Daya Kecambah Dan Pertumbuhan Kayu Afrika (Maesopsis Eminii Engl.) Di Lahan Pasca Tambang Batubara Pada Metode Direct Seeding

DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN KAYU AFRIKA
(Maesopsis eminii Engl.) DI LAHAN PASCA TAMBANG
BATUBARA PADA METODE DIRECT SEEDING

INDRA ALAMSYAH

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Daya Kecambah dan
Pertumbuhan Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.) di Lahan Pasca Tambang
Batubara Metode Pada Direct Seeding adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Indra Alamsyah
NIM E44110048

ABSTRAK
INDRA ALAMSYAH. Daya Kecambah dan Pertumbuhan Kayu Afrika
(Maesopsis eminii Engl.) di Lahan Pasca Tambang Batubara Pada Metode Direct
Seeding. Dibimbing oleh IRDIKA MANSUR.
Lahan pasca tambang mempunyai kondisi yang kurang mendukung untuk
dilakukannya penanaman maupun revegetasi. Revegetasi ditunjukan untuk
memperbaiki kondisi lingkungan yang dapat memberikan manfaat ekologis,
ekonomis, dan sosial secara berkelanjutan. Metode direct seeding merupakan
salah satu metode yang dapat digunakan dalam mendukung keberhasilan kegiatan
revegetasi dengan biaya yang lebih murah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kedalaman penanaman yang sesuai dalam penanaman benih kayu
afrika pada lahan pasca tambang batubara dan kemampuan tumbuh dari tanaman
kayu afrika pada lahan dengan pH rendah di areal pasca tambang batubara, serta
mengetahui kadar kapur yang sesuai dalam mendukung pertumbuhan benih kayu

afrika di lahan pasca tambang batubara. Jenis benih yang digunakan adalah kayu
afrika (Maesopsis eminii Engl.) ditanam langsung di lapangan dengan jarak tanam
2 x 4 meter dan ditanam 2 benih per lubangnya menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) dengan dua faktor. Parameter yang diamati antara lain daya
berkecambah, persen hidup, diameter tanaman, tinggi tanaman dan jumlah daun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kapur berpengaruh nyata terhadap
daya kecambah, tinggi, diameter, dan jumlah daun tanaman. Pemberian kadar
kapur 0.5 kg memberikan pengaruh terbaik pada parameter daya berkecambah,
tinggi tanaman, diameter tanaman, dan jumlah daun tanaman. Perlakuan
kedalaman penanaman 2 cm berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dengan
nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 6.15 cm dalam satu bulan pengamatan.
Kata kunci: Direct seeding, kayu afrika, lahan pasca tambang, revegetasi

ABSTRACT
INDRA ALAMSYAH. The Germination Rate and Growth of Umbrella Tree
(Maesopsis eminii Engl.) Cultivated on the Post-mining Land Using Direct
Seeding Method. Supervised by IRDIKA MANSUR.
The post-mining land is less suitable for planting and revegetation.
Revegetation aims at improving environmental conditions which in turn give
ecological, economical, and social benefits. Direct seeding is one of the low-cost

methods that can be used in revegetation. The purpose of this research is to know
the depth of planting required in the planting of umbrella trees on a post-mining
land and to study its growth rate on the land with low pH as well as to learn the
lime content required for a proper growth of the tree seeds. The seeds used in this
research are those of umbrella trees (Maesopsis eminii Engl.), which are planted
directly on the field with the distance planting of 2 x 4 meters. Two seeds are put
in eachhole using Fully Randomized Design model in which two parameters are
observed, including germination rate, percentage of survival, height of plants,
diameter, and number of leaves. The research shows that the lime content
determine the germination rate, height of plants, diameter of plants, and number of
leaves. The germination rate, height of plants, diameter of plants, and number of
leaves are at their best when the lime content is 0.5 kg. The planting depth of 2 cm
contributes positively to the height of plants with the average growth rate of 6.15
cm in a month observation.
Key words: Direct Seeding, post-mining land, revegetation, umbrella trees

DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN KAYU AFRIKA
(Maesopsis eminii Engl.) DI LAHAN PASCA TAMBANG
BATUBARA PADA METODE DIRECT SEEDING


INDRA ALAMSYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi dan studi penulis telah dapat
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Maret 2015 sampai bulan Mei 2015 ini ialah revegetasi lahan pasca tambang,
dengan judul Daya Kecambah dan Pertumbuhan Kayu Afrika (Maesopsis eminii

Engl.) di Lahan Pasca Tambang Batubara pada Metode Direct Seeding.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Irdika Mansur, MForSc
selaku dosen pembimbing. Di samping itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada Manajemen PT Pesona Khatulistiwa Nusantara, Kalimantan Utara dan
seluruh staf Bagian Lingkungan di perusahaan tersebut yang telah memberikan
bantuan pelaksanaan penelitian dari awal hingga akhir pengamatan kepada
penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh Dosen dan Staff
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, kedua
orang tua penulis (Ading Sumadi dan Eti Suherti), adik penulis (Tiyara Apriliani),
teman dekat penulis (Annisa Fathia Nurfitriani, Safitri Febrina, Jajang Sutiawan
dan Mamun), Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Meja Institut Pertanian Bogor atas
segala dukungan, doa dan motivasi yang diberikan, serta rekan-rekan Silvikultur
48.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi seluruh pihak.

Bogor, Maret 2016
Indra Alamsyah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang

1
1

Tujuan Penelitian

2


Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Alat dan Bahan Penelitian

2

Prosedur Penelitian

3


Rancangan Percobaan

3

Analisis Data

5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

HASIL

7


Daya Kecambah

7

Persen Hidup

8

Tinggi dan Diameter

10

Jumlah Daun

11

PEMBAHASAN

12


SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan

15

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

RIWAYAT HIDUP

18


DAFTAR TABEL
1 Kombinasi Perlakuan
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh kadar kapur dan lubang tanam
terhadap pertumbuhan kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.) pada metode
direct seeding
3 Hasil uji Duncan Pengaruh kadar kapur terhadap daya kecambah benih
tanaman kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.) selama pengamatan 60
hari di lahan pasca tambang
4 Hasil uji Duncan Pengaruh lubang tanam terhadap daya kecambah benih
tanaman kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.) selama pengamatan 60
hari di lahan pasca tambang
5 Hasil uji Duncan Pengaruh kadar kapur terhadap persen hidup tanaman
kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan pasca
tambang batubara
6 Hasil uji Duncan Pengaruh lubang tanam terhadap persen hidup tanaman
kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan pasca
tambang batubara
7 Hasil uji Duncan Pengaruh kadar kapur terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan
pasca tambang batubara
8 Hasil uji Duncan Pengaruh kadar kapur terhadap pertumbuhan diameter
tanaman kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan
pasca tambang batubara
9 Hasil uji Duncan Pengaruh lubang tanam terhadap pertumbuhan diameter
tanaman kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan
pasca tambang batubara
10 Hasil uji Duncan Pengaruh lubang tanam terhadap pertumbuhan diameter
tanaman kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan
pasca tambang batubara
11 Hasil uji Duncan Pengaruh kadar kapur terhadap jumlah daun tanaman
kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan pasca
tambang batubara
12 Hasil uji Duncan Pengaruh lubang tanam terhadap jumlah daun tanaman
kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan pasca
tambang batubara

