Pedoman Asuhuan Keperawatan Keluarga di Rumah dengan Masalah Stroke

510.73

Ind



PEDOMAN
ASUIIAN KEPERAWA.TAN
KELUARGADIRUNVUIDENGAN
MASALt\H STROKE
(PEGANGAN PERAWAT)


N'l.

'1. 



brO "!J
IItj

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN DAN
KETEKNISIAN MEDIK
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

f

/Cata PIlHflaHtar
Tersusunnya b uku Pedoman Asuhan Keprawatan Keluarga
dengan masalah Stroke di rumah merupakan satu langkah
lebih ke depan di dalam rangka meningkatkan status kesehatan
masyarakat

melalui

upaya

pemberdayaan

masyarakat.


Angka insidensi stroke yang terus meningkat, perawatan yang
lama

dan

terintegrasi

belum
di

adanya

masyarakat

metode

pengendalian

merupakan


suatu

hal

yang
yang

melatarbelakangi disusunnya buku ini.
Buku ini merupakan pedoman/acuan pelaksanaan bagi
petugas pemberi pelayanan keperawatan keluarga dalam
melakukan perawatan masalah stroke di rumah, sehingga
pengendalian stroke di masyarakat dapat maksimal yang pad a
akhirnya
kualitas

dapat
hidup

berkontribusi

pasein

serta

positif

dalam

menurunkan

mengembalikan

angka

kematian

stroke di Indonesia.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
"Pedoman Asuhan Keperawatan Keluarga di Rumah dengan
Masalah


Stroke".

Segala

masukan

atau

usulan

demi

penyempurnaan buku ini kami terima dengan senang hati.

Direktur Bina Pelayanan Keperawatan
Dan Keteknisian Medik

'/Suhartati,  SKp,  MKes 
NIP 196007271985012001


\  

Penanggung Jawab :

Penyusun

Kontributor

Direktur Bina Pelayanan
Keperawatan Dan Keteknisian Medik

1.
2.
3.
4.
6.
7.
8.
9.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

DR. Rustika, SKM, M.Si
Ns. Riyanto, MKep., Sp.Kom.
Ns. Reni Chaerani, MKep., Sp.Kom.
Sri Muljati, SKM, M.Kes
Pastina R. Sihotang, SKp, M.Kes
Ns. Yuli Nazlia Sidy, SKep
Zolaiha, SKM, MPHM
Ina Sri Hastuti, SKM

Dra. Junaiti Sahar, PhD.
Ns. Henny Permatasari,MKep, Sp.Kom
Wiwin Wiarsih, S.Kp, MN
Agus Setiawan, S.Kp, MN
Astuti Yuni Nursasi, S.Kp, MN
Ns. Widyatuti, MKep.,Sp.Kom.
Ns. A.  Eru Syafrudin, MKep,Sp.Kom.
Ns. Made Riasmini, MKep, Sp.Kom.
Ns. Ati Nuraeni, MKep,Sp.Kom.
Ns. Satria Gobel, MKep,Sp.Kom.
Ns. Wahyu Widagdo, MKep, Sp.Kom.

II

Halaman 
KATA  PENGANTAR 

iii

DAFTAR  lSI  ..................................................................................... 


vi  

GLOSSARY  .................................................................................... 

vii  

BAB I.

PENDAHULUAN .........................................................

1.1.  Latar  Belakang ..................................................... 

1  

1.2. Tujuan  .................................................................... 
1.3.  Ruang  Lingkup  .......................................... ............ 

3  
4  


1.4.  Sasaran .......................................................... ..... ... 

5  

1.5.  Dasar  Hukum.............................. ........................... 

5  

BAB II. PENGETAHUAN DASAR STROKE........................... 

7  
7  
8  
1 0  
12  

2.1 . Jenis­Jenis  Stroke ............................................. .... 
2.2.  Patofisiologi  Stroke...................................... ........ 
2.3.  Faktor  Risiko  Stroke ............................................. 

2.4. Tanda  dan  Gejala  Stroke  ............ ..................... 
BAB III. ASUHAN

KEPERAWATAN

MODALITAS
DENGAN

KEPERAWATAN

PASCA

STROKE

DAN

TERAPI

PADA

PASIEN

DALAM

KONTE KS

KELUARGA DI RUM AH ............................. ................

14  

3. 1.  Asuhan  Kepera watan  Stroke ........................... 

14  

3.1.1. Pe ngkalian  kepe rawatan ..................... 

14  

3.1  .2.  Diagnosis  keperawa!an ........................ 

16  

3 .1  .3.  Perencanaan  keperawatan  pada  
klien  pasca  stroke.................................. 

17  

111 

3.1.4.Peloksonoon tindokon  Kepero woton.. 

22  

3.1.5.  Evoluosi  keperowoton............................ 

22  

3.2.   Teropi  Modolitos  Keperowoton  podo  
Posien  dengon  Pasco  Stroke  dolom  Konteks  
Keluorgo  di  Rumoh  .......... ......... ........................ 

IV 

24  

3.2 . 1.  Mengotur  posisi  tempot  tidur ............... 

25  

3.2.2. Ambulos i bertohop ............... ...... ........... 

30  

3.2.3.  Lotihon  rentong  gerok  (ROM) .............. 

34  

3.2.4.  Lotihon  gerok  lidoh  don  bibir  ............ 

41  

BAB IV. PENCATATAN lAPORAN ........................................ 
4.1.Pencototon ............................................................. 
4.1.  Peloporon ............................................................. 

45  

BAB V.

50  

PENUTUP .......... ........................................................... 

45  
46  

DAFTARPUSTAKA  ..................................................................... 

51  

LAMPIRAN ...............................................................................

52

t;eosory
ASEAN

Asia South East Association Nation

CFR

Crude Fatality Rate

GCS

Glasgow Coma Scale

IMT

Indeks Massa Tubuh

NAD

Nangroe Aceh Darusalam

NAPZA

Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya

RIND

Reversible Ischemic Neurologic Deficit

ROM

Range of Motion

TlA

Transient Ischemic Attack

v

II

II

1.1. LAT AR BElAKANG
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di
dunia setelah penyakit jantung dan kanker, juga merupakan
penyebab kecacatan nomor satu baik di negara maju maupun berkembang. Beban akibat stroke terutama disebabkan
kecacatan (public health problem) yang juga menimbulkan
beban biaya yang tinggi baik oleh penderita, keluarga,
masyarakat dan negara. Penelitian epidemiologi stroke
regional Asia Timur (Cina, Hongkong, Taiwan, Japan, Korea
Selatan dan Korea Utara dan negara-negara ASEAN) selama
tahun 1984-2004, menemukan angka kejadian kasus baru
499 5 di Cina, Taiwan dan Jepang. Insidensi di Cina sebesar
483/ 100 .000 dan di Jepang 201/100.000. Di Asia Tenggara,
2005, dilapo r k an prevalensi 4,05% di Singapura, dan di
Thailand, prevalensi stroke 690 per 100.000 penduduk.
Data di Indonesia pasien rawat inap dengan stroke
sebanyak 23.636 orang dengan CFR 17,8

%,  pada pasien

rawat jalan di tahun yang sama berjumlah 26.195 orang,

Asuhon Keperowoton Ke/uorgo d i Rumoh dengon Moso/oh Stroke

sedangkan di tahun 2005 jumlah pasien rawat jolon sebanyak 96.095 orang (Depkes RI, 2004). Menurut Riskesdas
2008 prevalensi stroke di Indonesia tahun 2007 sebesar
8,3 per 1000 penduduk dan yang telah didiagnosis oleh
tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Hal ini
menunjukkan sekitar 72,3 %

kasus stroke di masyarakat

telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi stoke
tertinggi dijumpai di NAD ( 16,6 %0)  dan terendah di

