Pola Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan serta Harga Lahan di Kecamatan Dramaga
POLA SEBARAN SPASIAL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SERTA HARGA LAHAN DI KECAMATAN DRAMAGA
MUHAMMAD SUEFI
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pola Sebaran Spasial
Pajak Bumi dan Bangunan serta Harga Lahan di Kecamatan Dramaga adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Muhammad Suefi
NIM A14070053
ABSTRAK
MUHAMMAD SUEFI. Pola Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan serta
Harga Lahan di Kecamatan Dramaga. Dibimbing oleh DYAH RETNO PANUJU
dan BOEDI TJAHJONO.
Lahan merupakan faktor penting dalam aspek kehidupan sebagai wahana
pendukung produksi pangan, menjaga keseimbangan ekologis, pembangunan
permukiman, industri, dan fasilitas lainnya. Permintaan lahan yang tinggi
mengakibatkan nilai lahan tumbuh mengikuti hukum ekonomi. Disamping itu,
pola pemanfaatan lahan juga mempengaruhi nilai suatu lahan, sehingga setiap
pemanfaatan memiliki nilai dan harga lahan yang berbeda. Keberadaan Kampus
IPB yang berada di Kecamatan Dramaga diduga berdampak pada pembentukan
harga lahan di wilayah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
sebaran spasial Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kecamatan Dramaga,
mengidentifikasi pola sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga,
memetakan dan menganalisis pola sebaran spasial tingkat perkembangan wilayah
di Kecamatan Dramaga, dan mengidentifikasi pengaruh PBB dan keberadaan
pusat pendidikan IPB terhadap pembentukan harga lahan di Kecamatan Dramaga.
Dalam penelitian ini digunakan Indeks Moran, analisis spasial, analisis hirarki
wilayah sederhana dan analisis regresi berganda. Sebaran spasial jumlah obyek
PBB dari Indeks Moran menunjukkan bahwa pada awal tahun pengamatan
tampak cenderung memusat (2006-2008), namun di akhir pengamatan (2009)
cenderung terjadi penyebaran. Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi nilai
PBB maka jumlah petak cenderung semakin sedikit. Nilai statistik G
menunjukkan adanya gejala pemusatan fragmentasi lahan teruji nyata. Pola
sebaran spasial penggunaan lahan sawah menunjukkan gejala lebih memusat
dengan nilai Indeks Moran sebesar 0,192 dibandingkan dengan penggunaan lahan
permukiman dengan Indeks Moran sebesar 0,045 di tahun 2010. Berdasarkan uji
statistik G, sebaran spasial tingkat perkembangan wilayah yang tinggi berada di
sebagian besar kampung di Desa Babakan dan Desa Dramaga. Selanjutnya hasil
analisis regresi berganda menunjukkan bahwa faktor penentu harga lahan yang
signifikan pada tingkat kepercayaan 95% adalah variabel luas lahan, besaran PBB,
jarak eucledian ke IPB, dan ketinggian tempat.
Kata kunci:
Penggunaan lahan, pajak bumi dan bangunan (PBB),
perkembangan wilayah, sebaran spasial, indeks Moran, statistik G,
pusat pendidikan.
ABSTRACTS
MUHAMMAD SUEFI. Spatial Pattern of Land and Building Tax and Land Prices
in Dramaga District. Supervised by DYAH RETNO PANUJU and BOEDI
TJAHJONO.
Land is an important factor of life to support food production, to balance
ecology, and to ensure settlement, industry, and other facilities development. The
increasing demand of land lift up its value following economic principle.
Alongside land use patterns also influence land value which consequently each
land use has a different value and price. The existence of Bogor Agricultural
University in Dramaga Subdistrict is estimated influencing land price formation in
surrounding the area. This research aims to analyze spatial distribution of land
taxation in Dramaga District, to configure spatial distribution of land use in
Dramaga District, to map and to analyze the spatial distribution of regional growth
in Dramaga District, and to discover the effect of land taxation and the existence
of Bogor Agricultural University as an education center to land price formation in
Dramaga Subdistrict. In this research, we utilised Moran index, spatial analysis,
simple hierarchy analysis, and multivariate regression. Moran index of land
taxation shows that spatial distribution in the early observation (2006-2008)
tended to cluster, but at the end of year (2009) it was likely to scatter. There was
an indication that the higher value of land tax, than the smaller number of plots.
The statistic G shows that land fragmentation was significantly clustered at certain
location. The spatial pattern of paddy field distribution was more centered with
Moran Index at 0,192 compared to residential land use with Moran Index about
0,045 in 2010. From G statistic test, the most developed village was at kampongs
of Babakan Village and Dramaga Village. Then the result of multiple regression
analysis shows that significant determinants of land price at 95% confidential
interval were land area, land and building tax, eucledian distance to Bogor
Agricultural University, and elevation.
Keywords: Land use, land and building tax, regional development, spatial
distribution, moran index, G statistic, education center.
POLA SEBARAN SPASIAL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SERTA HARGA LAHAN DI KECAMATAN DRAMAGA
MUHAMMAD SUEFI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pola Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan serta
Harga Lahan di Kecamatan Dramaga
Nama
: Muhammad Suefi
NIM
: A14070053
Disetujui oleh
Dyah Retno Panuju, MSi
Pembimbing I
Dr Boedi Tjahyono, DEA
Pembimbing II
Diketahui oleh
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Dr Ir Baba Barus, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Pol a Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan serta
Barga Lahan di Kecamatan Dramaga
Nama
: Muhammad Suefi
: A14070053
NIM
Disetujui oleh
dセ
Pembimbing I
T:mggal Lulus:
sゥ@
2 4 FEB 2014
Dr Boedi TjahVono, DEA
Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2011 ini ialah
berjudul Pola Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan serta Harga Lahan di
Kecamatan Dramaga.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dyah Retno Panuju, MSi dan
Bapak Dr Boedi Tjahyono, DEA selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Bambang H. Trisasongso, MSc
selaku dosen penguji, serta Bapak Eman dari Staf Pemerintahan Desa Sukawening
dan seluruh kepala desa di Kecamatan Dramaga yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,
seluruh keluarga, serta teman-teman terutama Wida Nindita, Herdian P, Rhoma
Purnanto, Aulia B. Mukti, Setya Wahyu, serta Astria Hernisa atas segala doa dan
bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Muhammad Suefi
DAFTAR ISI
Daftar Tabel ........................................................................................................ vi
Daftar Gambar .................................................................................................... vi
Daftar Lampiran ................................................................................................... vi
Pendahuluan ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 1
Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 2
2.1 Lahan ......................................................................................................... 2
2.2 Harga Tanah dan Nilai Tanah .................................................................... 2
2.3 Indeks Moran ............................................................................................. 2
2.4 Statistik G .................................................................................................. 3
Metodologi ........................................................................................................... 4
3.1 Lokasi,WaktuPenelitian, Data Penelitian ................................................. 4
3.2 Metode Penelitian .................................................................................... 5
3.3.1 Analisis Pola Spasial Pajak Bumi dan Bangunan ............................ 5
3.3.2 Analisis Pola Sebaran Penggunaan Lahan ....................................... 6
3.3.3 Analisis Pola Sebaran Spasial Tingkat Perkembangan Wilayah ..... 7
3.3.4 Identifikasi Pengaruh PBB dan Keberadaan Pusat Pendidikan IPB
terhadap Pembentukan Harga Lahan............................................... 8
Hasil dan Pembahasan .......................................................................................... 9
4.1 Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan ....................................... 9
4.2 Sebaran Spasial Penggunaan Lahan ................................................... 14
4.3 Sebaran Spasial Perkembangan Wilayah ............................................ 17
4.4 Keterkaitan antara Nilai PBB dengan Jarak ke Jalan, Penggunaan
Lahan, Kepadatan Penduduk, dan Tingkat perkembangan
wilayah ............................................................................................... 20
4.4.1 Pengaruh PBB dan Keberadaan Pusat Pendidikan IPB terhadap
Pembentukan Harga Lahan ......................................................... 22
Simpulan dan Saran .............................................................................................. 22
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 24
Lampiran ............................................................................................................... 25
Riwayat Hidup ...................................................................................................... 30
DAFTAR TABEL
1. Jenis data penelitian .................................................................................. 4
2. Keragaan PBB dan jumlah petak di Kecamatan Dramaga
Tahun 2006-2009 ...................................................................................... 10
3. Sebaran jumlah petak lahan setiap Desa di Kecamatan Dramaga
tahun 2006-2009 ....................................................................................... 10
4. Matriks transisi penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga
tahun 2006 dan 2010 ................................................................................ 14
5. Luas penggunaan lahan setiap Desa di Kecamatan Dramaga
tahun 2006 dan 2010 ................................................................................. 16
6. Koefisien korelasi variabel-variabel bebas terkait harga lahan ................ 22
7. Nilai parameter hasil analisis regresi berganda......................................... 22
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
Ilustrasi pola pencaran dan kluster dari otokorelasi spasial ...................... 3
Bagan alir proses analisis sebaran spasial PBB ........................................ 6
Bagan alir analisis pola sebaran spasial penggunaan lahan ...................... 7
Bagan alir proses analisis sebaran spasial hirarki wilayah ....................... 8
Bagan alir proses analisis korelasi dan regresi identifikasi faktor penentu
harga lahan ................................................................................................ 9
6. Boxplot sebaran jumlah petak pada beberapa kategori nilai PBB
di Kecamatan Dramaga tahun 2006-2009 ................................................. 11
7. Sebaran spasial jumlah petak di wilayah studi tahun 2006-2009. ........... 12
8. Kecenderungan nilai indeks Moran pada kelompok PBB (a) 0-25rb
(b) 25-50rb (c) 50-75rb (d) 75-100rb (e)100-1jt (f) Agregat .................... 13
9. Sebaran spasial jumlah petak lahan tahun 2006-2009
berdasarkan Statistik G ............................................................................. 14
10. Penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010 ........... 15
11. Bangunan bisnis di sepanjang jalan Babakan Raya ................................. 16
12. Nilai indeks Moran penggunaan lahan sawah dan permukiman
di Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010 ......................................... 17
13.Tingkat perkembangan wilayah di Kecamatan Dramaga
Tahun 2008 dan 2012 ............................................................................... 18
14.Nilai indeks Moran jumlah jenis dan jumlah unit fasilitas sosial,
ekonomi, serta fasilitas sosial dan ekonomi di Kecamatan Dramaga tahun
2008 dan 2012........................................................................................... 19
15.Sebaran spasial tingkat perkembangan wilayah berdasarkan
statistik G .................................................................................................. 20
16.Boxplot (a) sebaran PBB dengan jarak jalan lokal (b) sebaran PBB
dengan jarak jalan provinsi (c) sebaran harga jual lahan dengan
jarak jalan lokal (d) sebaran harga jual lahan dengan jarak
jalan provinsi di Kecamatan Dramaga tahun 2012 ................................... 21
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
Batas administratif desa di Kecamatan Dramaga ...................................... 25
Batas administratif kampung di Kecamatan Dramaga .............................. 25
Jaringan jalan di Kecamatan Dramaga ...................................................... 26
Hasil analisis hirarki wilayah .................................................................... 26
Tabel contoh hasil survey terstruktur ........................................................ 27
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahan mempunyai arti penting baik untuk mendukung produksi pangan,
menjaga keseimbangan ekologis hingga pembangunan permukiman, industri dan
fasilitas lainnya. Peningkatan permintaan lahan salah satunya disebabkan oleh
pertumbuhan jumlah penduduk, baik secara alamiah maupun yang disebabkan
oleh urbanisasi (Nurmandi, 1999). Tingginya permintaan lahan menyebabkan
nilai lahan tumbuh mengikuti hukum ekonomi. Disamping tingginya permintaan,
pola pemanfaatan lahan juga terkait erat dengan besaran nilai sebidang lahan.
Menurut Wita (2007) nilai lahan dapat direpresentasikan oleh besaran pajaknya.
Di Indonesia, pajak lahan ini dinyatakan dalam besaran Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB)
Pusat pendidikan seperti perguruan tinggi, merupakan salah satu pusat daya
tarik bagi berkembangnya berbagai aktivitas di sekitarnya. Hasil kajian literatur
oleh Lee dan Kim (2009) terkait daya tarik pusat bisnis menunjukkan bahwa
harga dan nilai lahan di sekitar pusat bisnis tersebut cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan di lokasi lain. Namun demikian, kajian terkait pusat
aktivitas pendidikan secara khusus kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu,
kajian terkait daya tarik pusat pendidikan bagi perkembangan pusat aktivitas di
sekitarnya merupakan kajian yang perlu dilakukan.
Sebagai salah satu bentuk pusat aktivitas, perguruan tinggi memiliki daya
tarik kuat bagi masyarakat untuk memperoleh manfaat keterkaitan baik ke depan
(forward linkage) maupun ke belakang (backward linkage) (Rustiadi et al., 2011).
