Pengaruh Pemupukan Dan Pemberian Kapur Terhadap Pertumbuhan Dan Daya Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L.)

(1)

KACANG TANAH (Arachis hypogaea, L.)

ANDY WIJAYA

A24062568

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

Effect of Fertilization and Lime on the Growth and Yield of Peanut (Arachis hypogaea, L.)

This objective of this research was to determine the effect of fertilization and liming on growth and yield of peanut (Arachis hypogaea, L.). This research was conducted at the Leuwikopo Experimental Field, Departemen of Agronomi and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB, Dramaga, Bogor on March until July 2010. The research used split plot design with type of fertilizer as main plots and giving lime as sub plots. Generally, fertilization of peanut (Arachis hypogaea, L.) using dung and compound fertilizer gives not significantly different as result. The use of dolomite or kaptan up to 300 kg / ha did not give better results signify from the results obtained in general. The combination of fertilizer and liming treatment also had no effect on growth and yield parameter that identified.


(3)

ANDY WIJAYA. Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Kapur terhadap

Pertumbuhan dan Daya Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L.)

(Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI).

Kacang tanah merupakan salah satu sumber pangan yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati. Kacang tanah merupakan salah satu tanaman yang memerlukan unsur hara yang cukup banyak untuk memperoleh produksi tertentu.

Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh pemupukan dan pemberian kapur serta interaksi antar keduanya terhadap pertumbuhan dan daya hasil kacang tanah. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga Kabupaten Bogor dari bulan Maret sampai Juli 2010. Lokasi penelitian mempunyai ketinggian 250 m dpl. dengan jenis tanah Latosol.

Dalam penelitian ini ada dua percobaan yaitu percobaan untuk melihat pengaruh kapur dolomit dan kaptan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah

rancangan petak terbagi (split plot design) dengan dua faktor perlakuan. Petak

utama adalah aplikasi pemberian pupuk yang terdiri dari pupuk kandang dengan dosis 10 ton/ha dan pupuk majemuk NPK Phonska dengan dosis 300 kg/ha. Pemberian kapur sebagai anak petak terdiri dari tiga taraf yaitu dolomit atau kaptan dengan dosis 0 kg/ha, 150 kg/ha dan 300 kg/ha. Pada percobaan ini terdapat 6 kombinasi untuk setiap percobaannya yang diulang sebanyak tiga kali, sehingga seluruhnya terdapat 18 satuan percobaan.

Peubah yang diamati terdiri atas bobot kering batang dan daun, indeks luas daun, jumlah dan bobot kering ginofor, jumlah bunga, jumlah dan bobot kering polong per tanaman, persentase polong penuh, setengah penuh dan cipo, persentase bunga menjadi polong, indeks panen, produktivitas dan bobot 100 butir.

Pada bagian pengaruh dolomit, perlakuan jenis pupuk berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga 10 MST, persentase polong penuh dan setengah penuh. Perlakuan jenis pupuk pada bagian kaptan berpengaruh nyata terhadap bobot kering batang dan ginofor 6 MST, serta bobot biji per tanaman. Perlakuan dolomit


(4)

berpengaruh nyata terhadap bobot kering daun 10 MST dan bobot polong per tanaman. Perlakuan kaptan berpengaruh nyata terhadap persentase polong penuh per tanaman. Interaksi terdapat pada kombinasi perlakuan jenis pupuk dan kaptan yang mempengaruhi persentase bunga menjadi polong dan jumlah polong penuh per tanaman. Kombinasi perlakuan pupuk kandang dan kaptan 150 kg/ha menghasilkan persentase bunga menjadi polong terbanyak, sedangkan jumlah polong penuh per tanaman terbanyak dihasilkan dari kombinasi pupuk majemuk dan 300 kg kaptan/ha.

Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa pemupukan terhadap kacang tanah

(Arachis hypogaea, L.) menggunakan pupuk kandang atau majemuk memberikan

hasil yang tidak berbeda nyata. Penggunaan pupuk kandang dianjurkan untuk dipakai sebagai sumber hara tambahan tanaman kacang tanah karena penggunaan pupuk kandang dapat mempertahankan kelestarian lahan dan lingkungan dalam jangka panjang. Penggunaan kapur sampai 300 kg/ha tidak memberikan

peningkatan hasil yang berarti.Kombinasi perlakuan jenis pupuk dan kapur juga


(5)

KACANG TANAH (Arachis hypogaea, L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ANDY WIJAYA A24062568

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(6)

Judul : PENGARUH PEMUPUKAN DAN PEMBERIAN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL

KACANG TANAH (Arachis hypogaea, L.)

Nama : ANDY WIJAYA

NIM : A24062568

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Heni Purnamawati, M.Sc.Agr. NIP. 19660406 199003 2 009

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. NIP. 19611101 198703 1 003


(7)

Penulis dilahirkan di Sukabumi, Jawa Barat pada tanggal 18 Agustus 1988 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Tjhun Wie Shin dan Ibu Ijan Kurniawati.

Pengalaman pendidikan penulis diawali dari sekolah taman kanak-kanak di TK Ketilang Sukabumi pada tahun 1992. Pada tahun 1994 penulis memasuki sekolah dasar di SDK Bethel Sukabumi dan lulus pada tahun 2000. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTPK BPK Penabur Sukabumi dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan menengah tingkat atas ke SMA Mardi Yuana Sukabumi pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2007 penulis diterima dan masuk pada program studi Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi kerohanian KMB-IPB sebagai anggota seksi pendidikan periode 2007-2008. Penulis juga pernah berperan serta dalam kepanitiaan beberapa pelatihan dan seminar.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Hyang Adi Buddha yang telah memberikan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Pengaruh Pemupukan dan

Pemberian Kapur terhadap Pertumbuhan dan Daya Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L.) ini disusun sebagai tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikannya dan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, antara lain:

1. Ir. Heni Purnamawati, M.Sc.Agr. selaku dosen pembimbing skripsi yang

senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Dr. Ir. Yudiwanti WEK, M.S. dan Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S. selaku

dosen penguji atas saran dan masukannya untuk penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, M.S. selaku dosen pembimbing akademik atas

saran dan bimbingannya dalam kegiatan akademik.

4. Staf dan Karyawan Kebun Percobaan Leuwikopo yang telah membantu

selama kegiatan penelitian sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Orang tua dan Keluarga tercinta khususnya Kakak saya Julian Chendrasari

atas dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Donny Arzie, Deri Kurniansyah, dan Wahyu Junaedi, serta teman-teman

AGH 43 atas kebersamaan dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan dan untuk kemajuan

ilmu pengetahuan. Sabbe satta bhavantu sukhitata. Semoga semua makhluk hidup

berbahagia.

Bogor, Juni 2011


(9)

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Deskripsi Kacang Tanah ... 4

Fase Pertumbuhan Kacang Tanah ... 5

Pupuk ... 5

Kapur dan Pengapuran ... 7

Manfaat Kalsium pada Tanaman ... 7

Dosis Pemupukan dan Pemberian Kapur untuk Kacang Tanah ... 8

BAHAN DAN METODE ... 9

Tempat dan Waktu ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Penelitian ... 9

Pelaksanaan Penelitian ... 10

Pengamatan ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

Hasil ... 13

Pengaruh Dolomit ... 14

Pengaruh Kaptan ... 23

Pembahasan ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Berbagai Pupuk Kandang yang Telah Siap Pakai ... 6

2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jenis Pupuk dan Dosis

Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah ... 15

3. Indeks Luas Daun Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada

Tanaman Kacang Tanah... 16

4. Bobot Kering Daun Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada

Tanaman Kacang Tanah... 16

5. Bobot Kering Batang Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada

Tanaman Kacang Tanah... 17

6. Rata-rata Jumlah Ginofor Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit

pada Tanaman Kacang Tanah ... 17

7. Bobot Kering Ginofor Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada

Tanaman Kacang Tanah... 18

8. Jumlah Bunga Rata-rata Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit

pada Tanaman Kacang Tanah ... 18

9. Persentase Bunga Menjadi Polong Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan

Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah ... 19

10.Indeks Panen Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada Tanaman

Kacang Tanah ... 19

11.Bobot 100 Butir Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada

Tanaman Kacang Tanah... 20

12.Jumlah Polong per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit

pada Tanaman Kacang Tanah ... 20

13.Persentase Polong per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan

Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah ... 21

14.Bobot Polong dan Biji per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan

Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah ... 22

15.Produktivitas Polong dan Biji per m2 serta per hektar Hasil Perlakuan

Jenis Pupuk dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah ... 23

16.Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jenis Pupuk dan Dosis

Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah ... 24

17.Indeks Luas Daun Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada

Tanaman Kacang Tanah... 25

18.Bobot Kering Daun Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada


(11)

20.Jumlah Ginofor Rata-rata Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan

pada Tanaman Kacang Tanah ... 26

21.Bobot Kering Ginofor Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada

Tanaman Kacang Tanah... 27

22.Jumlah Bunga Rata-rata Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan

pada Tanaman Kacang Tanah ... 27

23.Persentase Bunga Menjadi Polong Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan

Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah ... 28

24.Interaksi Persentase Bunga Menjadi Polong Hasil Perlakuan Jenis

Pupuk dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah ... 28

25.Indeks Panen Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada Tanaman

Kacang Tanah ... 29

26.Bobot 100 Butir Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada

Tanaman Kacang Tanah... 29

27.Jumlah Polong per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan

pada Tanaman Kacang Tanah ... 30

28.Persentase Polong per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan

Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah ... 31

29.Bobot Polong dan Biji per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan

Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah ... 32

30.Produktivitas Polong dan Biji per m2 serta per hektar Hasil Perlakuan


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kondisi Tanaman Kacang Tanah pada 8 MST ... 13

2. Analisis Regresi Bobot Polong per Tanaman Hasil Perlakuan Dosis

Dolomit ... 22

3. Analisis Regresi Jumlah Polong Penuh per Tanaman Hasil Perlakuan

Dosis Kaptan ... 30

4. Interaksi Jumlah Polong Penuh per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis


(13)

Nomor Halaman

1. Keadaan Beberapa Unsur Iklim di Wilayah Dramaga Bogor dari Bulan

Maret sampai Juni 2010 ... 43

2. Analisis Tanah Sebelum Perlakuan ... 43

3. Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Pupuk Kandang saat 6 MST ... 44

4. Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Pupuk Kandang saat 10 MST ... 44

5. Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Pupuk Majemuk saat 6 MST ... 44

6. Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Pupuk Majemuk saat 10 MST ... 44

7. Tiga Kategori Polong ... 45

8. Gambar Denah Tata Letak Penelitian ... 46


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang tanah merupakan salah satu sumber pangan yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati. Kacang tanah juga sangat penting untuk dikembangkan karena dari segi produktivitasnya, kacang tanah yang dibudidayakan di Indonesia masih rendah, yaitu hanya sekitar 1 ton/ha. Tingkat produktivitas hasil yang dicapai ini baru setengah dari potensi hasil apabila dibandingkan dengan USA, China, dan Argentina yang sudah mencapai lebih dari 2.0 ton/ha (Adisarwanto, 2000).