P CIPUO

(3,8 %0).  Terdapat 13 p ropinsi dengan prevalens i stroke
lebih tinggi da ri angk a nasional. Untuk menin gka tkan kesehatan

masyarakat di

seluruh

pelosok

Indonesia,

pem-

bangunan kesehatan diarahka n untuk meningka tkan kesa daran, kemauan dan kemampuan hidu p sehat bagi set ia p orang
agar terwujud dera ja t kesehatan masyaraka t yang set inggi-tingginya, Depkes RI telah menyelenggarak a n b e rbagai upaya pembangunan kesehatan secara menyeluruh
dan berkesinambungan.
Pelayanan keperawatan sebagai bagian integ ral da ri
pelayanan kesehatan, ditujuka n kepada individu, k el ua rga,
kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat y ang
mencakup seluruh proses keh idupan manusia. Pel a y a na n
keperawatan

memberi

pengaruh

yang

cukup

b es ar

terhadap mutu pelayanan secara keseluruhan.
Pencegahan dan penang gulangan stroke di m asyaraka t
perlu semakin ditingkatkan dan terintegrasi diantara pemberi pelayanan kesehatan dan keluarga atau masyaraka t .
Pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan keluarga
di rumah dengan masalah stroke diharapkan do pat menjembatani peleyanan kesehatan



yang

terintegrasi

bag i

Pendahuluan

klien pasca stroke yang telah kembali ke rumah. Asuhan ini
diharapkan dapat meningkatkan fungsi kehidupan baik fisik,
mental,

dan social

klien

beserta

keluarga

dengan

me-

manfaatkan berbagai sumber di keluarga dan masyarakat.
Pelayanan keperawatan di rumah dilakukan melalui pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
yang telah diatur melalui Kepmenkes 279 tahun

2006

tentang pedoman penyelenggaraan upaya perkesmas di
Puskesmas. Perkesmas merupakan upaya yang sangat strategis untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat,
bila dilaksanakan secara komprehensif dengan dengan sasaran individu, keluarga, kelompok dan Masyarakat, serta
memberikan kontribusi terhadap

peningkatan kesehatan

masyarakat. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pelayanan profesional yang diberikan oleh
tenaga perawat di Puskesmas dan masyarakat, perlu dilakukan berdasarkan standar dan Pedoman pelayanan.
Beberapa pedoman pelaksanaan pelayanan keperawatan
kesehatan masyarakat telah disusun diantaranya adalah
pedoman ini yaitu asuhan keperawatan keluarga di rumah
dengan masalah stroke.

1.2.  TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanaan keperawatan keluarga dengan stroke di rumah untuk · menurunkan
angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat stroke.



Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Moso/oh Stroke

Tujuan Khusus
1) Memberikan

gambaran

tentang

konsep

pelayanan

keperawatan keluarga dengan stroke.
2) Memberikan

acuan

dalam

pengelolaan

pelay an a n

keperawatan keluarga dengan stroke.
3) Memberikan

acuan

dalam pembinaan,

peng aw asan,

evaluasi terhadap pelayanan keperawatan keluo rg o
dengan stroke yang diberikan.
4) Memberikan

acuan

da lo m

mengembangkon

je jo ring

kerja yang dapat menunjang peloksanaan pela yo nan
keperawatan keluarga d e ngan stroke.
5) Memberikan acuan dalom sistem pencataton dan p elaporan  pada  pelayanan  keperawatan  keluarga  dengan 
stroke. 

1.3. RUANG LlNGKUP
Ruang  lingkup  dari  buku  ini  adolah  pelayanan keperawata n 
bagi  klien  stroke  di  rumah  dalam  konteks  keluarga  ya ng 
merupakan  upaya  perawatan  lanjutan  "pasco  hospitalisasi",
dalom  rongka  menurunkan  kecenderungan  peningkatan 
angka  kejadion,  kecacatan,  kematian  akibat  stroke.  Dolam 
pedomon  ini  memuat  tentang  masalah  stroke,  asuhan 
keperawotan  keluarga  dengan  masalah  stroke  dengan 
pendekotan  proses  keperawatan  termasuk  pemberiaan 
terapi 

modalitas, 

pelayanon. 



serta 

pencatatan 

dan 

pelaporan 

Pendohuluon

1 .4. SASARAN
Sasaran program pelayanan keperawatan pasien dengan
stroke di rumah dilakukan pada berbagai tingkat pelayanan
dalam sistem kesehatan nasional yaitu :
1)

Pengelola praktik pelayanan keperawatan keluarga di
sarana pelayanan

2)

3)

Perawat pelaksana pelayanan keperawatan keluarga
Organisasi

profesi

perawat

dan

pemerhati

pelayanan

keperawatan Keluarga

1.5. DASAR HUKUM
Penyusunan

Pedoman

pelayanan

keperawatan

pasien

dengan stroke di rumah ini dilandasi dengan peraturanperaturan  yang  berlaku  yaitu; 
1)   Undang  Nomor  12  Tahun  2008  tentang  Perubahan  Kedua 
Atas  Undang­Undang  Nomor  32  Tahun  2004  tentang 
Pemerintahan  Daerah  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia 
T a hun  2008  Nomor  59,  Tambahan  Lembaran  Negara 
Republik  Indonesia  Nomor 4844); 
2)   Undang­Undang  Nomor  36  Tahun  2009  tentang  Kesehatan 
(Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2009  Nomor 
144,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia 
Nomor  5063); 
3)   Undang­Undang  Nomor 44  Tahun  2009  tentang  Rumah  Sakit 
(Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2009  Nomor 
153,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia 
Nomor  5072); 
4)   Peraturan  Pemerintah  Nomor  32  Tahun  1996  tentang 
Tenaga  Kesehatan  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia 
Tahun  1996  Nomor  49,  Tambahan  Lembaran  Negara 
Republik  Indonesia  Nomor  3637); 



Asuhan Keperawatan Ke/uarga di Rumah dengan Masa/ah Stroke

5)

6)

7)

8)

9)
10)

1 1)
1 2)

13)



Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 94/Kep/M.Pan/11 /2001 tentang Jabatan
Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor128/Menkes/SK
/11/2004 tentang Kebijakan Dosar Pusat Kesehatan
Mosyarakat;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 279/Menkes/SK/IV
/2006
tentang
Pedoman
Penyelenggaraan
Upaya
Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 /Menkes/Per/VII
/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V
/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/14
/1/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik
Perawat;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/Per/I
/2010 tentang Registrosi Tenaga Kesehatan;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 908/Menkes/Per/VII
/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Keperawatan Keluarga;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per
/VIIi/2010 tentang Organisasi dan Toto Kerja Kementerian
Kesehatan;

IIIiAlj II
セ@

PIlHIIlllalUuMt Dasat StrOllll

S

troke adalah cedera vaskular akut pada otak yang
disebabkan

karena

sumbatan,

penyempitan,

atau

pecahnya pembuluh darah otak, yang mengakibat-

kan  suplai  darah  ke  salah  satu  bagian  otak  terganggu 
yang  dapat  berdampak  lanjut  pada  kelainan  neurologik 
(Feigin,  2004; Junaidi,  2007). 

