2. Perkaderan dalam perspektif al Quran dan Hadits
Al Quran dan hadits adalah pedoman hidup umat Islam sebagaimana sabda Rosulullah saw
“Aku tinggalkan untuk kalian dua
perkara yang jika kalian berpegangan pada keduanya kalian tidak akan tersesat selamanya, dua perkara tersebut adalah Kitab Allah dan Sunnah
Rosul-Nya HR Muslim
”
.
Pada konteks ini al Quran memberikan isyarat tentang sosok kader yang dapat menjadi cermin dalam perkaderan
Muhammadiyah sekaligus proses bagaimana kader tersebut dibentuk. Di antara isyarat dari ayat al Quran dan Hadits tersebut adalah:
a. Kader itu perlu disiapkan
Allah berfirman dalam Q.S. An Nisaa : 9
َهااْوُق تَيْلَ ف ْمِهْيَلَع اْوُ فاَخ اًفَعِض ًةَيِرُذ ْمِهِفْلَخ ْنِم اْوُكَرَ ت ْوَل َنْيِذلا َشْخَيْلَو اًدْيِدَس ًًْوَ قاْوُلْوُقَ يْلَو
“dan hendaklah takut kepada Allah orang
-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang benar”
Hamka dalam Tafsir Al Azharnya menjelaskan bahwa latar belakang turunnya ayat ini terkait dengan warisan, yaitu larangan
orang tua meninggalkan ahli warisnya dalam keadaan lemah karena harta warisannya diwasiatkan untuk kepentingan umum semua
31
. Jika dikaitkan dengan kaderisasi, kader adalah pelangsung
organisasi yang harus kuat dan memiliki kapasitas yang mumpuni
31
HAMKA,
Tafsir al Azhar Juz 3-4,
jilid 2, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2003, hal. 350
untuk menjalankan kepemimpinan organisasi. Karena itu, meskipun ayat ini turun dengan
asbabun nuzul
yang berbeda, sesuai kaidah
ushul
bahwa al „ibrotu bi‟u
mumil lafdhi laa bikhusussis sabab
ibroh itu diambil dari umumnya lafadz bukan khususnya sebab, terbuka
celah bahwa ayat ini dapat ditafsirkan secara lebih luas
32
. Larangan meninggalkan generasi lemah adalah isyarat untuk menyiapkan
kader sebagai pelanjut kepemimpinan. Fakta sejarah menunjukkan banyaknya kekuasaan runtuh karena generasi penerusnya yang
lemah. b.
Perkaderan adalah pewarisan nilai Perkaderan sebagai sebuah pewarisan nilai juga diisyaratkan
oleh Q.S. al Baqoroh : 132-133 dan Q.S. Maryam : 5-6
َََف َنْيِدلا ُمُكَل يَفَطْصا َها نِإ يِنَباَي ُبْوُقْعَ يَو ِهْيِنَب ُمْيِهاَرْ بِإ اَهِب يصَوَو َنْوُ ِلْ ُم ْمُتْ َ َو ًِإ نُتْوُ َت
- ُتْوَ ْلا َبْوُقْعَ ي َرَضَح ْذِإ َءاَدَهُش ْمُتْنُك ْمَ
يِدْعَ ب ْنِم َنْوُدُبْعَ تاَم ِهْيِنَبِل َلاَق ْذِإ َمْيِهاَرْ بِإ َكِئاَبَ َهَلِإَو َكَهَلِإ ُدُبْعَ اْوُلاَق
َنْوُ ِلْ ُم ُهَل ُنْحَ َو اًدِحاَو اًهَلِإ َقاَحْسِإَو َلْيِعاَ ْسِإَو
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yaqub. Ibrahim berkata: Hai anak-anakku
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.
Adakah kamu hadir ketika Yaqub kedatangan tanda-tanda maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: Apa yang kamu sembah
sepeninggalku? mereka menjawab: Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq,
yaitu Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.
