Integrasi Data Sub Bottom Profile Dan Gravity Core Untuk Menentukan Dinamika Sedimentasi Resen Di Perairan Utara Wokam

i

INTEGRASI DATA SUB BOTTOM PROFILE DAN GRAVITY
CORE UNTUK MENENTUKAN DINAMIKA SEDIMENTASI
RESEN DI PERAIRAN UTARA WOKAM

ULIL AMRI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Integrasi Data Sub bottom
Profile dan Gravity Core untuk Menentukan Dinamika Sedimentasi Resen di

Perairan Utara Wokam adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
Ulil Amri
NIM C552130021

iv

RINGKASAN
ULIL AMRI. Integrasi Data Sub bottom Profile dan Gravity Core untuk
Menentukan Dinamika Sedimentasi Resen di Perairan Utara Wokam. Dibimbing
oleh TOTOK HESTIRIANOTO, HENRY M. MANIK dan P. HADI WIJAYA.
Keberadaan sedimen di dasar laut mendapat pengaruh faktor hidrooseanografi hingga material sedimen terbawa dan terendapkan pada dasar laut.
Dalam kurun waktu yang panjang sedimen terendapkan akan mengalami
sedimentasi hingga terbentuk lapisan sedimen di dasar laut, dengan mengetahui

kondisi tersebut dapat diketahui bagaimana proses lapisan sedimen terbentuk dan
faktor oseanografi yang mempengaruhinya (Hutabarat dan Evans 1985).
Sedimentasi di dasar laut Arafura terjadi secara bertahap membentuk lapisanlapisan, sehingga antara lapisan yang lebih dalam dengan lapisan bagian luar akan
mempunyai materi organik yang berbeda (Nurhayati 2006). Pentingnya mengetahui
tipe partikel penyusun dasar perairan adalah untuk mengetahui pola sebaran
berbagai jenis sedimen berdasarkan ukuran dan asal substrat pada suatu perairan
untuk itu perlu diupayakan metode lain yang dapat memberikan informasi dasar
laut. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang kedalaman laut
(Bathymetry) dengan menggunakan Sub bottom profiler (SBP) jenis pinger,
mengidentifikasi struktur, lapisan dan lingkungan pengendapan sedimen,
mengidentifikasi informasi abiotik ukuran sedimen dan sebarannya.
Secara morfologi bathymetri daerah penelitian dibagi menjadi dua lokasi,
yaitu daerah dataran pada bagian timur dan daerah rendahan sangat dalam pada
bagian barat. Pada bagian timur morfologi yang terbentuk terdiri dari closure atau
punggungan, kisaran kedalaman -1.5 hingga -100 meter dibawah permukaan air
laut, sedangkan morfologi pada bagian Barat merupakan morfologi rendahan
dengan kedalaman kisaran -101 hingga -3735.5 meter dibawah permukaan air laut
(Palung Aru). Analisis tekstur yang dilakukan terhadap sampel sedimen di lokasi
penelitian menunjukan adanya empat tipe sedimen, yaitu kerikilan, pasiran, lanauan
dan lempungan. Secara keseluruhan dari empat lokasi pengambilan contoh

didominasi oleh lanauan 53.1 %, pasiran 39.3 %, kerikilan 5.7 % dan lempungan
1.95 %. Berdasarkan hasil analisa fraksinasi sedimen pada empat titik pengambilan
core, teridentifikasi adanya dua tipe substrat, yaitu lanau pasiran dan pasiran.
Hasil identifikasi fasies ditemukan dua belas jenis yaitu: Subparallel,
Sigmoid, Chaotic Fill, Downlap, Erosional Truncation, Prograded Fill, Divergent,
Complex, Hummocky, Wavy parallel Subparallel between parallel, Divergent fill.
Lingkungan pengendapan sedimen didominan oleh fasies Subparallel, Sigmoid dan
Chaotic Fill. Hasil identifikasi pola refeksi akustik ditemukan pola refleksi
discontinuity (tidak adanya keberlanjutan/putus-putus) dan pola continuity
(kemenerusan) sinyal akustik pada endapan sedimen. Pola discontinuity
menandakan bahwa frekuensi yang diterima endapan rendah, sedangkan continuity
menandakan frekuensi yang diterima tinggi.
Kata kunci: Fasies Seismik, Perairan Utara Wokam, Sub bottom Profiler.

v

SUMMARY
ULIL AMRI. Sub bottom profiler and Gravity Core Data Integration for Determine
Recen Sedimentation Process of North Wokam Islands Offshore. Supervised by
TOTOK HESTIRIANOTO, HENRY M. MANIK dan P. HADI WIJAYA.

The existence of sediments on the seabed influence of hydro-oceanographic
factors to sedimentary material carried and deposited on the seabed. In a long period
of sediment will deposited to form a layer on the sea floor, knowing these condition
can be known how the sediment layer is formed and oceanographic factors
influence (Hutabarat and Evans 1985). Sedimentation in the Arafura sea occurs
gradually form layers between the inner layers and the outer layers will have
different organic materials (Nurhayati 2006). The importance to knowing the type
of constituent particles bottom waters is to determine the distribution pattern types
of sediment by size and origin of the substrate on a body of water, so that we need
other methods can provide information seabed. This study aimed to get information
about the ocean depths (bathymetry) by using a sub bottom profiler (SBP) type
pinger, identify the structures, layers and facies of sediment, identifying
information abiotic sediment size and distribution.
Morphologically research area, location of research is divided into two
location, it is the plains area in the Eastern part and the lower area is very deep
(Trench Aru) in the West. In the eastern the morphology is formed consisting of a
closure or ridge, depth range of -1.5 to -100 meters below sea level, while the
morphology of the western very deep, the range of -101 to -3735.5 meters below
sea level. This research result indicate texture analysis on samples of the sediment
has been conducted the four types of sediment, which gravel, sandy, silty and clay.

Overall four sampling sites are dominated by 53.1% of silty, 39.3% of sandy, 5.7%
of gravel and 1.95% of clay. According of the analysis of sediment fractionation
fourth of sample have been identified two types of substrates, namely sandy silt
(three cores), sandy (single core).
Result of seismic in this research indicate of facies identification present
found twelve types: Subparallel, Sigmoid, Chaotic Fill, Downlap, Erosional
Truncation, Prograded Fill, Divergent, Complex, Hummocky, Wavy parallel,
Subparallel between parallel, Divergent fill. The Facies of seabad dominanted by
Subparallel, then Sigmoid and Chaotic Fill. Based on identification of acoustic
reflection found discontinuity (lack of sustainability or dashed) and continuity
(continuity of) an acoustic signal in the sediments. Discontinuity pattern indicates
that the received frequency low deposition, while the continuity indicates the
received in the high frequency.
Keywords : North Wokam Offshore, Seismic Facies, Sub bottom profiler.