2.1.  JENIS- JENIS STROKE
Pengertian  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  berdasarkan  penyebabnya  stroke  dapat terjadi  berupa  iskemik  maupun  perdarahan  (haemoragic),  berikut  penjelasan  tentang 
perbedaan kedua  jenis  stroke: 
a.   Stroke iskemik 
Terjadi  karena  adanya  gangguan  vaskuler  otak  yang 
disebabkan  karena  adanya  sumbatan  bekuan  darah 
oleh  embolus  dan  ateroma  (endapan  lemak);  dan  penyempitan  pembuluh  darah  yang  disebabkan  oleh 



Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Moso/oh Stroke

aterosklerosis (mengerasnya arteri), proses peradangan
atau infeksi, dan dampak penggunaan NAPZA seperti
ampfetamin dan kokain, sehingga aliran darah yang
membawa

nutrisi

dan

oksigen

ke

jaringan

otak

terhambat (Jaffe, 1.992;  Feigin, 2004j Junaidi, 2007). 
Stroke iskemik dapat dikelompokkan menjadi :
1) Transient

Ischemic Attack

(T/A)

:  serangan st roke

sementara yang be rl angsung 1 5  menit dan dapat
berlangsung sampa i 2 4  jam

2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND): gejala
neurologis yang akan menghilang antara >2 4  jam
sampai 21  hari

3) Progressing stroke: kelainan atau defisit neurologik
yang berlangsung seco ra bertahap dari ringan sam poi
berat

4) Completed stroke: kelainan neurologik yang 5udah
menetap
b.

Stroke haemoragik
Disebabkan pembuluh dorah pecah sehingga mengham bot aliran  darah  yang  no rmal  dan  terjadi  perda rahan  d i 
jaringan  otak  (hemoragia  intraserebrum)  a tau  ー ・

イセ@

d arahan  subaraknoid.  Hampir  70%  kasus  stroke  hemoragik terja di p ada  penderita hipertensi (Fe igin,  2004). 

2.2.  PATOFISIOLOGI STROKE
Otak  adalah  organ  vital  yang  terdiri  dari  sel­se l  otak, 
sel  penunjang  seperti  sel  glia,  cairan  serebrospinal,  dan 



Pengetohuon Dosor Stroke

pembutuh darah. Pembutuh darah arteri mengangkut darah
yang kaya oksigen dan nutrisi ke datam otak, sekitar 20%
oksigen dan 50% gtukosa

yang ada

di datam darah

arterial dikonsumsi oleh otak. Otak harus mendapatkan
suplai darah secara konstan yaitu kurang lebih satu liter
darah per menit (15% dari darah total yang dipompakan
jantung), hal ini disebabkan karena otak tidak menyimpan
oksigen dan nutrisi lain dalam jumlah yang signifikan. Oleh
karena itu agar otak dapat berfungsi normal, suplai darah
otak

harus

tetap

adekuat

atau

tidak

ada

hambatan

(Walker, 1998).
Terhambatnya aliran darah ke otak yang membawa
banyak oksigen dan nutrisi akan menyebabkan terjadinya
hipoksia atau anoksia. Hambatan tersebut dapat disebabkan karena adanya sumbatan oleh embolus atau pembutuh
darahnya yang menyempit. Gangguan aliran darah ke otak
selama 3- 10 menit dapat menyebabkan perubahan dan
kerusakan permanen. Hipoksia pertama kali menimbulkan
iskemia, jika neuron hanya mengalami iskemia dan belum
terjadi nekrosis, maka ada peluang untuk menyelamatkannya.
Kerusakan daerah otak tergantu:lg pada daerah yang
terkena dan pembuluh darah serebral yang dipengaruhi.

Sindrom neurovaskuler lebih sering terjadi pada stroke
trombotik atau embolik karena
serebral

mediana.

Hal

ini

dipengaruhi oleh

disebabkan

arteri

arteri

tersebut

mensuplai darah untuk lateral hemisper serebri. Infark pada
bagian

tersebut

dapat

menyebabkan

defisit

kolateral

motorik dan sensorik, seperti masalah bicara dan disfasia.

9

Asuhan Keperawatan Keluarga di Rumah dengan Masalah Stroke

Stroke hemoragik yang disebabkan aneurisma (pelebaran  arteri)  yang  pecah,  atau  karena  adanya  penyakit  seperti  hipertensi  yang  menyebabkan  dinding  arteri  menipis 
dan  rapuh.  Perdarahan  dapat terjadi  di  intraserebrum  dan 
subarahnoid,  yang  menyebabkan  darah  masuk  ke  dalam 
otak,  dan  merusak  neuron  sehingga  bagian  otak  yang 
terkena  akan menjadi terganggu  fungsinya. 

2.3.  FAKTOR RISIKO STROKE
a.   Hipertensi,  adanya  peningkatan  tekanan  darah  secara 
perlahan  dapat  merusak  dinding  pembuluh  darah 
arteri,  dan  menyebabkan  terbentuknya  bekuan  darah, 
dan aneurisma. 
b.   Penyakit  jantung,  adanya  penyakit  jantung  seperti  kelainan  katup  menjadi  pemicu  terjadinya  stroke.  Embolus 
yang  terbentuk  di  jantung  akibat kelainan  katup  dapat 
terlepas  mengalir  ke  pereda ran  darah  otak,  dan  menyumbat pembuluh  darah arteri. 
c.  

Kadar kolesterol  yang  tinggi  dapat melekat pada  dinding 
arteri  dan  membentuk  plak  arteri  yang  menyebabkan 
arterosklerosis 

(pengerasan 

arteri) 

dan 

stenosis 

(penyempitan). 
d.   Diabetes  melitus,  dapat  menimbulkan  perubahan  pada 
sistem  vaskular  serta  memicu  terjadinya  aterosklerosis. 
e.   Jenis  kelamin  dan  usia.  Semakin  bertambah  usia  fisiko 
terjadinya  stroke  semakin  besar.  Wan ita  lebih  berisiko 
terjadinya  stroke  hemoragik  50%  dibandingkan  pria 
(Feigin,  2004). 

10 

Pengetohvon Dosor Stroke

f.

Riwayat keluarga. Meskipun tidak menjadi penyebab
langsung stroke, namun beberapa penyakit yang berhubungan dengan gen seperti hipertensi, dan diabetes.

g.

Merokok dapat menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh, yang dapat menyebabkan
aliran darah terhambat dan darah mudah menggumpal.
Merokok juga dapat menyebabkan peningkatan pembentukan aneurisma intrakranium.

h.

Kurang aktifitas fisik dapat berisiko 50% terjadinya
risiko stroke. Kurangnya pergerakan fisik dapat menyebabkan masalah pada

berat badan, meningkatkan

tekanan darah, dan menyebabkan aterosklerosis dini,
dan beberapa penyakit jantung yang dapat memicu
terjadinya stroke.
I.

Kontrasepsi oral. Kombinasi estrogen dan progesteron
yang terdapat dalam kontrasepsi oral dapat meningkatkan

tekanan

darah,

menyebabkan

darah

lebih

kenta l, dan memudahkan terjadinya bekuan darah.

j.

Stres d an depresi. Stres emosional jika berkombinasi
dengan faktor risiko lain seperti aterosklerosis, penyakit
jantung, atau hipertensi. Stres yang berkepanjangan
justru dapat memicu peningkatan tekanan darah.

k.

NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lain)
seperti heroin, amfetam in, kokain, ganja mengakibatkan
"rerjadinya peningkatan pembekuan darah, penyempitan
arteri d i otak, dan peningkatan tekanan darah yang
dapat menjadi pemicu terjad inya stroke.

