Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Tingkat ProduktivitasMedicago sativa L

PENGARUH PEMUPUKAN DAN PEMBERIAN URIN SAPI
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN TINGKAT
PRODUKTIVITASMedicago sativa L

RINI ANGGINI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemupukan dan
Pemberian Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Produktivitas Medicago
sativa L adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013

Rini Anggini
NIM D24090111 

ABSTRAK
RINI ANGGINI. Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Urin Sapi Terhadap
Pertumbuhan dan Tingkat Produktivitas Medicago sativa L. Dibimbing oleh
SUDARSONO JAYADI dan PANCA DEWI MHK.
Medicago sativa L (Alfalfa) merupakan salah satu jenis legumyang berasal
dari Iran (Cheeke 2005). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh
pemupukan dan pemberian urin sapi terhadap pertumbuhan dan tingkat
produktivitas alfalfa dengan kandungan iso nitrogen dan dilakukan di Ciwidey,
Bandung. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan dan 3 ulangan dengan jenis perlakuanP1 (NPK (kontrol) 15 g m-2), P2
(pupuk ayam 0.33 kg m-2), P3 (pupuk sapi 1 kg m-2), P4 (pupuk ayam 0.17 kg m-2
+ urin 0.3 liter m-2), dan P5 ( pupuk sapi 0.5 kg m-2 + urin 0.3 liter m-2) dengan
mengamati parameter persentase daya tumbuh benih, tinggi tanaman, jumlah

daun, berat segar dan berat kering daun dan batang, serta protein kasar dan serat
kasar. Hasil dari penelitian ini menunjukan pemupukan dan pemberian urin sapi
tidak signifikan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman alfalfa. Hasil
lain dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan kombinasi pupuk ayam
0.17 kg m-2 + urin 0.3 liter m-2 dapat menggantikan penggunaan NPK dan
menghasilkan pertumbuhan, tingkat produktivitas serta kandungan protein kasar
yang tinggidibandingkan NPK.
Kata kunci: alfalfa, iso nitrogen, produksi, pupuk, urin

ABSTRACT
RINI ANGGINI. Effect of Fertilization and Urine of Cattle for Growth and
Productivity of Medicago sativa L. Supervised by SUDARSONO JAYADI and
PANCA DEWI MHK.
Medicago sativa L (Alfalfa) is one of kind legume comes from Iran (Cheeke
2005). This research was conducted to measureeffect of fertilized with manure
and urin of cattleforgrowth and production of alfalfa with same value of nitrogen
where was tried in Ciwidey, Bandung. This research used Randomized Complete
Design (RCD) with 5 treatments and 3 replications. The treatment were P1 (NPK
(control) 15 g m-2), P2 (manure of chicken 0.33 kgm-2), P3 (manure of cattle 1
kgm-2), P4 (manure of chicken 0.17 kgm-2+ urine 0.3 litersm-2), and P5 ( manure

of cattle 0.5 kgm-2+ urine 0.3 litersm-2). The observation was the response of plant
which include presentage of seed, plant height, total leaf, as feed and dry matter of
leaf and stem, crude protein and crude fiber. The result showed that the treatment
of iso nitrogen which fertilized with manure and urin of cattle is not significant
togrowth and productivity of alfalfa. Another result of this reaserch is the
treatment P4 (manure of chicken 0.17 kgm-2+ urine 0.3 litersm-2) can subtitution
NPK and showed the better growth, productivity and crude protein of alfalfa than
NPK treatment.
Keywords: alfalfa, iso nitrogen, manure, production, urine

PENGARUH PEMUPUKAN DAN PEMBERIAN URIN SAPI
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN TINGKAT
PRODUKTIVITASMedicago sativa L

RINI ANGGINI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DANTEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi :Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Urin Sapi Terhadap
Pertumbuhan dan Tingkat ProduktivitasMedicago sativa L
Nama
: Rini Anggini
NIM
: D24090111

Disetujui oleh

IrSudarsono Jayadi, MSc Agr
Pembimbing I


Prof DrIrPanca Dewi MHK, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof DrIrPanca Dewi MHK, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan mulai bulanFebuari hingga Mei 2013
di Ciwidey, Bandung. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah budidaya
pakan hijauan yang masih terbatas didunia peternakan di Indonesia. Penelitian
dibidang budidaya hijauan makanan ternak ini berjudul Pengaruh Pemupukan dan
Pemberian Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Produktivitas Medicago
sativa Lyang dilakukan di Ciwidey.
Alfalfa yang memiliki nama latin Medicago sativa L ini merupakan

legume yang memiliki nilai protein yang tinggi namun benihnya masih harus
didatangkan dari luar negeri. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis akan
mempelajari dan meneliti cara budidaya dan pemberian unsur hara terbaik dalam
menghasilkan produksi dan pertumbuhan alfalfa.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai perbaikan untuk
penulis dimasa mendatang. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna
bagi pembaca dan dunia peternakan. Terima kasih
Bogor, November 2013
Rini Anggini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE
Bahan
Alat

Prosedur
Rancangan dan analisis data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan alfalfa
Pengaruh perlakuan terhadap produktivitas alfalfa
Pengaruh perlakuan terhadap protein kasar dan serat kasar alfalfa
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
vii
1
1
1
2
2

2
2
4
5
5
8
9
10
10
10
10
12
17

DAFTAR TABEL
1 Pengaruhfaktor perlakuan terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, dan
presentase daya tumbuh benih bedeng-1
2 Pengaruh faktor perlakuan terhadap berat segar dan berat kering (oven
60oC) daun dan batang bedeng-1
3 Pengaruh faktor perlakuan terhadap berat segar dan berat kering (oven

60oC) daun dan batang bedeng-1

5
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Rancangan pola pengacakan
Hasil ANOVA jumlah daunbedeng-1
Hasil ANOVA pertambahan jumlah daun bedeng -1

Hasil ANOVA tinggi tanamanbedeng-1
Hasil ANOVA pertambahan tinggi tanamanbedeng-1
Hasil ANOVA persentase daya tumbuh benihbedeng-1
Hasil ANOVA berat segar daunbedeng-1
Hasil ANOVA berat kering daun oven 60obedeng-1
Hasil ANOVA berat segar batangbedeng-1