3

7

8

8

8

9

10

10

11

11

11

12

DAFTAR GAMBAR
1 Areal tanam benih kayu afrika di PT Pesona Khatulistiwa Nusantara OPD
2B
2 Penyiapan lahan tanam
3 Tanaman kayu afrika yang mati
4 Tanaman penutup tanah (Centrocema pubescens) pada tanaman kayu
afrika umur 1 bulan di lahan pasca tambang batubara

4
4
9
9

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam
baik berupa sumberdaya hayati maupun sumberdaya tambang. Industri
pertambangan memberikan keuntungan yang cukup besar kepada kemajuan
perekonomian negara. Akan tetapi kegiatan penambangan menimbulkan masalah
lingkungan baik akibat kerusakan bentang alam karena penggalian maupun residu
bahan kimia yang digunakan dalam proses penambangannya. Kegiatan
penambangan secara umum dimulai dengan pembersihan lahan dari tanaman yang
ada di permukaan tanah, pemindahan material yang menutupi bahan tambang
(terdiri dari tanah pucuk dan overburden), pengambilan bahan tambang, menutup
kembali lubang galian dengan overburden, menebarkan tanah pucuk, dan
penanaman kembali (Mansur 2013).
Lahan pasca tambang mempunyai kondisi hilangnya profil lapisan tanah,
terjadi pemadatan tanah (tingginya tingkat bulk density), kekurangan unsur hara
penting, pH rendah, pencemaran oleh logam berat pada lahan bekas tambang,
serta penurunan populasi mikroba tanah (Setyaningsih 2007). Meskipun demikian,
kegiatan reklamasi maupun revegetasi di lahan pasca tambang harus tetap
dilakukan. Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2009 (Pasal 1
Ayat 26), dikatakan bahwa reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang
tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki
kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya.
Revegetasi ditujukan untuk memperbaiki kondisi lingkungan melalui
penanaman jenis-jenis pohon yang dapat memberikan manfaat ekologis, ekonomis
dan sosial secara berkelanjutan. Setiadi (2010) menyatakan bahwa untuk
mempercepat kegiatan revegetasi dan rehabilitasi lahan pada lahan pasca tambang
jenis yang dipilih adalah jenis yang tahan terhadap cahaya matahari, tumbuh
cepat, mempunyai tajuk yang luas, menghasilkan banyak serasah, mampu tumbuh
baik pada tanah yang mempunyai kadar unsur hara dan kadar air yang terbatas,
serta memiliki sifat katalitik. Tanaman yang bersifat katalitik adalah jenis tanaman
yang tumbuh baik dan dapat memfasilitasi tanaman lain untuk bisa tumbuh dan
berkembang di areal sekitarnya. Siregar dan Siregar (2010) menyatakan bahwa
katalitik spesies mempunyai sifat tumbuh cepat, menghasilkan banyak serasah
yang cepat terdekomposisi, menghasilkan buah yang dapat mengundang hewan
yang berperan dalam penyebaran biji sehingga akan terjadi percepatan kolonisasi
tumbuhan sehingga lingkungan yang terpolusi perlahan-lahan akan pulih kembali
mendekati kondisi semula, sebagai contoh yaitu pohon sengon, jambu-jambuan
dan kelompok beringin.
Sebagai upaya mendukung kegiatan revegetasi di lahan pasca tambang,
maka dilakukan penelitian tentang daya hidup dan pertumbuhan kayu afrika
(Maesopsis eminii Engl.) di lahan pasca tambang batubara pada metode direct
seeding. Kayu afrika dipilih karena merupakan jenis tanaman suksesi yang
tumbuh pada areal hutan yang terganggu ekosistemnya dan mampu tumbuh pada
solum tipis asalkan terdapat air cukup (Joker 2002). Tanaman kayu afrika mampu

2
tumbuh di bawah naungan dan pada periode selanjutnya mampu menjadi tanaman
penaung bagi jenis tanaman lainnya yang disebabkan pertumbuhannya yang cepat
(Joker 2002). Selain itu, kayu afrika juga memiliki ukuran benih cukup besar,
ukuran benih berpengaruh terhadap kemampuan tumbuh dan berkembang yang
tinggi sehingga revegetasi dapat lebih mudah dilakukan dengan metode direct
seeding (Nurhasby 2005). Oleh karena itu tanaman kayu afrika tersebut dapat
menjadi salah satu jenis tanaman yang nantinya akan mendukung keberhasilan
revegetasi.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedalaman penanaman yang
sesuai dalam penanaman benih kayu afrika pada lahan pasca tambang batubara
dengan metode direct seeding dan kemampuan tumbuh dari tanaman kayu afrika
pada lahan dengan pH rendah di areal pasca tambang batubara, serta mengetahui
kadar kapur yang sesuai dalam mendukung pertumbuhan benih kayu afrika di
lahan pasca tambang batubara.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diantaranya yaitu memberikan
referensi terhadap cara penanaman benih kayu afrika dengan metode direct
seeding di lahan pasca tambang yang dapat digunakan sebagai jenis tanaman
pendukung dalam kegiatan revegetasi di lahan pasca tambang, dan memberikan
informasi terkait kadar kapur yang sesuai bagi pertumbuhan benih kayu afrika.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di lahan pasca tambang batubara PT Pesona
Khatulistiwa Nusantara (PKN), Kalimantan Utara selama 3 bulan dari bulan
Maret hingga Mei 2015.

Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian terdiri dari cangkul, ember plastik,
kompor, kaliper, kamera, software Microsoft Excel 2007, software Microsoft
Word 2010, software SAS 9.1.3, pH meter, penggaris dan alat tulis. Bahan yang
digunakan terdiri dari benih kayu afrika yang diambil dari perkebunan teh Gunung
Mas Puncak Bogor, kapur dan kompos.