I.

Kelebihan

berat badan, orang

dewasa

dinyatakan

kelebihan berat badan bila indeks massa tubuh (IMT)

II

Asuhon Keperowoto n Keluorgo d i Rumoh d engon Mo so /o h Stro ke

lebih dari 25 (normal 18.5-24.9). Contoh jika seseorang
mempunyai berat badan 68 kg dengan tinggi badan
160 em, maka IMTnya adalah : 68 / 1,6 2 = 26.6 kg /m 2 • 
m.

Cedera

leher

sepert i

peregangan

mendadak

d an

hebat pada lehe r, pemutaran leher yang dapat merusak  arteri  karotis  yang  dapat  menyebabkan  stroke 
iskemik. 

2.4.TANDA DAN GEJALA STROKE
Berikut tanda  dan  gejala serallgan  stroke  yaitu  : 
a.   Gangguan  neurologis  fokcil  seperti  kelemahan  atau  kelumpuhan  lengan,  tungkai  atau  salah  satu  bag ian  tubuhj 
mulut dan lidah meneong  bila  diluruskanj inkontinensia  urine 
b.   Hilangnya  sensasi  seperti  adanya  perasaan  baal  atau 
mati rasa,  terasa kesemutan  pada salah satu  bag ian tubuh 
c.  

Gongguan  penglihatan  :  penglihatan  ganda,  lapangan 
pandang  menu run 

d.   Gangguan  menelan  :  sulit  menelan,  dan  bahkan  sering 
tersedak  bila  minum 
e.   Gangguan  bicara  :  bicara  pelo  (tidok  jelas),  sulit  merongkai kalimat sehingga tidak dopat dipahami  (afasia) 

f.   Gangguan  pendengaran  :  berdengung,  pendengaran 
menu run  atau terjadi tuli  satu  telinga 
g.   Gangguan  konsentrasi  dan  kognitif  :  sulit  memahami 
pembicaraan  orang  lain,  menjadi  pelupa  (dimensia), 
menurunnya  kemampuan  berhitung, membaea  dan menu lis 
h.   Gangguan  koordinasi  dan  keseimbangan  :  sulit  berjalan, sempoyongan  dan mudah terjatuh 

12 

Pengetohuon Dosor Stroke

i.

Gangguan

psikologik:

menjadi lebih sensitif, mudah

kesadaran

: selalu

menangis
j.

Gangguan

ingin

tidur,

pingsan

sampai tidak sadarkan diri (koma)
Perbedaan tanda dan gejala stroke hemoragik dan iskemik
(Junaidi, 2006) :
Gejala dan lando

Stroke Hemoragik

Stroke Iskemik

Gejala:
Soot kejadian

Sedang aktif

Sedang istirahat

(onset)

Tidak ada

Ada

Peringatan TIA

Hebat

Ringan

Nyeri kepala

Ada

Tidak ada

Kejang

Ada

Tidak ada

Muntah

Sangat nyata

Ringan

Bradikardia

Ada

Kadang ada/tidak

Edema papil mata

Ada

ada

Kaku kuduk

Ada

Tidak ada

Kernig, Brudzinski

Ada

Tidak ada

Penurunan
kesadaran
Tanda:

Tidak ada

13

IIII3AII3 III I
As..AaH IC.p.,awalaH daH 71l1apl
Modalilas IC.pllIawalaH pada
ICIIIlIe d.lefaH Pasea SI,0411 dalallt
IColel1l4s ICIlI..a'fa dl R..".aA

A

SUhan Keperawatan Klien

Dengan Pasco

Stroke

Dalam Konteks Keluarga di Rumah menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Dalam intervensi

keperawatan akan digunakan pula beberapan intervensi
terapi modalitas yang sering digunakan.

3.1.  ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 .1.  Pengkajian  Keperawalan 
Beberapa hal yang perlu dikaji terkait dengan masalah stroke yang terjadi (gunakan panduan pengkajian
pada format A) :

14

Asuhon Keperowoton dan Teropi Modo/ifas Keperowoton podo K/ien dengon
Pasco Stroke do/am Konteks Ke/uorgo di Rumoh

1)

Riwayat keperawatan: kesehatan atau keadaan
klien sebelumnya sangat mempengaruhi terjadinya stroke atau kondisi yang ada saat ini.

2)

Persepsi dan pengetahuan keluarga terhadap
masalah kesehatan: pandangan keluarga terhadap
masalah stroke dan hal apa saja yang sudah dilakukan keluarga dalam upaya perawatan stroke
pada anggota keluarganya.

3)

Pola nutrisi : jenis makanan yang sering dikonsumsi oleh klien dan keluarga, dan keluhan yang
dirasakan saat ini terkait kebutuhan nutrisi.

4)

Pola aktivitas : kegiatan apa saja yang dilakukan klien sebelumnya, adanya gangguan dalam
beraktivitas, dan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas saat ini.

5)

Pola eliminasi : gangguan pada sistem perkemihan
seperti inkontinensia urine.

6)

Psikososial: reaksi emosional klien dan keluarga
terhadap masalah stroke yang dihadapi, perubaha n peran dan tanggung jawab, stres yang
dialam i,

sistem

pendukung

yang

ada,

dan

bagaimana klien dan keluarga memanfaatkan
strategi koping dalam mengatasi permasalahan
yang ada.
7)

Tanda dan gejala fisik yang ditemukan : penurunan tingkat kesadaran klien, perubahan tandatanda vital, dan kemungkinan adanya gangguan
sensorik dan motorik seperti : memori menu run,

15

Asuhon Keperowoto n Keluorgo di Rumoh dengon Mosoloh Stroke

kemampuan berfikir menurun, afasia (ketidakmampuan memahami dan melakukan pembicaraan),
agnosia (gangguan mengenali rangsangan sensoris), agrafia (ketidakmampuan menu lis), aleksia
(ketidakmampuan membaca), apraksia (ketidakmampuan melakukan gerakan fisik secara sa d ar),
atak sia (tidak ad anya koordinasi, sika p tu b uh
tidak mantap), diplopia (penglihatan g and a ),
disartria (ga ng guan motorik pad a lidah, mulut,
dan rahang), di sfagia (kesu litan menela n), pa re sis
((kelemahan o tot), hemi pa resis

(k e le ma han

di

sala h sa tu sisi tu buh), para p are sis (ke lema han
otot di kedu a tungk a i), he miplegia (kelumpuhan
d is alah satu sisi tubuh), parapleg ia (ke lumpuhan
kedua tungka i), dan inkontinensia urine.

3. 1.2. Dia gnosis Keperawatan
Berikut d iuraikan diagnosis kepe ra w a tan

yang

mungkin terjadi p a d a klien pasco stroke, dan dia gnosi s ini dapat dikembangkan sesuai deng an ke luhan
atau kondisi klien y ang ditemukan di keluarga 1)

Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan tidak adekuatnya suplai darah serebral
sekunder terhadap cerebral edema, embol us,
thrombus, dan perdarahan.

2)

Jalan napas tidak efektif berhubungan obstruksi
jolon napas sekunder terhadap efek hemipleg ia.

16

Asuhan Keperawatan dan Terapi Moda/itas Keperawatan pada K/ien dengan
Pasco Stroke da/OIII Konteks Ke/uarga di Rumah

3)

Gangguan mobilitas fisik

sehubungan

dengan

paresis/plegia.
4)

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan disfagia, dan menurunnya nafsu
makan.

