Kerusakan Batang Pohon Akibat Penyadapan Getah Pinus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

KERUSAKAN BATANG POHON AKIBAT PENYADAPAN
GETAH PINUS DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI
UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

AGUSTINA PERTISIA GINTING

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kerusakan Batang
Pohon Akibat Penyadapan Getah Pinus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III
Jawa Barat dan Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Agustina Pertisia Ginting
NIM E14090107

ABSTRAK
AGUSTINA PERTISIA GINTING. Kerusakan Batang Pohon Akibat Penyadapan
Getah Pinus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
Dibimbing oleh GUNAWAN SANTOSA.

Getah pinus merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang dapat
dimanfaatkan di Indonesia. Permintaan produksi getah pinus cukup tinggi. Untuk
memenuhi produksi tersebut terjadi penyimpangan diantaranya dengan pembuatan
quarre yang berlebihan dan penggunaan stimulansia anorganik sehingga
mengakibatkan kerusakan batang pohon. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
tingkat kerusakan pohon pinus akibat pembuatan quarre dan pemberian
stimulansia anorganik dengan mengukur kadar air dan pH yang terdapat pada
batang pohon pinus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air dan tingkat
keasaman (pH) yang terdapat pada bagian kayu yang terpengaruh sadapan lebih

rendah dibandingkan dengan yang tidak terpengaruh sadapan. Tingginya
intensitas penyadapan mengakibatkan kerusakan kayu semakin tinggi. Dapat
diprediksi, pohon pinus pada penyadapan 2 quarre bagian kayu yang menopang
sebesar 86.26% lebih besar dibandingkan dengan penyadapan 6 quarre sebesar
66.9%.
Kata kunci: kadar air, kerusakan, pH, pohon pinus

ABSTRACT
AGUSTINA PERTISIA GINTING. Pine Tree Damage due to Pine Tapping at
KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III West Java and Banten. Supervised by
GUNAWAN SANTOSA.
Pine resin is one of non-timber forest products that be utilized. Production
demand of pine resin is high. To fulfill such demand, increase of production of
resin was done by over tapping and the use of inorganic stimulant resulted in
damaged trees. The purpose of this study was to determine the level of damage of
pine trees due to increase in number of quarres and inorganic stimulants by
measuring the moisture content and pH level which were found in the pine trees.
The results showed that the moisture content and pH in the tapping-affected
timber were lower than those in the unaffected ones. The higher the intensity, the
higher the damage for the wood. It could be predicted that pine tree on 2-quarre

tapping was 86.26%, higher than that of the 6-quarre tapping which was 66.9%.
Keywords: damage, moisture content, pH, pine tree

KERUSAKAN BATANG POHON AKIBAT PENYADAPAN
GETAH PINUS DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI
UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

AGUSTINA PERTISIA GINTING

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Kerusakan Batang Pohon Akibat Penyadapan Getah Pinus di KPH
Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten
Nama
: Agustina Pertisia Ginting
NIM
: E14090107

Disetujui oleh

Dr Ir Gunawan Santosa, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc FTrop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


Judul Skripsi: Kerusakan Batang Pohon Akibat Penyadapan Getah Pinus di KPH
Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten
: Agustina Pertisia Ginting
Nama
: E14090107
NIM

Disetujui oleh

Dr Ir Gunawan Santosa, MS
Pembimbing

Tanggal Lulus:

-

-

1 4 FEB lOll


- - - -

- - -- - - - - -- -- - -- - - - -- -- - - - - -- - -

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
penyertaan-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang
dilaksanakan pada bulan Juli-Desember 2013 ini berjudul “Kerusakan Batang
Pohon Akibat Penyadapan Getah Pinus di KPH Cinjur Perum Perhutani Unit III
Jawa Barat dan Banten”
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Dr Ir Gunawan Santosa, MS selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, ilmu, nasihat dan saran dalam membimbing penulis
untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Pihak KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten,
terutama kepada seluruh pihak BKPH Sukanagara Selatan yang telah
memberikan perijinan dan pelaksanaan penelitian.
3. Kedua orang tua tercinta, bapak Dr Drs Merga Ginting, MSi dan mama
Marthalena br Perangin angin yang selalu senantiasa berdoa, memberi
dukungan dan kasih sayang yang selalu ada serta adik-adik tersayang

