Pedoman Asuhuan Keperawatan Keluarga di Rumah dengan Masalah Stroke
510.73
Ind
p
PEDOMAN
ASUIIAN KEPERAWA.TAN
KELUARGADIRUNVUIDENGAN
MASALt\H STROKE
(PEGANGAN PERAWAT)
P
N'l.
'1.
T
brO "!J
IItj
DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN DAN
KETEKNISIAN MEDIK
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
f
/Cata PIlHflaHtar
Tersusunnya b uku Pedoman Asuhan Keprawatan Keluarga
dengan masalah Stroke di rumah merupakan satu langkah
lebih ke depan di dalam rangka meningkatkan status kesehatan
masyarakat
melalui
upaya
pemberdayaan
masyarakat.
Angka insidensi stroke yang terus meningkat, perawatan yang
lama
dan
terintegrasi
belum
di
adanya
masyarakat
metode
pengendalian
merupakan
suatu
hal
yang
yang
melatarbelakangi disusunnya buku ini.
Buku ini merupakan pedoman/acuan pelaksanaan bagi
petugas pemberi pelayanan keperawatan keluarga dalam
melakukan perawatan masalah stroke di rumah, sehingga
pengendalian stroke di masyarakat dapat maksimal yang pad a
akhirnya
kualitas
dapat
hidup
berkontribusi
pasein
serta
positif
dalam
menurunkan
mengembalikan
angka
kematian
stroke di Indonesia.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
"Pedoman Asuhan Keperawatan Keluarga di Rumah dengan
Masalah
Stroke".
Segala
masukan
atau
usulan
demi
penyempurnaan buku ini kami terima dengan senang hati.
Direktur Bina Pelayanan Keperawatan
Dan Keteknisian Medik
'/Suhartati, SKp, MKes
NIP 196007271985012001
\
Penanggung Jawab :
Penyusun
Kontributor
Direktur Bina Pelayanan
Keperawatan Dan Keteknisian Medik
1.
2.
3.
4.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
DR. Rustika, SKM, M.Si
Ns. Riyanto, MKep., Sp.Kom.
Ns. Reni Chaerani, MKep., Sp.Kom.
Sri Muljati, SKM, M.Kes
Pastina R. Sihotang, SKp, M.Kes
Ns. Yuli Nazlia Sidy, SKep
Zolaiha, SKM, MPHM
Ina Sri Hastuti, SKM
Dra. Junaiti Sahar, PhD.
Ns. Henny Permatasari,MKep, Sp.Kom
Wiwin Wiarsih, S.Kp, MN
Agus Setiawan, S.Kp, MN
Astuti Yuni Nursasi, S.Kp, MN
Ns. Widyatuti, MKep.,Sp.Kom.
Ns. A. Eru Syafrudin, MKep,Sp.Kom.
Ns. Made Riasmini, MKep, Sp.Kom.
Ns. Ati Nuraeni, MKep,Sp.Kom.
Ns. Satria Gobel, MKep,Sp.Kom.
Ns. Wahyu Widagdo, MKep, Sp.Kom.
II
Halaman
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR lSI .....................................................................................
vi
GLOSSARY ....................................................................................
vii
BAB I.
PENDAHULUAN .........................................................
1.1. Latar Belakang .....................................................
1
1.2. Tujuan ....................................................................
1.3. Ruang Lingkup .......................................... ............
3
4
1.4. Sasaran .......................................................... ..... ...
5
1.5. Dasar Hukum.............................. ...........................
5
BAB II. PENGETAHUAN DASAR STROKE...........................
7
7
8
1 0
12
2.1 . JenisJenis Stroke ............................................. ....
2.2. Patofisiologi Stroke...................................... ........
2.3. Faktor Risiko Stroke .............................................
2.4. Tanda dan Gejala Stroke ............ .....................
BAB III. ASUHAN
KEPERAWATAN
MODALITAS
DENGAN
KEPERAWATAN
PASCA
STROKE
DAN
TERAPI
PADA
PASIEN
DALAM
KONTE KS
KELUARGA DI RUM AH ............................. ................
14
3. 1. Asuhan Kepera watan Stroke ...........................
14
3.1.1. Pe ngkalian kepe rawatan .....................
14
3.1 .2. Diagnosis keperawa!an ........................
16
3 .1 .3. Perencanaan keperawatan pada
klien pasca stroke..................................