12
12
12
12
13
13
13
13
13

10
11
12

13

Hasil ANOVA berat kering batang oven 60obedeng-1
Perhitungan pemberian pupuk
Pertumbuhan tanaman alfalfa
Kondisi lapang

13
14
15
16

PENDAHULUAN
Alfalfa merupakan tanaman pakan jenis legum yang berasal dari Iran
(Cheeke 2005) dan belum terlalu banyak dilakukan penelitian tentang
pembudidayaan alfalfa di Indonesia, terutama mengenai pengaruh pemupukan dan
pemberian urin sapi dengan tingkat kandungan nitrogen yang sama terhadap
pertumbuhan dan produktivitasnya. Alfalfa merupakan jenis kacangan yang biasa
tumbuh di dataran tinggi yaitu 600 meter diatas permukaan laut. Alfalfa juga
merupakan jenis legum yang dapat tumbuh pada pH>6 dan pada lahan yang
gembur (Rowell 1994). Whiteman (1980) menambahkan bahwa alfalfa dapat
tumbuh di daerah dengan curah hujan 500 mmtahun-1.
Pemberian pupuk dan urin sapi terhadap pertumbuhan dan tingkat
produktivitas alfalfa dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik dan
pupuk anorganik. Susanto (2002) mengatakan bahwa pupuk organik mencegah
terjadinya erosi, sebagai pembenah tanah dan sebagai internal drainage.Selain itu
pupuk organik mudah didapatkan, tetapi diperlukan dalam jumlah sangat banyak
untuk memenuhi kebutuhan unsur hara suatu tanaman.
Pembudidayaan alfalfa ini dilakukan di daerah Ciwidey dataran Kampung
Gambung Pangkalan, Desa Cisondari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten
Bandung Selatan. Daerah ini memiliki ketinggian kurang lebih 1100 meter di atas
permukaan air laut dengan rata-rata temperatur tahunan sebesar 21.5°C
(Triwidyaratih 2011) dan memiliki tanah berjenis Litosol, yaitu tanah yang
berkembang diatas batuan keras dan belum mengalami perkembangan akibat erosi
karena berada di daerah yang curam (Suparaptoharjo 1982). Lingkungan yang
sesuai diharapkan akan memacu pertumbuhan alfalfa untuk berproduksi dengan
maksimal. Sumber nitrogen yang digunakan antara lain adalah pupuk NPK, pupuk
kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan urin sapi.
Nitrogen memiliki beberapa fungsi yang berperan dalam pertumbuhan
tanaman, diantaranya seperti mempercepat pertumbuhan secara vertikal, jumlah
anakan, mempengaruhi panjang dan lebar daun, serta membuat tanaman menjadi
hijau karena N terkandung didalam klorofil untuk proses fotosintesis (Soepardi
1983).
Lingga (1991) menyatakan bahwa kotoran ayam broiler mengandung unsur
hara primer seperti 0.8% K 2 O, 1.3% P 2 O 5, 1.5% N, dan 57% air. Berbeda dengan
pupuk ayam, pupuk sapi memiliki kandungan unsur hara sekitar 0.3 sampai 0.6%
N, 0.1 sampai 0.3% P 2 O 5 dan 0.3 sampai 0.5% K 2 O, sehingga memerlukan
jumlah yang lebih banyak untuk diberikan kepada tanaman (Williams 2006).
Menurut Sosrosoedirjo et al.(1981) urin memiliki kandungan N dan K yang
mudah diserap oleh tanaman. Kandungan unsur hara dalam urin pada sapi adalah
1% N, 1.35% K, 0.2% P dan 92% air.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihatpertumbuhan dan tingkat
produktivitas tanaman alfalfa dengan pengaruh pemupukan serta pemberian urin
sapi pada tingkat kandungan N yang sama, melalui sumber yang berbeda.

2

METODE
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih tanaman alfalfa yang
berasal dari Amerika sebanyak 6 075 buah benih, pupuk NPK 2.16 kg, 94.5 kg
pupuk kandang ayam, 13.5 kg pupuk kandang sapi perah, tanah sebagai media
tanam, air, 86.4 liter urin sapi, dan 225 kg kapur pertanian.
Alat
Alat yang digunakan adalah pH meter tanah, tali rafia, sekop cangkul,
kored, selang, sebagai peralatan budidaya. Penggaris dan alat tulis sebagai
peralatan untuk pengamatan tiap minggu, serta gunting, timbangan digital, plastik
sebagai peralatan pemanenan.
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Febuari sampai Mei 2013 selama 3
bulan di Dusun Gambung Pangkalan, Desa Cisondari Kecamatan Pasir Jambu,
Ciwidey, Bandung dengan suhu sekitar 21.5 oC.
Prosedur
Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan pembuatan bedeng dengan ukuran
panjang 3 meter dan lebar60 cm. Pengapurandengan memberikan kapur tanah
sebanyak 15 kgbedeng-1 serta pemberian pupuk kandang sebanyak 6 kgbedeng-1
untuk memacu kestabilan pH dan unsur hara didalam tanah. Proses pengapuran ini
didiamkan selama 2 minggu dan diberikan naungan berupa paranet pada lahan
yang digunakan agar tidak terkena air hujan secara langsung. Persiapan lahan
dilakukan pada minggu ke empat bulan Januari 2013 di di Dusun Gambung
Pangkalan, Desa Cisondari Kecamatan Pasir Jambu, Ciwidey-Bandung.
Penanaman
Sebanyak 6075 benih alfalfa ditanam pada lima belas bedeng. Masingmasing bedeng dibuatkan 3 larikan yang terdiri atas 81 lubang tanam dengan jarak
tanam antar lubang 10 cm. Setiap lubang tanam ditumbuhkan benih alfalfa
sebanyak 5 biji dan berikan pupuk sesuai dengan perlakuan. Penanaman benih
dilakukan pada waktu yang sama pada setiap larikan agar pertumbuhan alfalfa
sama dan merata.
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman pada saat tidak turun hujan
dalam sehari, pembersihan tanaman dari gulma atau tanaman pengganggu setiap
harinya, pemberian urin sapi selama 2 kali dalam seminggu pada perlakuan P4 dan
P5.Urin sapi yang digunakan ditampung didalam gelas ukur dan diencerkan

3
menggunakan air dengan perbandingan pengenceran 1:5. Penyiraman dilakukan
tanpa membuat tanah tergenang air, karena akar alfalfa akan busuk jika tergenang
air.
Pengamatan
Peubah yang diamati yang dilakukan selama penelitian dibagi kedalam dua
jenis pengamatan, yaitu peubah pertumbuhan yang diamati setiap minggu dan
peubah produktivitas yang diamati pada saat pemanenan sebagai berikut :
a.

b.

c.

