagung.
Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah puyuh (Cortunix-cortunix
japonica).
Penggunaan sorgum sebagai sumber energi diharapkan dapat
menggantikan jagung sebagai sumber karbohidrat dalam pakan. Penambahan
tepung daun singkong dalam pakan substitusi dapat menyeimbangkan kandungan
nutrisi dalam jagung dalam kandungan karotenoid (xantofil dan beta karoten).
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pakan substitusi
jagung dengan sorgum yang ditambahkan tepung daun singkong terhadap kualitas
telur puyuh.
METODE PENELITIAN
Bahan
Ternak
Puyuh yang dipelihara selama penelitian sebanyak 150 ekor puyuh petelur
yang berumur 30 hari. Puyuh yang digunakan diperoleh dari salah satu peternakan
daerah Cileungsi, Bogor yaitu jenis Cortunix-cortunix japonica berwarna cokelat
yang dipelihara selama 15 minggu.
Sorgum
Biji sorgum (low tannin) yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari
Laboratorium Silvikultur ,SEAMEO BIOTROP. Hasil analisis proksimat tepung
sorgum dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar 1 Sorghum bicolor
3
Tabel 1 Hasil analisis proksimat tepung sorgum (% BK)
BK
(%)
85.83
Abu
(%)
2.67
PK
(%)
12.99
SK
(%)
2.34
LK
(%)
1.76
BETN
(%)
68.74
ME*
(kkal kg-1)
3212
Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (2013), *NRC (1994)
Daun singkong
Daun singkong yang digunakan dalam ransum penelitian diperoleh dari
Kampung Buntar daerah sekitar SEAMEO BIOTROP, Tajur. Hasil analisis
proksimat tepung daun singkong dapat dilihat pada Tabel 2.
Gambar 2 Daun singkong
Tabel 2 Hasil analisis proksimat tepung daun singkong (% BK)
BK
(%)
Abu
(%)
PK
(%)
SK
(%)
LK
(%)
BETN
(%)
Betakaroten*
(mg kg-1)
88.85
3.43
22.6
11.13
7.6
39.52
154
ME**
(kkal kg-1)
2421.99
Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (2013); *Balai Besar Industri Agro, Bogor
(2013);**(MEn = 39.14 x BK – 39.14 x Abu – 82.87 x SK) (NRC 1994)
Ransum
Ransum penelitian terdiri dari ransum kontrol dan ransum perlakuan.
Ransum kontrol menggunakan jagung tanpa penambahan tepung daun singkong,
sedangkan ransum perlakuan menggunakan sorgum dengan penambahan tepung
daun singkong sebagai sumber karoten. Ransum perlakuan disusun sesuai dengan
rekomendasi National Research Council (1994). Bahan pakan yang digunakan
adalah sorgum, jagung, MBM, tepung ikan, bungkil kedelai, dedak padi, DLMethionine, DCP, CPO, kapur, garam, premix, dan daun singkong. Susunan
ransum yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 dan
kandungan nutrien ransum perlakuan pada Tabel 4.
4
Tabel 3 Susunan ransum penelitian dan harga pakan
Bahan Pakan
Jagung lokal
Sorghum bicolor
Dedak halus
Bungkil kedelai – USA
Tepung ikan
MBM
Kapur
DCP
Garam
CPO
L-Lysin
DL-Methionine
Premix
Tepung daun singkong
TOTAL
Harga (Rp)
P1
50.00
0.00
11.60
18.90
5.50
5.00
4.60
1.00
0.45
2.50
0.00
0.20
0.25
0
100.00
5549.61
P2
0.00
50.00
12.67
17.85
5.50
5.00
4.53
1.00
0.30
2.50
0.15
0.25
0.25
0
100.00
4921.13
P3
P4
0.00
0.00
50.00
50.00
11.70
11.00
17.35
16.72
5.50
5.08
5.00
5.50
4.50
4.28
0.95
0.90
0.30
0.30
2.50
2.50
0.20
0.22
0.25
0.25
0.25
0.25
1.50
3.00
100.00 100.00
4897.95 4846.18
P5
0.00
50.00
11.06
15.55
5.50
5.00
4.09
0.80
0.30
2.50
0.20
0.25
0.25
4.50
100.00
4713.74
Iso protein-iso energi mengacu National Research Council (1994); P1(pakan kontrol); P2 (Sorgum
50% + 0% tepung daun singkong); P3(Sorgum 50% + 1.5% tepung daun singkong); P4(Sorgum
50% + 3% tepung daun singkong); P5(Sorgum 50% + 4.5% tepung daun singkong)
Tabel 4 Kandungan nutrien ransum perlakuan (% as fed)
Nutrien
P1
P2
P3
Bahan kering (%)
92.50
90.81
91.24
Abu (%)
10.39
12.03
11.19
Protein kasar (%)
17.97
19.62
20.68
Serat kasar (%)
3.28
4.31
4.45
Lemak kasar (%)
5.93
5.03
4.70
Beta-N (%)
54.93
49.82
50.22
Energi metabolis(kkal kg-1)*
2974.09 2929.98 2928.01
Ca (%)*
2.87
2.86
2.85
P (%)*
0.99
1.02
1.00
Lisin (%)*
1.06
1.04
1.08
Methionin (%)*
0.55
0.51
0.51
Karoten (ppm)*
8.50
0.50
2.81
P4
87.43
10.11
19.14
2.64
4.61
20.93
2930.21
2.79
1.00
1.08
0.51
5.12
P5
87.47
9.43
18.13
3.4
6.11
49.96
2939.97
2.69
0.97
1.06
0.51
7.43
Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat, Institut Pertanian Bogor
(2013); *Hasil perhitungan(banyaknya
pemakaian dalam ransum(%) x kandungan nutrisi); P1(pakan kontrol); P2 (Sorgum 50% + 0%
tepung daun singkong); P3(Sorgum 50% + 1.5% tepung daun singkong); P4(Sorgum 50% + 3%
tepung daun singkong); P5(Sorgum 50% + 4.5% tepung daun singkong)
5
Alat
Alat yang digunakan dalam kandang adalah 15 buah tempat makan, 15 buah
tempat minum, pembersih kandang, timbangan digital, pot bekas sebagai
penampung telur, plastik, terpal sebagai alas pencampuran bahan pakan. Selain
itu, alat lain yang digunakan adalah yolk colour fan, cawan petri, pengukur tebal
kerabang (micrometer calliper), pisau, meja kaca, tisu, dan alat pengukur vitamin
A (High Performance Liquid Cromatography).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan terhitung dari bulan
Februari hingga Mei 2013. Pemeliharaan dilakukan di Green House Laboratorium
Silvikultur SEAMEO BIOTROP (South East Asia Regional Center for Tropical
Biology) Jl. Raya Tajur km 6, Bogor. Pengamatan dilakukan di Laboratorium
Nutrisi Ternak Unggas, dan Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati
dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Analisis vitamin A dilakukan di Balai
Besar Industri Agro (BBIA),Bogor.
Prosedur Penelitian
Persiapan Kandang
Kandang dan peralatan yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu
dengan menggunakan desinfektan. Setelah kandang dibersihkan, daerah kandang
ditabur dengan kapur yang bertujuan agar tehindar dari kuman penyakit.
Ransum Penelitian
Daun singkong yang digunakan dalam ransum penelitian terlebih dahulu
dikeringkan dibawah sinar matahari selama dua hari. Setelah kering, daun
singkong digiling menjadi tepung dan selanjutnya dicampur dalam ransum yang
dihomogenkan terlebih dahulu dengan CPO (Crude Palm Oil) lalu dicampur
dengan biji sorgum yang telah halus. Tepung Daun singkong (TDS) yang
diberikan memiliki kadar yang berbeda yaitu 0%, 1.5%, 3%, 4.5% dalam ransum
tanpa tangkai.
Pemeliharaan
Pemeliharaan menggunakan puyuh berumur 30 hari. Puyuh pertama kali
bertelur pada umur 54 hari. Perlakuan diberikan saat puyuh berumur 68 hari.
Ransum diberikan dua kali dalam sehari pukul 07.00 dan 15.00 WIB. Pakan yang
diberikan dibatasi pemberiannya yaitu 23 g ekor-1 hari-1, namun air minum
diberikan ad libitum. Puyuh diberikan Vitachick saat puyuh datang dan diberikan
kembali saat pakan perlakuan diberikan serta rutin diberikan satu minggu sekali
dalam pemeliharaan. Pemeliharaan dilakukan hingga puyuh berumur 111 hari.
Pengamatan
Kualitas telur mulai dilakukan saat puyuh berumur 73 hari hingga puyuh
berumur 94 hari. Uji Vitamin A telur puyuh dilakukan di BBIA selama 2 minggu.
6
Analisis Data
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan yaitu:
P1: Kontrol (Jagung 50%)
P2: Sorgum 50% + 0% Tepung daun singkong
P3: Sorgum 50% + 1.5% Tepung daun singkong
P4: Sorgum 50% + 3% Tepung daun singkong
P5: Sorgum 50% + 4.5% Tepung daun singkong
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan dan menggunakan model
matematika sebagai berikut menurut Steel and Torrie (1995)
Yij = µ + τi + εij
Keterangan :
Yij = Perlakuan pengolahan ke-i dan ulangan ke-j
μ
= Rataan umum
τi
= Pengaruh perlakuan ke-i
εij = Galat (error) perlakuan ke-i ulangan ke-j
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian yaitu:
a. Bobot Telur
Bobot telur diperoleh dengan mengukur bobot utuh telur
menggunakan timbangan digital dalam satuan gram.
b. Bobot Kuning Telur
Bobot kuning telur yang diperoleh dengan menimbang kuning telur.
Persentase bobot kuning telur dihitung dengan membagi nilai bobot
kuning telur dengan bobot telur dikali 100%.
c. Bobot Putih Telur
Bobot putih telur diperoleh dengan menimbang putih telur.
Persentase bobot putih telur dihitung dengan membagi bobot putih telur
dengan bobot telur dikali 100%.
d. Bobot Kerabang Telur
Bobot kerabang telur diperoleh dengan menimbang kerabang yang
telah dibersihkan dari kulit ari. Persentase bobot kerabang telur dihitung
dengan membagi bobot kerabang dengan bobot telur dikali 100%.
e. Tebal Kerabang
Pengukuran tebal kerabang dilakukan pada tiga bagian kerabang
yaitu bagian lancip, tengah, dan tumpul. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan alat ukur kerabang berupa micrometer calliper (mm).
f. Skor Kuning Telur
Skor warna telur diukur dengan membandingkan warna kuning telur
dengan menggunakan standar roche yolk colour fan yang mempunyai
skala 1-15.