17
111
3.1.4.Peloksonoon tindokon Kepero woton..
22
3.1.5. Evoluosi keperowoton............................
22
3.2. Teropi Modolitos Keperowoton podo
Posien dengon Pasco Stroke dolom Konteks
Keluorgo di Rumoh .......... ......... ........................
IV
24
3.2 . 1. Mengotur posisi tempot tidur ...............
25
3.2.2. Ambulos i bertohop ............... ...... ...........
30
3.2.3. Lotihon rentong gerok (ROM) ..............
34
3.2.4. Lotihon gerok lidoh don bibir ............
41
BAB IV. PENCATATAN lAPORAN ........................................
4.1.Pencototon .............................................................
4.1. Peloporon .............................................................
45
BAB V.
50
PENUTUP .......... ...........................................................
45
46
DAFTARPUSTAKA .....................................................................
51
LAMPIRAN ...............................................................................
52
t;eosory
ASEAN
Asia South East Association Nation
CFR
Crude Fatality Rate
GCS
Glasgow Coma Scale
IMT
Indeks Massa Tubuh
NAD
Nangroe Aceh Darusalam
NAPZA
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya
RIND
Reversible Ischemic Neurologic Deficit
ROM
Range of Motion
TlA
Transient Ischemic Attack
v
II
II
1.1. LAT AR BElAKANG
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di
dunia setelah penyakit jantung dan kanker, juga merupakan
penyebab kecacatan nomor satu baik di negara maju maupun berkembang. Beban akibat stroke terutama disebabkan
kecacatan (public health problem) yang juga menimbulkan
beban biaya yang tinggi baik oleh penderita, keluarga,
masyarakat dan negara. Penelitian epidemiologi stroke
regional Asia Timur (Cina, Hongkong, Taiwan, Japan, Korea
Selatan dan Korea Utara dan negara-negara ASEAN) selama
tahun 1984-2004, menemukan angka kejadian kasus baru
499 5 di Cina, Taiwan dan Jepang. Insidensi di Cina sebesar
483/ 100 .000 dan di Jepang 201/100.000. Di Asia Tenggara,
2005, dilapo r k an prevalensi 4,05% di Singapura, dan di
Thailand, prevalensi stroke 690 per 100.000 penduduk.
Data di Indonesia pasien rawat inap dengan stroke
sebanyak 23.636 orang dengan CFR 17,8
%, pada pasien
rawat jalan di tahun yang sama berjumlah 26.195 orang,
Asuhon Keperowoton Ke/uorgo d i Rumoh dengon Moso/oh Stroke
sedangkan di tahun 2005 jumlah pasien rawat jolon sebanyak 96.095 orang (Depkes RI, 2004). Menurut Riskesdas
2008 prevalensi stroke di Indonesia tahun 2007 sebesar
8,3 per 1000 penduduk dan yang telah didiagnosis oleh
tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Hal ini
menunjukkan sekitar 72,3 %
kasus stroke di masyarakat
telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi stoke
tertinggi dijumpai di NAD ( 16,6 %0) dan terendah di
P CIPUO
(3,8 %0). Terdapat 13 p ropinsi dengan prevalens i stroke
lebih tinggi da ri angk a nasional. Untuk menin gka tkan kesehatan
masyarakat di
seluruh
pelosok
Indonesia,
pem-
bangunan kesehatan diarahka n untuk meningka tkan kesa daran, kemauan dan kemampuan hidu p sehat bagi set ia p orang
agar terwujud dera ja t kesehatan masyaraka t yang set inggi-tingginya, Depkes RI telah menyelenggarak a n b e rbagai upaya pembangunan kesehatan secara menyeluruh
dan berkesinambungan.
Pelayanan keperawatan sebagai bagian integ ral da ri
pelayanan kesehatan, ditujuka n kepada individu, k el ua rga,
kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat y ang
mencakup seluruh proses keh idupan manusia. Pel a y a na n
keperawatan
memberi
pengaruh
yang
cukup
b es ar
terhadap mutu pelayanan secara keseluruhan.
Pencegahan dan penang gulangan stroke di m asyaraka t
perlu semakin ditingkatkan dan terintegrasi diantara pemberi pelayanan kesehatan dan keluarga atau masyaraka t .
Pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan keluarga
di rumah dengan masalah stroke diharapkan do pat menjembatani peleyanan kesehatan
2
yang
terintegrasi
bag i
Pendahuluan
klien pasca stroke yang telah kembali ke rumah. Asuhan ini
diharapkan dapat meningkatkan fungsi kehidupan baik fisik,
mental,
dan social
klien
beserta
keluarga
dengan
me-
manfaatkan berbagai sumber di keluarga dan masyarakat.
Pelayanan keperawatan di rumah dilakukan melalui pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
yang telah diatur melalui Kepmenkes 279 tahun
2006
tentang pedoman penyelenggaraan upaya perkesmas di
Puskesmas. Perkesmas merupakan upaya yang sangat strategis untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat,
bila dilaksanakan secara komprehensif dengan dengan sasaran individu, keluarga, kelompok dan Masyarakat, serta
memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kesehatan
masyarakat. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pelayanan profesional yang diberikan oleh
tenaga perawat di Puskesmas dan masyarakat, perlu dilakukan berdasarkan standar dan Pedoman pelayanan.
Beberapa pedoman pelaksanaan pelayanan keperawatan
kesehatan masyarakat telah disusun diantaranya adalah
pedoman ini yaitu asuhan keperawatan keluarga di rumah
dengan masalah stroke.
1.2. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanaan keperawatan keluarga dengan stroke di rumah untuk · menurunkan
angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat stroke.
3
Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Moso/oh Stroke
Tujuan Khusus
1) Memberikan
gambaran
tentang
konsep
pelayanan
keperawatan keluarga dengan stroke.
2) Memberikan
acuan
dalam
pengelolaan
pelay an a n
keperawatan keluarga dengan stroke.
3) Memberikan
acuan
dalam pembinaan,
peng aw asan,
evaluasi terhadap pelayanan keperawatan keluo rg o
dengan stroke yang diberikan.
4) Memberikan
acuan
da lo m
mengembangkon
je jo ring
kerja yang dapat menunjang peloksanaan pela yo nan
keperawatan keluarga d e ngan stroke.
5) Memberikan acuan dalom sistem pencataton dan p elaporan pada pelayanan keperawatan keluarga dengan
stroke.
1.3. RUANG LlNGKUP
Ruang lingkup dari buku ini adolah pelayanan keperawata n
bagi klien stroke di rumah dalam konteks keluarga ya ng
merupakan upaya perawatan lanjutan "pasco hospitalisasi",
dalom rongka menurunkan kecenderungan peningkatan
angka kejadion, kecacatan, kematian akibat stroke. Dolam
pedomon ini memuat tentang masalah stroke, asuhan
keperawotan keluarga dengan masalah stroke dengan
pendekotan proses keperawatan termasuk pemberiaan
terapi
modalitas,
pelayanon.
4
serta
pencatatan
dan
pelaporan
Pendohuluon
1 .4. SASARAN
Sasaran program pelayanan keperawatan pasien dengan
stroke di rumah dilakukan pada berbagai tingkat pelayanan
dalam sistem kesehatan nasional yaitu :
1)
Pengelola praktik pelayanan keperawatan keluarga di
sarana pelayanan
2)
3)
Perawat pelaksana pelayanan keperawatan keluarga
Organisasi
profesi
perawat
dan
pemerhati
pelayanan
keperawatan Keluarga
1.5. DASAR HUKUM
Penyusunan
Pedoman
pelayanan
keperawatan
pasien
dengan stroke di rumah ini dilandasi dengan peraturanperaturan yang berlaku yaitu;
1) Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
T a hun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
2) UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
3) UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5072);
4) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637);
5
Asuhan Keperawatan Ke/uarga di Rumah dengan Masa/ah Stroke
5)
6)
7)
8)
9)
10)
1 1)
1 2)
13)
6
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 94/Kep/M.Pan/11 /2001 tentang Jabatan
Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor128/Menkes/SK
/11/2004 tentang Kebijakan Dosar Pusat Kesehatan
Mosyarakat;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 279/Menkes/SK/IV
/2006
tentang
Pedoman
Penyelenggaraan
Upaya
Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 /Menkes/Per/VII
/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V
/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/14
/1/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik
Perawat;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/Per/I
/2010 tentang Registrosi Tenaga Kesehatan;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 908/Menkes/Per/VII
/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Keperawatan Keluarga;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per
/VIIi/2010 tentang Organisasi dan Toto Kerja Kementerian
Kesehatan;
IIIiAlj II
セ@
PIlHIIlllalUuMt Dasat StrOllll
S
troke adalah cedera vaskular akut pada otak yang
disebabkan
karena
sumbatan,
penyempitan,
atau
pecahnya pembuluh darah otak, yang mengakibat-
kan suplai darah ke salah satu bagian otak terganggu
yang dapat berdampak lanjut pada kelainan neurologik
(Feigin, 2004; Junaidi, 2007).
