Seleksi bahan organik untuk meningkatkan pertumbuhan semai jati< Tectona grandis L.f. dan kolonisasi cendawan mikoriza arbuskula lokal

SELEKSI BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis L. f.) DAN
KOLONISASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA LOKAL

EKA RESTU

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

2

SELEKSI BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis L. f.) DAN
KOLONISASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA LOKAL

EKA RESTU

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

3

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

Nama
NIM

: Seleksi Bahan Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan
Semai Jati (Tectona grandis L. f.) dan Kolonisasi Cendawan
Mikoriza Arbuskula Lokal

: Eka Restu
: E14201036

Disetujui

(Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For. Sc.)
Dosen Pembimbing

Diketahui

(Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS)
Dekan Fakultas Kehutanan

Tanggal Lulus:

4

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 1983 dari Bapak

Muhammad Said dan Ibu Nursiah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara.
Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1989 ketika masuk di SDN
Cihideung Ilir IV, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dan lulus pada tahun
1995. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 1
Ciampea, Kabupaten Bogor dan lulus pada tahun 1998, kemudian penulis
melanjutkan ke SMUN 1 Leuwiliang, Kabupaten Bogor dan lulus pada tahun
2001.
Tahun 2001, penulis diterima sebagai mahasiswa institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di
Fakultas Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan (MNH) pada Program Studi
Budidaya Hutan (BDH). Penulis pernah melaksanakan Praktek Umum
Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) pada bulan Juni-Agustus 2004, Praktek
Umum Pengenalan Hutan dilaksanakan di daerah Cilacap-Baturaden, Jawa
Tengah, sedangkan Praktek Umum pengelolaan Hutan dilaksanakan di Getas,
Jawa Timur. Pada bulan Juni-Agustus 2005 penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Neglasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Selama menjadi mahasiswa, penulis tercatat sebagai Anggota BEM
Fakultas Kehutanan (BEM-E) periode 2002-2003, Ketua Departemen
Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) Forest Management Students Club

(FMSC), Human Resources Development Staf in ASEAN Forestry Students
Association (AFSA), dan Wakil Ketua Umum Korps Sukarela (KSR) PMI UNIT I
IPB periode 2003-2004.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
penulis menyusun skripsi yang berjudul “Seleksi Bahan Organik untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Semai Jati (Tectona grandis L. f.) dan
Kolonisasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Lokal” dibawah bimbingan
Dr. Ir. Irdika Mansur, M. For. Sc.

5

ABSTRAK

EKA RESTU. Seleksi Bahan Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai
Jati (Tectona grandis L. f.) dan Kolonisasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Lokal.
Dibimbing oleh IRDIKA MANSUR.
Bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro dan sebagai
perekat butiran lepas serta cenderung meningkatkan jumlah air yang tersedia bagi
tanaman (Soepardi, 1983). Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat

memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Unsur hara yang tidak tersedia
di dalam tanah dapat diatasi dengan penambahan bahan organik, dan pertumbuhan
mikroorganisme di dalam tanah dapat meningkat dengan penambahan bahan
organik. Salah satu mikroorganisme yang mempunyai peranan penting di dalam
tanah adalah cendawan mikoriza arbuskula. Imas et al. (1989) menyatakan bahwa
terdapat korelasi positif antara mikoriza dengan kandungan bahan organik tanah,
dimana bahan organik digunakan untuk pertumbuhan mikoriza.
Mikoriza selain berperan penting di dalam tanah juga bermanfaat bagi
tanaman, dimana dengan adanya mikoriza pertumbuhan tanaman dapat menjadi
lebih cepat dan tanaman menjadi lebih tahan terhadap kekeringan. Keberadaan
mikoriza sangat diperlukan untuk pohon-pohon kehutanan yang pada umumnya
memiliki laju pertumbuhan yang relatif lambat dan daur yang lama, sehingga
diperlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh hasilnya. Salah satu contoh
pohon hutan adalah pohon jati. Pohon jati memiliki nilai guna dan nilai jual yang
tinggi, hal itu didasarkan atas luasnya pangsa pasar produk jati baik di dalam
maupun di luar negeri. Permasalahan dalam budidaya pohon jati adalah laju
pertumbuhannya yang relatif lambat dan daurnya yang lama. Dengan penambahan
bahan organik berupa tulang ayam, tulang sapi, kulit telur ayam, dan kascing
diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan semai jati dan kolonisasi Cendawan
Mikoriza Arbuskula lokal sehingga dihasilkan semai jati dengan pertumbuhan

yang cepat dan berkualitas.
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Silvikultur dan
Persemaian Tlogoarto, Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor. Dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan September 2005.
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini terdiri dari 13 perlakuan, yaitu A (1
gram Tepung Tulang Ayam + 2,5 gram Zeolit + 1,5 gram Kaolin), B (1,5 gram
Tepung Tulang Ayam + 2,5 gram Zeolit + 1 gram Kaolin), C (2 gram Tepung
Tulang Ayam + 2,5 gram Zeolit + 0,5 gram Kaolin), D (1 gram Tepung Tulang
Sapi + 2,5 gram Zeolit + 1,5 gram Kaolin), E (1,5 gram Tepung Tulang Sapi + 2,5
gram Zeolit + 1 gram Kaolin), F (2 gram Tepung Tulang Sapi + 2,5 gram Zeolit +
0,5 gram Kaolin), G (1 gram Tepung Kulit Telur + 2,5 gram Zeolit + 1,5 gram
Kaolin), H (1,5 gram Tepung Kulit Telur + 2,5 gram Zeolit + 1 gram Kaolin), I (2
gram Tepung Kulit Telur + 2,5 gram Zeolit + 0,5 gram Kaolin), J (1 gram Tepung
Kascing + 2,5 gram Zeolit + 1,5 gram Kaolin), K (1,5 gram Tepung Kascing + 2,5
gram Zeolit + 1 gram Kaolin), L (2 gram Tepung Kascing + 2,5 gram Zeolit + 0,5
gram Kaolin), M (Kontrol (pupuk NPK 0,5 gram yang diberikan satu bulan sekali
selam 4 bulan)). Setiap perlakuan mempunyai ulangan sebanyak 4 dan masingmasing ulangan terdiri dari 4 tanaman. Penyusunan semai di lapangan dilakukan