3
Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu membuat rancangan
percobaan, penentuan areal tanam, penyiapan lahan, penyiapan benih, penanaman
benih di lahan, pengamatan dan pengambilan data, serta analisis data. Adapun
uraian tahapan prosedur penelitian adalah sebagai berikut :
Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama terdiri dari perlakuan 3 tingkat ukuran
pemberian kapur yang berbeda yaitu 0 kg, 0.5 kg, 1 kg. Faktor kedua terdiri dari
kedalaman penanaman benih yang berbeda yaitu kedalaman penanaman 2 cm dan
5 cm. Masing-masing diulang sebanyak 3 kali dan dalam setiap ulangan terdiri
dari 10 unit ulangan. Adapun model linear yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Yijk = µ+αi+βj+(αβ)ij + €ijk
dimana:
Yijk = Nilai-nilai pengamatan pada faktor A (tingkat ukuran pemberian kapur)
taraf-taraf ke-i, faktor B (Perbedaan kedalaman penanaman) taraf ke-j
ulangan ke-k
µ
= Nilai-nilai rata pengamatan
αi
= Pengaruh perlakuan ukuran pemberian kapur taraf ke-i
βj
= Pengaruh perlakuan kedalaman penanaman benih taraf ke-j
(αβ)ij = Pengaruh interaksi ukuran pemberian kapur
ke-I dengan kedalaman penanaman benih ke-j
€ijk = Pengaruh acak faktor ukuran pemberian kapur pada taraf ke-i
dengan faktor kedalaman penanaman benih pada taraf ke-j dan ulangan
ke-k.
Perlakuan yang digunakan adalah Faktor A yaitu ukuran pemberian kapur
dengan A0 (kontrol): kapur 0 kg/lubang, A1 : kapur 0.5 kg/lubang dan A2 : kapur
1 kg/lubang. Faktor B yaitu kedalaman penanaman benih dengan B0 (2 cm) dan
B1 (5 cm). kombinasi perlakuan pemberian kapur dan kedalaman penanaman
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kombinasi perlakuan pemberian kapur (A) dan kedalaman penanaman
benih (B)
Kapur
kedalaman penanaman
Ulangan
B0
B1
A0
1
A0B0-1
A0B1-1
2
A0B0-2
A0B1-2
3
A0B0-3
A0B1-3
A1
1
A1B0-1
A1B1-1
2
A1B0-2
A1B1-2
3
A1B0-3
A1B1-3
A2
1
A2B0-1
A2B1-1
2
A2B0-2
A2B1-2
3
A2B0-3
A2B1-3

4
Penentuan areal tanam
Areal tanam yang dipilih dalam kegiatan penanaman kayu afrika ini
merupakan areal bekas tambang yang telah dilakukan revegetasi sebelumnya
sehingga berada dalam naungan tanaman lainya yang bertujuan untuk
memungkinkan perkecambahan pada benih kayu afrika (Gambar 1).

Gambar 1 Areal tanam benih kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.) di PT Pesona
Khatulistiwa Nusantara OPD 2B, Kalimantan Utara
Penyiapan lahan tanam
Penyiapan lahan tanam dilakukan dengan mencangkul tanah pada titiktitik tanam yang ditentukan dengan jarak tanam 2 x 4 meter. Selanjutnya
dilakukan pemberian kompos pada setiap lubang sebanyak 3 kg/lubang, lalu
mengaduknya bersama tanah tersebut dengan menambahkan kapur pada sebagian
titik dengan ukuran kapur 0.5 kg dan 1 kg, serta sebagian lagi tidak ditambahkan
kapur sebagai kontrol yang diaduk secara merata. Kegiatan-kegiatan tersebut
disajikan dalam Gambar 2.

(a)
(b)
Gambar 2 Penyiapan lahan tanam ; a) Pembuatan lubang tanam; b) Pengadukan
tanah, kapur dan kompos di OPD 2B PT Pesona Khatulistiwa
Nusantara, Kalimantan Utara
Penyiapan benih
Benih kayu afrika didapatkan dengan cara mengambil benih yang telah
jatuh dari pohonnya sebanyak 380 biji. Benih yang diambil berasal dari
perkebunan teh Gunung Mas Puncak Bogor, diberi perlakuan pendahuluan untuk
mempercepat daya kecambah benih. Pendahuluan dilakukan dengan cara
merendam benih dengan air panas selama 5 menit, kemudian dilanjutkan dengan
perendaman air dingin selama 24 jam.

5
Penanaman benih di lahan
Penanaman benih kayu afrika dilakukan pada titi-titik tanam yang telah
disiapkan dengan jumlah benih 2 biji untuk setiap lubangnya. Benih ditanam pada
kedalaman lubang tanam berbeda-beda yaitu 2 cm dan 5 cm.
Pengamatan dan Pengambilan data
Pengamatan dan pengambilan data dilakukan berdasarkan parameter daya
berkecambah, persen hidup, diameter tanaman, tinggi tanaman dan jumlah daun.
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah :
a) Daya berkecambah (DB)
Daya berkecambah =
Jumlah benih kecambah normal x 100%
Jumlah benih yang ditanam
b) Persen hidup
Persen hidup
=
Jumlah titik tanaman hidup x 100%
Jumlah total titik tanam
c) Diameter tanaman
Diameter tanaman yaitu ukuran diameter kayu afrika dengan
menggunakan kaliper yang dilakukan setiap satu minggu sekali pengamatan.
Dilakukan pengukuran 3 cm diatas permukaan tanah.
d) Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan penggaris yang dilakukan
setiap satu minggu sekali pengamatan.
e) Jumlah daun
Jumlah daun merupakan total dari daun yang terdapat pada bibit kayu
afrika dilakukan pada akhir pengamatan. Pengamatan ini diukur sebagai
pengganti parameter biomassa yang tidak dilakukan pengukuran.

Analisis Data
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan dalam penelitian
ini. Data diolah menggunakan software SAS 9.1.3, jika :
a. Nilai P-value > α (0.05) maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap parameter yang diuji.
b. Nilai P-value < α (0.05) maka perlakuan memberikan pengaruh nyata
terhadap parameter yang diuji, lalu dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan.