Biro Pusat Statistik (BPS) menyatakan terjadi penurunan jumlah produksi kacang tanah selama periode lima tahun terakhir, yaitu 838 096 ton pada tahun 2006 menjadi 779 677 ton pada tahun 2010. Luas lahan pertanaman kacang tanah juga mengalami penurunan dari 706 753 ha pada tahun 2006 menjadi 626 264 ha pada tahun 2010. Hal ini menyebabkan produksi kacang tanah nasional tidak mampu memenuhi kebutuhan domestik, sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu importir kacang tanah di dunia.

Kebutuhan kacang tanah domestik belum bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri pada saat ini. Indonesia masih memerlukan substitusi impor dari luar negeri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka produksi kacang tanah nasional harus ditingkatkan. Dalam rangka mencukupi kebutuhan kacang tanah tersebut, pemerintah terus berupaya meningkatkan jumlah produksi melalui intensifikasi, perluasan areal tanaman, dan peningkatan produktivitas per satuan

lahan (Pitojo, 2005).  

Menurut Suprapto (2001) beberapa kendala teknis yang mengakibatkan rendahnya produksi kacang tanah antara lain pengolahan tanah yang kurang optimal sehingga drainasenya buruk dan struktur tanahnya padat, pemeliharaan tanaman yang kurang optimal, serangan hama dan penyakit, penanaman varietas yang berproduksi rendah dan mutu benih yang rendah. Disamping hal diatas pemupukan dan pemberian kapur juga merupakan hal penting yang harus mendapat perhatian dalam rangka peningkatan produksi kacang tanah.


(15)

Peningkatan produktivitas per satuan lahan dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satu usaha intensifikasi yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian pupuk pada tanaman kacang tanah. Kacang tanah merupakan salah satu tanaman yang memerlukan unsur hara yang cukup banyak untuk memperoleh produksi tertentu. Agar hasil polong mencapai sekitar 1,0 ton/ha, dipelukan sekitar 7,9 kg N, 6 kg P, 43 kg K untuk setiap hektarnya (Adisarwanto, 2000). Sumarno (2001) menyatakan bahwa kacang tanah sangat membutuhkan unsur N, P, K, dan Ca dalam jumlah yang cukup, dan hal tersebut dapat dipenuhi melalui usaha pemupukan dan pemberian kapur.

Pada dasarnya pupuk dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik atau pupuk buatan. Pupuk organik adalah bahan yang dihasilkan dari makhluk hidup dan diberikan kepada tanaman untuk dapat memberikan suplai hara terhadap tanaman. Beberapa contoh pupuk organik adalah pupuk kandang dan kompos. Pupuk anorganik adalah bahan yang berisi unsur yang dibutuhkan tanaman dengan kadar hara tinggi. Beberapa contoh pupuk anorganik adalah urea, SP-18, KCl, dan NPK (Lingga dan Marsono, 2001).

Kapur sebagai bahan penyedia kalsium diambil dari tanah sebagai kation

Ca+. Pemberian kapur tidak saja menambah Ca itu sendiri, namun mengakibatkan

pula unsur lain menjadi lebih tersedia, baik pada lapisan ginofor maupun pada daerah akar tanaman. Tersedianya Ca dan unsur lainnya menyebabkan pertumbuhan generatif menjadi lebih baik, sehingga pengisian polong lebih

sempurna dan mengakibatkan hasil menjadi lebih tinggi (Sutarto et al., 1985).

Pada saat ini sistem pertanian konvensional yang banyak menggunakan input kimiawi buatan dinilai tidak dapat lagi mempertahankan kelestarian lahan dan lingkungan dalam jangka panjang, bahkan kecenderungan yang ada akhir-akhir ini justru terjadi penurunan produktivitas tanaman. Disamping hal tersebut, pembuatan pupuk kimia buatan dan pestisida, serta input pertanian buatan lainnya juga membutuhkan energi dalam jumlah yang besar, sehingga tidak efisien dalam penerapannya. Suatu sistem pertanian organik merupakan alternatif jalan keluar untuk mengatasi permasalahan yang timbul dari sistem pertanian konvensional. Sistem pertanian organik adalah suatu sitem produksi pertanian dimana bahan


(16)

3

 

organik, baik dari makhluk hidup maupun yang sudah mati merupakan faktor penting dalam proses produksi dan mengesampingkan penggunaan input kimiawi buatan. Penggunaan pupuk organik dan hayati, serta pemberantasan hama, penyakit dan gulma secara biologis adalah beberapa contoh penerapan sistem

pertanian organik (Sugito et al., 1995).

Sugito et al. (1995) menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik dalam

sistem pertanian organik memberikan beberapa manfaat seperti suplai hara makro dan mikro, meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga memperbaiki kemampuan tanah menahan air serta menambah porositas tanah dan meningkatkan kegiatan jasad renik dalam tanah. Penambahan bahan organik selain menambah unsur hara tanah juga akan mempengaruhi sifat tanah lainnya seperti perubahan pH dan kemampuan tanah mempertukarkan kation (KTK).

Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemupukan dan pemberian kapur terhadap pertumbuhan dan daya hasil kacang tanah.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah :

1. Pupuk kandang memberikan pengaruh sebaik pupuk majemuk terhadap

pertumbuhan dan daya hasil kacang tanah.

2. Peningkatan dosis kapur mampu meningkatkan pertumbuhan dan daya

hasil kacang tanah.

3. Terdapat interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk dan kapur


(17)

Deskripsi Kacang Tanah

Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang

berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah dibawa dan disebarkan ke benua Eropa, kemudian menyebar ke benua Asia sampai ke Indonesia (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Dalam dunia tumbuhan, tanaman kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae

Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogaea, L.

Tanaman kacang tanah dapat tumbuh pada daerah tropik, subtropik, serta

daerah temperate pada 40oLU-40oLS. Persyaratan mengenai tanah yang cocok

bagi tumbuhnya kacang tanah tidaklah terlalu khusus. Syarat yang terpenting adalah bahwa keadaan tanah tidak telalu kurus dan padat. Kondisi tanah yang mutlak diperlukan adalah tanah yang gembur. Kondisi tanah yang gembur akan memberikan kemudahan bagi tanaman kacang tanah terutama dalam hal perkecambahan biji, kuncup buah, dan pembentukan polong yang baik. Tanaman kacang tanah menghendaki keadaan pH tanah sekitar 6-6.5 (Aak, 1989).

Menurut Maesen dan Somaatmadja (1992) kacang tanah menghendaki keadaan iklim yang panas tetapi sedikit lembab, yaitu rata-rata 65-75% dan curah hujan tidak terlalu tinggi, yaitu sekitar 800-1300 mm/tahun. Pada waktu berbunga tanaman kacang tanah menghendaki keadaan yang cukup lembab dan cukup udara, sehingga kuncup buah dapat menembus tanah dengan baik dan pembentukan polong dapat berjalan secara leluasa, sedangkan pada saat buah kacang tanah menjelang tua, tanah harus diupayakan menjadi kering. Apabila


(18)

5

 

tanah terlalu basah, sebagian buah kacang tanah akan tumbuh di lahan penanaman, bahkan sebagian buah kacang akan membusuk dan kualitasnya bisa menjadi kurang baik. Daerah yang paling cocok untuk tanaman kacang tanah adalah daerah dataran dengan ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut. Disamping itu, tanaman kacang tanah menghendaki sinar matahari yang cukup.

Suhu optimum untuk pertumbuhan kacang tanah adalah 30oC dan pertumbuhan

akan terhambat pada suhu 15oC.

Fase Pertumbuhan Kacang Tanah

Penandaan fase tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta buku-buku pada batang utama yang telah berkembang penuh. Fase vegetatif berlangsung sejak biji berkecambah hingga kanopi (tajuk) mencapai maksimum. Penandaan fase reproduktif ditandai dengan adanya bunga, buah dan biji. Pembungaan pada kacang tanah dimulai pada hari ke-27 sampai ke-32 setelah tanam yang ditandai dengan munculnya bunga pertama. Jumlah bunga yang dihasilkan setiap harinya akan meningkat sampai maksimum dan menurun mendekati nol selama periode pengisian polong. Ginofor (tangkai kepala putik) muncul pada hari ke-4 atau ke-5 setelah bunga mekar, kemudian akan memanjang, serta menuju dan menembus tanah untuk memulai pembentukan polong. Pembentukan polong dimulai ketika ujung ginofor mulai membengkak, yaitu pada hari ke-40 hingga hari ke-45 setelah tanam atau sekitar satu minggu setelah ginofor masuk ke dalam tanah (Trustinah, 1993).

Pupuk

Pupuk merupakan suatu bahan yang diberikan pada tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitasnya sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Pupuk dapat digolongkan kedalam senyawa organik maupun anorganik yang dapat terdiri dari satu atau lebih unsur hara.


(19)

1. Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan campuran bahan organik yang berasal dari kotoran padat, urin, dan sisa makanan. Susunan kimia pupuk kandang berbeda di setiap tempat. Susunan tersebut tergantung dari macam ternak, umur dan keadaan hewan, serta cara mengurus dan menyimpan pupuk sebelum dipakai (Soepardi, 1983).

Menurut Sarief (1986), pupuk kandang memiliki keunggulan

dibandingkan dengan pupuk lain, yaitu; 1. Merupakan humus yang dapat menjaga tanah sehingga tanah mudah diolah dan terisi banyak oksigen, 2. Sebagai sumber hara makro (nitrogen, fosfor, dan kalium), 3. Meningkatkan daya menahan air

(water holding capacity), 4. Banyak mengandung mikroorganisme. Semua

keunggulan pupuk kandang tersebut membuat pupuk kandang dianggap sebagai pupuk yang lengkap.

Pupuk kandang dapat berasal dari: sapi, kuda, kambing, babi, unggas dan lain-lain. Tabel 1 menunjukan perbandingan komposisi unsur hara dari beberapa sumber pupuk kandang yang telah siap pakai.

Tabel 1. Komposisi Berbagai Pupuk Kandang yang Telah siap Pakai Tipe Pupuk

Kandang

Kandungan Hara (%) Kadar air (%)

N P K

Sapi 0.40 0.20 0.10 85

Kambing/domba 0.60 0.30 0.17 60

Babi 0.95 0.35 0.40 80

Ayam/unggas 0.40 0.10 0.45 97

Sumber: Williams et al. (1993) 2. Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik adalah bahan yang berisi unsur yang dibutuhkan tanaman dengan kadar hara tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua, yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam, biasanya berupa unsur hara makro primer. Pupuk majemuk adalah bahan yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Beberapa contoh pupuk anorganik adalah urea, TSP, dan NPK (Lingga dan Marsono, 2001).


(20)

7

 

Kapur dan Pengapuran

Kapur adalah bahan yang mengandung unsur Ca yang dapat meningkatkan pH tanah (Hardjowigeno, 1992). Pemberian kapur dapat meningkatkan ketersediaan unsur fosfor (P) dan molibdenum (Mo). Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah, sehingga pemberian kapur pada tanah masam akan merangsang pembentukan struktur remah, mempengaruhi pelapukan bahan organik, dan pembentukan humus (Buckman dan Brady, 1964).

