Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

xvii

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Pengertian Umum Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofis adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani manusia serta karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya Suma’mur, 1996. Sedangkan secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapannya yang mempelajari tentang cara penanggulangan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja Suma’mur, 1996. Keselamatan dan kesehatan kerja secara praktishukum merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja serta begitu pula orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber dari proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya Suma’mur, 1996. b. Tujuan Usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. 2 Agar sumber-sumber produksi dapat diakui dan digunakan secara aman dan efisien. 6 xviii 3 Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan apapun. Suma’mur, 1996 c. Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya peledakan dan kebakaran. 2 Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja. 3 Mencegah dan mengurangi kematian, cacat tetap dan luka ringan. 4 Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan, alat kerja lainnya. 5 Meningkatkan produktivitas. 6 Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal. 7 Menjamin tempat kerja yang aman. 8 Mempelancar, meningkatkan, mengamankan sumber, dan proses produksi. 2. Pengertian Bahaya Sifat alamiah dari suatu proses adalah menimbulkan efek negatif yang disebut bahaya. Efek ini dapa muncul dari unsur manusia, mesin, material, metode atau lingkungan, yang tidak aman. Bahaya tersebut dapat menimbulkan kerugian insiden, apabila tidak dikendalikan dengan baik. Tidak seorangpun dapat meramalkan kapan kejadian insiden terjadi, dan seberapa parah akibat yang dapat ditimbulkannya, Suatu bahaya adalah kemungkinan suatu bahan yang dalam keadaan tertentu bisa mengakibatkan kerugian pada makhluk hidup Bird Jr dan Germain, 1990. Pengertian lain dari bahaya adalah suatu kondisi baik yang ada maupun yang berpotensi, yang dengan sendirinya atau berinteraksi dengan kondisi lainnya, dapat menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan atau diharapkan seperti kematian, xix cidera manusia, kerusakan fasilitas dan hilangnya fasilitas Budi Santoso, 1999. Sedangkan sumber bahaya adalah segala sesuatu yang menimbulkan bahaya. 3. Sumber Bahaya Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan ada faktor penyebab yang dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya dari kecelakaan di lingkungan kerja berasal dari : a. Manusia atau Pekerja. Manusia merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tinbulnya suatu kecelakaan kerja. Selalu ditemui dari hasi penelitian bahwa 80-85 kecelakaan disebabkan oleh karena kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan mesin dan peralatan Suma’mur, 1994. Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian atau kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian Bennet N. B. Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995. Selain itu bahaya yang ditimbulkan dari pekerja lebih disebabkan oleh pengetahuan yang kurang, kondisi fisik yang tidak memenuhi syarat, sikap yang tidak aman yaitu sembrono, ceroboh, tidak serius dan tidak disiplin. xx b. Bangunan, Peralatan dan Instalasi Bangunan dan peralatan mempunyai peranan dalam memicu timbulnya bahaya karena bangunan yang kurang kokoh, peralatan yang tidak cocok, perangkat peralatan yang rusak, peralatan yang tidak lengkap, dan tidak adanya sertifikasi dari peralatan. Maka dari itu bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian lebih. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam desain maupun konstruksi. Sebelum penggunaan harus diuji terlebih dahulu serta diperiksa oleh suatu tim ahli. Kalau diperlukan modifikasi harus sesuai dengan persyaratan bahan dan konstruksi yang ditentukan. Sebelum operasi harus dilakukan percobaan operasi untuk menjamin keselamatanya serta dioperasikan oleh operator yang memenuhi syarat. Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya. Apabila tidak dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu bisa menimbulkan macam-macam bahaya seperti : 1 Kebakaran 2 Sengatan listrik 3 Ledakan 4 Luka-luka cidera Agar peralatan ini aman dipakai maka perlu pengaman yang telah diatur oleh peraturan-peraturan di bidang keselamatan kerja. Untuk peralatan yang rumit cara pengoperasiannya perlu disediakan semacam petunjuk sebagai daftar periksa check-list pengoperasiannya. xxi c. Bahan atau Material Tiap-tiap material mempunyai resiko bahaya dengan tingkat yang berbeda- beda sesuai sifat bahan, yaitu: 1 Mudah terbakar, 2 Mudah meledak, 3 Menimbulkan alergi, 4 Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, 5 Menyebabkan kanker, 6 Mengakibatkan kelainan pada janin, 7 Bersifat racun, 8 Radioaktif. Selain resiko bahaya yang berbeda-beda, intensitas atau tingkat bahayanya juga berbeda. Ada yang tingkat bahayanya sangat tinggi dan ada pula yang rendah, misalnya dalam hal bahan beracun, ada yang sangat beracun yang dapat menimbulkan kematian dalam kadar yang rendah dan dalam tempo yang singkat dan ada pula yang kurang berbahaya. Di samping itu pengaruhnya ada yang segera dapat dilihat akut tetapi ada juga yang pengaruhnya baru diketahui setelah bertahun- tahun kronis. Oleh sebab itu setiap pembimbing perusahaan harus mengetahui sifat bahan yang digunakan sehingga mampu mengambil langkah-langkah untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja yang akan sangat merugikan bagi perusahaan Syukri Sahab, 1997. Sedangkan tingkat bahaya yang ditimbulkan akan tergantung pada: 1 Bentuk alami bahan atau energi yang dikandung, 2 Berapa banyak yang terpapar bahan tersebut, xxii 3 Berapa lama seseorang terpapar, 4 Susceptibilitas seseorang. Soeripto, 1995. d. Proses Bahaya dari proses dapat membahayakan kejiwaan orang itu sendiri dan orang lain di sekitarnya. Proses yang demikian antara lain: 1 Cara mengangkut dan mengangkat, apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat berakibat cidera dan yang paling sering adalah cidera pada tulang punggung. Juga sering terjadi kecelakaan sebagai akibat cara mengangkut dan mengangkat, 2 Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya, 3 Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara memakai yang salah. Penyedia perlu memperhatikan cara kerja yang dapat membahayakan ini, baik pada tempat kerja maupun dalam pengawasan pelaksanaann pekerjaan sehari-hari. Syukri Sahab, 1997 e. Lingkungan Kerja Bahaya dari lingkungan kerja, dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efiensi kerja. Bahaya-bahaya tersebut adalah: 1 Bahaya yang bersifat fisik, antara lain berupa kebisingan, radiasi,suhu, getaran,dan lain sebagainya xxiii 2 Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari uap, gas, asap, bahan komia yang dalam kompetisi tertentu menimbilkan masalah 3 Bahaya biologis disebabkan oleh serangga, jamur, bakteri, virus, jasad renik, gangguan binatang lain yang ada di tempat kerja, 4 Bahaya psiko sosial yang dapat terjadi karena polashift, itimidasi, hubungan indistrial yang tidak harmonis, Bahaya ergonomi meliputi kesesuaian antara ukuran tubuh manusia dengan peralatan kerja. SHE BUMA, 2002. 4. Kecelakaan Kerja Kecelakaan menurut Suma’mur 1996 adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dari hasil penelitian bahwa 80-85 persen kecelakaan disebabkan oleh kelalaian dan kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, pembuat mesin, kontraktor, dan lain-lain. Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan yang tidak aman Unsafe Act dan kondisi yang tidak aman Unsafe Condition . Dari data xxiv Lack of Control Inadequate Program Inadequate Program Standart Inadequate to Standart Basic Causes Personal Factor Job Factor Immediate Causes Unsafe act Unsafe Conditions Accident Contact with Energy or Substance Loss People Property Process kecelakaan didapatkan 85 sebab kecelakaan adalah faktor manusia. Oleh karena itu sumber daya manusia dalam hal ini memegang peranan penting dalam penciptaan keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya dalam keadaan aman dan melakukan pekerjaan dengan aman akan sangat membantu dalam memperkecil angka kecelakaan kerja Suma’mur, 1996. Cara penelusuran penyebab kecelakaan sesuai dengan urutan Domino yang digunakan pada cara berpikir modern dalam prinsip pencegahan kecelakaan dan Loss Control . Teori ini menyatakan bahwa kecelakaan tidak datang dengan sendirinya, akan tetapi ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului terjadinya kecelakaan tersebut. Urutan Domino dapat dilihat seperti di bawah ini. Sumber : PT Freeport Indonesia, 1995 a. Kurangnya Sistem Pengendalian Lack of Control Dalam urutan Domino, kurangnya pengendalian merupakan urutan