Pembelajaran matematika yang diciptakan kali ini, juga diharapkan memunculkan dampak instruksional
dan dampak pengiring. Adapun dampak instruksional dan dampak pengiring yang diharapkan muncul adalah
sebagai berikut : 1 Dampak Instruksional.
a Kemampuan Konstruksi Pengetahuan Dalam model ini, peserta didik melakukan
aktivitas secara individu dan secara kelompok. Pada saat bekerja secara individu, siswa
berinteraksi dengan dirinya sendiri sehingga terbentuk pengetahuan yang bersifat subjektif.
Selain bekerja secara individu, peserta didik bekerja secara kelompok, di mana dalam bekerja
secara kelompok, siswa elakukan interaksi dan negosiasi dengan teman sekelompoknya yang
akhirnya diharapkan memperoleh pengetahuan yang bersifat objektif. Kegiatan ini dilakukan
terus menerus sehingga kemampuan peserta didik dalam konstruksi pengetahuan secara mandiri
akan semakin meningkat.
b Penguasaan Bahan Ajar. Dalam model pembelajaran ini, pengetahuan tidak
diberikan oleh pendidik tetapi peserta didik mengkonstruksi sendiri melalui aktivitas belajar
baik secara individu apun secara kelompok. Pengetahuan yang dikonstruksi sendiri akan lebih
bermakna bagi peserta didik dan akan lebih bertahan dalam memori peserta didik. Dengan
demikian dapat diharapkan bahwa bahan ajar yang dipelajari secara individu maupun yang
didiskusikan secara kelompok dapat dipahami seacara baik.
c Peningkatan Kreativitas. Dalam model pembelajaran ini peserta didik
dihadapkan dengan soal-soal yang mempunyai kemungkinan jawaban betul lebih dari satu. Soal
tersebut akan merangsang timbulnya kreaktivitas peserta didik.
d Kemampuan Mengkomunikasikan Ide di depan umum
Dengan fase presentasi hasil diskusi kelompok, peserta didik dilatih untuk mengkomunikasikan
ide mereka di depan umum.
e Kemampuan Berinteraksi. Fase diskusi kelompok dimaksudkan untuk
melatih peserta didik agar berinteraksi dengan teman sekelompoknya. Interaksi tersebut terjadi
karena mereka sama-sama mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan soal bersama-sama.
2 Dampak Pengiring. a Siswa akan mandiri dalam belajar.
Dalam model pebelajaran ini peserta didik tidak menerima pengetahuan secara pasif dari Pendidik,
tetapi Peserta didik berupaya sediri untuk mengkostruksi pengetahuan melalui aktivitas
individu dan aktivitas kelompok. Kondisi semacam ini akan menumbuhkan kemandirian
peserta didik dalam belajar. Peserta didik tidak lagi menjadi oang yang pasif menunggu tranfer
pengetahuan tetapi akan lebih aktif mencarai, mempelajarai, dan mengkonstruksi pengetahuan
secara mandiri atau secara kelompok. b Kemampuan mengkomunikasikan ide di depan
umum. Dengan adanya presentasi hasil kelompok akan
melatih peserta didik untuk berani mengkomunikasikan ide-ide mereka di depan
umum. Jika hal ini dilakukan terus menerus maka peserta didik akan terbiasa untuk
mengkomunikasikan ide mereka di depan umum.
c Kemampuan berinteraksi sosial. Kemampuan berinteraksi sosial diperlukan dalam
kehidupan bermasyarakat. Dengan model pembelajaran ini peserta didik terbiasa dengan diskusi kelompok yang
di dalamnya terdapat interkasi antar anggota kelompok. METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas jenis penelitian dan metode pengembangan yang akan dilakukan untuk
penelitian. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan
Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pemecahan Masalah Berdasar Penggolongan
Tipe Kepribadian, pengembangan perangkat pembelajaran Matematika Berbasis Pemecahan Masalah
Berdasar Penggolongan Tipe Kepribadian, dan pengembangan instrumen penelitian. Ketiga
pengembangan tersebut dilaksanakan bersama-sama. Pada saat mengembangkan model, dikembangkan pula
perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
Berikut uraian lebih rinci tentang jenis penelitian dan metode pengembangan model, metode
pengembangan perangkat pembelajaran dan metode pengembangan instrumen penelitian.