2.1. JENIS- JENIS STROKE
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penyebabnya stroke dapat terjadi berupa iskemik maupun perdarahan (haemoragic), berikut penjelasan tentang
perbedaan kedua jenis stroke:
a. Stroke iskemik
Terjadi karena adanya gangguan vaskuler otak yang
disebabkan karena adanya sumbatan bekuan darah
oleh embolus dan ateroma (endapan lemak); dan penyempitan pembuluh darah yang disebabkan oleh
7
Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Moso/oh Stroke
aterosklerosis (mengerasnya arteri), proses peradangan
atau infeksi, dan dampak penggunaan NAPZA seperti
ampfetamin dan kokain, sehingga aliran darah yang
membawa
nutrisi
dan
oksigen
ke
jaringan
otak
terhambat (Jaffe, 1.992; Feigin, 2004j Junaidi, 2007).
Stroke iskemik dapat dikelompokkan menjadi :
1) Transient
Ischemic Attack
(T/A)
: serangan st roke
sementara yang be rl angsung 1 5 menit dan dapat
berlangsung sampa i 2 4 jam
2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND): gejala
neurologis yang akan menghilang antara >2 4 jam
sampai 21 hari
3) Progressing stroke: kelainan atau defisit neurologik
yang berlangsung seco ra bertahap dari ringan sam poi
berat
4) Completed stroke: kelainan neurologik yang 5udah
menetap
b.
Stroke haemoragik
Disebabkan pembuluh dorah pecah sehingga mengham bot aliran darah yang no rmal dan terjadi perda rahan d i
jaringan otak (hemoragia intraserebrum) a tau ー ・
イセ@
d arahan subaraknoid. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terja di p ada penderita hipertensi (Fe igin, 2004).
2.2. PATOFISIOLOGI STROKE
Otak adalah organ vital yang terdiri dari selse l otak,
sel penunjang seperti sel glia, cairan serebrospinal, dan
8
Pengetohuon Dosor Stroke
pembutuh darah. Pembutuh darah arteri mengangkut darah
yang kaya oksigen dan nutrisi ke datam otak, sekitar 20%
oksigen dan 50% gtukosa
yang ada
di datam darah
arterial dikonsumsi oleh otak. Otak harus mendapatkan
suplai darah secara konstan yaitu kurang lebih satu liter
darah per menit (15% dari darah total yang dipompakan
jantung), hal ini disebabkan karena otak tidak menyimpan
oksigen dan nutrisi lain dalam jumlah yang signifikan. Oleh
karena itu agar otak dapat berfungsi normal, suplai darah
otak
harus
tetap
adekuat
atau
tidak
ada
hambatan
(Walker, 1998).
Terhambatnya aliran darah ke otak yang membawa
banyak oksigen dan nutrisi akan menyebabkan terjadinya
hipoksia atau anoksia. Hambatan tersebut dapat disebabkan karena adanya sumbatan oleh embolus atau pembutuh
darahnya yang menyempit. Gangguan aliran darah ke otak
selama 3- 10 menit dapat menyebabkan perubahan dan
kerusakan permanen. Hipoksia pertama kali menimbulkan
iskemia, jika neuron hanya mengalami iskemia dan belum
terjadi nekrosis, maka ada peluang untuk menyelamatkannya.
Kerusakan daerah otak tergantu:lg pada daerah yang
terkena dan pembuluh darah serebral yang dipengaruhi.
Sindrom neurovaskuler lebih sering terjadi pada stroke
trombotik atau embolik karena
serebral
mediana.
Hal
ini
dipengaruhi oleh
disebabkan
arteri
arteri
tersebut
mensuplai darah untuk lateral hemisper serebri. Infark pada
bagian
tersebut
dapat
menyebabkan
defisit
kolateral
motorik dan sensorik, seperti masalah bicara dan disfasia.