32
Amir Syarifuddin,
Ushul Fiqih Jilid 2
, Jakarta: Logos wacana Ilmu, 1999, hal. 57
َكْ ُدَل ْنِم يِلْبَهَ ف اًرِقاَع يِتَئَرْما ِتَ اَكَو يِءاَرَو ْنِم يَلْوَ ْلا ُتْفِخ يِ ِإَو ايِلَو
– ايِضَر ِبَر ُهْلَعْجاَو َبْوُقْعَ ي ِلاَء ْنِم ُثِرَيَو يِنُثِرَي
Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah
aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Yaqub;
dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai.
Dalam Q.S. al Baqoroh ayat 132-133 secara tersurat bercerita tentang dua kisah, pertama adalah kisah Ibrahim as yang berwasiat
kepada putranya dan cucunya Ya‟kub agar jangan sampai mati dalam keadaan bukan muslim. Lalu yang kedua adalah pertanyaan
untuk Bani Israil yang mempertanyakan sikap anak- anak Ya‟kub
tentang Islam sebagai agama yang mengajarkan Tauhid dengan menyembah Allah swt. Pertanyaan itu kemudian dijawab secara jelas
bahwa anak- anak ya‟kup akan menyembah Allah, Tuhannya Ibrahim
as, Ismail as, dan Ishaq as
33
. Namun secara tersirat, ayat ini berbicara lebih dalam tentang
pewarisan nilai, ajaran, sistem hidup, yaitu Islam dengan ajaran tauhid. Melakukan kaderisasi adalah mewariskan Islam, dan
mewariskan Islam adalah mewariskan masa depan yang cerah. Sementara dalam Q.S. Maryam, Allah menjelaskan bagaimana Nabi
Zakaria merasa khawatir tentang penerus perjuangan dakwahnya.
33
Hamka,
Tafsir Al Azhar juz 1-2,
jilid I, Jakarta: Panjimas, 2008, hal. 400
Beliau kemudian memohon kepada Allah untuk diberikan keturunan yang akan menjadi pewaris. Kekhawatiran sebagaimana Nabi
Zakaria rasakan selayaknya juga harus dirasakan oleh siapa saja yang merasa membutuhkan generasi penerus sebagai pewaris
perjuangan. Dalam konteks ini, ayat tersebut dapat ditangkap sebagai pesan untuk mempersiapkan kader pelangsung organisasi.
c. Perkaderan adalah meneguhkan celupan Allah
sibghoh Allah
kepada kader. Allah berfirman:
َةَ ْ بِص ِها
ْنَمَو ُنَ ْحَ
َنِم ِها
ًةَ ْ بِص ُنْحَ َو
ُهَل نْوُدِباَع
ةرقبلا :
138 َ
“Shibghah Allah
, dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah k
ami menyembah”. Dalam kamus al Munawir, kata Sibghoh berasal dari kata
غبص
sho-ba-gho
yang artinya mewarnai, mencelup, mengecat.
Menurut riwayat Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan celupan Allah ialah agama Allah,
menurut keterangan Abd bin Humaid dan Ibnu Jarir dari Mujtahid bahwa maksud dari celupan Allah adalah
Fitrah Allah
atau kemurnian Allah yang telah difitrahkan manusia atasnya.
Celupan Allah adalah kebenaran yang melekat pada diri manusia yang membawanya mengenal kebenaran dalam hatinya.
Kebenaran itu sesuai dengan agama Allah, Islam yang akan
menjadikannya berjalan di jalan kebaikan yang diridhoi Allah. Orang yang mendapat celupan Allah ini akan terjaga dari perilaku maksiat
yang melawan Allah, lebih dari itu pikiran dan jiwanya senantiasa berjalan dalam semangat memperjuangkan agama Allah. Terkait
dengan orang-orang yang mendapatkan celupan Allah, Allah juga berfirman dalam Q.S. al Baqoroh ayat 257:
“
Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kekafiran kepada cahaya iman. dan
orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan
kekafiran. mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya
,”
Dalam ayat tersebut tampak penegasan tentang cerahnya masa depan orang-orang yang beriman. Orang yang beriman
senantiasa berada dalam terangnya cahaya di bawah perlindungan Allah swt. Orang-orang beriman yang penuh dengan terangnya
cahaya adalah mereka yang lekat dengan
sibghoh Allah
. Dalam konteks kekaderan Muhammadiyah, kader Muhammadiyah adalah
orang-orang yang beriman itu, mereka memiliki masa depan dalam terangnya cahaya Allah swt, mereka berjalan dan berjuang dibawah
kepemimpinan Allah secara langsung
34
. d.