Kecamatan Dramaga merupakan salah satu lokasi yang berkembang karena
berdirinya pusat perguruan tinggi yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB). Ada
kecenderungan lokasi di sekitar kampus IPB Dramaga berkembang lebih cepat
dan harga tanah cenderung tinggi, namun pola spasial harga lahan tersebut belum
dikaji lebih lanjut. Penelitian sebelumnya tentang analisis perubahan land rent
pertanian dan non pertanian di Kecamatan Dramaga oleh Rumiris (2008)
menunjukkan bahwa Desa Babakan yang mempunyai jarak paling dekat dengan
IPB memiliki hirarki I. Sementara itu desa-desa lain seperti Desa Purwasari, Desa
Sukawening, Desa Dramaga memiliki hirarki lebih rendah. Namun demikian,
penelitian tersebut tidak secara khusus membahas tentang pengaruh keberadaan
pusat pendidikan IPB terhadap pola nilai lahan yang direpresentasikan dengan
nilai PBB di sekitar wilayah Kampus Dramaga. Oleh karena itu, penelitian
tentang pola spasial PBB di sekitar kampus IPB Dramaga dan keterkaitannya
dengan aspek fisik yang dalam hal ini diwakili oleh penggunaan lahan dan
perkembangan wilayah di Dramaga secara umum perlu dilakukan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis sebaran spasial PBB di
Kecamatan Dramaga, (2) mengidentifikasi pola sebaran penggunaan lahan di
Kecamatan Dramaga, (3) memetakan dan menganalisis pola sebaran spasial
tingkat perkembangan wilayah di Kecamatan Dramaga, dan (4) menentukan
2
pengaruh PBB dan keberadaan pusat pendidikan IPB terhadap pembentukan harga
lahan di Kecamatan Dramaga.
TINJAUAN PUSTAKA
Lahan
Lahan merupakan matriks dasar kehidupan manusia dan pembangunan
karena hampir semua aspek kehidupan dan pembangunan, baik langsung maupun
tidak langsung berkaitan dengan permasalahan lahan. Penggunaan lahan dapat
diartikan sebagai setiap bentuk campur tangan manusia terhadap sumberdaya
lahan, baik yang bersifat tetap maupun daur yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhannya (Saefulhakim dan Nasution, 1995). Pemanfaatan penggunaan lahan
mempertimbangkan 3 aspek penting sebagaimana disampaikan oleh Barlowe
(1986) antara lain: kesesuaian atau daya dukung biofisik, kelayakan teknologi dan
ekonomi.
Harga Tanah dan Nilai Tanah
Teori yang berhubungan dengan harga tanah baik secara langsung ataupun
tidak langsung selalu berdasarkan pada “ruang”. Teori lokasi yang dikemukakan
oleh model Von Thunen maupun model Christaller, keduanya melandasinya pada
substansi “ruang”.
Menurut Eldred (1987), faktor-faktor yang menentukan nilai ekonomi dari
suatu tanah adalah: (1) Permintaan yang menunjukkan keinginan dan kemampuan
seseorang untuk membeli atau menyewa suatu properti. (2) Kegunaan yang
menunjukkan manfaat dari properti subyek yang dapat memberikan kepuasan
pada konsumen. (3) Kelangkaan yang menunjukkan kuantitas dan kualitas dari
properti lain yang bersaingan dengan properti subyek yang bersangkutan. (4)
Transferability yaitu, menunjukkan proses pengalihan hak-hak properti dari satu
pihak ke pihak lain melalui jual beli, sewa, dan kontrak.
Wolcott (1987) mengemukakan bahwa konsep nilai lahan ditimbulkan
karena adanya faktor-faktor ekonomi sebagai berikut: (1) Kegunaan (utility), yaitu
kemampuan suatu benda untuk memuaskan keinginan, kebutuhan dan selera
manusia, misalnya tanah yang dapat dibangun rumah di atasnya sebagai tempat
tinggal manusia. Kegunaan suatu properti tergantung pada karateristiknya, seperti
ukuran (luas tanah atau bangunan), desain bangunan, aksesibilitas, lokasi, hak
kepemilikan dan bentuk lain dari kegunaan yang berpengaruh pada nilai properti.
(2) Kelangkaan (scarcity), yaitu suatu barang yang tersedia dalam jumlah yang
terbatas akan menjadikan benda tersebut bernilai atau dapat juga dikatakan
ketersediaan atau penawaran suatu komoditas relatif terhadap permintaannya. (3)
Keinginan (desire/demand), bahwa permintaan terhadap suatu benda
menunjukkan benda tersebut bernilai atau harapan pembeli terhadap suatu
komoditas untuk dapat memuaskan kebutuhan hidupnya atau keinginan
individunya. (4) Daya beli efektif (effective purchasingpower), adalah
kemampuan seseorang secara individu atau kelompok untuk berpartisipasi di
3
pasar dalam memperoleh suatu komoditi, ditukar dengan sejumlah uang tertentu
atau barang lain yang setara dengannya.
Indeks Moran
Autokorelasi spasial adalah proses yang menunjukkan nilai variabel pada
satu lokasi saling terkait dengan nilai variabel pada lokasi lain yang posisinya
berdekatan dan dapat ditunjukkan dengan nilai Indeks Moran (Rogerson 2001).
Nilai Indeks Moran berkisar 0 sampai 1, Nilai yang mendekati 0 menunjukkan
semakin kecilnya autokorelasi spasial dimana lokasi-lokasi yang teridentifikasi
menyebar sedangkan nilai yang mendekati 1 menunjukkan semakin tingginya
autokorelasi spasial yang artinya lokasi-lokasi yang diamati adalah bertetangga
dan membentuk cluster (mengelompok).
Pengujian autokorelasi spasial umumnya didasarkan pada hipotesis nol yang
mewakili tidak terdapat kluster spasial dari nilai atribut suatu kumpulan lokasi
geografis. Ketika nilai-p bernilai kecil dan nilai mutlak dari nilai Z cukup besar
dan berada di luar batas tingkat kepercayaan yang diharapkan, maka hipotesis nol
tersebut ditolak. Jika nilai indeksnya lebih besar dari 0, maka nilai atribut di
wilayah geografis tersebut menunjukkan suatu pola mengelompok. Jika nilainya
kurang dari 0, maka menunjukkan adanya pola menyebar.
Menyebar
Mengelompok
Gambar 1. Ilustrasi polapencaran dan kluster dari autokorelasi spasial
Statistik G
Statistik G merupakan uji signifikansi parameter dari variabel prediktor
untuk mengetahui apakah variabel yang digunakan berpengaruh secara signifikan
terhadap model atau tidak, dan seberapa besar pengaruh masing-masing parameter
tersebut terhadap model. Menurut Ord dan Getis (1992), statistik G
diformulasikan sebagai berikut.
j wij d xj
��(�) =
.....(1)
j xj
j tidak sama dengan i dimana {wij(d)} adalah matriks bobot spasial dari
angka 1/0 dengan semua hubungan didefinisikan sebagai jarak d yang diberikan i.
Semua hubungan bernilai 0 kecuali hubungan dari i ke i itu sendiri.
4
METODOLOGI
Lokasi, Waktu Penelitian, dan Data yang digunakan
Penelitian dilakukan di Kecamatan Dramaga dan analisis data dilakukan di
Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
berlangsung mulai dari bulan Februari 2011 sampai Januari 2012.
Data-data yang digunakan antara lain peta administrasi Kabupaten Bogor,
data PBB seluruh desa (sepuluh desa) di Kecamatan Dramaga, peta administrasi
Kabupaten Bogor khususnya Kecamatan Dramaga yang sudah didetilkan menjadi
batas kampung, citra Geoeye tahun 2010 dan citra IKONOS yang diakses dari
Google Earth tahun 2006. Disamping berbagai data yang diakses dari berbagai
instansi dan sumber data tersebut, juga dilakukan wawancara terstruktur untuk
menggali harga lahan dan karakteristik detil lokasi lahannya. Secara lebih rinci
keterkaitan antara tujuan penelitian dengan data yang dibutuhkan dan teknik
analisis data untuk menjawab tujuan penelitian terkait disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis data penelitian
No
1
Tujuan
Menganalisis sebaran spasial
PBB di Kecamatan Dramaga
Data
Metode
Peta administrasi
- Analisis deskriptif
Kabupaten
PBB
Bogor,Data PBB,
- Identifikasi Indeks
Data harga jual lahan Moran dan statistik G
di Kecamatan
Dramaga.
2
Mengidentifikasi pola sebaran
penggunaan lahan di Kecamatan
Dramaga.
Peta administrasi
- Interpretasi visual
Kabupaten Bogor,
penggunaan lahan
Citra Geoeye Kota - Identifikasi Indeks
Bogor tahun 2010
Moran
dan Citra IKONOS
tahun 2006
3
Memetakan dan menganalisis
pola sebaran spasial tingkat
perkembangan wilayah di
Kecamatan Dramaga
Peta administrasi
Kabupaten Bogor,
data potensi desa
Kecamatan Dramaga
tahun 2008 dan 2012
4
Menentukan pengaruh PBB dan
keberadaan pusat pendidikan
IPB terhadap pembentukan
harga lahan di Kecamatan
Dramaga
Survei lapang dan - Analisis korelasi
wawancara terkait - Analisis regresi
harga lahan di
Kecamatan Dramaga
Analisis skalogram
sederhana
Identifikasi indeks
Moran dan statistik G
5
Metode Penelitian
Sesuai tujuan yang dilakukan, penelitian ini dilakukan untuk menjawab
empat tujuan penelitian. Teknik analisis untuk menjawab setiap tujuan tersebut
diuraikan lebih detil berikut ini.
Analisis Pola Spasial Pajak Bumi dan Bangunan
Analisis ini dilakukan untuk menyajikan pola sebaran PBB di wilayah
Kecamatan Dramaga, dimulai dari mendigitasi batas kampung di setiap desa,
menggabungkan data PBB dengan data batas kampung, dan selanjutnya
memetakan sebaran spasial PBB. Jumlah seluruh kampung yang ada di
Kecamatan Dramaga adalah 74 kampung.
Data PBB dikategorikan menjadi lima kelas, yaitu: 0-25.000, 25.000-50.000,
50.000-75.000, 75.000-100.000, dan 100.000-1.000.000. Berikutnya dilakukan
analisis sebaran spasial PBB dengan metode identifikasi otokorelasi spasial
melalui besaran nilai Indeks Moran-nya. Indeks Moran mempunyai selang nilai 01. Angka yang mendekati 0 menggambarkan sebaran pajak bumi dan bangunan
dalam wilayah tersebut cenderung menyebar. Sedangkan angka yang mendekati 1
artinya sebaran pajak bumi dan bangunan dalam wilayah tersebut cenderung
memusat. Selain itu, kajian ini juga dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan boxplot dan histogram untuk melihat sebaran jumlah petak serta
kecenderungan nilai indeks moran pada beberapa kategori kelas PBB di atas.
Adapun persamaan perhitungan Indeks Moran menurut Ord dan Getis (2001)
adalah:
........(2)
dimana I = indeks moran; n = banyaknya pengamatan (74 kampung); yi=
nilai pengamatan pada lokasi ke-i; yj= nilai pengamatan pada lokasi ke-j;
=
nilai rata-rata dari yi dari 74 lokasi; Wij= elemen matriks jarak antara lokasi ke-i
dan lokasi ke-j;W=
. Selanjutnya, data disajikan dalam bentuk peta
dengan menggunakan data jumlah petak lahan setiap tahunnya. Kemudian data
diuji secara statistik menggunakan statistik G (Ord &Getis, 1992). Secara
berurutan pada Gambar 2 disajikan proses analisis sebaran spasial PBB.
6
Peta batas wilayah
kampung
Basis data PBB per
kampung 2006-2009
Penggabungan data
(joint)
Basis data spasial
PBB
Analisis sebaran spasial PBB
(Moran & Statistik G) 20062009
Gambar 2. Bagan alir proses analisis sebaran spasial PBB
Analisis Pola Sebaran Penggunaan Lahan di Kecamatan Dramaga
Analisis ini ditujukan untuk memahami sebaran lahan sawah dan
permukiman di wilayah studi. Tahapan dalam proses ini antara lain mengkoreksi
geometrik citra, menyamakan koordinat image yang dikoreksi dengan image
acuan sampai benar-benar berada pada lokasi yang sama. Selanjutnya melakukan
klasifikasi penggunaan lahan secara visual berdasarkan prinsip unsur interpretasi
Lillesand & Kiefer (1994). Interpretasi citra visual dapat didefinisikan sebagai
aktivitas visual untuk mengkaji citra yang menunjukkan gambaran muka bumi
yang tergambar di dalam citra tersebut untuk tujuan identifikasi obyek dan menilai
maknanya. Dalam melakukan interpretasi citra, kunci interpretasi yang dominan
digunakan adalah warna dan ukuran karena mudah untuk diidentifikasi. Tahap
selanjutnya adalah menggabungkan peta penggunaan lahan dengan peta batas
kampung. Peta penggunaan lahan diperoleh dari citra Geoeye kota Bogor tahun
2010 dan citra Ikonos tahun 2006 setelah dilakukan koreksi geometrik, digitasi
citra, lalu memasukan data. Peta batas kampung diperoleh dari masing-masing
kelurahan, yaitu dengan memberikan batas kampung pada peta administrasi
Kecamatan Dramaga berdasarkan informasi dari masing-masing kepala desa.
Tahap berikutnya adalah memetakan sebaran spasial penggunaan lahan.
Penggunaan lahan dikategorikan menjadi enam kelas yaitu permukiman, sawah,
ladang, kebun campuran, lahan terbuka, dan tubuh air. Pola spasial yang disajikan
pada tahap ini adalah sebaran penggunaan lahan khususnya sawah dan
permukiman. Indikasi pola sebaran spasial didasarkan pada Indeks Moran. Secara
lebih sederhana, tahap pada proses ini disajikan dalam bagan alir berikut.