Soepardi (1983) menyatakan bahwa pengapuran menetralkan senyawa-senyawa beracun dan menekan penyakit tanaman. Aminisasi, amonifikasi, dan oksidasi belerang nyata dipercepat oleh meningkatnya pH yang diakibatkan oleh pengapuran. Dengan meningkatnya pH tanah, maka akan menjadikan tersedianya unsur N, P, dan S, serta unsur mikro bagi tanaman. Kapur yang banyak digunakan

di Indonesia dalam bentuk kalsit (CaCO3) dan dolomite (CaMg(CO3)2).

Manfaat Kalsium pada Tanaman

Kalsium merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Kalsium termasuk salah satu kation utama pada komplek pertukaran, sehingga biasa dihubungkan dengan masalah kemasaman tanah dan pengapuran, karena merupakan kation yang paling cocok untuk mengurangi kemasaman atau menaikan pH tanah (Hardjowigeno, 1992).

Kandungan kalsium di dalam tanah selain berasal dari bahan kapur dan pupuk yang ditambahkan, kalsium juga berasal dari batuan dan mineral pembentuk tanah. Mineral-mineral yang mengandung Ca pada umumnya sedikit lebih cepat lapuk dari pada mineral-mineral yang lainnya, sehingga ada kecenderungan Ca di dalam tanah akan menurun dengan meningkatnya pelapukan dan pencucian. Melalui proses pelapukan dan hancuran mineral-mineral tersebut membebaskan kalsium ke dalam air di sekitarnya (Soepardi, 1983). Pemberian kapur pada tanaman umumnya diberikan dalam bentuk dolomit dan kaptan. Kandungan kalsium dalam dolomit adalah sekitar 30%, sedangkan kaptan sekitar 90% (Novizan, 2001).


(21)

  Kapur sebagai bahan penyedia kalsium diambil dari tanah sebagai kation

Ca2+. Kalsium penting dalam mencegah kemasaman pada cairan sel, mengatur

permeabilitas dinding sel atau daya tembus cairan, mempercepat pembelahan sel-sel meristem, membantu pengembalian nitrat dan mengatur enzim, berpengaruh baik terhadap pertumbuhan, bulu-bulu akar, polong dan ginofor pada tanaman kacang tanah. Pemberian kapur tidak saja menambah Ca itu sendiri, namun mengakibatkan pula unsur lain menjadi lebih tersedia, baik pada lapisan ginofor maupun pada daerah akar tanaman. Tersedianya Ca dan unsur lainnya menyebabkan pertumbuhan generatif menjadi lebih baik, sehingga pengisian

polong lebih sempurna dan mengakibatkan hasil menjadi lebih tinggi (Sutarto et

al., 1985).

Dosis Pemupukan dan Pemberian Kapur untuk Kacang Tanah

Pemupukan dilakukan untuk memberikan tambahan unsur-unsur hara yang

dibutuhkan tanaman. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2010) memberikan

rekomendasi pemupukan untuk tanaman kacang tanah yaitu Urea 50-90 kg/ha, TSP 100 kg/ha, dan KCl 50 kg/ha. Dosis pemupukan ini tidak selalu sama di setiap tempat, tergantung kondisi lahan yang ditanam kacang tanah.

Menurut Purwono dan Purnamawati (2007) untuk tanaman kacang tanah, hara kalsium yang cukup diperlukan untuk pembentukan polong dan pengisian biji. Pemberian kalsium bisa berupa kaptan atau dolomit sebanyak 300-400 kg/ha.


(22)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor. Pada ketinggian 250 m dpl. dengan jenis tanah Latosol. Periode waktu pelaksanakan penelitian dari bulan Maret sampai Juli 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan terdiri dari benih kacang tanah varietas Kelinci, pupuk kandang kambing, pupuk majemuk NPK Phonska, dolomit, kaptan, pestisida Furadan, Curacon dan Benlox. Alat yang digunakan terdiri dari seperangkat alat pertanian, timbangan digital dan oven pengering.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua percobaan yaitu percobaan untuk melihat pengaruh kapur dolomit dan kaptan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah

rancangan petak terbagi (split plot design) dengan dua faktor perlakuan. Petak

utama yang digunakan adalah aplikasi pemberian pupuk yang terdiri dari pupuk

kandang (P1) dengan dosis 10 ton/ha dan pupuk majemuk NPK Phonska (P2)

dengan dosis 300 kg/ha. Pemberian kapur sebagai anak petak terdiri dari tiga taraf yaitu dolomit atau kaptan dengan dosis 0 kg/ha, 150 kg/ha dan 300 kg/ha. Pada percobaan ini terdapat 6 kombinasi untuk setiap percobaannya yang diulang sebanyak tiga kali, sehingga seluruhnya terdapat 18 satuan percobaan.

Model statistika untuk rancangan yang digunakan adalah: Yijk =µ+Ui+ Pj + αij +Kk + (PK)jk + εijk

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan (respon) dari ulangan ke-i, pemupukan ke-j, dan

pengapuran ke-k


(23)

Ui = pengaruh ulangan ke-i, i = 1, 2, 3

Pj = pengaruh pemupukan ke-j, j = 1, 2

αij = pengaruh galat pada ulangan ke-i dan perlakuan pupuk ke-j

Kk = pengaruh dosis kapur (dolomit atau kaptan) ke-k, k = 1,2,3

(KP)jk = pengaruh interaksi antara perlakuan pupuk ke-j dan dosis kapur ke-k

εijk = pengaruh galat percobaan dari ulangan ke-i, pemberian pupuk ke-j,

dan dosis kapur ke-k

Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji F (analisis ragam). Jika perlakuan berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjut dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian

Dua minggu sebelum tanam dilakukan pengolahan tanah. Lahan diolah sempurna sampai tanah menjadi gembur dan tidak terlalu padat. Sebelum diberi perlakuan, lahan penelitian dianalisis tanahnya dengan mengambil sampel secara acak. Lahan yang digunakan kemudian dibagi dengan masing-masing petakan

berukuran 25 m2 (Lampiran 8).

Benih kacang tanah yang digunakan adalah varietas Kelinci (Lampiran 9). Benih kacang tanah ditanam dengan jarak tanam 40 x 10 cm, satu butir per lubang. Populasi per petak adalah 625 tanaman atau 250 000 tanaman/ha.

Untuk perlakuan pemupukan, pupuk kandang diberikan dua minggu sebelum tanam, sedangkan pupuk majemuk diberikan sekaligus pada saat tanam. Untuk perlakuan pemberian kapur dolomit dan kaptan diberikan sekaligus dua minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk dan kapur dilakukan setelah pemetakan pada lahan percobaan.

Penyiangan gulma dilakukan sebanyak dua kali, yaitu saat 3 dan 8 minggu setelah tanam (MST). Pembumbunan dilakukan pada 5 MST. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 14 MST.


(24)

11

 

Pengamatan

Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan saat 6 dan 10 MST (Lampiran 3, 4, 5, dan 6). Untuk pengamatan bunga dilakukan setiap dua hari sekali yang dimulai dari 4 sampai 10 MST. Macam pengamatannya yaitu:

1. Bobot kering batang dan daun

Bobot kering dihitung setelah batang dan daun melalui proses pengovenan

dengan suhu 70oC selama tiga hari. Pengamatan dilakukan pada saat

destruksi 6 dan 10 MST.

2. Indeks luas daun (ILD)

ILD = Luas daun / luas lahan yang ternaungi.

Indeks Luas Daun (ILD) adalah perbandingan antara luas daun dengan luas tanah yang dinaungi oleh daun tersebut yaitu jarak tanam dari tanaman kacang tanah 40 x 10 cm. Indeks luas daun diukur dengan metode gravimetri. Pengamatan ILD dilakukan pada 6 dan 10 MST.

3. Jumlah dan bobot kering ginofor

Pengamatan jumlah ginofor dilakukan saat tanaman sudah menghasilkan ginofor. Pengamatan dilakukan saat 6 dan 10 MST. Untuk bobot kering ginofor, ginofor ditimbang setelah melalui proses pengovenan dengan

suhu 70oC selama tiga hari.

4. Jumlah Bunga

Pengamatan pembungaan yang meliputi umur tanaman saat muncul bunga pertama, jumlah bunga layu, dan bunga segar yang dilakukan setiap dua hari sekali pada pagi hari. Pengamatan ini dilakukan saat tanaman kacang tanah mulai berbunga, yaitu 4 sampai 10 MST.

Pengamatan peubah produksi dan produktivitas dilakukan secara ubinan.

Luasan yang diambil untuk contoh yaitu 1 x 2 m2. Macam pengamatannya yaitu:

1. Bobot kering brangkasan

Pengukuran bobot kering dilakukan setelah brangkasan mengalami

perlakuan pengeringan dengan oven pada suhu 70oC selama tiga hari.


(25)

2. Jumlah dan persentase polong total, penuh, setengah penuh dan cipo

Jumlah polong total = jumlah seluruh polong dari tanaman

dalam ubinan yang dipanen

Jumlah polong penuh = jumlah polong total – jumlah polong

setengah penuh dan cipo

Jumlah polong setengah penuh = jumlah polong yang berisi sebagian atau tidak penuh

Jumlah polong cipo = jumlah polong yang hampa dan rusak

Jumlah polong yang diamati adalah rata-rata jumlah polong per tanaman.

3. Indeks panen (IP)

IP = BK polong / (BK brangkasan + BK polong) x 100%

Pengamatan indeks panen dilakukan setelah biji dioven dengan suhu 70oC

selama 3 hari. Indeks panen yang diamati adalah rata-rata per tanaman.

4. Bobot kering polong total, penuh, setengah penuh dan cipo

Bobot kering polong total diamati setelah polong dioven dengan suhu

70oC selama 3 hari. Bobot polong yang diamati dalam ubinan serta

rata-rata per tanaman

5. Produktivitas kacang tanah

Produktivitas kacang tanah diperoleh dari hasil polong dan biji tiap ubinan. Selanjutnya nilai ini dikonversi dalam satu meter persegi serta hektar.

6. Bobot 100 butir

Biji kacang tanah dalam ubinan ditimbang bobotnya dengan jumlah 100 biji.


(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kondisi Umum

Pertumbuhan tanaman pada awal pertanaman di lapangan menunjukan kondisi yang baik dengan air yang cukup tersedia. Pada saat 4 MST, sekitar 75% populasi tanaman kacang tanah mulai berbunga. Curah hujan rata-rata pada bulan Maret sampai Juni 2010 di daerah Dramaga adalah 458.48 mm/bulan, dengan jumlah hari hujan rata-rata sebesar 21 hari per bulan. Suhu rata-rata per bulan

adalah 25.88oC (Tabel Lampiran 1). Daya tumbuh kacang tanah cukup baik yaitu

mencapai 70-80% (Gambar 1).

Hasil analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB menunjukan bahwa tanah dalam keadaan masam dengan pH 5.20 dan mempunyai tekstur lempung liat berdebu. Kandungan Ca di lokasi penelitian sebesar 0.54 me/100 g sehingga kandungan Ca tergolong sangat rendah (Tabel Lampiran 2).