3.1. Jenis Penelitian
Berdasar pada tujuan penelitian, penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, yaitu
pengembangan model pembelajaran matematika berbasis pemecahan
masalah berdasar
penggolongan tipe
kepribadian, untuk meningkatkan kreativitas peserta didik yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.
Untuk keperluan pengembangan model pembelajaran yang valid, praktis, dan efektif, pada penelitian ini juga
dikembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran matematika berbasis
pemecahan
masalah berdasar
penggolongan tipe
kepribadian, dan instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Berikut penjelasan lebih lengkap tentang metode pengembangan model pembelajaran, metode
pengembangan perangkat pembelajaran, dan metode pengembangan instrumen penelitian.
3.2. Metode Pengembangan. 1. Pengembangan model pembelajaran Matematika
berbasis pemecahan masalah berdasar penggolongan tipe kepribadian. Metode pengembangan model pembelajaran
matematika berbasis pemecahan masalah berdasar penggolongan tipe kepribadian yang akan dilaksanakan
pada penelitian ini mengacu pada model pengembangan pendidikan umum dari Tjeerd Plomp 1997. Adapun fase-
fase dalam pengembangan model pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
SNASTI 2010, OSIT- 102
a. Fase investigasi awal. Berdasar analisis terhadap tuntutan lingkungan maka permasalahan yang akan dikaji
ialah mengembangkan model pembelajaran matematika berbasis pemecahan masalah berdasar tipe kepribadian yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Dalam pembelajaran, peserta
didik perlu dilibatkan secara aktif untuk berkolaborasi dan pengajar memfasilitasi terjadinya kolaborasi dan interaksi
antar peserta didik. Oleh karena itu dalam fase ini dilakukan kajian terhadap:
1 Profil proses berpikir peserta didik berdasar
penggolongan tipe kepribadian, 2 teori-teori belajar,
3 teori tentang model pembelajaran. Selain itu dalam fase ini juga dilakukan identifikasi
terhadap: 1 Kondisi peserta didik meliputi proses berpikir,
kemampuan, pengalaman, penggunaan bahasa komunikasi dan
2 Analisis materi yaitu mengidentifikasi, merinci, peserta menyusun konsep secara sistematis untuk
pengorganisasian materi kuliah. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya didesain suatu
model pembelajaran b.
Fase Desain. Pada fase ini dirancang model
pembelajaran pemecahan masalah dengan menggunakan langkah-langkah Polya. Kegiatan yang dilakukan pada fase
ini meliputi: 1 merancang sintaks pembelajaran yang mengetengahkan
soal-soal pemecahan masalah berdasar langkah Polya, 2 merancang lingkungan belajar atau sistem sosial yaitu
situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model tersebut, seperti peran pendidik dan aktivitas
yang harus dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung,
3 merancang prinsip reaksi, yaitu memberikan gambaran kepada pendidik bagaimana harus memberikan
intervensi kepada peserta didik serta bagaimana memandang dan merespon setiap perilaku yang
ditunjukkan oleh peserta didik selama pembelajaran,
4 Merancang sistem pendukung yaitu syarat kondisi yang diperlukan agar model pembelajaran yang sedang
dirancang dapat terlaksana, seperti setting kelas, sistem instruksional, perangkat pembelajaran, fasilitas
belajar dan media yang diperlukan dalam pembelajaran,
5 Merancang dampak dari pembelajaran. Dampak di sini ada dua macam yaitu dampak instruksional dan
dampak pengiring.
