Keanekaragaman Dan Pemanfaatan Honje Di Pekarangan Rumah Daerah Bogor.

KEANEKARAGAMAN DAN PEMANFAATAN HONJE
DI PEKARANGAN RUMAH DAERAH BOGOR

DINA HANDAYANI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keanekaragaman
dan Pemanfaatan Honje di Pekarangan Rumah Daerah Bogor adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015
Dina Handayani
NRP. G353110051

RINGKASAN
DINA HANDAYANI. Keanekaragaman dan Pemanfaatan Honje di Pekarangan
Rumah Daerah Bogor. Dibimbing oleh NUNIK SRI ARIYANTI dan MIEN A.
RIFAI.
Honje (Etlingera spp., Zingiberaceae) telah lama dikenal di Bogor sebagai
tanaman obat dan rempah. Namun belum banyak dimanfaatkan sebagai tanaman
hias atau bunga potong. Eksplorasi honje di Bogor dilakukan untuk
mengumpulkan variasi honje, mengelompokkan koleksi berdasarkan keserupaan
morfologi, dan mengumpulkan informasi pemanfaatannya pada masyarakat Bogor
saat ini.
Sampel dikumpulkan dari pekarangan rumah penduduk. Pengamatan
morfologi dilakukan pada rimpang, batang semu, daun, perbungaan dan
perbuahan. Informasi pemanfaatan diperoleh dengan metode wawancara terhadap
pedagang honje dan penduduk yang menanam honje. Koleksi dikelompokkan
berdasarkan data morfologi, menggunakan metode UPGMA pada program
NTSYSpc versi 2.11a.

Hasil menunjukkan dua jenis honje (E. elatior dan E. hemisphaerica)
ditanam di Bogor. Kedua jenis honje tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan ciri
pada pelepah daun (tebal atau tipis pola garis-garis, ada atau tidak hiasan titiktitik, dan tebal atau tipis lapisan lilin), warna kuncup daun (hijau muda, hijau
kemerahan, dan merah keunguan), warna permukaan bawah daun (hijau muda,
hijau kemerahan) dan warna tepi daun (merah, kuning). Variasi perbungaan
ditemukan di antara spesimen yang dikumpulkan. Pemanfaatan honje sedikit
berubah dari penggunaan di masa lalu.
Kata kunci: Zingiberaceae, Etlingera, honje, tanaman rempah, tanaman obat

SUMMARY
DINA HANDAYANI. Diversity and Utilization of Torch Gingers in Home
Gardens of Bogor District. Supervised by NUNIK SRI ARIYANTI and MIEN A.
RIFAI.
Torch gingers (Etlingera spp., Zingiberaceae) have been known in Bogor
as medicinal plants and spices. However the plants have not been used widely as
ornamental plants or cut flowers. An exploration was conducted in Bogor to
record the variations of torch ginger, to group the collected samples based on the
morphological similarity, and to collect the uses of the gingers in the Bogor
society nowadays.
The samples were collected from the plants cultivated in home gardens.

The morphological data was obtained by observing the rhizomes, pseudo-stems,
leaves, inflorescences and infructescences. Information of torch gingers utilization
was obtained based on interview with torch ginger traders and the residents who
planted the torch gingers in their home gardens. The plant collections were
grouped based on morphological data using UPGMA method in NTSYSpc
program version 2.11a.
The results show that two species of torch gingers (E. elatior and E.
hemisphaerica) are planted in Bogor. These species could be identified by
characteristics of sheath (striped pattern: thick or thin; dots pattern: present or
absent; and wax layer: thick or thin), the color of leaf buds (pale green, reddish
green, and purplish red), the color of lower surface (pale green, reddish green),
and the color of leaf margin (red, yellow). Variations of inflorescence were found
among the collected specimens. Utilization of torch gingers has been slightly
changed from their use in the past.
Keywords: Zingiberaceae, Etlingera, torch gingers, spices, medicinal plants

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KEANEKARAGAMAN DAN PEMANFAATAN HONJE
DI PEKARANGAN RUMAH DAERAH BOGOR

DINA HANDAYANI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Biologi Tumbuhan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Rugayah, M.Sc

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ialah
keanekaragaman dan pemanfaatan honje, dengan judul Keanekaragaman dan
Pemanfaatan Honje di Pekarangan Rumah Daerah Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Dra. Nunik Sri Ariyanti,
M.Si dan Bapak Prof. Mien A. Rifai, Ph.D selaku dosen pembimbing. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga dan
sahabat atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2015
Dina Handayani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah tatanama Etlingera
Cara perbanyakan dan budi daya Etlingera
Penyerbukan E. elatior
Pemanfaatan E. elatior


3
3
4
4
4

METODE
Waktu dan tempat
Bahan penelitian
Ekplorasi dan koleksi
Pengamatan ciri morfologi
Pengumpulan data pemanfaatan
Pengelompokan koleksi

6
6
6
7
7

7
7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ciri pembeda antara E. elatior dengan E. hemisphaerica
Variasi karakter vegetatif
Variasi karakter generatif
Pencirian baru E. elatior
Pencirian baru E. hemisphaerica
Pengelompokan berdasarkan variasi morfologi
Pemanfaatan honje di Bogor
Potensi honje sebagai tanaman hias dan bunga potong

8
8
9
10
14
14
15

20
23

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

24
24
24

DAFTAR PUSTAKA

25

LAMPIRAN

28

RIWAYAT HIDUP


32

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Ciri pembeda antara E. elatior dengan E. hemisphaerica
Ciri vegetatif E. elatior dan E. hemisphaerica
Ciri generatif E. elatior dan E. hemisphaerica
Pemanfaatan honje di Bogor dari dahulu sampai sekarang

8
10
12
22

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi pengambilan sampel penelitian di Bogor
2 Pelepah daun dan kuncup daun pada E. elatior dan E. hemisphaerica
di Bogor
3 Variasi sisik rimpang pada E. elatior dan E. hemisphaerica di Bogor
4 Variasi perbungaan pada E. elatior dan E. hemisphaerica di Bogor
5 Variasi bentuk ujung daun gagang fertil pada E. elatior dan
E. hemisphaerica di Bogor
6 Variasi jumlah cuping daun gantilan pada E. elatior dan
E. hemisphaerica di Bogor
7 Variasi warna bibir bunga pada E. elatior dan E. hemisphaerica
di Bogor
8 Variasi posisi bantalan “V” pada E. elatior dan E. hemisphaerica
di Bogor
9 Dendogram 32 koleksi honje berdasarkan 69 ciri morfologi menggunakan
Metode UPGMA pada program NTSYSpc versi 2.11a

6
9
10
11
11
13
13
13
20

DAFTAR LAMPIRAN
1 Ciri morfologi dan skor biner E. elatior dan E. hemisphaerica
untuk analisis kelompok
2 Matriks ciri morfologi E. elatior dan E. hemisphaerica
untuk analisis kelompok

