Kelayakan Usaha Peternakan Puyuh Kasus Peternakan Desa Talago Sarik, Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman

KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN PUYUH
KASUS PETERNAKAN DESA TALAGO SARIK,
KECAMATAN PARIAMAN UTARA, KOTA PARIAMAN

NURUL SAQINAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kelayakan Usaha
Peternakan Puyuh Kasus Peternakan Desa Talago Sarik, Kecamatan Pariaman
Utara, Kota Pariaman adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Nurul Saqinah
NIM H34090118

ABSTRAK
NURUL SAQINAH. Kelayakan Usaha Peternakan Puyuh Kasus Peternakan Desa
Talago Sarik, Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman. Dibimbing oleh HENY
K. DARYANTO.
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting dalam
perekonomian Indonesia. Salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi
yang cukup besar yaitu peternakan. Puyuh petelur, yang menempati urutan
pertama dalam jumlah produksi telur, adalah komoditi potensial. Peternak di Kota
Pariaman dikenal dengan produk telur puyuh berkualitas tinggi; namun,
permintaan masih lebih tinggi, sehingga terjadi kelebihan permintaan. Tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan peternakan
puyuh, terutama di Talago Sarik, dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan
sosial-lingkungan. Analisis finansial peternakan puyuh dilakukan menggunakan
parameter IRR, NPV, dan Net B/C dengan tingkat diskonto 5.75%. Menurut

parameter yang ada, hasil penelitian menunjukkan bahwa IRR lebih tinggi
daripada tingkat diskonto, NPV lebih dari 0, dan Net B/C lebih dari 1; sehingga
berdasarkan analisis finansial, peternakan burung puyuh layak untuk diusahakan.
Sensitivitas dihihitung menggunakan analisis nilai pengganti, dan menunjukkan
bahwa perubahan yang mempengaruhi peternakan secara signifikan adalah
penurunan jumlah produksi.
Kata kunci: analisis finansial, kelayakan, peternakan, puyuh petelur, Talago Sarik

ABSTRACT
NURUL SAQINAH. Feasibility of Quail Farm Case Farm at Desa Talago Sarik,
Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman. Supervised by HENY K.
DARYANTO.
The agricultural sector is an important sector in the Indonesian economy.
One of the agricultural subsectors that have a huge potential is livestock. Layer
quail, which is ranked first with the highest egg production, is a potential
commodity. Pariaman breeders are well-known for their high quail eggs
production; however, the demand is still higher, thus excess demand is naturally
happened. The purpose of this study was to analyse the feasibility of quail farms,
especially in Talago Sarik, from market, technical, management, legal, and
social-environment aspects. Furthermore, financial analysis was done to the

quaill farms, using IRR, NPV, and Net B/C parameters with 5.75% discount
factor’s rate. Based on the existing parameters, the results showed that IRR was
higher than the discount rate, NPV was more than 0, and Net B/C was more than
1; therefore, based on the financial analysis only, the quill farm was feasible. The
sensitivity was measured by switching value analysis, and it showed that the most
significant change which was affecting the business was the decreasing of the
quantity of production.
Keywords: financial analysis , feasibility, livestock, layer quail, Talago Sarik

KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN PUYUH
KASUS PETERNAKAN DESA TALAGO SARIK,
KECAMATAN PARIAMAN UTARA, KOTA PARIAMAN

NURUL SAQINAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Kelayakan Usaha Peternakan Puyuh Kasus Peternakan Desa Talago
Sarik, Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Heny K. Daryanto, M.Ec
selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Wisyiarlis selaku pemilik peternkan yang telah membantu selama
pengumpulan data. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Madi
pekerja kandand yang bersedia diwawancarai saat jam kerja berlangsung.
Selanjutnya terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Ratna Winandi
selaku wali akademik selama menjalani perkuliahan. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Ayah, Mami, Incim Fidia, Teti Khaira, serta seluruh keluarga

atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima
kasih kepada orang-orang spesial, Putri L. Widhiasih, Mangarissan Sidabutar,
Ardy Brial L., Bhaskara Maulana yang selalu memberi semangat dan dukungan
selama penulisan skripsi ini. Terakhir penulis sampaikan salam semangat dan
terima kasih atas segala dukungan dari rekan-rekan Agribisnis 46.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Nurul Saqinah

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

vi

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR


viii

DAFTAR LAMPIRAN

viiii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Error! Bookmark not defined.
Error! Bookmark not defined.
3
5
6

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Burung Puyuh
Teknik Budidaya
Penelitian Terdahulu

6
6
7
15

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Analisis Kelayakan Usaha
Analisis Finansial
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)
Kerangka Pemikiran Operasional

18
18
18
20

23
23

METODE PENELITIAN
26
Lokasi dan Waktu Penelitian
Error! Bookmark not defined.
Data dan Instrumentasi
Error! Bookmark not defined.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Error! Bookmark not defined.
Analisis Kelayakan Finansial
Error! Bookmark not defined.
Asumsi Dasar yang Digunakan
Error! Bookmark not defined.
DESKRIPSI UMUM PETERNAKAN
30
Keragaan Usaha Puyuh Pada Peternakan Puyuh Desa Talago Sarik
31
Profil Perusahaan

Error! Bookmark not defined.1
Struktur Organisasi
Error! Bookmark not defined.1
Kebutuhan Tenaga Kerja
32
Jenis dan Perkembangan Usaha
32
Pengadaan Bahan Baku
33
Lay Out
33
Proses Produksi
35
ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL
Aspek Pasar Peternakan Puyuh
Aspek Pasar Peternakan Puyuh Petelur
Aspek Pasar Peternakan Puyuh Pembibit
Aspek Teknis

41

41
41
42
43

Lokasi Usaha
Teknologi
Keterampilan
Aspek Manajemen
Aspek Hukum
Bentuk Badan Usaha
Izin Usaha
Aspek Sosial dan Lingkungan
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

43
44
Error! Bookmark not defined.5
Error! Bookmark not defined.6
47

Error! Bookmark not defined.7
47
47
Error! Bookmark not defined.8

Analisis Kelayakan Finansial Pola I (Budidaya Puyuh Petelur)
Error!
Bookmark not defined.9
Arus Penerimaan (Inflow)
49
Arus Pengeluaran (Outflow)
51
Analisis Kelayakn Finansial
55
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)
55
Analisis Kelayakan Finansial Pola II (Budidaya Puyuh Petelur
56
dan Pembibit dengan Populasi 8 000 Ekor)
Arus Penerimaan (Inflow)
56
Arus Pengeluaran (Outflow)
Error! Bookmark not defined.
Analisis Kelayakn Finansial
63
Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)
63
Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Pola Usaha
6Error!
Bookmark not defined.
Perbandingan Hasil Switching Value) Kedua Pola Usaha
64
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