6


dengan menggunakan blok. Parameter pertumbuhan semai jati yang diamat
meliputi tinggi, diameter, berat basah semai, berat kering semai, Nisbah Pucuk
Akar (NPA) semai, Indeks Mutu Bibit (IMB), jumlah spora, dan infeksi akar
semai jati. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok Lengkap (RAKL) dengan faktor tunggal yaitu formulasi bahan organik
dengan zeolit dan kaolin.
Hasil penelitian dengan menggunakan uji keragaman menunjukan bahwa
penambahan formulasi bahan organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap
29 parameter (85,29%) dan pengaruh sangat nyata terhadap 27 parameter
(79,12%) dari 34 parameter yang diamati. Fakta lain yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah tidak terlalu tingginya koefisien keragaman (KK) yang
dihasilkan, yaitu berkisar antara 7%-32%. Dengan kata lain pengaruh lingkungan
luar terhadap parameter yang diamati hanya sekitar 7%-32%, sedangkan sebagian
besar lainnya berasal dari pengaruh perlakuan yang diberikan. Berdasarkan hasil
uji lanjut Duncan dihasilkan 3 perlakuan yang memberikan nilai terbesar dari 34
parameter pengamatan. Ketiga perlakuan tersebut secara berurutan yaitu
perlakuan F dengan nilai persentase sebesar 52,94%, perlakuan C sebesar 14,71%,
dan perlakuan M dengan persentase sebesar 5,88%. Perlakuan yang menghasilkan
pengaruh terendah dalam penelitian ini secara berurutan yaitu perlakuan L dengan
nilai sebesar 41,18%, perlakuan J sebesar 23,53%, dan perlakuan G dengan nilai

11,76%. Perlakuan F dan perlakuan C merupakan perlakuan dari tepung tulang
sapi dan tulang ayam dengan dosis yang paling tinggi yaitu 2 gram.
Penelitian ini menghasilkan perlakuan F (2 gram Tepung Tulang Sapi +
2,5 gram Zeolit + 0,5 gram Kaolin) sebagai perlakuan yang memberikan pengaruh
terbaik bila dibandingkan dengan kontrol, dan perlakuan L (2 gram Tepung
Kascing + 2,5 gram Zeolit + 0,5 gram Kaolin) sebagai perlakuan yang
memberikan pengaruh terendah dibandingkan kontrol. Hal ini menunjukan bahwa
pemberian formulasi tepung tulang sapi yang dilakukan sekali pada awal
pengamatan memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan pupuk
NPK (15:15:15) dengan dosis 0,5 gram yang diberikan satu bulan sekali selama 4
bulan. Sedangkan pemberian perlakuan formulasi kascing menghasilkan pengaruh
yang lebih rendah dibandingkan dengan pupuk NPK.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
PENDAHULUAN

Latar Belakang .......................................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................................
Manfaat Penelitian .................................................................................
Hipotesis ..................................................................................................

1
2
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Jati (Tectona grandis Linn.f)....................................................................
Taksonomi.......................................................................................
Morfologi ........................................................................................
Geografi dan Penyebaran .................................................................
Hama dan Penyakit ..........................................................................
Manfaat dan Kegunaan ....................................................................
Bahan Organik ........................................................................................
Peran Bahan Organik terhadap Pertumbuhan Tanaman ....................
Tulang Ayam ...................................................................................

Tulang Sapi......................................................................................
Kulit Telur Ayam ............................................................................
Kascing............................................................................................
Zeolit ...............................................................................................
Kaolin..............................................................................................
Mikoriza...................................................................................................
Pengertian Mikoriza.........................................................................
Klasifikasi Mikoriza.........................................................................
Taksonomi Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) .........................
Ciri Morfologi CMA........................................................................
Ekologi CMA ..................................................................................
Manfaat Mikoriza ............................................................................
Peran CMA dalam Ekosistem ..........................................................
Manfaat CMA dalam meningkatkan pertumbuhan jati .....................
Media Tumbuh ........................................................................................
Tanah ..............................................................................................
Sekam Padi ......................................................................................

4
4

4
6
7
9
10
10
10
11
12
12
13
14
14
14
15
16
18
19
20
21
22
22
22
23

i
iii
iv
v

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu ................................................................................. 24
Bahan dan Alat ........................................................................................ 24
Rancangan Percobaan............................................................................. 25

Metode Penelitian ....................................................................................
Seleksi Benih ...................................................................................
Penimbangan Benih .........................................................................
Pengeringan Benih...........................................................................
Penyiapan Media Tabur ...................................................................
Penaburan Benih..............................................................................
Penyiapan Media Sapih....................................................................
Penyapihan ......................................................................................
Penambahan Bahan Organik ............................................................
Pemeliharaan ...................................................................................
Penyulaman .....................................................................................
Pengamatan dan Pengukuran .............................................................
Kadar Air Tanah ..............................................................................
Perhitungan Persen Kecambah .........................................................
Perhitungan Rata-Rata Hari Berkecambah (RH)...............................
Tinggi Semai ...................................................................................
Diameter Semai ...............................................................................
Berat Kering Total Tanaman (BKTT) ..............................................
Nisbah Pucuk Akar (NPA) ...............................................................
Indeks Mutu Bibit (IMB) .................................................................
Jumlah Spora ...................................................................................
Persen Infeksi Akar..........................................................................