Persentase Daya tumbuh Benih
Daya tumbuh benih adalah melihat berapa banyak tanaman yang tumbuh
setiap lubangnya.
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris dari mulai permukaan tanah
hingga ke titik tertinggi pada setiap tanaman.
Jumlah Daun
Jumlah daun didapat dengan menghitung jumlah seluruh helai daun tanaman-1.

Pemanenan
Pemanenan tanaman alfalfa dilakukan pada umur tanam hari ke 75.
Pemanenan dilakukan serentak dalam satu hari mulai dari pemangkasan daun dan
batang tanaman alfalfa. Penimbangan berat segar daun dan batang yang dipanen
dilakukan secara terpisah untuk 15 sampel yang diamati, setelah itu masukan daun
dan batang yang telah dipanen ke dalam oven 60oC untuk mengetahui berat
keringnya.
a.

b.

Berat Segar Daun dan Batang
Berat segar daun dan batang didapatkan dengan menimbang masing-masing
daun dan batang tanaman yang dipanen menggunakan timbangan digital.
Berat Kering Daun dan Batang
Berat kering daun dan batang adalah berat yang diperoleh dari hasil
pengeringan daun dan batang melalui oven 60oC yang ditimbang
menggunakan timbangan digital.

Analisa Kadar Protein Kasar
Analisis kadar protein kasar dilakukan dengan cara menimbang alfalfa
yang telah digiling sebanyak 0.3 gram (x) danmasukkan ke labu destruksi.Katalis
ditambahkan secukupnya serta tambahkan juga 25 ml H 2 SO 4 pekat. Larutan
dipanaskan sampai bewarna hijau kekuningan di dalam ruangan asam dan
didinginkan selama beberapa saat, lalu larutan dimasukan kedalam labu
penyulingan untuk diencerkan menggunakan air sebanyak 300 ml. Batu didih
serta 100 ml NaOH 33% dimasukan kedalam labu penyulingan saat pengenceran.
Sebanyak 2/3 cairan dalam labu penyulingan yang menguap akan ditangkap oleh
larutan H 2 SO 4 berindikator dalam labu erlenmeyer. Kemudian hasil
penyulingandititrasi menggunakan larutan NaOH 0.3 N sampai bewarna biru
kehijauan. Volume NaOH dihitung (z) dan dibandingkan dengan titrasi blanko (y).
Cara perhitungan kadar protein kasar adalah:

4
Kadar protein kasar =

(y−z)x NaOH x 0.014
x

x 100%

Analisis Kadar Serat Kasar
Sampel alfalfa yang telah digiling ditimbang sekitar 1 gram (x) dan 50 ml
H 2 SO 4 0.3 N dan dimasukkan dalam gelas piala 500.Larutan dipanaskan selama
30 menit (dari mendidih),kemudian ditambahkan 25 ml NaOH 1.5 N dan
dididihkan kembali. Setelah didihkan selama 30 menit, cairan disaring untuk
memisahkan antara cairan dengan endapan menggunakan kertas saring (a) pada
corong Buchner dan dibilas dengan 50 ml air panas hinggga netral. Setelah
disaring,kertas saring dicuci dengan 50 ml H 2 SO 4 , dan bilas kembali dengan 50
ml air panas hingga netral dan disiram 25 ml Aceton. Kertas saring beserta isinya
dikeringkan dengan cara dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC. Setelah
diangkat dan dinginkan dalam eksikator, kemudian sampel ditimbang (y), setelah
itu pijarkan dalam tanur sampai putih dan didinginkan kembali serta ditimbang (z).
Perhitungan kadar serat kasar sebagai berikut:
(y−z−a)
Kadar serat kasar =
x

Rancangan dan Analisis Data

P1
P2
P3
P4
P5

Perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
: NPK (kontrol) 15 gm-2
: Pupuk kandang ayam petelur 0.33 kgm-2
: Pupuk kandang sapi perah 1 kgm-2
: Pupuk kandang ayam petelur 0.17 kgm-2+ urin 0.3 literm-2
: Pupuk kandang sapi perah 0.5 kgm-2+ urin 0.3 literm-2

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 5 perlakuan dengan 3
ulangan. Model matematik yang digunakan dalan rancangan acak lengkap adalah:
Y ij = µ + τ i + ε ij
Keterangan :
Y ij
= respon produktivitas alfalfa yang diberikan pupuk dan urin sapi dengan
kandungan iso nitrogen
µ
= nilai rataan umum
τi
= efek perlakuan pemberian NPK (kontrol) 15 gm-2, Pupuk kandang ayam
0.33 kgm-2, Pupuk kandang sapi 1 kgm-2,Pupuk kandang ayam 0.17
kgm-2+ urin 0.3 literm-2, Pupuk kandang sapi 0.5 kgm-2+ urin 0.3 literm2

ε ij

= galat yang mungkin terjadi selama penelitian dari perlakuan ke-i, dan
ulangan ke-k

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam
(ANOVA) dan apabila terdapat perbedaan yang nyata akan dilanjutkan dengan
Uji Jarak Duncan(Steel and Torrie 1993).