66
66
Error! Bookmark not defined.
67

LAMPIRAN

69

RIWAYAT HIDUP

91

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Nilai PDB menurut lapangan usaha tahun 2010 - 2012Error! Bookmark not defined.
Perbedaan susunan protein dan lemak telur unggas per butir
2
Kemampuan produksi beberapa macam unggas
2
Komposisi pakan puyuh menurut umur
12
Jenis dan sumber data penelitian
26
Data tenaga kerja dalam pengusahaan puyuh di peternakan
32
tahun 2013
Jumlah produksi dan nilai penjualan telur puyuh
49
peternakan pola I
Jumlah produksi dan nilai penjualan puyuh jantan dan
50
puyuh afkir peternakan pola I
Jumlah produksi dan nilai penjualan kotoran puyuh
50
peternakan pola I
Nilai sisa biaya investasi proyek pola I
51
Biaya investasi pada pola I
52
Biaya reinvestasi pada pola usaha I
53
Biaya tetap per tahun pada pola usaha I
54
Biaya variabel pola usaha I
54
Hasil analisis finansial pola usaha I
55
Hasil analisis switching value pola usaha I
55
Jumlah produksi dan nilai penjualan telur puyuh
57
peternakan pola II
Jumlah produksi dan nilai penjualan puyuh pembibit
57
peternakan pola II
Jumlah produksi dan nilai penjualan puyuh pejantan dan
58
puyuh afkir di peternakan pola II
Jumlah produksi dan nilai penjualan kotoran puyuh
58
peternakan pola II
Nilai sisa biaya investasi proyek pada pola II
58
Biaya investasi pada pola usaha II
60
Biaya reinvestasi peternakan pada pola usaha II
61
Biaya tetap per tahun pada pola usaha II
62
Biaya variabel pada pola usaha II
62
Hasil analisis finansial pola usaha II
63
Hasil analisis switching value pola usaha II
63
Perbandingan hasil kelayakan finansial kedua pola usaha
64
Perbandingan hasil switching value kedua pola usaha
65

DAFTAR GAMBAR
1 Alur Kerangka Pemikiran Operasional
2 Lay out peternakan

25
34

3 Alur proses pemeliharaan puyuh petelur
4 Alur proses pengambilan telur puyuh peternakan tahun 2013
5 Hasil panen telur puyuh peternakan
6 Alur proses pengambilan telur puyuh pembibit di peternakan tahun 2013
7 Kegiatan pembibitan DOQ di peternakan
8 Skema rantai pemasaran telur puyuh di peternakan
9 Bangunan kandang
10 Suplai pakan
11 Rakitan kurung dan perlengkapannya
12 Struktur organisasi peternakan
13 Alas kotoran yang dilapisi sekam

36
37
37
38
39
40
44
45
45
46
48

DAFTAR LAMPIRAN
1 Laporan laba rugi pola usaha I
2 Laporan laba rugi pola usaha II
3 Cashflow pola usaha I
4 Cashflow pola usaha II
5 Switching value pola usaha I dengan asusmsi
penurunan produksi 54.49%
6 Switching value pola usaha I dengan asumsi
kenaikan harga pakan 545.70%
7 Switching value pola usaha II dengan asumsi
penurunan produksi 51.27%
8 Switching value pola usaha II dengan asumsi
kenaikan harga pakan 430.40%

69
71
73
76
79
82
85
88

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting dalam
perekonomian Indonesia. Sektor ini mempunyai peran yang besar dalam
pembentukan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) maupun dalam hal penyerapan
tenaga kerja. Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan nilai PDB negara
pada tahun 2012 menempati posisi kedua setelah sektor industri pengolahan
(Tabel 1). Selain itu, peranan sektor pertanian terhadap pembentukan struktur
PDB pada tahun 2012 mencapai 14.44 persen (BPS, 2013).
Tabel 1. Nilai PDB menurut lapangan usaha tahun 2010 - 2012.
2010a

2011b

2012c

985 470.50

1 091 447.30

1 190 412.40

719 710.10

879 505.40

970 599.60

1 599 073.10
49 119.00

1 806 140.50
56 788.90

1 972 846.60
65 124.90

882 487.20

1 024 009.10

1 145 600.90

423 172.20

491 283.10

549 115.50

466 563.80

535 152.90

598 523.20

660 365.50
6 446 851.90
5 941 951.90

783 970.50
7 422 781.20
6 797 879.20

888 676.40
8 241 864.30
7 604 759.10

Lapangan usaha
Pertanian,
peternakan,kehutanan,
perikanan
Pertambangan dan
penggalian
Industri pengolahan
Listrik, gas dan air bersih
Perdagangan, hotel dan
restoran
Pengangkutan dan
komunikasi
Keuangan, real estat &
jasa perusahaan
Jasa - jasa
PDB
PDB tanpa migas

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013 (diolah)
a), b), c) : Nilai PDB per tahun [Rp]

Dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian mempunyai peranan
yang sangat strategis. Berdasarkan Survei Angkatan kerja Nasional
(SAKERNAS), dari 110 808 154 jiwa penduduk angkatan kerja pada bulan
Agustus 2012, sekitar 35.09 persen (38 juta jiwa) diantaranya bekerja di sektor
pertanian (BPS, 2013).
Salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi yang cukup besar
yaitu peternakan. Potensi pengembangan komoditas peternakan yang masih cukup
besar merupakan alasan utama untuk menjadikan sub sektor peternakan sebagai
salah satu sumber pertumbuhan ekonomi bagi sektor pertanian saat ini. Subsektor
peternakan juga mampu memberikan kontribusi pendapatan terhadap sektor
pertanian sebesar 12 persen dengan pangsa tenaga kerja sekitar 35 persen.
Berdasarkan data statistik BPS tahun 2010-2012, diketahui bahwa konsumsi
telur masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun rata-rata sebesar 3.01 kg, lebih
besar daripada rata-rata konsumsi daging per tahun sebesar 2.87 kg. Hal ini berarti

2

permintaan telur sebagai sumber pemenuhan protein hewani selalu ada dan
membuka peluang bagi pengusaha peternakan petelur untuk mengembangkan
usahanya. Salah satu usaha peternakan petelur yang cukup prospektif yaitu
budidaya peternakan burung puyuh untuk menghasilkan telur.
Telur puyuh juga sangat baik untuk diet kolesterol karena dapat mengurangi
terjadinya penimbunan lemak, terutama di jantung, sedangkan kebutuhan
proteinnya tetap mencukupi. Selain itu, rasa telur puyuh juga lezat dan dapat
disajikan dalam aneka bentuk masakan. Kandungan susunan protein dan lemak
telur puyuh dibandingkan dengan telur ternak unggas lain dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2. Perbedaan susunan protein dan lemak telur unggas per butir
Jenis Unggas
Proteina
Lemakb
Karbohidratc
Ayam ras
12.7
11.3
0.9
Ayam buras
13.4
10.3
0.9
Itik
13.3
14.5
0.7
Angsa
13.9
13.3
1.5
Merpati
13.8
12.0
0.8
Kalkun
13.1
11.8
1.7
Puyuh
13.1
11.1
1.0

Abud
1.0
1.0
1.1
1.1
0.9
0.8
1.1

Sumber : Woodard, 1973
a), b), c) : Susunan protein dan lemak telur unggas [ %]

Kemampuan tumbuh dan berkembang biak puyuh juga sangat cepat. Puyuh
betina sudah mampu bertelur kurang lebih pada umur 41 hari dan dalam setahun
dapat menghasilkan tiga sampai empat keturunan. Dibandingkan unggas lainnya,
produksi telur burung puyuh menempati urutan pertama. Pada masa bertelur
dalam satu tahunnya dapat menghasilkan 130-300 butir telur, yaitu dalam periode
mengeram selama 12-20 hari dengan bobot telur rata-rata 10 gram, keterangan ini
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kemampuan produksi beberapa jenis unggas
Jenis Unggas
Rata-rata Mengerama
Produksi Telur Maksimum
per Tahunb
Ayam petelur
10 – 14
300 – 360
Ayam broiler
10 – 14
190 – 200
Itik
14 – 20
250 – 310
Bebek
14 – 20
120
Kalkun
15 – 20
220
Angsa
12 – 15
100
Puyuh
12 – 20
130 – 300
Merpati
2
50
Sumber : Campbell, 1975 and Lasley, 1977
a)Rata-rata mengeram unggas [hari]; b)Produksi telur maksimum unggas per tahun [butir]