7
Citra IKONOS 2006
Peta dasar RBI
1:25000
Citra Geoeye 2010
Koreksi geometri
Dijitasi
Pengumpulanpartisipatif
informasi batas kampung per
desa
Peta penggunaan lahan 2006,
2010 dan batas kampung di
Kec. Dramaga
Analisis sebaran spasial
penggunaan lahan 2006,
2010
Gambar 3. Bagan alir analisis pola sebaran spasial penggunaan lahan
Analisis Pola Sebaran Spasial Tingkat Perkembangan Wilayah di
Kecamatan Dramaga.
Analisis ini ditujukan untuk mengetahui sebaran spasial perkembangan
wilayah dengan indikator keragaman fasilitas yang dibangun di setiap wilayah.
Tahap-tahap yang dilakukan adalah menggabungkan peta batas kampung dengan
data potensi desa, memetakan sebaran spasial tingkat perkembangan wilayah.
Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah fasilitas sosial dan ekonomi.
Fasilitas sosial terdiri dari fasilitas pendidikan (SD, SMP, SMA) dan fasilitas
kesehatan (posyandu, puskesmas, rumah sakit), dan tempat ibadah (masjid, gereja).
Fasilitas ekonomi terdiri dari lembaga keuangan, restoran, mini market, hotel,
industri, pasar, warung, toko, dan Koperasi Unit Desa.
Dalam menganalisis tingkat perkembangan wilayah, tahap yang dilakukan
adalah (1) menghitung jumlah jenis fasilitas dengan cara menjumlahkan seluruh
fasilitas, (2) menghitung jumlah unit fasilitas dengan cara menjumlahkan seluruh
fasilitas yang ada, dan (3) menentukan hirarki wilayah. Hirarki yang diperoleh
(hirarki I, II, dan III ) menjadi indikator tingkat perkembangan wilayah di
kecamatan Dramaga. Wilayah yang mempunyai hirarki I memiliki tingkat
perkembangan wilayah yang lebih maju dibandingkan wilayah dengan hirarki II
dan III. Hasil penjumlahan jenis fasilitas dan unit fasilitasnya selanjutnya
digunakan sebagai dasar perhitungan Indeks Moran tingkat perkembangan
wilayah. Jika Indeks Moran yang dihasilkan mendekati 0 maka sebaran spasial
tingkat perkembangan wilayah Kecamatan Dramaga cenderung menyebar. Namun,
jika Indeks Moran yang dihasilkan mendekati 1 maka sebaran spasial tingkat
perkembangan wilayah Kecamatan Dramaga cenderung memusat. Kemudian data
diuji secara statistik menggunakan statistik G.
8
Data unit fasilitas
per desa tahun 2008,
2012
Peta batas wilayah
desa
Analisis hirarki
wilayah 2008, 2012
Penggabungan data
(joint)
Basis data spasial
hirarki wilayah
Analisis sebaran spasial
hirarki wilayah 2008,
2012
Gambar 4. Bagan alir proses analisis sebaran spasial hirarki wilayah
Identifikasi Pengaruh PBB dan Keberadaan Pusat Pendidikan IPB terhadap
Pembentukan Harga Lahan di Kecamatan Dramaga
Identifikasi pengaruh nilai PBB dan keberadaan IPB terhadap harga lahan
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi bertatar. Variabel yang digunakan
adalah harga lahan (Y) dan beberapa variabel penjelas antara lain: luas lahan,
jarak ke jalan provinsi, jarak ke jalan lokal, jarak ke pusat aktivitas (IPB), hirarki,
topografi yang diwakili oleh ketinggian tempat, besaran PBB yang harus
dibayarkan, jumlah penduduk. Data-data yang digunakan diperoleh dari survey
terstruktur dengan responden sebanyak 142 orang yang tersebar di 9 desa.
Persamaan umum regresi adalah sebagai berikut:
p
Y k X k .......... (3)
k 1
dimana α=intersep; βk=koefisien regresi untuk variabel ke-k, k=1,2,..., p.
Pendugaan parameter regresi tersebut dilakukan dengan metode regresi
bertatar. Prinsip utama regresi bertatar adalah memilih kombinasi variabel yang
saling bebas untuk memenuhi persyaratan model regresi, yang menurut Draper &
Smith (1998) antara lain: (1) X menyebar acak dengan simpangan ε, nilai tengah
simpangan = 0 dan simpangan baku σ, atau dinyatakan dengan εj ~ N(0, σ2) untuk
seluruh j=1,2,…, n. (homoscedasticity); (2) Variabel X bersifat fixed. Dengan
asumsi X jumlahnya fixed, dan diasumsikan jumlah riil X adalah sebanyak k dan
keacakan Y hanya bersumber dari ε; (3) Tidak ada saling korelasi antar peubah
bebas (no multicollinearity). Disamping analisis regresi berganda, pola keterkaitan
antar variabel diuji dengan analisis korelasi. Berikut persamaan untuk
memperoleh koefisien korelasi menurut Draper & Smith (1998):
9
rxy
n xi yi xi yi
n x
i
2
xi n yi yi
2
2
2
.........(4)
Dimana r = koefisien korelasi; n = ukuran sampel x = nilai variabel bebas; y =
nilai variabel terikat (harga lahan).
Secara lebih rinci proses analisis korelasi dan regresi identifikasi penentu
harga lahan disajikan pada Gambar 5
Sebaran spasial PBB
Sebaran spasial
penggunaan lahan
Sebaran spasial
hirarki wilayah
Survei harga lahan
dan jarak ke jalan
Penggabungan data
(joint)
Basis data atribut karakteristik
PBB, penggunaan lahan, hirarki,
harga lahan dan jarak ke jalan
Analisis korelasi dan
regresi berganda penentu
harga lain
Gambar 5. Bagan alir proses analisis korelasi dan regresi identifikasi faktor
penentu harga lahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan
Hasil pengamatan PBB dan jumlah petak di wilayah studi disajikan pada
Tabel 2. Beberapa data di lapang tidak lengkap, antara lain data PBB Desa
Sukadamai tahun 2007-2009 dan hanya tersedia tahun 2006. Ketidaklengkapan
data tersebut menyebabkan jumlah agregat petak di Desa tersebut menurun. Agar
tidak menimbulkan bias dalam penarikan kesimpulan, data Desa Sukadamai tidak
disertakan dalam identifikasi dan deskripsi sebaran antar waktu.
Secara umum dari tahun 2006-2009, terjadi kenaikan jumlah nilai total PBB
dan jumlah petak lahan di wilayah kajian. Hal ini disebabkan adanya kebutuhan
lahan untuk tempat kos yang semakin meningkat di wilayah Kecamatan Dramaga.
Kebijakan IPB untuk meningkatkan jumlah mahasiswa tingkat persiapan dari
semula ± 2000 mahasiswa per tahun menjadi ± 3000 mahasiswa menjadi salah
satu sebab semakin berkembangnya permukiman dan usaha di sekitar kampus IPB
Dramaga.
10
Tabel 2. Keragaan PBB dan jumlah petak di Kecamatan Dramaga tahun 20062009
Tahun
Total PBB
(Rp)
Total Jumlah
Petak
Jumlah Petak setiap Kelas PBB
0-25rb
25rb50rb
50rb75rb
75rb100rb
2006
396.512.556
24.002
16.815
4.478
1.887
824
2007
472.483.184
25.294
17.270
4.833
2.202
1.135
2008
542.857.598
27.082
17.837
5.323
2.495
1.494
2009
1.029.688.508
29.123
17.900
5.630
2.800
1.768
Keterangan: Data Desa Sukadamai tidak diikutsertakan dalam perhitungan karena tidak lengkap
100rb1jt
28
1.285
Disisi lain ada kecenderungan lulusan IPB yang berasal dari luar Bogor
yang masih tetap tinggal di wilayah kampus beberapa saat setelah lulus. Penyebab
lain adalah kecenderungan peningkatan jumlah mahasiswa pascasarjana di IPB.
Selanjutnya untuk melihat sebaran jumlah petak yang lebih rinci, berikut disajikan
data sebaran PBB pada masing-masing desa di Kecamatan Dramaga.
Tabel 3. Sebaran jumlah petak lahan setiap desa di Kecamatan Dramaga tahun
2006-2009
Desa
Cikarawang
Ciherang
Jumlah
Kampung
Jumlah Petak
Total PBB
0-25
25-50
50-75
75-100
100-1jt
6
249.082.820
10.928
1.672
446
188
61
14
473.813.717
7.593
3.183
1.553
762
494
Sukawening
6
253.316.526
7.124
3.227
1.122
622
160
Purwasari
6
174.161.502
6.065
1.269
655
399
77
Sinarsari
5
211.707.270
6.794
1.458
855
496
87
Neglasari
6
212.938.332
7.073
2.296
905
658
101
10
348.945.638
11.332
2.490
1.313
568
125
Babakan
9
292.582.155
6.310
2.363
1.517
751
142
Dramaga
6
224.993.886
6.603
2.306
1.018
777
116
Petir
Berdasarkan informasi dari Tabel 3, secara umum sebaran jumlah petak
lahan untuk masing-masing kategori di setiap desa di Kecamatan Dramaga
berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan karena masing-masing desa memiliki
tingkat perekonomian yang juga berbeda-beda. Hal tersebut berdampak pada
fragmentasi lahan yang akhirnya terjadi perubahan jumlah petak lahan pada
masing-masing desa. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa sebaran jumlah petak
lahan dipengaruhi oleh jumlah kampung di setiap desa. Desa dengan jumlah
kampung yang lebih banyak cenderung memiliki sebaran jumlah petak lahan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan desa yang memiliki jumlah kampung lebih
sedikit. Hal ini akan berpengaruh terhadap total PBB. Dari sepuluh desa yang ada
di Kecamatan Dramaga, Desa Ciherang, Desa Petir, dan Desa Babakan memiliki
total PBB yang lebih banyak diantara desa-desa yang lainnya. Salah satu desa
dengan nilai dan total PBB yang tinggi adalah Desa Babakan. Desa Babakan
merupakan desa yang paling dekat dengan Kampus IPB, sehingga tingkat
perekonomian di wilayah tersebut berkembang pesat dan cenderung mengalami
penambahan fragmentasi lahan. Kondisi tersebut mengakibatkan Desa Babakan
11
menjadi salah satu desa dengan sebaran jumlah petak lahan yang tinggi pada
masing-masing kelas PBB.
Untuk mengidentifikasi sebaran banyaknya petak dilakukan klasifikasi
kelompok besaran PBB. Grafik boxplot yang disajikan pada Gambar 6
menunjukkan pola sebaran jumlah petak pada empat kelompok besaran nilai PBB
di seluruh wilayah Kecamatan Dramaga.
3500
3000
2006
2007
2500
2008
2000
2009
1500
1000
500
0
-500
0-25rb
25rb-50rb
50rb-75rb
75rb-100rb
100rb-1jt
KATEGORI
Gambar 6. Boxplot sebaran jumlah petak pada beberapa kategori
nilai PBB di Kecamatan Dramaga tahun 2006-2009
Dari Gambar 6 tersebut diketahui bahwa pada periode 2006-2009 terjadi
penambahan jumlah petak pemilik lahan yang diindikasikan dari jumlah surat
tagihan PBB untuk seluruh kategori besaran tagihan PBB. Gejala penambahan
jumlah petak pada kategori PBB terendah lebih besar dibandingkan dengan
kategori tagihan PBB tertinggi. Gambar 6 juga menunjukkan bahwa semakin
tinggi jumlah nilai PBB maka jumlah petak cenderung semakin sedikit. Hal ini
menggambarkan bahwa jumlah pemilikan lahan skala besar atau jumlah penguasa
lahan cenderung sedikit.
Selanjutnya pada Gambar 7 disajikan sebaran jumlah petak per hektar lahan
di setiap kampung yang digali dari banyaknya SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang) yang diterbitkan di setiap desa/kelurahan serta luas kampung. Daftar
SPPT tersebut menggambarkan banyaknya tagihan PBB dan sekaligus banyaknya
petak atau parsel lahan di setiap kampung. Peningkatan jumlah petak per hektar
lahan merupakan salah satu indikator gejala proses fragmentasi pemilikan lahan
jika disajikan dalam sebaran spasial multi waktu. Fragmentasi lahan didefinisikan
oleh McPherson(1982) sebagai keberadaan sejumlah bidang-bidang tanah yang
terpisah dari sebelumnya merupakan satu bidang yang kontinu. Dalam penelitian
ini, seluruh desa di Kecamatan Dramaga memiliki variasi jumlah petak yang
berbeda-beda.
12
2007
2006
\
&
\
&
LEGENDA
0 - 10
11 - 20
21 - 30
31 - 40
41 - 50
2008
\
&
2009
\
&
N
&
\
IPB
2
0
2
4 Kilom eters
Gambar 7. Sebaran spasial jumlah petak di wilayah studi tahun 2006-2009.
Gambar 7 menunjukkan bahwa dari tahun 2006-2009 telah terjadi
pergeseran konfigurasi spasial jumlah petak di beberapa wilayah kajian.
Bertambahnya jumlah petak menunjukkan gejala fragmentasi lahan. Peningkatan
jumlah mahasiswa yang bermukim di wilayah Dramaga serta adanya proses
pewarisan pemilikan lahan dari orang tua kepada anaknya yang rata-rata di
Dramaga berjumlah 4 anak per keluarga menyebabkan terjadinya gejala
fragmentasi lahan yang terjadi pada 4 tahun pengamatan terakhir.
