Risk Factors of Stunting Among School-aged Children

1

FAKTOR RISIKO STUNTING PADA ANAK USIA SEKOLAH

GHAIDA YASMIN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Faktor Risiko Stunting
pada Anak Usia Sekolah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014

Ghaida Yasmin
NIM I151110101

3

RINGKASAN
GHAIDA YASMIN. Faktor Risiko Stunting pada Anak Usia Sekolah. Dibimbing
oleh LILIK KUSTIYAH dan CESILIA METI DWIRIANI.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010,
sebanyak 35.6% anak usia 6-12 tahun mengalami stunting (Balitbangkes 2010).
Stunting mengindikasikan masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan
dengan meningkatnya risiko morbiditas dan mortalitas. Stunting juga
menyebabkan penurunan signifikan pada perkembangan fungsi motorik dan
mental serta mengurangi kapasitas fisik (The Lancet 2008). Stunting
mempengaruhi perkembangan proses kognitif yang sedang berlangsung pada
masa usia sekolah (Kar et al. 2008). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

pada masa usia sekolah, anak kurang mengalami catch-up growth atau tetap stabil
bahkan mengalami stunting (Friedman et al. 2005). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) telah melakukan penelitian data dasar
kesehatan skala nasional (Riskesdas) tahun 2010 yang berpotensi diolah dan
dianalisis.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko
stunting pada anak usia sekolah. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai
berikut: (1) Mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga contoh stunting
dan normal; (2) Mengidentifikasi pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan
pada contoh stunting dan normal; (3) Mengidentifikasi kejadian penyakit infeksi
(malaria) pada contoh stunting dan normal; (4) Menganalisis kuantitas dan
kualitas konsumsi pangan contoh stunting dan normal; serta (5) Menganalisis
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian stunting pada contoh.
Penelitian ini seluruhnya menggunakan data sekunder hasil Riskesdas
2010 oleh Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI dengan desain cross sectional
study. Data yang dianalisis pada penelitian ini berasal dari delapan Provinsi
berdasarkan kategori prevalensi stunting (WHO 1997) yaitu sangat tinggi (≥40%)
di Nusa Tenggara Timur dan Sumatera Utara, tinggi (30-39%) di Nusa Tenggara
Barat dan Jawa Barat, sedang (20-29%) di Bangka Belitung, DKI Jakarta, dan DI
Yogyakarta, serta rendah (