Selain telurnya produk yang dapat dimanfaatkan dari puyuh yaitu daging,
kotoran, dan bulu. Daging puyuh sekarang ini tidak kalah dengan daging ternak
lainnya. Daging puyuh mengandung 21.1 persen protein dan lemak hanya 7.7
persen saja. Daging puyuh umumnya diambil dari puyuh yang sudah afkir yaitu

3

puyuh betina yang kemampuan bertelurnya sudah menurun atau puyuh jantan
yang tidak terpilih sebagai pejantan. Kotoran puyuh baunya lebih menyengat
dibandingkan kotoran ayam atau unggas lainnya, apalagi bila puyuh diberi pakan
berkadar protein tinggi. Akan tetapi kotorannya itu masih dapat dimanfaatkan
untuk dibuat pupuk. Pupuk dari kotoran puyuh sangat baik untuk tanaman sayur
maupun tanaman hias dan juga dapat digunakan dalam campuran bahan pakan
(konsentrat) untuk ternak besar. Pemanfaatan bulu burung puyuh biasanya untuk
campuran bahan pakan ternak besar, karena bulu memiliki potensi sebagai sumber
protein hewani dan mineral serta kaya akan asam amino esensial. Energi
metabolismenya mencapai 3 047 kkkl/kg, sedangkan protein kasarnya mencapai
86.5 persen, tetapi pemanfaatan bulu sebagai pakan ternak harus melalui suatu
pengolahan terlebih dahulu, tidak hanya dikeringkan dan digiling saja, bulu harus
dihidrolisa atau dimasak terlebih dahulu. Kelebihan lain dari beternak burung
puyuh secara ekonomis yaitu ukuran tubuh burung puyuh yang relatif kecil,
sehingga menguntungkan peternak karena dapat memelihara puyuh dalam jumlah
yang besar pada lahan yang tidak terlalu luas (Listiyowati dan Roospitasari,
2005).
Selain itu harga telur burung puyuh cukup bersaing dengan telur ayam
maupun unggas lain. Berdasarkan hasil wawancara di Pasar Pariaman pada tahun
2013, harga telur ayam ras adalah Rp720.00 per butir. Bobot telur ayam ras
sekitar 50 gram. Bobot telur puyuh yaitu 10 gram. Harga telur puyuh per butir saat
ini yaitu Rp240.00.Setelah dikonversikan antara perbandingan berat telur ayam
ras dengan puyuh, harga telur puyuh lebih mahal dari telur ayam ras, selisih
harganya yaitu sekitar Rp9 600.00 per kilogram.
Banyaknya keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha ternak puyuh
ternyata belum mampu mendorong para pengusaha untuk mengembangkan
peternakan puyuh. Menurut Abidin (2002), sedikitnya peminat akan
pengembangan usaha peternakan puyuh dikarenakan besarnya resiko kematian
unggas, namun hal ini tidak akan menjadi masalah apabila peternak memahami
cara budidaya dan pemeliharaan puyuh dengan benar. Bahkan hal ini dapat
membuka peluang yang besar bagi pengusaha untuk dapat memenuhi permintaan
pasar yang semakin bertambah. Dengan demikian, suatu analisis kelayakan
terhadap peternakan puyuh menjadi penting untuk dilakukan agar dapat diketahui
secara jelas prospek ke depan bagi pengembangan usaha peternakan puyuh
walaupun resiko usaha yang dihadapi cukup besar.
Perumusan Masalah
Kota Pariaman merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk
pengembangan sektor pertanian secara umum termasuk subsektor peternakan.
Masih banyaknya lahan yang kosong serta suhu yang tidak terlalu panas sangat
mendukung pertumbuhan subsektor peternakan terutama unggas. Berdasarkan
data dari Dinas Peternakan Kota Pariaman tahun 2013 diketahui bahwa jenis
ternak ayam ras pedaging mempunyai proporsi terbesar dengan jumlah populasi
350 000 ekor, disusul dengan ternak ayam petelur dengan jumlah populasi 8 510
ekor.
Jumlah populasi puyuh di Kota Pariaman pada tahun 2013 adalah sebesar 8
100 ekor (Dinas Peternakan Kota Pariaman, 2013). Berdasarkan hasil wawancara
dengan pedagang di Pasar Pariaman, permintaan akan telur puyuh di pasar cukup

4

banyak, yaitu sekitar 14 500 butir per hari sedangkan pasokan telur hanya sekitar
6 500 butir per hari, sehingga pemenuhan akan telur puyuh masih kurang sekitar
44.83 persen. Pengiriman telur puyuh yang diterima pedagang di pasar sebagian
besar berasal dari Payakumbuh dan Kabupaten Padang Pariaman. Melihat kondisi
permintaan serta penawaran yang ada di pasar tersebut, maka terdapat peluang
pasar yang besar bagi para pengusaha untuk mengembangkan peternakan puyuh
di Kota Pariaman.
Salah satu peternak yang menjalankan bisnis peternakan puyuh di Kota
Pariaman yaitu Bapak Wisyiarlis. Unit bisnis utama adalah budidaya puyuh untuk
dijual telurnya (puyuh petelur). Unit bisnis kedua yang diusahakan yaitu daging
puyuh. Saat ini Bapak Wisyiarlis masih menjual produk telurnya ke pasar di
wilayah Pariaman dan belum memasarkan telur ke luar Kota Pariaman. Meskipun
baru didirikan pada bulan April 2011 namun peternakan ini telah mampu
menghasilkan telur puyuh layak jual sebanyak 3 220 butir per hari dari sekitar 4
000 ekor puyuh secara keseluruhan
Banyaknya jumlah telur yang dihasilkan per minggu oleh peternak ternyata
belum memenuhi semua permintaan pasar. Berdasarkan hasil wawancara,
permintaan dari pelanggan terhadap telur puyuh di peternakan minimal sebanyak
5 000 butir per hari, namun pemenuhan permintaan telur puyuh oleh peternak
hanya masih sekitar 64.40 persen. Disamping itu terdapat permintaan dari calon
pelanggan baru yang belum disetujui oleh peternak karena ketidakmampuan
menyediakan telur lebih dari produksi saat ini, perkiraan jumlah permintaan dari
pelanggan saat ini dan calon pelanggan mencapai 6 000 butir per hari. Oleh
karena itu peternak harus menambah produksi telur per hari agar dapat mengambil
peluang pasar dan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kendala yang
dihadapi oleh peternak terkait penambahan jumlah produksi adalah luasan
kandang yang masih terbatas untuk 4 000 ekor puyuh sehingga tidak mampu
menghasilkan jumlah telur sesuai permintaan pelanggan.
Pencapaian target produksi telur puyuh tersebut dapat terwujudkan apabila
disertai dengan perluasan kandang. Selain mengembangkan skala usaha telur
puyuh, peternak juga membibitkan sendiri Day old quail (DOQ) dengan tujuan
mengurangi ketidakpastian pasokan DOQ akibat serangan penyakit pada pemasok
bibit puyuh. Investasi yang diperlukan untuk membuat kandang baru baik untuk
puyuh petelur maupun puyuh pembibit relatif besar. Biaya yang besar diperlukan
tidak hanya untuk membuat bangunan serta kandang baru, namun juga untuk
usaha membuat mesin tetas baru dan untuk perlengkapan lain.
Puyuh termasuk salah satu unggas yang pengusahaannya peka terhadap
benerapa hal. Pengaruh pertama yang berdampak negatif adalah penyakit pada
burung puyuh. Selain menimbulkan kematian, penyakit yang menyerang unggas
ini dapat meningkatkan morbiditas (tingkat kesulitan hidup pada individu atau
kelompok ternak). Penyakit yang paling ditakuti oleh peternak puyuh yaitu tetelo
(NewcastleDisease) karena dapat menyebabkan kematian puyuh sebesar 100
persen (Listiyowati dan Roospitasari, 2005). Selain tetelo masih banyak penyakit
lain yang dapat menyerang puyuh. Puyuh yang terserang penyakit,
produktivitasnya akan menurun sehingga telur yang dihasilkan pun akan
berkurang. Jumlah telur yang menurun akan menurunkan penerimaan perusahaan
dan mengurangi laba. Disamping produksi telur, hal lain yang perlu diperhatikan
yaitu kenaikan harga pakan dan DOQ (puyuh anakan). Kenaikan harga pakan