vi

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

vii

INTEGRASI DATA SUB BOTTOM PROFILE DAN GRAVITY
CORE UNTUK MENENTUKAN DINAMIKA SEDIMEN RESEN
DI PERAIRAN UTARA WOKAM

ULIL AMRI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Kelautan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

viii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Ediar Usman, MT

ix

Judul Tesis

Nama
NIM

: Integrasi Data Sub bottom Profile dan Gravity Core untuk
Menentukan Dinamika Sedimentasi Resen di Perairan
Utara Wokam
: Ulil Amri

: C552130021

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Totok Hestirianoto MSc
Ketua

Henry Munandar Manik, SPi MT PhD
Anggota

Dr Priatin Hadi Wijaya, ST MT
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Teknologi Kelautan

Dekan Sekolah Pascasarjana


Dr Ir Jonson Lumban Gaol, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian : 29 Januari 2016

Tanggal Lulus:

x

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini dapat penulis selesaikan dengan judul Integrasi Data
Sub bottom Profile dan Gravity Core untuk Menentukan Dinamika Sedimentasi
Resen di Perairan Utara Wokam.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada komisi
pembimbing Bapak Dr Totok Hestirianoto meter Sc, Bapak Henry M. Manik S Pi,
MT, Ph D dan Bapak Dr P. Hadi Wijaya ST, MT atas segala arahan, masukan dan
bimbingannya selama proses pelitian, pengolahan data dan penulisan tesis. Kepada
Bapak Dr Ir Ediar Usman MT selaku penguji tamu pada ujian akhir tesis yang telah
memberikan saran dan masukan pada penulis. Ucapan terima kasih kepada kepala

PPPGL yang telah memberikan izin untuk mengikuti survei KR GEOMARIN III
dan menggunakan data hasil survei, berikut staff dan kru kapal tanpa terkecuali,
segenap staf Laboratorium Sedimen PPPGL Cirebon yang telah membatu selama
analisis laboratorium dilaksanakan, semoga kerjasama ini bisa berlanjut. Ucapan
terima kasih kepada DIKTI yang telah memberikan bantuan Beasiswa Pascasarjana
Pendidikan Dalam Negeri (BPP-DN) tahun 2013-2015, selanjutnya kepada ketua
prodi teknologi kelautan berikut jajaran staf dan dosen pengajar. Rekan-rekan TEK
2013, suatu kebanggaan bisa bersama-sama bersekolah di Sekolah Pascasarjana
IPB. Terkhusus kepada orang tua tercinta dan keluarga yang selalu memberikan
motivasi, semangat dan do’a hingga saat ini, serta semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan tesis ini. Semoga karya ilmiah ini tidak
semata-mata menjadi syarat kelulusan dari program magister pada Program Studi
Teknologi Kelautan, Sekolah Pascasarjana IPB. Penulis berharap semoga karya
ilmiah ini dapat memberikan kontibusi dan bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan. Penulis mengakui karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan
dengan besar hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya penulisan dimasa mendatang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2016

Ulil Amri

NIM C552130021

xi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

1 PENDAHULUAN

1

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pikir Penelitian

1
2
2
3
3

2 METODE

5

Waktu dan Lokasi Penelitian
Bahan dan Alat
Analisis Data

5
5
11

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

22

Bathymetry dan Morfologi Dasar Laut
High Frequency Echoes dan Post Signal Processing
Integrasi Data Akustik dan Data Sedimen Core
4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

22
24
35
54
54
54

DAFTAR PUSTAKA

55

LAMPIRAN

58

DAFTAR TABEL
1 Peralatan yang digunakan di lapangan
6
2 Daftar alat yang digunakan saat pengolahan data
6
3 Alat dan peralatan yang digunakan di laboratorium sedimentologi dan
geologi kelautan PPPGL Cirebon
7
4 Data rekaman Trace#26888 pada kedalaman 400 ms hingga 1000 ms data
minimum 256 dan maksimum 32640
26
5 Data rekaman trace#124098 pada kedalaman 50 ms hingga 125 ms data
minimum 128 dan maksimum 32640
28
6 Data rekaman trace#84798 pada kedalaman 1508.27 ms hingga 3466.53 ms
data minimum 128 dan maksimum 32640
30

xii
7 Data rekaman trace#62073 kedalaman 50 ms hingga 119.75 ms data
minimum 128 dan maksimum 26112.
8 Hasil pengambilan sampel inti sedimen di lapangan.
9 Tabel parameter statistik dan jenis sedimen di lokasi penelitian

32
46
46

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian
2 Kerangka pikir penelitian bagian A bathymetry dan profil sedimen
3 Kerangka pikir penelitian bagian B akustik
4 Peta lokasi penelitian
5 Sistem konfigurasi komponen SBP
6 Konfigurasi array SBP SyQwest dan gambaran ping menuju dasar laut
7 Deskripsi alat gravity core untuk menangkap sampel inti sedimen
8 Grafik semi-variogram
9 Langkah pembelahan core sampel sedimen secara manual
10 Langkah pengolahan data SBP pada analisis fasies sesimik dangkal dan
penamaannya
11 Gambaran kedalaman perairan daerah penelitian
12 Gambaran 3D dan morfologi kedalaman perairan utara pulau wokam
13 Profil rekaman data SBP dan posisi trace#26888 pada Lintasan 1
14 Grafik perbandingan frekuensi kejadian pada masing-masing kelas
trace#26888
15 Profil rekaman SBP dan posisi trace#124098 pada Lintasan 3
16 Grafik perbandingan frekuensi kejadian pada masing-masing kelas
trace#124098
17 Profil rekaman SBP dan posisi trace trace#84798 pada Lintasan 5
18 Grafik perbandingan frekuensi kejadian pada masing-masing kelas
trace#84798
19 Profil rekaman SBP dan posisi trace#62073 pada Lintasan 8
20 Grafik perbandingan frekuensi kejadian pada masing-masing kelas
trace#84798
21 Grafik perbandingan log frekuensi kejadian masing-masing trace
22 Profil seismik dangkal sub bottom profile pada Lintasan 1
23 Perbesaran titik pada Lintasan 1 trace#55000 - trace#68500
24 Pola refleksi akustik Lintasan 1 trace#55000 - trace#68500
25 Profil seismik dangkal sub bottom profile pada Lintasan 3
26 Perbesaran titik pada Lintasan 3 mulai trace#72000 - trace#84000
27 Pola refleksi akustik Lintasan 3 mulai trace#72000 - trace#84000
28 Profil seismik dangkal sub bottom profile pada Lintasan 5
29 Perbesaran titik pada Lintasan 5 mulai trace#76000 - trace#96000
30 Pola refleksi akustik Lintasan 5 mulai trace#76000 - trace#96000
31 Profil seismik dangkal sub bottom profile pada Lintasan 8
32 Profil a perbesaran x 4%, y 550% Lintasan 8 mulai trace#8000trace#33500