Kampus IPB yang berlokasi di Dramaga terlihat memberi dampak bagi
fragmentasi lahan di sekitarnya. Beberapa kampung menunjukkan gejala
fragmentasi lahan cukup besar terjadi di beberapa kampung seperti Kampung
Sengked dan Babakan Doneng di Desa Babakan, Kampung Tanjakan Kidul,
Tanjakan Kaler, dan Cibeureum 4 di Desa Dramaga, Kampung Cibeureum 3,
Rawakalong, dan Randusari di Desa Sinar Sari, Kampung Komplek IPB,
Cimoboran Hilir, Hegarasa, Ciherang Tengah, Hegarmanah, Rawakalong 2,
Ciherang Stamplas, Ciherang Inpres, Ciherang Kramat di Desa Ciherang,
Kampung Ciparingga di Desa Neglasari, Kampung Pasir Andong, Malingping,
Lebak Nangka di Desa Petir, serta Kampung Sukabakti, Mangga Dua, Cimoboran,
Cibeureum Kalapa, dan Cibeureum Kalong di Desa Sukawening. Selanjutnya
hasil analisis sebaran spasial dengan menggunakan Indeks Moran disajikan pada
Gambar 8.
13
Gambar 8. Kecenderungan nilai indeks moran pada kelompok PBB (a) 0-25rb (b)
25-50rb (c) 50-75rb (d) 75-100rb (e)100-1jt (f) agregat di Kecamatan Dramaga
tahun 2006-2009
Dari grafik di atas diketahui nilai indeks Moran untuk semua kategori
besaran PBB dari tahun 2006 – 2009 cenderung semakin memusat. Hal ini
dibuktikan dengan nilai indeks Moran untuk semua kategori kelas besaran PBB
yang semakin besar dari semula sebesar kurang dari 0,05 di tahun 2006 menjadi
antara 0,05 sampai dengan 0,20.
Gambar di atas juga menunjukkan bahwa pada akhir tahun pengamatan
(2009) terdapat beberapa lokasi kampung yang mengalami pemerataan jumlah
petak lahan di beberapa lokasi yang berdekatan. Hal ini diindikasikan oleh nilai
indeks Moran di tahun 2009 menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Beberapa
wilayah seperti Desa Ciherang, Desa Sinarsari, dan Desa Dramaga mendapatkan
imbas perkembangan tersebut. Desa Sinarsari merupakan lokasi perumahan dosen
IPB, sedangkan Desa Dramaga berbatasan langsung dengan kampus IPB.
Selanjutnya Gambar 9 berikut menggambarkan hasil pengujian sebaran
spasial dengan metode statistik G untuk jumlah petak lahan pada tahun 2006-2009.
Uji tersebut menunjukkan dimana pemusatan lahan dengan tingkat fragmentasi
tinggi teruji nyata secara statistik dan lahan dengan skala besar masih bisa
ditemukan di wilayah Kecamatan Dramaga. Pengujian dilakukan dengan beberapa
tingkat kepercayaan yaitu 99% dan 95%. Di tahun 2006 terdapat lima kampung
yang signifikan yang memiliki lahan dengan petakan kecil dan mengumpul, yaitu
Kampung Babakan Tengah dan Gang Bara di Desa Babakan serta Kampung Petir,
Purwasari dan Cisasah di Desa Purwasari. Pola di tahun 2007-2009 relatif serupa,
namun kampung yang konsisten cenderung terbagi dalam petak-petak kecil
tersebut adalah Kampung Petir di Desa Purwasari (daerah dengan lingkaran
hitam). Sementara beberapa kampung yang konsisten cenderung terbagi dalam
jumlah petak yang besar adalah Kampung Cihideung di Desa Neglasari, Kampung
Lebaksari, Dramaga Tengah, dan Tanjakan Kaler di Desa Dramaga, Kampung
Cibeureum 3, Rawakalong, Setu Tengah, dan Alam Sinarsari di Desa Sinar Sari,
Kampung Ciherang Tengah, Ciherang Kaum, Komplek IPB, Ciputih Gugahsari,
dan Hegarasa di Desa Ciherang, Kampung Cibeureum Inpres, Cibeureum Kalapa,
dan Cibeureum Kalong di Desa Sukawening (daerah dengan lingkaran hijau).
14
2006
2007
2008
2009
Gambar 9. Sebaran spasial jumlah petak lahan tahun 2006-2009 berdasarkan
statistik G
Sebaran Spasial Penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga
Kajian yang dilakukan oleh Lee dan Kim (2009) menunjukkan bahwa
penggunaan lahan berperan dalam mempengaruhi sebaran spasial harga lahan.
Oleh karena itu, perubahan penggunaan lahan menjadi faktor penting dalam
penelitian ini. Tabel 4 menunjukkan secara detil matriks transformasi penggunaan
lahan sedangkan Gambar 10 menunjukkan sebaran spasial penggunaan lahan di
Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010.
Tabel 4. Matriks transisi penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga tahun 2006
dan 2010
Penggunaan
Lahan 2006
Penggunaan Lahan 2010
Lahan
Permukiman Sawah
Terbuka
Kebun
Campuran
Ladang
76,6
8,0
0,0
3,9
0,0
0,0
88,6
Ladang
0,5
15,8
0,0
0,7
0,6
0,0
17,6
Lahan Terbuka
0,0
0,0
2,1
0,0
0,0
0,0
2,1
Permukiman
0,0
0,0
0,0
39,9
0,0
0,0
39,9
Sawah
0,0
1,8
0,0
15,9
103,4
0,0
121,2
Tubuh air
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,3
0,3
77,1
25,6
2,1
60,4
104,1
0,3
269,6
Kebun Campuran
Total (Ha)
Tubuh
air
Total
(Ha)
15
Gambar 10 dan Tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa semua jenis
penggunaan lahan mengalami perubahan luasan. Jenis perubahan luas terbesar
adalah dari jenis penggunaan lain menjadi lahan permukiman (wilayah yang
dilingkari). Luas perubahan terbesar terjadi di wilayah Desa Babakan yang
berlokasi paling dekat dengan IPB. Para pendatang dari luar daerah yang
umumnya adalah pelajar maupun wiraswasta memilih lokasi ini menjadi lahan
usaha. Dalam kurun waktu 2006-2010 total luas perubahan penggunaan lahan
pertanian menjadi permukiman di Kecamatan Dramaga sebesar 20,5 hektar.
N
2006
2010
W
E
S
2
0
2
4 Kilometers
Keterangan
Kebun Campuran
Ladang
Lahan Terbuka
Pemukiman
Sawah
Tubuh Air
Gambar 10. Penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010
Tabel 5 merupakan rincian dari luas penggunaan lahan setiap desa yang ada
di Kecamatan Dramaga. Berdasarkan informasi tabel tersebut, dalam kurun waktu
2006-2010 tiga desa yang mengalami perubahan terbesar pada penggunaan lahan
permukiman adalah Desa Babakan, Desa Cikarawang, dan Desa Purwasari.
Adapun pada penggunaan lahan sawah adalah Desa Babakan, Desa Cikarawang,
dan Desa Sinarsari. Ini menunjukkan bahwa desa-desa tersebut khususnya Desa
Babakan menjadi pusat perhatian masyarakat terutama di bidang perdagangan,
sehingga mengakibatkan perubahan lahan cenderung semakin bertambah.
16
Tabel 5. Luas penggunaan lahan setiap desa di Kecamatan Dramaga tahun 2006
dan 2010 (hektar)
Kebun
Campuran
Sawah
Desa
Lahan
Terbuka
Ladang
Tubuh air
Permukiman
2006
Babakan
203
139
32
Ciherang
61
11
19
Cikarawang
2
64
54
395
175
28
Dramaga
60
14
31
18
4
92
Neglasari
48
90
18
Petir
112
137
18
Purwasari
226
211
22
Sinarsari
27
29
36
Sukawening
44
32
19
23
1
35
45
1
25
2010
Babakan
149
Ciherang
133
37
2
119
55
11
18
309
135
76
Dramaga
59
13
30
Neglasari
47
88
19
Petir
110
122
15
Purwasari
208
201
33
Sinarsari
23
24
5
40
Sukawening
43
13
9
30
Cikarawang
61
18
4
170
26
1
37
65
1
42
Gambar 11. Bangunan bisnis di sepanjang jalan Babakan Raya
Selanjutnya Gambar 12 menyajikan nilai Indeks Moran luas penggunaan
lahan sawah dan permukiman di wilayah kajian. Nilai Indeks Moran pada tahun
2006 dan 2010 untuk penggunaan lahan sawah meningkat, sedangkan indeks
Moran permukiman cenderung menurun.
17
0,4361
Indeks Moran
0,5
0,4
0,3
0,1722
0,1928
0,1804
Sawah
0,2
Pemukiman
Pemukiman
0,1
Sawah
0
2006
2010
Tahun
Gambar 12. Nilai indeks Moran penggunaan lahan sawah dan permukiman di
Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010
Secara umum kondisi ini mengindikasikan terjadinya penyebaran
permukiman dan gejala pemusatan lahan sawah. Indikasi nilai Moran ini
berimplikasi pada pilihan kebijakan terkait kedua jenis penggunaan lahan.
Implikasi untuk penggunaan lahan sawah adalah bahwa kebijakan untuk
mempertahankan lahan pertanian berkelanjutan menjadi lebih mudah karena
lokasi sawah mengumpul di lokasi tertentu. Sebaliknya,
pembangunan
permukiman yang semakin menyebar ke wilayah di Kecamatan Dramaga
merupakan keniscayaan dari pertumbuhan penduduk dan berimplikasi pada upaya
penyediaan infrastruktur jalan dan fasilitas umum. Untuk memberikan akses sama
ke seluruh penduduk, pemerintah harus membangun infrastruktur jalan dan
sarana-prasarana lainnya di beberapa wilayah desa di Kecamatan Dramaga.
Sebaran Spasial Perkembangan Wilayah di Kecamatan Dramaga
Tingkat Perkembangan Wilayah
Perkembangan wilayah merupakan faktor penting dalam kajian penelitian
ini. Wilayah yang berkembang cenderung menunjukkan pembangunan fasilitas
publik yang lebih merata. Von Thunen dalam teorinya menyatakan bahwa
semakin homogen suatu wilayah maka akan semakin konsentris (terpusat) pola
yang terbentuk. Sebaliknya semakin heterogen suatu wilayah maka pola yang
akan terbentuk akan lebih mengikuti batas-batas alam yang sudah ada. Hasil
pengamatan tingkat perkembangan wilayah di wilayah Kecamatan Dramaga
disajikan pada gambar berikut.
18
2008
\
&
2012
\
&
LEGENDA
Hirarki I
Hirarki II
Hirarki III
\
&
Institut Pertanian Bogor
Gambar 13. Tingkat perkembangan wilayah di Kecamatan Dramaga tahun 2008
dan 2012
Secara umum Kecamatan Dramaga memiliki tingkat perkembangan wilayah
yang relatif lambat. Kondisi tersebut dapat dilihat dari analisis tingkat
perkembangan wilayah yang dihasilkan yaitu sebagian besar kampung yang ada di
Kecamatan Dramaga mempunyai Hirarki III. Hal ini dapat disebabkan karena
pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu tinggi pada sebagian besar kampung di
Kecamatan Dramaga, sehingga berpengaruh terhadap perkembangan wilayah
tersebut.
Namun demikian, gambar di atas juga menunjukkan bahwa terdapat
beberapa wilayah yang memiliki Hirarki I, seperti Desa Babakan dan Desa
Dramaga. Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut adalah
keberadaan Kampus Institut Pertanian Bogor. Pembangunan Kampus IPB
memberikan dampak positif bagi perekonomian wilayah terdekat. Wilayah seperti
Desa Babakan dan Desa Dramaga merupakan wilayah yang paling berpotensi
mengalami perkembangan wilayah yang cepat. Jika dilihat dari kondisi lapangan,
perkembangan di kedua wilayah tersebut selain dipengaruhi oleh masyarakat lokal
yang mengembangkan usaha bisnis, juga ditunjang oleh para pebisnis dari luar
daerah yang juga membangun usaha di wilayah tersebut. Selain itu, terdapat juga
perubahan hirarki III menjadi hirarki II pada Desa Sukawening. Hal ini dapat
terjadi karena selain jumlah fasilitas sosial dan ekonomi yang bertambah, tahun
2012 Kampung Cibeureum Inpres di Desa tersebut menjadi wilayah binaan IPB
dalam beternak kelinci, sehingga menjadi salah satu faktor pemicu bagi
perkembangan Desa Sukawening.
19
Hasil pengamatan Indeks Moran untuk fasilitas sosial, ekonomi, serta
fasilitas sosial dan ekonomi dalam wilayah kajian disajikan pada gambar berikut.
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
2008
2012
Jumlah Jenis
Fasos
Jumlah Jenis
Fasek
Jumlah Jenis
Fasos & Fasek
(a)
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
2008
2012
Jumlah Unit
Fasos
Jumlah Unit
Fasek
Jumlah Unit
Fasos & Fasek
(b)
Gambar 14. Nilai indeks Moran (a) jumlah jenis fasilitas sosial, ekonomi, serta fasilitas sosial dan
ekonomi di Kecamatan Dramaga tahun 2008 dan 2012 (b) jumlah unit fasilitas sosial, ekonomi,
serta fasilitas sosial dan ekonomi di Kecamatan Dramaga tahun 2008 dan 2012
Berdasarkan gambar di atas, dapat dikatakan bahwa wilayah Kecamatan
Dramaga relatif berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Indeks Moran
untuk jumlah jenis fasilitas sosial dan ekonomi yang cenderung mendekati 0. Nilai
ini mengindikasikan bahwa fasilita
SERTA HARGA LAHAN DI KECAMATAN DRAMAGA
MUHAMMAD SUEFI
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pola Sebaran Spasial
Pajak Bumi dan Bangunan serta Harga Lahan di Kecamatan Dramaga adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Muhammad Suefi
NIM A14070053
ABSTRAK
MUHAMMAD SUEFI. Pola Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan serta
Harga Lahan di Kecamatan Dramaga. Dibimbing oleh DYAH RETNO PANUJU
dan BOEDI TJAHJONO.