c. Fase Realisasi. Pada fase ini disusun suatu model pembelajaran sebagai lanjutan dari fase desain. Kegiatan
yang dilakukan pada fase ini meliputi: 1 menyusun sintaks pembelajaran yang
mengetengahkan soal-soal pemecahan masalah berdasar langkah Polya,
2 menentukan lingkungan belajar atau sistem sosial yaitu situasi atau suasana dan norma yang berlaku
dalam model tersebut, seperti peran pendidik dan aktivitas yang harus dilaksanakan oleh peserta didik
selama pembelajaran berlangsung, 3 menyusun prinsip reaksi, yaitu memberikan
gambaran kepada pendidik bagaimana harus memberikan intervensi kepada peserta didik serta
bagaimana memandang dan merespon setiap perilaku yang ditunjukkan oleh peserta didik selama
pembelajaran, 4 menentukan sistem pendukung yaitu syarat
kondisi yang diperlukan agar model pembelajaran yang sedang dirancang dapat terlaksana, seperti setting
kelas, sistem instruksional, perangkat pembelajaran, fasilitas belajar dan media yang diperlukan dalam
pembelajaran, 5 menyusun dampak dari pembelajaran. Hasil
model pembelajaran dari fase ini selanjutnya disebut prototipe 1.
d . Fase Tes, Evaluasi dan Revisi.
Fase ini difokuskan pada dua hal yaitu 1 memvalidasi
2 mengadakan uji lapangan prototipe model pembelajaran yang telah disusun.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada fase ini secara rinci adalah sebagai berikut
1 Memvalidasi model yang terdiri dari a meminta pertimbangan ahli tentang kelayakan prototipe model
pembelajaran yang telah disusun. untuk kegiatan ini diperlukan instrumen berupa lembar validasi, b melakukan
analisis hasil validasi dari validator. 2 Uji coba dilakukan untuk melihat apakah model
pembelajaran yang dikembangkan praktis dan efektif.
Kegiatan yang dilakukan pada waktu uji coba adalah a melakukan uji coba lapangan, b melakukan analisi pada
hasil uji coba, c melakukan revisi berdasar analisis terhadap hasil uji coba.
2. Pengembangan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang diperlukan ada tiga jenis yaitu:
a. Lembar observasi. b. Angket respon peserta didik.
c. Lembar Validasi. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian
iniada dua yaitu: lembar observasi aktifitas peserta didik dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Sedang lembar validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi model pembelajaran,
lembarvalidasi rencana pembelajaran, lembar validasi lembar aktifitas peserta didik, dan lembar validasi angket
respon. Berikut dijelaskan secara rinci tahap-tahap yang
dilekukan dalam pengembangan instrumen: a. Pengembangan lembar observasi
Lembar observasi yang dikembangkan ada dua macam yaitu: lembar observasi aktivitas peserta didik dan lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran terdiri tiga
komponen yaitu: petunjuk, aspek-aspek yang diamati, dan hasil pengamatan. Petunjuk pengisian berisi cara
pengisian lembar observasi terhadap aspek-aspek yang diamati. Aspek-aspek yang diamati meliputi
keterlaksanaan sintak, sistem sosial, dan prinsip reaksi. Sedang lembar observasi aktivitas peserta didik juga
terdiri tiga komponen, yaitu: petunjuk, kategori pengamatan, dan hasil pengamatan. Petunjuk berisi acara
pengamatan dan cara pengisian lembar observasi. Kategori pengamatan terdiri delapan aktivitas yang
mungkin dilakukan oleh peserta didik selama proses
SNASTI 2010, OSIT- 103
pembelajaran. Kedua instrumn ini didiskusikan dengan beberapa teman sejawat. Berdasarkan hasil diskusi
dilakukan beberapa revisi, meliputi revisi kalimat, dan penggantian beberapa butir pernyataan yang harus
diamati. Hasil revisi ini selanjutnya digunakan dalam uji joba pembelajaran.