Kader itu berani memimpin menciptakan perubahan Isyarat Allah yang lain tentang manusia yang mendapat
celupan Allah adalah manusia yang berani memimpinkan Islam
34
Ibid
, Jilid 2, hal. 35
melawan kemunkaran dan membuat perubahan. Kisah Ibrahim muda yang termuat dalam
Q.S. al Anbiyaa‟ ayat 57 – 58 menceritakan itu:
َنْيِرِبْدُم اْولَوُ ت ْنَ َدْعَ ب ْمُكَماَنْصَ نَدْيِكَََ ِهاَت َو –
ًِإاًذاَذُج ْمُهَلَعَجَف َنْوُعِجْرَ ي ِهْيَلِإ ْمُهلَعَل ْمُهَل اًرْ يِبَك
“
Demi Allah, Sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya.- Maka
Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar induk dari patung-patung yang lain; agar
mereka kembali untuk bertanya kepadanya
”
.
Sosok Ibrahim yang berani menyuarakan kebenaran dalam situasi yang sangat beresiko adalah sosok tauladan kader
Muhammadiyah. Seorang manusia yang berani melawan penguasa dalam menegakkan kebenaran menentang kebatilan.
e. Kader itu rohmatan lil‟alamin
Salah satu tugas manusia adalah menjadi kholifah di muka bumi Q.S. al Baqoroh : 30 dan tugas seorang kholifah adalah
memimpin kehidupan di muka bumi. Kepemimpinan tersebut hendaknya merupakan kepemimpinan yang membawa kedamaian
dan rahmat bagi semesta alam. Firman Allah dalam Q.S. al Anbiyaa‟
ayat 107:
َنْيِ َلاَعْلِل ًةَ ْحَر ًِإ َكاَنْلَسْرَ اَمَو
“D
an Kami tidak mengutus engkau Muhammad, melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam
”
35
.
35
Kementerian Agama,
Al Quran dan Terjemahnya
, Bandung: Syamil Cipta Media, 2005, hal. 331
Almarhum
Syahid fi Sabilillah
Sayid Quthub dalam Tafsir Di Bawah Lindungan al Quran menjelaskan:
“Sistem ajar
an yang dibawa oleh Muhammad saw adalah sistem yang membawa bahagia
bagi manusia seluruhnya, dan memimpinnya kepada kesempurnaan yang telah dijangkakan baginya dalam hidup ini
”
36
. Seorang kader adalah seorang kholifah yang bersamanya
Islam akan dibawanya menjadi rahmat bagi seluruh alam. Kebahagiaan dan kedamaian akan lahir bersama kader ini. Dalam
Q.S. an Nahl: 97, Allah menyampaikan bahwa orang yang beriman laki-laki atau perempuan yang beramal sholeh, dia akan diberi
kehidupan yang baik. Ali bin Abu Tholhah dan bnu Abbas menjelaskan kehidupan yang baik adalah kebahagiaan hidup
37
. Amal sholeh merupakan investasi kebahagiaan manusia di masa yang akan
datang. Dengan amal sholehlah manusia memiliki masa depan yang baik. Pada konteks ini, Perkaderan Muhammadiyah haruslah
berkemajuan dengan berwawasan dan berorientasi ke masa depan. Perkaderan harus mampu mencetak, manusia-manusia amal sholeh
yang memiliki masa depan yang bahagia dan membahagiakan orang lain.