Prajan Operta Ginting dan Thendo R. Agata Ginting.
4. Keluarga besar Ginting dan Perangin angin yang selalu memberikan
dukungan moral dan semangat.
5. Muhammad Ismail, Fitri Indriani, Tri Wahyuni, Susanti Alfriani
Maitimu, Lina Mahrunisa dan Putri Juita Simarmata yang selalu
menemani, membantu dan memberikan semangat selama penelitian.
6. Rekan satu bimbingan Ismail, Rizky, Widhy dan Indri yang selalu
memberikan semangat.
7. Teman-teman Manajemen Hutan dan FAHUTAN angkatan 46 serta
seluruh civitas yang terdapat didalamnya.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Februari 2014
Agustina Pertisia Ginting

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii


DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2


Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

3

Waktu dan Tempat Penelitian

3

Bahan

3


Alat

3

Metode Pengumpulan Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

5

Kadar Air Kayu pada Berbagai Jumlah Quarre

6


Keasaman Kayu (pH) pada Berbagai Jumlah Quarre

12

Kerusakan Kayu Akibat Penyadapan

13

SIMPULAN DAN SARAN

16

Simpulan

16

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kadar air kayu pohon pinus dengan 2 quarre
Kadar air kayu pohon pinus dengan 3 quarre
Kadar air kayu pohon pinus dengan 4 quarre
Kadar air kayu pohon pinus dengan 5 quarre
Kadar air kayu pohon pinus dengan 6 quarre
Kadar air kayu pohon pinus bagian quarre dan antar quarre
Tingkat keasaman (pH) kayu pohon pinus
Tingkat keasaman (pH) kayu pohon pinus bagian titik tengah quarre

6
7
8
9
10
11
12
12

DAFTAR GAMBAR
1. Kerusakan pohon pinus akibat pembuatan quarre berlebihan dan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

penggunaan stimulansia anorganik (Santosa 2012)
Letak pengeboran batang pohon pinus: (i) 2 quarre (ii) 3 quarre; (iii) 4
quarre; (iv) 5 quarre; (v) 6 quarre
Kondisi tegakan pinus di lokasi penelitian
Kadar air kayu pohon pinus dengan 2 quarre. ♦ quarre, ■ antar quarre.
Kadar air kayu pohon pinus dengan 3 quarre. ♦ quarre, ■ antar quarre.
Kadar air kayu pohon pinus dengan 4 quarre. ♦ quarre, ■ antar quarre.
Kadar air kayu pohon pinus dengan 5 quarre. ♦ quarre, ■ antar quarre.
Kadar air kayu pohon pinus dengan 6 quarre. ♦ quarre, ■ antar quarre.
Rata-rata kadar air per bagian quarre dan antar quarre. ♦ quarre, ■
antar quarre.
Proyeksi dengan 2 quarre
Proyeksi dengan 3 quarre
Proyeksi dengan 4 quarre
Proyeksi dengan 5 quarre
Proyeksi dengan 6 quarre

2
4
5
7
8
9
9
10
11
13
14
14
15
15

DAFTAR LAMPIRAN
1. Kadar air kayu pohon pinus bagian quarre
2. Kadar air kayu pohon pinus bagian antar quarre
3. Dokumentasi penelitian

17
17
18

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanfaatan hutan dapat dilakukan dengan memanfaatkan hasil hutan
bukan kayu. Salah satu hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan di Indonesia
berupa getah pinus. Produksi getah pinus merupakan salah satu komoditi hasil
hutan bukan kayu yang memiliki tingkat permintaan tinggi, sehingga perlu
dilakukan peningkatan produksi dari getah pinus tersebut. Peningkatan produksi
getah pinus sangat diharapkan oleh setiap industri karena permintaan pasar yang
meningkat. Produksi getah pinus yang berasal dari seluruh hutan produksi di
Indonesia sebesar 118 325 ton (Kemenhut 2011) dan Departemen Kehutanan
menyatakan produksi getah pinus khususnya di Jawa Barat pada tahun 2012
sebesar 16 150 ton.
Seiring dengan produksi yang meningkat, terdapat penyimpanganpenyimpangan yang terjadi dilapangan. Penyimpangan yang dilakukan biasanya
dengan cara pembuatan quarre yang berlebihan dan penggunaan stimulansia
anorganik agar diperoleh produksi getah yang lebih banyak. Stimulansia
anorganik ialah cairan asam sulfat yang berbahaya dan tidak ramah lingkungan.
Stimulansia digunakan agar pohon pinus dapat mengeluarkan getah dengan cepat
dan banyak. Pembuatan quarre dan penggunaan stimulansia anorganik
mengakibatkan kerusakan pada pohon pinus. Sehingga, dilapangan pohon pinus
rentan terhadap gangguan-gangguan seperti angin.
Gambar 1 menunjukkan serangan jamur pada bontos kayu tidak rata. Pada
bagian quarre tidak terserang jamur sedangkan antar quarre terserang jamur. Hal
ini diduga karena adanya bagian kayu yang mengalami perubahan dalam proses
fisiologis, yang dicirikan dengan perubahan kadar air dan tingkat keasaman (pH).
Menurut Tambunan dan Nandika (1989) terdapat beberapa faktor fisiologis yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur adalah: a) temperatur yang cocok, b)
persediaan oksigen yang cukup, c) kadar air kayu di atas titik jenuh serat kayu, d)
kelembaban, e) konsentrasi ion hidrogen (pH) dan f) nutrisi yang cocok.
Sehubungan dengan keadaan tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui seberapa besar bagian pohon yang masih dapat menopang kayu
diatasnya baik secara fisik maupun fungsi fisologisnya.