29
31

1

PENDAHULUAN
Honje tersebar luas di Indonesia, antara lain di Sumatera, Jawa, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara, Bali dan Kalimantan (Valeton 1921; Hartini dan
Puspitaningtyas 2005, 2009; CABI 2009; Poulsen 2006, 2007, 2012; Putra et al
2013). Honje yang ditemukan dan dikenal di Indonesia meliputi beberapa jenis
dari genus Etlingera Giseke famili Zingiberaceae. Honje yang ditemukan di
Sumatera, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Bali adalah Etlingera elatior
(Jack) R.M. Sm. (Hartini dan Puspitaningtyas 2005, 2009; CABI 2009; Poulsen
2012; Putra et al 2013), di Jawa adalah E. elatior dan Etlingera hemisphaerica
(Blume) R.M. Sm. (Valeton 1921; Poulsen 2007), di Kalimantan adalah E. elatior
dan Etlingera pyramidosphaera (K. Schum.) R.M. Sm. (Poulsen 2006).
Honje dikenal dengan nama lokal yang berbeda-beda. Setiap daerah
memiliki nama khusus untuk E. elatior, misalnya Indonesia: kecombrang (Jawa
Tengah), honje hejo (Sunda), petikala (Maluku) katimong (Sulawesi), bongkot
(Bali); Malaysia: kantan (Malay), kechala (Iban, Serawak), ubut adat (Kelabit,
Serawak). Nama khusus untuk E. hemisphaerica, misalnya Indonesia: honje
leuweung (Sunda), honje beureum (Sunda); Malaysia: kantan liar (Malay)
(Ibrahim dan Setyowati 1999; Poulsen 2007, 2012; Putra et al 2013).
Masyarakat Bogor mengenal dan membedakan dua jenis honje
berdasarkan warna permukaan bawah daun. Honje dengan permukaan bawah
daun berwarna hijau disebut honje hejo adalah E. elatior dan honje dengan
permukaan bawah daun berwarna merah keunguan disebut honje beureum adalah
E. hemisphaerica. Akan tetapi warna permukaan bawah daun saja belum cukup
membedakan kedua jenis honje sebelum berbunga. Karakter vegetatif tersebut
mengalami perubahan seiring pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta
dapat dipengaruhi kondisi lingkungan. Warna permukaan bawah daun dewasa
honje beureum yaitu merah keunguan dapat memudar menjadi hijau kemerahan.
Variasi permukaan bawah daun hijau kemerahan juga dijumpai pada daun dewasa
honje hejo.
Kedua jenis honje tersebut juga dibedakan berdasarkan perbungaan (Poulsen
2007). Etlingera elatior mempunyai perbungaan tegak dengan panjang 60–200
cm, panjang daun gagang terluar mencapai 13 cm dan melengkung ke arah luar
ketika mekar, dasar perbungaan memanjang sekitar 10 cm. Etlingera
hemisphaerica memiliki perbungaan tegak dengan panjang 15–100 cm, daun
gagang terluar membentuk cangkir dan tidak melengkung ketika mekar, dasar
perbungaan < 2 cm (Poulsen 2007).
Sejak dahulu masyarakat Bogor telah menanam dan memanfaatkan honje
sebagai bahan makanan, bahan wewangian, bahan obat-obatan tradisional, dan
pewarna alami. Bagian-bagian honje yang dimanfaatkan yaitu rimpang, batang
semu, daun, dan kuncup perbungaan (Heyne 1927). Dua jenis honje tersebut di
Bogor dimanfaatkan untuk keperluan yang sama, keduanya dapat saling
menggantikan. Masyarakat Bogor belum memanfaatkan honje sebagai tanaman
hias dan bunga potong. Padahal honje memiliki variasi bentuk dan warna
perbungaan yang menarik seperti bunga gasing merah, merah muda, dan merah
muda keputihan serta bunga cangkir merah muda (Poulsen 2007). Saat ini sudah
cukup banyak dikenal kultivar tanaman hias dan bunga potong dari kedua jenis

2

honje tersebut di kalangan floris dan pengusaha tanaman hias dan bunga potong di
negara-negara Asia Tenggara (Ibrahim dan Setyowati 1999).
Kekeliruan mengenal dan menanam kedua jenis honje di Bogor tersebut
secara saling tertukar, selama ini tidak bermasalah karena keduanya memiliki
manfaat yang sama, bagian dimanfaatkan juga sama yaitu organ vegetatif dan
kuncup perbungaan. Namun pemanfaatan honje sebagai tanaman hias dan bunga
potong memerlukan kepastian jenis pada saat bibit ditanam, karena masingmasing jenis memiliki karakter bunga berbeda. Bunga potong ditanam untuk
mendapatkan karakter bunga yang diinginkan. Oleh karena itu karakter vegetatif
diperlukan untuk mengenal jenis honje yang ditanam. Begitu pula honje yang
lebih banyak diperjualbelikan di pasar dan yang disuka oleh masyarakat Bogor
adalah honje dari jenis E. elatior yang memiliki kuncup dan tangkai perbungaan
merah, sehingga diperlukan karakter vegetatif untuk mengenalnya supaya tidak
terjadi kekeliruan jenis pada saat menanam.
Penelitian ini ditujukan untuk mencari karakter vegetatif untuk
membedakan E. elatior dengan E. hemisphaerica pada saat sebelum berbunga,
mengumpulkan dan mencatat variasi morfologi honje (Etlingera spp.) yang
ditanam di pekarangan rumah di Bogor, mengelompokkan koleksi berdasarkan
keserupaan morfologi, dan mengumpulkan informasi pemanfaatannya pada
masyarakat Bogor saat ini.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah tatanama Etlingera
Jenis pertama dari Etlingera dikoleksi pada 4 Juni 1779 di Phuket
(Thailand) oleh ahli farmasi dan botani dari Denmark yaitu Johan Gerhand Konig.
Beliau mendeskripsikan jenis tersebut sebagai Amomum littoralis pada tahun
1783. Kemudian pada tahun 1792 ahli botani dari Jerman yaitu Paul Dietrich
Giseke menggunakan deskripsi A. littoralis sebagai dasar pembentukan genus
baru yaitu Etlingera yang diambil dari nama seorang ahli botani dari Jerman
Andreas Ernst Etlinger. Sehingga dapat diketahui bahwasanya Amomum littoralis
(Konig) (1783) dan Etlingera littoralis (Konig) Giseke (1792) berturut-turut
merupakan basionim dan tipe jenis dari Etlingera (Burtt dan Smith 1986).
Untuk waktu lama, honje dikenal sebagai jenis-jenis Nicolaia dengan ciri
perbungaan tegak, tangkai perbungaan kuat dan sedikit ramping (Heyne 1927;
Backer dan Bakhuizen 1968). Ketika itu dikenal beberapa marga lain yang
sekerabat, dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut (Smith 1986):
Nicolaia memiliki tangkai perbungaan 60–130 cm, tegak di atas permukaan tanah;
penutupan daun gagang steril menyebar, sangat mengesankan; bunga berjumlah
banyak; cuping tengah dari bibir bunga tidak memanjang; kepala sari lebih kurang
tegak, kantung sari membuka antara 1/2–2/3 bagian atas.
Achasma memiliki tangkai perbungaan sangat pendek, hampir seluruhnya di
permukaan tanah; penutupan daun gagang steril sebagian terbenam di tanah;
cuping tengah dari bibir bunga memanjang; kepala sari membentuk sebuah sudut
menuju bagian berlepasan dari tangkai sari; kantung sari membuka lebih kurang
sama dengan panjangnya.
Geanthus memiliki tangkai perbungaan dan penutupan daun gagang steril sangat
pendek, tetapi terkadang penutupan mereduksi; cuping tengah dari bibir bunga
tidak memanjang; kepala sari tegak atau sedikit menyudut, kantung sari membuka
sama dengan panjangnya atau tidak.
Akan tetapi sejak tahun 1986 ketika Burtt dan Smith berpendapat
bahwasanya Genus Etlingera, Achasma Griff., Nicolaia Horan., dan Geanthus
Val. berhubungan erat satu sama lain sehingga dapat dimasukkan dalam satu
genus yaitu Etlingera Giseke (Burtt dan Smith 1986). Karakter-karakter yang
menyatukan keempat genus tersebut menjadi genus Etlingera Giseke yaitu
terdapat daun pembalut steril, bongkol perbuahan pendek, bibir bunga dan tangkai
sari bergabung dalam tabung di atas daun mahkota (Smith 1986).
Oleh karena itu sebelumnya honje-honje di Jawa dikenal dengan nama
Nicolaia elatior (Jack) Horan., dan Nicolaia hemisphaerica (Blume) Horan.
(Heyne 1927; Backer dan Bakhuizen 1968), yang berturut-turut sekarang
merupakan sinonim dari Etlingera elatior (Jack) R.M. Sm., dan Etlingera
hemisphaerica (Blume) R.M. Sm. (Poulsen 2007).