Lahan merupakan faktor penting dalam aspek kehidupan sebagai wahana
pendukung produksi pangan, menjaga keseimbangan ekologis, pembangunan
permukiman, industri, dan fasilitas lainnya. Permintaan lahan yang tinggi
mengakibatkan nilai lahan tumbuh mengikuti hukum ekonomi. Disamping itu,
pola pemanfaatan lahan juga mempengaruhi nilai suatu lahan, sehingga setiap
pemanfaatan memiliki nilai dan harga lahan yang berbeda. Keberadaan Kampus
IPB yang berada di Kecamatan Dramaga diduga berdampak pada pembentukan
harga lahan di wilayah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
sebaran spasial Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kecamatan Dramaga,
mengidentifikasi pola sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga,
memetakan dan menganalisis pola sebaran spasial tingkat perkembangan wilayah
di Kecamatan Dramaga, dan mengidentifikasi pengaruh PBB dan keberadaan
pusat pendidikan IPB terhadap pembentukan harga lahan di Kecamatan Dramaga.
Dalam penelitian ini digunakan Indeks Moran, analisis spasial, analisis hirarki
wilayah sederhana dan analisis regresi berganda. Sebaran spasial jumlah obyek
PBB dari Indeks Moran menunjukkan bahwa pada awal tahun pengamatan
tampak cenderung memusat (2006-2008), namun di akhir pengamatan (2009)
cenderung terjadi penyebaran. Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi nilai
PBB maka jumlah petak cenderung semakin sedikit. Nilai statistik G
menunjukkan adanya gejala pemusatan fragmentasi lahan teruji nyata. Pola
sebaran spasial penggunaan lahan sawah menunjukkan gejala lebih memusat
dengan nilai Indeks Moran sebesar 0,192 dibandingkan dengan penggunaan lahan
permukiman dengan Indeks Moran sebesar 0,045 di tahun 2010. Berdasarkan uji
statistik G, sebaran spasial tingkat perkembangan wilayah yang tinggi berada di
sebagian besar kampung di Desa Babakan dan Desa Dramaga. Selanjutnya hasil
analisis regresi berganda menunjukkan bahwa faktor penentu harga lahan yang
signifikan pada tingkat kepercayaan 95% adalah variabel luas lahan, besaran PBB,
jarak eucledian ke IPB, dan ketinggian tempat.
Kata kunci:
Penggunaan lahan, pajak bumi dan bangunan (PBB),
perkembangan wilayah, sebaran spasial, indeks Moran, statistik G,
pusat pendidikan.
ABSTRACTS
MUHAMMAD SUEFI. Spatial Pattern of Land and Building Tax and Land Prices
in Dramaga District. Supervised by DYAH RETNO PANUJU and BOEDI
TJAHJONO.
Land is an important factor of life to support food production, to balance
ecology, and to ensure settlement, industry, and other facilities development. The
increasing demand of land lift up its value following economic principle.
Alongside land use patterns also influence land value which consequently each
land use has a different value and price. The existence of Bogor Agricultural
University in Dramaga Subdistrict is estimated influencing land price formation in
surrounding the area. This research aims to analyze spatial distribution of land
taxation in Dramaga District, to configure spatial distribution of land use in
Dramaga District, to map and to analyze the spatial distribution of regional growth
in Dramaga District, and to discover the effect of land taxation and the existence
of Bogor Agricultural University as an education center to land price formation in
Dramaga Subdistrict. In this research, we utilised Moran index, spatial analysis,
simple hierarchy analysis, and multivariate regression. Moran index of land
taxation shows that spatial distribution in the early observation (2006-2008)
tended to cluster, but at the end of year (2009) it was likely to scatter. There was
an indication that the higher value of land tax, than the smaller number of plots.
The statistic G shows that land fragmentation was significantly clustered at certain
location. The spatial pattern of paddy field distribution was more centered with
Moran Index at 0,192 compared to residential land use with Moran Index about
0,045 in 2010. From G statistic test, the most developed village was at kampongs
of Babakan Village and Dramaga Village. Then the result of multiple regression
analysis shows that significant determinants of land price at 95% confidential
interval were land area, land and building tax, eucledian distance to Bogor
Agricultural University, and elevation.
Keywords: Land use, land and building tax, regional development, spatial
distribution, moran index, G statistic, education center.
POLA SEBARAN SPASIAL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SERTA HARGA LAHAN DI KECAMATAN DRAMAGA
MUHAMMAD SUEFI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pola Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan serta
Harga Lahan di Kecamatan Dramaga
Nama
: Muhammad Suefi
NIM
: A14070053
Disetujui oleh
Dyah Retno Panuju, MSi
Pembimbing I
Dr Boedi Tjahyono, DEA
Pembimbing II
Diketahui oleh
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Dr Ir Baba Barus, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Pol a Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan serta
Barga Lahan di Kecamatan Dramaga
Nama
: Muhammad Suefi
: A14070053
NIM
Disetujui oleh
dセ
Pembimbing I
T:mggal Lulus:
sゥ@
2 4 FEB 2014
Dr Boedi TjahVono, DEA
Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2011 ini ialah
berjudul Pola Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan serta Harga Lahan di
Kecamatan Dramaga.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dyah Retno Panuju, MSi dan
Bapak Dr Boedi Tjahyono, DEA selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Bambang H. Trisasongso, MSc
selaku dosen penguji, serta Bapak Eman dari Staf Pemerintahan Desa Sukawening
dan seluruh kepala desa di Kecamatan Dramaga yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,
seluruh keluarga, serta teman-teman terutama Wida Nindita, Herdian P, Rhoma
Purnanto, Aulia B. Mukti, Setya Wahyu, serta Astria Hernisa atas segala doa dan
bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Muhammad Suefi
DAFTAR ISI
Daftar Tabel ........................................................................................................ vi
Daftar Gambar .................................................................................................... vi
Daftar Lampiran ................................................................................................... vi
Pendahuluan ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 1
Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 2
2.1 Lahan ......................................................................................................... 2
2.2 Harga Tanah dan Nilai Tanah .................................................................... 2
2.3 Indeks Moran ............................................................................................. 2
2.4 Statistik G .................................................................................................. 3
Metodologi ........................................................................................................... 4
3.1 Lokasi,WaktuPenelitian, Data Penelitian ................................................. 4
3.2 Metode Penelitian .................................................................................... 5
3.3.1 Analisis Pola Spasial Pajak Bumi dan Bangunan ............................ 5
3.3.2 Analisis Pola Sebaran Penggunaan Lahan ....................................... 6
3.3.3 Analisis Pola Sebaran Spasial Tingkat Perkembangan Wilayah ..... 7
3.3.4 Identifikasi Pengaruh PBB dan Keberadaan Pusat Pendidikan IPB
terhadap Pembentukan Harga Lahan............................................... 8
Hasil dan Pembahasan .......................................................................................... 9
4.1 Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan ....................................... 9
4.2 Sebaran Spasial Penggunaan Lahan ................................................... 14
4.3 Sebaran Spasial Perkembangan Wilayah ............................................ 17
4.4 Keterkaitan antara Nilai PBB dengan Jarak ke Jalan, Penggunaan
Lahan, Kepadatan Penduduk, dan Tingkat perkembangan
wilayah ............................................................................................... 20
4.4.1 Pengaruh PBB dan Keberadaan Pusat Pendidikan IPB terhadap
Pembentukan Harga Lahan ......................................................... 22
Simpulan dan Saran .............................................................................................. 22
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 24
Lampiran ............................................................................................................... 25
Riwayat Hidup ...................................................................................................... 30
DAFTAR TABEL
1. Jenis data penelitian .................................................................................. 4
2. Keragaan PBB dan jumlah petak di Kecamatan Dramaga
Tahun 2006-2009 ...................................................................................... 10
3. Sebaran jumlah petak lahan setiap Desa di Kecamatan Dramaga
tahun 2006-2009 ....................................................................................... 10
4. Matriks transisi penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga
tahun 2006 dan 2010 ................................................................................ 14
5. Luas penggunaan lahan setiap Desa di Kecamatan Dramaga
tahun 2006 dan 2010 ................................................................................. 16
6. Koefisien korelasi variabel-variabel bebas terkait harga lahan ................ 22
7. Nilai parameter hasil analisis regresi berganda......................................... 22
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
Ilustrasi pola pencaran dan kluster dari otokorelasi spasial ...................... 3
Bagan alir proses analisis sebaran spasial PBB ........................................ 6
Bagan alir analisis pola sebaran spasial penggunaan lahan ...................... 7
Bagan alir proses analisis sebaran spasial hirarki wilayah ....................... 8
Bagan alir proses analisis korelasi dan regresi identifikasi faktor penentu
harga lahan ................................................................................................ 9
6. Boxplot sebaran jumlah petak pada beberapa kategori nilai PBB
di Kecamatan Dramaga tahun 2006-2009 ................................................. 11
7. Sebaran spasial jumlah petak di wilayah studi tahun 2006-2009. ........... 12
8. Kecenderungan nilai indeks Moran pada kelompok PBB (a) 0-25rb
(b) 25-50rb (c) 50-75rb (d) 75-100rb (e)100-1jt (f) Agregat .................... 13
9. Sebaran spasial jumlah petak lahan tahun 2006-2009
berdasarkan Statistik G ............................................................................. 14
10. Penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010 ........... 15
11. Bangunan bisnis di sepanjang jalan Babakan Raya ................................. 16
12. Nilai indeks Moran penggunaan lahan sawah dan permukiman
di Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010 ......................................... 17
13.Tingkat perkembangan wilayah di Kecamatan Dramaga
Tahun 2008 dan 2012 ............................................................................... 18
14.Nilai indeks Moran jumlah jenis dan jumlah unit fasilitas sosial,
ekonomi, serta fasilitas sosial dan ekonomi di Kecamatan Dramaga tahun
2008 dan 2012........................................................................................... 19
15.Sebaran spasial tingkat perkembangan wilayah berdasarkan
statistik G .................................................................................................. 20
16.Boxplot (a) sebaran PBB dengan jarak jalan lokal (b) sebaran PBB
dengan jarak jalan provinsi (c) sebaran harga jual lahan dengan
jarak jalan lokal (d) sebaran harga jual lahan dengan jarak
jalan provinsi di Kecamatan Dramaga tahun 2012 ................................... 21
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
Batas administratif desa di Kecamatan Dramaga ...................................... 25
Batas administratif kampung di Kecamatan Dramaga .............................. 25
Jaringan jalan di Kecamatan Dramaga ...................................................... 26
Hasil analisis hirarki wilayah .................................................................... 26
Tabel contoh hasil survey terstruktur ........................................................ 27
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahan mempunyai arti penting baik untuk mendukung produksi pangan,
menjaga keseimbangan ekologis hingga pembangunan permukiman, industri dan
fasilitas lainnya. Peningkatan permintaan lahan salah satunya disebabkan oleh
pertumbuhan jumlah penduduk, baik secara alamiah maupun yang disebabkan
oleh urbanisasi (Nurmandi, 1999). Tingginya permintaan lahan menyebabkan
nilai lahan tumbuh mengikuti hukum ekonomi. Disamping tingginya permintaan,
pola pemanfaatan lahan juga terkait erat dengan besaran nilai sebidang lahan.
Menurut Wita (2007) nilai lahan dapat direpresentasikan oleh besaran pajaknya.
Di Indonesia, pajak lahan ini dinyatakan dalam besaran Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB)
Pusat pendidikan seperti perguruan tinggi, merupakan salah satu pusat daya
tarik bagi berkembangnya berbagai aktivitas di sekitarnya. Hasil kajian literatur
oleh Lee dan Kim (2009) terkait daya tarik pusat bisnis menunjukkan bahwa
harga dan nilai lahan di sekitar pusat bisnis tersebut cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan di lokasi lain. Namun demikian, kajian terkait pusat
aktivitas pendidikan secara khusus kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu,
kajian terkait daya tarik pusat pendidikan bagi perkembangan pusat aktivitas di
sekitarnya merupakan kajian yang perlu dilakukan.
Sebagai salah satu bentuk pusat aktivitas, perguruan tinggi memiliki daya
tarik kuat bagi masyarakat untuk memperoleh manfaat keterkaitan baik ke depan
(forward linkage) maupun ke belakang (backward linkage) (Rustiadi et al., 2011).