2

Gambar 1 Kerusakan pohon pinus akibat pembuatan quarre berlebihan dan
penggunaan stimulansia anorganik (Courtesy: Gunawan Santosa
2012)

Perumusan Masalah
Pembuatan quarre yang berlebihan dan pemberian stimulansia anorganik
dapat menimbulkan kerusakan pada pohon. Penentuan persentase bagian pohon
yang masih sehat dapat dilihat secara fisik maupun fisiologis. Secara fisik dapat
dilihat dari banyaknya jumlah quarre yang telah dibuat dan secara fisiologis dapat
dilihat dengan menentukan bagian pohon yang terpengaruh oleh adanya pengaruh
stimulansia anorganik melalui pengukuran kadar air dan pH.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengukur kadar air dan pH yang terdapat pada batang pinus yang telah
dilakukan kegiatan penyadapan dan pemberian stimulansia anorganik dengan
berbagai jumlah quarre per pohon.
2. Menentukan persentase kerusakan pohon yang diakibatkan karena kegiatan
penyadapan dan pemberian stimulansia anorganik.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna kepada semua pihak yang
memerlukan informasi tentang tingkat kerusakan yang terjadi pada pohon pinus
akibat kegiatan penyadapan dan pemberian stimulansia anorganik serta
kandungan kadar air dan pH yang terdapat didalamnya. Sehingga dapat dijadikan
pertimbangan dalam melakukan penyadapan dan pemberian stimulansia anorganik

3

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember
2013. Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap pertama
pengambilan contoh kayu bertempat di petak 32a Resort Pemangkuan Hutan
(RPH) Hanjawar Barat, Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Sukanegara
Selatan, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur Perum Perhutani Unit III
Jawa Barat dan Banten dan tahap kedua pengukuran kadar air dan pH bertempat
di Laboratorium Pemanenan Hutan Departemen Manajemen Hutan, Laboratorium
Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor dan di Laboratorium Bioteknologi Kehutanan di Pusat Penelitian
Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam peneltian ini berupa pohon Pinus merkusii
(KU IV) dengan diameter berukuran 30 – 40 cm berjumlah 25 pohon.
Alat
Alat yang digunakan untuk pengambilan data lapangan adalah bor riap,
silikon cair, handuk kecil, pita ukur, klip plastik ukuran 6 cm x 4 cm, pisau lipat,
penggaris, parang, spidol dan papan pencatat. Alat yang digunakan di
laboratorium adalah oven tanur listrik, timbangan digital dengan ketelitian 0,01
gram, desikator, cawan petri, penjepit, pH meter, tabung reaksi, aquades dan
waterbath.

Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder pada penelitian ini mengenai kondisi umum
tempat penelitian dan data yang didapatkan dari wawancara serta informasi dari
pihak RPH Hanjawar Barat.
Metode Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara mengebor pohon pinus
yang telah disadap dengan menggunakan alat bor riap. Adapun tahapan – tahapan
yang dilakukan, yaitu
Pengambilan Data di Lapangan
Kegiatan pengambilan data di lapangan meliputi beberapa tahapan kegiatan:
1. Penentuan pohon contoh dengan kriteria sebagai berikut:

4
a. Pengelompokan pohon pinus dilakukan berdasarkan jumlah quarre yaitu
antara 2 sampai 6 quarre.
b. Pohon yang diambil untuk setiap kelompok sebanyak 5 pohon
2. Pengambilan sampel kayu
a. Pengambilan sampel kayu dilakukan dengan menggunakan alat bor riap.
b. Jumlah dan letak pengeboran pada pohon dapat dilihat pada Gambar 2