7
g. Haugh Unit
Haugh Unit diperoleh dengan menghitung nilai logaritma dari tinggi
putih telur yang ditransformasikan kedalam nilai koreksi dari fungsi berat
telur (Yuwanta 2010). Tinggi putih diukur dengan menggunakan Tripod.
Haugh Unit
= 100 log(H + 7.57 - 1.7 x W0.37)
Keterangan: H = Tinggi putih telur (mm)
W = Berat telur (g)
h. Vitamin A
Vitamin A dianalisis dengan menggunakan metode HPLC (High
Performance Liquid Cromatography). Bahan yang digunakan dalam
analisis merupakan hasil komposit dari kuning telur setiap ulangan dalam
perlakuan yang telah dihomogenkan.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan
ANOVA dan apabila hasil berbeda nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut
Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas telur diamati empat minggu akhir pemeliharaan puyuh. Parameter
yang diamati adalah bobot telur, bobot putih, bobot kuning, bobot kerabang,
warna kuning telur, tebal kerabang, haugh unit, dan vitamin A. Tabel 5
menunjukkan hasil analisa kualitas telur.
Tabel 5 Kualitas telur puyuh (Cortunix-cortunix japonica)
Peubah
Bobot Telur (g)
Skor Warna
Bobot Putih (g)
Persentase Bobot
Putih (%)
Bobot Kuning (g)
Persentase Bobot
Kuning (%)
Bobot Kerabang (g)
Persentase Bobot
Kerabang (%)
Tebal Kerabang
(mm)
Haugh Unit
Vitamin A (IU/100g)*
P1
10.12±0.15e
7.49±0.15a
5.73±0.11e
P2
10.59±0.08b
1.08±0.04e
6.00±0.05b
Perlakuan
P3
10.34±0.17c
3.89±0.23d
5.88±0.09d
P4
10.79±0.31a
5.22±0.28c
6.05±0.15a
P5
10.21±0.23d
7.00±0.15b
5.97±0.06c
56.64±0.65
56.73±0.33
56.89±0.89
56.07±1.30
58.58±0.78
3.11±0.06
3.32±0.03
3.19±0.15
3.38±0.13
3.15±0.14
30.69±0.44
31.27±0.20
30.82±0.97
31.29±0.55
30.88±0.80
0.95±0.02
0.97±0.03
0.97±0.02
0.99±0.03
0.95±0.02
9.38±0.18
9.16±0.27
9.37±0.11
9.20±0.24
9.31±0.09
0.15±0.001
0.15±0.02
0.15±0.004
0.15±0.004
0.15±0.001
90.98±0.18a
871.5
89.46±0.17e
915.5
90.55±0.43c
1317.5
90.32±0.30d
1322.5
90.86±0.27b
1366
Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata tiap perlakuan pada taraf
uji 5% (uji selang berganda Duncan). P1(ransum kontrol), P2(Sorgum 50% + TDS 0%),
P3(Sorgum 50% + TDS 1.5%), P4(Sorgum 50% + TDS 3%), P5 (Sorgum 50% + TDS 4.5%);*
Balai Besar Industri Agro (2013)
8
Bobot Telur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung sorgum dalam
ransum dapat meningkatkan bobot telur dibandingkan ransum jagung. Hal ini
menunjukkan bahwa zat makanan dalam ransum perlakuan dimanfaatkan dalam
jumlah lebih banyak dibandingkan ransum kontrol. Kandungan protein yang
terkandung dalam ransum berpengaruh terhadap bobot telur, ransum kontrol
memiliki kandungan protein ransum lebih rendah dibanding perlakuan lainnya.
Hal ini mengakibatkan bobot telur yang dihasilkan lebih kecil dibanding bobot
telur pakan perlakuan, selain itu kurangnya protein pakan kontrol membuat puyuh
mempertahankan bobot telurnya namun produksi telur menjadi rendah (lampiran
1). Rataan bobot telur pada penelitian ini adalah 10.42 g, menurut Song et al.
(2000) bobot normal telur puyuh berkisar 9.41-11.27 g. Siregar (2008)
melaporkan rataan bobot telur 10.99 g menggunakan ransum komersil yang
ditambahkan tepung daun singkong hingga 10%. Ghazvinian et al. (2011)
mengungkapkan bahwa bobot telur puyuh yang diberi ransum mengandung EM
2900 kkal kg-1 dan protein 20% bernilai 10.37 g. Penggunaan sorgum tanpa
tepung daun singkong berpengaruh terhadap bobot telur. Selain itu, penggunaan
sorgum dengan penambahan tepung daun singkong 3%
terbukti dapat
meningkatkan bobot telur sebesar 10.79 g dibanding kontrol 10.12 g. Selain dapat
meningkatkan bobot telur, penggunaan sorgum sebagai pakan tanpa penambahan
tepung daun singkong mampu meningkatkan produksi telur puyuh (Lampiran 1).
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan sorgum dalam ransum yang memiliki
kandungan EM 2900 kkal kg-1 dan protein sekitar 20% mampu menggantikan
jagung sebagai sumber energi serta memiliki kandungan protein yang tinggi
mampu meningkatkan bobot telur dan produksi telur dibandingkan dengan
ransum jagung.
Skor Kuning Telur
Warna kuning telur dipengaruhi oleh bahan yang mengandung xantophyll
antara lain CGM (275 mg kg-1), jagung kuning (20 mg kg-1), gandum (4 mg kg-1),
sorgum (1 mg kg-1), tepung alfalfa (175 mg kg-1), bunga marigold (7000 mg kg-1)
(Leeson and Summer 2005). Xantofil termasuk senyawa minor. Hal ini dilaporkan
oleh Delia et al. (2004) bahwa pada tumbuhan hijau karotenoid dibagi menjadi
karotenoid mayor dan minor, yang termasuk kedalam karotenoid mayor ialah
lutein, beta karoten, violaxantin, dan neoxantin, sedangkan karotenoid minor yaitu
alfa karoten, alfa dan beta kriptoxantin, zeaxantin, antheraxantin, lutein, dan
xantofil yang termasuk didalamnya. Pada hasil diperoleh warna kuning telur
tertinggi berasal dari ransum kontrol dengan sumber energi berasal dari jagung
yang memiliki rataan skor 7.49±0.15. Penggunaan ransum perlakuan dengan
penambahan tepung daun singkong dapat menyeimbangkan skor kuning telur
yang diberi ransum kontrol. Akhirany dalam Siregar (2008) menyatakan bahwa
xantophyll dalam tepung daun singkong merupakan senyawa terpenting dalam
pembentukan pigmen kuning telur. Madalena et al. (2007) menyatakan bahwa
total kandungan karoten dalam daun singkong dalam keadaan segar mencapai
806.7 µg g-1. Pemberiaan tepung sorgum yang dikombinasikan dengan tepung
daun singkong terbukti mampu menambah skor kuning telur. Penambahan skor
warna pada ransum perlakuan disebabkan adanya pemanfaatan xantofil dari
tepung daun singkong. Penambahan CPO pada ransum kontrol maupun perlakuan
9
diberikan dengan level yang sama membantu penambahan nilai warna kuning
telur.
P2
P4
P1
P3
P5
Gambar 3 Kuning telur puyuh penelitian. P1(ransum kontrol), P2(Sorgum 50%
+ TDS 0%), P3(Sorgum 50% + TDS 1.5%), P4(Sorgum 50% + TDS
3%), P5 (Sorgum 50% + TDS 4.5%)
Bobot Putih Telur
Stadelman and Cotteril (1995) putih telur disusun oleh 88% air dan 9.7%10.6% protein. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bobot putih telur yang
dihasilkan dari ransum penelitian menunjukkan bobot yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ransum yang mengandung energi jagung. Hal ini
menunjukkan bahwa sorgum dengan penambahan tepung daun singkong
mempengaruhi kualitas telur. Selain itu, protein yang terkandung dalam ransum
perlakuan lebih baik dibanding ransum kontrol. Hal ini didukung dengan
tingginya konsumsi protein dalam ransum. Yuwanta (2004) menyatakan bahwa
berat telur dengan rataan 8-10 g, menghasilkan proporsi kuning telur sebesar
30%-33%, putih telur 52%-60% dan bobot kerabang telur 7%-9%.
Bobot Kerabang Telur
Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot kerabang tidak dipengaruhi ransum
perlakuan. Rataan bobot kerabang telur penelitian 0.96±0.09 g, pemberian 3%
tepung daun singkong dalam ransum perlakuan memiliki bobot kerabang lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Siregar (2008) melaporkan
bahwa penggunaan tepung daun singkong mencapai level 10% tidak berpengaruh
terhadap bobot kerabang telur. Penyusun utama dalam pembentukan kerabang
telur adalah mineral kalsium (Stadelman and Cotteril 1995)
Bobot Kuning Telur
Suprijatna et al. (2005) melaporkan bahwa kuning telur tersusun atas
lemak dan protein yang bergabung menjadi lipoprotein, dan sepertiga dari
lipoprotein tersebut merupakan fraksi terendah densitas dan disintesis oleh hati
melalui hormon esterogen. Penambahan lemak dan protein pada pakan yang
sedang berproduksi dapat meningkatkan ukuran kuning telur. Hasil analisa bobot
kuning telur dalam penelitian tidak menunjukkan adanya perbedaan akibat
perlakuan. Hal ini terjadi karena kandungan lemak dalam pakan seimbang, oleh
karena itu tidak terlalu mempengaruhi bobot kuning telur. Anggorodi (1975)
menyatakan bahwa bobot telur dipengaruhi oleh protein dan asam amino yang
cukup dalam pakan, apabila puyuh diberikan pakan dengan kandungan protein
yang rendah dapat menyebabkan pembentukan kuning telur yang kecil (Stadelman
and Cotteril 1995).
10
Tebal Kerabang
Hasil analisa menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada kerabang
telur. Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian ransum kontrol maupun ransum
penelitian memiliki rataan yang relatif sama dalam setiap ulangannya. Rataan
tebal kerabang penelitian yaitu 148±46 µm. Sumber mineral paling utama dalam
pembentukkan kerabang adalah kalsium. Stadelman and Cotterill (1995)
menyatakan bahwa komponen dasar dalam pembentukkan kerabang telur adalah
kalsium (98.2%), magnesium (0.9%), dan fosfor (0.9%).