5

disebabkan karena harga jagung yang berfluktuasi akibat mahalnya harga pupuk
serta mahalnya bahan komponen lain terutama konsentrat pakan. Pada
pertengahan pertengahan tahun 2013, peternakan pernah mengalami kenaikan
harga pakan tersebut yang berdasarkan informasi pemasok disebabkan oleh
naiknya harga konsentrat. Apabila harga pakan naik maka biaya yang ditanggung
oleh perusahaan akan lebih besar, karena pakan merupakan komponen biaya
terbesar dari biaya keseluruhan. Masalah ini akan turut berpengaruh terhadap laba
yang akan diperoleh perusahaan. Sedangkan harga telur puyuh di peternak
responden relatif stabil kecuali jika ada kenaikan bahan input (pakan), sebab
supply telur puyuh ke pasar yang masih rendah. Untuk itu, maka perlu dilakukan
analisis sensitivitas terhadap penurunan produksi telur akibat serangan penyakit,
dan peningkatan harga pakan. Peternak responden juga berencana untuk
melakukan perluasan usaha dimana biaya yang akan dikeluarkan peternakan
terhadap usaha tersebut akan lebih besar dari sebelumnya, sehingga perlu juga
dilakukan analisis sensitivitas terhadap rencana perluasan peternakan terhadap
kemungkinan kenaikan biaya total usaha baru tersebut.
Manajemen yang dilakukan oleh pemilik peternakan masih bersifat
sederhana. Pengelolaan peternakan masih bergantung sepenuhnya pada pemilik.
Pemilik bertindak sebagai pengelola dan pengawas peternakans. Pemilik juga
memiliki wewenang untuk mengambil setiap keputusan baik yang bersifat
operasional maupun non operasional. Pembukuan keuangan yang dilakukan masih
sederhana dan sampai saat ini belum dilakukan analisis kelayakannya, baik secara
finansial maupun non finansial.
Berdasarkan kondisi di atas, maka perlu dilakukan analisis kelayakan pada
usaha telur puyuh milik peternak baik usaha yang sedang dijalani sekarang
maupun rencana usaha pengembangannya. Analisis kelayakan ini dilakukan untuk
mengetahui apakah usaha puyuh tersebut layak jika dilihat dari aspek non
finansial dan aspek finansial. Untuk mengetahui informasi kelayakan usaha dari
bisnis ini diperlukan analisis berbagai aspek seperti aspek pasar, teknis,
manajemen, hukum, dan sosial.
Berdasarkan hal di atas, maka beberapa masalah yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah usaha peternakan puyuh Bapak Wisyiarlis saat ini layak
dijalankan bila dikaji dalam non finansial?
2. Apakah secara finansial peternakan puyuh Bapak Wisyiarlis, baik pada
usaha tunggal puyuh petelur maupun usaha puyuh petelur dan pembibit,
layak diusahakan?
3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) dari usaha peternakan puyuh
Bapak Wisyiarlis apabila terjadi penurunan produksi telur akibat
penurunan jumlah produksi dan peningkatan harga pakan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan puyuh Bapak Wisyiarlis saat
ini, jika dilihat dari aspek non finansial.

6

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha peternakan puyuh Bapak
Wisyiarlis pada usaha tunggal puyuh petelur maupun usaha puyuh
petelur dan pembibit.
3. Menganalisis kepekaan kelayakan usaha peternakan puyuh Bapak
Wisyiarlis bila terjadi penurunan produksi telur dan peningkatan harga
pakan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi serta masukan
yang bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu :
1. Bagi perusahaan peternakan puyuh Bapak Wisyiarlis, hasil penelitian
dapat digunakan sebagai masukan dan informasi sebagai bahan
pertimbangan dalam menjalankan operasionalnya dan dalam membuat
rencana pengembangan usaha selanjutnya. Peternak juga dapat
mempersiapkan tindakan-tindakan pencegahan terhadap kemungkinan
kerugian yang dapat terjadi terutama pada rencana perluasan usahanya.
2. Bagi penulis, penelitian ini menambah pengalaman dan merupakan
bentuk aplikasi ilmu yang telah diberikan di bangku perkuliahan.
3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi
atau bahan rujukan untuk melihat keadaan dan kondisi peternakan
puyuh, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan
penulisan selanjutnya dan dalam pemilihan bisnis.
4. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi
rujukan dalam pengambilan kebijakan dalam bantuan peminjaman
modal serta perhatian lain yang dibutuhkan para peternak puyuh

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Burung Puyuh
Menurut Listiyowati dan Roospitasari (2005), terdapat beberapa jenis puyuh
yang dikenal serta dipelihara untuk diambil telur dan dagingnya. Namun, tidak
semua puyuh tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penghasil pangan. Beberapa
jenis diantaranya mempunyai warna bulu yang indah sehingga banyak dipelihara
sebagai burung hias, tetapi produksi telurnya rendah. Bagi yang berminat untuk
menikmati keindahan warna bulu dan suaranya, puyuh seperti ini sangat tepat.
Sementara bagi peternak yang menghendaki produksi telur tentu memilih puyuh
yang lazim diternakkan seperti Coturnix coturnix japonica.
Puyuh ini termasuk famili Phasianidae dan ordo Galliformes. Dibandingkan
dengan jenis puyuh lainnya, C. japonica mampu menghasilkan telur sebanyak
130-300 butir per ekor selama setahun. Puyuh betinanya mulai bertelur pada umur
35 hari. Tak heran bila puyuh ini lebih diprioritaskan untuk diternakkan.
Kelebihan lain terletak pada suaranya yang cukup keras dan agak berirama. Oleh
sebab itulah puyuh ini banyak dipelihara sebagai song birds (burung
ocehan/klangenan, Jawa). C. japonica biasa ditemukan di hutan belantara.
Hidupnya sering berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Sifat-