(i)

(ii)

(iii)
(iv)
(v)
Gambar 2 Letak pengeboran batang pohon pinus: (i) 2 quarre (ii) 3 quarre; (iii) 4
quarre; (iv) 5 quarre; (v) 6 quarre
c. Kedalaman pengeboran dilakukan sedalam maksimal ½ diameter pohon
d. Sampel kayu yang diperoleh kemudian dipotong menjadi beberapa
spesimen dengan panjang setiap spesimen 1 cm
e. Sampel kayu yang telah dipotong dimasukkan kedalam plastik agar kadar
air dan pH tetap terjaga.
Pengujian Laboratorium
Spesimen kayu yang diperoleh dari bor riap, diambil contoh untuk setiap
interval kedalaman 1 cm. Pada masing-masing interval kedalaman tersebut,
spesimen kayu dibagi dua, dimana satu bagian digunakan untuk penentuan kadar
air dan bagian lainnya untuk pengukuran pH.
1.
Penentuan Kadar Air
a. Spesimen kayu bagian pertama ditimbang menggunakan timbangan digital
untuk menentukan berat basah (BB)
b. Setelah ditimbang, sampel kayu dimasukkan kedalam oven selama 24 jam
pada suhu 103oC±2°C
c. Sampel yang telah dioven, ditimbang kembali untuk menentukan berat
kering (BK)
d. Langkah selanjutnya adalah penentuan kadar air (Darmawan et al. 2011)
dengan rumus

5

2.

Penentuan pH
a. Spesimen kayu bagian kedua dipanaskan didalam air destilata selama 30
menit dengan suhu 80 oC. Perbandingan spesimen kayu dan air destilata
1:10.
b. Setelah dipanaskan, air didinginkan sampai suhu ± 20 °C, karena
pengukuran pH dapat dilakukan pada suhu ± 20 °C.
c. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter

Penentuan Presentase Kerusakan Batang
1.
Dilakukan proyeksi terhadap batang kayu yang rusak akibat pembuatan
quarre dan perubahan kadar air dan pH
2.
Menghitung persentase kerusakan pada batang

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan di KPH Cianjur BKPH Sukanagara
Selatan. BKPH Sukanagara Selatan dipimpin oleh KBKPH bernama Tatang
Koswara S.Hut. BKPH Sukanagara Selatan berada pada daerah dataran tinggi dan
bergelombang sehingga ketinggian rata-rata mencapai 1000 mdpl dengan
temperatur rata-rata 21-26°C. BKPH Sukanagara Selatan terdiri dari 3 RPH yaitu
RPH Hanjawar Barat, RPH Kendang Kidul dan RPH Takokak.
Penelitian ini tepat dilakukan di RPH Hanjawar Barat yang memiliki
luasan 2464.68 ha, pada petak 32a dengan luasan 15.20 ha. Jenis yang ditanam
pada petak ini ialah pinus dengan tahun tanam 1995. Jarak antar kantor BKPH
Sukanagara Selatan dengan petak 32a ±20 km. Gambar 3 menunjukan keadaan
tegakan pinus di lokasi penelitian.

Gambar 3 Kondisi tegakan pinus di lokasi penelitian

6
Kayu berasal dari pohon yang dalam hidupnya mengandung air. Kayu
memiliki sifat higroskopis, yaitu kemampuan mengikat dan melepaskan air. Salah
satu dari sifat fisis kayu yaitu kadar air. Kadar air adalah berat air yang dinyatakan
dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Ada beberapa macam-macam kadar
air diantaranya kadar air segar, kadar air maksimum, kadar air titik jenuh serat,
kadar air kering udara dan kadar air kering tanur.
Kadar air yang diukur pada penelitian ini adalah kadar air kayu pada pohon
yang masih hidup. Menurut Skaar (1972), kadar air yang terdapat pada pohon
sangat bervariasi dapat dilihat dari jenis pohon, ketinggian, musiman dan variasi
dari pohon dengan spesies yang sama. Kadar air pada kayu gubal dan kayu teras
berbeda walaupun dari jenis yang sama. Tegakan pinus di USA rata-rata kadar air
yang terdapat pada kayu gubal sebesar 100%-150% dan kayu teras sebesar 30%45%.
Fengel dan Wegener (1984) dalam Iswanto et al. (2011) menyebutkan
bahwa kayu yang berasal dari wilayah subtropis memiliki kisaran pH 3.3-6.4
sementara untuk kayu dari daerah tropis kisaran pH-nya 3.7-8.2. Keasaman kayu
disebabkan oleh asam bebas dan gugus asam seperti hidrolisis gugus asetil kayu
dan komponen lain seperti kadar garam, asam uronic dan gugus asam lain dari
hemiselulosa.