6

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara merupakan perusahaan yang bergerak
pada bidang pertambangan batubara yang berproduksi di Kecamatan Tanjung
Selor dan Kecamatan Tanjung Palas Timur sesuai dengan Keputusan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 1272.k/DJB/2011 tentang Permulaan
Tahap Kegiatan Produksi pada Wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara. Berdasarkan peta
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Kalimantan Timur Tahun 1999,
lokasi rencana penambangan Batubara PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara terletak
pada Kawasan Budidaya Non Kehutanan.
Menurut Klasifikasi Iklim Schmidt dan Ferguson yang didasarkan pada data
curah hujan selama periode Tahun 1999 – 2009 dari Badan Meteorologi dan
Geofisika Bandara Udara Tanjung Harapan, tipe iklim lokasi termasuk kedalam
tipe iklim basah. Hal ini menunjukkan intensitas curah hujan di lokasi studi cukup
tinggi dengan curah hujan rata-rata per tahunnya adalah 208,8 mm.Curah hujan
rata-rata pada setiap tahunnya (periode Tahun 1999 – 2009) adalah sebesar 210,4
mm, sedangkan curah hujan rata-rata tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2006,
yaitu 269,1 mm, terendah pada tahun 1999 sebesar 136,5 mm. Jumlah rata-rata
intensitas penyinaran matahari tahunan di lokasi studi adalah sekitar 46,1.
Intensitas penyinaran rata-rata tahunan terendah terjadi pada tahun 2009, yaitu
37,0. Sedang intensitas penyinaran rata-rata tahunan tertinggi terjadi pada tahun
2006, yaitu 54,4.Suhu udara minimum di lokasi studi berkisar 21,10C sampai
22,8 0C, dengan suhu udara minimum terendah pada tahun 2001 serta suhu
minimum tertinggi pada tahun 2004. Suhu udara minimum rata-rata tahunan di
lokasi studi, yaitu 22,00C. Suhu udara maksimum di lokasi studi berkisar 32,5 0C
sampai 36,2 0C. Suhu udara rata-rata tahunan di lokasi studi yaitu 27.90C,
sedangkan suhu udara rata-rata tahunan berkisar26,8 0C sampai 28,8 0C.
Kelembaban udara berkisar antara 79,1 – 85,0 %, dengan kelembaban udara ratarata tahunan sebesar 83,5 %. Tingginya kelembaban udara di daerah studi
terutama disebabkan kedudukan geografis lokasi studi yang berada dalam wilayah
iklim tropika basah. Pergerakan angin pada bulan Januari sampai Juni pada
umumnya ke arah Selatan dan Barat, sedangkan pada bulan Juli sampai Desember
bertiup ke arah Baratdaya, dengan kecepatan angin rata-rata bulanan sebesar 7.2
m/dt, sedangkan kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Mei (12,88 m/dt)
dan terendah terjadi pada bulan Juli (1.01m/dt), sedangkan rata-rata kecepatan
angin adalah 1.3 m/det.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Lahan pasca tambang umumnya memiliki pH tanah yang rendah (Suprapto
2006). Hal tersebut terbukti pada penelitian ini, lokasi pengamatan memiliki pH
tanah awal rendah yaitu 3.8 hingga 4.6 dengan rata-rata yaitu 4.19 untuk setiap
lubang tanam yang diamati.
Lokasi pengamatan merupakan areal yang telah ditanami sebelumnya
dengan jenis tanaman sengon (Falcatria moluccana) dan telah ditanami cover
crop atau tanaman penutup tanah dengan jenisnya yaitu Centrocema pubescens.
Hasil rekapitulasi data pertumbuhan benih kayu afrika terhadap pengaruh
kadar kapur dan lubang tanam disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh kadar kapur dan lubang tanam
terhadap pertumbuhan kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.) pada
metode direct seeding
Perlakuan
Parameter
Kadar kapur

Lubang tanam

Interaksi

Daya kecambah

0.0017 *

0.3508 tn

0.0556 tn

Tinggi (cm)

0.0001 *

0.0089 *

0.2392 tn

Diameter (mm)

0.0001 *

0.2026 tn

0.3123 tn

Persen Hidup

0.3851 tn

0.8448 tn

0.7971 tn

Jumlah daun

0.0001 *

0.3980 tn

0.8566 tn

Keterangan: Angka-angka dalam tabel adalah nilai signifikan; * = perlakuan berpengaruh nyata
pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (p-value) < 0.05 (α), tn = perlakuan tidak
berpengaruh nyata ada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (P-value) > 0.05 (α).

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa kadar kapur umumnya berpengaruh
nyata terhadap semua parameter yang diamati, kecuali terhadap persen hidup.
Perlakuan lubang tanam hanya memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter yang lain. Interaksi dari
perlakuan kadar kapur dan lubang tanam pada Tabel 2 menunjukan bahwa tidak
berpengaruh nyata terhadap semua parameter, sehingga untuk mengetahui
perlakuan yang terbaik maka dilakukan uji Duncan dari pengaruh tunggal.
Daya Kecambah
Analisis sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa perbedaan kadar kapur
memberikan pengaruh terhadap daya kecambah, maka dilakukan uji Duncan
untuk mengetahui kadar kapur yang memiliki nilai daya kecambah paling tinggi.
Hasil uji Duncan pengaruh kadar kapur dan lubang tanam terhadap daya
kecambah benih tanaman kayu afrika dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

8
Tabel 3 Pengaruh kadar kapur terhadap daya kecambah benih tanaman kayu afrika
(Maesopsis eminii Engl.) selama pengamatan 60 hari di lahan pasca
tambang
Perlakuan
A0 (Kadar kapur 0 Kg)
A1 (Kadar kapur 0.5 Kg)
A2 (Kadar kapur 1 Kg)

Rata-rata daya kecambah (%)
57.50b
68.33a
45.00c

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil uji Duncan pengaruh kadar kapur terhadap daya
kecambah (Tabel 3) menunjukkan bahwa respon daya kecambah perlakuan A0
(kadar kapur 0 kg) memiliki rata-rata daya kecambah sebesar 57.50%. Perlakuan
A1 (kadar kapur 0.5 Kg) menunjukan respon daya kecambah dengan rata-rata
daya kecambah sebesar 68.33%, sedangkan respon rata-rata daya kecambah
perlakuan A2 (kadar kapur 1 kg) yaitu sebesar 45%.
Tabel 4 Pengaruh lubang tanam terhadap daya kecambah benih tanaman kayu
afrika (Maesopsis eminii Engl.) selama pengamatan 60 hari di lahan
pasca tambang
Perlakuan lubang tanam
B0 (Lubang tanam 2 cm)

Rata-rata daya kecambah (%)
58.89a

B1 (Lubang tanam 5 cm)

55.00a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil uji Duncan pengaruh lubang tanam terhadap daya
kecambah (Tabel 4) menunjukkan bahwa respon daya kecambah perlakuan B0
(lubang tanam 2 cm) memiliki rata-rata daya kecambah sebesar 58.89%.
Perlakuan B0 tidak berbeda nyata dengan B1 (lubang tanam 5 cm) dengan
kecambah rata-rata sebesar 55.00%.
Persen Hidup
Persen hidup merupakan indikator yang sangat penting untuk
menunjukaan keberhasilan dalam kegiatan penanaman. Hasil rekapitulasi uji
Duncan terhadap parameter persen hidup tanaman dapat dilihat pada Tabel 5 dan
Tabel 6.
Tabel 5 Pengaruh kadar kapur terhadap persen hidup tanaman kayu afrika
(Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan pasca tambang batubara
Perlakuan kadar kapur
Rata-rata persen hidup (%)
A0 (Kadar kapur 0 Kg)
83.33a
A1 (Kadar kapur 0.5 Kg)

88.33a

A2 (Kadar kapur 1 Kg)

76.95a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

Berdasarkan Tabel 5 di atas diketahui bahwa pemberian kadar kapur tidak
berpengaruh nyata terhadap persen hidup tanaman kayu afrika umur 1 bulan di
lahan pasca tambang batubara.