7

sifat tertentu dari Coturnix seperti kemampuannya menghasilkan 3-4 generasi per
tahun menarik perhatian peternak.
Ciri-ciri jantan dewasa terlihat dari bulu bagian leher dan dadanya yang
berwarna cokelat muda. Puyuh pejantan muda mulai bersuara/berkicau pada umur
5-6 minggu. Selama musim kawin normal, jantan Coturnix akan berkicau setiap
malam. Sementara pada puyuh betina, warna tubuhnya mirip puyuh jantan,
kecuali bulu pada kerongkongan dan dada bagian atas yang warna cokelatnya
lebih terang serta terdapat totol-totol cokelat tua. Bentuk badannya kebanyakan
lebih besar dibandingkan dengan jantan. Telur Coturnix berwarna cokelat tua,
biru, putih dengan bintik-bintik hitam, coklat, dan biru (Listiyowati dan
Roospitasari, 2005).
Teknik Budidaya
Pemerolehan Bibit Puyuh (DOQ)
Menurut Abidin (2002) ada beberapa cara memperoleh DOQ (day old quail)
atau puyuh umur sehari, yakni membeli dari pembibit, membeli telur puyuh untuk
ditetaskan sendiri, dan memelihara bibit puyuh.
a. Membeli DOQ dari Pembibit
Membeli DOQ dari pembibit merupakan langkah yang paling mudah
karena peternak tidak perlu mengatur perkawinan bibit puyuh dan
menetaskannya sendiri. Kesulitan yang akan dihadapi adalah membeli
DOQ tidak semudah membeli DOC ayam ras. Calon peternak harus
mengetahui sentra-sentra peternakan puyuh di wilayahnya. Sebaiknya
DOQ yang dibeli memiliki kualitas yang cukup baik. Dalam arti proses
pembibitannya cukup terarah, misalnya dengan proses pemilihan telur
tetas (berat standar 10.5 gram), kerabang tidak cacat, serta berasal dari
induk jantan dan betina yang berkualitas baik. Beberapa hal tersebut
masih kurang diperhatikan oleh pembibit skala kecil. Di samping itu,
ada baiknya pula membeli DOQ yang sudah divaksinasi.
b. Membeli Telur Puyuh Tetas dan Menetaskan Sendiri
Dari segi biaya, upaya memperoleh DOQ dengan menetaskan telur tetas
sendiri mungkin lebih murah, dengan catatan daya tetas telur cukup
tinggi. Patut disayangkan,tidak ada perusahaan pembibitan yang
menjual telur tetas dengan jaminan daya tetas tinggi. Ini merupakan
salah satu kendala yang akan dihadapi oleh calon peternak yang akan
mencoba menetaskan telur puyuh sendiri. Kendala lainnya adalah
sulitnya memperoleh telur tetas yang bermutu baik dan rendahnya
ketrampilan peternak dalam mengelola mesin tetas.
c. Memelihara Bibit Puyuh
Memelihara bibit puyuh yang akan diusahakan sebagai penghasil DOQ
merupakan langkah paling aman, meskipun dari segi pembiayaan akan
membutuhkan modal yang agak besar. Besarnya biaya mungkin
masalah yang serius, tetapi yang lebih perlu dipikirkan adalah faktor
keamanan usaha.
Tata Laksana Perawatan
Menurut Listiyowati dan Roospitasari (2005), keberhasilan dalam beternak
sangat tergantung dari kemampuan peternak dalam melaksanakan program

8

pemeliharaan burung puyuh yang diternaknnya. Perawatan puyuh dimulai dari
perawatan saat telur masih berada dalam mesin tetas. Langkah selanjutnya adalah
perawatan saat anakan hingga masa pembesaran sehingga menjadi puyuh bibit,
puyuh petelur, maupun pedaging. Adapun urutan dari budidaya dan perawatan
burung puyuh yaitu :
1. Penetasan Telur
Siklus hidup puyuh relatif pendek. Produksi telurnya 130-300 butir per
tahun dengan bobot rata-rata 10-15 g per butir (Campbell, 1975). Bobot telur
merupakan sifat kuantitatif yang dapat diturunkan. Jadi jenis pakan, jumlah pakan,
lingkungan kandang, serta besar tubuh induk sangat mempengaruhi bobot telur.
Selain itu, sedikitnya protein ransum menyebabkan kecilnya kuning telur yang
terbentuk sehingga menyebabkan kecilnya telur dan rendahnya daya tetas telur.
Bobot telur juga sangat dipengaruhi oleh masa bertelur. Telur pada produksi
pertama pada suatu siklus berbobot lebih rendah daripada telur berikutnya pada
siklus yang sama. Dengan kata lain, bobot telur semakin bertambah dengan
bertambahnya umur induk. Oleh sebab itu, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan agar penetasan berhasil yaitu :
a. Pemilihan telur
Pemilihan telur perlu dilakukan untuk memperoleh telur yang baik,
yaitu telur yang fertil (berisi benih). Ciri-ciri fisik yang dapat dijadikan
patokan dalam memilih telur yang baik untuk bibit diantaranya bukan
berasal dari perkawinan saudara. Telur sebaiknya diambil dari induk
betina berumur 4-10 bulan dan yang dipelihara bersama pejantan
dengan perbandingan 2-3 : 1. Telur tersebut tidak boleh berumur lebih
dari 5 hari karena daya tetasnya akan menurun. Setelah 5 hari
penyimpanan, daya tetasnya akan menurun sebesar 3 persen per hari.
Telur yang dipilih untuk ditetaskan harus berbentuk sempurna, yaitu
bulat/lonjong dan simetris, serta berukuran seragam (sekitar 10-11
gram). Selain itu, kerabang telur harus mulus, tidak terdapat bintilbintil, tidak retak atau pecah, serta bercak hitam kelabunya tersebar
merata. Telur berkerabang kuning, cokelat, atau putih polos sebaiknya
tidak dipilih karena kulitnya tebal, tetapi sangat rapuh.
Kerabang telur hendaknya bersih dan tidak ditempeli kotoran. Kotoran
dalam kulit telur dapat menghambat masuknya udara segar yang
berguna bagi pertumbuhan bibit. Kotoran pada telur kotor sebaiknya
dibersihkan dengan dikikir menggunakan silet. Temperatur tempat
penyimpanan telur tetas sebaiknya sekitar 13oC, sedangkan
kelembabannya 75 persen.
b. Mesin tetas
Mesin tetas dapat dibuat dari papan atau triplek (kerangkanya dari kayu
dan dinding dari triplek), bahkan dari dus bekas. Mesin tetas dibuat
dengan ukuran tinggi 40 cm, lebar 80 cm, panjangnya 160 cm. Kotak
sebesar ini dapat menetaskan sekitar 1 000 butir telur puyuh. Mesin
dibuat berpintu depan dengan diberi sedikit kaca agar keadaan telur
dapat diawasi dengan mudah.
Pada prisipnya, konstruksi mesin tetas tergantung selera pembuatnya.
Hal terpenting yang harus dipenuhi yaitu kestabilan suhu di dalamnya
terjaga, sumber panas konstan dan normal serta menjangkau radius