Kadar Air Kayu pada Berbagai Jumlah Quarre
Intensitas penyadapan dicirikan dengan jumlah quarre per pohon. Semakin
banyak jumlah quarre mengindikasikan intensitas penyadapan yang semakin
meningkat. Untuk mengetahui intensitas penyadapan dalam pengambilan data
kadar air pada kayu yang terpengaruh sadapan diambil pada kayu bagian bidang
sadapnya (quarre) dan untuk mengetahui kadar air yang tidak terpengaruh
sadapan, pengamatan dilakukan pada bagian antar quarre.
Kadar Air pada Pohon yang Disadap
Kadar air pada masing-masing pohon berbeda. Apabila pohon mengalami
perlukaan, kadar air yang terdapat didalamnya berbeda dengan pohon yang tidak
mengalami perlukaan. Berikut adalah hasil jumlah kadar air yang diperoleh pada
jumlah quarre yang berbeda.
Tabel 1 Kadar air kayu pohon pinus dengan 2 quarre
Kedalaman (cm)
2
4
6
8
10
12
14
Rata-rata

Kadar air (%) per bagian
Quarre
Antar quarre
68.587
73.653
74.082
91.797
100.422
106.153
100.361
118.438
101.718
88.451
95.108
91.306
95.028
100.507
90.758
95.758

7

Kadar air rata-rata (%)

125.000
115.000
105.000
95.000
85.000
75.000
65.000
0

2

4

6

8

10

12

14

Kedalaman (cm)

Gambar 4 Kadar air kayu pohon pinus dengan 2 quarre. ♦ quarre, ■ antar quarre.
Gambar 4 menjelaskan bahwa kadar air pada bagian antar quarre rata-rata
lebih tinggi dibandingkan dengan bagian quarre. Hasil kadar air bagian antar
quarre pada kedalaman 10 cm mengalami penurunan sehingga kadar airnya lebih
rendah daripada bagian quarre. Hal ini terjadi hingga kedalaman 12 cm.
Berdasarkan Tabel 1 pada bagian quarre, kadar air tertinggi terletak pada
kedalaman 10 cm yaitu sebesar 101.718% dan terendah pada kedalaman 2 cm
yaitu sebesar 68.587%. Sedangkan pada bagian antar quarre, kadar air tertinggi
terletak pada kedalaman 8 cm yaitu sebesar 118.438% dan terendah pada
kedalaman 2 cm yaitu sebesar 73.653%.
Tabel 2 Kadar air kayu pohon pinus dengan 3 quarre
Kedalaman (cm)
2
4
6
8
10
12
14
Rata-rata

Kadar air (%) per bagian
Quarre
Antar quarre
58.615
66.631
65.873
70.511
80.915
83.935
84.002
92.685
83.509
93.570
78.556
90.659
73.461
85.059
74.990
83.293

8
Kadar air rata-rata (%)

100.000
90.000
80.000
70.000
60.000
50.000
0

2

4

6

8

10

12

14

Kedalaman (%)

Gambar 5 Kadar air kayu pohon pinus dengan 3 quarre. ♦ quarre, ■ antar quarre.
Gambar 5 menyatakan kadar air yang terdapat di setiap kedalaman pada
bagian antar quarre lebih tinggi dibandingkan bagian quarre. Kadar air pada
masing-masing bagian tidak terlihat naik turun yang sangat menonjol.
Berdasarkan Tabel 2 bagian antar quarre yang memiliki kadar air tertinggi
terletak pada kedalaman 10 cm yaitu sebesar 93.570% dan terendah pada
kedalaman 2 cm yaitu sebesar 66.631%. Sedangkan bagian quarre, kadar air
tertinggi terletak pada kedalaman 8 cm yaitu sebesar 84.002% dan kadar air
terendah pada kedalaman 2 cm yaitu sebesar 58.615%.
Tabel 3 Kadar air kayu pohon pinus dengan 4 quarre
Kedalaman (cm)
2
4
6
8
10
12
14
Rata-rata