Kecamatan Dramaga merupakan salah satu lokasi yang berkembang karena
berdirinya pusat perguruan tinggi yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB). Ada
kecenderungan lokasi di sekitar kampus IPB Dramaga berkembang lebih cepat
dan harga tanah cenderung tinggi, namun pola spasial harga lahan tersebut belum
dikaji lebih lanjut. Penelitian sebelumnya tentang analisis perubahan land rent
pertanian dan non pertanian di Kecamatan Dramaga oleh Rumiris (2008)
menunjukkan bahwa Desa Babakan yang mempunyai jarak paling dekat dengan
IPB memiliki hirarki I. Sementara itu desa-desa lain seperti Desa Purwasari, Desa
Sukawening, Desa Dramaga memiliki hirarki lebih rendah. Namun demikian,
penelitian tersebut tidak secara khusus membahas tentang pengaruh keberadaan
pusat pendidikan IPB terhadap pola nilai lahan yang direpresentasikan dengan
nilai PBB di sekitar wilayah Kampus Dramaga. Oleh karena itu, penelitian
tentang pola spasial PBB di sekitar kampus IPB Dramaga dan keterkaitannya
dengan aspek fisik yang dalam hal ini diwakili oleh penggunaan lahan dan
perkembangan wilayah di Dramaga secara umum perlu dilakukan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis sebaran spasial PBB di
Kecamatan Dramaga, (2) mengidentifikasi pola sebaran penggunaan lahan di
Kecamatan Dramaga, (3) memetakan dan menganalisis pola sebaran spasial
tingkat perkembangan wilayah di Kecamatan Dramaga, dan (4) menentukan
2
pengaruh PBB dan keberadaan pusat pendidikan IPB terhadap pembentukan harga
lahan di Kecamatan Dramaga.
TINJAUAN PUSTAKA
Lahan
Lahan merupakan matriks dasar kehidupan manusia dan pembangunan
karena hampir semua aspek kehidupan dan pembangunan, baik langsung maupun
tidak langsung berkaitan dengan permasalahan lahan. Penggunaan lahan dapat
diartikan sebagai setiap bentuk campur tangan manusia terhadap sumberdaya
lahan, baik yang bersifat tetap maupun daur yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhannya (Saefulhakim dan Nasution, 1995). Pemanfaatan penggunaan lahan
mempertimbangkan 3 aspek penting sebagaimana disampaikan oleh Barlowe
(1986) antara lain: kesesuaian atau daya dukung biofisik, kelayakan teknologi dan
ekonomi.
Harga Tanah dan Nilai Tanah
Teori yang berhubungan dengan harga tanah baik secara langsung ataupun
tidak langsung selalu berdasarkan pada “ruang”. Teori lokasi yang dikemukakan
oleh model Von Thunen maupun model Christaller, keduanya melandasinya pada
substansi “ruang”.
Menurut Eldred (1987), faktor-faktor yang menentukan nilai ekonomi dari
suatu tanah adalah: (1) Permintaan yang menunjukkan keinginan dan kemampuan
seseorang untuk membeli atau menyewa suatu properti. (2) Kegunaan yang
menunjukkan manfaat dari properti subyek yang dapat memberikan kepuasan
pada konsumen. (3) Kelangkaan yang menunjukkan kuantitas dan kualitas dari
properti lain yang bersaingan dengan properti subyek yang bersangkutan. (4)
Transferability yaitu, menunjukkan proses pengalihan hak-hak properti dari satu
pihak ke pihak lain melalui jual beli, sewa, dan kontrak.
Wolcott (1987) mengemukakan bahwa konsep nilai lahan ditimbulkan
karena adanya faktor-faktor ekonomi sebagai berikut: (1) Kegunaan (utility), yaitu
kemampuan suatu benda untuk memuaskan keinginan, kebutuhan dan selera
manusia, misalnya tanah yang dapat dibangun rumah di atasnya sebagai tempat
tinggal manusia. Kegunaan suatu properti tergantung pada karateristiknya, seperti
ukuran (luas tanah atau bangunan), desain bangunan, aksesibilitas, lokasi, hak
kepemilikan dan bentuk lain dari kegunaan yang berpengaruh pada nilai properti.
(2) Kelangkaan (scarcity), yaitu suatu barang yang tersedia dalam jumlah yang
terbatas akan menjadikan benda tersebut bernilai atau dapat juga dikatakan
ketersediaan atau penawaran suatu komoditas relatif terhadap permintaannya. (3)
Keinginan (desire/demand), bahwa permintaan terhadap suatu benda
menunjukkan benda tersebut bernilai atau harapan pembeli terhadap suatu
komoditas untuk dapat memuaskan kebutuhan hidupnya atau keinginan
individunya. (4) Daya beli efektif (effective purchasingpower), adalah
kemampuan seseorang secara individu atau kelompok untuk berpartisipasi di
3
pasar dalam memperoleh suatu komoditi, ditukar dengan sejumlah uang tertentu
atau barang lain yang setara dengannya.
Indeks Moran
Autokorelasi spasial adalah proses yang menunjukkan nilai variabel pada
satu lokasi saling terkait dengan nilai variabel pada lokasi lain yang posisinya
berdekatan dan dapat ditunjukkan dengan nilai Indeks Moran (Rogerson 2001).
Nilai Indeks Moran berkisar 0 sampai 1, Nilai yang mendekati 0 menunjukkan
semakin kecilnya autokorelasi spasial dimana lokasi-lokasi yang teridentifikasi
menyebar sedangkan nilai yang mendekati 1 menunjukkan semakin tingginya
autokorelasi spasial yang artinya lokasi-lokasi yang diamati adalah bertetangga
dan membentuk cluster (mengelompok).
Pengujian autokorelasi spasial umumnya didasarkan pada hipotesis nol yang
mewakili tidak terdapat kluster spasial dari nilai atribut suatu kumpulan lokasi
geografis. Ketika nilai-p bernilai kecil dan nilai mutlak dari nilai Z cukup besar
dan berada di luar batas tingkat kepercayaan yang diharapkan, maka hipotesis nol
tersebut ditolak. Jika nilai indeksnya lebih besar dari 0, maka nilai atribut di
wilayah geografis tersebut menunjukkan suatu pola mengelompok. Jika nilainya
kurang dari 0, maka menunjukkan adanya pola menyebar.
Menyebar
Mengelompok
Gambar 1. Ilustrasi polapencaran dan kluster dari autokorelasi spasial
Statistik G
Statistik G merupakan uji signifikansi parameter dari variabel prediktor
untuk mengetahui apakah variabel yang digunakan berpengaruh secara signifikan
terhadap model atau tidak, dan seberapa besar pengaruh masing-masing parameter
tersebut terhadap model. Menurut Ord dan Getis (1992), statistik G
diformulasikan sebagai berikut.
j wij d xj
��(�) =
.....(1)
j xj
j tidak sama dengan i dimana {wij(d)} adalah matriks bobot spasial dari
angka 1/0 dengan semua hubungan didefinisikan sebagai jarak d yang diberikan i.
Semua hubungan bernilai 0 kecuali hubungan dari i ke i itu sendiri.
4
METODOLOGI
Lokasi, Waktu Penelitian, dan Data yang digunakan
Penelitian dilakukan di Kecamatan Dramaga dan analisis data dilakukan di
Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
berlangsung mulai dari bulan Februari 2011 sampai Januari 2012.
Data-data yang digunakan antara lain peta administrasi Kabupaten Bogor,
data PBB seluruh desa (sepuluh desa) di Kecamatan Dramaga, peta administrasi
Kabupaten Bogor khususnya Kecamatan Dramaga yang sudah didetilkan menjadi
batas kampung, citra Geoeye tahun 2010 dan citra IKONOS yang diakses dari
Google Earth tahun 2006. Disamping berbagai data yang diakses dari berbagai
instansi dan sumber data tersebut, juga dilakukan wawancara terstruktur untuk
menggali harga lahan dan karakteristik detil lokasi lahannya. Secara lebih rinci
keterkaitan antara tujuan penelitian dengan data yang dibutuhkan dan teknik
analisis data untuk menjawab tujuan penelitian terkait disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis data penelitian
No
1
Tujuan
Menganalisis sebaran spasial
PBB di Kecamatan Dramaga
Data
Metode
Peta administrasi
- Analisis deskriptif
Kabupaten
PBB
Bogor,Data PBB,
- Identifikasi Indeks
Data harga jual lahan Moran dan statistik G
di Kecamatan
Dramaga.
2
Mengidentifikasi pola sebaran
penggunaan lahan di Kecamatan
Dramaga.
Peta administrasi
- Interpretasi visual
Kabupaten Bogor,
penggunaan lahan
Citra Geoeye Kota - Identifikasi Indeks
Bogor tahun 2010
Moran
dan Citra IKONOS
tahun 2006
3
Memetakan dan menganalisis
pola sebaran spasial tingkat
perkembangan wilayah di
Kecamatan Dramaga
Peta administrasi
Kabupaten Bogor,
data potensi desa
Kecamatan Dramaga
tahun 2008 dan 2012
4
Menentukan pengaruh PBB dan
keberadaan pusat pendidikan
IPB terhadap pembentukan
harga lahan di Kecamatan
Dramaga
Survei lapang dan - Analisis korelasi
wawancara terkait - Analisis regresi
harga lahan di
Kecamatan Dramaga
Analisis skalogram
sederhana
Identifikasi indeks
Moran dan statistik G
5
Metode Penelitian
Sesuai tujuan yang dilakukan, penelitian ini dilakukan untuk menjawab
empat tujuan penelitian. Teknik analisis untuk menjawab setiap tujuan tersebut
diuraikan lebih detil berikut ini.
Analisis Pola Spasial Pajak Bumi dan Bangunan
Analisis ini dilakukan untuk menyajikan pola sebaran PBB di wilayah
Kecamatan Dramaga, dimulai dari mendigitasi batas kampung di setiap desa,
menggabungkan data PBB dengan data batas kampung, dan selanjutnya
memetakan sebaran spasial PBB. Jumlah seluruh kampung yang ada di
Kecamatan Dramaga adalah 74 kampung.
Data PBB dikategorikan menjadi lima kelas, yaitu: 0-25.000, 25.000-50.000,
50.000-75.000, 75.000-100.000, dan 100.000-1.000.000. Berikutnya dilakukan
analisis sebaran spasial PBB dengan metode identifikasi otokorelasi spasial
melalui besaran nilai Indeks Moran-nya. Indeks Moran mempunyai selang nilai 01. Angka yang mendekati 0 menggambarkan sebaran pajak bumi dan bangunan
dalam wilayah tersebut cenderung menyebar. Sedangkan angka yang mendekati 1
artinya sebaran pajak bumi dan bangunan dalam wilayah tersebut cenderung
memusat. Selain itu, kajian ini juga dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan boxplot dan histogram untuk melihat sebaran jumlah petak serta
kecenderungan nilai indeks moran pada beberapa kategori kelas PBB di atas.
Adapun persamaan perhitungan Indeks Moran menurut Ord dan Getis (2001)
adalah:
........(2)
dimana I = indeks moran; n = banyaknya pengamatan (74 kampung); yi=
nilai pengamatan pada lokasi ke-i; yj= nilai pengamatan pada lokasi ke-j;
=
nilai rata-rata dari yi dari 74 lokasi; Wij= elemen matriks jarak antara lokasi ke-i
dan lokasi ke-j;W=
. Selanjutnya, data disajikan dalam bentuk peta
dengan menggunakan data jumlah petak lahan setiap tahunnya. Kemudian data
diuji secara statistik menggunakan statistik G (Ord &Getis, 1992). Secara
berurutan pada Gambar 2 disajikan proses analisis sebaran spasial PBB.
6
Peta batas wilayah
kampung
Basis data PBB per
kampung 2006-2009
Penggabungan data
(joint)
Basis data spasial
PBB
Analisis sebaran spasial PBB
(Moran & Statistik G) 20062009
Gambar 2. Bagan alir proses analisis sebaran spasial PBB
Analisis Pola Sebaran Penggunaan Lahan di Kecamatan Dramaga
Analisis ini ditujukan untuk memahami sebaran lahan sawah dan
permukiman di wilayah studi. Tahapan dalam proses ini antara lain mengkoreksi
geometrik citra, menyamakan koordinat image yang dikoreksi dengan image
acuan sampai benar-benar berada pada lokasi yang sama. Selanjutnya melakukan
klasifikasi penggunaan lahan secara visual berdasarkan prinsip unsur interpretasi
Lillesand & Kiefer (1994). Interpretasi citra visual dapat didefinisikan sebagai
aktivitas visual untuk mengkaji citra yang menunjukkan gambaran muka bumi
yang tergambar di dalam citra tersebut untuk tujuan identifikasi obyek dan menilai
maknanya. Dalam melakukan interpretasi citra, kunci interpretasi yang dominan
digunakan adalah warna dan ukuran karena mudah untuk diidentifikasi. Tahap
selanjutnya adalah menggabungkan peta penggunaan lahan dengan peta batas
kampung. Peta penggunaan lahan diperoleh dari citra Geoeye kota Bogor tahun
2010 dan citra Ikonos tahun 2006 setelah dilakukan koreksi geometrik, digitasi
citra, lalu memasukan data. Peta batas kampung diperoleh dari masing-masing
kelurahan, yaitu dengan memberikan batas kampung pada peta administrasi
Kecamatan Dramaga berdasarkan informasi dari masing-masing kepala desa.
Tahap berikutnya adalah memetakan sebaran spasial penggunaan lahan.
Penggunaan lahan dikategorikan menjadi enam kelas yaitu permukiman, sawah,
ladang, kebun campuran, lahan terbuka, dan tubuh air. Pola spasial yang disajikan
pada tahap ini adalah sebaran penggunaan lahan khususnya sawah dan
permukiman. Indikasi pola sebaran spasial didasarkan pada Indeks Moran. Secara
lebih sederhana, tahap pada proses ini disajikan dalam bagan alir berikut.
7
Citra IKONOS 2006
Peta dasar RBI
1:25000
Citra Geoeye 2010
Koreksi geometri
Dijitasi
Pengumpulanpartisipatif
informasi batas kampung per
desa
Peta penggunaan lahan 2006,
2010 dan batas kampung di
Kec. Dramaga
Analisis sebaran spasial
penggunaan lahan 2006,
2010
Gambar 3. Bagan alir analisis pola sebaran spasial penggunaan lahan
Analisis Pola Sebaran Spasial Tingkat Perkembangan Wilayah di
Kecamatan Dramaga.