pertama menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian. Pengendalian dalam hal ini ialah salah satu dari empat fungsi manajemen yaitu : planing perencanaan, organizing pengorganisasian, leading kepemimpinan, dan controling pengendalian. xxv Teori Domino yang pertama akan jatuh karena kelemahan pengawas dan pihak manajemen yang tidak merencanakan dan mengorganisasi pekerja dengan benar serta tidak mengarahkan para pekerjannya untuk terampil dalam melaksanakan pekerjaannya. Kurangnya pengendalian dapat disebabkan karena faktor : 1 Program yang tidak memadai Inadequate program Hal ini disebabkan terlalu sedikitnya program yang diterapkan di tempat kerja atau karena terlalu banyak kegiatan-kegiatan program. Kegiatan program yang penting bervariasi dengan lingkup, sifat, dan jenis perusahaan. 2 Standar program yang tidak layak Inadequate Standard Program Guna mematuhi pelaksanaan kegiatan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik perusahaan harus membuat suatu program keselamatan dan kesehatan kerja, menetapkan standar yang digunakan dan melakukan pemantauan pelaksanaan program tersebut 3 Standar yang tidak layak Inadequate to Standard Faktor yang menyebabkan kurangnya standar yang diterapkan tidak cukup spesifik dan tidak cukup jelas serta kurang tingginya standar yang diterapkan. b. Penyebab Dasar Basic Causes Adalah penyebab nyata yang dibelakang atau melatarbelakangi penyebab langsung yang mendasari terjadinya kecelakaan, terdiri dari : 1 Faktor Personal Personal Factor 2 Faktor Pekerjaan Job Factor xxvi c. Penyebab Langsung Immediate Causes Adalah tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang secara langsung menyebabkan kecelakaan yang biasanya dapat dilihat dan dirasakan. Penyebab langsung tersebut berupa : 1 Tindakan tidak aman Unsafe Act Yaitu pelanggaran terhadap tata cara kerja yang aman sehingga dapat menimbulkan peluang akan terjadinya kecelakaan 2 Kondisi tidak aman Unsafe Condition Kondisi fisik yang membahayakan dan langsung membuka terhadap kecelakaan. d. Kecelakaan Accident Kecelakaan terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber energi atau bahan yang melampaui NAB dari bahan atau struktur. Sumber energi ini dapat berupa tenaga mekanis, kinetis, kimia, listrik, dsb.PT. Sucofindo, 1998. e. Kerugian Loss Akibat dari kecelakaan adalah kerugian, sebagaimana termasuk dalam definisi kecelakaan bahwa kerugian dapat berwujud penderitaan pada manusia, kerusakan pada harta benda, dan lingkungan serta kerugian pada proses. Kerugian- kerugian yang penting dan tidak langsung adalah terganggunya proses produksi dan menurunnya keuntungan. 2. Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya adalah Program yang bersifat pro-aktif dan merupakan dasar pengelolaan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup modern SHE BUMA, 2002. xxvii Pada umumnya kegiatan ini melakukan identifikasi terhadap sumber bahaya dan area yang terkena imbasnya. Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan : a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya. b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi. Depnaker RI, 2002 Salah satu sarana yang paling mudah, dapat dilakukan, oleh siapapun, dan langkah yang sistematis untuk mengidentifikasi bahaya di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama adalah dengan menggunakan empat langkah B’Safe yang ada di balik kartu “janji safety ”. Yang berbunyi: a. Langkah pertama Periksa sekitar anda, adakah orang yang bekerja tidak aman? b. Langkah kedua Periksa sekeliling, adakah situasi berbahaya? c. Langkah ketiga Periksa, adakah peralatan yang membahayakan? d. Langkah keempat Lakukan tindakan perbaikan jika anda menemukan bahaya? Kesuksesan ini dapat dilihat bila seluruh resiko di tempat kerja dapat teridentifikasi dangan sempurna. Tujuan dilakukan identifikasi bahaya adalah untuk mengenali seluruh macam bahaya yang ada di tempat kerja, sehingga dapat dilakukan pengendalian terhadap bahaya tersebut Cross Jane, 1998. Hal yang dilihat dalam mengidentitikasi bahaya adalah : xxviii a. Apa yang terjadi. Dalam melakukan identifikasi bahaya perlu diungkap derrgan detail tentang apa yang dapat terjadi dan dampak apa yang timbul dari kejadian tersebut. b. Bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi. Dalam kegiatan identifikasi perlu juga dilihat bagaimana kejadian itu dapat terjadi dengan membuat skenario kejadian dan juga perlu dilihat penyebab dari kejadian tersebut. Dalam mengidentifikasi bahaya dapat dilakukan dengan beberapa alat atau instrument yang berguna untuk memudahkan mengenali komponen di atas. Alat atau instrument tersebut antara lain : 1 Preliminary Hazard Analisis PHA Merupakan suatu metode identifikasi bahaya yang didasarkan pada konsep bahaya atau kecelakaan yang terjadi jika timbul pelepasan energi yang tidak diharapkan. Dalam metode ini perlu ditentukan sumber energi dan mekanisme yang terkait. 