9

panas yang dibutuhkan telur. Selian itu, kelembaban harus memenuhi
dan ventilasinya memadai.
Sumber panas dalam mesin dapat menggunakan lampu listrik, minyak
tanah, atau gas. Bila menggunakan lampu minyak tanah maka peternak
harus sering melihat ke dalam kotak penetasan karena suhu yang terjadi
tidak stabil. Sumber pemanas harus selalu ada selama penetasan,
minimal tidak lama mati. Guncangan suhu akibat nyala dan matinya
listrik dapat menyebabkan kematian benih dalam telur.
Sebagai pengukur suhu, termometer diletakkan sejajar dengan tempat
telur. Suhu dalam mesin tetas harus selalu terjaga dan tidak boleh turun
naik. Apabila suhu berada di bawah ambang batas maka kuning telur
tidak akan terserap maksimal oleh embrio. Jika suhu melebihi ambang
batas maka telur akan cepat menetas sehingga pusar tidak menutup
sempurna dan timbul omphalitis.
Kelembaban udara dalam mesin tetas sekitar 55 - 60 persen pada
minggu pertama dan 70 persen pada minggu berikutnya. Bila terlalu
kering, telur tidak akan menetas atau anak puyuh tidak akan mampu
memecahkan kulit telur yang menyelubunginya. Kelembaban udara
dapat diatasi dengan memberikan air yang ditempatkan dalam tempat
tertentu (mangkok, piring, baskom).
c. Penetasan
Penetasan biasanya terjadi pada hari ke-17 sampai ke-19. Proses
penetasan berjalan selama 3 jam. Telur yang tidak menetas setelah 3
jam dapat disingkirkan karena bila dipaksakan menetas maka kualitas
bibitnya akan rendah dan mudah mati.
d. Perawatan bibit
Setelah menetas, puyuh masih membutuhkan udara hangat yang stabil,
oleh sebab itu puyuh anakan jangan langsung dikeluarkan. Biarkan
puyuh anakan berada dalam mesin tetas selama 10 jam. Setelah itu,
pindahkan puyuh anakan ke dalam kandang indukan. Selama proses
tersebut puyuh tidak perlu diberi pakan karena masih mempunyai
persediaan pakan dalam sisa kuning telurnya.
2. Seleksi Puyuh
Untuk memulai usaha peternakan puyuh, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah seleksi bibit. Salah satu seleksi yang dilakukan adalah
menyeleksi asal daerah puyuh induk. Asal daerah dari puyuh jantan dan betina
disarankan berasal dari daerah yang berbeda (misal berbeda provinsi). Selain itu
jangan memilih puyuh yang albino.
Seleksi sebaiknya tidak hanya dilakukan pada masa stater (anakan), namun
juga pada masa grower (remaja), dan menginjak dewasa (siap bertelur)
(Listiyowati dan Roospitasari, 2005).
a. Seleksi masa starter
Seleksi pada periode stater dilakukan saat puyuh berumur 1 hari sampai
3 minggu. Seleksi meliputi pemilihan anak puyuh (DOQ/ day old
quail). Saat seleksi dilakukan juga vaksinasi dan pemotongan paruh.
Selanjutnya seleksi dilakukan dengan memilih anak puyuh yang
besarnya seragam, sehat, gesit, serta tidak mengalami cacat fisik. Mata

10

puyuh harus cerah, bersih, tidak terlihat mengantuk dan penyakitan,
serta aktif mencari pakan.
b. Seleksi masa grower
Seleksi selanjutnya dilakukan saat puyuh berumur tiga sampai enam
minggu atau masa remaja (grower). Pada periode ini burung puyuh
yang pertumbuhannya tidak normal atau kerdil disingkirkan sehingga
diperoleh puyuh berbobot dan berukuran seragam.
Pada saat ini mulai dilakukan pengelompokan kelamin (sexing). Puyuh
jantan yang tidak terpilih sebagai pejantan dalam pembibitan sebaiknya
disingkirkan atau digunakan sebagai puyuh pedaging atau puyuh
potong. Sementara betina yang bagus penampilan dan fisiknya
digunakan sebagai puyuh pembibit atau petelur.
c. Seleksi masa layer
Seleksi terakhir biasanya dilakukan pada masa bertelur (layer), yaitu
saat puyuh berumur lebih dari enam minggu. Puyuh yang dipilih
berproduksi tinggi (minimal 75 persen), sehat, tidak berpenyakit, tidak
cacat fisik, dan aktif mencari makan.
3. Vaksinasi
Seperti halnya ayam, puyuh dapat terserang penyakit tetelo. Oleh sebab itu,
puyuh sebaiknya divaksinasi pada umur empat sampai tujuh hari dengan dosis
separuh dari dosis yang diberikan untuk ayam. Vaksinasi dapat dilakukan melalui
tetes mata (intraokuler) atau air minum (per-oral). Pada peternakan skala besar,
vaksinasi melalui air minum lebih efisien baik dari segi waktu maupun tenaga.
Selain melalui tetes mata dan air minum, vaksinasi juga dapat dilakukan
dengan cara spraying, intrakloaka (pengolesan vaksin pada kloaka), intranasal
(penetesan vaksin pada lubang hidung), intramuskuler (penyuntikan vaksin pada
lubang hidung), dan subkutan (penyuntikan vaksin di bawah kulit). Dalam
melakukan vaksin terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
a. Lakukan vaksinasi hanya pada puyuh yang sehat.
b. Pastikan bahwa vaksin telah benar-benar masuk ke dalam tubuh ternak.
c. Berikan vaksin dengan dosis tepat.
d. Lakukan vaksinasi sesingkat mungkin saat udara sejuk, biasanya setelah
pukul 16.00.
e. Jangan menyimpan atau menggunakan kembali sisa vaksin yang telah
diencerkan pada hari berikutnya.
f. Jangan hamburkan vaksin di komplek perumahan.
g. Buang semua botol bekas vaksin yang tidak digunakan lagi.
h. Perhatikan puyuh yang baru divaksin. Bila kedinginan maka berikan
panas tambahan.
4. Pemotongan Paruh
Puyuh termasuk unggas yang mempunyai sifat kanibal. Sifat ini akan timbul
bila peternak kurang memahami tata laksana pemeliharaan yang benar, misalnya
kepadatan populasi puyuh dalam satu kandang berlebihan, kekurangan pakan,
gangguan yang tidak biasa dialami puyuh, serta penanganan yang salah. Hal ini
mengakibatkan puyuh menjadi stress dan muncul sifat kanibalnya.
Untuk mencegah adanya puyuh yang terluka akibat kanibalisme, peternak
sebaiknya melakukan pemotongan paruh. Pemotongan paruh dapat dilakukan
pada saat puyuh berumur satu hari. Menurut Hardjosworo (1999), pemotongan