f. Proses perkaderan harus efektif dan efisien
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, efektif berarti ada efeknya akibatnya, pengaruhnya, kesannya; manjur atau mujarab;
36
Hamka,
Op.cit
, jilid 9, hal 122
37
Ibid
, jilid 7, hal.292
dapat membawa hasil atau berhasil guna
38
. Perkaderan yang efektif artinya
perkaderan yang
membawa keberhasilan
sehingga memperoleh kader sesuai yang diharapkan. Sementara efisien
diartikan tepat atau sesuai untuk mengerjakan menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya
39
. Perkaderan yang efisien artinya perkaderan yang tidak berlebihan
menghabiskan waktu, tenaga dan biaya untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Selain memberikan cermin sosok-sosok teladan dan isyarat tentang profil kader yang memimpinkan Islam di dunia ini, al Quran
dan Hadits juga memberikan pandangan terkait bagaimana sosok ideal tersebut akan diwujudkan dalam kehidupan yang nyata. Nabi
Muhammad saw bersabda:
ِ َف ْ َش ِلُك يَلَع َناَ ْحِْاا َ َتَك َها نِإ اَذِإَو َةَلْ تِقْلا اوُنِ ْحَأَف ْمُتْلَ تَ ق اَذ
ُهَتَحْيِبَذ ْحِرُيْلَو ُهَتَرْفَش ْمُكُدَحَ دِحُيْلَو َةَحْبِذلا اوُنِ ْحَأَف ْمُتْحَبَذ
“
Sesungguhnya Allah menetapkan yang terbaik atas segala sesuatu, apabila kamu membunuh maka baguskanlah membunuhnya, dan
apabila kamu menyembelih maka baguskanlah menyembelihnya, hendaknya salah seorang di antara kamu menajamkan pisaunya dan
memudahkan penyembelihannya
” HR. Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi, ad Darimi, Ibnu Majah, an Nasa‟i
Sekilas, hadits tersebut hanya berbicara terkait dengan penyembelihan binatang, namun sesungguhnya ada makna yang
38
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Op.cit
, hal. 250
39
Ibid
, hal. 250
lebih dalam, sebagaimana Hisham Altalib dalam bukunya Training
Guide for Islamic Workers menjelaskan: “In light of these directives,
the Islamic worker and the Islamic movement are obliged to carry out their tasks both efficiently and correctly
40
”. Mengingat arahan
ini, aktifis Islam dan gerakan Islam diwajibkan untuk melaksanakan tugas-tugas mereka secara efisien dan benar. Islam sebagai agama
yang sempurna memberikan sebuah prinsip efektif dan efisien dalam tindakan apapun, termasuk dalam memberikan pembinaan dan
pendidikan kader. Dalam konteks kaderisasi Muhammadiyah, sistem pendidikan kader harus memuat prinsip efektif dan efisien.
g. Perkaderan itu pendidikan berkelanjutan
Allah berfirman kepada Muhammad saw menjelaskan bahwa Muhammad saw itu tauladan bagi umat manusia.
ْدَقَل َناَك
ْمُكَل يِف
ِلْوُسَر ِها
ٌةَوْسُ ٌةَنَ َح
ْنَ ِل َناَك
ْوُجْرَ ي َها
َمْوَ يْلاَو َرِخ ْاا
َرَكَذَو َها
اًرْ يِثَك ُ
بازحَا :
21
َ
Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan
kedatangan hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah
41
.
Keteladanan yang diberikan Muhammad saw menyangkut berbagai hal termasuk bagaimana Muhammad saw melakukan
kaderisasi kepada para sahabatnya.