Haugh Unit
Haugh Unit didapat dari pengukuran tinggi putih telur dan dipengaruhi
oleh lama penyimpanan dan suhu lingkungan. Hasil pengamatan menunjukkan
terdapat pengaruh nyata pada taraf 5% dari perlakuan yang diberikan. Hal ini
terjadi karena pengamatan dilakukan ketika telur dalam keadaan segar, sehingga
nilai menjadi beragam. Hasil menunjukkan adanya Nilai haugh unit dalam
penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan Hazim et al.(2010) yang memiliki
nilai haugh unit telur puyuh 87.57. Menurut USDA (2000) kualitas telur
penelitian ini termasuk dalam kelas AA. Hal ini terjadi karena pengukuran
dilakukan ±24 jam, sehingga dapat menghasilkan haugh unit yang tinggi dan
memenuhi standar.
Vitamin A
Nilai vitamin A dalam telur dipengaruhi oleh kandungan beta karoten
ransum. Scott et al. (1982) menyatakan bahwa vitamin A kuning telur akan
meningkat sejalan dengan bertambahnya kadar vitamin A dalam ransum.
Andarwulan and Koswara (1992) menyatakan bahwa karotenoid merupakan
prekursor vitamin A yang dikenal dengan provitamin A, provitamin A yang paling
potensial ialah beta karoten. Hasil uji kandungan beta karoten atau yang lebih
dikenal dengan provitamin A pada tepung daun singkong dari Balai Besar Industri
Agro (2013) adalah 154 mg kg-1 setara dengan 154 µg g-1.
Madalena et al.(2007) menyatakan bahwa total kandungan karoten dalam
daun singkong dalam keadaan segar mencapai 806.7 µg g-1. Pemanfaatan karoten
menjadi beta karoten pada daun singkong hanya 19.09% dari total kandungan
karotenoid yang dikemukan oleh Madalena et al. (2007). NRC (1994) mengatakan
bahwa kebutuhan vitamin A untuk puyuh fase pertumbuhan dan breeding ialah
1650 IU dan 3300 IU. Data pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa pemberian
ransum kontrol maupun ransum perlakuan dapat menghasilkan vitamin A yang
tinggi dalam kuning telur. Pemberian tepung daun singkong yang mengandung
154 mg kg-1 beta karoten pada taraf pemberian 1.5%, 3%, 4.5% menyerap 34.21%,
17.17%, 11.82% vitamin A dalam telur. Hal ini menunjukkan bahwa titik
optimum penyerapan vitamin A telur berada pada taraf 1.5%. Persentase tersebut
dihasilkan dari hasil perhitungan dengan mengkonversi beta karoten menjadi
vitamin A (IU) yang mengatakan bahwa 1 mg betakaroten setara dengan 1667 IU
(NRC 1994). Henley et al. (2010) menyatakan bahwa sorgum memiliki
kandungan vitamin A sebesar 16 IU 100g-1. Ramli and Rismawati (2007)
melaporkan bahwa kandungan provitamin A daun singkong yaitu 100000-300000
IU. Kandungan vitamin A yang tinggi pada telur tidak berbanding lurus dengan
skor warna telur. Hal ini disebabkan karena vitamin A diperoleh dari pemanfaatan
11
provitamin A dalam bentuk beta karoten, sedangkan skor warna telur diperoleh
dari pigmen xantofil yang terdapat dalam daun singkong.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sorgum dapat menggantikan jagung sebagai sumber energi dalam ransum
dan dapat menghasilkan bobot telur dan produksi telur yang tinggi. Sorgum yang
ditambahkan tepung daun singkong terbukti dapat menyeimbangkan kandungan
karotenoid yang tersimpan dalam skor warna telur (xantofil) dan kandungan
vitamin A (beta karoten). Kandungan vitamin A pada telur tidak berbanding lurus
dengan skor kuning telur yang dihasilkan.
Saran
Penggunaan sorgum sebagai sumber energi sangat baik untuk digunakan
dalam ransum unggas. Perlu dilakukan peningkatan level pemberian tepung daun
singkong untuk menghasilkan skor kuning telur yang tinggi. Peningkatan standar
protein ransum sebesar (22%-23%) dengan menggunakan tepung daun untuk
meningkatkan produksi telur.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan N, Koswara S. 1992. Kimia Vitamin Ed 1. Jakarta (ID). Rajawali.
Anggorodi HR. 1975. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Jakarta (ID).Gramedia
Pustaka Utama.
Ghazvinian K, Irani M, Jamshidi R, Mirzei-Aghsagali A, Siadati SA, JavaheriVaighan A. 2011. The effect of energy to protein ration on production
performance and characteristics of japanese quails eggs. Annals of Biol
Res 2(2):122-128.
Haman N.2013. Performa produksi dan warna kuning telur puyuh jepang yang
diberi sorgum putih dan Tepung daun singkong [skripsi]. Bogor (ID).
Institut Pertanian Bogor.
Hazim JA, Razuki WM, Al-Hayani WK, Al-Hassani AS. 2010. Effect of dietary
linseed on egg quality of laying quail. Int J Poult Sci 9(6): 584-580.
Henley EC, Rooney L, Dahlberg J, Bean S, Weller C, Turner W, Awika J, Haub
M, Smail V. 2010. Sorgum: An Ancient, Healthy, and Nutritious Old
World Cereal. United Sorgum Checkoff Program.
Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition 3rd edition. Guelph
(UK). Nottingham University Pr.
12
Madalena, Heriyanto, Susanti PH, Leenawati L. 2007. The effect of heating time
to the content of pigment and vitamin A in cassava (Manihot esculenta
Crantz) and ceara-rubber (Manihot glaziovii Muell. Arg) leaves.
Indo.J.Chem 7(1):105-110.
Mahardika G. 2007. Perubahan warna kuning telur itik lokal dengan penambahan
tepung kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan tepung daun singkong
(Manihot esculenta Crantz) pada pakan [skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.
Myer RO, Gorbet DW, Combs GE. 1986. Nutritive value of high and lowtannin
grain sorghums harvested and stored in the high-moisture state for
rowing-finishing swine. J.Anim.Sci 62(3):1290-1297.
National Research Council [NRC]. 1994. Nutrient Requirment of Poultry 9th
revised edition. Washington DC (US). National Academy Pr.
Odunsi AA, Sanusi TO, Ogunleye JB. 2007. Comparative evaluation of maize,
sorghum, millet, and biscuit waste meal as dietary energy sources for
laying Japanese quails in a derived savannah zone of Nigeria. Int J Appl
Agr Apicultural Res 4 (1&2): 90-96.
Ramli N, Rismawati. 2007. Integrasi tanaman singkong dan ternak unggas. Kapat
Komisi Pakan 13-15 Juni 2007. Nutrisi Teknologi Pakan. Bogor (ID).
Institut Pertanian Bogor.
Rostagno HS, Featherston WR, Rogler JC. 1973. Studies on the nutritional value
of sorghum grains with varying tannin contents for chicks.A. Review.
growth studies Poult.Sci 52(2):765-772
Scott ML, Nesheim MC, Young RJ. 1982. Nutrition of the Chicken 3rd Edition.
Ithaca. New York (US). M.L. Scott and Association.
Sirappa MP. 2003. Prospek pengembangan sorgum di Indonesia sebagai
komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. J Litb Pert 22
(4):133-140
Siregar B. 2008. Pengaruh penambahan tepung daun singkong (Manihot utilisima
crantz) dalam pakan terhadap performans produksi telur puyuh (Cortunixcortunix japonica) petelur. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol
11(1):28-33.
Song KT, Choi SH, Oh HR. 2000. A comparison of egg quality of pheasant,
chukar, quail, and guinea fowl. Asian-Aus. J.Anim.Sci.13(7):986-990.
Stadelman WJ, Cotteril OJ. 1995. Egg Science and Technology. 4th Edition.
Binghamton (US). The Hawort Pr.
Steel RG, Torrie RA. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan B.
Soemantri. Jakarta (ID). Gramedia Pustaka Utama.
Suprijatna E, Atmomarsono U, Sudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Jakarta (ID). Penebar Swadaya.
USDA. 2000. Egg Grading Manual. Washington DC (US). United States
Department of Agricultural Handbook No:75.
Yuwanta T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta (ID). Kanisius.
Yuwanta T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Yogyakarta (ID). Gadjah Mada
University Pr.
13
Lampiran 1 Produksi telur, konsumsi pakan, dan konversi pakan telur Puyuh
Variabel
Produksi
Telur (%
HD)
Konsumsi
pakan (g)
Konversi
pakan
P1
P2
P3
P4
P5
44.08±3.37b
39.72±11.59c
35.52±5.52d
18.76±0.62c 20.13±0.16a 19.09±0.43bc
20.59±0.82a
20.04±0.37ab
6.42±2.04
5.86±0.96
34.67±5.97e 56.06±3.78a
6.30±1.66
4.39±0.24
4.67±0.77
Haman (2013)
Lampiran 2 Analisis ekonomi
Parameter
Konsumsi pakan (g hari-1)
Harga pakan (Rp kg-1)
Biaya pakan (Rp)
Produksi telur (%)
Nilai jual telur puyuh (Rp)
Pendapatan (Rp)
P1
18.76
5549.61
4372.65
34.67
6934
2561.35
P2
20.13
4921.13
4160.62
56.06
11212
7051.38
P3
19.09
4897.95
3927.08
44.08
8816
4888.92
P4
20.59
4846.18
4190.88
39.72
7944
3752.12
P5
20.04
4713.74
3967.46
35.52
7104
3136.54
Haman (2013)
Lampiran 3 Perhitungan % penyerapan vitamin A dalam telur
a. Konversi 154 mg kg-1 menjadi mg g-1
b. Betakaroten yang terkandung tiap perlakuan
P3:
P4:
P5:
c. Konversi betakaroten menjadi IU vitamin A (1 mg betakaroten= 1667 IU)
P3:
2.31 mg
1667 IU = 3850.77 IU
P4:
4.62 mg 1667 IU = 7701.54 IU
P5:
6.93 mg 1667 IU = 11552.31 IU
d. Persentase vitamin A yang terserap dalam telur
P3:
P4:
P5:
14
Lampiran 4 Analisis sidik ragam bobot telur
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
10
14
JK
0.917
0.418
1.335
KT
0.229
0.042
0.095
Fhit
5.488
F0.05
3.478
F0.01
5.994
db= derajat bebas; JK=Jenis Keragaman; KT= Kuadrat Tengah; Fhit= F hitung; F0.05 dan F0.01=
Signifikansi
Lampiran 5 Uji jarak berganda Duncan bobot telur
Perlakuan
Subset for alpha = 0.05
2
1
1
10.1167
5
10.2467
10.2467
3
10.3400
10.3400
2
10.5633
3
10.5633
4
10.7867
Sig.