27
27
27
27
27
27
28
28
28
28
29
29
29
29
29
30
30
30
30
30
31
32

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian ...................................................................................
Perkecambahan Benih Jati ...............................................................
Tinggi Semai ...................................................................................
Diameter Semai ...............................................................................
Berat Basah Semai ...........................................................................
Berat Kering Semai..........................................................................
Nisbah Pucuk Akar (NPA) ...............................................................
Indeks Mutu Bibit (IMB) .................................................................
Jumlah Spora ...................................................................................
Persen Infeksi Akar..........................................................................
Pembahasan .........................................................................................
Pengaruh Formulasi Tepung Tulang Ayam ......................................
Pengaruh Formulasi Tepung Tulang Sapi.........................................
Pengaruh Formulasi Tepung Kulit Telur ..........................................
Pengaruh Formulasi Tepung Kascing...............................................

34
36
38
41
43
47
51
54
55
58
61
62
63
64
65

SIMPULAN
Simpulan ............................................................................................. 67
Saran ................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 68
LAMPIRAN ..................................................................................................... 72

iii

DAFTAR TABEL
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Teks

Halaman

Kandungan nutrisi tepung tulang rawan ayam pedaging ................................
Komposisi komponen kimiawi kascing..........................................................
Komposisi kimia sekam padi (persentase bahan kering) ................................
formulasi perlakuan yang diberikan dalam penelitian ...................................
Nilai Fhitung dan probabiltas pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap
parameter perttumbuhan semai jati ................................................................
6. Uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi semai
jati.................................................................................................................
7. Uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap pertambahan diameter
semai jati.......................................................................................................
8. Uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap berat basah akar semai jati...
9. Uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap berat basah pucuk semai jati
10. Uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap berat basah total semai jati...
11. Uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap berat kering akar semai jati..
12. Uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap berat kering pucuk semai
jati.................................................................................................................
13. Uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap berat kering total semai jati .
14. Uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap NPA basah semai jati ..........
15. Uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap NPA kering semai jati .........
16. Uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap IMB semai jati ....................
17. Uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap jumlah spora semai jati........
18. Uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap infeksi akar semai jati..........

11
12
23
28
35
41
43
44
45
47
48
49
50
52
53
55
57
60

iv

DAFTAR GAMBAR
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Teks

Halaman

Tanaman jati dalam suatu areal tegakan hutan beserta bagian-bagiannya .......
Bahan organik yang digunakan dalam penelitian ...........................................
Peralatan yang digunakan dalam melakukan penelitian..................................
Skema perhitungan jumlah spora yang berasal dari tanah ..............................
Grafik persen kecambah kumulatif benih jati selama perkecambahan ............
Kegiatan penyapihan dan pemberian perlakuan terhadap semai jati pada
awal pengamatan...........................................................................................
7. Pertumbuhan semai jati di lapangan pada awal dan akhir pengamatan ..........
8. Grafik pertambahan tinggi semai jati umur 16 minggu ..................................
9. Bentuk fisiologi semai jati umur 16 minggu yang telah diberi perlakuan .......
10. Grafik pertambahan diameter semai jati umur 16 minggu .............................
11. Jenis spoa Glomus sp yang diperoleh pada media semai jati sebelum diberi
perlakuan.......................................................................................................
12. Spora Glomus sp yang diperoleh pada media semai jati umur 16 minggu ......
13. Spora Acaulospora sp yang diperoleh pada semai jati umur 16 minggu .........
14. Infeksi akar oleh hifa mikoriza yang terjadi pada akar semai jati yang akan
diberi perlakuan.............................................................................................
15. Akar semai jati yang terinfeksi hifa, vesikel dan spora CMA pada akhir
pengamatan ..................................................................................................

6
24
25
31
37
38
38
39
40
42
56
56
57
59
59

v

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Teks

Halaman

1. Lay out pengamatan semai jati di lapangan....................................................
2. Tally sheet pengamatan semai jati di lapangan...............................................
3. Hasil perkecambahan benih semai jati selama 42 hari pengamatan ................
4. Data hasil pertambahan tinggi semai jati........................................................
5. Data hasil pertambahan diameter semai jati ...................................................
6. Hasil pengamatan berat semai jati umur 8 MST ............................................
7. Hasil pengamatan berat semai jati umur 16 MST ..........................................
8. Hasil pengamatan infeksi akar semai jati umur 8 MST dan 16 MST .............
9. Hasil pengamatan jumlah spora semai jati umur 8 MST dan 16 MST ...........
10. Hasil pengamatan indeks mutu bibit umur 16 MST ......................................
11. Hasil uji normalitas galat dan homogenitas ragam dari perlakuan yang
diberikan pada semai jati ..............................................................................
12. Hasil uji lanjut Duncan parameter pertumbuhan jati umur 8 MST .................
13. Hasil uji lanjut Duncan parameter pertumbuhan jati umur 16 MST ...............
14. Hasil uji lanjut Duncan parameter pertumbuhan jati umur16 MST ................
15. Matrik korelasi parameter pertumbuhan semai jati dengan persen infeksi
akar dan jumlah spora ...................................................................................
16. Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi semai jati .........................
17. Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan diameter semai jati .....................