Gambar 1. Kondisi Tanaman Kacang Tanah pada 8 MST

Beberapa jenis penyakit yang menyerang tanaman kacang tanah selama penelitian diantaranya bercak Cercospora, penyakit layu, penyakit belang dan sapu setan. Bercak Cercospora merupakan penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Serangan terjadi saat tanaman berumur 6 MST sampai panen. Penyakit

layu disebabkan oleh serangan bakteri Pseudomonas solanacrearum, penyakit ini


(27)

Peanut stripe virus (PStV) menyebabkan penyakit belang, penyakit ini menyerang

sejak tanaman kacang tanah saat berumur 5 MST. Penyakit sapu setan (Witchess

Broom) menyerang tanaman kacang tanah saat berumur 9 MST sampai panen.

Hama yang menyerang tanaman kacang tanah di lokasi penelitian cukup banyak. Hama-hama tersebut antara lain kumbang (Famili Coccinellidae), rayap

(ordo Isoptera), belalang (Sexava sp.) dan kepik (Famili Coreidae). Untuk

menghindari kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit maka dilakukan penyemprotan dengan pestisida secara intensif sebanyak lima kali yaitu pada 3, 5, 7, 9 dan 11 MST.

Gulma yang ada di lokasi penelitian umumnya adalah golongan gulma

berdaun lebar. Gulma tersebut antara lain adalah Amaranthus sp., Mimosa invisa,

Euphorbia hirta, Pyllantus niruri dan Boreria allata. Metode Pengendalian gulma dilakukan secara manual yaitu dengan penyiangan pada 3 dan 8 MST.

Pengaruh Dolomit Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Rekapitulasi hasil uji F menunjukan bahwa tidak ditemukan adanya interaksi antara perlakuan pupuk dan dolomit pada seluruh peubah yang diamati. Perlakuan jenis pupuk memberikan pengaruh yang nyata pada peubah jumlah bunga pada 10 MST, persentase polong penuh dan setengah penuh. Perlakuan dolomit memberikan pengaruh nyata pada peubah bobot kering daun pada 10 MST dan bobot polong per tanaman pada saat panen (Tabel 2).


(28)

15

 

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jenis Pupuk dan Dosis Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah

Pengamatan Jenis Pupuk Dolomit Interaksi KK (%)

BK Daun 6 MST 0.18tn 0.05tn 4.68tn 10.32

BK Daun 10 MST 5.90tn 6.62* 1.36tn 10.79

BK Batang 6 MST 0.00tn 0.12tn 1.97tn 14.53

BK Batang 10 MST 6.51tn 3.44tn 2.05tn 12.53

BK Ginofor 6 MST 0.17tn 0.10tn 0.05tn 27.09

BK Ginofor 10 MST 0.24tn 1.40tn 2.61tn 21.88

Indeks Luas Daun 6 MST 4.97tn 0.24tn 0.33tn 18.48

Indeks Luas Daun 10 MST 0.20tn 1.98tn 0.73tn 15.24

Jumlah Ginofor 6 MST 0.03tn 1.10tn 0.95tn 14.57

Jumlah Ginofor 10 MST 5.10tn 3.71tn 4.24tn 14.22

Jumlah Bunga 6 MST 11.34tn 0.50tn 2.05tn 10.27

Jumlah Bunga 10 MST 57.00* 1.10tn 2.01tn 11.59

Persentase Bunga Menjadi Polong

0.10tn 2.62tn 1.85tn 18.53

Indeks Panen 1.44tn 0.43tn 1.61tn 13.54

Bobot 100 Butir 2.55tn 2.40tn 3.43tn 7.15

Jumlah Polong per Tanaman

- Penuh 0.37tn 0.65tn 2.40tn 10.62

- Setengah Penuh 9.63tn 1.02tn 1.89tn 35.23

- Cipo 3.09tn 3.06tn 2.13tn 21.08

- Total 1.95tn 2.92tn 1.42tn 10.45

Persentase Polong

- Penuh 65.64* 0.57tn 3.36tn 8.08

- Setengah Penuh 29.64* 0.55tn 2.68tn 24.96

- Cipo 1.14tn 1.55tn 1.11tn 14.04

Bobot Polong per Tanaman 0.05tn 4.81* 4.68tn 11.42

Bobot Biji per Tanaman 0.01tn 4.07tn 5.11tn 12.67

Produktivitas Polong per m2 0.22tn 2.59tn 0.39tn 30.21

Produktivitas Biji per m2 0.49tn 2.83tn 0.59tn 29.77

Keterangan :

tn : tidak nyata

* : nyata pada taraf 5 %

Pengamatan Peubah Vegetatif dan Generatif

Peubah vegetatif dan generatif yang diamati adalah Indeks luas daun, jumlah ginofor, jumlah bunga, bobot kering brangkasan yang meliputi bobot kering daun, batang dan ginofor. Pengamatan dilakukan saat 6 dan 10 MST, sedangkan untuk peubah jumlah bunga dimulai dari 4 sampai 10 MST.


(29)

Indeks Luas Daun

Indeks luas daun adalah perbandingan antara luas daun dengan luas tanah yang dinaungi oleh daun tersebut. Indeks luas daun menunjukan peningkatan dari 6 sampai 10 MST. Perlakuan jenis pupuk dan kapur tidak berpengaruh nyata terhadap peubah indeks luas daun. (Tabel 3).

Tabel 3. Indeks Luas Daun Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah

Umur

Perlakuan 6 MST 10 MST

Pupuk

Kandang 2.99 5.52

Majemuk 3.17 5.76

Dolomit

0 kg/ha 3.01 5.25

150 kg/ha 3.03 5.47

300 kg/ha 3.21 6.19

Bobot Kering Daun per Tanaman

Perlakuan jenis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering daun yang diamati. Perlakuan dolomit memberikan pengaruh nyata pada bobot kering daun saat 10 MST. Pemberian dolomit 150 kg/ha dan 300 kg/ha meningkatkan bobot kering daun tanaman kacang tanah secara nyata dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian dolomit (Tabel 4).

Tabel 4. Bobot Kering Daun Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah

Umur

Perlakuan 6 MST 10 MST

Pupuk

Kandang 5.66 10.14

Majemuk 5.93 12.85

Dolomit

0 kg/ha 5.78 9.99b

150 kg/ha 5.75 12.31a

300 kg/ha 5.85 12.18a

Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%


(30)

17

 

Bobot Kering Batang per Tanaman

Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang sangat penting, melihat kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat dianggap sebagai sumbu tumbuhan. Kedua perlakuan baik jenis pupuk maupun dolomit tidak berpengaruh nyata terhadap peubah bobot kering batang per tanaman (Tabel 5).

Tabel 5. Bobot Kering Batang Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah

Umur

Perlakuan 6 MST 10 MST

Pupuk

Kandang 5.75 11.85

Majemuk 5.72 14.19

Dolomit

0 kg/ha 5.82 11.64

150 kg/ha 5.60 13.42

300 kg/ha 5.79 14.01

Jumlah dan Bobot Kering Ginofor per Tanaman

Perlakuan jenis pupuk dan dolomit tidak mempengaruhi jumlah ginofor (Tabel 6). Pada peubah bobot kering ginofor, kedua perlakuan juga tidak mempengaruhi bobot kering ginofor (Tabel 7).

Tabel 6. Rata-rata Jumlah Ginofor Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah

Umur

Perlakuan 6 MST 10 MST

Pupuk

Kandang 47.94 83.78

Majemuk 48.56 109.39

Dolomit

0 kg/ha 50.75 86.42

150 kg/ha 49.08 95.42


(31)

Tabel 7. Bobot Kering Ginofor Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah

Umur

Perlakuan 6 MST 10 MST

Pupuk

Kandang 2.99 16.61

Majemuk 2.81 17.86

Dolomit

0 kg/ha 2.97 15.36

150 kg/ha 2.78 17.34

300 kg/ha 2.96 19.00

Jumlah Bunga dan Persentase Bunga Menjadi Polong

Perlakuan jenis pupuk tidak berpengaruh nyata pada jumlah bunga rata-rata pada 6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada saat 10 MST, sedangkan perlakuan dolomit tidak berpengaruh nyata pada jumlah bunga. Jumlah bunga saat 10 MST untuk perlakuan pupuk kandang adalah 57.20, sedangkan untuk pupuk majemuk sebesar 69.87. Jumlah bunga memiliki kecenderungan meningkat dari 6 sampai 10 MST (Tabel 8).

Tabel 8. Jumlah Bunga Rata-rata Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah

Umur

Perlakuan 6 MST 10 MST

Pupuk

Kandang 42.04 57.20b

Majemuk 44.22 69.87a

Pengapuran

0 kg/ha 44.03 64.87

150 kg/ha 41.67 59.93

300 kg/ha 43.70 65.80

Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Pengamatan pada peubah persentase bunga menjadi polong dilakukan untuk mengetahui efisiensi pembentukan bunga pada tanaman kacang tanah dalam membentuk polong. Perlakuan jenis pupuk dan dolomit tidak berpengaruh nyata pada peubah persentase bunga menjadi polong (Tabel 9).


(32)

19

 

Tabel 9. Persentase Bunga Menjadi Polong Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah.

Perlakuan Persentase Bunga

Pupuk

Kandang 26.40

Majemuk 27.76

Dolomit

0 kg/ha 26.17

150 kg/ha 30.76

300 kg/ha 24.32

Pengamatan Hasil dan Komponen Hasil

Pengamatan peubah hasil dan komponen hasil dilaksanakan pada saat panen yang meliputi jumlah dan bobot kering polong per tanaman, persentase polong penuh, setengah penuh dan cipo, indeks panen, bobot 100 butir, dan produktivitas.

Indeks Panen

Indeks panen adalah perbandingan distribusi hasil asimilasi biomassa ekonomis dengan biomassa keseluruhan. Indeks panen yang dihasilkan tidak berbeda nyata pada perlakuan jenis pupuk. Perlakuan dolomit juga menghasilkan peubah indeks panen yang tidak berbeda nyata (Tabel 10).

Tabel 10. Indeks Panen Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah

Perlakuan Indeks Panen

Pupuk

Kandang 42.19

Majemuk 35.25

Dolomit

0 kg/ha 39.03

150 kg/ha 39.94


(33)

Bobot 100 Butir

Bobot 100 butir dipengaruhi oleh ukuran biji, baik yang besar maupun kecil. Bobot biji yang semakin besar dapat berkontribusi pada hasil panen yang

lebih tinggi, begitu juga sebaliknya. Kedua jenis perlakuan, baik jenis pupuk

maupun dolomit tidak berpengaruh nyata pada peubah bobot 100 butir (Tabel 11).

Tabel 11. Bobot 100 Butir Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah

Perlakuan Bobot 100 Butir (g)

Pupuk

Kandang 37.37

Majemuk 34.48

Dolomit

0 kg/ha 36.30

150 kg/ha 37.33

300 kg/ha 34.15

Jumlah dan Persentase Polong per Tanaman

Jumlah polong total yang dihasilkan cukup banyak dalam penelitian ini, namun masih ditemukan adanya polong setengah penuh dan cipo. Perlakuan jenis pupuk dan dolomit tidak memberikan hasil yang berbeda nyata pada peubah jumlah polong penuh, setengah penuh, cipo, dan total (Tabel 12).