9
Tabel 6 Pengaruh lubang tanam terhadap persen hidup tanaman kayu afrika
(Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan pasca tambang batubara
Perlakuan lubang tanam
Rata-rata persen hidup (%)
B0 (Lubang tanam 2 cm)
83.52a
B1 (Lubang tanam 5 cm)

82.22a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil rekapitulasi uji Duncan pengaruh lubang tanam terhadap
persen hidup tanaman kayu afrika umur 1 bulan di lahan pasca tambang batubara
menunjukan bahwa perlakuan lubang tanam tidak berpengaruh nyata terhadap
persentase hidup tanaman. Perlakuan B0 (lubang tanam 2 cm) memiliki rata-rata
persen hidup 83.52% dan perlakuan B1 (lubang tanam 5 cm) rata-rata persen
hidupnya sebesar 82.22%.
Pada pengamatan penelitian tanaman kayu afrika umur 1 bulan di lahan
pasca tambang batubara ditemukan tanaman-tanaman mati yang dapat dilihat pada
Gambar 3. Selain itu, terdapat juga tanaman penutup tanah yang berpotensi
menurunkan persen hidup tanaman kayu afrika umur 1 bulan tersebut (Gambar 4).

(a)

(b)

(c)
Gambar 3 Tanaman kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.) yang mati; a) Akibat
tertimbun tanah hasil erosi; b) Akibat aliran air; c) Akibat bentukan
genangan air pada lubang tanam pada lahan pasca tambang PT Pesona
Khatulistiwa Nusantara, Kalimantan Utara

Gambar 4 Tanaman penutup tanah (Centrocema pubescens) pada tanaman kayu
afrika (Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan pasca tambang
batubara PT Pesona Khatulistiwa Nusantara, Kalimantan Utara

10
Tinggi dan Diameter
Semai kayu afrika hasil perkecambahan mengalami pertambahan tinggi dan
diameter yang berbeda-beda dari setiap perlakuannya. Hasil rekapitulasi uji
Duncan pengaruh kadar kapur terhadap parameter tinggi dan diameter dapat
dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8, sedangkan hasil rekapitulasi uji Duncan
pengaruh lubang tanam terhadap parameter tinggi dan diameter ditunjukan pada
Tabel 9 dan Tabel 10.
Tabel 7 Pengaruh kadar kapur terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kayu afrika
(Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan pasca tambang batubara
Perlakuan kadar kapur
A0 (Kadar kapur 0 Kg)

Rata-rata pertumbuhan(cm)
5.48c

A1 (Kadar kapur 0.5 Kg)

6.55a

A2 (Kadar kapur 1 Kg)

5.91b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

Tabel 7 di atas diketahui bahwa pengaruh kadar kapur terhadap tinggi
tanaman kayu afrika selama 1 bulan pengamatan di lahan pasca tambang batubara
memberikan respon pertumbuhan tinggi yang berbeda nyata. Perlakuan A0 (kadar
kapur 0 kg) memberikan respon dengan rata-rata pertumbuhan tinggi sebesar 5.48
cm. Perlakuan A1 (kadar kapur 0.5 kg) memberikan respon terhadap pertumbuhan
tinggi dengan rata-rata pertumbuhan tinggi sebesar 6.55 cm, sedangkan perlakuan
A2 (kadar kapur 1 kg) memberikan pengaruh pertumbuhan tinggi dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 5.91 cm.
Tabel 8 Pengaruh kadar kapur terhadap pertumbuhan diameter tanaman kayu
afrika (Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan pasca tambang
batubara
Perlakuan kadar kapur

Rata-rata pertumbuhan diameter (mm)

A0 (Kadar kapur 0 Kg)

1.78c

A1 (Kadar kapur 0.5 Kg)

2.67a

A2 (Kadar kapur 1 Kg)

2.25b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil uji Duncan pengaruh kadar kapur terhadap diameter
tanaman kayu afrika yang dapat dilihat pada Tabel 8 diketahui bahwa perlakuan
A0 (kadar kapur 0 kg) memberikan respon pertumbuhan diameter dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 1.78 mm. Perlakuan A1 (kadar kapur 0.5 kg) memberikan
respon pertumbuhan diameter dengan rata-rata pertumbuhan diameter sebesar
2.67 mm, sedangkan perlakuan A2 (kadar kapur 1 kg) memberikan respon
pertumbuhan diameter dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2.25 mm.

11
Tabel 9 Pengaruh lubang tanam terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kayu afrika
(Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan pasca tambang batubara
Perlakuan lubang tanam
B0 (Lubang tanam 2 cm)

Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)
6.15a

B1 (Lubang tanam 5 cm)

5.81b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa pengaruh lubang tanam terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman kayu afrika umur 1 bulan pengamatan di lahan pasca
tambang batubara memberikan respon pertumbuhan yang berbeda nyata.
Perlakuan B0 (lubang tanam 2 cm) memberikan respon pertumbuhan tinggi
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6.15 cm dan perlakuan B1 (lubang tanam 5
cm) memberikan respon pertumbuhan tinggi dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 5.81 cm.
Tabel 10 Pengaruh lubang tanam terhadap pertumbuhan diameter tanaman kayu
afrika (Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan pasca tambang
batubara
Perlakuan lubang tanam
B0 (Lubang tanam 2 cm)

Rata-rata pertumbuhan diameter (mm)
2.22a

B1 (Lubang tanam 5 cm)

2.26a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil rekapitulasi uji Duncan pengaruh lubang tanam terhadap
pertumbuhan diameter tanaman kayu afrika umur 1 bulan di lahan pasca tambang
batubara menunjukan bahwa perlakuan lubang tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan diameter tanaman. Perlakuan B0 (lubang tanam 2 cm)
memiliki rata-rata pertumbuhan diameter sebesar 2.22 mm dan perlakuan B1
(lubang tanam 5 cm) rata-rata pertumbuhan diameternya sebesar 2.26 mm.
Jumlah Daun
Indikator pertumbuhan suatu tanaman dapat dilihat dari jumlah daun,
panjang daun dan lebar daun. Berdasarkan hasil penelitian, perbedaan perlakuan
kadar kapur memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun. Hasil
rekapitulasi uji Duncan terhadap jumlah daun disajikan pada Tabel 11 dan Tabel
12.
Tabel 11 Pengaruh kadar kapur terhadap jumlah daun tanaman kayu afrika
(Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan pasca tambang batubara
Perlakuan kadar kapur
Rata-rata jumlah daun
A0 (Kadar kapur 0 Kg)
3.85c
A1 (Kadar kapur 0.5 Kg)