11

paruh dapat dilakukan sampai sepertiga bagian yang dilakukan pada umur tidak
lebih dari satu minggu. Pemotongan paruh diulangi kembali ketika puyuh
memasuki fase bertelur untuk mencegah terjadi pematukan terhadap telurnya
sendiri.
5. Sexing
Sexing dapat dilakukan saat puyuh berumur satu hari (DOQ), starter, atau
pada masa grower. Bagi peternak yang sudah berpengalaman, Sexing sudah dapat
dilakukan pada umur satu hari dengan melihat warna bulu di atas matanya. Bulu
di atas mata puyuh jantan membentuk garis lengkung berwarna gelap.
Sexing saat starter (dua minggu) dilakukan dengan melihat lubang kloaka.
Bila terdapat tonjolan kecil di bagian atas kloaka berarti puyuh tersebut jantan.
Sementara bila tidak terdapat tonjolan melainkan berbentuk horisontal dengan
hitam kebiru-biruan menandakan bahwa puyuh tersebut betina.
Sexing yang dilakukan pada masa remaja (grower) biasanya dilihat dari
bulu dadanya. Bulu dada puyuh betina berwarna cokelat dengan gradasi aba-abu
cokelat sampai coklat dan bergaris atau berbintik-bintik putih. Selain itu terdapat
bintik-bintik hitam pada dadanya. Sementara pada puyuh jantan, pangkal paruh
sampai dadanya berwarna cokelat kemerahan, sedang dada bagian bawah warna
cokelatnya terlihat lebih muda dari puyuh betina. Selain itu, di dada puyuh jantan
juga tidak terdapat bintik-bintik atau garis hitam putih.
Setelah masa dewasa kelamin (layer), puyuh lebih mudah dibedakan. Puyuh
jantan memiliki benjolan berwarna merah diantara ekor dan anusnya. Sementara
pada puyuh betina, benjolan tersebut tidak ada. Puyuh betina ditandai dengan
kloakanya yang berbentuk horisontal (mendatar) dengan warna kebiru-biruan.
Pakan
Menurut Listiyowati dan Roospitasari (2005), faktor terpenting dalam
keberhasilan beternak puyuh adalah faktor pakan (nutrisi), disamping faktor
manajemen dan bibit. Faktor pakan meliputi cara pemberian dan kebutuhan gizi
menurut tingkatan umurnya.
Selama ini, para peternak masih banyak memberikan ransum ayam ras
untuk puyuh yang diternaknya. Padahal, cara ini dinilai kurang ekonomis. Sebab,
kebutuhan gizi burung puyuh lebih tinggi daripada ayam ras sehingga tidak jarang
puyuh ternaknya menderita gejala defisiensi dan stress. Otomatis pertumbuhan
dan produksi telurnya akan menurun, bahkan sifat kanibalismenya akan muncul.
Pakan puyuh harus mengandung zat protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral,
dan air dalam jumlah yang cukup. Kekurangan salah satu komponen pakan
tersebut mengakibatkan gangguan kesehatan dan menurunkan produktivitas.
Burung puyuh mempunyai dua fase pemeliharaan, yaitu fase pertumbuhan
dan fase produksi (bertelur). Fase pertumbuhan puyuh terbagi lagi menjadi dua,
yaitu fase starter (umur 0-3 minggu) dan grower (3-5 minggu). Perbedaan fase ini
beresiko pada pemberian pakan berdasarkan perbedaan kebutuhannya. Pada Tabel
4 dapat dilihat persentase bahan pakan yang disesuaikan dengan umur puyuh.

12

Tabel 4. Komposisi pakan puyuh menurut umur
Bahan pakana
Jagung kuning
Tepung ikan
teri tawar
Bungkil
kelapa
Bungkil
kedelai
Dedak halus
Kulit kerang
Vit.
mix
(premix A)

Umur
3 – 5mg
55.78
52.78

Diatas 5mg
55.78
50.75

1hr - 1mg
42.18

1 – 3mg
47.46

15.27

17.18

16.10

19.11

17.10

14.54

9.46

10.64

10.63

11.83

10.63

9.67

19.28

17.18

6.83

7.99

8.33

16.67

13.20
0.36

6.88
0.41

10.00
0.41

7.69
0.34

2.72
5.19

2.54
5.62

0.25

0.25

0.25

0.25

0.25

0.25

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

100.00

Sumber : Listiyowati dan Roospitasari, 2005
*Keterangan : hr= hari, mg= minggu, a) komposisi bahan pakan [ %]

Anak puyuh berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 25% dan energi
metabolis sebesar 2 900 Kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu, kadar pakannya
dikurangi menjadi 20% protein dan 2 600 Kkal/ kg energi metabolis. Namun,
untuk pertumbuhan optimal, pemberian protein yang dianjurkan sebanyak 25%.
Kebutuhan protein dan energi puyuh dewasa berumur lebih dari 5 minggu
sama dengan puyuh berumur 3-5 minggu. Sementara kebutuhan protein puyuh
untuk pembibitan (sedang bertelur atau dewasa kelamin) sebesar 18-20%.
Kandungan protein dalam pakan puyuh petelur direkomendasikan 20%,
sedangkan kandungan protein 25% membuat puyuh mengalami dewasa kelamin.
Ransum yang diberikan kepada puyuh, selain ransum utama, berupa
konsentrat tepung komplit, puyuh memerlukan pakan tambahan berupa dedaunan
segar. Dedaunan tersebut antara lain daun ubi, singkong, sawi, selada air, bayam,
kangkung, atau tauge. Sebelum diberikan, dedaunan tersebut perlu dicuci bersih
agar bersih dari sisa pestisida. Kemudian dedaunan dicincang halus untuk
mempermudah puyuh menelannya. Dari hasil penelitian, penambahan tepung
daun kacang-kacangan, terutama tepung daun lamtoro sebanyak 5% dalam
ransum dapat menambah rataan berat telur per butir menjadi 10.44 gram dan
meningkatkan skor warna kuning telur.
Selain komposisi zat pakan dalam ransum, cara pemberian pakan pun benarbenar diperhatikan. Pada saat tertentu, misalnya cuaca yang sangat panas, ransum
dapat dibasahi dengan air. Dengan bagitu puyuh akan bernafsu untuk makan.
Ransum dapat diberikan dua kali sehari, yaitu pagi dan siang hari. Pemberian
ransum puyuh dewasa atau remaja hanya satu kali, yaitu di pagi hari. Sementara
untuk puyuh anakan dua kali, yaitu pagi dan sore.

13

Kandang
Menurut Abidin (2002), kandang puyuh harus memperhatikan hal-hal
tertentu untuk memberikan kondisi kandang yang terbaik. Kandang harus
ditempatkan di lokasi yang memenuhi beberapa persyaratan teknis yaitu :
1. Jauh dari Permukiman yang Padat
Tujuan dari penempatan kandang yang jauh dari pemukiman yaitu agar
puyuh tidak stress karena kebisingan di lingkungan sekitarnya yang
berakibat terhadap penurunan produksinya. Selain bermanfaat bagi
puyuh agar tidak stress, masyarakat pun tidak terganggu oleh bau yang
ditimbulkan oleh kotoran puyuh.
2. Letak Kandang
Kandang puyuh harus dibangun di tempat yang lebih tinggi, dengan
harapan sirkulasi udaranya cukup baik. Selain ketinggian tempat, bahan
pembuat kandangpun harus diperhatikan. Sebaiknya digunakan kawat
ram atau bambu yang dipasang dengan jarak tertentu, sehingga sirkulasi
udara bebas keluar masuk.
3. Arah Sinar Matahari
Kandang sebaiknya dibangun membujur dari arah timur ke barat. Selain
membunuh kuman penyakit, sinar matahari juga akan mengurangi
kelembaban kandang dan membantu sintesis vitamin D dalam tubuh
puyuh.
4. Ukuran Kandang
Secara umum, ukuran kandang koloni bagi puyuh berukuran 1 x 1 m,
dengan tinggi sekitar 30-35 cm. Untuk memudahkan pengambilan telur,
sebaiknya lantai kandang dibuat agak miring sekitar 10 atau 20 derajat.
Di bawah alas kandang koloni yang berada di bagian atas sebaiknya
ditempatkan penampung kotoran agar kotoran tidak mengotori kandang
koloni di bawahnya.
5. Alas Kandang
Ada dua macam jenis alas yang dapat digunakan pada kandang puyuh.
Pertama yaitu kandang diberi alas yang sepenuhnya tertutup dan
dilapisi dengan sekam atau ampas gergaji. Alas tersebut sering disebut
litter. Kelebihannya yaitu menghindari terperosoknya kaki-kaki puyuh
jika alas kandang terbuat dari kawat ram, sekam mengandung beberapa
vitamin B12 yang berguna bagi tubuh puyuh, mengurangi sifat kanibal
puyuh, serta meningkatkan selera kawin sehingga daya tetas telur
meningkat. Kelemahannya yaitu kebersihan kandang kurang terjamin
dan membutuhkan tenaga dan waktu lebih untuk membersihkannya.
Jenis alas kedua yaitu menggunakan kawat ram. Dengan alas kawat
ram, kebersihan kandang lebih mudah diperhatikan karena kotoran yang
dihasilkan terkumpul pada penampung kotoran yang ada di bawah
kawat ram.
6. Tempat Pakan dan Minum
Tempat makan dan minum untuk puyuh (terutama puyuh grower dan
layer) dapat menggunakan tempat makan dan minum untuk ayam ras,
namun dengan melakukan modifikasi di beberapa bagian. Tujuannya
agar pakan dan minum tidak mudah terinjak-injak puyuh, tidak