0.245
0.110
0.225
Lampiran 6 Analisis sidik ragam score kuning telur
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
10
14
JK
80.342
0.359
80.700
KT
20.085
0.036
5.764
Fhit
3.484
F0.05
3.478
F0.01
5.994
Lampiran 7 Uji jarak berganda Duncan score kuning telur
Perlakuan
N
2
3
3
3
4
3
5
3
1
3
Sig.
1
1.0833
2
Subset for alpha = 0.05
3
4
5
3.8900
5.2167
6.9200
7.4867
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
Lampiran 8 Analisis sidik ragam bobot putih telur
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
10
14
JK
0.192
0.098
0.289
KT
0.048
0.010
0.021
Fhit
4.892
F0.05
3.478
F0.01
5.994
15
Lampiran 9 Uji jarak berganda Duncan bobot putih telur
Perlakuan
N
1
3
5
2
3
3
3
3
4
3
Subset for alpha = 0.05
1
2
5.7300
5.8833
5.9133
5.8833
5.9133
6.0067
6.0467
Sig.
0.080
0.121
Lampiran 10 Analisis sidik ragam tebal kerabang
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
10
14
JK
0.000059
0.000527
0.000586
KT
0.000015
0.000053
0.000042
Fhit
0.281
F0.05
3.478
F0.01
5.994
Fhit
1.964
F0.05
3.478
F0.01
5.994
Lampiran 11 Analisis sidik ragam bobot kerabang telur
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
10
14
JK
0.0037
0.0047
0.0084
KT
1.087
0.083
0.370
Lampiran 12 Analisis sidik ragam bobot kuning telur
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
10
14
JK
0.155
0.122
0.277
KT
0.039
0.012
0.020
Fhit
3.170
F0.05
3.478
F0.01
5.994
Lampiran 13 Analisis sidik ragam Haugh Unit
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
10
14
JK
4.350
0.825
5.175
KT
1.087
0.083
0.370
Fhit
13.179
F0.05
3.478
F0.01
5.994
Lampiran 14 Uji Jarak Berganda Duncan Haugh Unit
Perlakuan
N
2
4
3
5
1
Sig.
3
3
3
3
3
1
Subset for alpha = 0.05
2
3
89.4600
90.3133
90.5533
90.7733
1.000
0.081
90.5533
90.7733
91.0133
0.081
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Indramayu, Jawa Barat tanggal 5
April 1991 sebagai anak ketiga dari 4 bersaudara pasangan Bapak
Paulus Sugiman dan Ibu Cresentia Sutinem (Alm). Pada tahun
2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kandanghaur, Indramayu
dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota
Lembaga Kemahasiswaan Keluarga Mahasiswa Katolik IPB
(KeMaKI) tahun 2009-2013, Koordinator Koor Mahasiswa
Katolik IPB 2010/2011, Wakil Ketua Lembaga Kemahasiswaan
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB 2011/2012. Penulis pernah menjadi Peserta IPB Goes
to Field (IGTF) di Kecamatan Tlogohendro, Pekalongan pada tahun 2010, mengikuti
Magang Laboratorium Mikrobiologi Departemen Nutrisi dan Teknologi Pakan dan PT
Sierad Produce tahun 2012, dan salah satu penerima Program Kreativitas Mahasiswa
bidang Kewirausahaan yang berjudul “Aquatown City” tahun 2012.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih atas rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Substitusi Jagung dengan
Sorgum yang ditambahkan Tepung Daun Singkong terhadap Kualitas Telur Puyuh”
dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Rita Mutia M.Agr selaku dosen
pembimbing utama dan kepada Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah MS selaku dosen
pembimbing akademik dan pembimbing anggota, atas bantuan, bimbingan, pengarahan,
dan motivasi selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Terima kasih kepada Dr.
Supriyanto yang telah memberi semangat, motivasi, dan dukungan secara finansial
sehingga penelitian dapat terlaksana dengan lancar. Terima kasih kepada SEAMEO
BIOTROP yang telah memberikan tempat sehingga penulis dapat melakukan penelitian
dengan baik. Terima kasih untuk Ibu Neneng (BBIA) yang telah membantu dalam
pengamatan vitamin A. Terima kasih kepada Dr.Ir. Muhammad Ridla M.Agr dan Dr.
Zakaria S.Pt., MSi selaku penguji sidang sarjana, serta terimakasih kepada Dr. Ir. Widya
Hermana MSi sebagai dosen penguji seminar (23 Juli 2013) dan panitia sidang (05
Desember 2013).
Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada ayahanda tercinta
Paulus Sugiman serta kakak adik terkasih Valentina Cres Paulin, Odilia Cresty Septiani,
dan Fidelis Cres Fina Ningsih yang selalu mendoakan, memberi semangat, motivasi,
mengingatkan, dan kasih sayang tak terhingga. Terima kasih untuk Alm. Mama Cresentia
S yang selalu mendoakan penuh. Terima kasih kepada sahabat terkasih Mona, Ari,
Tamada, Wiwik, Nita, Patricia, Regina, Basa, Dhito, KeMaKI, puella domini, Jubed, Fitri,
Ayu, Nita, Nutritiousz46, dan teman satu penelitian Nur Haman atas kerja sama,
dukungan, dan semangat. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan pengalaman berharga hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaaat terutama bagi dunia peternakan.
Bogor,
Januari 2014
Vinsensia Cres Priningrum
DITAMBAHKAN TEPUNG DAUN SINGKONG
TERHADAP KUALITAS TELUR PUYUH
VINSENSIA CRES PRININGRUM
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN DAN SUMBER INFORMASI SERTA
PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Substitusi Jagung
dengan Sorgum yang ditambahkan Tepung Daun Singkong Terhadap Kualitas
Telur Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Vinsensia Cres Priningrum
NIM D24090074
ABSTRAK
VINSENSIA CRES PRININGRUM. Substitusi Jagung dengan Sorgum yang
ditambahkan Tepung Daun Singkong terhadap Kualitas Telur Puyuh. dibawah
bimbingan RITA MUTIA dan IBNU KATSIR AMRULLAH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi/menguji pengaruh substitusi
jagung dengan sorgum yang ditambahkan tepung daun singkong dalam ransum
terhadap kualitas telur puyuh. Puyuh betina yang digunakan berumur 3 minggu
sebanyak 150 ekor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan lima perlakuan, tiga kali ulangan (10 ekor setiap ulangan). Perlakuan yang
diberikan adalah ransum kontrol (P1), 50% sorgum + tepung daun singkong
(TDS) 0% (P2), 50% sorgum + tepung daun singkong 1.5% (P3), 50% sorgum +
tepung daun singkong 3% (P4), 50% sorgum + tepung daun singkong 4.5% (P5).
Peubah yang diamati ialah kualitas telur yang mencakup bobot telur, bobot putih,
bobot kuning, bobot kerabang, tebal kerabang, skor warna telur, haugh unit, dan
kandungan vitamin A dalam kuning telur. Analisis data menunjukkan bahwa
penggunaan sorgum dengan penambahan 4.5% tepung daun singkong
menghasilkan kandungan vitamin A lebih tinggi dari ransum kontrol. Pada
kualitas telur menunjukkan bahwa warna kuning telur yang tinggi dihasilkan oleh
puyuh yang ransum kontrol. Selain skor, yang berpengaruh nyata terhadap pakan
adalah bobot telur, bobot putih telur, dan haugh unit.
Kata kunci: kualitas telur, sorgum, telur puyuh, tepung daun singkong, vitamin A
ABSTRACT
VINSENSIA CRES PRININGRUM. Combinations White Sorgum as corn
subtitution with Manihot esculenta leaves meal on quality of Japanese Quail Egg.
Supervised by RITA MUTIA and IBNU KATSIR AMRULLAH.
Sorgum is an energy sources which is highly potential to develop. It has
low carotene level, so it has to be balanced by adding carotene in the feed meal.
Cassava leaf meal is a kind of forages which has high carotene level 154mg kg-1.
This research aimed to study the effect of White Sorgum as corn subtitution with
cassava leaves meal combination on the quality and vitamin A of Japanese Quail
Egg. This observations used completely randomized design with five treatment
and three repetition (10 eggs/repetition). The treatments are control (P1), 50%
sorgum + cassava leaves meal 0% (P2), 50% sorgum + cassava leaves meal 1.5%
(P3), 50% sorgum + cassava leaves meal 3% (P4), 50% sorgum + cassava leaves
meal 4.5% (P5). It is concluded that sorgum and cassava leafs meal were able to
increase egg weight, yolk color, albumin weight, haugh unit, and vitamin A level.
Keywords: cassava leaves meal, egg quality, sorgum, quail egg, vitamin A
SUBSTITUSI JAGUNG DENGAN SORGUM YANG
DITAMBAHAKAN TEPUNG DAUN SINGKONG
TERHADAP KUALITAS TELUR PUYUH
VINSENSIA CRES PRININGRUM
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Substitusi Jagung dengan Sorgum yang Ditambahkan Tepung
Daun Singkong terhadap Kualitas Telur Puyuh
Nama
: Vinsensia Cres Priningrum
NIM
: D24090074
Disetujui oleh
Dr Ir Rita Mutia, MAgr
Pembimbing I
Dr Ir Ibnu Katsir Amrullah, MS
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Substitusi Jagung dengan Sorgum yang Ditambabkan Tepung
Daun Singkong terbadap Kualitas Telur Puyuh
Nama
: V insensia Cres Priningrum
: D24090074
NIM
Disetujui oleh
Dr Ir Rita Mutia, .MAgr
Pembimbing I
Dr Ir Ibnu Katsir Amrullah. MS
Pembimbing II
anca Dewi MHK. MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
0 B JAN It I ·
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Substitusi Jagung
dengan Sorgum yang ditambahkan Tepung Daun Singkong terhadap Kualitas
Telur Puyuh”, yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013.