72
73
75
76
78
80
82
84
86
88
90
91
92
93
94
95
96

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro dan sebagai
perekat butiran lepas serta cenderung meningkatkan jumlah air yang tersedia bagi
tanaman (Soepardi, 1983). Bahan organik dapat menyediakan beberapa unsur hara
yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara yang tidak tersedia
didalam tanah dapat diatasi dengan penambahan bahan organik. Penambahan
bahan organik selain dapat membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman juga
dapat meningkatkan pertumbuhan mikoriza dalam tanah. Imas et al. (1989)
menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara mikoriza dan kandungan bahan
organik tanah, dimana bahan organik tanah digunakan untuk pertumbuhan
mikoriza. Dampak CMA terhadap penyusutan penyakit bawaan tanah (soil-borne
diseases) telah dievaluasi terutama dalam kajian-kajian cendawan tanah patogenik
seperti Phytophthora, Aphanomyces, Fusarium dan Verticillium (Aguilar dan
Barea, 1996) dan nematoda penyebab busuk dan luka akar serta puru akar
(Guillemin et al., 1993; Pinochet et al., 1996). CMA merupakan simbion obligat
dan daur hidupnya bergantung kepada akar-akar tanaman, dan sebagai imbalannya
mereka menurunkan dampak penyakit akar dan mengurangi aras populasi jasad
renik patogenik di dalam tanah, khususnya jika pasokan P menjadi faktor
pembatas (Linderman, 1994).
Pemanfaatan bahan organik seperti tulang ayam, tulang sapi, kulit telur
ayam dan kascing dalam bidang kehutanan masih jarang atau dapat dikatakan
masih sedikit. Pohon-pohon kehutanan umumnya memiliki jangka waktu
pemanenan yang relatif lama sehingga harus menunggu beberapa tahun untuk
memperoleh hasilnya. Pohon jati merupakan salah satu jenis pohon yang
mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya,
diantaranya yaitu kuat, tahan lama, mudah dalam pengerjaannya, tahan terhadap
penyakit serta memiliki nilai dekoratif yang sangat digemari oleh masyarakat.
Selain itu jati memiliki nilai ekonomi tinggi, itu terlihat dari luasnya pangsa pasar
untuk produk jati baik di dalam maupun di luar negeri. Kebutuhan dalam negeri
sampai saat ini masih belum terpenuhi, dari kebutuhan sebesar 2,5 juta m3/tahun

2

baru dapat dipenuhi oleh Perum Perhutani sebesar 0,75 juta m3/tahun sehingga
masih ada kekurangan sebesar 1,75 juta m3/tahun (Sumarna, 2005). Nilai jual
produk jati yang tinggi dan pemasaran yang luas dapat memberikan pemasukan
bagi pendapatan negara. Pada tahun 1998 harga kayu gelondong di pasar luar
negeri Rp.9-15 juta/m3, dibandingkan dengan harga kayu kelas satu lainnya
sebesar Rp.0,5 juta/m3 (Sumarna, 2005).
Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa jenis kayu ini memiliki
pertumbuhan di alam yang relatif kecil, demikian pula dengan riap tumbuhnya
(Sumarna, 2005). Pertumbuhan dan riap tumbuh yang relatif kecil membuat
pohon jati membutuhkan waktu yang relatif lama untuk dapat dimanfaatkan,
sementara kebutuhan akan kayu jati dari tahun ke tahun terus meningkat. Untuk
membantu mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya suatu kegiatan yang
dapat meningkatkan pertumbuhan semai jati yang pada akhirnya akan diperoleh
pohon jati yang berkualitas.
Penelitian ini mencoba untuk memanfaatkan bahan organik yang berupa
tulang ayam, tulang sapi, kulit telur ayam, dan kascing yang terdapat di
lingkungan sekitar untuk mengatasi permasalahan pertumbuhan pada jati.
Diharapkan dengan penambahan formulasi bahan organik dapat meningkatkan
pertumbuhan semai jati dan kolonisasi Cendawan Mikoriza Arbuskula lokal.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian bahan
organik dalam meningkatkan pertumbuhan semai jati (Tectona grandis L. f.) dan
kolonisasi Cendawan Mikoriza Arbuskula lokal.

3

Manfaat Penelitian
1. Mendapatkan bahan organik dengan dosis tertentu yang optimum untuk
pertumbuhan semai jati.
2. Mendapatkan bahan organik dengan dosis tertentu yang dapat meningkatkan
kolonisasi Cendawan Mikoriza Arbuskula lokal yang terdapat dalam tanah
media semai jati.
3. Membuka peluang usaha berupa pemanfaatan bahan organik (tulang ayam,
tulang sapi, kulit telur, dan kascing) sebagai pupuk organik.

Hipotesis
Penambahan formulasi bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan
semai jati (Tectona grandis L. f.) dan kolonisasi Cendawan Mikoriza Arbuskula
lokal.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Jati (Tectona grandis L. f.)
Taksonomi
Menurut Sumarna (2005), tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal
dari India. Tanaman ini mempunyai nama ilmiah Tectona grandis L. f. Di setiap
negara, tanaman ini mempunyai nama lokal yang berbeda-beda, di Indonesia
nama lokalnya jati, ching-jagu (di wilayah Asam); saigun, segun (Bengali); tekku
(Bombay); kyun (Burma); saga, sagach (Gujarat); sagun, sagwan (Hindi); jadi,
saguan, tega, tiayagadamara (Kannad); sag, saga, sgwan (Manthi); singuru
(Oriya);

bardaru,

bhumisah,

dwardaru,

kaharachchad,

saka

(Sangskrit);

tekkumaran, tekku (Tamil); dan adaviteeku, peddatekku, teekuchekka (Telugu).
Tanaman ini dalam bahasa Jerman di kenal dengan nama teck atau teakbaun,
sedangkan di Inggris di kenal dengan nama teak.
Secara historis, nama Tectona berasal dari bahasa Portugis (Tekton) yang
berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi (Sumarna, 2005). Dalam sistem
klasifikasi, tanaman jati mempunyai penggolongan sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Angiospermae

Sub kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Verbenales

Famili

: Verbenaceae

Genus

: Tectona

Spesies

: Tectona grandis L. f.

Morfologi
Menurut Soerianegara dan Lemmens (1994), pohon jati dapat tumbuh
mencapai tinggi lebih dari 50 m dengan diameter mencapai 150-250 cm dan tinggi
bebas cabang mencapai 20-25 m. Batang jati biasanya silindris dengan tipe
percabangan tetragonal. Kulit jati termasuk lembut dengan ketebalan mencapai
lebih dari 15 mm dan biasanya terasa pahit. Pada bagian pangkal jati jarang sekali
terdapat banir. Akar jati termasuk tunggang, perakarannya sangat sensitif terhadap
kehilangan oksigen (Lamprecht, 1989; Soerianegara dan Lemmens, 1994).