3
4
4
5
8
8
10
15
16
21
23
24
26
27
28
29
30
31
32
33
33
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41

xiii
33 Pola refleksi akustik lintasan 8 mulai trace#8000- trace#33500
34 Profil b perbesaran x 4%, y 550% Lintasan 8 mulai trace#64000trace#92000
35 Pola refleksi akustik profil Lintasan 8 mulai trace#64000- trace#92000
36 Model 3D diagram pagar sub bottom profile dan lokasi gravity core
37 Distribusi dan interpolasi persentase fraksi krikilan pada masing-masing
core
38 Grafik arah pergerakan sedimen kerikilan berdasarkan core
39 Distribusi dan interpolasi persentase fraksi pasiran pada masing-masing
core
40 Grafik arah pergerakan sedimen pasiran berdasarkan core
41 Distribusi dan interpolasi persentase fraksi lanauan pada masing-masing
core
42 Grafik arah pergerakan sedimen lanauan berdasarkan core
43 Distribusi dan interpolasi persentase fraksi lempung pada masing-masing
core
44 Grafik arah pergerakan sedimen lempungan berdasarkan core

42
42
43
44
47
48
49
49
50
51
51
52

DAFTAR LAMPIRAN
1 Spesifikasi dan deskripsi Kapal Riset Geomarin III PPPGL
2 Spesifikasi instrumen Bathy-2010 CHIRP sub bottom profiler and
bathymetri echosounder
3a Pengujian impedansi tranduser
3b Penampang tansducer 3,5 kHz model TR-109
4 Spesifikasi alat navigasi yang digunakan selama penelitian
5 Tabel data berat sampel sedimen setelah diayak
6 Tabel data rekaman masing-masing trace yang sudah di filter
7 Grafik gelombang pada masing-masing trace
8 Ketetapan parameter akustik untuk sedimen.

60
61
62
63
64
66
67
70
71

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Keberadaan sedimen di dasar laut mendapat pengaruh faktor hidrooseanografi hingga material sedimen terbawa dan terendapkan pada dasar laut,
dalam kurun waktu yang panjang sedimen terendapkan akan mengalami
sedimentasi hingga terbentuk lapisan sedimen di dasar laut, dengan mengetahui
kondisi tersebut dapat diketahui bagaimana proses lapisan sedimen terbentuk dan
faktor oseanografi yang mempengaruhinya (Hutabarat dan Evans 1985).
Sedimentasi di dasar Laut Arafura terjadi secara bertahap membentuk lapisanlapisan, sehingga antara lapisan yang lebih dalam dengan lapisan bagian luar akan
mempunyai materi organik yang berbeda (Nurhayati 2006). Menurut Irfania (2009)
Laut Arafura dengan tingkat kesuburan yang tinggi dan memiliki potensi cukup
besar dalam bidang perikanan sehingga memiliki daya tarik tersendiri untuk dikaji.
Tingkat kesuburan dan potensi yang ada tidak terlepas dari faktor yang
mempengaruinya seperti biota yang hidup di dasar perairan, struktur, jenis dan tipe
sedimen dasar laut. Pentingnya mengetahui tipe partikel penyusun dasar perairan
adalah untuk mengetahui pola sebaran berbagai jenis sedimen berdasarkan ukuran
dan asal substrat pada suatu perairan. Substrat dasar perairan dapat diklasifikasikan
berdasarkan ukuran partikel, sumber, lokasi, dan warnanya. Data dasar perairan
diambil menggunakan grab yang memiliki banyak kendala, misalnya hanya dapat
dipergunakan dalam wilayah yang terbatas dan dangkal dengan waktu yang lama,
untuk itu perlu diupayakan metode lain yang dapat memberikan informasi dasar
laut.
Metode hidro-akustik dan gravity core merupakan metode yang mampu
mendapatkan informasi mengenai tipe dasar perairan dengan menggunakan
echosounder, disamping dapat mengetahui informasi mengenai tipe dasar perairan,
metode hidro-akustik juga dapat diaplikasikan dalam pemetaan kedalaman perairan
atau bathymetry. Jenis lapisan, ketebalan dan lingkungan pengendapan sedimen
dapat diprediksi dan diketahui melalui pola refleksi gelombang akustiknya. Lapisan
sedimen di dasar perairan memiliki sifat fisis yang variatif, salah satu sifat fisis yang
terdapat di bawah permukaan adalah tingkat kerapatan (density) sedimen. Tingkat
kerapatan sedimen ini merupakan parameter geologi yang sangat berpengaruh
terhadap rambatan gelombang akustik. Variasi dari kerapatan sedimen pada
permukaan dasar laut banyak didominasi oleh sedimen lepas, sedimen
terkonsolidasi, sedimen kompak, terkadang dijumpai batuan keras namun
variasinya tidak terlalu banyak pada suatu daerah. Kekompakan suatu sedimen
biasanya dinyatakan dalam bentuk compressive fracture strength. Compressive
fracture strenght merupakan tekanan maksimum yang mampu ditahan oleh batuan
untuk mempertahankan diri dari terjadinya rekahan (fracture). Besarnya fracture
strength dipengaruhi oleh densitas dan kekompakan sedimen, sedangkan besarnya
densitas dan kekompakan juga dipengaruhi oleh elastisitas sedimen.
Sistem BATHY-2010 Chrip Sub Bottom Profiler and Bathymetric Echo
Sounder terpasang dalam lambung kapal dan towfish. Tranducer dari sub bottom
profiler jenis pinger terdiri dari elemen piezoelektrik kecil, memancarkan glombang

2
pendek, tunggal dan frekuensi tinggi (mulai dari 1 kHz hinga 40 kHz) ketika
diaktifkan oleh dorongan listrik. Sistem yang paling umum digunakan
menghasilkan frekuensi bandwidth yang sempit 3.5 kHz. Tranducer bertindak
sebagai Transmitter dan Receiver. Pingers hanya dapat menangani pulsa energi
rendah (biasanya 10-60 joule). Output daya rendah, dikombinasikan dengan
bandwidth frekuensi yang sempit, menghasilkan penetrasi yang terbatas hanya
beberapa meter di sedimen berpasir, tetapi sampai 50 meter dalam sedimen
berlumpur.