5)

Gangguan

integritas kulit sehubungan

dengan

perubahan sensorik, immobilisasi, inkontensia, perubahan status nutrisi.
6)

Perubahan polo eliminasi urin: inkontinensia fungsional

berhubungan dengan kerusakan motorik,

immobilisasi.
7)

Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
gangguan sirkula si sere bra l, g angguan neuromuskuler, k e lemaha n otot waiah

8)

Perubaha n sensorik -p ersep si b ehubungan dengan
gangguan si r k ula si sere bral, gangguan penglihatan, sen sa si, dan perub ah an psikologik

9)

Ganggua n k onsep d iri : gambaran tubuh, harga
d iri, pero n, identitas, berhubungan dengan menurunnya fungsi, tubuh, perubahan fisik, peron,
ketergantungan, dan tida k efektifnya koping

3 .1 .3. Perencanaan Keperawatan pada Klien Pasca Stroke
Berikut akan diuraikan perencanaan keperawatan
klien pasco stroke yang disesuaikan dengan masalah
keperawatan yang ditemukan. Perencanaan keperawatan ini dilakukan dengan melibatkan keluarga

17

Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Moso/oh Stroke

sebagai care giver dari support system (gunakan
format

B untuk perencanaan keperawatan

pada

klien pasca stroke dalam konteks keluarga di rumah):
1)

Diagnosis: Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai
darah

serebral

sekunder

terhadap

cerebral

edema, embolus, thrombus, dan perdarahan.
Perencanaan Keperawatan: mempertahankan
jalan nafas dan aliran darah yang adekuat; memonitor tanda-tanda vital; meningkatkan aliran
darah

ke

otak

dengan meninggikan

daerah

kepala; menghindari fleksi dan rotasi kepala
yang berlebihan agar TIK tidak meningkat; menganjurkan  keluarga  untuk  memonitor  intake  output 
cairan,  dan  kolaborasi  dengan  medis  untuk  pemberian  obat  anti  hipertensi,  diuresis,  dan  antikoagulan. 
2)  Diagnosis  :  Jalan  napas  tidak  efektif  berhubungan  obstruksi  jalan napas  sekunder  terhadap  efek 
hemiplegia. 
Perencanaan  Keperawatan:  mengatur  posisi 
pasien  semi  fowler  dan  rubah  posisi  untuk  menghindari  penumpukan  sekret  setiap  2  jam  sekali 
(bila  terjadi  hemiplegia  rubah  posisi  setiap  1 
jam  sekali  untuk  bagian  tubuh  yang  mengalami 
hemiplegia,  dan  2  jam  sekali  untuk  bag ian  tubuh 
yang  normal);  latih  nafas  dalam  dan  batuk 
J 8 

Asuhon Keperowofon don Teropi Modo/ifos Keperowofon podo Klien dengon
Posco Stroke d%m Konfeks Ke/uorgo di Rumoh

efektif; ajarkan teknik inhalasi sederhana yang
dapat dilakukan keluarga.
3)

Diagnosis: gangguan mobilitas fisik sehubungan
dengan paresis/paraplegia
Perencanaan Keperawatan: pertahankan posisi
fungsional klien dengan menggunakan handroll
atau gulungan handuk, papan matras untuk mensupport posisi fungsional, mencegah penekanan
dan footdrop; rubah posisi klien setiap2 jam
sekali dan perhatikan kulit pada sekitar daerah
yang tertekan; berikan petunjuk pada keluarga
untuk melatih ROM pasif pada klien dan latih
ambulasi bertahap.

4)

Diagnosis: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan disfagia, dan menurunnya
nafsu
Perencanaan Keperawatan: Monitor pemasukan dan pengeluaran dan pemasukan diet untuk
menetapkan defisit, dengan cara melatih keluarga
untuk dapat mendokumentasikan makanan atau
minuman yang

dikonsumsi klien dalam sehari

(food recall); dengan teknik guidence ajarkan
keluarga untuk dapat mengenal jenis dan kalori
makanan

yang

dibutuhkan

klien;

motivasi

keluarga untuk dapat memberikan makanan oral
dimulai dari makanan cair sampai padat (dengan
meletakkan makanan pada bagian mulut yang

19

Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Moso/oh Stroke

tidak sakit); latih klien untuk melakukan gerakan
lidah dan bibir.
5)

Diagnosis: gangguan integritas kulit sehubungan
dengan perubahan sensorik, immobilisasi, inkontinensia,  perubahan  status  nutrisi 
Perencanaan  Keperawatan:  hindari  penekanan  yang  lama  pada  bagian  tertentu;  anjurkan 
keluarga  untuk  melakukan  rubah  posisi  setiap  2 
jam  sekali;  pertahankan  kebersihan  dan  kelembaban  kulit;  lakukan  masage  pada  d a erah  yang 
sering  tertekan  agar aliran darah kembali  lancer. 

6)   Diagnosis:  Perubahan  pola  eliminasi  urin:  inkontinensia  fungsional  berhubungan  dengan  kerusakan 
motorik,  immobilisasi 
Perencanaan  Keperawatan:  observasi  pola 
berkemih  klien;  observasi  intake dan  output cairani 
keluarga  menawarkan  urinal/bedpan  sesering 
mungkini  tetapkan  jadwal  berkemih  secara  teraturi  stimulasi  untuk  berkemih  dengan cara  memberikan  rasa  aman,  mengalirkan  a li r,  posisi  yang 
nyaman;  seoptimal  mungkin  hindari  penggunaan 
kateter,  tetapi  bila  kondisinya  membutuhkan 
kateter lakukan  perawatan kateter  setiap  hari . 
7)   Diagnosis  :  Gangguan  komunikasi  verbal  berhubungan  dengan  gangguan  sirkulasi  serebral, 
gangguan neuromuskuler,  kelemahan  otot  waiah 

20 

Asuhon Keperowolon don  Teropi Modolilos Keperowolon podo  Klien dengon 
Posco  Stroke do/om Konleks Keluorgo di Rumoh

Perencanaan

Keperawatan:

pertahankan

kontak mata dengan klien saat berkomunikasij
gunakan teknik komunikasi terapeutikj bantu klien
untuk berkomunikasi secara perlahan-Iahan dan
tidak terburu-buruj latih klien untuk menggerakkan  lidah  dan  bibirj  latih  klien  untuk  dapat  menggunakan  kata­kata  sederhana  seca ra  bertaha p 
dan  dengan  bahasa  tubuh j  anjurkan  keluarga 
untuk  dapat  melakukan  komunikasi  yang  efektif, 
sederhana,  jelas,  dan  sabar dengan  klien. 
8)  Diagnosis:  Perubahan  sensorik­persepsi  behubungan  dengan  gangguan  sirkulasi  serebral,  gangguan 
penglihatan, sensasi,  dan  perubahan  psikologik. 
Perencanaan  Keperawatan:  letokkan  posisi 
benda,  alat  pemanggil,  baki  makanan  dalam 
jangkauan  sisi  tubuh  yang  tidak  sakitj tutup  mota 
yang  terkena  masalah  akibat  pengaruh  stroke 
(jika  ada  penglihatan  gandalj  anjurkan  keluarga 
untuk  dapat  bantu  klien  melihat  objek  dengan 
benar, 

dan  melakukan 

aktifitas 

sehari­harij 

monitor  temperatur  makanan,  air  mandi  untuk 
mencegah  cidera;  ajarkan  klien/  keluarga  untuk 
melakukan hal yang  sama; motivasi  keluarga  untuk 
dapat menciptakan  lingkungan  yang  tenang  yang 
dapat  membantu  klien  mengurangi  penurunan 
persepsi  akibat adanya kecemasan. 
9)   Diagnosis:  Gangguan konsep  diri:  gambaran tubuh, 
harga  diri,  peran,  identitas,  berhubungan  dengan 