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertumbuhan Alfalfa
Pengaruh pemberian pupuk dan urin sapi dengan kandungan iso nitrogen
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan alfalfa. Hasil data
disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Pengaruh faktor perlakuan terhadap jumlah daun, tinggi tanaman,
danpresentase daya tumbuh benih bedeng-1
Parameter

Perlakuan
P3

P1
P2
P4
P5
Jumlah Daun
84.81 ± 24.90 78.89 ± 19.37 59.34 ± 17.94 87.54 ± 21.14 81.31 ± 23.01
(helai)
Pertambahan
Jumlah Daun 9.24 ± 2.77
8.77 ± 2.15
6.59 ± 1.99
9.73 ± 2.35
9.03 ± 2.56
(helai)
Tinggi
11.93 ± 1.40 14.91 ± 1.47 14.30 ± 3.83 17.09 ± 2.75 16.72 ± 4.63
Tanaman (cm)
Pertambahan
Tinggi
3.29 ± 0.11
3.29 ± 0.64
3.80 ± 1.65
3.95 ± 2.07
5.09 ± 2.55
Tanaman (cm)
Daya Tumbuh
36.79 ± 11.06 37.53 ± 7.45 26.47 ± 2.20 31.56 ± 6.10 34.52 ± 1.74
Benih (%)

P1 (NPK (kontrol) 15 g m-2), P2 (pupuk kandang ayam 0.33 kgm-2), P3 (pupuk kandang sapi 1 kg
m-2), P4 (pupuk kadang ayam 0.17 kg m-2+ 0.3 liter urin m-2), P5 (pupuk kandang sapi 0.5 kg m-2+
urin 0.3 liter urin m-2).

Jumlah Daun
Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa hasil uji statistik dari pengaruh
faktor perlakukan dengan pemberian pupuk tunggal maupun pupuk kombinasi
dengan iso nitrogen sebanyak 15 g N m-1tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap jumlah helai daun alfalfa. Banyaknya jumlah helai daun yang diperoleh
tanaman alfalfa pada saat pemeliharaan selama 10 minggu berkisar antara 41.03 ±
8.94 sampai 63.32 ± 12.24 helai daun individu tanaman-1. Produksi daun alfalfa
yang belum optimal tersebut diasumsikan karena pemberian pupuk dengan hanya
memperhatikan kandungan nitrogen saja diduga tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan produktivitas tanaman, sehingga diperlukan penambahan pupuk
lainnya untuk asupan unsur lain seperti kalium dan fosfor.
Diantara kelima perlakuan yang diberikan, pemberian NPK 15 g m-2
menghasilkan produksi daun lebih banyak dibandingkan perlakuan pemberian
pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan urin meskipun hasilnya tidak
berbeda nyata antara perlauakn 1 dengan perlakuan lainnya. Lingga (2001) judul
subsubbab, dan judul ilustrasi. Beberapa style tersebut tetap memerlukan
pengaturan secara manual yang dilakukan oleh penulis karya ilmiah. Contohnya,
penomoran pada daftar tabel, gambar, dan lampiran harus diulang pada setiap
menyatakan bahwa nitrogen berperan dalam pertumbuhan batang dan daun,

6
sehingga dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain itu, tanaman yang kekurangan
K dalam memenuhi kebutuhannyaakan menyebabkan produksi daun tanaman
tersebut akan berkurang, serta daun akan berwarna sedikit kekuningan (Marsono
dan Sigit 2001). Hal ini terbukti pada penelitian Sirait et al. (2009) yang memperoleh
jumlah helai daun yang cukup tinggi sekitar 251.1 helai ha-1 dengan memberikan
nitrogen 8 g m-2, 10 g m-2, kalium serta 12 g m-2 pospor. Selain itu, menurut Sirait et
al. (2009) semakin tinggi jumlah pospor yang diberikan, maka semakin tinggi pula
proporsi jumlah daun yang diproduksi.
Pertambahan Jumlah Daun
Hanson dan Barnes (1973) mengatakan bahwa alfalfa merupakan tanaman
dengan daun trifoliat dan letaknya berselang-seling. Pertambahan jumlah daun
alfalfa pada setiap minggu setelahmasa tanam (MST) berkisar antara 4.56 sampai
7.04 helai individu tanaman-1 dalam 1 minggu, dimana pertumbuhan daun pada
tanaman yang berjenis trifoliat akan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
jumlah daun yang berjenis tunggal. Pertambahan jumlah daun tertinggi yang di
peroleh melalui pemberian pupuk NPK dikarenakan jumlah helai daun tertinggi
dihasilkan pada perlakuan pemberian NPK 15 g m-2, dimana pertambahan jumlah
daun akan berbanding lurus dengan produksi daun dari tanaman tersebut. Sirait et
al. (2009) juga menyatakan bahwa semakin banyak dilakukan pemupukan maka akan
semakin banyak pula jumlah daun percabang dari tanaman alfalfa tersebut. Jumlah
cabang pada tanaman alfalfa berkisar antara 5 sampai 25 cabang tanaman-1 (Wheeler
1950), dan semakin banyak jumlah cabang, maka semakin banyak pula pertambahan
jumlah daun yang dihasilkan setiap minggunya.
Tinggi Tanaman
Uji statistik dari tinggi tanaman alfafa menunjukan hasil yang tidak berbeda
nyata antara pengaruh pemberian perlakuan terhadap P1, P2, P3,P4 dan P5.
Marsono dan Sigit (2001) menyatakan bahwa fase vegetatif sangat dipengaruhi
oleh ketersediaan nitrogen bagi tanaman, dan pertumbuhan legume sangat pesat
pada fase vegetatif. Oleh sebab itu nitrogen sangat memiliki peranan penting dalam
pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetatif, dan apabila terjadi kekurangan
nitrogen pertumbuhan tanaman akan terhambat serta pertumbuhan tangkai menjadi
kurus (Parker 2004). Diduga perlakuan pemupukan dan pemberian urin sapi
dengan kandungan iso nitrogen pada perlakuan P1, P2 dan P3 ini tidak cukup
memenuhi kebutuhan alfalfa untuk tinggi tanaman. Suriatna (2002) menambahkan
bahwa nitrogen merupakan unsur hara paling utama dalam pertumbuhan tanaman,
dan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil apabila tanaman
tersebut mengalami kekurangan nitrogen. Hal tersebut terbukti pada penelitian
Sirait et al. (2009) yang menggunakan nitrogen 8 gm-210 g m-2, kalium serta fospor
12 g m-2memperoleh tinggi tanaman hingga mencapai 62.2 cm hektar-1.
Pertambahan Tinggi Tanaman
Alfalfa merupakan jenis legume yang dapat tumbuh hingga mencapai 60
sampai 90 cm (Wheeler 1950). Pengaruh pemupukan dan pemberian urin sapi
dengan kandungan iso nitrogen terhadap pertambahan tinggi tanaman alfalfa tidak
berpengaruh nyata. Pertambahan tinggi tanaman pada alfalfa tidak selalu konstan