Perumusan Masalah
Wilayah perairan sekitar pulau kepulauan Aru telah mengalami sejarah
eksplorasi yang panjang dari tahun 1973 sampai sekarang. Kegagalan yang umum
dari eksplorasi tersebut adalah tidak dijumpainya muatan migas (no charge) dari
sekuen-sekuen berumur Jura, kegagalan lain adalah tidak dijumpainya sekuensekuen pasir yang diharapkan sebagai reservoar (sand missing, pinched out and
eroded). Akibat adanya kegagalan pengeboran secara langsung mempengaruhi
substrat dasar perairan sebagai habitat organisme laut dalam. Partikel-partikel sisa
pengeboran yang terbawa oleh arus laut akan terus dibawa oleh arus dan pergerakan
massa air hingga terjadi endapan di dasar perairan, pengendapan substrat dasar laut
tidak hanya berasal dari sisa pengeboran migas lepas pantai, pemasangan pipa
bawah laut, pembangunan pelabuhan dan abu letusan gunung vulkanik namun
sungai juga memberikan pengaruh besar terhadap transpor sedimen. Beberapa
faktor inilah yang mempengaruhi komposisi dan distribusi organisme perairan.
Apabila terjadi perubahan kualitas substrat dasar perairan sebagai habitatnya secara
langsung kuantitas sumberdaya hayati di lautan akan berkurang. Irfania (2009) telah
memberikan beberapa informasi mengenai nilai backscattering dari berbagai tipe
dasar perairan di bagian selatan Kepulauan Aru namum belum adanya pembahasan
mengenai lapisan dan jenis lingkungan pengendapan sedimen di utara Kepulauan
Aru. Berdasarkan permasalahan ini dapat diajukan beberaapa pertanyaan penelitian
yakni: [1] seperti apa bathymetri dan topografi daerah penelitian dan teknik apa
yanga bisa digunakan dalam melakukan deteksi dasar perairan dan lapisan sedimen,
[2] seperti apa struktur geologi daerah penelitian, perubahan dan penebalan
sedimen, karakter sedimen yang ada pada lapisan sedimen resen, [3] bagaimana
cara memberikan informasi lapisan sedimen dan penamaan lingkungan
pengendapan kepada pembaca (dalam hal ini Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Kelautan) dari data bathymetry dan sub bottom profiler dengan high
frecuency.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah [1] mendapatkan informasi tentang
kedalaman laut (Bathymetri) dengan menggunakan Sub bottom profiler (SBP) jenis
pinger. [2] mengidentifikasi struktur dan lapisan sedimen di bawah permukaan
dasar laut (seabed). Gambaran lapisan sedimen yang dihasilkan SBP diharapkan

3
akan memberikan gambaran kondisi dasar laut untuk menentukan informasi penting
yang berhubungan dengan topografi dan lapisan sedimentasi dasar laut. [3]
mengidentifikasi informasi abiotik penyusun dasar laut (grain size) dan sebarannya
dengan demikian, dapat dipahami karakteristik sedimen pada sampel core dan
dinamika sedimentasi pada lapisan resen (berumur peistosen-holosen) melalui
penampang lapisan sub bottom profile yang telah diinterpretasi secara vertikal.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi
mengenai kedalaman laut, karakteristik dasar dan lapisan sedimen yang dihasilkan
oleh alat akustik SubBottom Profiler jenis pinger. Selain itu gambaran lapisan
sedimen juga bisa dimanfaaatkan untuk studi habitat dan geologi kelautan.

Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

4

Gambar 2 Kerangka pikir penelitian bagian A Bathymetry dan profil sedimen

Gambar 3 Kerangka pikir penelitian bagian B akustik
Kerangka pikir merupakan visualisasi dari tahapan metode yang memandu
penulis dalam menulis karya ilmiah ini, kerangka pikir dibuat dalam bentuk bagan
alir agar pengertian mengenai sasaran penelitian, metode, pemrosesan, analisis data
dan interpretasi serta penarikan kesimpulan dapat tergambarkan dengan jelas
(Gambar 1). Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor
yang telah diidentifikasi sebagai hal yang penting dengan demikian kerangka
berpikir melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman
yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk
proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.

5

2 METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian
Data penelitian ini menggunakan data survei Kapal Riset GEOMARIN III
Pusat Penelitian Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) perekaman data
menggunakan instrumen sub bottom profiler dan pengambilan contoh sedimen
selama 14 hari mulai tanggal 10 hingga 24 Juni 2014 di perairan Utara pulau
Wokam Kepulauan Aru pada koordinat 4°22'49"LS – 5°34'3"LS dan 133°51'19"
BT – 135°29'55" BT, lokasi survei ditampilkan pada Gambar 4. Analisis data
sedimen dilakukan pada bulan Juli 2014 bertempat di Laboratorium Sedimentologi
PPPGL Cirebon.

Gambar 4 Peta lokasi penelitian

Bahan dan Alat
Survei pengambilan data akustik dilakukan dengan menggunakan Kapal
Riset GEOMARIN III Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Pusat
Penelitian Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL). Penempatan posisi
tranducer sudah terpasang pada kapal. Daftar peralatan dan bahan yang digunakan
disajikan pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3 :

6

Tabel 1 Peralatan yang digunakan di lapangan
No
Nama Peralatan
Fungsi
1 Kapal GEOMARIN III sarana penelitian
2

3

Bathy-2010 CHIRP Sub instrumen akustik
bottom Profiler and
Bathymetri
Echosounder
C-NavTM GPS System
penentu data posisi

4

Gravity core

5

Pipa paralon

6

Kantung Plastik

8

Hardisk eksternal dan
alat tulis

alat pengambil contoh
substrat
tempat penyimpan
contoh
tempat penyimpanan
contoh
tempat penyimpanan
data cadangan

Keterangan
Spesifikasi kapal
terlampir pada
Lampiran 1
spesifikasi terlampir
pada Lampiran 2 dan
Transducer Lampiran 3
spesifikasi terlampir
pada Lampiran 4
Gambar 7
panjang
diameter

=7m
= 5 inc

Sony 1 TB

Tabel 2 Daftar alat yang digunakan saat pengolahan data
No Nama Peralatan
Fungsi dan Keterangan
1 Komputer Laptop
media pengetikan dan pengolahan data :
Intel®Core™ i5-3210M CPU @2.50GHz
4 GB RAM, 32-bit Operation System, VGA
AMD Radeon Graphics, Windows7 Ultimate
2 Komputer PC
media pengolahan data :
Intel®Core™ i5-4460M CPU @3.2GHz
8 GB RAM, 64-bit Operation System, VGA
NVIDIA GeForce GT 730 Graphics, Windows7
Ultimate
3 Ayakan Bertingkat
Menentukan ukuran
Spesifikasi terlampir
butiran sedimen
pada Lampiran 5
4 Software Bathy-2010
perangkat lunak untuk
*.ocd
CHIRP Sub Bottom
menampilkan rekaman
*.segY
Profiler and Bathymetri lapisan sedimen
*.segD
Echosounder
5 Sampel Coring
bahan yang akan
Fraksi dan tekstur
dianalisis
6 microsoft office 2013
perangkat lunak penyaji data dalam bentuk teks,
tabel, slideshow
7 SonarWiz5, Seisee,
perangkat lunak dalam pemrosesan data
Kogeo, Triton Imaging rekaman akustik
8 ArcGis 10
perangkat lunak penyaji data dalam bentuk peta

7
Tabel 3
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Alat dan peralatan yang digunakan di laboratorium sedimentologi dan
geologi kelautan PPPGL Cirebon
Nama Peralatan
Fungsi
Bahan/Sampel core
Bahan yang akan dianalisa
Ayakan bertingkat
Menyaring sampel
Alumunium foil/cawan keramik
Wadah sampel
Gelas ukur 1000 ml, 100 ml dan 10 ml Penakar larutan
Stopwacth
Penghitung waktu
Oven
Pengering sampel
Timbangan analitik
Penakar sampel
Penyumpit dan Pipet tetes
Penakar larutan (per ml)
Hydrogen Peroksida konsentrasi 3-5% Oksidator
Core cutter
Alat pembelah core
Aquades dan perekat entellen
Bahan pembuat sayatan oles
Kaca preparat dan cover glass
Dasar dan penutup sayatan oles
Mengetahui warna contoh sedimen
Colour chart
Alas sampel dalam oven
Nampan stainless steel
Membersihkan ayakan dari partikel
Kuas
sampel lumpur yang sangat halus