21 

Asuhon Keperowo to n Keluorgo di Rumoh dengon Mosoloh Stroke

menurunnya fungsi tubuh, perubahan fisik, peran,
ketergantungan, dan tidak efektifnya koping.
Perencanaan Keperawatan: Gali rasa takut
klien/keluarga
kemandirian,

terhadap
hilangnya

kematian,
kontrol

hilangnya

fungsi

kecacatan dan hilangnya kemampuan

tubuh,
bicara;

berikan tindakan untuk mengatasi masalah psikologisnya, misalnya melalui komunikasi terapeutik,
memberikan

alternatif-alternatif

pemecahan

masalah; latih klien untuk melakukan relaksasi
progresif
keluarga

untuk
untuk

menurunkan
dapat

stres;

anjurkan

memberikan

dukungan

emosional pada klien

3.1.4.  Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun
dan sesuai dengan kondisi klien.
menggunakan

format

B dan

Perawat dapat

kemudian

tindakan

berikutnya didokumentasikan pada format C.

3 . 1.5.  Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yang diharapkan secara
umum adalah: Setelah dilakukan implementasi keperawatan pada klien pasca stroke diharapkan klien
dan keluarga dapat melakukan upaya perbaikan dan

22 

Asuhon Keperowoton dan Terapi Modo/itos Keperowoton podo Klien dengon
Pasco Stroke do/am Konteks Ke/uorgo di Rumoh

pencegahan

terjadinya

kerusakan

atau

gangguan

lebih lanjut. Kriteria evaluasi tersebut yaitu :
1)

Adanya peningkatan perfusi jaringan cerebral
yang ditandai dengan peningkatan atau mempertahankan
optimal

kesadaran

klien

dalam

kondisi

(composmentis), mempertahankan

dan

meningkatkan status neurologik (dapat dilihat
dari penilaian GCS).
2)

Kepatenan jalan nafas yang ditandai dengan
bersihnya jalan nafas, klien mampu melakukan
latihan nafas dalam dan batuk efektif.

3)

Klien dapat melakukan latihan ROM pasif, dan
bertahap melakukan ambulasi, sehingga klien
dapat terhindar dari masalah lain sebagai dampak

gangguan

mobilitas

seperti

gangguan

integritas kulit.
4)

Kebutuhan nutrisi terpenuhi, yang ditandai dengan
berat badan sesuai dengan usia (berat badannya lebih kurang 10 % dari berat badan ideal),
klien dapat menelan makanan yang lunak tanpa
aspirasi, dan mentoleransi nutrisi yang masuk ke
dalam tubuh.

5)

Gangguan integritas kulit tidak terjadi yang ditandai dengan kulit tampak bersih dan sehat, dan
tidak dijumpai adanya tanda-tanda dekubitus.

6)

Pola eliminasi urine kembali normal yang ditandai
dengan tidak ada gejala inkontinensia dan klien

23 

Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Moso/oh Stroke

dapat mengkomunikasikan keinginannya

untuk

buang air kedl.
7)

Gangguan komunikasi verbal dapat teratasi yang
ditandai dengan klien dapat memahami dan merespon kembali komunikasi

dengan orang

lain

dengan menggunakan komunikasi non verbal, klien
dapat

melatih

secara

bertahap

kemampuan

komunikasi verbal
8)

Klien

dapat

beradaptasi

dengan

perubahan

sensorik, dan dapat terhindar dari risiko injuri
akibat dampak penurunan sensori persepsi.
9)

Klien memiliki konsep diri yang positif yang ditandai dengan klien dapat mengungkapkan perasa an dan harapannya, klien dapat berpartisipasi
dalam perawatannya, adanya kemandirian klien.
Seluruh tahapan asuhan keperawatan diatas

didokumentasikan dengan benar menggunakan prinsip
pendokumentasian yaitu: ada tanggal, jam, tindakan,
respon, tanda tangan, ditulis jelas dengan bahasa
yang mudah dipahami, dan jujur dalam penulisan data.

3.2. TERAPI MOOALITAS KEPERAWATAN PAOA PASIEN
OENGAN
PASCA
STROKE
KELUARGA 01 RUMAH

OALAM

KONTEKS

Terapi modalitas keperawatan yang dapat dilakukan
pada klien dengan pasca stroke dalam konteks keluarga di

24 

Asuhon Keperowoton don Teropi Modo/itos Keperowoton podo K/ien dengon
Pasco Stroke d%m Konteks Ke/uorgo di Rumoh

rumah dengan melibatkan partisipasi aktif keluarga untuk
membantu meningkatkan kemampuan fungsional klien.

3.2.1.  Mengatur Posisi  Tidur
1) Pengertian:
Pengaturan posisi tidur bagi klien pasco stroke
sangat bermanfaat untuk mencegah komplikasi seperti  dekubitus,  pneumonia,  pembentukan  bekuan 
darah,  nyeri  bahu,  dan  kontraktur  pada  sendi. 
Merubah  posisi  klien  stroke  miring  kanan  kiri  dan 
terlentang  sangat  membantu  melancarkan  peredaran  darah  pada  daerah  yang  tertekan  lama. 
Oleh  karena  itu  bila  pasien  pasco  stroke  yang  di 
rawata  di  rumah,  keluarga  harus  menyadari 
pentingnya  pengaturan  posisi  tidur  pasien. 
2)   Persiapan: 

Persiapan klien:
a)  I nformasikan  pada  klien  dan  keluarga  tentang 
manfaat  pengaturan  posisi  tidur  klien  yang  dilakukan  setiap  2  jam  sekali  pada  daerah  tubuh 
yang  sehat  dan  1  jam  sekali  pada  bagian  tubuh 
yang  sakit 
b)  O bservasi 

daerah  tubuh 

yang 

sakit  dan 

observasi  pula  kondisi  kulit  pada  bagian  tubuh 
yang  mengalami  penekanan  lama 

Persiapan a/at:
a)  Anjurkan  keluarga  untuk  memberikan  tempat  tidur 
yang  dapat  menahan  beban  tubuh  klien  (kasur 

25 

Asuhan Keperawaton Keluarga d i Rumah dengan Masal ah Stroke

diupayakan yang padat, namun lembut), jika
memungkinkan tempatkan klien pasca

stroke

pada tempat tidur tunggal (single bed) yang
mudah diraih oleh keluarga saat memberikan
perawatan pada klien.
b) Bantal
c) Gulungan handuk
d) Penghalang

tempat tidur, khusus untuk

klien

dengan kesadaran menurun dan lemah (jika
memungkinkan disediakan keluarga)
e) Papan kaki
3)

Persiapan:

Persiapan klien:
a) Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat pengaturan
dilakukan setiap
tubuh

yang

posisi tidur klien

yang

2  jam sekali pada daerah
dan 1  jam sekali pada

sehat

bagian tubuh yang sakit
b) Observasi daerah tubuh yang sakit dan observasi  pula  kondisi  kulit  pada  bagian  tubuh  yang 
mengalami  penekanan  lama 
Persia pan a/at;
a)  A njurkan  keluarga  untuk  memberikan  tempat  tidur 
yang  dapat menahan  beban  tubuh  klien  (kasur 
diupayakan  yang  padat,  namun  lembut),  jika 
memungkinkan  tempatkan  klien  pasca  stroke 
pada  tempat  tidur  tunggal  (single bed) yang 

26 

Asuhan Keperawalan dan Terapi Moda/itas Keperawalan pada K/ien dengan
Pasco Stroke do/am Konleks Ke/uarga di Rumah

mudah diraih oleh keluarga saat memberikan
perawatan pada klien.
b) Bantal
c) Gulungan handuk
d) Penghalang tempat tidur, khusus untuk klien
dengan kesadaran menurun dan lemah (jika
memungkinkan disediakan keluarga)
e) Papan kaki

4) Pelaksanaan:

Posisi Tidur Terlentang (Supine)
No.
1.