Karya ilmiah ini berisi tentang pemanfaatan sorgum dalam pakan unggas
dengan pemanfaatan tepung daun singkong didalamnya. Karya ilmiah ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan wawasan yang
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan semoga kekurangan yang
terdapat pada tulisan ini dapat diperbaiki dalam tulisan selanjutnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,
Januari 2014
Vinsensia Cres Priningrum
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Bahan
Alat
Lokasi Penelitian
Prosedur Penelitian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
Bobot Telur
Score Kuning Telur
Berat Putih Telur
Berat Kerabang Telur
Berat Kuning Telur
Tebal Kerabang Telur
Haugh Unit
Vitamin A
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMAKASIH
vi
vi
vi
1
3
3
5
5
5
6
8
8
8
8
9
9
10
10
10
10
10
11
11
11
11
14
17
17
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Hasil analisis proksimat tepung sorgum (% BK)
Hasil analisis proksimat tepung daun singkong (% BK)
Susunan ransum penelitian
Kandungan nutrien ransum perlakuan (% as fed)
Kualitas telur puyuh (Cortunix-cortunix japonica)
Kandungan vitamin A telur puyuh (IU 100g-1)
3
4
4
5
8
11
DAFTAR GAMBAR
1 Sorghum bicolor
2 Daun singkong
3 Kuning telur puyuh penelitian
3
3
10
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Produksi telur, konsumsi pakan, dan konversi pakan telur puyuh
Analisis ekonomi
Perhitungan % penyerapan vitamin A dalam Telur
Hasil sidik ragam bobot telur
Uji jarak berganda Duncan bobot telur
Hasil sidik ragam score kuning telur
Uji jarak berganda Duncan score kuning telur
Hasil sidik ragam berat putih telur
Uji jarak berganda Duncan berat putih telur
Hasil sidik ragam tebal kerabang telur
Hasil sidik ragam bobot kerabang telur
Hasil sidik ragam bobot kuning telur
Hasil sidik ragam Haugh Unit
Uji jarak berganda Duncan Haugh Unit
14
14
14
15
15
15
15
15
16
16
16
16
16
16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komoditi yang paling banyak diminati, tidak
hanya untuk pakan namun juga untuk pangan. Penggunaan jagung dalam pakan
bisa mencapai lebih dari 50% dalam ransum (Odunsi 2007). Hal ini disebabkan
karena jagung termasuk dalam sumber energi yang memiliki kandungan
karbohidrat yang cukup tinggi. Kandungan energi metabolis pada jagung menurut
Lesson and Summer (2005) adalah 3300 kkal kg-1, selain itu jagung memiliki
kandungan xantofil sebesar 20 mg kg-1. Namun, jagung merupakan komoditi yang
konsumsinya perlahan-lahan meningkat tidak hanya pada bidang pakan namun
juga bidang pangan sehingga meningkatnya konsumsi mengakibatkan harga
jualnya ikut meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan pemanfaatan sumber energi
(karbohidrat) lain yang memiliki kandungan energi metabolis dan nutrisi mirip
dengan jagung. sumber karbohidrat yang menyerupai dengan jagung dan baik
digunakan dalam pakan ialah sorgum.
Sorgum merupakan tanaman serealia yang toleran terhadap kekeringan,
genangan air, dan tahan terhadap gangguan hama penyakit. Sorgum menghasilkan
biji-bijian yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan unggas, daun serta batangnya
dapat dimanfaatkan untuk pakan ruminansia. Produksi sorgum dalam negeri
menurut Sirappa (2003) masih tergolong rendah dibandingkan dengan Amerika
Serikat, Argentina, dan Cina yaitu 0.72 ton Ha-1. Sorgum termasuk dalam bahan
sumber karbohidrat dengan kandungan energi metabolisnya mencapai 3212 kkal
kg-1 (NRC 1994). Selain itu, sorgum mempunyai kandungan protein yang tinggi
dan lemak yang rendah dibandingkan jagung yaitu 12.99% dan 2.34%. Rostagno
et al. (1973) melaporkan bahwa terdapat faktor yang menjadi pertimbangan dalam
penggunaan sorgum sebagai substitusi jagung yaitu kandungan tanin. Sorgum
dibagi menjadi dua jenis yaitu sorgum tinggi tanin (1.3%-3.6%) dan sorgum
rendah tanin (0.1%-0.7%) (Myer et al. 1986), dan dalam NRC (1994) menyatakan
bahwa sorgum yang rendah tanin berada pada taraf kurang dari 1% dan tinggi
tanin berada pada taraf lebih dari 4%. Kandungan tanin dalam sorgum dapat
mengganggu metabolisme karbohidrat dan protein. Selain tanin, sorgum memiliki
kandungan karoten yang rendah yaitu 1 mg kg-1 (Lesson and Summer 2005). Oleh
karena kandungan karoten yang rendah, penggunaan sorgum sebagai substitusi
jagung harus ditambahkan dengan bahan sumber karoten sehingga dapat
menyeimbangkan kandungan karoten dalam jagung. Bahan karoten yang dapat
meningkatkan kandungan karoten dalam sorgum salah satunya ialah daun
singkong.
Daun singkong merupakan salah satu limbah tanaman singkong yang
memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu 22.6%. selain memiliki kandungan
protein yang tinggi, daun singkong memiliki kandungan beta karoten sebesar 154
mg kg-1. Beta karoten merupakan bagian dari karotenoid yang berperan sebagai
provitamin A, bagian karotenoid lain yang berperan memberikan pigmen warna
pada kuning telur dan warna kulit yang dikenal dengan xantofil (NRC 1994).
Siregar (2008) melaporkan bahwa xantofil merupakan provitamin A yang tidak
aktif dan berpengaruh terhadap indeks kuning telur. Penggunaan tepung daun
2
singkong pada puyuh hingga taraf 10% tidak mengganggu pertumbuhan dan
produksi telur dan dapat meningkatkan warna kuning telur (Siregar 2008).
Mahardika (2007) menyatakan bahwa pemberian tepung daun singkong dengan
taraf 6% pada itik mempengaruhi tingkat konsumsi pakan dan pada taraf 9% dapat
meningkatkan warna kuning telur. Keuntungan dari daun singkong yaitu selain
mudah ditemukan dan harganya terjangkau, kandungan nutrisi yang terdapat
dalam daun singkong dapat membantu sorgum sebagai substitusi dari jagung.
Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah puyuh (Cortunix-cortunix
japonica).
Penggunaan sorgum sebagai sumber energi diharapkan dapat
menggantikan jagung sebagai sumber karbohidrat dalam pakan. Penambahan
tepung daun singkong dalam pakan substitusi dapat menyeimbangkan kandungan
nutrisi dalam jagung dalam kandungan karotenoid (xantofil dan beta karoten).
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pakan substitusi
jagung dengan sorgum yang ditambahkan tepung daun singkong terhadap kualitas
telur puyuh.
METODE PENELITIAN
Bahan
Ternak
Puyuh yang dipelihara selama penelitian sebanyak 150 ekor puyuh petelur
yang berumur 30 hari. Puyuh yang digunakan diperoleh dari salah satu peternakan
daerah Cileungsi, Bogor yaitu jenis Cortunix-cortunix japonica berwarna cokelat
yang dipelihara selama 15 minggu.
Sorgum
Biji sorgum (low tannin) yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari
Laboratorium Silvikultur ,SEAMEO BIOTROP. Hasil analisis proksimat tepung
sorgum dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar 1 Sorghum bicolor
3
Tabel 1 Hasil analisis proksimat tepung sorgum (% BK)
BK
(%)
85.83
Abu
(%)
2.67
PK
(%)
12.99
SK
(%)
2.34
LK
(%)
1.76
BETN
(%)
68.74
ME*
(kkal kg-1)
3212
Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (2013), *NRC (1994)
Daun singkong
Daun singkong yang digunakan dalam ransum penelitian diperoleh dari
Kampung Buntar daerah sekitar SEAMEO BIOTROP, Tajur. Hasil analisis
proksimat tepung daun singkong dapat dilihat pada Tabel 2.
Gambar 2 Daun singkong
Tabel 2 Hasil analisis proksimat tepung daun singkong (% BK)
BK
(%)
Abu
(%)
PK
(%)
SK
(%)
LK
(%)
BETN
(%)
Betakaroten*
(mg kg-1)
88.85
3.43
22.6
11.13
7.6
39.52
154
ME**
(kkal kg-1)
2421.99
Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (2013); *Balai Besar Industri Agro, Bogor
(2013);**(MEn = 39.14 x BK – 39.14 x Abu – 82.87 x SK) (NRC 1994)
Ransum
Ransum penelitian terdiri dari ransum kontrol dan ransum perlakuan.
Ransum kontrol menggunakan jagung tanpa penambahan tepung daun singkong,
sedangkan ransum perlakuan menggunakan sorgum dengan penambahan tepung
daun singkong sebagai sumber karoten. Ransum perlakuan disusun sesuai dengan
rekomendasi National Research Council (1994). Bahan pakan yang digunakan
adalah sorgum, jagung, MBM, tepung ikan, bungkil kedelai, dedak padi, DLMethionine, DCP, CPO, kapur, garam, premix, dan daun singkong. Susunan
ransum yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 dan
kandungan nutrien ransum perlakuan pada Tabel 4.
4
Tabel 3 Susunan ransum penelitian dan harga pakan
Bahan Pakan
Jagung lokal
Sorghum bicolor
Dedak halus
Bungkil kedelai – USA
Tepung ikan
MBM
Kapur
DCP
Garam
CPO
L-Lysin
DL-Methionine
Premix
Tepung daun singkong
TOTAL
Harga (Rp)
P1
50.00
0.00
11.60
18.90
5.50
5.00
4.60
1.00
0.45
2.50
0.00
0.20
0.25
0
100.00
5549.61
P2
0.00
50.00
12.67
17.85
5.50
5.00
4.53
1.00
0.30
2.50
0.15
0.25
0.25
0
100.00
4921.13
P3
P4
0.00
0.00
50.00
50.00
11.70
11.00
17.35
16.72
5.50
5.08
5.00
5.50
4.50
4.28
0.95
0.90
0.30
0.30
2.50
2.50
0.20
0.22
0.25
0.25
0.25
0.25
1.50
3.00
100.00 100.00
4897.95 4846.18
P5
0.00
50.00
11.06
15.55
5.50
5.00
4.09
0.80
0.30
2.50
0.20
0.25
0.25
4.50
100.00
4713.74
Iso protein-iso energi mengacu National Research Council (1994); P1(pakan kontrol); P2 (Sorgum
50% + 0% tepung daun singkong); P3(Sorgum 50% + 1.5% tepung daun singkong); P4(Sorgum
50% + 3% tepung daun singkong); P5(Sorgum 50% + 4.5% tepung daun singkong)
Tabel 4 Kandungan nutrien ransum perlakuan (% as fed)
Nutrien
P1
P2
P3
Bahan kering (%)
92.50
90.81
91.24
Abu (%)
10.39
12.03
11.19
Protein kasar (%)
17.97
19.62
20.68
Serat kasar (%)
3.28
4.31
4.45
Lemak kasar (%)
5.93
5.03
4.70
Beta-N (%)
54.93
49.82
50.22
Energi metabolis(kkal kg-1)*
2974.09 2929.98 2928.01
Ca (%)*
2.87
2.86
2.85
P (%)*
0.99
1.02
1.00
Lisin (%)*
1.06
1.04
1.08
Methionin (%)*
0.55
0.51
0.51
Karoten (ppm)*
8.50
0.50
2.81
P4
87.43
10.11
19.14
2.64
4.61
20.93
2930.21
2.79
1.00
1.08
0.51
5.12
P5
87.47
9.43
18.13
3.4
6.11
49.96
2939.97
2.69
0.97
1.06
0.51
7.43
Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat, Institut Pertanian Bogor
(2013); *Hasil perhitungan(banyaknya
pemakaian dalam ransum(%) x kandungan nutrisi); P1(pakan kontrol); P2 (Sorgum 50% + 0%
tepung daun singkong); P3(Sorgum 50% + 1.5% tepung daun singkong); P4(Sorgum 50% + 3%
tepung daun singkong); P5(Sorgum 50% + 4.5% tepung daun singkong)
5
Alat
Alat yang digunakan dalam kandang adalah 15 buah tempat makan, 15 buah
tempat minum, pembersih kandang, timbangan digital, pot bekas sebagai
penampung telur, plastik, terpal sebagai alas pencampuran bahan pakan. Selain
itu, alat lain yang digunakan adalah yolk colour fan, cawan petri, pengukur tebal
kerabang (micrometer calliper), pisau, meja kaca, tisu, dan alat pengukur vitamin
A (High Performance Liquid Cromatography).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan terhitung dari bulan
Februari hingga Mei 2013. Pemeliharaan dilakukan di Green House Laboratorium
Silvikultur SEAMEO BIOTROP (South East Asia Regional Center for Tropical
Biology) Jl. Raya Tajur km 6, Bogor. Pengamatan dilakukan di Laboratorium
Nutrisi Ternak Unggas, dan Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati
dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Analisis vitamin A dilakukan di Balai
Besar Industri Agro (BBIA),Bogor.