4

Cara perbanyakan dan budi daya Etlingera
Etlingera diperbanyak dengan rimpang tetapi bisa juga dengan biji
(Ibrahim dan Setyowati 1999). Pada saat perbanyakan dengan rimpang maka
rimpang harus dijaga agar tidak cepat mengering dan terkontaminasi oleh jamur.
Rimpang yang telah dipecah-pecah setelah direndam pestisida segera disemaikan
pada bedeng-bedeng pesemaian atau langsung ditanam di lahan. Pada saat
menanam rimpang tidak boleh terlalu dalam, karena hal ini akan mengundang
jamur dan menyebabkan busuk akar (ETP 2014). Bila perbanyakan dilakukan
dengan biji, maka setelah biji diambil dari buah harus segera disemaikan, agar biji
tidak mengalami kekeringan. Biji yang mengering akan turun viabilitasnya (Tyas
2000). Tetapi perbanyakan melalui rimpang dan biji relatif lama serta akar rentan
terhadap patogen tanah sehingga diperlukan metode perbanyakan yang lebih cepat
dan steril. Perbanyakan melalui metode kultur jaringan diharapkan dapat
mempercepat pertumbuhan tanaman dan menghilangkan patogen (Karim dan
Munir 2011).
Budi daya E. elatior sudah mulai dikembangkan sebagai bunga potong
(Herlina 2012). Etlingera elatior berbunga merah hati, merah muda, dan light pink
merupakan salah satu bunga tropis dari suku Zingiberaceae yang diperagakan
pada pameran lingkup hortikultura (Herlina 2012). Etlingera elatior berbunga
merah, merah muda, dan putih di Bali sedang dikembangkan sebagai tanaman hias
(Putra et al 2013). Jenis-jenis ini menurut desain lanskap termasuk semak tinggi
dengan tinggi maksimal 3–4.5 m, warna bunga yang menarik dan tekstur kasar
yang terbentuk oleh daun-daun besar, cabang-cabang besar (tidak memunyai ranting
halus dan kecil) atau pertumbuhan menyebar bebas (Putra et al 2013). Honje di
Sumatera Barat juga sudah disusun dalam rangkaian bunga dan ditata di luar
ruangan sebagai tanaman hias (DPTP 2014).

Penyerbukan E. elatior
Variasi bentuk dan warna perbungaan yang menarik serta nektar yang
dihasilkan (Poulsen 2006) merupakan daya tarik untuk hewan mengunjungi E.
elatior. Hewan-hewan tersebut adalah burung Anthreptes malacensis (Ibrahim dan
Setyowati 1999), Arachnothera longirostra (Poulsen 2006), Nectarinia jugularis
(Poulsen 2012). Kunjungan dari burung tersebut secara tidak langsung membantu
proses penyerbukan pada honje. Penyerbukan dengan perantaraan hewan,
biasanya bunganya mempunyai ciri-ciri seperti warna yang menarik,
menghasilkan sesuatu yang menarik atau menjadi makanan hewan, serbuk sari
sering bergumpal-gumpal dan berperekat sehingga mudah menempel pada tubuh
hewan, dan kadang-kadang mempunyai bentuk yang khusus sehingga bunga
hanya dikunjungi oleh jenis hewan tertentu saja (Tjitrosoepomo 1985).

Pemanfaatan E. elatior
Pemanfaatan E. elatior di Indonesia cukup banyak mulai dari rimpang
sebagai pewarna alami kuning (Heyne 1927), batang digunakan sebagai bahan

5

anyaman dan bahan baku pembuatan kertas (Ibrahim dan Setyowati 1999).
Perdagangan kuncup perbungaan dan buah sebagai sayur atau bumbu dilakukan
secara lokal (Tyas 2000). Kuncup sebagai bahan ramuan bumbu kari, dimakan
mentah sebagai lalap, disambal, atau dimasak bersama sayuran lainnya. Bagian
tengah tunas daunnya sebagai pemberi aroma masakan atau dimakan mentah
dengan nasi. Buah setengah masak untuk campuran masakan, buah masak dapat
dimakan mentah atau disambal. Batang direbus dan airnya untuk mandi ibu-ibu
sehabis melahirkan atau diminum untuk obat meriang (Hartini dan
Puspitaningtyas 2005). Penggunaan ekstrak air dan manisan bunga honje dalam
pembuatan permen jelly (Muawanah et al. 2012). Zat warna dari ekstrak bunga
honje sebagai pewarna alami lipstik (Adliani et al. 2012).
Etlingera elatior mengandung senyawa fitokimia berupa flavonoid,
terpenoid, saponin, tanin, alkaloid, minyak atsiri, dan karbohidrat (Lachumy et al.
2010; Aziman 2012; Maulana 2012). Alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan
terpenoid merupakan senyawa yang bersifat antioksidan dan antimikroba (Aziman
2012). Ekstrak bunga honje merupakan sumber untuk antimikroba dan antijamur
(Lachumy et al. 2010). Ekstrak air daun honje dan rimpang memiliki aktivitas
antioksidan dan antibakteri (Chan et al. 2008; Ningtyas 2010). Ekstrak air bunga
dan daun honje sebagai bahan pangan fungsional (Sukandar et al. 2010, 2011)
sebagai contoh pengawet mie basah (Anggraeni 2007). Minyak atsiri daun honje
berpotensi sebagai penolak nyamuk (Renaninggalih et al. 2014).

6

METODE
Waktu dan tempat
Penelitian dilaksanakan bulan Januari 2013 sampai April 2014.
Keanekaragaman honje dideskripsikan berdasarkan spesimen yang dikumpulkan
dari pekarangan rumah penduduk di Kabupaten dan Kota Bogor. Lokasi penelitian
di Kabupaten Bogor terdiri atas Kelurahan Margajaya, Kecamatan Dramaga; Desa
Gunung Leutik, Kecamatan Ciampea; Desa Taman Sari dan Desa Situ Daun,
Kecamatan Tenjolaya; Kampung Angsana, Kecamatan Leuwiliang; Kampung
Babakan dan Kampung Anyer Sari, Kecamatan Jasinga; taman koleksi Villa
Botani di Desa Tajur Halang, Kecamatan Cijeruk; taman koleksi ECOPARK LIPI
Kecamatan Cibinong. Lokasi penelitian di Kota Bogor yaitu Kelurahan
Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur; dan taman koleksi di Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO), Kecamatan Bogor Barat (Gambar 1).

Gambar 1 Lokasi pengambilan sampel penelitian di Kabupaten (1–6, 9) dan Kota
(7–8) Bogor. 1=Jasinga, 2=Leuwiliang, 3= Ciampea, 4=Tenjolaya,
5=Dramaga, 6=Cibinong, 7=Bogor Barat, 8=Bogor Timur, 9=Cijeruk.