Kadar air (%) per bagian
Quarre
Antar quarre
67.024
70.469
82.142
77.658
83.576
89.859
86.504
98.114
87.391
102.351
87.472
90.887
82.032
81.735
82.306
87.296

Berdasarkan Gambar 6, rata-rata kadar air bagian antar quarre lebih tinggi
dibandingkan dengan bagian quarre. Kadar air pada masing-masing bagian
mengalami peningkatan hingga kedalaman 10 cm, akan tetapi peningkatan yang
terjadi pada kedalaman 4 cm bagian quarre lebih tinggi dibanding dengan bagian
antar quarre. Bagian quarre memiliki kadar air sebesar 82.142% sedangkan
bagian antar quarre sebesar 77.658%. Dari Tabel 3 diperoleh bahwa kadar
tertinggi pada bagian quarre terletak pada kedalaman 12 cm yaitu sebesar
87.472% dan terendah pada kedalaman 2 cm yaitu sebesar 67.024%. Sedangkan
pada bagian antar quarre, kadar air tertinggi pada kedalaman 10 cm yaitu sebesar
102.351% dan terendah pada kedalaman 2 cm yaitu sebesar 70.469%.

9

Kadar air rata-rata (%)

105.000
95.000
85.000
75.000
65.000
0

2

4

6

8

10

12

14

Kedalaman (cm)

Gambar 6 Kadar air kayu pohon pinus dengan 4 quarre. ♦ quarre, ■ antar quarre.

Tabel 4 Kadar air kayu pohon pinus dengan 5 quarre
Kadar air (%) per bagian
Quarre
Antar quarre
66.665
79.411
76.908
84.660
82.104
92.404
99.273
97.644
87.882
104.200
77.216
82.679
68.623
73.293
79.810
87.756

Kedalaman (cm)
2
4
6
8
10
12
14
Rata-rata

Kadar air rata-rata (%)

110.000
100.000
90.000
80.000
70.000
60.000
0

2

4

6

8

10

12

14

Kedalaman (cm)

Gambar 7 Kadar air kayu pohon pinus dengan 5 quarre. ♦ quarre, ■ antar quarre.
Gambar 7 menjelaskan, kadar air yang terdapat pada bagian quarre dan
antar quarre sangat terlihat naik dan turunnya. Secara umum, kadar air tertinggi
ada pada bagian antar quarre. Namun, pada kedalaman 8 cm, kadar air bagian
antar quarre lebih rendah dibanding bagian quarre. Pada bagian antar quarre
kadar air sebesar 97.644% dan bagian quarre sebesar 99.273%. Dari Tabel 4,

10
kadar air tertinggi pada bagian antar quarre yaitu sebesar 104.200% kedalaman 10
cm dan pada bagian quarre sebesar 99.273% kedalaman 8 cm. Sedangkan kadar
air terendah pada kedua bagian ini, terdapat pada kedalaman yang berbeda. Kadar
air bagian quarre pada kedalaman awal yaitu 2 cm dan bagian antar quarre pada
kedalaman akhir yaitu 14 cm.
Gambar 8 menjelaskan bahwa kadar air tertinggi ialah pada bagian antar
quarre. Perbedaan ini sangat terlihat jelas dari kedua bagian tersebut. Kedua
bagian sama-sama memiliki kadar air tertinggi pada kedalaman 8 cm dan terendah
14 cm.
Tabel 5 Kadar air kayu pohon pinus dengan 6 quarre
Kadar air (%) per bagian
Quarre
Antar quarre
68.037
80.144
80.486
89.085
89.016
106.555
95.502
110.401
91.862
108.253
74.733
97.415
65.873
73.172
80.787
95.003

Kedalaman
(cm)
2
4
6
8
10
12
14
Rata-rata

Kadar air rata-rata (%)

120.000
110.000
100.000
90.000
80.000
70.000
60.000
0

2

4

6

8

10

12

14

Kedalaman (cm)

Gambar 8 Kadar air kayu pohon pinus dengan 6 quarre. ♦ quarre, ■ antar quarre.
Kadar air rata-rata pada pada setiap jumlah quarre beragam dengan posisi
kedalaman yang beragam juga. Dari Tabel 5 terlihat bahwa posisi kedalaman
kadar air terendah ialah kedalaman 2 cm dan 14 cm (awal dan akhir). Hal ini
dapat dikarenakan pengaruh pemberian stimulansia yang lebih besar dan berada
pada bagian kayu teras. Rata-rata kadar air terendah lebih kecil dari kadar air
segar yang diperoleh yaitu