5

Daun jati bersifat meranggas dan pada musim kemarau jati tidak berdaun
sama sekali. Ukuran daun jati mampu mencapai panjang 30-60 cm dan lebar 2035 cm. Permukaan daun jati ditumbuhi rambut halus pada kedua sisinya. Daun jati
berbentuk lanceolate hingga oval lanceolate serta menempel pada batang secara
berpasangan (petiolate).
Bunga jati termasuk ke dalam golongan biseksual yang tersusun secara
mengelompok dengan ukuran kumpulan sebesar 40 cm x 35 cm. Ukuran bunga
jati termasuk kecil berbentuk ovary ovoid yang terbagi atas 4 sel, setiap sel
mengandung 1 ovul. Jati biasanya berbunga pada musim penghujan dn
menggugurkan buahnya pada bulan-bulan musim kering. Di Thailand, masa
berbunga jati biasanya pada bulan Juni-September sementara di Jawa jati biasanya
berbunga pada bulan Oktober-November dan buahnya bisa di panen pada bulan
Mei-September (Soerianegara dan Lemmans, 1994).
Buah jati berbentuk drupe dengan ukuran diameter biasanya 1 cm,
tersusun oleh 4 sel yang setiap selnya terisi 1 endocarp (biji). Namun biasanya
hanya 1-3 biji yang mampu berkembang. Biji jati termasuk jenis orthodoks dan
viabilitas benihnya mampu bertahan hingga lebih dari satu tahun. Buah jati
berkembang secara penuh membutuhkan waktu sekitar 120-200 hari hingga
menjadi dewasa dan siap di panen. Polinasi jati dibantu oleh serangga terutama
tawon dan jenis Ceratina sp. Waktu polinasi yang paling baik adalah antara jam
09:00-13:00. Namun hanya sekitar 1% saja dari bunga jati yang berkembang
menjadi buah. Hal ini terjadi karena kurangnya serangga polinator dan rendahnya
efektivitas teknik polinasi, akhirnya justru lebih banyak bunga jati yang dibuahi
secara selfing (pembuahan sendiri). Dalam satu kilogram jati terdapat 1000-3000
biji jati, dan setiap hektar hutan jati mampu menghasilkan 40.000-50.000 biji jati.
(Martawijaya, 1986; Lamprecht, 1989; Soerianegara dan Lamprecht, 1994;
Tangmitchtaroen dan Owen, 1996). Struktur morfologis tanaman jati dapat dilihat
pada Gambar 1.

6

Bunga

B

Buah jati

A

C

a

b

Gambar 1 Tegakan jati (A), Bunga jati (B), dan Buah jati (C), buah jati utuh (a),
setelah dibelah (b) mendapatkan bagian-bagiannya yang terdiri dari
mesokarp (1), endokarp (2) dan biji (3)
Geografi dan Penyebaran
Jati merupakan spesies asli dari daerah semenanjung India, Burma, Laos,
Thailand dan Philipina. Menurut Lamprecht (1989) cakupan penyebaran daerah
asli jati berkisar antara 10oLU-25oLU, sementara menurut Goh dan Manteuuis
(2002) cakupan penyebaran daerah asli jati berkisar antara 9oLU-27oLU dan
75oBB-104oBB.
Penyebaran jati sekarang sudah mencapai berbagai belahan dunia, mulai
dari Asia Selatan hingga Asia Tenggara, benua Afrika (seperti Nigeria dan Togo,
Kamerun, Zaire, Trinidad dan Honduras) hingga ke Amerika Latin (Lamprecht,
1989; Centeno, 2002). Jati juga sekarang diperkenalkan ke daerah Pasifik, yaitu
Papua New Guinea, Fiji dan Kepulauan Solomon (Pandey dan Brown, 2000).
Total luas hutan jati yang ada di seluruh dunia pada tahun 1997 mencapai lebih
dari 3 juta hektar (Centeno, 1997), sedangkan pada tahun 1990 dilaporkan
mencapai 2,5 juta hektar lebih (Goh dan Manteuuis, 2002). Di Indonesia jati mulai
diperkenalkan sekitar 400-600 tahun silam dan sekarang telah tersebar hampir di
seluruh pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sumbawa, Maluku dan
Lampung (Martawijaya, 1986; Soerianegara dan Lemmens, 1994).

7

Hama dan Penyakit
Menurut Sumarna (2005) gangguan pertumbuhan terhadap tanaman jati
dapat terjadi dari awal proses pembentukan bibit hingga akhir daur hidup dan
produksi. Gangguan hama pada tanaman jati sejak tingkat pertumbuhan di
persemaian hingga di areal pertanaman terdiri dari hama benih, hama di
persemaian dan hama di areal pertanaman. Hama benih diantaranya ulat
Dichorocis punctiferalis dan Pagyda salvalis (Lepidoptera: Pyralidae) yang
merupakan hama penting. Selain itu, masih ada hama yang menyerang benih jati
yaitu Gargara carinata, G. flavocarinata, G. pulchella, Leptocentrus vicarious
(Homoptera: Membracidae), dan Lasioderma serricorne (Coleoptera: Anobiidae).
Jenis hama di persemaian terdiri dari Anomala sp., Clinteria klugi,
Holotrichia sp., Oryctes rhinoceros, dan Lachnostera sp. (Coleoptera:
Scarabaeidae). Jenis-jenis rayap yang menyerang akar diantaranya yaitu
Microcerotermes sp., dan Odontotermes sp. Hama yang menyerang akar lainnya
yaitu jenis Tettigoniella ferruginea. Selain itu, dijumpai jenis Tarbinskiellus
portentosus yang menyerang batang dan daun anakan di persemaian. Jenis hama
yang menyerang daun anakan lainnya seperti Aullarches miliaris, Eeucoptarca
sp., Euprepocnemis sp., Hieroglyphus sp., dan Teratodes sp. Selain menyerang
bibit di persemaian, hama-hama tersebut juga dapat menyerang tanaman umur 1-2
tahun.
Jenis hama yang menyerang areal pertanaman jati sesuai dengan daerah
dan organ yang diserang dapat dibedakan menjadi hama yang menyerang daun
dan hama yang menyerang batang. Hama yang menyerang daun ada sekitar 139
jenis. Jenis yang berasal dari kelompok Coleoptera ada 41 jenis, Lepidoptera 80
jenis dan Orthoptera 18 jenis. Jenis hama penting yang perlu diperhatikan yaitu
Eutectona

machaerallis

(Lepidoptera:

Pyralidae)

dan

Hyblaea

puera

(Lepidoptera: Hyblaeidae). Beberapa jenis hama yang menyerang daun pada
malam hari diantaranya Colasposoma asperatum, C. downesi, Nodostoma sp.,
Sebaethe sp., Asrycus sp., Crinorrhinus sp., Adorectus sp., dan Apogonia sp.
Hama-hama tersebut memakan daun jati (daging daun) sehingga daun hanya
tinggal kerangka saja. Selain daun, batang jati tidak luput dari serangan hama
penggerek batang seperti Cossus cadambae, Endoclita chalybeate, idarbela
quadrinotata, Sahyadrassus malabaricus (Lepidoptera: Cossidae, Hepialdae), dan

8

Dihammus cervicus (Coleoptera: Cerambycidae). Sedangkan jenis insekta yang
sering menimbulkan gall (kanker) yaitu Asphondylia tectonae (Diptera:
Itonididae), Anoplocnemis taistator, Icerya formicarum, Laccifer lacca,
Planococcus sp., dan Perisopneumon sp. (Homoptera: Lacciferidae). Walaupun
tidak tahan terhadap serangan hama di atas, tanaman jati secara fisik sesuai
kondisi pohon (baik basah maupun kering) memiliki daya tahan terhadap
gangguan hama sejenis rayap. Keadaan ini dikarenakan batang jati mengandung
fenolic

acid

berupa

atsiri tectoquinone

(anthnoquinone) yang

mampu

memproteksi gangguan.
Selain hama, tanaman jati juga diserang oleh penyakit. Penyakit yang
menyerang tanaman jati dapat dibagi berdasarkan bagian yang diserang, seperti
penyakit akar, penyakit batang, maupun penyakit daun. Jenis gangguan pada akar
tanaman jati yang sering dijumpai adalah Pseudomonas tectonae. Selain itu,
dijumpai pula jenis jamur akar dari Armilaria melea, Phellinus helinus, P.
lamaonsis, P. noxius, Helicobasidium compactum, P. rhizomorpho, Ustulina
deusta, Xylaria thwaittesi, Polyporus zonalis, dan P. shoreae serta jenis cendawan
akar merah Rigidoporus lignosus. Upaya pemberantasan yang dilakukan bila ada
serangan yaitu dengan mensterilkan lubang tanam dengan formalin 4% atau
dehydrostreptomycin 0,005%, selain itu juga diberi belerang sebanyak 800 pound
(362,87 Kg) ditambah kapur CaCO3 3000 pound (1360,78 Kg).
Jenis penyakit yang menyerang tanaman jati diantaranya yaitu Corticium
salmonicolor dan Nectria haematococca sebagai penyebab kanker batang.
Serangannya ditandai dengan daun layu dan berwarna gelap; muncul bahan buah
jamur (fruiting body) yang menebal, berwarna putih hingga merah jambu pada
kulit luar; timbul benjolan lapisan gabus pada permukaan batang; kulit kayu
pecah-pecah, kemudian terjadi luka dan berlubang-lubang arah memanjang. Jenis
penyakit yang menyerang pucuk daun yaitu Stemphyllum sp., dan Phomopsis
tectonae serta jenis Ganoderma applanatum dan Phelilinus lamoensis yang
menyebabkan akar berwarna cokelat. Jenis lain yang menyerang daun diantaranya
jenis Cercospora sp., Mycosphaerella sp., Sphaceloma sp., Sclerotium sp.,
Podospora sp., Xanthomonas sp., Rhizoctonia sp., Marasmius sp., serta
Phyllactinia sp. Adanya serangan penyakit pucuk daun dapat dilihat dari tandatanda seperti munculnya bercak-bercak cokelat muda sampai cokelat tua; daun

9

mengering dan kehilangan turgor; daun layu dan rontok; bila dicabut, jaringan
kayu (xylem dan floem) berwarna gelap sampai hitam; batang pada permukaan
tanah menjadi lunak dan basah.
Manfaat kayu Jati
Kayu jati merupakan salah satu kayu paling berharga. Jenis kayu ini paling
banyak dipakai untuk berbagai keperluan terutama di pulau Jawa. Menurut Heyne
(1987) dan Martawijaya et al., (1989) jati memiliki kombinasi sifat yang baik
yang tidak dimiliki oleh jenis-jenis kayu lainnya, seperti tahan lama dan sangat
awet, dapat digunakan untuk tujuan-tujuan kayu pertukangan karena memiliki
penampakan yang cukup baik, kembang susut sedikit, mudah dikerjakan dan
dipaku serta memiliki kemampuan menahan beban yang baik.
Ditinjau dari sifat fisiknya, kayu jati mempunyai berat jenis antara 0,620,75 dan memiliki kelas kuat II dengan penyusutan hingga kering tanur 2,8-5,2%.
Keawetan kayu jati sesuai hasil uji terhadap Cryptotermes cynocephalus, jamur
dan rayap tergolong kelas II. Kayu jati sangat praktis dan cocok untuk segala jenis
konstruksi seperti tiang, balok dan gelagar pada bangunan rumah dan jembatan,
rangka atap, kusen pintu dan jendela, tiang dan papan bendungan dalam air tawar,
bantalan dan kayu perkakas kereta api, meubel, kulit dan dek kapal. Kayu jati juga
baik digunakan untuk veneer dan kayu lapis karena mudah dikupas dan direkat
setelah diberi perlakuan terlebih dahulu. Untuk bahan yang memerlukan
kekenyalan tinggi, jati tidak baik digunakan karena sifatnya agak rapuh
(Martawijaya et al., 1981).
Menurut Sumarna (2005) tanaman jati tergolong pula sebagai tanaman
berkhasiat obat. Bunga jati dapat digunakan sebagai obat bronchitis, biliousness,
dan obat untuk melancarkan serta membersihkan kantung kencing. Bagian buah
atau benihnya dapat digunakan sebagai bahan obat diuretic. Adapun ekstrak
daunnya dapat menghambat kinerja bakteri tuberkulosa. Selain berfungsi sebagai
bahan obat, daun jati dapat digunakan sebagai bahan pewarna kain. Tidak hanya
bagian tanaman saja yang berguna, limbah produksi berupa cabang dan serbuk
gergaji pun dapat diproses menjadi briket yang memiliki kalori tinggi.