Bahan penelitian
Bahan tanaman untuk penelitian ini adalah rumpun honje dikumpulkan di
beberapa Kabupaten dan Kota Bogor (Gambar 1). Pada setiap rumpun yang
ditemukan dikoleksi satu spesimen honje untuk diamati karakter morfologinya.

7

Eksplorasi dan koleksi
Eksplorasi dan koleksi spesimen honje dilaksanakan dengan menjelajahi
setiap bagian di lokasi penelitian (Rugayah et al. 2004). Materi sampel yang
dikumpulkan dari lokasi penelitian (Gambar 1) dibuat spesimen herbarium
sebanyak dua duplikat untuk masing-masing individu dengan mengikuti metode
koleksi kering dan basah. Koleksi kering meliputi daun dan batang semu. Koleksi
basah meliputi rimpang, perbungaan dan perbuahan (Rugayah et al. 2004).
Spesimen disimpan di Laboratorium Sistematika Tumbuhan Institut Pertanian
Bogor dan Laboratorium Sistematika Tumbuhan Universitas Negeri Medan.

Pengamatan ciri morfologi
Pengamatan morfologi dilakukan pada rimpang, batang semu, daun,
perbungaan, dan perbuahan. Hasil pengamatan dideskripsikan menggunakan
istilah botani mengacu pada Radford (1986), Ibrahim dan Setyowati (1999),
Poulsen (2006, 2007), dan terjemahan resmi mengikuti glosarium biologi (Rifai
dan Ermitati 1993).

Pengumpulan data pemanfaatan
Data pemanfaatan diperoleh dengan metode wawancara terbuka terhadap
pedagang, pemilik kebun, dan penduduk (Walujo 2004). Responden berjumlah 16
orang terdiri atas 1 orang di Pasar Caringin, 1 orang di Pasar Gunung Batu, 2
orang di Pasar Bogor, 1 orang di Pasar Ramayana, 2 orang di Kecamatan
Dramaga, 1 orang di Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur, 1 orang
di Desa Gunung Leutik Kecamatan Ciampea, 1 orang di Desa Taman Sari dan 1
orang Desa Situ Daun di Kecamatan Tenjolaya, 2 orang di Kampung Angsana
Kecamatan Leuwiliang, 1 orang di Kampung Babakan dan 1 orang Kampung
Anyer Sari di Kecamatan Jasinga, 1 orang di Kecamatan Kemang, 1 orang di Villa
Botani di Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk. Hasil wawancara disajikan
dalam bentuk tabel dan deskripsi.

Pengelompokan koleksi
Enam puluh sembilan ciri morfologi (Lampiran 1) digunakan untuk
menyusun dendogram menggunakan metode pengelompokan UPGMA melalui
model SAHN pada program NTSYSpc versi 2.11a. Dendogram menunjukkan
hubungan antar koleksi atau antar kelompok koleksi berdasarkan koefisien
keserupaan morfologi.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Eksplorasi berhasil mengumpulkan 32 nomor koleksi dari 32 rumpun
honje di Bogor, meliputi dua jenis honje yaitu E. elatior berjumlah 19 nomor
koleksi dan E. hemisphaerica berjumlah 13 nomor koleksi. Jumlah rumpun honje
yang ditemukan di Kelurahan Margajaya Kecamatan Dramaga ada 1 rumpun, di
Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur ada 1 rumpun, di Desa
Gunung Leutik Kecamatan Ciampea ada 1 rumpun, Desa Taman Sari dan Desa
Situ Daun di Kecamatan Tenjolaya ada 4 rumpun, Kampung Angsana di
Kecamatan Leuwiliang ada 15 rumpun, Kampung Babakan dan Kampung Anyer
Sari di Kecamatan Jasinga ada 2 rumpun, dan taman koleksi di Villa Botani di
Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk ada 5 rumpun, di Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO) ada 1 rumpun, di ECOPARK LIPI ada
2 rumpun.

Ciri pembeda antara E. elatior dengan E. hemisphaerica
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dua jenis honje, E. elatior dan E.
hemisphaerica dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri berikut. Etlingera elatior
memiliki pelepah daun dengan pola garis-garis tebal tanpa hiasan titik-titik, dan
lapisan lilin beserbuk es tebal, warna kuncup daun hijau muda atau hijau
kemerahan. Adapun E. hemisphaerica memiliki pelepah daun berpola garis-garis
tipis dengan hiasan titik-titik, dan lapisan lilin beserbuk es tipis, warna kuncup
daun merah keunguan (Tabel 1 dan Gambar 2). Ada dan tidaknya hiasan titik-titik
pada permukaan pelepah daun dapat dilihat lebih jelas dengan alat kaca pembesar
(handlens).
Tabel 1 Ciri pembeda antara E. elatior dengan E. hemisphaerica
Ciri
E. elatior
E. hemisphaerica
Garis pada pelepah daun
tebal
tipis
Hiasan titik-titik pada pelepah
tidak ada
ada
daun
Lapisan lilin pada pelepah daun menyerbuk es tebal menyerbuk es tipis
Kuncup daun
hijau muda, hijau
merah keunguan
kemerahan
Ciri-ciri di atas dapat digunakan untuk membedakan E. elatior dan E.
hemisphaerica sebelum tanaman berbunga. Adapun ciri-ciri tersebut tersusun
dalam kunci menuju jenis di bawah ini.
Kunci menuju jenis honje di Bogor
1a.
Pelepah daun berpola garis-garis tebal tanpa hiasan titik-titik dan lapisan
lilin beserbuk es tebal; kuncup daun hijau muda atau hijau
kemerahan............................................................................Etlingera elatior
1b.
Pelepah daun berpola garis-garis tipis dengan hiasan titik-titik dan lapisan
lilin
beserbuk
es
tipis;
kuncup
daun
merah
keunguan.................................................................Etlingera hemisphaerica

9

A

B

Gambar 2

C

D

E

F

G

Pelepah daun dan kuncup daun pada E. elatior (A-D) dan E.
hemisphaerica (E-G) di Bogor. Etlingera elatior memiliki pelepah
daun bergaris tebal tanpa hiasan titik-titik, lapisan lilin beserbuk es
tebal dengan variasi hijau kemerahan (A), dan hijau muda (B),
kuncup daun hijau muda (C), dan hijau kemerahan (D). Etlingera
hemisphaerica memiliki pelepah daun bergaris tipis dengan hiasan
titik-titik, lapisan lilin beserbuk es tipis dengan variasi hijau
kemerahan (E), dan hijau muda (F), kuncup daun merah keunguan
(G).

Poulsen (2007) menggunakan warna permukaan bawah daun dan beberapa
ciri perbungaan dan bunga untuk membedakan E. elatior dan E. hemisphaerica.
Dari penelitian ini terungkap bahwa warna permukaan bawah daun saja tidak
cukup untuk mengenali atau membedakan E. elatior dan E. hemisphaerica pada
saat tanaman belum berbunga. Hal ini karena beberapa koleksi E. elatior dijumpai
juga mempunyai warna permukaan bawah daun hijau kemerahan seperti pada E.
hemisphaerica. Selain itu, warna permukaan bawah daun dapat berubah seiring
pertumbuhan dan perkembangan serta dapat dipengaruhi kondisi lingkungan.
Identifikasi jenis pada saat sebelum berbunga diperlukan terutama jika
tanaman tersebut dimanfaatkan sebagai tanaman hias atau bunga potong.
Pemanfaatan honje sebagai tanaman hias atau bunga potong berpotensi untuk
dikembangkan karena masing-masing jenis mempunyai perbungaan yang berbeda,
namun honje mulai berbunga pada tahun kedua setelah penanaman dari rimpang
(Ibrahim dan Setyowati 1999). Sehingga ciri-ciri pembeda kedua honje tersebut
dapat membantu masyarakat untuk membedakan keduanya sebelum berbunga.