Prosedur Penelitian
Persiapan Kandang
Kandang dan peralatan yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu
dengan menggunakan desinfektan. Setelah kandang dibersihkan, daerah kandang
ditabur dengan kapur yang bertujuan agar tehindar dari kuman penyakit.
Ransum Penelitian
Daun singkong yang digunakan dalam ransum penelitian terlebih dahulu
dikeringkan dibawah sinar matahari selama dua hari. Setelah kering, daun
singkong digiling menjadi tepung dan selanjutnya dicampur dalam ransum yang
dihomogenkan terlebih dahulu dengan CPO (Crude Palm Oil) lalu dicampur
dengan biji sorgum yang telah halus. Tepung Daun singkong (TDS) yang
diberikan memiliki kadar yang berbeda yaitu 0%, 1.5%, 3%, 4.5% dalam ransum
tanpa tangkai.
Pemeliharaan
Pemeliharaan menggunakan puyuh berumur 30 hari. Puyuh pertama kali
bertelur pada umur 54 hari. Perlakuan diberikan saat puyuh berumur 68 hari.
Ransum diberikan dua kali dalam sehari pukul 07.00 dan 15.00 WIB. Pakan yang
diberikan dibatasi pemberiannya yaitu 23 g ekor-1 hari-1, namun air minum
diberikan ad libitum. Puyuh diberikan Vitachick saat puyuh datang dan diberikan
kembali saat pakan perlakuan diberikan serta rutin diberikan satu minggu sekali
dalam pemeliharaan. Pemeliharaan dilakukan hingga puyuh berumur 111 hari.
Pengamatan
Kualitas telur mulai dilakukan saat puyuh berumur 73 hari hingga puyuh
berumur 94 hari. Uji Vitamin A telur puyuh dilakukan di BBIA selama 2 minggu.
6
Analisis Data
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan yaitu:
P1: Kontrol (Jagung 50%)
P2: Sorgum 50% + 0% Tepung daun singkong
P3: Sorgum 50% + 1.5% Tepung daun singkong
P4: Sorgum 50% + 3% Tepung daun singkong
P5: Sorgum 50% + 4.5% Tepung daun singkong
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan dan menggunakan model
matematika sebagai berikut menurut Steel and Torrie (1995)
Yij = µ + τi + εij
Keterangan :
Yij = Perlakuan pengolahan ke-i dan ulangan ke-j
μ
= Rataan umum
τi
= Pengaruh perlakuan ke-i
εij = Galat (error) perlakuan ke-i ulangan ke-j
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian yaitu:
a. Bobot Telur
Bobot telur diperoleh dengan mengukur bobot utuh telur
menggunakan timbangan digital dalam satuan gram.
b. Bobot Kuning Telur
Bobot kuning telur yang diperoleh dengan menimbang kuning telur.
Persentase bobot kuning telur dihitung dengan membagi nilai bobot
kuning telur dengan bobot telur dikali 100%.
c. Bobot Putih Telur
Bobot putih telur diperoleh dengan menimbang putih telur.
Persentase bobot putih telur dihitung dengan membagi bobot putih telur
dengan bobot telur dikali 100%.
d. Bobot Kerabang Telur
Bobot kerabang telur diperoleh dengan menimbang kerabang yang
telah dibersihkan dari kulit ari. Persentase bobot kerabang telur dihitung
dengan membagi bobot kerabang dengan bobot telur dikali 100%.
e. Tebal Kerabang
Pengukuran tebal kerabang dilakukan pada tiga bagian kerabang
yaitu bagian lancip, tengah, dan tumpul. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan alat ukur kerabang berupa micrometer calliper (mm).
f. Skor Kuning Telur
Skor warna telur diukur dengan membandingkan warna kuning telur
dengan menggunakan standar roche yolk colour fan yang mempunyai
skala 1-15.
7
g. Haugh Unit
Haugh Unit diperoleh dengan menghitung nilai logaritma dari tinggi
putih telur yang ditransformasikan kedalam nilai koreksi dari fungsi berat
telur (Yuwanta 2010). Tinggi putih diukur dengan menggunakan Tripod.
Haugh Unit
= 100 log(H + 7.57 - 1.7 x W0.37)
Keterangan: H = Tinggi putih telur (mm)
W = Berat telur (g)
h. Vitamin A
Vitamin A dianalisis dengan menggunakan metode HPLC (High
Performance Liquid Cromatography). Bahan yang digunakan dalam
analisis merupakan hasil komposit dari kuning telur setiap ulangan dalam
perlakuan yang telah dihomogenkan.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan
ANOVA dan apabila hasil berbeda nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut
Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas telur diamati empat minggu akhir pemeliharaan puyuh. Parameter
yang diamati adalah bobot telur, bobot putih, bobot kuning, bobot kerabang,
warna kuning telur, tebal kerabang, haugh unit, dan vitamin A. Tabel 5
menunjukkan hasil analisa kualitas telur.
Tabel 5 Kualitas telur puyuh (Cortunix-cortunix japonica)
Peubah
Bobot Telur (g)
Skor Warna
Bobot Putih (g)
Persentase Bobot
Putih (%)
Bobot Kuning (g)
Persentase Bobot
Kuning (%)
Bobot Kerabang (g)
Persentase Bobot
Kerabang (%)
Tebal Kerabang
(mm)
Haugh Unit
Vitamin A (IU/100g)*
P1
10.12±0.15e
7.49±0.15a
5.73±0.11e
P2
10.59±0.08b
1.08±0.04e
6.00±0.05b
Perlakuan
P3
10.34±0.17c
3.89±0.23d
5.88±0.09d
P4
10.79±0.31a
5.22±0.28c
6.05±0.15a
P5
10.21±0.23d
7.00±0.15b
5.97±0.06c
56.64±0.65
56.73±0.33
56.89±0.89
56.07±1.30
58.58±0.78
3.11±0.06
3.32±0.03
3.19±0.15
3.38±0.13
3.15±0.14
30.69±0.44
31.27±0.20
30.82±0.97
31.29±0.55
30.88±0.80
0.95±0.02
0.97±0.03
0.97±0.02
0.99±0.03
0.95±0.02
9.38±0.18
9.16±0.27
9.37±0.11
9.20±0.24
9.31±0.09
0.15±0.001
0.15±0.02
0.15±0.004
0.15±0.004
0.15±0.001
90.98±0.18a
871.5
89.46±0.17e
915.5
90.55±0.43c
1317.5
90.32±0.30d
1322.5
90.86±0.27b
1366
Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata tiap perlakuan pada taraf
uji 5% (uji selang berganda Duncan). P1(ransum kontrol), P2(Sorgum 50% + TDS 0%),
P3(Sorgum 50% + TDS 1.5%), P4(Sorgum 50% + TDS 3%), P5 (Sorgum 50% + TDS 4.5%);*
Balai Besar Industri Agro (2013)
8
Bobot Telur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung sorgum dalam
ransum dapat meningkatkan bobot telur dibandingkan ransum jagung. Hal ini
menunjukkan bahwa zat makanan dalam ransum perlakuan dimanfaatkan dalam
jumlah lebih banyak dibandingkan ransum kontrol. Kandungan protein yang
terkandung dalam ransum berpengaruh terhadap bobot telur, ransum kontrol
memiliki kandungan protein ransum lebih rendah dibanding perlakuan lainnya.
Hal ini mengakibatkan bobot telur yang dihasilkan lebih kecil dibanding bobot
telur pakan perlakuan, selain itu kurangnya protein pakan kontrol membuat puyuh
mempertahankan bobot telurnya namun produksi telur menjadi rendah (lampiran
1). Rataan bobot telur pada penelitian ini adalah 10.42 g, menurut Song et al.
(2000) bobot normal telur puyuh berkisar 9.41-11.27 g. Siregar (2008)
melaporkan rataan bobot telur 10.99 g menggunakan ransum komersil yang
ditambahkan tepung daun singkong hingga 10%. Ghazvinian et al. (2011)
mengungkapkan bahwa bobot telur puyuh yang diberi ransum mengandung EM
2900 kkal kg-1 dan protein 20% bernilai 10.37 g. Penggunaan sorgum tanpa
tepung daun singkong berpengaruh terhadap bobot telur. Selain itu, penggunaan
sorgum dengan penambahan tepung daun singkong 3%
terbukti dapat
meningkatkan bobot telur sebesar 10.79 g dibanding kontrol 10.12 g. Selain dapat
meningkatkan bobot telur, penggunaan sorgum sebagai pakan tanpa penambahan
tepung daun singkong mampu meningkatkan produksi telur puyuh (Lampiran 1).
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan sorgum dalam ransum yang memiliki
kandungan EM 2900 kkal kg-1 dan protein sekitar 20% mampu menggantikan
jagung sebagai sumber energi serta memiliki kandungan protein yang tinggi
mampu meningkatkan bobot telur dan produksi telur dibandingkan dengan
ransum jagung.