Prosedur Tindakan
Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur

2.

Letakkan bantal di bawah kepala, bahu, dan leher

3.

Letakkan 「。ョセャ@

4.

Letakkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah mota
kaki untuk meninggikan tumit

5.

Letakkon papon kaki at au penohan di atas telapak koki klien
(mencegah risiko drop foof)

6.

Letakkan bantal di bawah lengan dengan posisi pronasi
sejajar dengan bahu

7.

Lakukan massage ringan pada jari-jari tangan , telapak
tongan, siku, dan jari-jari kaki. Berikan bola plstik pada
tangan yang sakit untuk latihan mengenggam

8.

Observasi kondisi klien setelah dilokukan perubahan posisi

9.

Seluruh prosedur 1-7 lib atkan keluarga untuk membantu
melokukannya, dan anjurkan keluarga untuk merubah posisi
setiop 2 jam sekali

10.

Catat tindakan yang telah dilakukan perawat untuk klien dan
keluarga

kecil dan tipis di bawah spinallumbal

27

Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Mosoloh Stroke

Posisi Setengah Duduk (Semi Fowler)
No.

28 

Prosedur Tindakan

1.

Tinggikan bag ian kepala tempat tidur (30-45°) dengan
menggunakan bantal yang disusun secora trap (bertingkat)

2.

Gunakan bantal untuk menyangga tangan klien

3.

Letakkan handuk atau banta I tipis di belakang punggung
klien, jika tempat tidur klien keras

4.

Letakkan gulungan handuk dibawah paha klien

5.

Letakkan gulungan handuk di bawah pergelangan kaki

6.

Tempatkan papan kaki
mencegah risiko drop fool

7.

Lakukan massage ringan pada
tongan, siku, dan jari-jari kaki

B.

Observasi kondisi klien setelah dilakukan perubahan posisi

9.

Seluruh prosedur 1-7 lib atkan keluarga untuk membantu
melakukannya, dan anjurkan keluarga untuk merubah posisi
setiap 2 jam sekali

10.

Catat tindakan yang telah dilakukan perawat untuk klien dan
keluarga

pada

telapak
jari-jari

kaki

klien

tongan,

untuk

telapak

Asuhon Keperowoton dan Terapi Modo/itos Keperowoton podo K/ien dengon
Pasco Stroke do/am Kontek s Ke/uorgo di Rumoh

Posisi Tidur Miring (Lateral)
No.
1.

;P rosedur Tindakan
Baringkan klien pada posisi terlentang

2.

Geser klien ke salah satu sisi menjauh dari tengah tempat tidur

3.

Tongan klien yang jauh dari perawat dekatkan ke tubuh
klien, sedangkan tangan yang dekat dengan perawat
jauhkan dari sisi tubuh klien (abduksi)

4.

Fleksi kedua kaki klien don silangkan kaki klien (kaki terjauh
terletak diatas)

5.

Balikkan klien ke salah satu sisi tubuh, hingga tubuh klien miring

6.

Tempatkan bantal pod a bagian tangan lengan yang fleksi

7.

Atur tangan yang jauh dori perawat agar tidak tertindih
oleh tubuh klien, sejajarkan dengan punggung klien

8.

Bila klien miring ke arah tubuh yang sakit (Iengan yang
mengalami hemiparese) jangan menarik tangan yang sakit,
untuk mengatur tangan yang sakit agar tidak tertindih
seperti no.7 tangan yang sakit tidak perlu di fleksi,
melainkan dibiarkan ekstensi dengan diberi alas banta I tipis

9.

Atur kaki yang berada di bawah dalam posisi lurus, sedangkan kaki  yang  di atasnya  diatur ke  posisi  fleksi  (menekuk) 

10.  

Letakkan  bantal  sepanjang  lutut sampai  kaki  diantara  kaki 
bawah  don kaki  atas 

1 1.  

Letakkan  bantal  di  punggung  klien  sebagai  penyangga 

12.  

Letakkan  papan  kaki  atau  kantong  pasir  pada  telapak  kaki 
untuk  mencegah terjadinya  drop foot

13.  

Lakukan  massage  ringan  pada  jari­jari  tangan  ,  telapak 
tongan,  siku,  don  ja ri­jari  kaki 

14.   Observasi kondisi  klien  setelah  dilakukan  perubahan  posisi 
15.   Seluruh  prosedur  1­7  lib atkan  keluarga  untuk  membantu 
melakukannya,  don  anjurkan  keluarga  untuk  merubah  posisi 
setiap  2  jam  sekali 
16.   Catat  tindakan  yang  telah  dilakukan  perawat  untuk  klien 
dan keluarga 

29 

Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Mosoloh Stroke

5) Evaluasi:
Respon verbal klien : klien dapat menyatakan
nyaman setelah dirubah posisinya.
Respon

non

verbal

klien

kooperatif,

tidak

dijumpai adanya dekubitus, dan risiko kekakuan
otot atau

persendian, tidak ditemukan tanda-

tanda  adanya  penumpukan  sekret. 

3.2.2.  Ambulasi Bertahap
1)   Pengertian: 
Melatih  klien  pasca  stroke  untuk  dapat  berjalan  secara  bertahap  yang  dimulai  dari  latihan 
duduk  di  tengah  tempat tidur,  duduk  di sisi  tempat 
tidur,  berdiri  di  samping  tempat  tidur,  dan  latihan 
berjalan  beberapa  langkah  menuju  kursi.  Latihan 
ini  ditujukan  untuk  membantu  klien  agar  dapat 
segera  mandiri,  dan  mencegah  terjadinya  komplikasi  akibat immobilisasi  yang  terlalu  lama. 
2)   Persia pan : 

Persiapan kJien :
a) Observasi  kondisi  fisik  klien  untuk  melakukan 
latihan  ambulasi 
b)  Informasikan  pad a  klien  dan  keluarga  tentang 
latihan  ini 
c)  Berikan  semangat  pada  klien  agar  dapr 
berpartisipasi  dengan  latihan  ambulasi 
d)  Libatkan  keluarga  untuk  melakukannya 

30 

Asuhon Keperowoton don Teropi Modo/itos Keperowoton podo K/ien dengon
Pasco Stroke d%m Konteks Keluorgo di Rumoh

Persiapan a/af :

Tidak ada alat khusus yang digunakan, namun yang
perlu diperhatikan adalah keamanan lingkungan
seperti lantai tidak licin, dan penerangan cukup.
3) Pelaksanaan:

Melatih Klien Duduk di Tengah Tempat Tidur
No.

Prosedur Tindakan

1.

Letakkan klien dalam posisi terlentang

2.

Keluarkan semua banta I yang ada di tempat tidur, kecuali
banta I yang ado di kepolo klien

3.

Atur posisi tubuh
tubuh perowot

4.

letokkon tongon kiri perowot di bowoh kepola, leher, don
bahu klien

5.