Tabel 12. Jumlah Polong per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah

Perlakuan Polong Penuh

Polong Setengah Penuh

Polong Cipo Polong Total

Pupuk

Kandang 10.29 2.50 2.12 14.91

Majemuk 11.42 4.43 3.16 19.00

Dolomit

0 kg/ha 10.91 3.52 2.44 16.87

150 kg/ha 11.20 3.94 3.10 18.24


(34)

21

 

Perlakuan jenis pupukmemberikan pengaruh nyata terhadap peubah persentase polong penuh dan setengah penuh, tetapi tidak untuk polong cipo. Pupuk kandang memberikan hasil 68.99% polong penuh lebih baik dibandingkan dengan perlakuan pupuk majemuk yang menghasilkan 60.55% polong penuh. Perlakuan pupuk kandang pada peubah polong setengah penuh menghasilkan 16.64%, sedangkan perlakuan pupuk majemuk 23.04%. Perlakuan dolomit tidak berbeda nyata untuk setiap peubah persentase polong yang diamati (Tabel 13).

Tabel 13. Persentase Polong per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah

Perlakuan Polong Penuh Polong Setengah

Penuh

Polong Cipo Pupuk

Kandang 68.99a 16.64b 14.38

Majemuk 60.55b 23.04a 16.41

Dolomit

0 kg/ha 64.46 21.17 14.37

150 kg/ha 63.33 20.12 16.56

300 kg/ha 66.52 18.22 15.27

Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Bobot Polong dan Biji per Tanaman

Perlakuan jenis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap peubah bobot polong per tanaman, sedangkan perlakuan dolomit memberikan pengaruh nyata. Hasil analisis regresi menunjukan bahwa perlakuan dolomit menghasilkan bobot polong yang cenderung menurun dengan meningkatnya dosis yang diberikan pada

tanaman kacang tanah dengan R2 = 0.403 (Gambar 2). Perlakuan pupuk dan

dolomit tidak memberikan pengaruh nyata pada peubah bobot biji per tanaman (Tabel 14).


(35)

Tabel 14. Bobot Polong dan Biji per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah

Perlakuan Polong Biji

Pupuk ---(g/tan)---

Kandang 16.65 11.88

Majemuk 17.33 11.62

Dolomit

0 kg/ha 17.32ab 12.12

150 kg/ha 18.54a 12.76

300 kg/ha 15.11b 10.39

Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Gambar 2. Analisis Regresi Bobot Polong per Tanaman Hasil Perlakuan Dosis Dolomit

Produktivitas Polong dan Biji per m2 serta per hektar

Nilai produktivitas yang diamati adalah dalam bentuk polong dan biji

dalam satuan g/m2 serta ton/ha . Perlakuan jenis pupuk tidak berpengaruh nyata

terhadap produktivitas polong dan biji yang diamati. Perlakuan dolomit juga

menghasilkan peubah produktivitas polong dan biji per m2 serta per hektar yang


(36)

23

 

Tabel 15. Produktivitas Polong Dan Biji per m2 serta per hektar Hasil

Perlakuan Jenis Pupuk dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah

Perlakuan Produktivitas

Polong (g/m2)

Produktivitas Biji (g/m2)

Produktivitas Polong (ton/ha)

Produktivitas Biji (ton/ha)

Pupuk

Kandang 231.70 165.84 2.32 1.66

Majemuk 208.63 140.34 2.09 1.40

Dolomit

0 kg/ha 268.54 187.80 2.69 1.88

150 kg/ha 208.27 144.50 2.08 1.45

300 kg/ha 183.67 126.97 1.84 1.27

Pengaruh Kaptan Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Rekapitulasi hasil uji F menunjukan adanya interaksi antara perlakuan jenis pupuk dan kaptan pada peubah persentase bunga menjadi polong dan jumlah polong penuh per tanaman, sedangkan untuk peubah lainnya tidak ditemukan adanya interaksi. Pemberian jenis pupuk memberikan pengaruh yang nyata pada peubah bobot kering batang dan ginofor saat 6 MST, serta bobot biji per tanaman pada saat panen. Perlakuan kaptan memberikan pengaruh nyata pada peubah jumlah polong penuh per tanaman pada saat panen (Tabel 16).


(37)

Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jenis Pupuk dan Dosis Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah

Pengamatan Jenis Pupuk Kaptan Interaksi KK (%)

BK Daun 6 MST 2.80tn 0.73tn 1.25tn 11.17

BK Daun 10 MST 1.12tn 0.93tn 0.10tn 15.70

BK Batang 6 MST 99.87* 0.51tn 0.60tn 12.74

BK Batang 10 MST 0.16tn 0.59tn 0.00tn 18.04

BK Ginofor 6 MST 258.27* 1.56tn 1.65tn 19.75

BK Ginofor 10 MST 0.28tn 0.15tn 0.55tn 17.57

Indeks Luas Daun 6 MST 0.00tn 1.24tn 0.20tn 10.69

Indeks Luas Daun 10 MST 0.58tn 2.22tn 0.26tn 14.96

Jumlah Ginofor 6 MST 9.07tn 0.38tn 1.38tn 14.51

Jumlah Ginofor 10 MST 1.22tn 0.37tn 0.06tn 19.29

Jumlah Bunga 6 MST 0.13tn 0.91tn 0.98tn 17.77

Jumlah Bunga 10 MST 3.37tn 1.15tn 1.63tn 17.31

Persentase Bunga Menjadi Polong

2.05tn 0.84tn 7.97* 13.96

Indeks Panen 0.52tn 0.49tn 0.20tn 13.72

Bobot 100 Butir 0.00tn 0.01tn 0.22tn 11.28

Jumlah Polong per Tanaman

- Penuh 14.97tn 8.50* 13.25* 6.72

- Setengah Penuh 0.00tn 0.96tn 1.95tn 25.08

- Cipo 1.65tn 0.53tn 0.55tn 56.71

- Total 4.45tn 2.34tn 3.65tn 10.65

Persentase Polong

- Penuh 0.24tn 0.03tn 0.14tn 10.23

- Setengah Penuh 0.47tn 0.90tn 2.29tn 17.41

- Cipo 0.14tn 0.54tn 0.96tn 45.88

Bobot Polong per Tanaman 18.10tn 3.03tn 1.94tn 10.42

Bobot Biji per Tanaman 28.05* 1.58tn 0.65tn 16.19

Produktivitas Polong per m2 0.24tn 0.86tn 1.44tn 22.74

Produktivitas Biji per m2 0.10tn 0.81tn 1.11tn 24.98

Keterangan :

tn : tidak nyata

* : nyata pada taraf 5 %

Pengamatan Peubah Vegetatif dan Generatif

Peubah vegetatif dan generatif yang diamati adalah Indeks luas daun, jumlah ginofor, jumlah bunga, bobot kering brangkasan yang meliputi bobot kering daun, batang dan ginofor. Pengamatan dilakukan saat 6 dan 10 MST, sedangkan untuk peubah jumlah bunga dimulai dari 4 sampai 10 MST.


(38)

25

 

Indeks Luas Daun

Indeks luas daun adalah perbandingan antara luas daun dengan luas tanah yang dinaungi oleh daun tersebut. Indeks luas daun menunjukan peningkatan dari 6 sampai 10 MST. Perlakuan jenis pupuk dan kapur tidak berpengaruh nyata terhadap peubah indeks luas daun. (Tabel 17).

Tabel 17. Indeks Luas Daun Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah

Umur

Perlakuan 6 MST 10 MST

Pupuk

Kandang 2.91 5.33

Majemuk 2.90 5.81

Kaptan

0 kg/ha 2.97 5.08

150 kg/ha 3.01 5.55

300 kg/ha 2.75 6.09

Bobot Kering Daun per Tanaman

Daun adalah salah satu bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis. Perlakuan jenis pupuk tidak berbeda nyata untuk peubah bobot kering daun. Perlakuan kaptan juga tidak memberikan hasil yang berbeda nyata untuk peubah bobot kering daun yang diamati. (Tabel 18).

Tabel 18. Bobot Kering Daun Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah

Umur

Perlakuan 6 MST 10 MST

Pupuk

Kandang 6.27 10.20

Majemuk 5.62 11.87

Kaptan

0 kg/ha 6.17 10.25

150 kg/ha 5.97 11.37


(39)

Bobot Kering Batang per Tanaman

Pada 6 MST perlakuan jenis pupuk memberikan hasil yang berbeda nyata pada bobot kering batang, sedangkan perlakuan kaptan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Perlakuan pupuk kandang menghasilkan bobot kering batang 6.51 g/tan lebih baik dibandingkan hasil perlakuan pupuk majemuk yang hanya sebesar 5.36 g/tan. Pada 10 MST, perlakuan jenis pupuk dan kaptan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata pada bobot kering batang (Tabel 19).

Tabel 19. Bobot Kering Batang Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah

Umur

Perlakuan 6 MST 10 MST

Pupuk

Kandang 6.51a 12.65

Majemuk 5.36b 13.39

Kaptan

0 kg/ha 6.13 12.21

150 kg/ha 5.98 13.65

300 kg/ha 5.70 13.20

Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Jumlah Ginofor per Tanaman

Ginofor kacang tanah mulai tampak saat tanaman berumur 6 MST. Perlakuan jenis pupuk dan kaptan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata untuk peubah jumlah ginofor per tanaman (Tabel 20).

Tabel 20. Jumlah Ginofor Rata-rata Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah

Umur

Perlakuan 6 MST 10 MST

Pupuk

Kandang 53.56 82.00

Majemuk 45.11 103.72

Kaptan

0 kg/ha 51.42 87.92

150 kg/ha 48.42 96.50


(40)

27

 

Bobot Kering Ginofor per Tanaman

Perlakuan jenis pupuk berpengaruh nyata untuk bobot kering ginofor saat 6 MST. Saat 6 MST perlakuan pupuk kandang menghasilkan bobot kering ginofor 3.42 g/tan lebih baik dibandingkan hasil yang diperoleh dari perlakuan pupuk majemuk yang hanya sebesar 2.43 g/tan. Perlakuan kaptan tidak memberikan perbedaan yang nyata pada peubah bobot kering ginofor (Tabel 21).

Tabel 21. Bobot Kering Ginofor Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah

Umur

Perlakuan 6 MST 10 MST

Pupuk

Kandang 3.42a 14.60

Majemuk 2.43b 15.75

Kaptan

0 kg/ha 3.22 14.85

150 kg/ha 2.95 15.66

300 kg/ha 2.63 15.03

Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Jumlah Bunga dan Persentase Bunga Menjadi Polong

Perlakuan jenis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga. Perlakuan kaptan juga tidak berpengaruh nyata pada jumlah bunga yang dihasilkan. Jumlah bunga meningkat dari 6 sampai 10 MST (Tabel 22).