Variasi karakter vegetatif
Hasil pengamatan morfologi menunjukkan variasi morfologi dari E.
elatior dan E. hemisphaerica. Variasi morfologi pada E. elatior dijumpai pada
warna sisik rimpang (Gambar 3), pelepah daun, ligula, permukaan bawah daun,
tepi daun (Tabel 2). Variasi morfologi pada E. hemisphaerica dijumpai pada
warna sisik rimpang, pelepah daun, ligula (Tabel 2).

10

Tabel 2 Variasi ciri vegetatif E. elatior dan E. hemisphaerica
Ciri
E. elatior
E. hemisphaerica
Sisik rimpang
hijau kekuningan, merah
hijau kekuningan, merah
terang
terang
Pelepah daun
hijau muda, hijau
hijau muda, hijau
kemerahan
kemerahan
Ligula
hijau muda, hijau
hijau muda, hijau
kemerahan
kemerahan
Permukaan bawah daun hijau muda, hijau
hijau kemerahan
kemerahan
Tepi daun
merah, kuning
merah
A

B

C

D

Gambar 3 Variasi sisik rimpang pada E. elatior (A-B) dan E. hemisphaerica (CD) di Bogor. Etlingera elatior memiliki sisik rimpang merah terang
(A), dan hijau kekuningan (B). Etlingera hemisphaerica memiliki
sisik rimpang merah terang (C), dan hijau kekuningan (D).

Variasi karakter generatif
Dua jenis honje di Bogor dapat juga dibedakan berdasarkan bentuk
perbungaan, bentuk daun gagang steril, dan orientasi daun gagang steril saat
mekar. Variasi morfologi pada E. elatior dijumpai pada warna perbungaan,
panjang dan warna tangkai perbungaan, rambut di pangkal tangkai perbungaan,
jumlah daun gagang steril, jumlah dan bentuk daun gagang fertil, bentuk ujung
daun gagang fertil, jumlah cuping dan bentuk ujung daun gantilan, jumlah dan
bentuk ujung kelopak, rambut di ujung kelopak, jumlah dan bentuk ujung cuping
mahkota, posisi cuping samping mahkota, warna bibir bunga, rambut di
permukaan bibir bunga, posisi bantalan „V‟ pada tabung mahkota, pembukaan
ruang sari pada kepala sari, bentuk kepala putik (Tabel 3 dan Gambar 4, 5, 6, 7,
8). Variasi morfologi pada E. hemisphaerica dijumpai pada warna perbungaan,
panjang dan warna tangkai perbungaan, jumlah daun gagang steril, jumlah dan
bentuk daun gagang fertil, bentuk ujung daun gagang fertil, jumlah cuping dan
bentuk ujung daun gantilan, jumlah kelopak, jumlah dan bentuk ujung cuping
mahkota, posisi cuping samping mahkota, rambut di permukaan bibir bunga,
bentuk kepala putik (Tabel 3 dan Gambar 4, 5, 6, 7, 8).
Selain karakter vegetatifnya, kedua jenis honje tersebut juga dapat
dibedakan berdasarkan karakter generatifnya seperti bentuk perbungaan, panjang
tangkai perbungaan, dan posisi daun gagang steril (Poulsen 2007). Etlingera

11

elatior memiliki perbungaan gasing dengan daun gagang steril melengkung
sedangkan E. hemisphaerica mempunyai perbungaan cangkir dengan daun gagang
steril tidak melengkung. Bentuk perbungaan, kondisi melengkung dan tidak
melengkungnya daun gagang steril hanya terlihat pada saat perbungaan mekar
(Poulsen 2007).
B

A

E

Gambar 4

A

C

D

F

G

Variasi perbungaan pada E. elatior (A-D) dan E. hemisphaerica (EG) di Bogor. Etlingera elatior memiliki perbungaan gasing dengan
variasi warna: merah tangkai merah (A), merah muda tangkai merah
(B), merah muda keputihan tangkai hijau keputihan (C), dan putih
tangkai hijau keputihan (D). Etlingera hemisphaerica memiliki
perbungaan cangkir dengan variasi perbungaan merah tangkai hijau
(E), merah muda tangkai hijau (F), dan merah tangkai merah (G).
B

C

D

Gambar 5 Variasi bentuk ujung daun gagang fertil pada E. elatior (A-B) dan E.
hemisphaerica (C-D) di Bogor. Etlingera elatior memiliki bentuk
ujung daun gagang fertil membundar (A), dan bertusuk (B). Etlingera
hemisphaerica memiliki bentuk ujung daun gagang fertil membundar
(C), dan bertusuk (D).

12

Tabel 3 Ciri generatif E. elatior dan E. hemisphaerica
Ciri
E. elatior
Bentuk perbungaan
gasing
Warna perbungaan
merah, merah muda,
merah muda keputihan,
putih
Panjang tangkai perbungaan
53-144 cm
Warna tangkai perbungaan
merah, hijau keputihan
Pangkal tangkai perbungaan
berambut, gundul
Jumlah daun gagang steril
6-20 helai
Bentuk daun gagang steril
menjorong, melonjong
Orientasi daun gagang steril saat melengkung ke arah
mekar
luar
Jumlah daun gagang fertil
88-300 helai
Bentuk daun gagang fertile
menjorong, melonjong,
melanset, melanset
sungsang
Bentuk ujung daun gagang
membundar, bertusuk
fertile
Jumlah cuping daun gantilan
2-3 berlekatan
Bentuk ujung daun gantilan
runcing, membundar,
rata
Jumlah cuping pada kelopak
2-3 berlekatan
Bentuk ujung cuping kelopak
bertusuk, runcing
Rambut di ujung cuping kelopak ada, tidak ada
Jumlah cuping mahkota
1 cuping belakang, 2
cuping samping
Bentuk ujung cuping mahkota
bertusuk, membundar
Posisi kedua cuping samping
garis miring dan
mahkota
memusat, garis miring
dan memencar
Warna bibir bunga
merah tua tepi kuning,
kuning memudar
menjadi putih di bagian
tengah sampai pangkal
Bentuk bibir bunga
membundar telur
sungsang
Permukaan luar bibir bunga
berambut, gundul
Posisi bantalan "V" di tabung
di ujung, di kedua sisi
mahkota
Pembukaan ruang sari di kepala 1/2-1 bagian
sari
Bentuk kepala putik
bersegi tiga, bersegi
lima
Bentuk dan posisi mulut putik
menjorong dengan
posisi melintang
Tangkai putik
berambut

E. hemisphaerica
cangkir
merah, merah muda

17.5-99.5 cm
hijau, merah
berambut
4-12 helai
membundar telur
tegak (tidak
melengkung)
48-260 helai
menjorong, melonjong,
melanset sungsang
membundar, bertusuk
2-3 berlekatan
runcing, membundar
2-3 berlekatan
bertusuk
tidak ada
1 cuping belakang, 2
cuping samping
bertusuk
garis miring dan
memusat, garis miring
dan memencar
merah tua tepi kuning

membundar telur
sungsang
berambut, gundul
di ujung
1/2 bagian
bersegi tiga, bersegi
lima
menjorong dengan
posisi melintang
berambut

13

D

C

B

A

Gambar 6 Variasi jumlah cuping daun gantilan pada E. elatior (A-B) dan E.
hemisphaerica (C-D) di Bogor. Etlingera elatior memiliki jumlah
cuping daun gantilan dua (A) atau tiga saling berlekatan (B).
Etlingera hemisphaerica memiliki jumlah cuping daun gantilan dua
(C) atau tiga saling berlekatan (D).
B

A

E

D

C

G

F

Gambar 7 Variasi warna bibir bunga pada E. elatior (A-D) dan E. hemisphaerica
(E-G) di Bogor. Bibir bunga merah tua dengan pinggiran kuning (A-C
dan E-G). Bibir bunga kuning memudar menjadi putih di bagian
tengah sampai pangkal (D).
A

B

C

Gambar 8 Variasi posisi bantalan “V” pada E. elatior (A-B) dan E.
hemisphaerica (C) di Bogor. Etlingera elatior memiliki posisi
bantalan “V” di ujung bagian dalam tabung mahkota (A), dan di kedua
sisi bagian dalam tabung mahkota (B). Etlingera hemisphaerica
memiliki posisi bantalan “V” di ujung bagian dalam tabung mahkota
(C).