Letakkon tongon kanon perowot di pongkol lengan kanan
klien, don perowot dopot meminto bontuan keluorga untuk
memgong pangkol lengon kiri klien

6.

Bantu klien untuk duduk, jiko koki klien dopot ditekuk,
onjurkon klien untuk melokukannyo agar klien dapot lebih
mudoh duduk

7.

Berikon penyongga punggung don kepolo klien dengan
bontol, agar klien dopot duduk tegok

8.

Observosi kondisi fisik klien seteloh dilatih duduk di tempot
tidur

9.

libotkon keluargo dolom setiop tindokan
keluorga untuk dopot melokukonnyo

perawot untuk menjoga keseimbongon

don

onjurkon

31

Asuhan Keperawatan Kefuarga di  Rumah dengan Masafah Stroke

Melatih Klien Ouduk Oi Tepi Tempat Tidur
No.

32 

Prosedur Tindakan

1.

Baringkan klien pada posisi miring menghadap perawat
(pada bag ian dimana klien akan duduk)

2.

Tinggikan bagian kepala klien dengan beberapa banta I,
untuk memudahkan perawat saat membantu klien ke posisi
duduk

3.

Atur POSISI tubuh perawat untuk keseimbangan
membantu klien duduk di sisi tempat tidur

4.

Sanggah bagian kepala dan bahu klien dengan tangan
perawat yang di dekat kepala klien, sedangkan tangan
yang lain memgang bagian atas paha klien

5.

Bantu klien untuk duduk, dan pindahkan kaki bawah klien ke
tepi tempat tidur (menjuntai)

6.

Tetaplah berada di
keadaan seimbang

7.

Observosi kondisi fisik klien setelah dilatih duduk di tempat
tidur

8.

Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
keluarga untuk dapat melakukannya

depan

klien,

sampai

klien

dan

saat

dalam

anjurkan

Asuhan Keperawafan dan Terapi Moda/ifas Keperawafan pada K/ien dengan 
Pasco Sfroke do/am Konfeks Ke/uorgo di Rumah

Melatih Klien Berdiri, Berjalan, Dan Duduk Di Kursi
No.

Prosedur Tindakan

1.

Seteloh klien mompu duduk di sisi tempat tidur, perawat
dapat melonjutkan latihan berdiri, berjalan, dan duduk di
kursi

2.

Past ikon lantoi rumah kering dan bersih, dan anjurkan klien
menggunkan alas kaki

3.

Atur posisi tubuh perawat dengan kaki agak terbuka dan
fleksi (salah satu kaki perawat berada di depan sebagai
ーッイセウIL@
agar memudahkan perawat soot membantu klien
latihan

4.

Letakkan kedua tangan perawat pada pangkal lengan
(ketiak klien), anjurkan klien untuk bertahan pada sisi tempat
tidur, agar tumpuan berat badan klien tertumpu pada sisi
tempot tidur

5.

Bantu klien berdiri pada hitungan ketiga

6.

Tetaplah tangan perawat memegang ketiak klien sam poi
klien seimbang

7.

Bantu Klien untuk berjalan beberapa langkah menuju kursi

8.

Bantu klien untuk duduk di kursi, dan pastikon kursi tidak
mudah bergerak

9.

Bila kursi memiliki tongon kursi, anjurkan
meletakkan tangannyo diotos tong an kursi

10.

Tongan yong sakit dopot ditopong dengon banta I

1 1.

Observasi kondisi fisik klien setelah dilatih duduk di tempat
tidur

12.

Libatkan keluargo dolom setiap tindakan
keluarga untuk dopat melakukannya

klien

dan

untuk

anjurkan

33 

Asuhon Keperowofon Ke/uorg o di Rumo h de ngo n M o soloh 'S fr o k e

4) Evaluasi:
Respon verbal klien : klien dapat menyatakan
nyaman setelah mengikuti latihan ambulasi.
Respon

non

verbal

klien

kooperatif,

tidak

dijumpai adanya dekubitus, dan risiko kekakuan
otot

atau

persendian,

tidak

ditemukan

tanda-

tanda  adanya  penumpukan  sekret,  klien  dapat 
duduk,  berdiri,  dan  berjalan  secara  bertahap. 

3.2.3. Lalihan Renlang Gerak (ROM)
1)   Pengertian 
Gangguan  mobilitas  yang  sering  terjadi  pada 
klien  stroke  seringkali  dapat  menjadi  lebih  buruk 
kondisinya,  ketika  klien  berada  di  rumah.  Hal ini 
terjadi  karena  keluarga  kurang  memahami  manfaat 
latihan  gerak  sejak  dini  pada  klien  pasca  stroke. 
Latihan  ROM  merupakan  latihan  gerak  yang 
mengkoordinasikan  otot,  tulang,  sendi,  dan  persyarafannya  untuk  mencapai  rentang  gerak  yang 
normal.  Latihan  ROM  ini  dapat  dilakukan  setiap 
hari  2  atau  3  kali  latihan  (sesuaikan  dengan 
kondisi  fisik  klien),  dan  bahkan  latihan  ini  dapat 
dilakukan  ketika  klien  mempunyai  waktu  luang. 
Latihan  ini  dapat dilakukan  secara  bertahap  dengan 
bantuan  sampai klien  mandiri melakukannya. 
Tujuan  latihan  ROM  diharapkan  dapat  membantu  klien  : 
a)  Mencegah  terjadinya  kekakuan 
b)  Meningkatkan  dan  memperlancar  aliran  darah 
c)  Mencegah  nyeri  bahu  yang  sering  terjadi  pada 
klien  pasca  stroke 

34 

Asuhon Keperowoton don Teropi Modo/itos Keperowoton podo K/ien dengon
Posco Stroke d%m Konteks Ke/uorgo di Rumoh

d) Mencegah dan memperbaiki kondisi otot, tulang,
dan persendian
e) Mencegah statis vena yang dapat mengakibatkan terjadinya bekuan darah
f) Meningkatkan kemandirian klien
2) Persiapan

Persiapan klien se

Dokumen yang terkait

Pedoman Penerapan Model Pelayanan Keperawatan Keluarga di Rumah

11 43 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN STROKE HEMORAGIK (STROKE HEMORRHAGIC) Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Stroke Hemoragik (Stroke Hemorrhagic) Di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

0 0 14

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEGAWATDARURATAN STROKE Asuhan Keperawatan Dengan Kegawatdaruratan Stroke Hemoragic Di Rumah Sakit Umum Daerah Moewardi Surakarta.

0 3 14

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. A DENGAN MASALAH UTAMA GANGGUAN PERSYARAFAN : Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. A Dengan Masalah Utama Gangguan Persyarafan : Stroke Non Hemoragik Pada Tn. A Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Sukoharjo.

0 2 11

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. A DENGAN MASALAH UTAMA GANGGUAN PERSYARAFAN : Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. A Dengan Masalah Utama Gangguan Persyarafan : Stroke Non Hemoragik Pada Tn. A Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Sukoharjo.

0 2 14

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. J DENGAN MASALAH UTAMA : GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. J Dengan Masalah Utama : Gangguan Sistem Persarafan Pasca Stroke Pada Tn. J Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta.

0 1 17

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN STROKE | Karya Tulis Ilmiah

0 5 23

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN STROKE

0 1 17

ASUHAN KEPERAWATAN STROKE ISKEMIK PADA LANSIA DENGAN MASALAH PERSONAL HYGIENE DI RUMAH SAKIT dr.WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO

0 1 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG - Elib Repository

0 0 50