b. Pengembangan angket respon peserta didik. Angket respons yang dikembangkan yaitu angket respons
peserta didik yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang respons atau tanggapan peserta didik terhadap
pelaksanaan model pembelajaran Matematika berbasis pemecahan
masalah berdasar
penggolongan tipe
kepribadian. Angket respons peserta didik terdiri dari 5 butir pernyataan dengan pertanyaan nomor 1 terdiri dari
5 sub pertanyaan. Butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket respons peserta didik merupakan butir
pertanyaan tentang respons peserta didik terhadap 1 materi dan sintaks yang digunakan, 2 tingkat kesulitan
dari masalah atau model pembelajaran Matematika berbasis pemecahan masalah berdasar penggolongan tipe
kepribadian.soal terbuka yang diberikan, 3 keinginan untuk belajar dengan model pembelajaran matematika
dengan soal terbuka untuk materi berikutnya, dan 4 dampak dari penerapan model pembelajaran matematika
berbasis pemecahan masalah berdasar penggolongan tipe kepribadian.
Instrumen ini divalidasi oleh beberapa validator. Untuk keperluan penilaian diberikan lembar validasi berserta
angket respons peserta didik. Pada lembar validasi, validator diminta untuk menganalisis dan menilai
kesesuaian butir pertanyaan dengan tujuannya, aspek penggunaan bahasa. Validator juga diminta untuk
memberikan kesimpulan validitas butir dalam 4 pilihan, yaitu sangat valid, valid, tidak valid dan sangat tidak
valid. Berdasar hasil penilaian beberapa validator dilakukan
beberapa revisi meliputi revisi kalimat dan penggantian beberapa butir pertanyaan. Hasil revisi ini selanjutnya
digunakan dalam uji coba pembelajaran di sekolah. c. Pengembangan Lembar Validasi.
Lembar validasi model pembelajaran yang digunakan untuk mendapatkan data tentang kevalidan model
pembelajaran dan kevalidan perangkat pembelajaran diambil dari lembar validasi yang sudah ada dengan
memodifikasi sesuai tujuan penelitian yang dilakukan dan diasarkan pada rasional yang kuat. Lembar validasi
hasil modifikasi tidak divalidasi oleh ahli, tetapi hanya didiskusikan dengan teman sejawat yang melakukan
penelitian pengembangan. Lembar validasi yang dikembangkan terdiri dari 1 lembar validasi RP, 2
lembar validasi LAS, 3 lembar validasi angket respons peserta didik. Lembar validasi RP, lembar validasi LAS,
lembar validasi angket respons peserta didik berisi petunjuk pengisian, aspek yang dinilai, penilaian,
penilaian secara umum yaitu dapat atau tidak instrumen LAS dan angket respons peserta didik yang
dikembangkan dan digunakan di lapangan, dan saran. Aspek yang dinilai meliputi aspek petunjuk, yaitu
petunjuk pengisian menggunakan instrumen, aspek isi yaitu apakah isi yang terdapat dalam instrumen tersebut
sudah menggali data yang dibutuhkan, dan aspek bahasa, yakni apakah penggunaan bahasa dan pemilihan kata
sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, sesuai dengan perkembangan anak, mudah
dipahami oleh anak dan sistematis. Lembar validasi model pembelajaran juga berisi pentunjuk pengisian,
aspek yang dinilai, penilaian, penilaian secara umum, dan saran. Aspek yang dinilai meliputi kejelasan
penjabaran komponen-komponen model pembelajaran. Sama dengan lebar validasi yang lain, lembar validasi RP
juga berisi petunjuk pengisian, aspek yang dinilai, penilaian, penilaian secara umum dan saran. Aspek yang
dinilai untuk RP meliputi tujuan, bahasa dan waktu. Tujuan meliputi ketepatan penjabaran indikatortujuan,
keoperasionalan rumusan tujuan, dan kesesuaian tujuan dengan tingkat perkembangan anak. Sedangkan untuk
waktu meliputi pengalokasian waktu yang digunakan dalam setiap fase pembelajaran.
3.3. Data dan Sumber Data. Data dan sumber data yang diperlukan dalam