10

Bahan Organik

Peran Bahan Organik terhadap Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan

tanaman

adalah

proses

dalam

kehidupan

yang

mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang
menentukan hasil tanaman. Pertumbuhan ukuran tanaman secara keseluruhan
merupakan hasil dari pertambahan ukuran bagian-bagian tanaman akibat dari
pertambahan jaringan sel yang dihasilkan oleh pertambahan ukuran sel (Sitompul
dan Guritno, 1995). Tanaman membutuhkan bahan makanan untuk dapat
melangsungkan kehidupannya. Unsur hara yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
tanaman yang sehat yaitu unsur hara makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S) dan
unsur hara mikro (Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl), kadang-kadang masih diperlukan
pula Si, Na dan Co (Soepardi, 1983; Sutejo dan Kartasapoetra, 1990). Suatu
tanaman akan tumbuh dengan subur apabila segala unsur yang dibutuhkan
tersedia cukup dan dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanaman. Jika suatu
unsur kurang maka penambahannya akan memberi manfaat, tetapi bila unsur itu
sudah berlebih maka penambahannya akan terbuang percuma bahkan bisa
mengakibatkan kerusakan pada tanaman (Dwijoseputro, 1980). Salah satu upaya
untuk memberikan sumbangan hara kepada tanaman adalah dengan pemberian
bahan organik. Dengan penambahan bahan organik yang terdiri dari tulang ayam,
tulangsapi, kulit telur ayam, dan kascing dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman.

Tulang Ayam
Tulang rawan ayam pedaging dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan
atau pangan. Tepung tulang rawan ayam pedaging merupakan tepung yang
diperoleh dari pemrosesan tulang rawan ayam pedaging, tepung tulang ini
mengandung beberapa zat nutrisi, yaitu protein, lemak, karbohidrat, abu, kalsium,
fosfor dan sedikit air. Kandungan nutrisi tepung tulang rawan ayam pedaging
dapat dilihat pada Tabel 1.

11

Tabel 1 Kandungan nutrisi tepung tulang rawan ayam pedaging
Nutrisi
Air
Protein Kasar
Lemak
Abu
Kalsium
Fosfor
Karbohidrat

Kandungan (%)
Herdianto (2002)
Eldriadi (2003)
8,48
8,45
71,93
72,62
3,45
3,38
10,73
12,26
3,14
3,17
1,86
1,86
13,89
11,74

Pupuk organik yang berasal dari tulang ayam sangat bermanfaat bagi
pertumbuhan tanaman. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan
penggunaan tulang ayam yaitu a) Mengubah struktur tanah menjadi lebih baik
sehingga pertumbuhan akar tanaman menjadi lebih baik. Saat pupuk dimasukkan
ke dalam tanah, bahan organik yang terdapat dalam pupuk akan dirombak oleh
mikroorganisme pengurai menjadi senyawa anorganik yang mengisi ruang pori
tanah sehingga tanah menjadi gembur. Pupuk organik juga dapat bertindak
sebagai perekat sehingga struktur tanah menjadi lebih mantap. b) Meningkatkan
daya serap dan daya pegang tanah terhadap air sehingga tersedia bagi tanaman.
Hal ini dimungkinkan karena bahan organik mampu menyerap air dua kali lebih
besar dari bobotnya. Dengan demikian, pupuk organik sangat berperan dalam
mengatasi kekurangan air pada musim kering. c) Memperbaiki kehidupan
organisme tanah. Bahan organik dalam pupuk ini merupakan bahan makanan
utama bagi organisme dalam tanah, seperti cacing, semut dan mikroorganisme
tanah. Semakin baik kehidupan di dalam tanah, maka semakin baik pula
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dan tanah itu sendiri.
Tulang Sapi
Septimus (1961) mengatakan bahwa tulang sapi mengandung 50% air dan
50% sumsum merah dan kuning, sumsum mengandung 96% lemak. Tulang yang
telah dihilangkan lemaknya mengandung bahan organik dan anorganik dengan
perbandingan 1 : 2.
Hasil penelitian Susmiyati (2004) menyatakan bahwa perlakuan 1 gram
tepung tulang sapi mampu meningkatkan pertambahan tinggi semai kawista
(Limonia acidissima Lindl) sebesar 51,08%, pertambahan diameter 14,29%,
jumlah daun 40,48%, dan BKT 125,90%.

12

Kulit Telur Ayam
Menurut Stadelman dan Cotteril (1977) telur ayam terdiri dari 60% putih
telur, 30%-33% kuning telur, dan 9%-12% kerabang telur. Bobot telur ditentukan
oleh banyak faktor, termasuk genetik, tahap kedewasaan, umur, beberapa obatobatan dan beberapa zat makanan (Wahju, 1997). Kerabang telur merupakan
bagian telur yang berfungsi untuk melindungi isi telur agar tidak ditembus oleh
mikroorganisme (Wahju, 1997). Menurut Stadelman dan Cotteril (1977) kerabang
telur sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat (94%), magnesium karbonat
(1%), kalsium fosfat (1%) serta sejumlah kecil protein (4%). Tebal kerabang telur
optimal adalah 0,36 mm (Benjamin et al., 1960).