7
setiap minggunya karena diduga akibat pengaruh dari faktor lingkungan dan cuaca
seperti curah hujan serta penyinaran matahari. Pertambahan tinggi tanaman yang
maksimal akan menghasilkan tinggi tanaman yang maksimal pula. Curah hujan
dan penyinaran matahari yang cukup akan membantu pertambahan tinggi tanaman
yang optimal, sedangkan curah hujan dan sinar matahari tersebut merupakan hal
yang tidak bisa dikendalikan dalam membantu pertumbuhan tanaman alfalfa.
Pemberian pupuk NPK, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, serta
kombinasi pupuk kandang dengan urin menghasilkan pertambahan tinggi tanaman
yang tidak terlalu berbeda nyata meski pertambahan tinggi tanaman terbesar
dihasilkan melalui pemberian pupuk kadang ayam 0.17 kg m-2+ 0.3 liter urin m-2.
Persentase Daya Tumbuh Benih
Hasil sidik ragam dari penelitian alfalfa yang dilakukan selama 75 hari ini
menunjukan bahwa nitrogen (N) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
presentase daya tumbuh benih pada perlakuan P1, P2, P3 P4 dan P5. Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan, rataan presentase daya tumbuh benih selama
pemeliharaan adalah sekitar 26 sampai 37% bedeng-1. Berdasarkan hasil tersebut,
pemberian pupuk NPK, pupuk ayam dan kombinasi pupuk sapi dan urin terlihat
lebih optimal dalam membantu daya tumbuh benih dibandingkan pemberian pupuk
lainnya. Menurut Hayati et al. (2010) persentase daya tumbuh benih alfalfa di
Indonesia masih belum optimal karena biji yang dihasilkan oleh tanaman yang
ditumbuhkan di Indonesia tidak memiliki embrio, sehingga sedikit sulit untuk
dikecambahkan. Daya tumbuh benih alfalfa yang berasal dari Amerika umumnya
memiliki daya tumbuh dibawah 90%, tidak seperti benih alfalfa yang berasal dari
Cina dan Thailand yang memiliki daya tumbuh benih diatas 90%. Marsono dan
Sigit (2001) menambah bahwa pertumbuhan benih tanaman tidak hanya
dipengaruhi oleh genetik dari tanaman tersebut, tetapi dipengaruhi juga oleh
kandungan Phospor (P) yang tersedia pada tanah untuk pertumbuhan tanaman itu
senidiri. Perlakuan P1, P2 dan P5 memiliki kandungan fosfor sekitar Menurut
Jumin (2002) nitrogen yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tanaman juga
berfungsi dalam merangsang pertunasan tanaman.
Pengaruh Perlakuan Terhadap Produktivitas Alfalfa
Pengaruh pemberian pupuk dan urin sapi terhadap produktivitas alfalfa
berdasarkan berat segar daun, berat kering daun, berat segar batang serta berat
kering batang dapat dilihat pada Tabel 2.

8
Tabel 2 Pengaruh faktor perlakuan terhadap berat segar dan berat kering (oven
60o) daun dan batang bedeng-1.
Parameter
P1
Berat segar
Daun(g)
Berat kering
daun(g)
Berat segar
batang(g)
Berat kering
batang(g)

P2

Perlakuan
P3

P4

11.07 ± 5.69 11.20 ± 6.61 12.60 ± 12.82

P5

0.66 ± 0.18

0.43 ± 0.25

1.97 ± 0.64

2.07 ± 1.14

2.43 ± 2.57

3.93 ± 1.46

2.03 ± 1.02

4.13 ± 1.03

4.20 ± 2.55

4.73 ± 4.57

7.13 ± 1.68

4.07 ± 1.68

0.47 ± 0.21

0.63 ± 0.31

0.73 ± 0.68

0.97 ± 0.40

0.57± 0.29

-2

-2

P1 (NPK (kontrol) 15 gm ), P2 (pupuk kandang ayam 0.33 kgm ), P3 (pupuk kandang sapi 1
kgm-2), P4 (pupuk kadang ayam 0.17 kgm-2 + 0.3 liter urinm-2), P5 (pupuk kandang sapi 0.5 kgm-2
+ urin 0.3 liter urinm-2).

Berat Segar Daun
Berdasarkan Tabel 2, hasil pemberian pupuk tunggal maupun pupuk
kombinasi dengan urindengan kandungan iso nitrogen tidak menunjukan hasil
yang signifikan terhadap berat segar daun dan batang alfalfa. Rataan berat segar
daun alfalfa berkisar antara 0.43 g sampai 0.88 gindividu tanaman-1.Indriani
(2002) menyatakan bahwa pupuk sapi berfungsi menahan kandungan air yang
tersedia didalam tanah sebagai kebutuhan bagi tanaman dengan mengurangi
pencucian. Hal ini terlihat dimana berat segar tertinggi tanaman diperoleh melalui
perlakuan P3 pupuk kandang sapi 1 kgm-2 dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Berat segar daun tanaman alfalfa dapat mencapai 10.26 kg ha-1 pada
penelitian Sirait et al. (2009) dengan memberikan pupuk nitrogen 8 gm-210 g m-2,
kalium serta 12 g m-2 pospor.
Berat Kering Daun
Berat kering daun yang diperoleh setelah pengovenan 60oadalah sekitar
20% bobot segar. Pemberian pupuk dan urin sapi dengan kandungan iso nitrogen
tidak berpengaruh nyata terhadap BK daun. Kandungan berat kering yang rendah
dapat disebabkan oleh kurangnya unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
(Lakitan 1996). Sitompul dan Guritno. (1995) menyatakan bahwa bahan kering
merupakan suatu indikator dari hasil penyerapan unsur hara suatu tanaman yang
menentukan baik atau tidaknya tanaman tersebut. Berat kering alfalfa berkisar
antara 0.14 g individu tanaman-1 sampai 0.28 g individu tanaman-1 pada
pemberian pupuk kadang ayam 0.17 kgm-2 + 0.3 liter urinm-2. Hal ini berbanding
terbalik dengan berat segar alfalfa, dimana pemberian pupuk sapi tunggal
memperoleh berat segar tertinggi sedangkan berat kering tertinggi diperoleh dari
pemberian pupuk kombinasi antara pupuk kandang ayam dengan pemberian urin.
Hal tersebut diasumsikan pada saat penimbangan berat segar produksi daun dari
perlakuan P4 telah mengalami penguapan, sehingga berat segar tanaman alfalfa
tersebut berkurang.