9
Asuhan Keperawatan Keluarga di Rumah dengan Masalah Stroke
Stroke hemoragik yang disebabkan aneurisma (pelebaran arteri) yang pecah, atau karena adanya penyakit seperti hipertensi yang menyebabkan dinding arteri menipis
dan rapuh. Perdarahan dapat terjadi di intraserebrum dan
subarahnoid, yang menyebabkan darah masuk ke dalam
otak, dan merusak neuron sehingga bagian otak yang
terkena akan menjadi terganggu fungsinya.
2.3. FAKTOR RISIKO STROKE
a. Hipertensi, adanya peningkatan tekanan darah secara
perlahan dapat merusak dinding pembuluh darah
arteri, dan menyebabkan terbentuknya bekuan darah,
dan aneurisma.
b. Penyakit jantung, adanya penyakit jantung seperti kelainan katup menjadi pemicu terjadinya stroke. Embolus
yang terbentuk di jantung akibat kelainan katup dapat
terlepas mengalir ke pereda ran darah otak, dan menyumbat pembuluh darah arteri.
c.
Kadar kolesterol yang tinggi dapat melekat pada dinding
arteri dan membentuk plak arteri yang menyebabkan
arterosklerosis
(pengerasan
arteri)
dan
stenosis
(penyempitan).
d. Diabetes melitus, dapat menimbulkan perubahan pada
sistem vaskular serta memicu terjadinya aterosklerosis.
e. Jenis kelamin dan usia. Semakin bertambah usia fisiko
terjadinya stroke semakin besar. Wan ita lebih berisiko
terjadinya stroke hemoragik 50% dibandingkan pria
(Feigin, 2004).
10
Pengetohvon Dosor Stroke
f.
Riwayat keluarga. Meskipun tidak menjadi penyebab
langsung stroke, namun beberapa penyakit yang berhubungan dengan gen seperti hipertensi, dan diabetes.
g.
Merokok dapat menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh, yang dapat menyebabkan
aliran darah terhambat dan darah mudah menggumpal.
Merokok juga dapat menyebabkan peningkatan pembentukan aneurisma intrakranium.
h.
Kurang aktifitas fisik dapat berisiko 50% terjadinya
risiko stroke. Kurangnya pergerakan fisik dapat menyebabkan masalah pada
berat badan, meningkatkan
tekanan darah, dan menyebabkan aterosklerosis dini,
dan beberapa penyakit jantung yang dapat memicu
terjadinya stroke.
I.
Kontrasepsi oral. Kombinasi estrogen dan progesteron
yang terdapat dalam kontrasepsi oral dapat meningkatkan
tekanan
darah,
menyebabkan
darah
lebih
kenta l, dan memudahkan terjadinya bekuan darah.
j.
Stres d an depresi. Stres emosional jika berkombinasi
dengan faktor risiko lain seperti aterosklerosis, penyakit
jantung, atau hipertensi. Stres yang berkepanjangan
justru dapat memicu peningkatan tekanan darah.
k.
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lain)
seperti heroin, amfetam in, kokain, ganja mengakibatkan
"rerjadinya peningkatan pembekuan darah, penyempitan
arteri d i otak, dan peningkatan tekanan darah yang
dapat menjadi pemicu terjad inya stroke.
I.
Kelebihan
berat badan, orang
dewasa
dinyatakan
kelebihan berat badan bila indeks massa tubuh (IMT)
II
Asuhon Keperowoto n Keluorgo d i Rumoh d engon Mo so /o h Stro ke
lebih dari 25 (normal 18.5-24.9). Contoh jika seseorang
mempunyai berat badan 68 kg dengan tinggi badan
160 em, maka IMTnya adalah : 68 / 1,6 2 = 26.6 kg /m 2 •
m.
Cedera
leher
sepert i
peregangan
mendadak
d an
hebat pada lehe r, pemutaran leher yang dapat merusak arteri karotis yang dapat menyebabkan stroke
iskemik.
2.4.TANDA DAN GEJALA STROKE
Berikut tanda dan gejala serallgan stroke yaitu :
a. Gangguan neurologis fokcil seperti kelemahan atau kelumpuhan lengan, tungkai atau salah satu bag ian tubuhj
mulut dan lidah meneong bila diluruskanj inkontinensia urine
b. Hilangnya sensasi seperti adanya perasaan baal atau
mati rasa, terasa kesemutan pada salah satu bag ian tubuh
c.