Tabel 22. Jumlah Bunga Rata-rata Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah

Umur

Perlakuan 6 MST 10 MST

Pupuk

Kandang 38.78 54.62

Majemuk 39.62 64.47

Kaptan

0 kg/ha 38.60 57.60

150 kg/ha 36.83 56.33


(41)

Pengamatan pada peubah persentase bunga menjadi polong dilakukan untuk mengetahui efisiensi pembentukan bunga pada tanaman kacang tanah dalam membentuk polong. Peubah persentase bunga menjadi polong tidak dipengaruhi oleh jenis pupuk dan kaptan yang diberikan (Tabel 23).

Tabel 23. Persentase Bunga Menjadi Polong Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah

Perlakuan Persentase Bunga

Pupuk

Kandang 29.85

Majemuk 27.76

Kaptan

0 kg/ha 27.40

150 kg/ha 30.40

300 kg/ha 28.63

Perlakuan jenis pupuk dan kaptan menunjukan adanya interaksi terhadap peubah persentase bunga menjadi polong. Kombinasi perlakuan pupuk kandang dan kaptan 150 kg/ha menunjukan persentase bunga menjadi polong yang paling baik yaitu 34.89%, sedangkan hasil yang paling rendah adalah kombinasi perlakuan pupuk kandang dan kaptan 300 kg/ha yaitu 24.40% (Tabel 24).

Tabel 24. Interaksi Persentase Bunga Menjadi Polong Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah

Kaptan

Pupuk 0 kg/ha 150 kg/ha 300 kg/ha

Kandang 30.27abc 34.89a 24.40c

Majemuk 24.54c 25.90bc 32.85ab

Keterangan : Nilai rataan pada baris dan kolom diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Pengamatan Hasil dan Komponen Hasil

Pengamatan peubah hasil dan komponen hasil dilaksanakan pada saat panen yang meliputi jumlah dan bobot kering polong per tanaman, persentase polong penuh, setengah penuh dan cipo, indeks panen, bobot 100 butir, dan produktivitas.


(42)

29

 

Indeks Panen

Indeks panen adalah perbandingan distribusi hasil asimilasi biomassa ekonomis dengan biomassa keseluruhan. Biomassa ekonomis adalah bobot kering polong kacang tanah, sedangkan biomassa keseluruhan adalah bobot kering total tanaman kacang tanah. Berdasarkan Tabel 25 dapat dilihat bahwa perlakuan jenis pupuk dan kaptan tidak berpengaruh nyata terhadap indeks panen.

Tabel 25. Indeks Panen Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah

Perlakuan Indeks panen

Pupuk

Kandang 41.82

Majemuk 39.23

Kaptan

0 kg/ha 38.69

150 kg/ha 41.32

300 kg/ha 41.57

Bobot 100 Butir

Bobot 100 butir dipengaruhi oleh ukuran biji, baik yang besar maupun kecil. Bobot biji yang semakin besar dapat berkontribusi pada hasil panen yang

lebih tinggi, begitu juga sebaliknya. Kedua jenis perlakuan, baik jenis pupuk

maupun kaptan tidak berpengaruh nyata pada peubah bobot 100 butir (Tabel 26).

Tabel 26. Bobot 100 Butir Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah

Perlakuan Bobot 100 Butir (g)

Pupuk

Kandang 34.53

Majemuk 34.70

Kaptan

0 kg/ha 34.69

150 kg/ha 34.45


(43)

Jumlah dan Persentase Polong per Tanaman

Perlakuan jenis pupuk tidak memberikan pengaruh nyata pada jumlah polong penuh, setengah penuh, cipo, dan total. Perlakuan kaptan 300 kg/ha mampu

meningkatkan jumlah polong penuh dengan R2 = 0.826 (Gambar 3). Perlakuan

kaptan tidak berpengaruh nyata untuk peubah jumlah polong setengah penuh, cipo dan total yang diamati (Tabel 27).

Tabel 27. Jumlah Polong per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah

Perlakuan Polong Penuh

Polong setengah Penuh

Polong Cipo Polong

Total Pupuk

Kandang 10.50 3.33 1.86 15.69

Majemuk 12.00 3.31 2.18 17.49

Kaptan

0 kg/ha 10.46b 3.24 1.83 15.53

150 kg/ha 11.06b 3.04 2.41 16.51

300 kg/ha 12.23a 3.69 1.81 17.73

Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Gambar 3. Analisis Regresi Jumlah Polong Penuh per Tanaman Hasil Perlakuan Dosis Kaptan


(44)

31

 

Perlakuan jenis pupuk dan kaptan juga menunjukan adanya interaksi terhadap peubah jumlah polong penuh per tanaman. Kombinasi perlakuan kaptan 300 kg/ha dan pupuk majemuk memberikan jumlah polong penuh per tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya (Gambar 4).

Gambar 4. Interaksi Jumlah Polong Penuh per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Dosis Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Persentase polong per tanaman menunjukan komposisi kualitas polong hasil panen yang dihasilkan oleh tanaman. Perlakuan jenis pupuk dan kaptan tidak berbeda nyata untuk setiap peubah persentase polong yang diamati (Tabel 28).

Tabel 28. Persentase Polong per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah

Perlakuan Polong Penuh Polong Setengah

Penuh

Polong Cipo Pupuk

Kandang 67.70 20.56 11.73

Majemuk 69.03 18.67 12.30

Kaptan

0 kg/ha 68.09 20.17 11.73

150 kg/ha 68.10 18.10 13.79


(45)

Bobot Polong dan Biji per Tanaman

Perlakuan jenis pupuk dan kaptan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap peubah bobot polong per tanaman. Perlakuan pupuk majemuk menghasilkan bobot biji yang lebih baik yaitu sebesar 12.67 g/tan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari perlakuan pupuk kandang yang menghasilkan bobot biji 10.78 g/tan. Perlakuan kaptan tidak berpengaruh nyata pada bobot biji per tanaman yang dihasilkan (Tabel 29).

Tabel 29. Bobot Polong dan Biji per TanamanHasil Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah

Perlakuan Polong Biji

Pupuk ---(g/tan)---

Kandang 15.67 10.78b

Majemuk 18.12 12.67a

Kaptan

0 kg/ha 16.01 11.17

150 kg/ha 16.36 11.16

300 kg/ha 18.33 12.85

Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Produktivitas Polong dan Biji per m2 serta per hektar

Nilai produktivitas yang diamati adalah dalam bentuk polong dan biji

dalam satuan g/m2 serta ton/ha. Perlakuan jenis pupuk dan kaptan tidak

berpengaruh nyata terhadap peubah produktivitas polong dan biji per m2 serta per

hektar (Tabel 30).

Tabel 30. Produktivitas Polong Dan Biji per m2 serta per hektar Hasil

Perlakuan Jenis Pupuk dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah

Perlakuan Produktivitas

Polong (g/m2)

Produktivitas Biji (g/m2)

Produktivitas Polong (ton/ha)

Produktivitas Biji (ton/ha)

Pupuk

Kandang 208.17 143.46 2.08 1.43

Majemuk 196.22 137.68 1.96 1.38

Dolomit

0 kg/ha 218.04 152.20 2.18 1.52

150 kg/ha 183.54 126.71 1.84 1.27


(46)

33

 

Pembahasan

Lahan yang digunakan untuk penelitian termasuk jenis tanah Latosol dengan pH masam yaitu 5.20. Kandungan N dan K tergolong rendah, sedangkan untuk P sedang. Untuk kandungan kalsium di lahan penelitian yaitu 0.54 me/100 g yang tergolong sangat rendah. Selama penelitian, KP Leuwikopo mendapatkan curah hujan yang cukup tinggi diawal tanam kemudian terus menurun sampai saat panen. Meskipun demikian, memasuki saat panen curah hujan masih tergolong tinggi yaitu 303.4 mm pada bulan Juni.

Pertumbuhan tanaman merupakan hasil dari metabolisme sel-sel hidup yang dapat diukur. Pertumbuhan tanaman terdiri dari fase vegetatif dan reproduktif. Penandaan fase tumbuh tanaman kacang tanah didasarkan pada jumlah buku pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta buku-buku pada batang utama yang mempunyai daun yang telah berkembang penuh. Fase vegetatif pada tanaman kacang tanah dimulai sejak perkecambahan hingga awal pembungaan (sekitar 26 hingga 30 HST), kemudian selanjutnya adalah fase reproduktif (Trustinah,1993).

Pengamatan Pertumbuhan Tanaman

Pada bagian pengaruh dolomit, peubah jumlah bunga 10 MST berbeda nyata untuk perlakuan jenis pupuk. Perlakuan dolomit berpengaruh nyata pada peubah bobot kering daun 10 MST. Pada bagian pengaruh kaptan, perlakuan jenis pupuk memberikan hasil yang berbeda nyata pada peubah bobot kering batang dan ginofor 6 MST. Kombinasi perlakuan jenis pupuk dan dolomit tidak menunjukan adanya interaksi, sedangkan kombinasi perlakuan jenis pupuk dan kaptan terdapat adanya interaksi pada peubah persentase bunga menjadi polong.

Pembungaan tanaman kacang tanah dimulai sejak 4 MST serempak untuk semua perlakuan. Pada bagian pengaruh dolomit, perlakuan jenis pupuk memberikan pengaruh nyata pada jumlah bunga saat 10 MST. Perlakuan pupuk majemuk memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil dari perlakuan pupuk kandang, sedangkan pada bagian pengaruh kaptan kedua perlakuan tidak berbeda nyata terhadap jumlah bunga yang dihasilkan.


(47)

Bunga yang dihasilkan tidak semuanya mampu membentuk ginofor dan polong. Polong-polong yang terbentuk berkembang dari bunga-bunga yang muncul saat awal. Polong yang dihasilkan dari bunga yang muncul saat awal mempunyai kesempatan dalam waktu dan persediaan asimilat yang lebih baik daripada polong-polong yang terbentuk dari bunga-bunga pada saat atau akhir periode pengisian. Trustinah (1993) menyatakan bahwa dari seluruh bunga yang dihasilkan, hanya 55% yang menjadi ginofor, dan ginofor yang dihasilkan setelah pembungaan maksimum sampai akhir pembungaan tidak mempengaruhi hasil. Bunga yang bisa menjadi polong terutama adalah bunga yang letaknya dekat dengan tanah sehingga lebih cepat mencapai tanah dan memiliki periode pengisian yang lebih panjang, sehingga polong yang dihasilkan cenderung berisi penuh.

Perlakuan jenis pupuk dan kaptan menunjukan adanya interaksi terhadap peubah persentase bunga menjadi polong. Kombinasi perlakuan pupuk kandang dan kaptan 150 kg/ha menunjukan persentase bunga menjadi polong yang paling baik yaitu 34.89%, sedangkan hasil yang paling rendah adalah kombinasi perlakuan pupuk kandang dan kaptan 300 kg/ha yaitu 24.40%.