Analisis ini ditujukan untuk mengetahui sebaran spasial perkembangan
wilayah dengan indikator keragaman fasilitas yang dibangun di setiap wilayah.
Tahap-tahap yang dilakukan adalah menggabungkan peta batas kampung dengan
data potensi desa, memetakan sebaran spasial tingkat perkembangan wilayah.
Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah fasilitas sosial dan ekonomi.
Fasilitas sosial terdiri dari fasilitas pendidikan (SD, SMP, SMA) dan fasilitas
kesehatan (posyandu, puskesmas, rumah sakit), dan tempat ibadah (masjid, gereja).
Fasilitas ekonomi terdiri dari lembaga keuangan, restoran, mini market, hotel,
industri, pasar, warung, toko, dan Koperasi Unit Desa.
Dalam menganalisis tingkat perkembangan wilayah, tahap yang dilakukan
adalah (1) menghitung jumlah jenis fasilitas dengan cara menjumlahkan seluruh
fasilitas, (2) menghitung jumlah unit fasilitas dengan cara menjumlahkan seluruh
fasilitas yang ada, dan (3) menentukan hirarki wilayah. Hirarki yang diperoleh
(hirarki I, II, dan III ) menjadi indikator tingkat perkembangan wilayah di
kecamatan Dramaga. Wilayah yang mempunyai hirarki I memiliki tingkat
perkembangan wilayah yang lebih maju dibandingkan wilayah dengan hirarki II
dan III. Hasil penjumlahan jenis fasilitas dan unit fasilitasnya selanjutnya
digunakan sebagai dasar perhitungan Indeks Moran tingkat perkembangan
wilayah. Jika Indeks Moran yang dihasilkan mendekati 0 maka sebaran spasial
tingkat perkembangan wilayah Kecamatan Dramaga cenderung menyebar. Namun,
jika Indeks Moran yang dihasilkan mendekati 1 maka sebaran spasial tingkat
perkembangan wilayah Kecamatan Dramaga cenderung memusat. Kemudian data
diuji secara statistik menggunakan statistik G.
8
Data unit fasilitas
per desa tahun 2008,
2012
Peta batas wilayah
desa
Analisis hirarki
wilayah 2008, 2012
Penggabungan data
(joint)
Basis data spasial
hirarki wilayah
Analisis sebaran spasial
hirarki wilayah 2008,
2012
Gambar 4. Bagan alir proses analisis sebaran spasial hirarki wilayah
Identifikasi Pengaruh PBB dan Keberadaan Pusat Pendidikan IPB terhadap
Pembentukan Harga Lahan di Kecamatan Dramaga
Identifikasi pengaruh nilai PBB dan keberadaan IPB terhadap harga lahan
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi bertatar. Variabel yang digunakan
adalah harga lahan (Y) dan beberapa variabel penjelas antara lain: luas lahan,
jarak ke jalan provinsi, jarak ke jalan lokal, jarak ke pusat aktivitas (IPB), hirarki,
topografi yang diwakili oleh ketinggian tempat, besaran PBB yang harus
dibayarkan, jumlah penduduk. Data-data yang digunakan diperoleh dari survey
terstruktur dengan responden sebanyak 142 orang yang tersebar di 9 desa.
Persamaan umum regresi adalah sebagai berikut:
p
Y k X k .......... (3)
k 1
dimana α=intersep; βk=koefisien regresi untuk variabel ke-k, k=1,2,..., p.
Pendugaan parameter regresi tersebut dilakukan dengan metode regresi
bertatar. Prinsip utama regresi bertatar adalah memilih kombinasi variabel yang
saling bebas untuk memenuhi persyaratan model regresi, yang menurut Draper &
Smith (1998) antara lain: (1) X menyebar acak dengan simpangan ε, nilai tengah
simpangan = 0 dan simpangan baku σ, atau dinyatakan dengan εj ~ N(0, σ2) untuk
seluruh j=1,2,…, n. (homoscedasticity); (2) Variabel X bersifat fixed. Dengan
asumsi X jumlahnya fixed, dan diasumsikan jumlah riil X adalah sebanyak k dan
keacakan Y hanya bersumber dari ε; (3) Tidak ada saling korelasi antar peubah
bebas (no multicollinearity). Disamping analisis regresi berganda, pola keterkaitan
antar variabel diuji dengan analisis korelasi. Berikut persamaan untuk
memperoleh koefisien korelasi menurut Draper & Smith (1998):
9
rxy
n xi yi xi yi
n x
i
2
xi n yi yi
2
2
2
.........(4)
Dimana r = koefisien korelasi; n = ukuran sampel x = nilai variabel bebas; y =
nilai variabel terikat (harga lahan).
Secara lebih rinci proses analisis korelasi dan regresi identifikasi penentu
harga lahan disajikan pada Gambar 5
Sebaran spasial PBB
Sebaran spasial
penggunaan lahan
Sebaran spasial
hirarki wilayah
Survei harga lahan
dan jarak ke jalan
Penggabungan data
(joint)
Basis data atribut karakteristik
PBB, penggunaan lahan, hirarki,
harga lahan dan jarak ke jalan
Analisis korelasi dan
regresi berganda penentu
harga lain
Gambar 5. Bagan alir proses analisis korelasi dan regresi identifikasi faktor
penentu harga lahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebaran Spasial Pajak Bumi dan Bangunan
Hasil pengamatan PBB dan jumlah petak di wilayah studi disajikan pada
Tabel 2. Beberapa data di lapang tidak lengkap, antara lain data PBB Desa
Sukadamai tahun 2007-2009 dan hanya tersedia tahun 2006. Ketidaklengkapan
data tersebut menyebabkan jumlah agregat petak di Desa tersebut menurun. Agar
tidak menimbulkan bias dalam penarikan kesimpulan, data Desa Sukadamai tidak
disertakan dalam identifikasi dan deskripsi sebaran antar waktu.
Secara umum dari tahun 2006-2009, terjadi kenaikan jumlah nilai total PBB
dan jumlah petak lahan di wilayah kajian. Hal ini disebabkan adanya kebutuhan
lahan untuk tempat kos yang semakin meningkat di wilayah Kecamatan Dramaga.
Kebijakan IPB untuk meningkatkan jumlah mahasiswa tingkat persiapan dari
semula ± 2000 mahasiswa per tahun menjadi ± 3000 mahasiswa menjadi salah
satu sebab semakin berkembangnya permukiman dan usaha di sekitar kampus IPB
Dramaga.
10
Tabel 2. Keragaan PBB dan jumlah petak di Kecamatan Dramaga tahun 20062009
Tahun
Total PBB
(Rp)
Total Jumlah
Petak
Jumlah Petak setiap Kelas PBB
0-25rb
25rb50rb
50rb75rb
75rb100rb
2006
396.512.556
24.002
16.815
4.478
1.887
824
2007
472.483.184
25.294
17.270
4.833
2.202
1.135
2008
542.857.598
27.082
17.837
5.323
2.495
1.494
2009
1.029.688.508
29.123
17.900
5.630
2.800
1.768
Keterangan: Data Desa Sukadamai tidak diikutsertakan dalam perhitungan karena tidak lengkap
100rb1jt
28
1.285
Disisi lain ada kecenderungan lulusan IPB yang berasal dari luar Bogor
yang masih tetap tinggal di wilayah kampus beberapa saat setelah lulus. Penyebab
lain adalah kecenderungan peningkatan jumlah mahasiswa pascasarjana di IPB.
Selanjutnya untuk melihat sebaran jumlah petak yang lebih rinci, berikut disajikan
data sebaran PBB pada masing-masing desa di Kecamatan Dramaga.
Tabel 3. Sebaran jumlah petak lahan setiap desa di Kecamatan Dramaga tahun
2006-2009
Desa
Cikarawang
Ciherang
Jumlah
Kampung
Jumlah Petak
Total PBB
0-25
25-50
50-75
75-100
100-1jt
6
249.082.820
10.928
1.672
446
188
61
14
473.813.717
7.593
3.183
1.553
762
494
Sukawening
6
253.316.526
7.124
3.227
1.122
622
160
Purwasari
6
174.161.502
6.065
1.269
655
399
77
Sinarsari
5
211.707.270
6.794
1.458
855
496
87
Neglasari
6
212.938.332
7.073
2.296
905
658
101
10
348.945.638
11.332
2.490
1.313
568
125
Babakan
9
292.582.155
6.310
2.363
1.517
751
142
Dramaga
6
224.993.886
6.603
2.306
1.018
777
116
Petir
Berdasarkan informasi dari Tabel 3, secara umum sebaran jumlah petak
lahan untuk masing-masing kategori di setiap desa di Kecamatan Dramaga
berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan karena masing-masing desa memiliki
tingkat perekonomian yang juga berbeda-beda. Hal tersebut berdampak pada
fragmentasi lahan yang akhirnya terjadi perubahan jumlah petak lahan pada
masing-masing desa. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa sebaran jumlah petak
lahan dipengaruhi oleh jumlah kampung di setiap desa. Desa dengan jumlah
kampung yang lebih banyak cenderung memiliki sebaran jumlah petak lahan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan desa yang memiliki jumlah kampung lebih
sedikit. Hal ini akan berpengaruh terhadap total PBB. Dari sepuluh desa yang ada
di Kecamatan Dramaga, Desa Ciherang, Desa Petir, dan Desa Babakan memiliki
total PBB yang lebih banyak diantara desa-desa yang lainnya. Salah satu desa
dengan nilai dan total PBB yang tinggi adalah Desa Babakan. Desa Babakan
merupakan desa yang paling dekat dengan Kampus IPB, sehingga tingkat
perekonomian di wilayah tersebut berkembang pesat dan cenderung mengalami
penambahan fragmentasi lahan. Kondisi tersebut mengakibatkan Desa Babakan
11
menjadi salah satu desa dengan sebaran jumlah petak lahan yang tinggi pada
masing-masing kelas PBB.
Untuk mengidentifikasi sebaran banyaknya petak dilakukan klasifikasi
kelompok besaran PBB. Grafik boxplot yang disajikan pada Gambar 6
menunjukkan pola sebaran jumlah petak pada empat kelompok besaran nilai PBB
di seluruh wilayah Kecamatan Dramaga.
3500
3000
2006
2007
2500
2008
2000
2009
1500
1000
500
0
-500
0-25rb
25rb-50rb
50rb-75rb
75rb-100rb
100rb-1jt
KATEGORI
Gambar 6. Boxplot sebaran jumlah petak pada beberapa kategori
nilai PBB di Kecamatan Dramaga tahun 2006-2009
Dari Gambar 6 tersebut diketahui bahwa pada periode 2006-2009 terjadi
penambahan jumlah petak pemilik lahan yang diindikasikan dari jumlah surat
tagihan PBB untuk seluruh kategori besaran tagihan PBB. Gejala penambahan
jumlah petak pada kategori PBB terendah lebih besar dibandingkan dengan
kategori tagihan PBB tertinggi. Gambar 6 juga menunjukkan bahwa semakin
tinggi jumlah nilai PBB maka jumlah petak cenderung semakin sedikit. Hal ini
menggambarkan bahwa jumlah pemilikan lahan skala besar atau jumlah penguasa
lahan cenderung sedikit.
Selanjutnya pada Gambar 7 disajikan sebaran jumlah petak per hektar lahan
di setiap kampung yang digali dari banyaknya SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang) yang diterbitkan di setiap desa/kelurahan serta luas kampung. Daftar
SPPT tersebut menggambarkan banyaknya tagihan PBB dan sekaligus banyaknya
petak atau parsel lahan di setiap kampung. Peningkatan jumlah petak per hektar
lahan merupakan salah satu indikator gejala proses fragmentasi pemilikan lahan
jika disajikan dalam sebaran spasial multi waktu. Fragmentasi lahan didefinisikan
oleh McPherson(1982) sebagai keberadaan sejumlah bidang-bidang tanah yang
terpisah dari sebelumnya merupakan satu bidang yang kontinu. Dalam penelitian
ini, seluruh desa di Kecamatan Dramaga memiliki variasi jumlah petak yang
berbeda-beda.
12
2007
2006
\
&
\
&
LEGENDA
0 - 10
11 - 20
21 - 30
31 - 40
41 - 50
2008
\
&
2009
\
&
N
&
\
IPB
2
0
2
4 Kilom eters
Gambar 7. Sebaran spasial jumlah petak di wilayah studi tahun 2006-2009.
Gambar 7 menunjukkan bahwa dari tahun 2006-2009 telah terjadi
pergeseran konfigurasi spasial jumlah petak di beberapa wilayah kajian.
Bertambahnya jumlah petak menunjukkan gejala fragmentasi lahan. Peningkatan
jumlah mahasiswa yang bermukim di wilayah Dramaga serta adanya proses
pewarisan pemilikan lahan dari orang tua kepada anaknya yang rata-rata di
Dramaga berjumlah 4 anak per keluarga menyebabkan terjadinya gejala
fragmentasi lahan yang terjadi pada 4 tahun pengamatan terakhir.