14

Ciri-ciri yang dicetak miring pada pencirian baru untuk E. elatior dan E.
hemisphaerica merupakan ciri yang tidak dijelaskan oleh Poulsen (2006, 2007).
Pencirian baru E. elatior
Etlingera elatior memiliki rimpang merayap pendek dengan sisik hijau
kekuningan atau merah terang, diameter sekitar 2.8-6.4 cm. Batang semu
mencapai 146-450 cm, jarak antar batang 5-25 cm dan jumlah per rumpun
mencapai 5-60 batang; pelepah daun berwarna hijau muda atau hijau kemerahan,
berpola garis-garis tebal tanpa hiasan titik-titik dan lapisan lilin menyerbuk es
tebal (Gambar 2). Ligula dan kuncup daun memiliki warna yang sama yaitu hijau
muda atau hijau kemerahan. Helaian daun berjumlah 5-29, berukuran 16.3-75 x
8.6-15.4 cm, bentuk melanset atau melonjong, bentuk ujung meruncing, pangkal
meruncing atau menjantung, permukaan atas hijau tua, permukaan bawah hijau
muda atau hijau kemerahan, tepi kuning atau merah. Perbungaan berbentuk gasing
berwarna merah, merah muda, merah muda keputihan dan putih (Gambar 4),
tangkai perbungaan berwarna merah atau hijau keputihan dengan panjang sekitar
53-144 cm, berambut atau gundul. Daun gagang steril berjumlah 6-20 helai,
ukuran 6-13.3 x 1.8-6.5 cm, melengkung ke arah luar pada saat mekar, berbentuk
menjorong atau melonjong, bentuk ujung bertusuk. Daun gagang fertil berjumlah
88-300 helai, ukuran 3.1-9.3 x 0.5-2 cm, bentuk menjorong, melonjong, melanset
atau melanset sungsang, ujung membundar atau bertusuk (Gambar 5), dan
berambut. Daun gantilan memiliki dua atau tiga cuping yang saling berlekatan
(Gambar 6), ukuran 1.2-3.1 x 0.4-0.8 cm, ujung runcing, membundar atau rata.
Bunga berjumlah 88-300, panjang 1.3-5.6 cm. Kelopak memiliki tiga cuping
berlekatan, ukuran 1.7-4 x 0.4-0.7 cm, ujung bertusuk atau runcing, berambut
atau gundul, tipis seperti selaput. Mahkota berbentuk tabung dengan tiga cuping
(satu cuping belakang, dan dua cuping samping), ukuran cuping belakang 1.2-4 x
0.3-0.8 cm, ukuran cuping samping kanan dan kiri sama yaitu 1.1-4.3 x 0.2-0.4
cm, ujung ketiga cuping bertusuk atau membundar, tipis seperti selaput, cuping
belakang menutupi putik dan benang sari, dua cuping samping membentuk garis
miring memusat atau garis miring memencar. Bibir bunga merah tua dengan
pinggiran kuning atau kuning memudar putih di bagian tengah sampai pangkal
(Gambar 7), ukuran 1.1-3.6 x 0.7-1.7 cm, berbentuk membundar telur sungsang,
permukaan berambut atau gundul. Posisi bantalan “V” di ujung atau di kedua sisi
bagian dalam tabung mahkota (Gambar 8). Benang sari berjumlah satu, berbentuk
melonjong dengan dua kepala sari, pembukaan ruang sari ½ atau 1 bagian penuh
di kepala sari. Putik berjumlah satu, kepala bersegi tiga atau bersegi lima, mulut
menjorong dengan posisi melintang, panjang tangkai 0.9-3.5 cm dan berambut.
Pencirian baru E. hemisphaerica
Etlingera hemisphaerica memiliki rimpang merayap pendek dengan sisik
hijau kekuningan atau merah terang, diameter sekitar 3.4-7.2 cm. Batang semu
mencapai 188-500 cm, jarak antar batang 5-25 cm dan jumlah per rumpun
mencapai 9-32 batang; pelepah daun berwarna hijau muda atau hijau kemerahan,
berpola garis-garis tipis dengan hiasan titik-titik dan lapisan lilin menyerbuk es
tipis (Gambar 2). Ligula berwarna hijau muda atau hijau kemerahan. Kuncup daun

15

merah keunguan. Helaian daun berjumlah 4-23, berukuran 17.5-76 x 5.8-16.1 cm,
bentuk melanset atau melonjong, bentuk ujung meruncing, pangkal meruncing
atau menjantung, permukaan atas hijau tua, permukaan bawah hijau kemerahan,
tepi merah. Perbungaan berbentuk cangkir berwarna merah atau merah muda
(Gambar 4), tangkai perbungaan berwarna hijau atau merah dengan panjang
sekitar 17.5-99.5 cm, pangkal berambut. Daun gagang steril berjumlah 4-12 helai,
ukuran 3.8-9.5 x 2.8-6.3 cm, tegak pada saat mekar dan berbentuk membundar
telur, ujung bertusuk. Daun gagang fertil berjumlah 48-260 helai, ukuran 2.6-5.7 x
0.4-1.9 cm, bentuk menjorong, melonjong atau melanset sungsang, ujung
membundar atau bertusuk (Gambar 5). Daun gantilan memiliki dua atau tiga
cuping yang saling berlekatan (Gambar 6), ukuran 1.8-3.2 x 0.5 cm, ujung
runcing atau membundar. Bunga berjumlah 48-260, panjang 1.3-5.1 cm. Kelopak
memiliki tiga cuping berlekatan, 2.3-4.3 x 0.3-0.7 cm, ujung bertusuk dan gundul,
tipis seperti selaput. Mahkota berbentuk tabung dengan tiga cuping (satu cuping
belakang, dan dua cuping samping), ukuran cuping belakang 1.7-4.2 x 0.3-0.5 cm,
ukuran cuping kanan dan kiri sama yaitu 1.6-4.2 x 0.2-0.4 cm, ujung bertusuk,
tipis seperti selaput, cuping belakang menutupi putik dan benang sari, dua cuping
samping membentuk garis miring memusat atau garis miring memencar. Bibir
bunga merah tua dengan pinggiran kuning (Gambar 7), ukuran 1.1-3.2 x 0.5-1.5
cm, bentuk membundar telur sungsang, permukaan luar berambut atau gundul.
Posisi bantalan “V” di ujung bagian dalam tabung mahkota (Gambar 8). Benang
sari berjumlah satu berbentuk melonjong dengan dua kepala sari, pembukaan
ruang sari ½ bagian di kepala sari. Putik berjumlah satu, kepala bersegi tiga atau
bersegi lima, mulut menjorong dengan posisi melintang, panjang tangkai 0.8-3.3
cm dan berambut.