Kascing
Kascing adalah kotoran cacing tanah (Lumbricus rubellus) yang
bercampur dengan media bekas perkembangbiakkannya (Soenanto, 2000). Untuk
meningkatkan nilai pupuk, bahan-bahan yang tidak busuk dipisahkan dengan
mengayak campuran kotoran cacing tanah ini. Sebelum digunakan, kotoran cacing
tanah sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu untuk memudahkan proses
pengayakan. Kandungan bahan atau komponen yang bersifat biologis maupun
kimiawi pada kascing sangat dibutuhkan untuk perkembangbiakkan

dan

pertumbuhan tanaman (Palungkun, 1999). Hasil penelitian Amalia (1993) pada
tanah Latosol menunjukkan bahwa penambahan kascing dapat meningkatkan
pertambahan tinggi tanaman bawang putih sebesar 14,4-15,9%. Menurut
Palungkun (1999) komposisi komponen kimiawi kascing dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi komponen kimiawi kascing
Komponen Kimiawi
Nitrogen (N)
Fosfor (P)
Kalium (K)
Sulfur (S)
Magnesium (Mg)
Ferrum (Fe)

Komposisi (%)
1,1 – 4,0
0,3 – 3,5
0,2 – 2,1
0,24 – 0,63
0,3 – 0,6
0,4 – 1,6

13

Mashur (2000) menyatakan bahwa kualitas kascing ditentukan oleh
beberapa parameter fisik, kimiawi dan biologis. Tingkat kematangan kascing
secara fisik ditentukan oleh bau, warna, tekstur (ukuran partikel), suhu dan
kelembaban. Kascing yang baik adalah kascing yang berwarna hitam atau gelap
dan ukuran partikel atau teksturnya halus. Secara kimiawi kualitas kascing
ditentukan oleh kandungan unsur-unsur hara (N, P, K, Ca, Mg), C/N rasio, pH dan
kandungan bahan organik. Secara biologi ditentukan oleh kemampuan cacing
tanah untuk beradaptasi dan berproduksi.

Zeolit
Zeolit merupakan mineral alam yang tersusun atas ion-ion yang berupa
alkali dan alkali tanah, ion-ion tesebut terdapat pada rongga-rongga pembentuk
struktur kerangka tiga dimensi zeolit. Tetrahedral alumina (AlO45-) dan Silika
(SiO44-) dengan perbandingan 1 : 2 adalah pembentuk kerangka zeolit (Gottardi,
1978). Kadar air zeolit biasanya cukup tinggi, berkisar antara 10-20% dari berat.
Air ini mengisi lubang kristal, ada yang terikat kuat dengan kerangka alumino
silikat dan ada yang tidak. Air yang tidak terikat kuat dapat dibuang dengan
mudah melalui pemanasan tanpa terjadi dekomposisi dari struktur kristalnya,
pengurangan kadar air dengan pemanasan sampai 350oC dapat membentuk
rongga-rongga dalam zeolit (Riberio et al., 1984). Adanya rongga-rongga dalam
struktur kristal zeolit memungkinkan zeolit mempunyai karakteristik yang spesifik
yaitu dapat melepaskan dan mengikat air secara reversible serta dapat menukar
kation-kation yang menyusunnya tanpa mengubah struktur bentuk asal (Ming dan
Mumpton, 1989).
Potensi pemakaian zeolit terutama disebabkan sifat fisik dan kimia yang
dimiliki (Mumpton dan Fishman, 1977). Menurut Barrer (1982), sifat fisik zeolit
umumnya berwarna putih, merah muda, coklat atau hijau tergantung dari bahan
pembentuknya. Berat jenis zeolit berkisar antara 2-2,55 gcm-3 sedangkan sifat
kimia zeolit antara lain adalah dapat terhidrasi pada suhu tinggi, sebagai penukar
ion, pengadsorpsi gas dan uap, penyerap molekul serta mempunyai kapasitas tukar
kation (KTK) antara 200-300 meq tiap 100 gram.

14

Kaolin
Mineral-mineral kaolinit adalah alumino-silikat yang terhidrasi (berair)
dengan komposisi kimia umum Al2O3:SiO2:H2O = 1:1:2 atau 2SiO2.Al2O3.2H2O
per satuan sel. Golongan ini termasuk ke dalam liat filosilikat dengan tipe 1:1
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991). Liat merupakan salah satu
partikel penyusun tanah yang mempunyai ukuran

Dokumen yang terkait

Uji Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Daun Jati (Tectona grandis L.f.) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Darah Pada Tikus Putih Jantan

0 25 73

Pemanfaatan Kompos Daun Jati (Tectona grandis L.F.) dan Mikorhiza untuk Pembibitan Jati (Tectona grandis L.F.)

0 11 71

Pengujian Inokulum Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) yang Berasal dari Bawah Tegakan Jati dan Non-Jati pada Tanaman Jati (Tectona grandis Linn. F.)

0 10 81

Perbaikan Kualitas Inokulum Mikoriza dengan Penambahan Bahan Organik dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Semai Jati (Tectono grandis L.f)

0 3 74

Penggunaan vermikompos dalam meningkatkan mutu inokulum cendawan mikoriza arbuskula untuk jati muna (Tectona grandis Linn f.)

0 12 164

Penggunaan Cendawan Mikoriza Arbuscular (CMA) untuk meningkatkan pertumbuhan semai jati (Tectona grandis Linn. F) pada limbah media tumbuh jamur tiram (Pleurotus sp.)

1 33 65

Penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan Vermikompos untuk Meningkatkan Pertumbuhan Stek Pucuk Jati Muna (Tectona grandis Linn. f.)

0 11 67

Penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Glomus etunicatum Dan Vermikompos Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai Jati Muna (Tectona grandis Linn.f)

0 9 86

Formulasi Inokulum Fungi Mikoriza Arbuskula (Fma) dan Vermikompos dalam Meningkatkan Kualitas Semai Jati Muna (Tectona grandis Linn f.)

0 9 63

Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula (Fma) Indigeneus terhadap Pertumbuhan Semai Jati (Tectona Grandis Linn. F) pada Media Tanah Bekas Tambang Kapur

0 0 9