2 Failure Mode Effect Analisis FMEA Merupakan teknik identifikasi yang dilakukan secara sistematik. Prinsip dari FMEA adalah memeriksa pola kegagalan komponen dan akibatnya. FMEA bersifat prediktif dengan mengambil kegagalan komponen tunggal sebagai titik awal. 3 Hazard Operability Study Hazops Teknik analisis ini didasari bahwa suatu bahaya atau masalah muncul, hanya terjadi jika terdapat penyimpangan dari ketentuan rancangan operasi. xxix 4 Fault Tree Analisis FTA Merupakan teknik identifikasi yang sifatnya deduktif. Dimulai dari perumusan kejadian yang tidak diinginkan sebagai puncak atau top event. 5 Job Safety Analisis JSA Merupakan suatu teknik identifikasi bahaya sebelum bahaya itu muncul yang fokusnya tahapan atau langkah kerja. Intinya melihat hubungan antara pekerja, tahapan atau langkah kerja, peralatan, dan tempat kerja. Idealnya setelah melakukan identifikasi ini dapat diperoleh pengendalian yang sesuai untuk mengendalikan bahaya-bahaya yang ada di lingkungan kerja. 3. Penilaian Resiko Resiko adalah besarnya kecenderungan atau kemungkinan seseorang terpapar suatu bahaya atau bahan yang mungkin dapat merugikan SHE BUMA, 2002 Setelah kita mengidentifikasi bahaya dan menemukan bahaya, proses selanjutnya kita harus menilai resiko dari bahaya tersebut. Tujuan dari penilaian resiko adalah mengetahui besar atau tingkat kekritisan dari bahaya yang teridentifikasi. Penilaian resiko ini bersifat subyektif, untuk masing-masing penilai dapat terjadi perbedaan angka. Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja Depnaker RI, 2002. Analisa resiko adalah suatu kegiatan sistematik dengan menggunakan informasi yang ada untuk mendeterminasi seberapa tingkat keparahan dan tingkat keseringan suatu kejadian yang muncul Cross Jane, 1998. Tujuan dilakukannya xxx analisis resiko adalah untuk memisahkan antara resiko kecil dengan resiko besar yang kemudian dapat digunakan sebagai evaluasi dan pertimbangan perlakuan pengendalian Cross Jane, 1998. Dari definisi di atas, yang perlu menjadi perhatian kita adalah resiko bukanlah sesuatu yang terjadi atau akan terjadi. Resiko bukanlah besarnya kerugian, atau keparahan. Resiko lebih merupakan besarnya kemungkinan terjadinya kerugian atau insiden. Hasil dari penilaian resiko akan memudahkan kita dalam melihat tingkat kekritisan dari bahaya, sehingga kita dapat menundukkan bahaya-bahaya tersebut sesuai urut-urutan dari yang memiliki tingkat kekritisan tinggi sampai yang memiliki kekritisan rendah. 4. Hubungan IBPR dengan pencegahan kecelakaan Identifikasi bahaya dan penilaian resiko adalah langkah awal dalam pencegahan kecelakaan kerja. Kecelakaan berasal dari bahaya-bahaya yang mungkin timbul dalam proses kerja di tempat kerja. Adapun sumber bahaya di tempat kerja berasal dari: a. Manusia b. Peralatan c. Bahan d. Proses e. Cara atau sikap kerja Dari berbagai macam sumber bahaya tersebut maka akan menimbukan potensi bahaya apabila terjadi Unsafe Condition dan Unsafe Human act apabila hal tersebut tidak ditindak lanjuti dengan tanpa adanya analisa Unsafe Condition dan Unsafe Human act tersebut maka besar kemungkinan akan terjadi kecelakaan kerja xxxi dan mengakibatkan kerugian berupa biaya-biaya tambahan akibat kecelakaan kerja. Akan tetapi apabila Unsafe Conditio n dan Unsafe Human act ditangani dengan langkah yang tepat berupa identifikasi bahaya dan penilaian resiko deengan cara: a. Pengenalan Identifikasi b. Evaluasi Penilaian Setelah proses identifikasi bahaya dan penilaian resiko dilaksanakan dengan benar, selanjutnya dilakukan upaya pengendalian yang tepat terhadapbahaya-bahaya yang ada agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja. Dengan adanya upaya pengndalian tersebut maka resiko kecelakaan dapat ditekan seredah mungkin agar tidak terjadi kecelakaan kerja sehingga terciptalah kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja, dan biaya-biaya tambahan akibat kecelakaan kerja tidak perlu dikeluarkan sehingga tidak menambah beban perusahaan. xxxii

B. Kerangka Pemikiran