Pengelompokan berdasarkan variasi morfologi
Hasil analisis berdasarkan 69 ciri morfologi menggunakan metode
UPGMA menghasilkan empat kelompok honje (E. elatior dan E. hemisphaerica).
Koleksi E. elatior mengelompok dengan koefisien keserupaan sebesar 63% dan
dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok 1 (perbungaan merah dan
merah muda) dan 2 (perbungaan merah muda keputihan dan putih). Koefisien
kesamaan dalam kelompok 1 sebesar 74% sedangkan dalam kelompok 2 sebesar
70% (Gambar 9). Kelompok 1 memiliki kesamaan ciri kuncup daun hijau
kemerahan, bibir bunga merah tua dengan pinggiran kuning, bantalan “V” di
ujung bagian dalam tabung mahkota, dan tangkai perbungaan merah. Kelompok 2
memiliki kesamaan ciri kuncup daun hijau muda dan tangkai perbungaan hijau
keputihan. Bibir bunga dan posisi bantalan “V” pada E. elatior perbungaan merah
muda keputihan berbeda dengan E. elatior perbungaan putih. Etlingera elatior
perbungaan merah muda keputihan memiliki bibir bunga merah tua dengan
pinggiran kuning dan posisi bantalan “V” di ujung bagian dalam tabung mahkota.
Etlingera elatior perbungaan putih memiliki bibir bunga kuning memudar
menjadi putih di bagian tengah sampai pangkal dan posisi bantalan “V” di kedua
bagian dalam tabung mahkota.

16

Beberapa ciri vegetatif pada E. elatior dapat memprediksi warna
perbungaan. Adapun ciri-ciri tersebut tersusun dalam kunci identifikasi variasi di
bawah ini.
Kunci identifikasi variasi perbungaan E. elatior
1a.
Kuncup daun hijau kemerahan dengan tepi daun merah; pelepah daun
hijau kemerahan; sisik rimpang merah terang; tangkai perbungaan
merah....................................E. elatior perbungaan merah atau merah muda
1b.
Kuncup daun hijau muda dengan tepi daun kuning; pelepah daun hijau
muda; sisik rimpang hijau kekuningan; tangkai perbungaan hijau
keputihan...............E. elatior perbungaan merah muda keputihan atau putih
Etlingera elatior perbungaan merah dengan tangkai merah
Perbungaan; gasing; merah; tangkai perbungaan; 72-144 cm; merah; pangkal
berambut atau gundul; daun gagang steril; 6-20 helai; 6.5-11.7 x 3-5.6 cm;
menjorong atau melonjong; ujung bertusuk; posisi melengkung ke arah luar pada
saat mekar; daun gagang fertil; 110-300 helai; 3.1-9.3 x 0.5-2 cm; melonjong,
melanset, atau melanset sungsang; ujung membundar atau bertusuk, ujung
berambut; daun gantilan; dua atau tiga cuping saling berlekatan; 1.3-2.9 x 0.40.8 cm; ujung membundar atau rata; kelopak; dua atau tiga cuping saling
berlekatan; 1.8-3.6 x 0.3-0.6 cm; ujung bertusuk, ujung berambut; mahkota;
cuping mahkota; tiga cuping saling berlepasan (satu cuping belakang, dua
cuping samping); ukuran cuping belakang 1.2-3.8 x 0.3-0.8 cm; cuping kanan dan
kiri berukuran sama yaitu 1.1-4.3 x 0.2-0.4 cm; ujung ketiga cuping bertusuk;
posisi kedua cuping samping menyerong dan menumpu atau menyerong dan
menyebar; tabung mahkota; posisi bantalan “V” di ujung bagian dalam tabung
mahkota; bibir bunga; 1.3-3.4 x 0.6-1.7 cm; membundar telur sungsang; merah
tua dengan tepi kuning; permukaan luar berambut atau gundul; tepi di bagian
pangkal berambut atau gundul; benang sari; satu; melonjong dengan dua kepala
sari; ruang sari; membuka ½ bagian di kepala sari; putik; satu, kepala putik;
bersegi tiga atau bersegi lima, mulut putik; menjorong dengan posisi melintang,
tangkai putik; panjang 0.9-3.5 cm; berambut (Lampiran 1–2).
Distribusi (Nomor koleksi) : Kampung Angsana Kecamatan Leuwiliang (Dina1,
Dina2, Dina3, Dina4, Dina5), Villa Botany di Desa Tajur Halang Kecamatan
Cijeruk (Dina42), dan Desa Taman Sari di Kecamatan Tenjolaya (Dina22).
Etlingera elatior perbungaan merah muda dengan tangkai merah
Perbungaan; gasing; merah muda; tangkai perbungaan; 54-135 cm; merah;
pangkal berambut atau gundul; daun gagang steril; 8-20 helai; 6-11.3 x 4-6.1
cm; menjorong atau melonjong; ujung bertusuk; posisi melengkung ke arah luar
pada saat mekar; daun gagang fertil; 88-300 helai; 2.9-9 x 0.8-2 cm; melonjong
atau melanset sungsang; ujung membundar atau bertusuk, ujung berambut atau
gundul; daun gantilan; dua atau tiga cuping saling berlekatan; 1.3-3.1 x 0.3- 0.7
cm; ujung membundar atau runcing; kelopak; dua atau tiga cuping saling
berlekatan; 1.9-3.8 x 0.4-0.6 cm; ujung bertusuk, ujung berambut atau gundul;
mahkota; cuping mahkota; tiga cuping saling berlepasan (satu cuping belakang,
dua cuping samping); ukuran cuping belakang 1.2-4 x 0.3-0.8 cm; cuping kanan
dan kiri berukuran sama yaitu 1.1-4.3 x 0.2-0.4 cm; ujung ketiga cuping bertusuk
atau membundar; posisi kedua cuping samping menyerong dan menumpu atau