Pada perlakuan pupuk majemuk, seiring dengan peningkatan dosis kaptan yang diberikan, respon tanaman kacang tanah menunjukan peningkatan persentase bunga menjadi polong secara linier. Hal ini terjadi kemungkinan merupakan respon tanaman kacang tanah terhadap tambahan Ca yang belum mencapai nilai optimum. Pada perlakuan pupuk kandang, peningkatan dosis kaptan 150 kg/ha menunjukan peningkatan persentase bunga menjadi polong, meskipun demikian terjadi penurunan persentase bunga menjadi polong saat dosis kaptan yang diberikan 300 kg/ha. Pemberian dosis kaptan 300 kg/ha diduga menyebabkan peningkatan pH tanah, sehingga tanah bersifat alkalin. Menurut Soepardi (1983), pada kondisi alkalin, ion bikarbonat akan dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat mengganggu serapan normal unsur lain, terutama unsur P yang penting dalam pembentukan bunga pada tanaman kacang tanah, kemudian kandungan hara yang rendah pada pupuk kandang juga ikut berperan menyebabkan persentase bunga menjadi polong pada tanaman kacang tanah menjadi rendah.


(48)

35

 

Ginofor kacang tanah mulai tampak saat tanaman berumur 6 MST. Jumlah ginofor dipengaruhi oleh banyaknya bunga yang terbentuk menjadi ginofor. Perlakuan jenis pupuk dan kapur yang diberikan tidak mempengaruhi jumlah ginofor. Pada bagian pengaruh dolomit, kedua perlakuan yang diberikan tidak mempengaruhi bobot kering ginofor. Pada bagian pengaruh kaptan, perlakuan jenis pupuk berpengaruh nyata terhadap bobot kering ginofor pada saat 6 MST, dimana perlakuan pupuk kandang menghasilkan bobot kering ginofor yang lebih baik dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada perlakuan pupuk majemuk.

Jumlah ginofor yang banyak saat fase pengisian dan pemasakan polong

tidak dikehendaki karena fungsinya sebagai sink akan mengurangi partisi

fotosintat yang digunakan untuk pengisian polong yang terbentuk lebih dahulu. Tidak semua ginofor yang terbentuk berkembang menjadi polong. Hal ini disebabkan tidak semua ginofor dapat masuk ke dalam tanah, terutama ginofor yang letaknya jauh dari permukaan tanah.

Indeks Luas Daun (ILD) adalah perbandingan antara luas daun dengan luas tanah yang dinaungi oleh daun tersebut. Nilai ILD dapat dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran daun. Rata-rata nilai ILD meningkat seiring dengan pertambahan jumlah dan ukuran daun. Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan nyata pada indeks luas daun yang dihasilkan dari perlakuan jenis pupuk dan kapur yang diberikan.

Perlakuan dolomit memberikan hasil yang berbeda nyata pada peubah bobot kering daun 10 MST. Pemberian dolomit pada 150 kg/ha mampu meningkatkan bobot kering daun, peningkatan dosis dolomit sampai 300 kg/ha tidak memberikan perbedaan hasil yang nyata dengan hasil yang ditunjukan oleh perlakuan dolomit 150 kg/ha. Pemberian dolomit disamping menambah unsur hara Ca dan Mg juga dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara yang lain serta memperbaiki sifat fisik tanah, dengan semakin meningkatnya unsur hara dan sifat fisik tanah maka pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik (Sumaryo dan Suryono, 2000).

Pada bagian pengaruh kaptan saat 6 MST, perlakuan jenis pupuk memberikan hasil yang berbeda nyata pada peubah bobot kering batang.


(49)

Perlakuan pupuk kandang menghasilkan bobot kering batang sebesar 6.51 g/tan lebih baik dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari perlakuan pupuk majemuk yang hanya sebesar 5.36 g/tan. Pada 10 MST perlakuan jenis pupuk dan kaptan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata pada bobot kering batang. Perlakuan kaptan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua peubah pengamatan pertumbuhan tanaman yang diamati.

Pengamatan Hasil dan Komponen Hasil Kacang Tanah

Hasil panen merupakan produk dari sejumlah subfraksi yang disebut komponen hasil panen. Komponen hasil panen dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan yang sering kali dapat menerangkan sebab terjadinya pengurangan

hasil panen (Gardner et al., 1991).

Dari penelitian ini diketahui bahwa pada bagian pengaruh dolomit, perlakuan jenis pupuk berpengaruh nyata terhadap persentase polong penuh dan setengah penuh, sedangkan perlakuan dolomit memberikan hasil yang berbeda nyata pada peubah bobot polong per tanaman. Pada bagian pengaruh kaptan, perlakuan jenis pupuk berpengaruh nyata pada bobot biji per tanaman, sedangkan perlakuan kaptan memberikan hasil yang berbeda nyata pada peubah jumlah polong penuh per tanaman. Kombinasi perlakuan jenis pupuk dan kaptan terdapat adanya interaksi pada peubah jumlah polong penuh per tanaman, dimana pemberian pupuk majemuk dan kaptan dengan dosis 300 kg/ha memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya. Pengamatan pada peubah hasil dan komponen hasil lainnya tidak menunjukan adanya perbedaan yang nyata.

Pengamatan pengisian polong dilakukan dengan membagi polong menjadi tiga kategori, yaitu polong penuh, setengah penuh, dan cipo (Lampiran 7). Jumlah polong total yang dihasilkan cukup banyak dalam penelitian ini, namun masih ditemukan adanya polong setengah penuh dan cipo. Maria (2000) menyatakan bahwa semakin banyak polong total tidak selalu berarti semakin banyak jumlah polong penuh yang didapat. Hal ini terjadi karena pada saat panen tidak semua polong berada dalam fase pengisian biji, terutama pada polong yang berkembang


(50)

37

 

dari bunga yang antesisnya paling akhir. Pembentukan bunga menjadi polong selain terjadi saat pengisian yang tepat yaitu 6 MST juga terjadi saat tanaman sudah tua, dimana waktu untuk proses pengisian polong tidak cukup untuk menjadikan polong menjadi berisi penuh.

Pada bagian pengaruh kaptan, perlakuan jenis pupuk memberikan pengaruh nyata pada peubah bobot biji per tanaman. Perlakuan pupuk majemuk memberikan bobot biji yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan pupuk kandang. Pemberian kaptan memberikan pengaruh nyata pada jumlah polong penuh per tanaman. Pemberian kaptan 300 kg/ha memberikan pengaruh yang nyata, dimana hasil yang diperoleh meningkat. Hasil analisis regresi menunjukan bahwa pola yang terbentuk masih linier, sehingga peningkatan dosis kaptan masih mungkin dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Perlakuan pupuk dan kaptan juga menunjukan adanya interaksi terhadap peubah jumlah polong penuh per tanaman. Kombinasi perlakuan kaptan 300 kg/ha dan pupuk majemuk memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari kombinasi perlakuan lainnya.

Pada bagian pengaruh dolomit, pengamatan bobot polong per tanaman dari perlakuan dolomit memberikan hasil yang meningkat dari dosis 0 kg/ha sampai 150 kg/ha, penambahan dolomit sampai 300 kg/ha justru menunjukan penurunan

bobot polong. Machfud et al. (1996) menyatakan bahwa terdapat respon kacang

tanah terhadap pemberian 80-120 kg Ca/ha pada kacang tanah dengan kenaikan bobot polong sebesar 9.8% dibandingkan tanpa Ca.

Indeks panen adalah perbandingan distribusi hasil asimilasi biomassa ekonomis dengan biomassa keseluruhan. Biomassa ekonomis adalah bobot kering polong kacang tanah, sedangkan biomassa keseluruhan adalah bobot kering total

tanaman kacang tanah. Menurut Gardner et al. (1991) hasil panen tanaman

budidaya dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan bobot kering total yang dihasilkan di lapang atau dengan meningkatkan proporsi hasil panen ekonomis. Indeks panen yang besar menunjukan bahwa tanaman lebih banyak membagi bobot keringnya untuk hasil panen ekonomis, sebaliknya tanaman lebih banyak membagi bobot keringnya untuk hasil panen biologis.


(51)

Menurut Rawls (1982) pengaruh macam pupuk terhadap indeks panen agak berbeda antara parameter pertumbuhan dan hasil panen. Pemberian pupuk anorganik saja justru menghasilkan indeks panen yang kecil. Rendahnya indeks panen pada perlakuan pupuk anorganik menunjukan bahwa pemberian nutrisi melalui pupuk anorganik dapat memacu pertumbuhan vegetatif tanaman tetapi tidak diimbangi oleh pembentukan hasil panen ekonomis karena struktur tanah yang padat sebagai akibat rendahnya bahan organik tanah. Perlakuan baik jenis pupuk dan kapur yang diberikan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata untuk peubah indeks panen. Hasil penelitian menunjukan nilai indeks panen

masih rendah sekitar 40%. Menurut Bell et al. (1992) indeks panen yang masih

rendah disebabkan oleh nisbah antara radiasi dan suhu yang rendah sehingga kecepatan pertumbuhan tanaman rendah, sedangkan suhu mendekati nilai optimal untuk perkembangan tanaman sehingga tanaman tidak mampu membentuk polong dengan baik akibat pasok asimilat terbatas.

Kedua perlakuan baik jenis pupuk maupun pemberian kapur tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot 100 butir. Bobot 100 butir dipengaruhi oleh ukuran biji, baik yang besar maupun kecil. Ukuran polong dan biji kacang tanah yang lebih besar dapat berkontribusi pada hasil panen yang lebih tinggi, begitu juga sebaliknya. Pengamatan produktivitas juga memberikan hasil yang tidak berbeda nyata untuk kedua perlakuan yang diberikan.


(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Secara umum, pemupukan kacang tanah (Arachis hypogaea, L.)

menggunakan pupuk kandang tidak memberikan perbedaan terhadap pertumbuhan dan daya hasil kacang tanah dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari perlakuan pupuk majemuk NPK. Penggunaan pupuk kandang dianjurkan untuk dipakai sebagai sumber hara tambahan tanaman kacang tanah karena penggunaan pupuk kandang dapat mempertahankan kelestarian lahan dan lingkungan dalam jangka panjang. Penggunaan dolomit atau kaptan sampai 300 kg/ha tidak memberikan peningkatan hasil yang berarti. Kombinasi perlakuan jenis pupuk dan kapur juga tidak mempengaruhi parameter pertumbuhan dan daya hasil yang diamati.

Saran

Penelitian lebih lanjut tentang pemupukan pada tanaman kacang tanah perlu dilakukan. Pemberian pupuk dan kapur dengan dosis lebih tinggi perlu dilakukan, terutama pada tanah yang miskin kandungan hara sehingga diperoleh dosis optimum untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah yang lebih baik.


(53)

Aak. 1989. Kacang Tanah. Kanisius. Girisonta. 84 hal.

Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Penebar Swadaya. Malang. 88 hal

Bell, M.J., B.Sukarno, and A.Rahmiana. 1992. Effect of photoperiod, temperature, and irradiance on peanut growth and development. pp 85-103.nin Wright, C.G. and K.J. Middleton (Eds). Peanut Improvement: A Case Study in Indonesia. Proceeding of an ACIAR/AARD/QODI Collaborative review meeting held at Malang, East Java, Indonesia 19-23 Agustus 1991. 108p. Buckman, H.O. and N.C. Brady. 1964. The Nature and Properties of Soil.