Perekaman Data Akustik
Survei sub bottom profile dilaksanakan bersamaan dengan survei bathymetry.
Untuk mendapatkan data lapisan sedimen yang relatif bagus dan dapat mewakili
kondisi dasar laut, maka lintasan kapal dibuat sistematik paralel memotong
diagonal menggunakan alat akustik BATHY-2010 CHIRP sub bottom profiler dan
Bathymetric Echo Sounder SyQwest. Memotong diagonal daerah penelitian adalah
mulai dari Timur Laut ke Barat Daya utara Kepulauan Aru, sehingga lintasan dibuat
dominan arah Barat Laut ke Tenggara dengan harapan dapat memperoleh informasi
geologi lapisan sedimen yang maksimal (Gambar 4). Alat ini merupakan tipe sub
bottom profiler yang sederhana yang terdiri dari tranducer, console trans-receiver
dan software strata box yang terinstal dalam sebuah komputer akuisisi. Tranducer
terpasang di lambung kapal, console trans-receiver dan komputer akusisi terletak
dalam salah satu ruangan kapal.
Software strata box yang terinstal dalam komputer memerintahkan console
trans-receiver untuk mengirimkan sinyal gelombang akustik, kemudian gelombang
akustik akan dipantulkan oleh lapisan-lapisan yang berada didasar laut hingga
energinya habis. Hasil pantulan lapisan-lapisan dasar laut akan diterima oleh
console trans-receiver yang kemudian akan diteruskan kedalam software strata box
berupa sinyal digital yang kemudian akan tampak sebagai image (sistem
konfigurasi SBP disajikan pada Gambar 5). Dalam kegiatan akuisisi peralatan sub
bottom profile dilengkapi dengan peralatan penentu posisi DGPS dan software
navigasi untuk memandu jalanya survei agar sesuai dengan lintasan yang
direncanakan (Gambar 6).
Profiler jenis pinger secara khusus diatur pada frekuensi tertentu. Agar lebih
sederhana, deteksi dasar perairan pada perairan dangkal frekuensi bisa mencapai
200 kHz, namun untuk kedalaman air yang signifikan dan penetrasi dasar perairan
frekuensi yang bekerja mulai dari 12 atau lebih sering 3.5 kHz (Damuth 1980).
Pengoperasian sub bottom profiler jenis pinger pada 3.5 kHz biasanya

8
menghasilkan penetrasi pada kedalaman lapisan 10-15 meter, dengan resolusi
kebawah 0.2 meter tergantung pada jenis endapan.

Gambar 5 Sistem konfigurasi komponen SBP (SyQwest.inc Bathy-2010 PC
manual book)

Gambar 6 Konfigurasi array SBP SyQwest dan gambaran ping menuju dasar laut

9
Sistem BATHY-2010 dikonfigurasi sebagai perangkat akustik dengan
pengukuran sensor yang fleksibel mampu digunakan di perairan dangkal, perairan
dalam dan lapisan sedimen. Aplikasi hidrografi, BATHY-2010 mampu
memberikan algoritma yang canggih untuk mendeteksi sinyal puncak, mode
otomatis: gain penerima, lintasan pada dasar, panjang pulsa dan kontrol tingkat
daya sangat menurunkan akurasi probabilitas deteksi/pelacakan dasar laut selain itu
alat ini juga mampu memberikan energi tinggi bandwidth yang lebar dalam
mengirimkan gelombang dan algoritma pengolahan TVG yang canggih untuk
memfasilitasi penghitungan penetrasi maksimum dasar perairan.
Receiver elektrik BATHY-2010 beroperasi dibawah kendali mikro prosesor
dan memiliki karakteristik sebagai berikut, +26 dB pre-Amp Gain, kHz Signal
Processing Bandwith, 60 dB controlled AGC, Programmable Balanced Modulator,
24 Bit Analog to Digital Conversion, 144 dB Signal Processing Dynamic Range,
Output dari receiver diproses oleh dua TI Digital Signal Processors yang canggih.
Sistem ini menerapkan pengolahan deteksi hukum kuadrat yang diikuti oleh postdeteksi filter yang cocok ditetapkan sesuai dengan panjang pulsa yang dikirimkan.
Mode gain sistem hidrografi medeteksi puncak normalisasi, sistem menghitung
nilai sinyal puncak rata-rata untuk periode integrasi dengan siklus 4 ping. Rata-rata
nilai sinyal puncak dihitung menggunakan jendela geser integrasi 2 kali nilai
panjang pulsa yang ditransmisikan. Rata-rata nilai puncak kemudian digunakan
untuk menormalkan sinyal terdeteksi dengan menerapkan faktor gain yang
sebanding dengan tingkat sinyal maksimum (gain faktor = nilai max/rata-rata nilai
puncak). Hal ini dilakukan secara dinamis untuk setiap sampel output yang
diproses. Kemudian Bathy-2010 melakukan fungsi deteksi dasar laut. Prediksi
deteksi dasar laut di-filter dengan algoritma menggunakan kecepatan kapal, deteksi
threshold dan sepenuhnya beroperasi otomatis untuk memberikan "hand off" data
digital kedalaman di bawah mayoritas kondisi operasi. Sistem ini difasilitasi dengan
mode otomatis panjang pulsa dan pengendalian level daya. Modus deteksi puncak
digitalisasi dasar memberikan representasi paling akurat dari titik tengah dari bim
akustik dan berfungsi sebagai metode untuk meningkatkan akurasi sistem akustik
bim lebar.
Sistem BATHY-2010 menggabungkan pemrosesan sinyal FM dengan
bandwidth yang lebar (CHIRP) agar memberikan penetrasi dan resolusi untuk
aplikasi sub bottom profiling. Sistem ini menggunakan algoritma korelasi replika
yang cocok dengan normalisasi untuk mendapatkan data rekaman dasar laut.
Seorang pengguna dapat memipilih waktu bottom-triggered time varied gain (BTTVG) kemudian diterapkan untuk mengimbangi pelemahan/atenuasi sedimen
sehingga menghasilkan sesuaut yang penting dari kedalaman lapisan sedimen.
BATHY-2010 biasanya dioperasikan pada frekuensi tengah 3.5 KHz dengan swep
FM signal, yang dapat diprogram untuk menyapu frekuensi 8 KHz. Sapuan
maksimum harus selalu digunakan karena menghasilkan resolusi terbaik dan SNR
tertinggi. Dalam mode sub bottom output receiver diproses oleh 2 TI Digital Signal
Processors. Mereka melaksanakan pengolahan deteksi korelasi (uji kecocokan).
Koefisien filter replika dihitung dengan gelombang yang ditransmisikan ke dalam
elektronik receiver. Modus gain pada sistem Sub bottom menerapkan BT-TVG
untuk raw data pada tahap 0.5 dB/m dari 0.0 - 4.0 dB/m dan harus diterapkan
sebagai berikut; Jumlah gain BT-TVG yang diterapkan harus berbanding terbalik
dengan karakteristik redaman (atenuasi) sedimen. Nilai ini menghasilkan efek yang