17

menyerong dan menyebar; tabung mahkota; posisi bantalan “V” di ujung bagian
dalam tabung mahkota; bibir bunga; 1.3-3.6 x 0.8-1.7 cm; membundar telur
sungsang; merah tua dengan tepi kuning; permukaan luar berambut atau gundul;
tepi di bagian pangkal berambut atau gundul; benang sari; satu; melonjong
dengan dua kepala sari; ruang sari; membuka ½ -1 bagian penuh; putik; satu,
kepala putik; bersegi tiga atau bersegi lima, mulut putik; menjorong dengan
posisi melintang, tangkai putik; panjang 1.1-3.4 cm; berambut (Lampiran 1–2).
Distribusi (Nomor koleksi) : Kampung Angsana Kecamatan Leuwiliang
(Dina15), Villa Botany di Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk (Dina41), Desa
Gunung Leutik Kecamatan Ciampea (Dina18), Kampung Babakan dan Anyer Sari
di Kecamatan Jasinga (Dina20, Dina21), Kecamatan Dramaga (Dina30).
Etlingera elatior perbungaan merah muda keputihan dengan tangkai hijau
keputihan
Perbungaan; gasing; merah muda keputihan; tangkai perbungaan; 65-120 cm;
hijau keputihan; pangkal berambut dan gundul; daun gagang steril; 12-20 helai;
6-13.3 x 1.8-6.5 cm; melonjong; ujung membundar atau bertusuk; posisi
melengkung ke arah luar pada saat mekar; daun gagang fertil; 115-300 helai;
3.5-7.8 x 0.7-2 cm; melonjong atau melanset; ujung membundar atau bertusuk,
ujung berambut; daun gantilan; dua atau tiga cuping saling berlekatan; 1.4-3.1 x
0.4-0.7 cm; ujung runcing atau membundar; kelopak; tiga cuping saling
berlekatan; 1.9-4 x 0.3-0.7 cm; ujung bertusuk, ujung berambut atau gundul;
mahkota; cuping mahkota; tiga cuping saling berlepasan (satu cuping belakang,
dua cuping samping); ukuran cuping belakang 1.6-3.5 x 0.3-0.5 cm; cuping kanan
dan kiri berukuran sama yaitu 1.6-3.9 x 0.2-0.4 cm; ujung ketiga cuping bertusuk;
posisi kedua cuping samping menyerong dan menumpu; tabung mahkota; posisi
bantalan “V” di ujung bagian dalam tabung mahkota; bibir bunga; 1.1-3.2 x 0.71.5 cm; membundar telur sungsang; merah tua dengan tepi kuning; permukaan
luar gundul; tepi di bagian pangkal gundul; benang sari; satu; melonjong dengan
dua kepala sari; ruang sari; membuka ½ bagian; putik; satu, kepala putik;
bersegi tiga atau bersegi lima, mulut putik; menjorong dengan posisi melintang,
tangkai putik; panjang 0.9-3.3 cm; berambut (Lampiran 1–2).
Distribusi (Nomor koleksi) : Kampung Angsana Kecamatan Leuwiliang (Dina6,
Dina7, Dina9, Dina14).
Etlingera elatior perbungaan putih dengan tangkai hijau keputihan
Perbungaan; gasing; putih; tangkai perbungaan; 53-117 cm; hijau keputihan;
pangkal gundul; daun gagang steril; 14-16 helai; 6-10.6 x 1.5-4.5 cm; menjorong
atau melonjong; ujung bertusuk; posisi melengkung ke arah luar pada saat mekar;
daun gagang fertil; 254-300 helai; 3.5-8.5 x 0.8-2.1 cm; melonjong atau
menjorong; ujung membundar, ujung berambut; daun gantilan; dua cuping saling
berlekatan; 1.2-3.1 x 0.4-0.7 cm; ujung runcing atau membundar; kelopak; tiga
cuping saling berlekatan; 1.7-4 x 0.4-0.7 cm; ujung bertusuk atau runcing, ujung
berambut; mahkota; cuping mahkota; tiga cuping saling berlepasan (satu cuping
belakang, dua cuping samping); ukuran cuping belakang 1.6-3.7 x 0.3-0.5 cm;
cuping kanan dan kiri berukuran sama yaitu 1.6-4 x 0.2-0.4 cm; ujung ketiga
cuping bertusuk atau membundar; posisi kedua cuping samping menyerong dan
menyebar; tabung mahkota; posisi bantalan “V” di kedua sisi bagian dalam

18

tabung mahkota; bibir bunga; 1.3-3.2 x 0.5-1.2 cm; membundar telur sungsang;
kuning memudar putih di bagian tengah sampai pangkal; permukaan luar
berambut; tepi di bagian pangkal gundul; benang sari; satu; melonjong dengan
dua kepala sari; ruang sari; membuka ½ bagian; putik; satu, kepala putik;
bersegi tiga, mulut putik; menjorong dengan posisi melintang, tangkai putik;
panjang 1.1-3 cm; berambut (Lampiran 1–2).
Distribusi (Nomor koleksi) : Villa Botany di Desa Tajur Halang Kecamatan
Cijeruk (Dina37, Dina39).
Koleksi E. hemisphaerica mengelompok dengan koefisien keserupaan
sebesar 80% dan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok 1 (tangkai
perbungaan hijau) dan 2 (tangkai perbungaan merah). Koefisien kesamaan ciri
morfologi dalam kelompok 1 sebesar 82%, dalam kelompok 2 sebesar 89%
(Gambar 9). Kelompok 1 memiliki kesamaan ciri sisik rimpang hijau kekuningan
dan tangkai perbungaan hijau. Kelompok 2 memiliki kesamaan ciri sisik rimpang
merah terang dan tangkai perbungaan merah. Etlingera hemisphaerica
perbungaan merah memisah menjadi dua kelompok karena perbedaan warna sisik
rimpang dan warna tangkai perbungaan. Etlingera hemisphaerica perbungaan
merah pada kelompok 1 memiliki pelepah daun hijau muda, sisik rimpang hijau
kekuningan, dan tangkai perbungaan hijau, sedangkan perbungaan merah pada
kelompok 2 memiliki pelepah daun hijau kemerahan, sisik rimpang merah terang
dan tangkai perbungaan merah.
Beberapa ciri vegetatif pada E. hemisphaerica dapat memprediksi warna
perbungaan. Adapun ciri-ciri tersebut tersusun dalam kunci identifikasi variasi di
bawah ini.
Kunci identifikasi variasi perbungaan E. hemisphaerica
1a.
Pelepah daun hijau muda; sisik rimpang hijau kekuningan; tangkai
perbungaan hijau.....E. hemisphaerica perbungaan merah atau merah muda
1b.
Pelepah daun hijau kemerahan; sisik rimpang merah terang; tangkai
perbungaan merah................................E. hemisphaerica perbungaan merah
Etlingera hemisphaerica perbungaan merah dengan tangkai hijau
Perbungaan; cangkir; merah; tangkai perbungaan; 17.5-99.5 cm; hijau;
pangkal berambut; daun gagang steril; 4-12 helai; 4-9.2 x 2.8-5.5 cm;
membundar telur; ujung bertusuk atau terbelah; posisi tegak pada saat mekar;
daun gagang fertil; 52-134 helai; 3-5.7 x 0.7-1.9 cm; melonjong; ujung bertusuk
atau membundar, ujung berambut atau gundul; daun gantilan; dua atau tiga
cuping saling berlekatan; 2.1-3.2 x 0.5 cm; ujung membundar atau runcing;
kelopak; dua atau tiga cuping saling berlekatan; 2.5-4.2 x 0.5-0.6 cm; ujung
bertusuk, ujung berambut atau gundul; mahkota; cuping mahkota; tiga cuping
saling berlepasan (satu cuping belakang, dua cuping samping); ukuran cuping
belakang 1.7-4.2 x 0.3-0.5 cm; cuping kanan dan kiri berukuran sama yaitu 1.64.2 x 0.2-0.4 cm; ujung ketiga cuping bertusuk; posisi kedua cuping samping
menyerong dan menumpu atau menyerong dan menyebar; tabung mahkota;
posisi bantalan “V” di ujung bagian dalam tabung mahkota; bibir bunga; 1.1-3.2
x 0.5-1.5 cm; membundar telur sungsang; merah tua dengan tepi kuning;
permukaan luar gundul; tepi di bagian pangkal gundul; benang sari; satu; lonjong

19

dengan dua kepala sari; ruang sari; membuka ½ bagian; putik; satu, kepala
putik; bersegi tiga atau bersegi lima, mulut putik; menjorong dengan posisi
melintang, tangkai putik; panjang 0.8-3.3 cm; berambut (Lampiran 1–2).
Distribusi (Nomor koleksi) : Kampung Angsana Kecamatan Leuwiliang (Dina8,
Dina10, Dina11, Dina16, Dina17), Balitro (Dina34), Desa Situ Daun Kecamatan
Tenjolaya (Dina24, Dina25).
Etlingera hemisphaerica perbungaan merah muda dengan tangkai h