5.82a

A2 (Kadar kapur 1 Kg)

4.65b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

12
Berdasarkan hasil uji Duncan pengaruh kadar kapur terhadap jumlah daun
kayu afrika yang dapat dilihat pada Tabel 11 diketahui bahwa perlakuan A0
(kadar kapur 0 kg) memberikan respon terhadap jumlah daun dengan rata-rata
jumlah daun yaitu 3.85 daun atau jika dibulatkan sebesar 4 daun. Perlakuan A1
(Kadar kapur 0.5 Kg) memberikan respon terhadap jumlah daun dengan rata-rata
jumlah daun sebesar 5.82 atau jika dibulatkan menjadi 6 daun dan perlakuan A2
memberikan respon dengan rata-rata jumlah daun paling yaitu 4.65 daun atau jika
dibulatkan sebesar 5 daun.
Tabel 12 Pengaruh lubang tanam terhadap jumlah daun tanaman kayu afrika
(Maesopsis eminii Engl.) umur 1 bulan di lahan pasca tambang batubara
Perlakuan lubang tanam
Rata-rata jumlah daun
B0 (Lubang tanam 2 cm)
4.73a
B1 (Lubang tanam 5 cm)
4.81a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.
Berdasarkan hasil rekapitulasi uji Duncan pengaruh lubang tanam terhadap
jumlah daun tanaman kayu afrika umur 1 bulan di lahan pasca tambang batubara
menunjukan bahwa perlakuan lubang tanam tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun tanaman. Perlakuan B0 (lubang tanam 2 cm) memiliki rata-rata
jumlah daun sebesar 4.73 daun atau jika dibulatkan menjadi 5 daun dan perlakuan
B1 (lubang tanam 5 cm) rata-rata jumlah daun sebesar 4.81 daun atau jika
dibulatkan menjadi 5 daun.

PEMBAHASAN
Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.) merupakan jenis suksesi yang
tumbuh pada hutan yang terganggu ekosistemnya, dapat tumbuh pada solum yang
tipis asalkan terdapat air yang cukup serta memiliki biji yang cukup besar (Joker
2002).
Pembenihan langsung (direct seeding) merupakan teknik penaburan benih
di lapangan tanpa melalui tahapan persemaian. Dalam kegiatan reklamasi lahan
pasca tambang, penerapan teknik direct seeding memiliki keuntungan yaitu; (1)
direct seeding dapat mengurangi biaya penanaman jika dibandingkan dengan
penanaman menggunakan bibit, (2) dapat lebih cepat menutup luasan lahan dan
jenis yang digunakan bermacam-macam, (3) lebih praktis ketika yang digunakan
adalah benih dari jenis lokal, (4) lebih mudah dari penanaman bibit jika akses sulit
dijangkau, (5) pada umumnya semua pohon menghasilkan benih namun belum
tentu tersedia bibitnya, (6) memungkinkan pertumbuhan akarnya lebih normal
karena terhindar dari stress setelah penanaman, (7) dapat dilakukan setiap musim
asalkan kelembaban tanahnya cukup (Herman et al. 2003). Tanaman yang dapat
digunakan untuk pembenihan langsung mempunyai beberapa kriteria. Kriteria
tanaman yang umumnya digunakan untuk teknik pembenihan langsung adalah (1)
jenis asli setempat, (2) cepat tumbuh untuk merestorasi fungsi ekosistem, (3)
dapat berasosiasi dengan mikroba tanah seperti mikoroza, rhizobium dan frankia,
(4) umumnya tanaman dengan benih ortodoks, dan (5) tanaman yang sesuai secara

13
ekologis (sifat fisik dan kimia tanah), ekonomi dan sosial (Higgins et al 1993;
Ochsner 2001).
Penelitian ini memperhitungkan perkecambahan dan pertumbuhan benih
kayu afrika pada lahan pasca tambang batubara yang diberikan pengaruh
perlakuan kadar kapur serta pengaruh perlakuan lubang tanam. lokasi pengamatan
memiliki pH tanah awal rendah yaitu rata-rata yaitu 4.19 untuk setiap lubang
tanam yang diamati menyebabkan ketersedian menjadi sedikit, berdampak pada
pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Hal tersebut didukung oleh pernyataan
Tamadjoe (1995), bahwa jika pH tanah kurang dari 4.2 menyebabkan penyerapan
kation-kation oleh akar tanaman menjadi terhenti. Pengapuran pada lahan pasca
tambang dibutuhkan sebagai upaya memperbaiki pH dari pH masam menjadi pH
netral. Rosmarkam dan Yuwono (2002) mengatakan manfaat dari kapur yang
diberikan pada tanah yaitu meningkatkan pH tanah, menurunkan kelarutan Al,
meningkatkan kandungan unsur hara Ca dan Mg, memperbaiki tekstur, struktur
dan memantapkan agregat tanah, serta menurunkan tingkat bahaya erosi karena
agregat tanah yang mantap.
Respon daya kecambah benih kayu afrika yang terbaik yaitu dengan
perlakuan kadar kapur 0.5 kg dengan rata-rata daya kecambah sebesar 68.33%.
Pemberian perlakuan kadar kapur 1 kg meskipun memiliki nilai kadar kapur yang
paling besar, akantetapi memiliki rata-rata daya kecambah yang paling rendah
sebesar 45% bahkan nilainya jauh lebih rendah dibandingkan kontrol atau
perlakuan kadar kapur 0 kg. Hal tersebut diduga adanya unsur air yang dibutuhkan
oleh benih terganggu serapannya karena pemberian kadar kapur yang berlebihan.
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), tanah yang memiliki kandungan kapur
yang tinggi belum tentu memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, bisa jadi kapur
tersebut menjadi racun atau penghambat pertumbuhan bagi tanaman karena kapur
dapat menyerap unsur hara dalam tanah dan mengikat air yang dibutuhkan
tanaman. Air berperan penting dalam proses perkecambahan benih. Tahap
pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh
benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma, tahap kedua dimulai
dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi
benih, tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan
seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan
ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh, tahap keempat adalah asimililasi dari
bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan
energi baru, pembentukan komponen dan pertumbuhan sel baru, dan tahap kelima
adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan
pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh (Ochsner 2001).
Respon pengaruh kadar kapur dan pengaruh lubang tanam terhadap persen
hidup tanaman kayu afrika umur 1 bulan di lahan pasca tambang batubara
menunjukan tidak ada pengaruh yang berbeda nyata. Persen hidup tanaman
mengalami penurunan disebabkan karena tanaman tersebut terkena gangguan
yaitu tertimbun tanah yang terbawa erosi dan tanaman terbawa aliran air (Gambar
3A dan 3B). Namun ada juga penurunan persen hidup disebabkan oleh
pengolahan tanah awal yang kurang baik mengakibatkan terjadinya pemadatan
tanah yang kurang baik sehingga terbentuknya genangan pada lubang tanam
(Gambar 3C). Hal tersebut disebabkan akibat jenis tanah bertekstur liat sehingga
mempersulit dalam pengolahan tanah. Adapun gangguan lain yang