9
Berat Segar Batang
Rataan berat segar batang tanaman alfalfa melalui pengaruh faktor
perlakuan tidak berbeda nyata. Namun, pemberian pupuk kadang ayam 0.17 kgm-2
+ 0.3 liter urinm-2 pada perlakuan P4 memperoleh berat segarteringgi
dibandingkan perlakuan pemberian pupuk lainnya.Menurut Parman dan Harnina
(2008) Indonesia mampu memproduksi hijauan alfalfa sebesar 4.22 g panen-1
tanaman-1 sedangkan penelitian ini hanya mampu menghasilkan produksi 0.51 g
individu tanaman-1 . Faktor jumlah pupuk yang diberikan merupakan salah satu
faktor terbesar yang dapat mempengaruhi berat segar tanaman.
Berat Kering Batang
Pemberian pupuk dan urin sapi dengan kandungan iso nitrogen sebanyak
15 g m-2 tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering batang tanaman alfalfa.
Berat kering batang tanaman alfalfa yang diperoleh berkisar antara 0.03 g individu
tanaman-1pada perlakuan P1 sampai 0.07 g individu tanaman-1pada perlakuan P4.
Sirait et al. (2009) menyatakan bahwa tanaman alfalfa berpotensi untuk
menghasilkan berat kering tanaman hingga mencapai 27.17% hektar-1. Akan tetapi
pemberian pupuk yang kurang dalam memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman
akan menghasilkan berat kering batang yang rendah.
Pengaruh Perlakuan Terhadap Protein Kasar dan Serat Kasar Alfalfa
Kandungan protein kasar serta serat kasar alfalfa tidak dipengaruhi oleh
pemberian perlakuan pupuk dan urin sapi selama masa pemeliharaan. Hasil data
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3Pengaruh faktor perlakuan terhadap protein kasar dan serat kasar alfalfa
Parameter (%)
Protein kasar
Serat kasar

P1
27.24
10.55

P2
27.16
11.68

Perlakuan
P3
26.32
9.73

P4
27.55
10.38

P5
25.20
8.77

P1 (NPK (kontrol) 15 g m-2), P2 (pupuk kandang ayam 0.33 kg m-2), P3 (pupuk kandang sapi 1
kg m-2), P4 (pupuk kadang ayam 0.17 kg m-2 + 0.3 liter urin m-2), P5 (pupuk kandang sapi 0.5 kg
m-2 + urin 0.3 liter urin m-2).

Protein Kasar
Alfalfa merupakan salah satu jenis legume yang memiliki kandungan
protein, kalsium dan mineral yang cukup tinggi (Earthnote 2004). Pernyataan
tersebut didukung oleh Lucaset al.(2006) yang menyatakan bahwa alfalfamemiliki
kadungan protein sekitar 18.9%. Berdasarkan penelitian Sirait et al. (2009)
dengan pemberian pupuk nitrogen 8 g m-210 g m-2, kalium serta 12 g m-2 pospor,
alfalfa memiliki kandungan protein sebanyak 16.02%. Hasil analisis protein kasar
tanaman alfalfa pada penelitian ini berdasarkan pemberian NPK, pupuk kandang
ayam, pupuk kandang sapi, dan kombinasi pupuk kandang dan urin berkisar
antara 25.20% sampai 27.55% lebih tinggi dibandingkan pustaka Subantoro et al.
(2006) yaitu sebesar 20%. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kandungan
protein kasar adalah spesies tanaman, umur panen, jenis tanah dan kesuburan
lahan. Tinggi protein kasar tanaman juga dapat disebabkan tingginya curah hujan

10
selama masa tanam alfalfa. Semakin tinggi curah hujan selama masa tanam masa
akan semakin tinggi pula kandungan protein kasar dalam tanaman.
Serat Kasar
Tanaman alfalfa merupakan legume yang rendah serat (Earthnote 2004).
Pengaruh faktor perlakuan pupuk NPK, pupuk kandang ayam, pupuk sapi, serta
kombinasi pupuk kandang dan urin memiliki kandungan serat kasar lebih rendah
berkisar antara 8.77% sampai 11.68% dibandingkan Subantoro et al. (2006) yang
memiliki kandungan serat kasar sebesar 22%. Umumnya kandungan serat kasar
berbanding terbalik dengan kandungan protein kasar suatu tanaman.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa pemberian pupuk dan urin sapi
dengan kandungan iso nitrogen tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan tingkat produktivitas tanaman alfalfa karena kekurangan
kuantitas nitrogen untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Hasil lain dari penelitian
ini menunjukan bahwa penggunaan P4 dapat menggantikan penggunaan NPK dan
menghasilkan pertumbuhan serta tingkat produktivitas serta menghasilkan
kandungan protein kasar yang tinggidibandingkan penggunaan NPK.
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dapat meningkatkan
produktifitas pertumbuhan dan produksi tanaman alfalfa dengan menggunakan
kombinasi pupuk organik lainnya dengan memperhatikan keseimbangan N, P, dan
K dalam memenuhi kebutuhan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Cheeke PR. 2005. Applied Animal Nutrition, Feeds And Feeding. 3rd Ed. Oregon
(US): Pearson Education Inc, State University.
Earthnotes. 2001. Alfalfa, or Lucerne, [MU-SU], (Medicago sativa.L) [Internet].
[diunduh
pada
27
Januari
2013].
Tersedia
pada http://earthnotes.tripod.com/alfalfa.htm.
Hanson CH, Barnes DK. 1973. Alfalfa. Di dalam: ME Heath, DS Metcalfe, RF
Barnes, editor.Forages The Sciense of Gassland Agiculture. 3rd Ed. Iowa (US):
The Iowa State University Pr.
Hayati SK, Yulita N, Nintya S. 2010. Induksi Kalus dari Hipokotil Alfalfal
(Medicago sativa L) secara In Vitro dengan Penambahan Benzyl Amino Purine
(BAP) dan α-Naphtalene Acetic Acid (NAA). BIOMA. 12(1): 6-12.
Indriani YH. 2002. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.