Gongguan penglihatan : penglihatan ganda, lapangan
pandang menu run
d. Gangguan menelan : sulit menelan, dan bahkan sering
tersedak bila minum
e. Gangguan bicara : bicara pelo (tidok jelas), sulit merongkai kalimat sehingga tidak dopat dipahami (afasia)
f. Gangguan pendengaran : berdengung, pendengaran
menu run atau terjadi tuli satu telinga
g. Gangguan konsentrasi dan kognitif : sulit memahami
pembicaraan orang lain, menjadi pelupa (dimensia),
menurunnya kemampuan berhitung, membaea dan menu lis
h. Gangguan koordinasi dan keseimbangan : sulit berjalan, sempoyongan dan mudah terjatuh
12
Pengetohuon Dosor Stroke
i.
Gangguan
psikologik:
menjadi lebih sensitif, mudah
kesadaran
: selalu
menangis
j.
Gangguan
ingin
tidur,
pingsan
sampai tidak sadarkan diri (koma)
Perbedaan tanda dan gejala stroke hemoragik dan iskemik
(Junaidi, 2006) :
Gejala dan lando
Stroke Hemoragik
Stroke Iskemik
Gejala:
Soot kejadian
Sedang aktif
Sedang istirahat
(onset)
Tidak ada
Ada
Peringatan TIA
Hebat
Ringan
Nyeri kepala
Ada
Tidak ada
Kejang
Ada
Tidak ada
Muntah
Sangat nyata
Ringan
Bradikardia
Ada
Kadang ada/tidak
Edema papil mata
Ada
ada
Kaku kuduk
Ada
Tidak ada
Kernig, Brudzinski
Ada
Tidak ada
Penurunan
kesadaran
Tanda:
Tidak ada
13
IIII3AII3 III I
As..AaH IC.p.,awalaH daH 71l1apl
Modalilas IC.pllIawalaH pada
ICIIIlIe d.lefaH Pasea SI,0411 dalallt
IColel1l4s ICIlI..a'fa dl R..".aA
A
SUhan Keperawatan Klien
Dengan Pasco
Stroke
Dalam Konteks Keluarga di Rumah menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Dalam intervensi
keperawatan akan digunakan pula beberapan intervensi
terapi modalitas yang sering digunakan.
3.1. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 .1. Pengkajian Keperawalan
Beberapa hal yang perlu dikaji terkait dengan masalah stroke yang terjadi (gunakan panduan pengkajian
pada format A) :
14
Asuhon Keperowoton dan Teropi Modo/ifas Keperowoton podo K/ien dengon
Pasco Stroke do/am Konteks Ke/uorgo di Rumoh
1)
Riwayat keperawatan: kesehatan atau keadaan
klien sebelumnya sangat mempengaruhi terjadinya stroke atau kondisi yang ada saat ini.
2)
Persepsi dan pengetahuan keluarga terhadap
masalah kesehatan: pandangan keluarga terhadap
masalah stroke dan hal apa saja yang sudah dilakukan keluarga dalam upaya perawatan stroke
pada anggota keluarganya.
3)
Pola nutrisi : jenis makanan yang sering dikonsumsi oleh klien dan keluarga, dan keluhan yang
dirasakan saat ini terkait kebutuhan nutrisi.
4)
Pola aktivitas : kegiatan apa saja yang dilakukan klien sebelumnya, adanya gangguan dalam
beraktivitas, dan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas saat ini.
5)
Pola eliminasi : gangguan pada sistem perkemihan
seperti inkontinensia urine.
6)
Psikososial: reaksi emosional klien dan keluarga
terhadap masalah stroke yang dihadapi, perubaha n peran dan tanggung jawab, stres yang
dialam i,
sistem
pendukung
yang
ada,
dan
bagaimana klien dan keluarga memanfaatkan
strategi koping dalam mengatasi permasalahan
yang ada.
7)
Tanda dan gejala fisik yang ditemukan : penurunan tingkat kesadaran klien, perubahan tandatanda vital, dan kemungkinan adanya gangguan
sensorik dan motorik seperti : memori menu run,
15
Asuhon Keperowoto n Keluorgo di Rumoh dengon Mosoloh Stroke
kemampuan berfikir menurun, afasia (ketidakmampuan memahami dan melakukan pembicaraan),
agnosia (gangguan mengenali rangsangan sensoris), agrafia (ketidakmampuan menu lis), aleksia
(ketidakmampuan membaca), apraksia (ketidakmampuan melakukan gerakan fisik secara sa d ar),
atak sia (tidak ad anya koordinasi, sika p tu b uh
tidak mantap), diplopia (penglihatan g and a ),
disartria (ga ng guan motorik pad a lidah, mulut,
dan rahang), di sfagia (kesu litan menela n), pa re sis
((kelemahan o tot), hemi pa resis
(k e le ma han
di
sala h sa tu sisi tu buh), para p are sis (ke lema han
otot di kedu a tungk a i), he miplegia (kelumpuhan
d is alah satu sisi tubuh), parapleg ia (ke lumpuhan
kedua tungka i), dan inkontinensia urine.
