b. Faktor Sosial dan Psikologis
Anak dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah, keluarga yang broken home lebih sering mengalami enuresis. Menurut Feehan dkk 1990 timbulnya enuresis nokturnal
sekunder, biasanya juga disebabkan oleh karena kelahiran saudara kandung, kematian dalam keluarga, atau memiliki orang tua yang bercerai.
Menurut Moffatt 1989 munculnya enuresis jarang sekali dikaitkan dengan masalah psikiatrik. Kebanyakan anak
dengan enuresis memiliki profil psikologis yang normal atau sedikit peningkatan minor dalam tingkah lakunya.
1
Dari berbagi penelitian yang telah dilakukan tidak terbukti peranan faktor psikologik sebagai etiologi enuresis nokturnal terutama enuresis primer. Enuresis
sekunder memang sering dihubungkan sebagai akibat stress psikologik, sedangkan pada enuresis primer peranan psikologik sangat kecil.
2
Menurut Friman PC dkk, enuresis nokturnal primer secara signifikan tidak timbul oleh karena tingkah laku komorbid.
7
Sebaliknya, beberapa peneliti juga menduga adanya hubungan antara ADHD Attention Deficit Hyper-activity Disorder dengan enuresis nokturnal. Peranan enuresis
sebagai penyebab gangguan emosi pada anak telah terbukti melalui berbagai penelitian. Anak dengan enuresis merasa harga dirinya berkurang dan kurang percaya diri terutama
pada anak besar dan anak perempuan. Merosotnya rasa percaya diri pasien enuresis dapat diperberat oleh sikap orang tua yang kurang toleran terhadap keadaan anaknya.
2
c. Fakor Tidur
Orangtua dari anak enuresis sering melaporkan bahwa anak biasanya tidur lelap dan cenderung sulit untuk dibangunkan, namun pendapat ini masih berdasarkan penilaian
subjektif Graham, 1973. Ritvo dkk 1969 adalah peneliti yang pertama kali menemukan bahwa anak yang menderita neuresis akan basah pada setiap tingkatan tidur
dan kualitas tidur anak yang menderita enuresis kelihatan normal.
8
Dengan bantuan alat EEG dan sistometri dapat diketahui adanya hubungan antara kedalaman tidur dengan gambaran sistometri. Pada anak dengan enuresis didapat pola
tidur yang terlalu lelap terutama pada kasus-kasus yang resisten terhadap pengobatan. Penelitian juga menunjukkan bahwa anak laki-laki ternyata memiliki gangguan tidur
yang lebih berat. Watanabe dan Kawauchi menemukan satu lokus dalam jaringan syaraf yang disebut locus coeruleus LC yang bertanggung jawab terhadap aktifitas pusat
bangun arousal. Neuron LC dapat diaktifasi oleh berbagai rangsangan antara lain sentuhan, cubitan, suara, cahaya dan distensi kandung kemih.Pada anak dengan enuresis
rangsangan oleh peregangan kandung kemih baru terjadi pada saat awal tidur lelap, sedangkan pada tidur ringan light sleep tidak terjadi.
2
Rini Savitri Daulay : Enuresis, 2008 USU e-Repository © 2008
d.Kapasitas Kandung Kemih