40
Hisham Altalib,
Training Guide for Islamic Workers
, Virginia: IIIT, 1993, hal. 13
41
Kementerian Agama,
Op.cit,
hal. 420
Sejarah yang sudah menjadi pengetahuan umum adalah pembinaan yang dilakukan Nabi Muhammad saw kepada para sahabat beliau di
rumah al Arqom bin Abil Arqom. Selama masa dakwah yang masih ditujukan untuk kalangan terbatas, sering dikenal dengan periode
dakwah sembunyi-sembunyi, Rosulullah menempa para sahabat dengan mengajarkan dasar-dasar Islam di rumah al Arqom bin Abil
Arqom. Pembinaan yang intensif oleh orang yang terpilih, Muhammad saw, ini kemudian melahirkan para sahabat yang
komitmennya terhadap Islam terkenal sepanjang zaman. Proses pembinaan di rumah al Arqom ini pun telah diakui sebagai
pembinaan yang sukses dalam sejarah Islam sampai kemudian diadopsi oleh Muhammadiyah menjadi nama pelatihan kader “Darul
Arqom” dan “Baitul Arqom” dengan maksud meniru apa yang dilakukan oleh Rosulullah.
Informasi tentang
bagaimana sesungguhnya
teknis pembinaan yang dilakukan Rosulullah di rumah al Arqom belum
banyak ditemukan penulis, tetapi dapat digambarkan bahwa pembinaan tersebut dilakukan di masa yang sangat awal, jumlah
sahabat yang masih sedikit, di sebuah rumah di pinggiran kota pada masa abad ke-7 M dan dalam suasana yang tersembunyi atau rahasia.
Dalam kajian sejarah dakwah Rosulullah, di awal periode dakwah nabi, beliau mengajarkan dasar-dasar Islam diantaranya terkait
dengan tauhid, kesetaraan dan keadilan manusia. Dalam suasanya
yang bersembunyi dan memulai ajaran baru, tentu dapat digambarkan bahwa pembinaan ini berjalan intensif dan
berkelanjutan sampai kemudian al Arqom pun masuk Islam. Model pembinaan serupa kemudian juga diikuti oleh pendiri
Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan yang sangat terkenal melakukan pembinaan intensif di Langgar Kidul Kauman. Salah satu
kisah yang monumental adalah pembelajaran Q.S. al Ma‟un yang tidak segera selesai dan berganti dengan surat yang lain dalam al
Quran sebelum Q.S. al Ma‟un ini dipahami sampai diamalkan.
Pembinaan K.H. Ahmad Dahlan yang intensif dan berkelanjutan ini kemudian melahirkan karya amal yang besar, Muhammadiyah.
Pendidikan Islam yang membutuhkan intensitas dan tahapan proses sesungguhnya telah diisyaratkan juga oleh kata Islam itu
sendiri. Kata Islam memiliki asal kata yang sama dengan kata
sullam
yang artinya tangga
42
. Sebagaimana diketahui bahwa karakteristik tangga adalah banyak memiliki anak tangga dan untuk menaiki
tangga itu harus dilakukan satu persatu sampai kemudian orang yang menaikinya sampai pada lantai di atasnya. Demikian juga dengan
belajar Islam, harus berproses sedikit demi sedikit dan terus menerus sampai kemudian memahami Islam. Demikianlah pembinaan kepada
orang belajar Islam, bertahap dan terus menerus.
42
Ahmad Warson Munawir,
Kamus al Munawir; Arab
–
Indonesia terlengkap
, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, hal. 655
Uraian tersebut menjelaskan tentang pandangan al Quran mengenai sosok manusia yang ideal menjadi hamba dan kholifah
Allah di muka bumi. Sosok ini layak menjadi profil kader yang hendaknya dijadikan cermin untuk diwujudkan oleh Muhammadiyah
melalui proses pendidikan kader. Ia adalah sosok manusia yang muttaqin karena mendapatkan sibghoh Allah celupan Allah, yang
mampu memimpinkan Islam dan membawa perubahan menuju masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Al Quran pun
memberikan isyarat bahwa sosok tersebut harus dicita-citakan oleh Muhammadiyah melalui proses usaha dan doa kepada Allah SWT
sebagaimana Nabi Zakaria berdoa untuk lahirnya kader penerus dakwah beliau. Dalam proses pembentukannya al Quran
memberikan isyarat bawa Islam harus menjadi nilai yang diwariskan kepada mereka dengan pembinaan yang intensif dan berkelanjutan
serta dikelola secara efektif dan efisien.
3. Faktor penting penyusunan sistem perkaderan