3. 1.2. Dia gnosis Keperawatan
Berikut d iuraikan diagnosis kepe ra w a tan
yang
mungkin terjadi p a d a klien pasco stroke, dan dia gnosi s ini dapat dikembangkan sesuai deng an ke luhan
atau kondisi klien y ang ditemukan di keluarga 1)
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan tidak adekuatnya suplai darah serebral
sekunder terhadap cerebral edema, embol us,
thrombus, dan perdarahan.
2)
Jalan napas tidak efektif berhubungan obstruksi
jolon napas sekunder terhadap efek hemipleg ia.
16
Asuhan Keperawatan dan Terapi Moda/itas Keperawatan pada K/ien dengan
Pasco Stroke da/OIII Konteks Ke/uarga di Rumah
3)
Gangguan mobilitas fisik
sehubungan
dengan
paresis/plegia.
4)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan disfagia, dan menurunnya nafsu
makan.
5)
Gangguan
integritas kulit sehubungan
dengan
perubahan sensorik, immobilisasi, inkontensia, perubahan status nutrisi.
6)
Perubahan polo eliminasi urin: inkontinensia fungsional
berhubungan dengan kerusakan motorik,
immobilisasi.
7)
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
gangguan sirkula si sere bra l, g angguan neuromuskuler, k e lemaha n otot waiah
8)
Perubaha n sensorik -p ersep si b ehubungan dengan
gangguan si r k ula si sere bral, gangguan penglihatan, sen sa si, dan perub ah an psikologik
9)
Ganggua n k onsep d iri : gambaran tubuh, harga
d iri, pero n, identitas, berhubungan dengan menurunnya fungsi, tubuh, perubahan fisik, peron,
ketergantungan, dan tida k efektifnya koping
3 .1 .3. Perencanaan Keperawatan pada Klien Pasca Stroke
Berikut akan diuraikan perencanaan keperawatan
klien pasco stroke yang disesuaikan dengan masalah
keperawatan yang ditemukan. Perencanaan keperawatan ini dilakukan dengan melibatkan keluarga
17
Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Moso/oh Stroke
sebagai care giver dari support system (gunakan
format
B untuk perencanaan keperawatan
pada
klien pasca stroke dalam konteks keluarga di rumah):
1)
Diagnosis: Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai
darah
serebral
sekunder
terhadap
cerebral
edema, embolus, thrombus, dan perdarahan.
Perencanaan Keperawatan: mempertahankan
jalan nafas dan aliran darah yang adekuat; memonitor tanda-tanda vital; meningkatkan aliran
darah
ke
otak
dengan meninggikan
daerah
kepala; menghindari fleksi dan rotasi kepala
yang berlebihan agar TIK tidak meningkat; menganjurkan keluarga untuk memonitor intake output
cairan, dan kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti hipertensi, diuresis, dan antikoagulan.
2) Diagnosis : Jalan napas tidak efektif berhubungan obstruksi jalan napas sekunder terhadap efek
hemiplegia.
Perencanaan Keperawatan: mengatur posisi
pasien semi fowler dan rubah posisi untuk menghindari penumpukan sekret setiap 2 jam sekali
(bila terjadi hemiplegia rubah posisi setiap 1
jam sekali untuk bagian tubuh yang mengalami
hemiplegia, dan 2 jam sekali untuk bag ian tubuh
yang normal); latih nafas dalam dan batuk
J 8
Asuhon Keperowofon don Teropi Modo/ifos Keperowofon podo Klien dengon
Posco Stroke d%m Konfeks Ke/uorgo di Rumoh
efektif; ajarkan teknik inhalasi sederhana yang
dapat dilakukan keluarga.