11
Jumin HB. 2002. Dasar-Dasar Agonomi. Jakarta (ID): PT RajaGafindo.
Konova MM. 1966. Soil Organic Matter. London (GB): Pergamon Press Ltd.
Lakitan B. 1996. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Rajawali Press.
Lingga. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Lingga P. 1991. Jenis dan Kandungan Hara pada Beberapa Kotoran Ternak. Bogor
(ID): Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) ATANAN.
Lucas R, Kirschner HE, Corely BL. 2006. The Benefits of
Alfalfa. http://www.pjstory.com/Alfalfa.htm. [diunduh pada 27 Januari 2013].
Tersedia pada http://www.picstory.com/Alfalfa.htm
Marsono, Sigit P. 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Parker R. 2004. Introduction of Plant Science : Revised Edition. New York (US):
Thomson Learning Inc.
Parman S, Harnina S. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil dan Serat Kasar
pada Defoliasi Pertama Alfalfa (Medicago sativa L) Akibat Pemupukan
Mikoriza. Bull Anatomi dan Fisiologi. 16(2):1-8.
Rowell DL. 1994. SoilScience Methods and Applications. England (GB):
Longman Goup UK Limited.
Sirait J, Syawal M, Simanihuruk K. 2010. Tanaman alfalfa (Medicago sativa.L)
Adaptif Dataran Tinggi Iklim Basah sebagai Sumber Pakan: Morfologi,
Produksi dan Palatabilitas. Di dalam : Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Sumatera Utara (ID): Puslitbang Peternakan. Hal :
519-528.
Sitompul SM, GuritnoB. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sosrosoedirdjo RS, Rivai B, Iskandar SS. 1981. Ilmu Memupuk 2. Jakarta (ID):
CVYasaguna.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan
Biometrik. M. Syah, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Subantoro R, Wahyuningsih S, Prabowo R. 2006. Pengaruh GA3, Kompos, Pupuk
Organik Cair, dan TSP Terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Serta Kuantitas
Benih Alfalfa Tropika (Medicago sativa.L). J Mediagro. 3(1):67-80.
Supraptohardjo D. 1982. Klasifikasi Tanah Indonesia. Bogor (ID): Pusat
Penelitian Tanah.
Suriatna S. 2002. Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta (ID): Penerbit PT.
Medyatama Sarana Perkasa.
Susanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta (ID): Penerbit
Kanisius.
Triwidyaratih A. 2011. Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usaha ternak sapi
perah pada anggota Kaum-Mandiri di Kecamatan Pasirjambu Kabupaten
Bandung Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wheeler WA. 1950. Forage and Pasture Crops. New Jersey
(GB): DVan Nostrand Company Inc.
Whiteman PC. 1980. Tropical Pasture Science. Oxford (GB): Oxford University
Pr.
Williams S. 2006. Fertilizer : Application (Organic vs Inorganic) [internet]
[diunduh pada27 Januari 2013]. Tersedia pada http://gardenline.usask.ca

12

LAMPIRAN
Lampiran 1 Rancangan pola pengacakan dari 5 perlakuan dengan 3 ulangan
Bedeng 2
Bedeng 1
P2U1
P3U3
Bedeng 4
Bedeng 3
P1U1
P2U2
Bedeng 6
Bedeng 5
P5U2
P5U3
Bedeng 8
Bedeng 7
P4U3
P1U2
Bedeng 10
Bedeng 9
P3U1
P2U3
Bedeng 12
Bedeng 11
P4U1
P5U1
Bedeng 13
P3U2
Bedeng 14
P1U3
Bedeng 15
P4U2
Lampiran 2 Hasil ANOVA jumlah daun bedeng-1
SK
Total
Perlakuan
Galat

db
15
4
11

JK
KT
6076,291
1489,884 372,471
4586,407 416,946

Fhit

F0,05

F0,01

0,893

3,357

5,6683

NS

Keterangan : SK = Sumber Keragaman; JK = Jumlah Kuadrat; db = derajat bebas; KT = Kuadrat
Tengah; F = Faktor hitung; Sig. = Signifikansi

Lampiran 3 Hasil ANOVA pertambahan jumlah daun bedeng-1
SK
Total
Perlakuan
Galat

db
15
4
11

JK
75,016
18,394
56,622

KT

Fhit

F0,05

F0,01

4,598
5,147

0,893

3,357

5,6683

NS

Lampiran 4 Hasil ANOVA tinggi tanaman bedeng-1
SK
Total
Perlakuan
Galat

db
15
4
11

JK
148,566
52,935
95,630

KT

Fhit

F0,05

F0,01

13,234
8,694

1,522

3,357

5,6683

NS

13

Lampiran 5 Hasil ANOVA pertambahan tinggi tanaman bedeng-1
SK
Total
Perlakuan
Galat

db
15
4
11

JK
33,044
5,239
27,805

KT

Fhit

F0,05

F0,01

1,310
2,528

0,518

3,357

5,6683

NS

Lampiran 6 Hasil ANOVA persentase daya tumbuh benih bedeng-1
SK
Total
Perlakuan
Galat

db
15
4
11

JK
689,652
243,849
445,803

KT

Fhit

F0,05

F0,01

60,962
40,528

1,504

3,357

5,6683

NS

Lampiran 7 Hasil ANOVA berat segar daun bedeng-1
SK
Total
Perlakuan
Galat

db
15
4
11

JK
861,349
201,589
659,760

KT

Fhit

F0,05

F0,01

50,397
59,978

0,840

3,357

5,6683

NS

Lampiran 8 Hasil ANOVA berat kering oven 60o daun bedeng-1
SK
Total
Perlakuan
Galat

db
15
4
11

JK
31,237
8,244
22,993

KT

Fhit

F0,05

F0,01

2,061
2,090

0,986

3,357

5,6683

NS

Lampiran 9 Hasil ANOVA berat segar batang bedeng-1
SK
Total
Perlakuan
Galat

db
15
4
11

JK
93,877
20,331
73,547

KT

Fhit

F0,05

F0,01

5,083
6,686

0,760

3,357

5,6683

NS

Lampiran 10 Hasil ANOVA berat kering oven 60o batang bedeng-1
SK
Total
Perlakuan
Galat

db
15
4
11

JK
2,129
0,436
1,693

KT

Fhit

F0,05

F0,01

0,109
0,154

0,708

3,357

5,6683

NS

14

Lampiran 11 Perhitungan pemberian pupuk
Standarisasi kebutuhan nitrogen m-2 = 50 kg N ha-1 = 15 g N3m-2 (Widyati 2009)
1.