Skor Kuning Telur
Warna kuning telur dipengaruhi oleh bahan yang mengandung xantophyll
antara lain CGM (275 mg kg-1), jagung kuning (20 mg kg-1), gandum (4 mg kg-1),
sorgum (1 mg kg-1), tepung alfalfa (175 mg kg-1), bunga marigold (7000 mg kg-1)
(Leeson and Summer 2005). Xantofil termasuk senyawa minor. Hal ini dilaporkan
oleh Delia et al. (2004) bahwa pada tumbuhan hijau karotenoid dibagi menjadi
karotenoid mayor dan minor, yang termasuk kedalam karotenoid mayor ialah
lutein, beta karoten, violaxantin, dan neoxantin, sedangkan karotenoid minor yaitu
alfa karoten, alfa dan beta kriptoxantin, zeaxantin, antheraxantin, lutein, dan
xantofil yang termasuk didalamnya. Pada hasil diperoleh warna kuning telur
tertinggi berasal dari ransum kontrol dengan sumber energi berasal dari jagung
yang memiliki rataan skor 7.49±0.15. Penggunaan ransum perlakuan dengan
penambahan tepung daun singkong dapat menyeimbangkan skor kuning telur
yang diberi ransum kontrol. Akhirany dalam Siregar (2008) menyatakan bahwa
xantophyll dalam tepung daun singkong merupakan senyawa terpenting dalam
pembentukan pigmen kuning telur. Madalena et al. (2007) menyatakan bahwa
total kandungan karoten dalam daun singkong dalam keadaan segar mencapai
806.7 µg g-1. Pemberiaan tepung sorgum yang dikombinasikan dengan tepung
daun singkong terbukti mampu menambah skor kuning telur. Penambahan skor
warna pada ransum perlakuan disebabkan adanya pemanfaatan xantofil dari
tepung daun singkong. Penambahan CPO pada ransum kontrol maupun perlakuan
9
diberikan dengan level yang sama membantu penambahan nilai warna kuning
telur.
P2
P4
P1
P3
P5
Gambar 3 Kuning telur puyuh penelitian. P1(ransum kontrol), P2(Sorgum 50%
+ TDS 0%), P3(Sorgum 50% + TDS 1.5%), P4(Sorgum 50% + TDS
3%), P5 (Sorgum 50% + TDS 4.5%)
Bobot Putih Telur
Stadelman and Cotteril (1995) putih telur disusun oleh 88% air dan 9.7%10.6% protein. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bobot putih telur yang
dihasilkan dari ransum penelitian menunjukkan bobot yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ransum yang mengandung energi jagung. Hal ini
menunjukkan bahwa sorgum dengan penambahan tepung daun singkong
mempengaruhi kualitas telur. Selain itu, protein yang terkandung dalam ransum
perlakuan lebih baik dibanding ransum kontrol. Hal ini didukung dengan
tingginya konsumsi protein dalam ransum. Yuwanta (2004) menyatakan bahwa
berat telur dengan rataan 8-10 g, menghasilkan proporsi kuning telur sebesar
30%-33%, putih telur 52%-60% dan bobot kerabang telur 7%-9%.
Bobot Kerabang Telur
Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot kerabang tidak dipengaruhi ransum
perlakuan. Rataan bobot kerabang telur penelitian 0.96±0.09 g, pemberian 3%
tepung daun singkong dalam ransum perlakuan memiliki bobot kerabang lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Siregar (2008) melaporkan
bahwa penggunaan tepung daun singkong mencapai level 10% tidak berpengaruh
terhadap bobot kerabang telur. Penyusun utama dalam pembentukan kerabang
telur adalah mineral kalsium (Stadelman and Cotteril 1995)
Bobot Kuning Telur
Suprijatna et al. (2005) melaporkan bahwa kuning telur tersusun atas
lemak dan protein yang bergabung menjadi lipoprotein, dan sepertiga dari
lipoprotein tersebut merupakan fraksi terendah densitas dan disintesis oleh hati
melalui hormon esterogen. Penambahan lemak dan protein pada pakan yang
sedang berproduksi dapat meningkatkan ukuran kuning telur. Hasil analisa bobot
kuning telur dalam penelitian tidak menunjukkan adanya perbedaan akibat
perlakuan. Hal ini terjadi karena kandungan lemak dalam pakan seimbang, oleh
karena itu tidak terlalu mempengaruhi bobot kuning telur. Anggorodi (1975)
menyatakan bahwa bobot telur dipengaruhi oleh protein dan asam amino yang
cukup dalam pakan, apabila puyuh diberikan pakan dengan kandungan protein
yang rendah dapat menyebabkan pembentukan kuning telur yang kecil (Stadelman
and Cotteril 1995).
10
Tebal Kerabang
Hasil analisa menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada kerabang
telur. Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian ransum kontrol maupun ransum
penelitian memiliki rataan yang relatif sama dalam setiap ulangannya. Rataan
tebal kerabang penelitian yaitu 148±46 µm. Sumber mineral paling utama dalam
pembentukkan kerabang adalah kalsium. Stadelman and Cotterill (1995)
menyatakan bahwa komponen dasar dalam pembentukkan kerabang telur adalah
kalsium (98.2%), magnesium (0.9%), dan fosfor (0.9%).
Haugh Unit
Haugh Unit didapat dari pengukuran tinggi putih telur dan dipengaruhi
oleh lama penyimpanan dan suhu lingkungan. Hasil pengamatan menunjukkan
terdapat pengaruh nyata pada taraf 5% dari perlakuan yang diberikan. Hal ini
terjadi karena pengamatan dilakukan ketika telur dalam keadaan segar, sehingga
nilai menjadi beragam. Hasil menunjukkan adanya Nilai haugh unit dalam
penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan Hazim et al.(2010) yang memiliki
nilai haugh unit telur puyuh 87.57. Menurut USDA (2000) kualitas telur
penelitian ini termasuk dalam kelas AA. Hal ini terjadi karena pengukuran
dilakukan ±24 jam, sehingga dapat menghasilkan haugh unit yang tinggi dan
memenuhi standar.
Vitamin A
Nilai vitamin A dalam telur dipengaruhi oleh kandungan beta karoten
ransum. Scott et al. (1982) menyatakan bahwa vitamin A kuning telur akan
meningkat sejalan dengan bertambahnya kadar vitamin A dalam ransum.
Andarwulan and Koswara (1992) menyatakan bahwa karotenoid merupakan
prekursor vitamin A yang dikenal dengan provitamin A, provitamin A yang paling
potensial ialah beta karoten. Hasil uji kandungan beta karoten atau yang lebih
dikenal dengan provitamin A pada tepung daun singkong dari Balai Besar Industri
Agro (2013) adalah 154 mg kg-1 setara dengan 154 µg g-1.
Madalena et al.(2007) menyatakan bahwa total kandungan karoten dalam
daun singkong dalam keadaan segar mencapai 806.7 µg g-1. Pemanfaatan karoten
menjadi beta karoten pada daun singkong hanya 19.09% dari total kandungan
karotenoid yang dikemukan oleh Madalena et al. (2007). NRC (1994) mengatakan
bahwa kebutuhan vitamin A untuk puyuh fase pertumbuhan dan breeding ialah
1650 IU dan 3300 IU. Data pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa pemberian
ransum kontrol maupun ransum perlakuan dapat menghasilkan vitamin A yang
tinggi dalam kuning telur. Pemberian tepung daun singkong yang mengandung
154 mg kg-1 beta karoten pada taraf pemberian 1.5%, 3%, 4.5% menyerap 34.21%,
17.17%, 11.82% vitamin A dalam telur. Hal ini menunjukkan bahwa titik
optimum penyerapan vitamin A telur berada pada taraf 1.5%. Persentase tersebut
dihasilkan dari hasil perhitungan dengan mengkonversi beta karoten menjadi
vitamin A (IU) yang mengatakan bahwa 1 mg betakaroten setara dengan 1667 IU
(NRC 1994). Henley et al. (2010) menyatakan bahwa sorgum memiliki
kandungan vitamin A sebesar 16 IU 100g-1. Ramli and Rismawati (2007)
melaporkan bahwa kandungan provitamin A daun singkong yaitu 100000-300000
IU. Kandungan vitamin A yang tinggi pada telur tidak berbanding lurus dengan
skor warna telur. Hal ini disebabkan karena vitamin A diperoleh dari pemanfaatan
11
provitamin A dalam bentuk beta karoten, sedangkan skor warna telur diperoleh
dari pigmen xantofil yang terdapat dalam daun singkong.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sorgum dapat menggantikan jagung sebagai sumber energi dalam ransum
dan dapat menghasilkan bobot telur dan produksi telur yang tinggi. Sorgum yang
ditambahkan tepung daun singkong terbukti dapat menyeimbangkan kandungan
karotenoid yang tersimpan dalam skor warna telur (xantofil) dan kandungan
vitamin A (beta karoten). Kandungan vitamin A pada telur tidak berbanding lurus
dengan skor kuning telur yang dihasilkan.
Saran
Penggunaan sorgum sebagai sumber energi sangat baik untuk digunakan
dalam ransum unggas. Perlu dilakukan peningkatan level pemberian tepung daun
singkong untuk menghasilkan skor kuning telur yang tinggi. Peningkatan standar
protein ransum sebesar (22%-23%) dengan menggunakan tepung daun untuk
meningkatkan produksi telur.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan N, Koswara S. 1992. Kimia Vitamin Ed 1. Jakarta (ID). Rajawali.
Anggorodi HR. 1975. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Jakarta (ID).Gramedia
Pustaka Utama.
Ghazvinian K, Irani M, Jamshidi R, Mirzei-Aghsagali A, Siadati SA, JavaheriVaighan A. 2011. The effect of energy to protein ration on production
performance and characteristics of japanese quails eggs. Annals of Biol
Res 2(2):122-128.
Haman N.2013. Performa produksi dan warna kuning telur puyuh jepang yang
diberi sorgum putih dan Tepung daun singkong [skripsi]. Bogor (ID).
Institut Pertanian Bogor.
Hazim JA, Razuki WM, Al-Hayani WK, Al-Hassani AS. 2010. Effect of dietary
linseed on egg quality of laying quail. Int J Poult Sci 9(6): 584-580.
Henley EC, Rooney L, Dahlberg J, Bean S, Weller C, Turner W, Awika J, Haub
M, Smail V. 2010. Sorgum: An Ancient, Healthy, and Nutritious Old
World Cereal. United Sorgum Checkoff Program.
Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition 3rd edition. Guelph
(UK). Nottingham University Pr.
12
Madalena, Heriyanto, Susanti PH, Leenawati L. 2007. The effect of heating time
to the content of pigment and vitamin A in cassava (Manihot esculenta
Crantz) and ceara-rubber (Manihot glaziovii Muell. Arg) leaves.