14

bercampur dengan kotoran, serta mencegah agar puyuh tidak tenggelam
di tempat air minum.
Secara umum, puyuh-puyuh dipelihara dalam kandang koloni sejak DOQ
hingga berproduksi. Tidak ada perbedaan konstruksi yang mendasar antara
kandang koloni dengan kandang inti. Perbedaannya hanya terletak pada ukuran
luasnya. Semakin tua umur puyuh (sampai umur tertentu), ukuran kandangnya
pun harus semakin luas. Berdasarkan peruntukannya, kandang puyuh dibedakan
menjadi beberapa jenis kandang yaitu : 1) kandang DOQ atau starter 2) kandang
grower 3) kandang layer 4) kandang induk dan pejantan.
Penyakit pada Puyuh
Puyuh termasuk salah satu unggas yang peka terhadap penyakit tertentu.
Oleh karena itu, sebaiknya peternak mengetahui gejala penyakit yang menyerang
ternaknya lebih awal agar tidak mengalami kerugian (Listiyowati dan
Roospitasari, 2005). Menurut Wuryadi (2013), beberapa penyakit yang sering
menyerang puyuh dapat digolongkan ke dalam empat kelompok yaitu :
a. Penyakit akibat bakteri
Penyakit yang menyerang puyuh yang disebabkan oleh serangan bakteri
contohnya : Radang Usus (Quail Enteritis), Pullorum, Snot (Coryza)
serta Coccidiosis.
b. Penyakit akibat virus
Jenis penyakit yang tergolong penyakit virus adalah Tetelo (Newcastle
Disease), Cacar Unggas (Fowl Pox), Quail Bronchitis, serta Flu Burung
(Avian Influenza/AI).
c. Penyakit cendawan
Penyakit yang disebabkan oleh cendawan yang sering menyerang
puyuh yaitu Apergillosis. Penyakit ini disebabkan oleh jamur
Apergillosis fumigatus. Sasaran yang diserang yaitu alat pernafasan.
d. Penyakit kekurangan gizi serta cacingan
Kekurangan atau defisiensi vitamin E dapat ditimbulkan karena
kesalahan dalam pemberian pakan atau ransum, seperti ransum untuk
ayam ras diberikan untuk puyuh. Sedangkan puyuh cacingan dapat
terjadi karena makanan yang seharusnya diserap tubuh menjadi
santapan cacing pita, cacing rambu, ataupun cacing usus buntu yang
ada di perut puyuh. Penyebabnya adalah masalah sanitasi lingkungan
kandang yang buruk.
Telur Puyuh
Secara umum, komposisi kandungan telur puyuh adalah 47.40% albumin
(putih telur); 31.90% yolk (kuning telur); serta 20.70% cangkang dan selaput tipis.
Dari hasil penelitian, ketebalan cangkang telur puyuh sekitar 0.197 mm dan
ketebalan membran atau selaput tipis 0.063 mm. Bobot telur puyuh rata-rata 10
gram atau sekitar 8% dari bobot tubuh puyuh betina.
Kandungan protein dan lemak telur puyuh lebih baik dibandingkan dengan
telur unggas lainnya. Kandungan proteinnya tinggi, tetapi kadar lemaknya rendah.
Telur puyuh juga dipercaya dapat memberi kekuatan sehingga sering digunakan
sebagai obat kuat dan campuran jamu atau anggur. Telur puyuh sangat baik untuk

15

diet kolesterol karena dapat mengurangi terjadinya penimbunan lemak, terutama
di jantung, sedangkan kebutuhan proteinnya tetap mencukupi.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terkait analisis kelayakan usaha peternakan burung puyuh saat ini
masih jarang dilakukan. Salah satu yang pernah meneliti kelayaan usaha
peternakan burung puyuh adalah Suwarto (2003) yang menganalisis usaha ternak
burung puyuh di Jl. Narogong, Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawa
Lumbu, Bekasi, Jawa Barat. Tujuan penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui
potensi bisnis beternak puyuh untuk dijadikan sumber mata pencaharian,
memahami permasalahan yang ada dalam beternak puyuh, dan melakukan
evaluasi kelayakan finansial usaha ternak puyuh. Analisis usaha pada penelitian
tesis ini dilakukan melalui pendekatan metode deskriptif terhadap aspek umum
dan melalui pendeka

Dokumen yang terkait

Analisis kelayakan finansial usaha peternakan ayam broiler (studi kasus usaha peternakan X di Desa Pangbabon, kecamatan Leuwiliang, Bogor)

0 11 66

Analisis kelayakan usaha peternakan puyuh pada peternakan puyuh bintang tiga desa Situ Ilir, kecamatan Cibungbulang, kabupaten Bogor

14 67 175

“ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PETERNAKAN PUYUH PETELUR” Analisis Kelayakan Investasi Peternakan Puyuh Petelur.

1 7 19

ANALISIS USAHA PETERNAKAN BURUNG PUYUH DI DESA GAJAHAN KECAMATAN COLOMADU ANALISIS USAHA PETERNAKAN BURUNG PUYUH DI DESA GAJAHAN KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR.

0 2 13

PROFIL USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG (STUDI KASUS USAHA SAPI KEREMAN JALALUDDIN) DESA AIE TAJUN KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN.

0 0 5

KAJIAN KERAGAAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN H. SYAHRIL DENGAN PT. NUSANTARA UNGGAS JAYA DI DESA AIR SANTOK CUBADAK MENTAWAI KECAMATAN PARIAMAN TENGAH KOTA PARIAMAN.

1 1 7

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA PETERNAKAN DENGAN MELAKSANAKAN KOGIATAN MAGANG PADA USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR DI PARIAMAN.

0 0 13

KERAGAAN USAHA PETERNAKAN KERBAU RAKYAT SECARA INTENSIF DI KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN (Studi Kasus : Usaha Peternakan Jalaludin dan Zulkifli).

0 0 6

PERANAN KOPERASI SEBAGAI SUMBER MODAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER (Studi Kasus pada Koperasi Syari'ah Keluarga Peternak di Kecamatan Pariaman Selatan Kota Pariaman).

0 1 6

ANALISA USAHA SAPI POTONG SISTEM KEREMAN (Studi Kasus Usaha Peternakan Jalaludin di Desa Air Terjun Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman).

0 0 6