Perhitungan penggunaan pupuk NPK
Ketersediaan N dalam pupuk NPK :
50 kg
/ 10 000 = 0.005 kg m-2 = 5 g m-2 = 15 g N m-2
= 15 g N m-2 dalam 45 g 3m-2
Kebutuhan NPK
P1 = 45 g3m-2x 3
= 135 g 3m-2

2.

Pupuk kandang ayam
Ketersediaan nitrogen dalam pupuk kandang ayam = 15 kg Nton-1
Maka : 50 kg/ 15 kg
= 3.33tonha-1
3.33 ton
/ 10 000
= 0.000333 tonm-2
= 0.333 kgm-2
= 1 kg 3m-2
Kebutuhan pupuk kandang ayam
Pengapuran
= 6 kg 3m-2 x 15
= 90 kg3m-2
P2
= 1 kg 3m-2 x 3
=3 kg 3m-2
-2
P4
= 0.5 kg 3m x 3
=1.5 kg 3m-2+
94.5 kg 3m-2

3.

Pupuk kandang sapi
Ketersediaan nitrogen dalam pupuk kandang sapi = 5 kg Nton-1
Maka : 50 kg/ 5 kg
= 10 ton
10 ton
/ 10 000
= 0.001 ton m-2
= 1 kg m-2
=3 kg3m-2
Kebutuhan pupuk kandang sapi
P3
= 3 kg 3m-2 x 3
= 9kg 3m-2
-2
P5
= 1.5 kg 3m x 3
= 4,5 kg 3m-2 +
13.5 kg 3m-2
Urin sapi
Ketersediaan nitrogen dalam urin sapi = 1 % dari setiap pemberian.
Untuk memberikan standarisasi kebutuhan 50 kg N
diasumsikandiberikan urin sebanyak = 5000 kgurin ha-1
5 000 kg
/ 10 000 = 0.5 kg m-2= 1.5 kg 3m-2
1.5 kg 3m-2
/ 0.8 = 1.8 liter 3m-2
1.8 liter 3m-2
Kebutuhan urin sapi :
/ 2 = 0.9 liter 3m-2
-2
P4 = 0.9 liter 3m /3m2 x 3 x 16 = 43.2 liter 3m-2
P5 = 0.9 liter 3m-2/3m2 x 3 x 16 = 43.2 liter 3m-2 +
86.4 liter 3m-2

4.

ha-1

15

Lampiran 12 Pertumbuhan tanaman alfalfa

Alfalfa pada hari ke-8

Alfalfa pada hari ke-10

Alfalfa pada hari ke-14

Alfalfa hari ke 21

Alfalfa saat pemanenan

Alfalfa saat pemanenan

16

Lampiran 13 Kondisi lapang

Bentuk bedeng

Jarak Antar Lobang Tanam

Paranet

Marka bedeng-1

17

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang tanggal 6 Juni
1992. Penulis merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara dari pasangan Odih Setiadi dan Sri Mulyani.
Pendidikan penulis diawalipada tahun 1996 di TK
Pertiwi Tangerang, kemudian dilanjutkan di bangku
sekolah dasar di SDN Pondok Kacang Timur III,
Tangerang Selatan pada tahun 1997 hingga tahun 2003.
Penulis melanjutkan sekolah di SMP Negri 3 Tangerang
pada tahun 2003 dan memasuki sekolah menengah atas
pada tahun 2006 hingga tahun 2009 di SMA Negri 10
Tangerang. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
di Jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, melalui Ujian
Talenta Mandiri Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009.
Selama masa studi di IPB penulis aktif di beberapa kegiatan
kemahasiswaan seperti Famm Al-An’aam pada tahun 2010-2011 pada divisi
Keputrian, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM-D) pada tahun 2010-2011 pada
divisi Riset dan Pengembangan Mahasiswa Internal, dan Himpunan Mahasiswa
Peternakan (HIMASITER) 2011-2012 pada divisi Kewirausahaan, serta menjadi
ketua penyelenggara D’Catra pada 2011. Selain kegiatan organisasi, penulis juga
aktif di kegiatan non-organisasi seperti perkusi (D’Ransum Percussion) sejak
tahun 2011-2013 dan teater (Teater Kandang) 2011-2013. Penulis juga merupakan
salah satu penerima beasiswa ASTAGA pada tahun 2009 dan beasiswa BBM
pada tahun 2010.

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Allahsubhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Mamah, Papah, Teh Rima, Ka Andre, De Riska,
dan Dede Ridwan yang tak pernah putus mendukung penulis baik dari segi moriil
maupun materil. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Ir.
Sudarsono Jayadi, MSc Agr dan Prof. Dr. Ir. Panca Dewi MHK, MSi atas
bimbingannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
dengan baik. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Pak Najmi PT.
Danone Diary Indonesia, Pak Fauzi dan Pak Agus HKSP Pasirjambu-Ciwidey, Pak
Ateng warga kelompok peternak sapi perah Kampung Gambung Pangkalan, Desa
Cisondari, Kecamatan Pasirjambu serta tim Laboratorium Agostologi yang telah
bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian ini. Terimakasih pula penulis ucapkan
kepada keluarga besar Mang Atang, Uwa Atih, Bi Uum yang telah membantu
penulis dalam penelitian ini baik dari segi moriil maupun materil. Penulis juga
tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Heni,
Sadiyah, Dara,Eci,Winda, Ata Dan Ajeng selaku tim penelitian, serta kepada
keluarga besar d’ransum, teater kandang, d’cydar, dannutritiousz46 atas segala
dukungan dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama ini.