Indo.J.Chem 7(1):105-110.
Mahardika G. 2007. Perubahan warna kuning telur itik lokal dengan penambahan
tepung kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan tepung daun singkong
(Manihot esculenta Crantz) pada pakan [skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.
Myer RO, Gorbet DW, Combs GE. 1986. Nutritive value of high and lowtannin
grain sorghums harvested and stored in the high-moisture state for
rowing-finishing swine. J.Anim.Sci 62(3):1290-1297.
National Research Council [NRC]. 1994. Nutrient Requirment of Poultry 9th
revised edition. Washington DC (US). National Academy Pr.
Odunsi AA, Sanusi TO, Ogunleye JB. 2007. Comparative evaluation of maize,
sorghum, millet, and biscuit waste meal as dietary energy sources for
laying Japanese quails in a derived savannah zone of Nigeria. Int J Appl
Agr Apicultural Res 4 (1&2): 90-96.
Ramli N, Rismawati. 2007. Integrasi tanaman singkong dan ternak unggas. Kapat
Komisi Pakan 13-15 Juni 2007. Nutrisi Teknologi Pakan. Bogor (ID).
Institut Pertanian Bogor.
Rostagno HS, Featherston WR, Rogler JC. 1973. Studies on the nutritional value
of sorghum grains with varying tannin contents for chicks.A. Review.
growth studies Poult.Sci 52(2):765-772
Scott ML, Nesheim MC, Young RJ. 1982. Nutrition of the Chicken 3rd Edition.
Ithaca. New York (US). M.L. Scott and Association.
Sirappa MP. 2003. Prospek pengembangan sorgum di Indonesia sebagai
komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. J Litb Pert 22
(4):133-140
Siregar B. 2008. Pengaruh penambahan tepung daun singkong (Manihot utilisima
crantz) dalam pakan terhadap performans produksi telur puyuh (Cortunixcortunix japonica) petelur. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol
11(1):28-33.
Song KT, Choi SH, Oh HR. 2000. A comparison of egg quality of pheasant,
chukar, quail, and guinea fowl. Asian-Aus. J.Anim.Sci.13(7):986-990.
Stadelman WJ, Cotteril OJ. 1995. Egg Science and Technology. 4th Edition.
Binghamton (US). The Hawort Pr.
Steel RG, Torrie RA. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan B.
Soemantri. Jakarta (ID). Gramedia Pustaka Utama.
Suprijatna E, Atmomarsono U, Sudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Jakarta (ID). Penebar Swadaya.
USDA. 2000. Egg Grading Manual. Washington DC (US). United States
Department of Agricultural Handbook No:75.
Yuwanta T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta (ID). Kanisius.
Yuwanta T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Yogyakarta (ID). Gadjah Mada
University Pr.
13
Lampiran 1 Produksi telur, konsumsi pakan, dan konversi pakan telur Puyuh
Variabel
Produksi
Telur (%
HD)
Konsumsi
pakan (g)
Konversi
pakan
P1
P2
P3
P4
P5
44.08±3.37b
39.72±11.59c
35.52±5.52d
18.76±0.62c 20.13±0.16a 19.09±0.43bc
20.59±0.82a
20.04±0.37ab
6.42±2.04
5.86±0.96
34.67±5.97e 56.06±3.78a
6.30±1.66
4.39±0.24
4.67±0.77
Haman (2013)
Lampiran 2 Analisis ekonomi
Parameter
Konsumsi pakan (g hari-1)
Harga pakan (Rp kg-1)
Biaya pakan (Rp)
Produksi telur (%)
Nilai jual telur puyuh (Rp)
Pendapatan (Rp)
P1
18.76
5549.61
4372.65
34.67
6934
2561.35
P2
20.13
4921.13
4160.62
56.06
11212
7051.38
P3
19.09
4897.95
3927.08
44.08
8816
4888.92
P4
20.59
4846.18
4190.88
39.72
7944
3752.12
P5
20.04
4713.74
3967.46
35.52
7104
3136.54
Haman (2013)
Lampiran 3 Perhitungan % penyerapan vitamin A dalam telur
a. Konversi 154 mg kg-1 menjadi mg g-1
b. Betakaroten yang terkandung tiap perlakuan
P3:
P4:
P5:
c. Konversi betakaroten menjadi IU vitamin A (1 mg betakaroten= 1667 IU)
P3:
2.31 mg
1667 IU = 3850.77 IU
P4:
4.62 mg 1667 IU = 7701.54 IU
P5:
6.93 mg 1667 IU = 11552.31 IU
d. Persentase vitamin A yang terserap dalam telur
P3:
P4:
P5:
14
Lampiran 4 Analisis sidik ragam bobot telur
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
10
14
JK
0.917
0.418
1.335
KT
0.229
0.042
0.095
Fhit
5.488
F0.05
3.478
F0.01
5.994
db= derajat bebas; JK=Jenis Keragaman; KT= Kuadrat Tengah; Fhit= F hitung; F0.05 dan F0.01=
Signifikansi
Lampiran 5 Uji jarak berganda Duncan bobot telur
Perlakuan
Subset for alpha = 0.05
2
1
1
10.1167
5
10.2467
10.2467
3
10.3400
10.3400
2
10.5633
3
10.5633
4
10.7867
Sig.
0.245
0.110
0.225
Lampiran 6 Analisis sidik ragam score kuning telur
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
10
14
JK
80.342
0.359
80.700
KT
20.085
0.036
5.764
Fhit
3.484
F0.05
3.478
F0.01
5.994
Lampiran 7 Uji jarak berganda Duncan score kuning telur
Perlakuan
N
2
3
3
3
4
3
5
3
1
3
Sig.
1
1.0833
2
Subset for alpha = 0.05
3
4
5
3.8900
5.2167
6.9200
7.4867
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
Lampiran 8 Analisis sidik ragam bobot putih telur
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
10
14
JK
0.192
0.098
0.289
KT
0.048
0.010
0.021
Fhit
4.892
F0.05
3.478
F0.01
5.994
15
Lampiran 9 Uji jarak berganda Duncan bobot putih telur
Perlakuan
N
1
3
5
2
3
3
3
3
4
3
Subset for alpha = 0.05
1
2
5.7300
5.8833
5.9133
5.8833
5.9133
6.0067
6.0467
Sig.
0.080
0.121
Lampiran 10 Analisis sidik ragam tebal kerabang
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
10
14
JK
0.000059
0.000527
0.000586
KT
0.000015
0.000053
0.000042
Fhit
0.281
F0.05
3.478
F0.01
5.994
Fhit
1.964
F0.05
3.478
F0.01
5.994
Lampiran 11 Analisis sidik ragam bobot kerabang telur
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
10
14
JK
0.0037
0.0047
0.0084
KT
1.087
0.083
0.370
Lampiran 12 Analisis sidik ragam bobot kuning telur
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
10
14
JK
0.155
0.122
0.277
KT
0.039
0.012
0.020
Fhit
3.170
F0.05
3.478
F0.01
5.994
Lampiran 13 Analisis sidik ragam Haugh Unit
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
db
4
10
14
JK
4.350
0.825
5.175
KT
1.087
0.083
0.370
Fhit
13.179
F0.05
3.478
F0.01
5.994
Lampiran 14 Uji Jarak Berganda Duncan Haugh Unit
Perlakuan
N
2
4
3
5
1
Sig.
3
3
3
3
3
1
Subset for alpha = 0.05
2
3
89.4600
90.3133
90.5533
90.7733
1.000
0.081
90.5533
90.7733
91.0133
0.081
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Indramayu, Jawa Barat tanggal 5
April 1991 sebagai anak ketiga dari 4 bersaudara pasangan Bapak
Paulus Sugiman dan Ibu Cresentia Sutinem (Alm). Pada tahun
2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kandanghaur, Indramayu
dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota
Lembaga Kemahasiswaan Keluarga Mahasiswa Katolik IPB
(KeMaKI) tahun 2009-2013, Koordinator Koor Mahasiswa
Katolik IPB 2010/2011, Wakil Ketua Lembaga Kemahasiswaan
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB 2011/2012. Penulis pernah menjadi Peserta IPB Goes
to Field (IGTF) di Kecamatan Tlogohendro, Pekalongan pada tahun 2010, mengikuti
Magang Laboratorium Mikrobiologi Departemen Nutrisi dan Teknologi Pakan dan PT
Sierad Produce tahun 2012, dan salah satu penerima Program Kreativitas Mahasiswa
bidang Kewirausahaan yang berjudul “Aquatown City” tahun 2012.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih atas rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Substitusi Jagung dengan
Sorgum yang ditambahkan Tepung Daun Singkong terhadap Kualitas Telur Puyuh”
dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Rita Mutia M.Agr selaku dosen
pembimbing utama dan kepada Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah MS selaku dosen
pembimbing akademik dan pembimbing anggota, atas bantuan, bimbingan, pengarahan,
dan motivasi selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Terima kasih kepada Dr.
Supriyanto yang telah memberi semangat, motivasi, dan dukungan secara finansial
sehingga penelitian dapat terlaksana dengan lancar. Terima kasih kepada SEAMEO
BIOTROP yang telah memberikan tempat sehingga penulis dapat melakukan penelitian
dengan baik. Terima kasih untuk Ibu Neneng (BBIA) yang telah membantu dalam
pengamatan vitamin A. Terima kasih kepada Dr.Ir. Muhammad Ridla M.Agr dan Dr.
Zakaria S.Pt., MSi selaku penguji sidang sarjana, serta terimakasih kepada Dr. Ir. Widya
Hermana MSi sebagai dosen penguji seminar (23 Juli 2013) dan panitia sidang (05
Desember 2013).
Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada ayahanda tercinta
Paulus Sugiman serta kakak adik terkasih Valentina Cres Paulin, Odilia Cresty Septiani,
dan Fidelis Cres Fina Ningsih yang selalu mendoakan, memberi semangat, motivasi,
mengingatkan, dan kasih sayang tak terhingga. Terima kasih untuk Alm. Mama Cresentia
S yang selalu mendoakan penuh. Terima kasih kepada sahabat terkasih Mona, Ari,
Tamada, Wiwik, Nita, Patricia, Regina, Basa, Dhito, KeMaKI, puella domini, Jubed, Fitri,
Ayu, Nita, Nutritiousz46, dan teman satu penelitian Nur Haman atas kerja sama,
dukungan, dan semangat. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan pengalaman berharga hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaaat terutama bagi dunia peternakan.
Bogor,
Januari 2014
Vinsensia Cres Priningrum