Macmillan Co. Mineapolis. Minessota. 567 p.

BPS. 2010. Survey Pertanian : Luas-Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Kacang Tanah Seluruh Provinsi. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Jakarta.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2010. Budidaya kacang Tanah. 

http://www.deptan.go.id/ditjentan.  [5 Maret 2010]

Gardner, F.P., R.B.Pearce dan R.L.Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI. Jakarta. 105 p.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. PT. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta. 233 hal.

Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 208 hal.

Lingga dan Marsono, 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Machfud, E. dan W.Mindari. 1996. Efisiensi Serapan P, Ca, dan Mg Kacang Tanah Setelah Pemberian Dolomit dan TSP pada alluvial Boyolangu, Tulungagung. Agrosains. 5: 37-46.

Maesen, V. and S.Somaatmadja. 1992. Plant Resources of South East Asia No.1 Pulses. Prosea Foundation. Bogor.

Maria, D. 2000. Penentuan Masak Panen Benih Kacang Tanah (Arachis hypogaea

L.) Varietas Landak, Banteng, Kidang dan Komodo dengan Memperhatikan Fenologi Tanaman. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 58 hal.


(54)

41

 

Novizan, 2001. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia. Jakarta. 130 hal. Pitojo, S. 2005. Benih Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta. 75 hal.

Purwono, dan H.Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Bogor.

Rawls, W.J. 1982. Estimating Soil Bulk Density from Particle Size analysis and Organic Matter Content. J.Soil Sci. 135 :123-125.

Sarief, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 180 hal.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Sugito, Yogi, Y. Nuraini dan E. Nihayati. 1995. Sistem Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Malang. 84 hal.

Sumarno, S.Hartati dan H. Widjianto. 2001. Kajian Macam Pupuk Organik dan Dosis Pupuk P terhadap Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L.) di Tanah Entisol. Sains Tanah. 1(1): 1-6.

Sumaryo, dan Suryono. 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit dan SP-36 terhadap Jumlah Bintil Akar dan Hasil Tanaman Kacang Tanah Di Tanah Latosol. Agrosains vol.2: 54-58. Bogor.

Suprapto. 2001. Bertanam Kacang Tanah. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 33 hal. Sutarto, V, S. Hutami, dan B.Soeherdy.1985. Pengapuran dan Pemupukan

Molibdenum, Magnesium, dan Sulfur pada Kacang Tanah. Dalam seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan volume 1 Palawija. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. 227 : 146-155.

Trustinah. 1993. Biologi Kacang Tanah. Hal 9-16. Di dalam Kasno, A., A.Winarto dan Sunardi (ed). Kacang Tanah. Balai Penelitian Tanaman Malang. Malang.

Williams, C. N., J. O. Uzo, dan W. T. H. Peregrine.1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika (terjemahan). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 344p.


(55)

(56)

43

 

Tabel Lampiran 1. Keadaan Beberapa Unsur Iklim di Wilayah Dramaga Bogor dari Bulan Maret sampai Juni 2010

Bulan Curah Hujan Hari Hujan (hari) Suhu Rata-rata (oC)

Maret 672.6 26 25.1

April 527.0 21 25.8

Mei 330.9 18 26.7

Juni 303.4 18 25.9

Rata-rata 458.48 20.75 25.88 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi, Dramaga, Bogor

Tabel Lampiran 2. Analisis Tanah Sebelum Perlakuan

Data Analisa Kandungan Kriteria (*)

pH (H2O 1:1) 5.20 Masam

C-organik (%) 1.19 Rendah

N-Total (%) 0.12 Rendah

P (Bray 1) 10.0 Sedang

Ca (me/100g) 0.54 Sangat Rendah

Mg (me/100g) 0.27 Sangat Rendah

K (me/100g) 0.13 Rendah

Na (me/100g) 0.14 Rendah

KTK (me/100g) 13.36 Rendah

KB (me/100g) 8.08 Sangat Rendah

Pasir (%) 10.15

Debu (%) 62.83 Lempung Liat Berdebu

Liat (%) 27.02

Keterangan : (*) Analisis dilakukan pada Bulan Juni 2010 di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Kriteria penilaian berdasarkan Pusat Penelitian Tanah dan


(57)

Lampiran 3. Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Pupuk Kandang saat 6 MST

Lampiran 4. Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Pupuk Kandang saat 10 MST

Lampiran 5. Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Pupuk Majemuk saat 6 MST


(58)

45

 

 

(a)         (b)

   

 

(c)


(59)

Lampiran 8. Gambar Denah Tata Letak Penelitian

PK PM PK PM PM PK

  Kaptan   D  Dolomit  

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

U

Keterangan

PM = Pupuk Majemuk dengan dosis 300 kg/ha PK = Pupuk Kandang dengan dosis 10 ton/ha K0 = Tanpa pemberian kaptan

K1 = Pemberian kaptan dengan dosis 150 kg/ha K2 = Pemberian kaptan dengan dosis 300 kg/ha D0 = Tanpa pemberian dolomit

D1 = Pemberian dolomit dengan dosis 150 kg/ha D2 = Pemberian dolomit dengan dosis 300 kg/ha

K1 K2 K0 D1 D2 D0 K1 K2 K0 D1 D0 D2 K1 K0 K2 D2 D0 D1 K2 K1 K0 D0 D1 D2 K0 K2 K1 D0 D2 D1 K1 K0 K2 D2 D1 D0


(60)

47

 

Lampiran 9. Deskripsi Varietas Kelinci

Deskripsi Varietas Kelinci

Tahun pelepasan : 1987

Nomor galur : GH-470

Asal : IRRI-Filipina dengan no.Acc-12

Hasil rata-rata : 2,3 t/ha

Mulai berbunga : 25-29 hari

Umur polong tua : 95 hari

Bentuk tanaman : tegak

Bentuk daun tua : elip, kecil, bertangkai empat

Warna pangkal batang : hijau

Warna batang : hijau

Warna daun : hijau tua

Warna bunga : kuning

Warna ginofor : hijau

Warna kulit biji : merah muda

Konstruksi polong : agak nyata

Kulit polong : nyata

Jumlah polong per pohon : 15

Jumlah biji per polong : 4

Berat 100 biji : ± 45 g

Kadar lemak : 28 %

Kadar protein : 31 %

Rendemen biji dari polong : 67 %

Sifat-sifat lain : - tahan karat daun (Pucciniaarachidis)

- toleran terhadap bercak daun ( Cercospora sp.)

- agak tahanpenyakit layu (Pseudomonas solanacearum)


(61)

KACANG TANAH (Arachis hypogaea, L.)

ANDY WIJAYA

A24062568

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(62)

Effect of Fertilization and Lime on the Growth and Yield of Peanut (Arachis hypogaea, L.)

This objective of this research was to determine the effect of fertilization and liming on growth and yield of peanut (Arachis hypogaea, L.). This research was conducted at the Leuwikopo Experimental Field, Departemen of Agronomi and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB, Dramaga, Bogor on March until July 2010. The research used split plot design with type of fertilizer as main plots and giving lime as sub plots. Generally, fertilization of peanut (Arachis hypogaea, L.) using dung and compound fertilizer gives not significantly different as result. The use of dolomite or kaptan up to 300 kg / ha did not give better results signify from the results obtained in general. The combination of fertilizer and liming treatment also had no effect on growth and yield parameter that identified.


(1)

(2)

Tabel Lampiran 1. Keadaan Beberapa Unsur Iklim di Wilayah Dramaga Bogor dari Bulan Maret sampai Juni 2010

Bulan Curah Hujan Hari Hujan (hari) Suhu Rata-rata (oC)

Maret 672.6 26 25.1

April 527.0 21 25.8

Mei 330.9 18 26.7

Juni 303.4 18 25.9

Rata-rata 458.48 20.75 25.88 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi, Dramaga, Bogor

Tabel Lampiran 2. Analisis Tanah Sebelum Perlakuan

Data Analisa Kandungan Kriteria (*)

pH (H2O 1:1) 5.20 Masam

C-organik (%) 1.19 Rendah

N-Total (%) 0.12 Rendah

P (Bray 1) 10.0 Sedang

Ca (me/100g) 0.54 Sangat Rendah

Mg (me/100g) 0.27 Sangat Rendah

K (me/100g) 0.13 Rendah

Na (me/100g) 0.14 Rendah

KTK (me/100g) 13.36 Rendah

KB (me/100g) 8.08 Sangat Rendah

Pasir (%) 10.15

Debu (%) 62.83 Lempung Liat Berdebu

Liat (%) 27.02

Keterangan : (*) Analisis dilakukan pada Bulan Juni 2010 di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Kriteria penilaian berdasarkan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (PPT), 1983


(3)

Lampiran 3. Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Pupuk Kandang saat 6 MST

Lampiran 4. Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Pupuk Kandang saat 10 MST

Lampiran 5. Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Pupuk Majemuk saat 6 MST


(4)

  (a)         (b)

   

  (c)


(5)

Lampiran 8. Gambar Denah Tata Letak Penelitian

PK PM PK PM PM PK

  Kaptan   D  Dolomit  

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

U

Keterangan

PM = Pupuk Majemuk dengan dosis 300 kg/ha PK = Pupuk Kandang dengan dosis 10 ton/ha K0 = Tanpa pemberian kaptan

K1 = Pemberian kaptan dengan dosis 150 kg/ha K2 = Pemberian kaptan dengan dosis 300 kg/ha D0 = Tanpa pemberian dolomit

D1 = Pemberian dolomit dengan dosis 150 kg/ha D2 = Pemberian dolomit dengan dosis 300 kg/ha

K1 K2 K0 D1 D2 D0 K1 K2 K0 D1 D0 D2 K1 K0 K2 D2 D0 D1 K2 K1 K0 D0 D1 D2 K0 K2 K1 D0 D2 D1 K1 K0 K2 D2 D1 D0


(6)

Lampiran 9. Deskripsi Varietas Kelinci

Deskripsi Varietas Kelinci

Tahun pelepasan : 1987

Nomor galur : GH-470

Asal : IRRI-Filipina dengan no.Acc-12 Hasil rata-rata : 2,3 t/ha

Mulai berbunga : 25-29 hari Umur polong tua : 95 hari Bentuk tanaman : tegak

Bentuk daun tua : elip, kecil, bertangkai empat Warna pangkal batang : hijau

Warna batang : hijau Warna daun : hijau tua Warna bunga : kuning Warna ginofor : hijau Warna kulit biji : merah muda Konstruksi polong : agak nyata Kulit polong : nyata Jumlah polong per pohon : 15

Jumlah biji per polong : 4 Berat 100 biji : ± 45 g Kadar lemak : 28 % Kadar protein : 31 % Rendemen biji dari polong : 67 %

Sifat-sifat lain : - tahan karat daun (Pucciniaarachidis)

- toleran terhadap bercak daun ( Cercospora sp.)

- agak tahanpenyakit layu (Pseudomonas solanacearum) Pemulia : Sumarno, Lasimin S., dan Sri Astuti Rais