14
memungkinkan menyebabkan penurunan persen hidup yaitu adanya tanaman
penutup tanah (Centrocema pubescens) yang melilit pada tanaman kayu afrika
tersebut (Gambar 4). Meskipun demikian, berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 6,
diketahui persen hidup dari tanaman kayu afrika umur 1 bulan dengan metode
direct seeding tersebut memiliki nilai rata-rata cukup tinggi yaitu diatas 75%. Hal
tersebut memiliki nilai persen hidup yang lebih besar nilainya dibanding dengan
hasil penelitian Nugroho (2013) pengembangan penggunaan metode direct
seeding untuk rehabilitasi lahan pasca tambang PT Tunas Inti Abadi, Kalimantan
Selatan yang menunjukan bahwa keempat jenis tanaman yang diujikan diketahui
berdasarkan lubang tanam daya hidup sengon dan randu lebih tinggi jika
dibandingkan dengan trembesi dan sengon buto, daya hidup sengon dan randu
sebesar 66%, sedangkan daya hidup trembesi dan sengon buto 58% dan 52%. Hal
ini diduga karena benih kayu afrika berukuran lebih besar. Menurut Seiwa et al.
(2002) bahwa ukuran benih memegang peranan penting dalam kehidupan tanaman,
salah satunya terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan awal anakan.
Pengaruh pemberian kadar kapur berpengaruh nyata tehadap parameter
tinggi dan diameter tanaman kayu afrika umur 1 bulan di lahan pasca tambang
batubara (Tabel 2). Respon pertumbuhan tinggi terbaik tanaman kayu afrika umur
1 bulan di lahan pasca tambang batubara yaitu dengan perlakuan kadar kapur 0.5
kg dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 6.55 cm. Perlakuan kadar kapur 0.5
kg berbeda nyata dengan kadar kapur 0 kg maupun 1 kg (Tabel 7). Hal tersebut
menunjukkan bahwa perlakuan kadar kapur 0.5 kg memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap pertumbuhan tinggi dibandingkan dengan kadar kapur 1 kg
maupun 0 kg. Perlakuan A1 (kadar kapur 0.5 kg) mampu meningkatkan rata-rata
pertumbuhan tinggi sebesar 1.07 cm dari kontrol (kadar kapur 0 kg), sedangkan
perlakuan A2 (kadar kapur 1 kg) hanya mampu meningkatkan rata-rata
pertumbuhan sebesar 0.43 cm. Sedangkan, Respon pertumbuhan diameter terbaik
pada tanaman kayu afrika umur 1 bulan di lahan pasca tambang batubara yaitu
dengan perlakuan kadar kapur 0.5 kg dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar
2.67 mm. Perlakuan kadar kapur 0.5 kg berbeda nyata dengan kadar kapur 0 kg
maupun 1 kg (Tabel 8). Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan kadar kapur
0.5 kg memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan diameter
dibandingkan dengan kadar kapur 1 kg maupun 0 kg. Perlakuan A1 (kadar kapur
0.5 kg) mampu meningkatkan rata-rata pertumbuhan diameter sebesar 0.89 mm
dari kontrol (kadar kapur 0 kg), sedangkan perlakuan A2 (kadar kapur 1 kg) hanya
mampu meningkatkan rata-rata pertumbuhan sebesar 0.47 mm. Hal tersebut
menunjukan bahwa kadar kapur berpengaruh nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman kayu afrika. Pemberian kadar kapur 0.5
kg memberikan pengaruh peningkatan pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman
lebih baik dibandingkan kadar kapur 1 kg. Hal ini diduga adanya unsur hara
terutama P yang sulit terserap oleh tanaman karena terikat oleh Ca akibat
pemberian kapur yang berlebihan. Unsur P merupakan salah satu unsur hara
makro yang dibutuhkan oleh tanaman berperan dalam proses pembelahan sel,
pembentukan bunga, biji, memperkuat batang agar tidak roboh, perkembangan
akar, membentuk RNA (Ribonucleic acid) dan DNA (Deoxyribonucleic acid)
serta menyimpan dan memindahkan energi dalam bentuk ATP (Adenosin
trifosfat) dan ADP (Adenosin difosfat) (Wijaya 2008). Lebih lanjut, Kamprath
(1970) menyatakan bahwa bobot kering tanaman akan lebih kecil pada pH 7

15
daripada pH 5.8 akibat pemberian kapur, salah satu penyebabnya adalah
terjadinya kekurangan P, karena terikat oleh Ca. Hasil penelitian Sumarwoto
(2004) pengaruh pemberian kapur terhadap pertumbuhan iles-iles
(Amorphophallus muelleri Blume.) pada tanah ber-Al tinggi menunjukan bahwa
tanaman yang tumbuh pada tanah yang dikapur 1 Al- dapat ditukar (20 ton kapur
pertanian ha-1) tampak lebih baik dibandingkan dengan yang ditanam pada tanah
tanpa kapur dan 2 Al- dapat ditukar (40 ton kapur pertanian ha-1). Selain hal
tersebut, diketahui juga bahwa lubang tanam berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tinggi. Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa perlakuan lubang
tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi. Perlakuan lubang tanam 2
cm memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan tinggi
dibandingkan dengan lubang tanam 5 cm. Rata-rata pertumbuhan tinggi terbaik
tanaman kayu afrika umur 1 bulan di lahan pasca tambang ditunjukan pada
perlakuan lubang tanam 2 cm dengan rata-rata sebesar 6.15 cm. Hal ini diduga
karena adanya erosi, mengakibatkan unsur hara di dalam tanah terbawa, berpindah
atau terangkut dari suatu tempat ke tempat lain sehingga akar tanaman sulit
menyerap unsur-unsur hara tanaman yang ada sebelumnya (Asdak 1995).
Respon jumlah daun tanaman kayu afrika umur 1 bulan di lahan pasca
tambang batubara terbaik yaitu dengan pemberian kadar kapur 0.5 kg dengan nilai
rata-rata jumlah daun sebanyak 5.82 atau dibulatkan menjadi 6 helai. Perlakuan
kadar kapur 0.5 kg berbeda nyata dengan pemberian kadar kapur 0 kg maupun 1
kg (Tabel 11). Hal tersebut menunjukan bahwa perlakuan pemberian kadar kapur
0.5 kg memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah daun dibandingkan
dengan kadar kapur 0 kg maupun 1 kg. Hal ini diduga adanya proses serapan air
pada tanaman terganggu akibat terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran,
batang dan daun. Hal ini didukung oleh Lakitan (1993) bahwa tanaman yang
mengalami stress air akan menurunkan laju fotosintesis yang akan menghambat
proses pertumbuhan tanaman yang akan berpengaruh terhadap penurunan
produksi, sebaliknya jika terjadi peningkatan fotosintesis maka jumlah fotosintat
yang ditranslokasikan ke bagian daun/ tajuk akan menjadi lebih besar.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kegiatan penanaman metode direct seeding dengan jenis kayu afrika
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam kegiatan reklamasi
lahan pasca tambang. Dengan pengapuran 0.5 kg per lubang tanam yang ditanam
2 benih per lubang secara signifikan meningkatkan daya berkecambah,
pertumbuhan tinggi dan diameter, serta jumlah daun tanaman. Benih dapat
ditanam pada kedalaman 2 atau 5 cm dari permukaan tanah, tetapi untuk menjaga
agar tidak terkena erosi, sebaiknya ditanam pada kedalaman 5 cm.