Kampus IPB yang berlokasi di Dramaga terlihat memberi dampak bagi
fragmentasi lahan di sekitarnya. Beberapa kampung menunjukkan gejala
fragmentasi lahan cukup besar terjadi di beberapa kampung seperti Kampung
Sengked dan Babakan Doneng di Desa Babakan, Kampung Tanjakan Kidul,
Tanjakan Kaler, dan Cibeureum 4 di Desa Dramaga, Kampung Cibeureum 3,
Rawakalong, dan Randusari di Desa Sinar Sari, Kampung Komplek IPB,
Cimoboran Hilir, Hegarasa, Ciherang Tengah, Hegarmanah, Rawakalong 2,
Ciherang Stamplas, Ciherang Inpres, Ciherang Kramat di Desa Ciherang,
Kampung Ciparingga di Desa Neglasari, Kampung Pasir Andong, Malingping,
Lebak Nangka di Desa Petir, serta Kampung Sukabakti, Mangga Dua, Cimoboran,
Cibeureum Kalapa, dan Cibeureum Kalong di Desa Sukawening. Selanjutnya
hasil analisis sebaran spasial dengan menggunakan Indeks Moran disajikan pada
Gambar 8.
13
Gambar 8. Kecenderungan nilai indeks moran pada kelompok PBB (a) 0-25rb (b)
25-50rb (c) 50-75rb (d) 75-100rb (e)100-1jt (f) agregat di Kecamatan Dramaga
tahun 2006-2009
Dari grafik di atas diketahui nilai indeks Moran untuk semua kategori
besaran PBB dari tahun 2006 – 2009 cenderung semakin memusat. Hal ini
dibuktikan dengan nilai indeks Moran untuk semua kategori kelas besaran PBB
yang semakin besar dari semula sebesar kurang dari 0,05 di tahun 2006 menjadi
antara 0,05 sampai dengan 0,20.
Gambar di atas juga menunjukkan bahwa pada akhir tahun pengamatan
(2009) terdapat beberapa lokasi kampung yang mengalami pemerataan jumlah
petak lahan di beberapa lokasi yang berdekatan. Hal ini diindikasikan oleh nilai
indeks Moran di tahun 2009 menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Beberapa
wilayah seperti Desa Ciherang, Desa Sinarsari, dan Desa Dramaga mendapatkan
imbas perkembangan tersebut. Desa Sinarsari merupakan lokasi perumahan dosen
IPB, sedangkan Desa Dramaga berbatasan langsung dengan kampus IPB.
Selanjutnya Gambar 9 berikut menggambarkan hasil pengujian sebaran
spasial dengan metode statistik G untuk jumlah petak lahan pada tahun 2006-2009.
Uji tersebut menunjukkan dimana pemusatan lahan dengan tingkat fragmentasi
tinggi teruji nyata secara statistik dan lahan dengan skala besar masih bisa
ditemukan di wilayah Kecamatan Dramaga. Pengujian dilakukan dengan beberapa
tingkat kepercayaan yaitu 99% dan 95%. Di tahun 2006 terdapat lima kampung
yang signifikan yang memiliki lahan dengan petakan kecil dan mengumpul, yaitu
Kampung Babakan Tengah dan Gang Bara di Desa Babakan serta Kampung Petir,
Purwasari dan Cisasah di Desa Purwasari. Pola di tahun 2007-2009 relatif serupa,
namun kampung yang konsisten cenderung terbagi dalam petak-petak kecil
tersebut adalah Kampung Petir di Desa Purwasari (daerah dengan lingkaran
hitam). Sementara beberapa kampung yang konsisten cenderung terbagi dalam
jumlah petak yang besar adalah Kampung Cihideung di Desa Neglasari, Kampung
Lebaksari, Dramaga Tengah, dan Tanjakan Kaler di Desa Dramaga, Kampung
Cibeureum 3, Rawakalong, Setu Tengah, dan Alam Sinarsari di Desa Sinar Sari,
Kampung Ciherang Tengah, Ciherang Kaum, Komplek IPB, Ciputih Gugahsari,
dan Hegarasa di Desa Ciherang, Kampung Cibeureum Inpres, Cibeureum Kalapa,
dan Cibeureum Kalong di Desa Sukawening (daerah dengan lingkaran hijau).
14
2006
2007
2008
2009
Gambar 9. Sebaran spasial jumlah petak lahan tahun 2006-2009 berdasarkan
statistik G
Sebaran Spasial Penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga
Kajian yang dilakukan oleh Lee dan Kim (2009) menunjukkan bahwa
penggunaan lahan berperan dalam mempengaruhi sebaran spasial harga lahan.
Oleh karena itu, perubahan penggunaan lahan menjadi faktor penting dalam
penelitian ini. Tabel 4 menunjukkan secara detil matriks transformasi penggunaan
lahan sedangkan Gambar 10 menunjukkan sebaran spasial penggunaan lahan di
Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010.
Tabel 4. Matriks transisi penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga tahun 2006
dan 2010
Penggunaan
Lahan 2006
Penggunaan Lahan 2010
Lahan
Permukiman Sawah
Terbuka
Kebun
Campuran
Ladang
76,6
8,0
0,0
3,9
0,0
0,0
88,6
Ladang
0,5
15,8
0,0
0,7
0,6
0,0
17,6
Lahan Terbuka
0,0
0,0
2,1
0,0
0,0
0,0
2,1
Permukiman
0,0
0,0
0,0
39,9
0,0
0,0
39,9
Sawah
0,0
1,8
0,0
15,9
103,4
0,0
121,2
Tubuh air
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,3
0,3
77,1
25,6
2,1
60,4
104,1
0,3
269,6
Kebun Campuran
Total (Ha)
Tubuh
air
Total
(Ha)
15
Gambar 10 dan Tabel 4 tersebut menunjukkan bahwa semua jenis
penggunaan lahan mengalami perubahan luasan. Jenis perubahan luas terbesar
adalah dari jenis penggunaan lain menjadi lahan permukiman (wilayah yang
dilingkari). Luas perubahan terbesar terjadi di wilayah Desa Babakan yang
berlokasi paling dekat dengan IPB. Para pendatang dari luar daerah yang
umumnya adalah pelajar maupun wiraswasta memilih lokasi ini menjadi lahan
usaha. Dalam kurun waktu 2006-2010 total luas perubahan penggunaan lahan
pertanian menjadi permukiman di Kecamatan Dramaga sebesar 20,5 hektar.
N
2006
2010
W
E
S
2
0
2
4 Kilometers
Keterangan
Kebun Campuran
Ladang
Lahan Terbuka
Pemukiman
Sawah
Tubuh Air
Gambar 10. Penggunaan lahan di Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010
Tabel 5 merupakan rincian dari luas penggunaan lahan setiap desa yang ada
di Kecamatan Dramaga. Berdasarkan informasi tabel tersebut, dalam kurun waktu
2006-2010 tiga desa yang mengalami perubahan terbesar pada penggunaan lahan
permukiman adalah Desa Babakan, Desa Cikarawang, dan Desa Purwasari.
Adapun pada penggunaan lahan sawah adalah Desa Babakan, Desa Cikarawang,
dan Desa Sinarsari. Ini menunjukkan bahwa desa-desa tersebut khususnya Desa
Babakan menjadi pusat perhatian masyarakat terutama di bidang perdagangan,
sehingga mengakibatkan perubahan lahan cenderung semakin bertambah.
16
Tabel 5. Luas penggunaan lahan setiap desa di Kecamatan Dramaga tahun 2006
dan 2010 (hektar)
Kebun
Campuran
Sawah
Desa
Lahan
Terbuka
Ladang
Tubuh air
Permukiman
2006
Babakan
203
139
32
Ciherang
61
11
19
Cikarawang
2
64
54
395
175
28
Dramaga
60
14
31
18
4
92
Neglasari
48
90
18
Petir
112
137
18
Purwasari
226
211
22
Sinarsari
27
29
36
Sukawening
44
32
19
23
1
35
45
1
25
2010
Babakan
149
Ciherang
133
37
2
119
55
11
18
309
135
76
Dramaga
59
13
30
Neglasari
47
88
19
Petir
110
122
15
Purwasari
208
201
33
Sinarsari
23
24
5
40
Sukawening
43
13
9
30
Cikarawang
61
18
4
170
26
1
37
65
1
42
Gambar 11. Bangunan bisnis di sepanjang jalan Babakan Raya
Selanjutnya Gambar 12 menyajikan nilai Indeks Moran luas penggunaan
lahan sawah dan permukiman di wilayah kajian. Nilai Indeks Moran pada tahun
2006 dan 2010 untuk penggunaan lahan sawah meningkat, sedangkan indeks
Moran permukiman cenderung menurun.
17
0,4361
Indeks Moran
0,5
0,4
0,3
0,1722
0,1928
0,1804
Sawah
0,2
Pemukiman
Pemukiman
0,1
Sawah
0
2006
2010
Tahun
Gambar 12. Nilai indeks Moran penggunaan lahan sawah dan permukiman di
Kecamatan Dramaga tahun 2006 dan 2010
Secara umum kondisi ini mengindikasikan terjadinya penyebaran
permukiman dan gejala pemusatan lahan sawah. Indikasi nilai Moran ini
berimplikasi pada pilihan kebijakan terkait kedua jenis penggunaan lahan.
Implikasi untuk penggunaan lahan sawah adalah bahwa kebijakan untuk
mempertahankan lahan pertanian berkelanjutan menjadi lebih mudah karena
lokasi sawah mengumpul di lokasi tertentu. Sebaliknya,
pembangunan
permukiman yang semakin menyebar ke wilayah di Kecamatan Dramaga
merupakan keniscayaan dari pertumbuhan penduduk dan berimplikasi pada upaya
penyediaan infrastruktur jalan dan fasilitas umum. Untuk memberikan akses sama
ke seluruh penduduk, pemerintah harus membangun infrastruktur jalan dan
sarana-prasarana lainnya di beberapa wilayah desa di Kecamatan Dramaga.
Sebaran Spasial Perkembangan Wilayah di Kecamatan Dramaga
Tingkat Perkembangan Wilayah
Perkembangan wilayah merupakan faktor penting dalam kajian penelitian
ini. Wilayah yang berkembang cenderung menunjukkan pembangunan fasilitas
publik yang lebih merata. Von Thunen dalam teorinya menyatakan bahwa
semakin homogen suatu wilayah maka akan semakin konsentris (terpusat) pola
yang terbentuk. Sebaliknya semakin heterogen suatu wilayah maka pola yang
akan terbentuk akan lebih mengikuti batas-batas alam yang sudah ada. Hasil
pengamatan tingkat perkembangan wilayah di wilayah Kecamatan Dramaga
disajikan pada gambar berikut.
18
2008
\
&
2012
\
&
LEGENDA
Hirarki I
Hirarki II
Hirarki III
\
&
Institut Pertanian Bogor
Gambar 13. Tingkat perkembangan wilayah di Kecamatan Dramaga tahun 2008
dan 2012
Secara umum Kecamatan Dramaga memiliki tingkat perkembangan wilayah
yang relatif lambat. Kondisi tersebut dapat dilihat dari analisis tingkat
perkembangan wilayah yang dihasilkan yaitu sebagian besar kampung yang ada di
Kecamatan Dramaga mempunyai Hirarki III. Hal ini dapat disebabkan karena
pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu tinggi pada sebagian besar kampung di
Kecamatan Dramaga, sehingga berpengaruh terhadap perkembangan wilayah
tersebut.
Namun demikian, gambar di atas juga menunjukkan bahwa terdapat
beberapa wilayah yang memiliki Hirarki I, seperti Desa Babakan dan Desa
Dramaga. Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut adalah
keberadaan Kampus Institut Pertanian Bogor. Pembangunan Kampus IPB
memberikan dampak positif bagi perekonomian wilayah terdekat. Wilayah seperti
Desa Babakan dan Desa Dramaga merupakan wilayah yang paling berpotensi
mengalami perkembangan wilayah yang cepat. Jika dilihat dari kondisi lapangan,
perkembangan di kedua wilayah tersebut selain dipengaruhi oleh masyarakat lokal
yang mengembangkan usaha bisnis, juga ditunjang oleh para pebisnis dari luar
daerah yang juga membangun usaha di wilayah tersebut. Selain itu, terdapat juga
perubahan hirarki III menjadi hirarki II pada Desa Sukawening. Hal ini dapat
terjadi karena selain jumlah fasilitas sosial dan ekonomi yang bertambah, tahun
2012 Kampung Cibeureum Inpres di Desa tersebut menjadi wilayah binaan IPB
dalam beternak kelinci, sehingga menjadi salah satu faktor pemicu bagi
perkembangan Desa Sukawening.
19
Hasil pengamatan Indeks Moran untuk fasilitas sosial, ekonomi, serta
fasilitas sosial dan ekonomi dalam wilayah kajian disajikan pada gambar berikut.
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
2008
2012
Jumlah Jenis
Fasos
Jumlah Jenis
Fasek
Jumlah Jenis
Fasos & Fasek
(a)
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
2008
2012
Jumlah Unit
Fasos
Jumlah Unit
Fasek
Jumlah Unit
Fasos & Fasek
(b)
Gambar 14. Nilai indeks Moran (a) jumlah jenis fasilitas sosial, ekonomi, serta fasilitas sosial dan
ekonomi di Kecamatan Dramaga tahun 2008 dan 2012 (b) jumlah unit fasilitas sosial, ekonomi,
serta fasilitas sosial dan ekonomi di Kecamatan Dramaga tahun 2008 dan 2012
Berdasarkan gambar di atas, dapat dikatakan bahwa wilayah Kecamatan
Dramaga relatif berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Indeks Moran
untuk jumlah jenis fasilitas sosial dan ekonomi yang cenderung mendekati 0. Nilai
ini mengindikasikan bahwa fasilita