10
menyebabkan lapisan sub bottom yang lebih keras atau lebih lembut dari sedimen
di sekitarnya yang akan disorot. Semakin keras bagian bawah, atenuasi semakin
besar karena perjalanan melalui lapisan dasar dan akibatnya semakin besar faktor
gain yang harus diterapkan seperti dalam mode operasi hidrografi, gain dari
hardware receiver dikendalikan sebagai fungsi ambient RMS background noise
level (SyQwest 2010).
Data yang diperoleh dari pengeruman ini adalah data digital berformat *.odc,
*.seg-Y dan *.seg-D yang merupakan format standar software BATHY-2010. Agar
memudahkan dalam pengolahan data akan dilakukan rangkaian proses konversi ke
bentuk format lain (pada sub bab analisis pemrosesan data sub bottom profiler).
Pengambilan Contoh Sedimen
Dalam upaya mengambil contoh sedimen dari dasar laut, mulai menggunakan
grab sampler, piston core, gravity core, sediment trap bahkan diambil secara
langsung ke dasar dengan cara menyelam. Metode pengambilan contoh sedimen
dasar laut yang cepat dan mudah adalah coring. Coring adalah suatu teknik yang
digunakan untuk membawa sedimen dari dasar laut ke permukaan dengan
menggunakan pipa core metal panjang yang diberi beban pemberat 350 kg dan
diikat dengan kawat sling diatasnya (Gambar 7). Core bisa menembus lapisan
sedimen pada kedalaman tertentu atau lebih dalam tergantung sudut jatuh dan arus
bawah laut, dengan menggunakan core peneliti bisa menggambarkan stratigrafinya.
Semakin kecil nilai arus dan sudut jatuh core kecepatan jatuh akan lebih cepat dan
lebih dalam core yang tertancap, dalam penggunaanya alat ini memiliki prinsip
jatuh bebas sehingga disebut gravity core. Sebelum dioperasikan dari atas kapal
gravity core diikat menggukan kawat sling, pipa paralon berdiamater 2.5 inc
sepanjang 312 cm dimasukan kedamam core sepanjang 7 meter selanjutnya ditutup
dengan core catcher dan mata perunggu.

Gambar 7 Deskripsi alat gravity core untuk menangkap sampel inti sedimen
Pipa paralon berfungsi sebagai wadah sedimen yang tertangkap, sehingga
memudahkan dalam pemisahan contoh sedimen dengan pipa core, dalam penangan
sampel pun akan lebih mudah selain itu contoh sedimen yang tersisa bisa disimpan
kembali. Fungsi terpenting dari pipa paralon ini adalah bisa mempertahankan

11
lapisan dan struktur sedimen yang tertangkap sesuai dengan lapisan endapan asli
yang berada di dasar laut.
Pengambilan contoh sedimen dilakukan pada empat titik stasiun masingmasing mewakili garis lintasan (sampling 4, sampling 5, sampling 6, sampling 7)
(Gambar 4). Jumlah tersebut diharapkan telah mewakili sampel dasar laut. Sampel
ini berfungsi sebagai kontrol sebaran dasar laut berdasarkan nilai refleksi sistim
akustik. Proses pengambilan sedimen dilakukan dari atas kapal, gravity core
berdiameter 2.5 inch dengan panjang 7 meter yang sudah terikat dengan kawat sling
dibiarkan jatuh bebas hingga tertancap ke dasar laut dan dikontrol dengan data
kedalaman melalui layar monitor. Setelah core tertancap dan mendapatkan sampel
dasar perairan core ditarik ke atas kapal, beberapa persen (tidak lebih dari 2%)
dikeluarkan dari core untuk dianalisa sementara diatas kapal dan sisanya untuk
dianalisa di laboratorium. Sampel sedimen dalam pipa paralon tersebut dibiarkan
berada dalam pipa dalam keadaan tertutup dan dimasukan kedalam wet room
dimana suhu ruangan disesuaikan dengan suhu dasar laut sehingga tidak mengubah
struktur sedimen. Metode dan tahapan pengambilan contoh sebagai berikut :
- Persiapan. Berupa penyiapan perangkat gravity corer, tempat sampel, labeling
dan alat pendukung lainnya.
- Pelaksanaan. Bila diperkirakan sedimen berukuran halus (lempung, lanau
hingga pasir sangat halus) dan memiliki sifat kelekatan tinggi, maka gravity
coring yang akan dilakukan. Perkiraan jenis substrat sedimen dan kedalaman
laut dilakukan berdasarkan informasi dari sub bottom profiler 3.5 kHz.
Kecepatan penurunan maupun penarikan kabel tidak lebih dari 25 meter/menit
dan panjang kabel yang telah diturunkan atau ditarik dihitung oleh sebuah cable
counter hasil rancang bangun teknisi PPPGL.
- Segera setelah contoh sedimen berada di deck, pada beberapa contoh core perlu
dilakukan pemotongan dan pembelahan terlebih dahulu. Analisa awal kemudian
dilakukan, yang berupa: pencatatan terhadap kondisi core, penomoran
(labelling), panjang perolehan core (core recovery), kedalaman dan posisi
perolehan (core attribute) dan pemfotoan (picturing), serta pembuatan sayatan
oles (smear slide).
- Deskripsi megaskopis dilakukan guna mendata dan mengamati perubahan
vertikal dari bagian atas hingga bawah core (untuk contoh hasil gravity corer),
meliputi perubahan warna (dibandingkan dengan color chart), kandungan dan
sifat fisik lainnya. Penampang core dan hasil deskripsi megaskopis dapat dilihat
pada lampiran. Selain itu dilakukan juga pemerian mengenai sifat ke-liat an dan
keplastisan sedimen dengan menggunakan torvane tester, hasil pengukuran
dapat dilihat pada lampiran.