16
Saran
Waktu pengamatan dalam penelitian ini hanya satu bulan, oleh karena itu
diperlukan pengamatan lanjutan untuk mengetahui daya hidup dan pertumbuhan
bibit kayu afrika di lapangan lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA
Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University.
Hanafiah KA. 2010. Dasar-Dasar Ilmu tanah. Jakarta (ID): PT Raja Grajafindo
Persada.
Herman R , Bob S, dan S, Tom W. 2003. Direct seeding Handbook: A
Reforestation Guide. US: Direct seeding Subcommittee of the
Association of Illinois Soil and Water Conservation Districts (AISWCD).
Higgins I, Perry D, Youl D. 1993. Direct Seeding of Trees and Shrub for the
Northen Hill Country of Victoria. Landcore Notes LC0106. State of
Victoria, Departement of Natural Resources and Environment.
Joker D. 2002. Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.). Informasi Singkat Benih no.
17: 33-34. Bandung: Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan.
Kamprath EJ. 1970. Exchangable alluminium as criterion for liming leaching
mineral soils. Soil Sci. Amer. Proc. 34 : 252-254.
Lakitan. l993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo
Persada.
Mansur I. 2013. Teknik Silvikultur Reklamasi Lahan Bekas Tambang. Bogor (ID):
SEAMEO BIOTROP.
Nugroho AY. 2013. Pengembangan penggunaan metode direct seeding untuk
rehabilitasi lahan Pasca tambang pt tunas inti abadi Kalimantan selatan
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nurhasybi. 2005. Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Jilid V. Bogor: Balai
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan.
Ochsner P. 2001. Direct Seeding In The Tropics. Denmark: Danida Forest Seed.
Rosmarkam A, Yuwono NW. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Seiwa K, Watanabe A, Saitoh T, Kannu H, Akasaka S. 2002. Effect of burying
and seed size on seedling establishment of Japanese chestnuts, Castanea
crenata. Forest Ecology and Management 164 : 149-156.
Sekretariat Negara RI. 2009. Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara. Lembaran Negara RI Tahun 2009,
No.4959. Sekretariat Negara. Jakarta.
Setiadi Y. 2010. Revegetation Techniques for Erosion Control and Land
Stabilization of Post Mine Site. Bogor: PT Green Earth Indonesia. [Tidak
dipublikasikan].
Setyaningsih L. 2007. Pemanfaatan cendawan mioriza arbuskula dan kompos aktif
untuk meningkatkan pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach Linn)

17
pada media tailing tambang emas Pongkor. [Tesis] Bogor. Sekolah
Pascasarjana IPB. Bogor.
Siregar UJ, Siregar CA. 2010. Fitoremediasi: Prinsip dan Prakteknya dalam
Restorasi lahan Pasca Tambang di Indonesia. Bogor (ID): SEAMEO
BIOTROP.
Sumarwoto. 2004. Pengaruh pemberian kapur dan ukuran bulbil terhadap
pertumbuhan iles-iles (Amorphophallus muelleri Blume.) pada tanah berAl tinggi. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol 11. No 2 :45-53.
Tamadjoe A. 1995. Pengaruh Pembukaan Lahan terhadap Sifat Tanah dan
Produktivitas Tanaman Jati di Areal HTI Laiwoi Selatan, Propinsi
Sulawesi Tenggara. (Tesis). Program Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Wijaya KA. 2008. Nutrisi Tanaman. Jakarta (ID): Prestasi Pustaka.

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 9 Agustus 1993 dari pasangan
Enzel Jaelani dan Eti Suherti. Penulis adalah putra pertama dari empat bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Cibungbulang. Tahun 2011 penulis
lulus dari SMA Kornita Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi
masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan serta
diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif sebagai Wakil Ketua
dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tenis Meja IPB periode 2012/2013. Selain
itu, penulis juga aktif menjadi anggota pengurus Himpunan Profesi Mahasiswa
Silvikultur Tree Grower Community (TGC) periode 2013/2014. Tahun 2013
penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
Papandayan dan Sancang Timur, Jawa Barat. Pada tahun 2013, penulis juga
dipercaya menjadi Ketua UKM Tenis Meja IPB periode 2013/2014, serta
dipercaya sebagai Kepala Divisi HUMAS dalam kegiatan masa perkenalan
departemen (BELANTARA). Bulan Agustus 2014 penulis melaksanakan Praktek
Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi dan
Perum Perhutani Cianjur. Tahun 2014 penulis dipercaya menjadi Ketua Pelaksana
Kejuaraan Nasional Tenis Meja Bogor City Series 7 IPB, juga dipercaya sebagai
Kepala Divisi HUMAS dalam TGC In Action yang merupakan salah satu
kegiatan unggulan Himpunan Profesi Mahasiswa Silvikultur Tree Grower
Community (TGC). Selain itu, pada tahun 2014 penulis dipercaya menjadi Ketua
Pelaksana dalam kejuaraan fakultas kehutanan (Forester Cup 2014) yang
merupakan salah satu kegiatan unggulan dari BEM Fakultas Kehutanan. Tahun
2015 penulis melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di perusahaan batubara
Pesona Khatulistiwa