Analisis Data
Analisis data dalam tulisan ini dititikberatkan pada lintasan 1, lintasan 3,
lintasan 5 dan lintasan 8, sedangkan ukuran butir sedimen pada sampling core 4, 5,
6 dan 7 (Gambar 4). Alasan penarikan beberapa lintasan dan titik sampling core
dari total lintasan dan sampling adalah memaksimalkan data dalam waktu yang

12
singkat tanpa mengurangi hasil yang ingin dicapai, lintasan dan sampling core yang
dipakai dianggap telah mewakili wilayah penelitian keseluruhan.
Pemrosesan Data Sub bottom profiler
Sub bottom profiler akustik bim tunggal dan unit deteksi dasar perairan biasa
disebut sebagai pinger. Sistem ini sama prinsipnya dengan unit sounding kedalaman
yang digunakan untuk navigasi pada kebanyakan kapal, namun frekuensi diatur
lebih rendah untuk penetrasi kedalam dasar perairan (Luskin et al., 1954). Sistem
ping ini terdiri dari elemen rongga keramik piezoelectrically dengan Tranducer/
transceiver untuk menghasilkan dan menerima panjang pulsa yang terkendali,
sinyal akustik frekuensi sempit (McGee 1995). Data file format *.odc yang
diperoleh dari lapangan selanjutnya akan diproses lebih lanjut di Laboratorium
Geofisik PPPGL Bandung. Pengolahan data sonar tidak ada aturan yang baku,
semua didasarkan pada kebutuhan tujuan masing-masing peneliti. Pengolahan data
sub bottom profiling menggunakan software pengolahan data SonarWiz Map,
supaya data terlihat lebih baik dan lebih jelas dibanding data playback maka pada
data olahan dilakukan beberapa langkah perlakuan seperti filtering, stacking,
penambahan gain, selanjutnya dilakukan interpretasi data, digitasi terhadap lapisanlapisan sedimen yang telah terbentuk. Hasil digitasi pada software ini diperoleh data
X, Y dan Z yang selanjutnya digunakan sebagai data kedalaman.
Data rekaman akustik selama penelitian diambil berdasarkan titik sampling
sedimen (sediment core) berada, sebelum data disajikan kedalam bentuk gambar,
grafik dan peta raw data terlebih dahulu di proses menggunakan software Bathy2010 kemudian di ekstrak menjadi seg-y dibuka pada software seisee dan kogeo.
Tahap pertama pemrosesan sinyal dimulai dengan pre-processing, yaitu tahapan
filter data dan menerapkan time variable gain (TVG), kedua kompresi pulsa adalah
mencocokan range data yang telah di-filter (konversi kode waktu penyebaran pulsa
ke fungsi “delta”). Tahapan selanjutnya beamforming adalah menghitung arah
(mencocokan data yang sudah di-filter dengan koordinat lintang dan bujur).
Kemudian deteksi yaitu mendeteksi potensi target dasar laut dan lapisan sedimen
(Gambar 2 dan 3). Kelima, menghitung parameter pendukung, posisi dan kecepatan
dari objek yang terdeteksi dan yang terakhir adalah klasifikasi target, indentifikasi
target dan pengenalan pola (Hansen 2009).
Hubungan antara spectrum frekuensi (Hz) dengan amplitudo (dB) pada
daerah core sedimen diambil pada satu trace dan dianalisis lebih lanjut. Nilai
akustik akan di pangkas dari range 50-150 pada trace#26888 lintasan 1 sampling
nomor 5 dan pada range 1500 hingga 2500 pada trace#124098 lintasan 3 sampling
nomor 6, trace#84798 lintasan 5 sampling nomor 7 dan trace#62073 lintasan 8
sampling nomor 4. Pemotongan, penetapan pada range tersebut bertujuan untuk
memadatkan, meningkatkan akurasi data. Hasil pemotongan data selanjutnya
dikelompokan dari nilai minimal hingga nilai maksimal dengan interval kelas
masing-masing 2500 data.
Klasifikasi dan Analisis Multivarians
Klasifikasi adalah sebuah proses untuk menemukan model yang menjelaskan
atau membedakan konsep atau kelas data, dengan tujuan untuk dapat
memperkirakan kelas dari suatu objek yang kelasnya tidak diketahui. Ciri-ciri
sejumlah data dapat diketahui melalui pengelompokan data kedalam beberapa

13
kelas, kemudian dihitung banyaknya pengamatan yang masuk kedalam setiap kelas.
Data yang disajikan dalam bentuk sebaran frekuensi dikatakan sebagai data yang
telah dikelompokan. Banyaknya pengamatan yang masuk kedalam suatu kelas
tertentu disebut frekuensi kelas (f). Lebar kelas suatu kelas didefenisikan sebagai
selisih antara batas atas kelas dengan batas bawah kelas bagi kelas bersangkutan.
Beberapa langkah dalam membuat sebaran frekuensi bagi segugus data yang besar
menurut Walpole (1992), yakni :
1. metentukan banyaknya selang kelas yang diperlukan.
2. metentukan wilayah data tersebut.
3. membagi wilayah tersebut dengan banyaknya kelas untuk menduga lebar
selangnya.
4. metentukan limit bawah kelas bagi selang yang pertama dan kemudian batas
bawah kelasnya. Tambahkan lebar kelas pada batas bawah kelas untuk
mendapatkan batas atas kelasnya.
5. mendaftarkan semua limit kelas dan batas kelas dengan cara menambahkan
lebar kelas pada limit dan batas selang sebelumnya.
6. menentukan titik tengah kelas bagi massing-masing selang dengan merataratakan limit kelas atau batas kelasnya.
7. menentukan frekuensi bagi masing-masing kelas.
8. menjumlahkan kolom frekuensi dan periksa apakah hasilnya sama dengan
banyaknya total pengamatan.
Setelah dilakukan pengkelasan informasi yang terkandung dalam sebaran
frekuensi dalam bentuk tabel kemudian disajikan secara grafik histogram, dalam
diagram balok sebagai lebar balok diambil selang kelas sebaran frekuensinya
sedangkan frekuensi setiap kelas ditunjukan oleh tinggi balok. Tujuan klasifikasi
adalah untuk pengamatan kelompok ke dalam kategori yang terdiri dari individuindividu yang sama dan dengan demikian untuk memisahkan individu yang berbeda
dalam kategori yang berbeda. Analisis varians, kriteria yang harus dipenuhi adalah
meminimalkan estimasi varians antara kelompok (Johnston 1980).
Analisis statistik multivarian merupakan metode analisis pengaruh beberapa
variabel terhadap variabel lainnya dalam waktu yang bersamaan. Hubungan antar
variabel, analisis multivarian dapat dibedakan menjadi dependence techniques dan
independence techbiques. Dependence techniques memiliki dua jenis variabel,
yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Dependence techniques ini digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan mengenai hubungan antara dua
kelompok variabel tersebut, sedangkan dalam independence techbiques kedudukan
setiap variabel sama, tidak ada variabel terikat dan variabel bebas. Biasanya
independence techbiques digunakan untuk melihat saling keterkaitan hubungan
antar semua variabel tanpa memperhatikan bentuk variabel yang dilibatkan.
Menurut Iriawan dan Astuti (2006) analisis multivarian adalah suatu metode
analisis data statistik yang dilakukan secara serentak dengan memperhitungkan
korelasi antar variabel. Data multivarian adalah data yang tidak hanya terdiri atas 1
variabel, tetapi ada beberapa variabel yang digunakan untuk mengukur karakteristik
tertentu. Tujuan analisis multivarian adalah menemukan dan menafsirkan struktur
atau ciri-ciri yang mendasari data, dengan memperhitungkan korelasi antar
variabel, variabel yang jumlahnya banyak akan dikelompokan ulang menjadi
beberapa variabel dengan jumlah lebih sedikit. Penempatan variabel dilakukan
karena ada prinsip parsimoni dalam statistik, yaitu apabila jumlah variabel makin

14
sedikit, maka model makin baik. Hasianro (2013) Principle of Parsimony
merupakan suatu prinsip yang menyatakan bahwa semakin sederhana sebuah model
statistik dengan jumlah variabel dependen (yang dipengaruhi) cukup informatif
untuk menjelaskan model, semakin baik pula model statistik tersebut.
Pemodelan Bathymetry dan Topograpi Wilayah Penelitian
Peta bathymetry adalah peta kedalaman laut yang dinyatakan dalam angka
kedalaman atau kontur kedalaman yang diukur terhadap datum vertikal (chart
datum). Peta bathymetry diperlukan untuk mengetahui keadaan kedalaman laut
sekitar lokasi suatu perairan (Triatmodjo 1999). Peta bathymetry biasanya
menunjukkan relief dasar laut atau daerah dasar laut sebagai garis kontur dan
pemilihan kedalaman. Pemeruman adalah proses dan aktivitas yang ditujukan untuk
memperoleh gambaran (model) bentuk permukaan (topografi) dasar perairan
(seabed surface). Gambaran dasar perairan dapat disajikan dalam garis-garis kontur
atau model permukaan digital. Garis kontur kedalaman atau model bathymetry
diperoleh dengan menginterpolasikan titik-titik pengukuran kedalaman bergantung
pada skala model yang hendak dibuat. Titik-titik kedalaman berada pada lajur-lajur
pengukuran kedalaman yang disebut sebagai lajur perum atau sounding line. Jarak
antar titik-titik fiks perum pada suatu lajur pemeruman minimal sama dengan atau
lebih rapat dari interval lajur perum.
Pemeruman merupakan salah satu pekerjaan terpenting dalam survei
bathymetry. Pemeruman yang dirancang dengan baik (desain survei) akan diperoleh
gambaran topografi dasar laut yang mendekati dengan kenyataan dan pengukuran
kedalaman dilakukan pada titik-titik yang dipilih untuk mewakili keseluruhan
daerah yang akan dipetakan, pada titik tersebut juga dilakukan pengukuran untuk
penentuan posisi. Titik-titik tempat dilakukannya pengukuran untuk penentuan
posisi dan kedalaman disebut titik fiks perum (Poerbandono dan Djunarsjah 2005).
Data yang digunakan untuk membuat peta bathymetry berasal dari alat
echosounder (sonar) yang sesuai dengan spesifikasi dan standar ketelitian survei
hidrografi (IHO) dan dipasang di lambung kapal, berkas suara ke dasar laut. Jumlah
waktu yang dibutuhkan untuk suara melakukan perjalanan melalui air, memantul
dari dasar laut, dan kembali ke penerima menunjukkan jarak ke dasar laut. Alat ini
bekerja dengan menggunakan sifat–sifat perambatan gelombang akustik yang
dipancarkan dengan arah vertikal dari permukaan laut ke dasar laut. Bila kemudian
gelombang pantulnya (dipantulkan oleh dasar laut) diterima, dan dicatat waktu
tempuhnya, maka kedalaman laut dapat ditentukan. Prosedur standar kalibrasi
dilaksanakan dengan menggunakan barcheck atau koreksi sound velocity profile
(SVP) untuk menentukan transmisi, kecepatan rambat gelombang suara dalam air,
dan menentukan index error correction. Kalibrasi dilaksanakan sebelum dan
sesudah survei. Daerah perairan yang tidak bisa dilalui oleh kapal survei penentuan
kedalaman dilakukan secara manual dengan cara topometri.
Beberapa jenis pengolahan data secara matematis akan dilakukan untuk
menentukan tampilan paling baik yang dapat dihasilkan oleh data. Pengolahan data
yang dimaksud akan dibatasi pada pengolahan data sederhana yang akan
mempertahankan kebenaran dari data tersebut. Dari data kedalaman sub bottom
profiler akan dibuat pemodelan relief permukaan dasar laut. Agar terhindar dari
besarnya penyimpangan dari data yang ada, pemodelan dilakukan dengan
interpolasi sederhana Kriging (SG dan LLC 2014).

15
Kriging adalah metode geostatistik yang digunakan untuk mengestimasi nilai
dari sebuah titik atau blok sebagai kombinasi linier dari nilai contoh yang terdapat
disekitar titik yang akan diestimasi. Bobot kriging diperoleh dari hasil variansi
estimasi minimum dengan memperluas penggunaan semi-variogram. Estimator
kriging dapat diartikan sebagai variabel tidak bias dan penjumlahan dari
keseluruhan bobot adalah satu. Bobot inilah yang dipakai untuk mengestimasi nilai
dari ketebalan, ketinggian, kadar atau variabel lain. Kriging memberikan lebih
banyak bobot pada contoh dengan jarak terdekat dibandingkan dengan contoh
dengan jarak lebih jauh, kemenerusan dan anisotropi merupakan pertimbangan
yang penting dalam kriging, bentuk geometri dari data dan karakter variabel yang
diestimasi serta besar dari blok juga ditaksir (Cressie 1991). Kriging memberikan
ukuran error dan confidence. Metode ini menggunakan semivariogram yang
merepresentasikan perbedaan spasial dan nilai diantara semua pasangan sampel
data. Semivariogram dihitung berdasarkan sampel semivariogram dengan jarak h,
beda nilai z dan jumlah sampel data n diperlihatkan pada persamaan 1.

dimana : (h)
h
z(xi)
z(xi+h)
N(h)

� ℎ =

∑�= [�

−�
.� ℎ

+ℎ

]

(1)

= (semi) variogram untuk arah tertentu dan jarak h
= 1d, 2d, 3d, 4d (d = jarak antar contoh)
= harga (data) pada titik xi
= data pada titik yang berjarak h dari xi
= jumlah pasangan data.

Gambar 8 Grafik semi-variogram (ESRI 1999)
Gambar 8 menunjukan grafik dari sebuah semivariogram, pada jarak yang
dekat (sumbu horizontal) semivariance bernilai kecil. Tetapi pada jarak yang lebih
besar, semivariance bernilai tinggi yang menunjukan bahwa variasi dari nilai z
tidak lagi berhubungan dengan jarak titik sampel. Jenis Kriging yang bisa dilakukan
adalah dengan cara spherical, circular, exponential, Gaussian dan linear (Webster
dan McBratney 1986).
Beberapa sifat khas dari kriging adalah [1] struktur dan korelasi variabel melalui
fungsi γ (h), [2] hubungan geometri relatif antar data yang mencakup hal penaksiran
dan penaksiran volume melalui (xi, xi+j) (hubungan antar data) dan sebagai (xi, V)

16
(hubungan antara data dan volume), [3] jika variogram isotrop dan pola data teratur,
maka sistem kriging akan memberikan data yang simetris, [4] dalam banyak hal
hanya contoh-contoh di dalam blok dan di s