3)
Diagnosis: gangguan mobilitas fisik sehubungan
dengan paresis/paraplegia
Perencanaan Keperawatan: pertahankan posisi
fungsional klien dengan menggunakan handroll
atau gulungan handuk, papan matras untuk mensupport posisi fungsional, mencegah penekanan
dan footdrop; rubah posisi klien setiap2 jam
sekali dan perhatikan kulit pada sekitar daerah
yang tertekan; berikan petunjuk pada keluarga
untuk melatih ROM pasif pada klien dan latih
ambulasi bertahap.
4)
Diagnosis: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan disfagia, dan menurunnya
nafsu
Perencanaan Keperawatan: Monitor pemasukan dan pengeluaran dan pemasukan diet untuk
menetapkan defisit, dengan cara melatih keluarga
untuk dapat mendokumentasikan makanan atau
minuman yang
dikonsumsi klien dalam sehari
(food recall); dengan teknik guidence ajarkan
keluarga untuk dapat mengenal jenis dan kalori
makanan
yang
dibutuhkan
klien;
motivasi
keluarga untuk dapat memberikan makanan oral
dimulai dari makanan cair sampai padat (dengan
meletakkan makanan pada bagian mulut yang
19
Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Moso/oh Stroke
tidak sakit); latih klien untuk melakukan gerakan
lidah dan bibir.
5)
Diagnosis: gangguan integritas kulit sehubungan
dengan perubahan sensorik, immobilisasi, inkontinensia, perubahan status nutrisi
Perencanaan Keperawatan: hindari penekanan yang lama pada bagian tertentu; anjurkan
keluarga untuk melakukan rubah posisi setiap 2
jam sekali; pertahankan kebersihan dan kelembaban kulit; lakukan masage pada d a erah yang
sering tertekan agar aliran darah kembali lancer.
6) Diagnosis: Perubahan pola eliminasi urin: inkontinensia fungsional berhubungan dengan kerusakan
motorik, immobilisasi
Perencanaan Keperawatan: observasi pola
berkemih klien; observasi intake dan output cairani
keluarga menawarkan urinal/bedpan sesering
mungkini tetapkan jadwal berkemih secara teraturi stimulasi untuk berkemih dengan cara memberikan rasa aman, mengalirkan a li r, posisi yang
nyaman; seoptimal mungkin hindari penggunaan
kateter, tetapi bila kondisinya membutuhkan
kateter lakukan perawatan kateter setiap hari .
7) Diagnosis : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan sirkulasi serebral,
gangguan neuromuskuler, kelemahan otot waiah
20
Asuhon Keperowolon don Teropi Modolilos Keperowolon podo Klien dengon
Posco Stroke do/om Konleks Keluorgo di Rumoh
Perencanaan
Keperawatan:
pertahankan
kontak mata dengan klien saat berkomunikasij
gunakan teknik komunikasi terapeutikj bantu klien
untuk berkomunikasi secara perlahan-Iahan dan
tidak terburu-buruj latih klien untuk menggerakkan lidah dan bibirj latih klien untuk dapat menggunakan katakata sederhana seca ra bertaha p
dan dengan bahasa tubuh j anjurkan keluarga
untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif,
sederhana, jelas, dan sabar dengan klien.
8) Diagnosis: Perubahan sensorikpersepsi behubungan dengan gangguan sirkulasi serebral, gangguan
penglihatan, sensasi, dan perubahan psikologik.
Perencanaan Keperawatan: letokkan posisi
benda, alat pemanggil, baki makanan dalam
jangkauan sisi tubuh yang tidak sakitj tutup mota
yang terkena masalah akibat pengaruh stroke
(jika ada penglihatan gandalj anjurkan keluarga
untuk dapat bantu klien melihat objek dengan
benar,
dan melakukan
aktifitas
sehariharij
monitor temperatur makanan, air mandi untuk
mencegah cidera; ajarkan klien/ keluarga untuk
melakukan hal yang sama; motivasi keluarga untuk
dapat menciptakan lingkungan yang tenang yang
dapat membantu klien mengurangi penurunan
persepsi akibat adanya kecemasan.
9) Diagnosis: Gangguan konsep diri: gambaran tubuh,
harga diri, peran, identitas, berhubungan dengan
21
Asuhon Keperowo to n Keluorgo di Rumoh dengon Mosoloh Stroke
menurunnya fungsi tubuh, perubahan fisik, peran,
ketergantungan, dan tidak efektifnya koping.
Perencanaan Keperawatan: Gali rasa takut
klien/keluarga
kemandirian,
terhadap
hilangnya
kematian,
kontrol
hilangnya
fungsi
kecacatan dan hilangnya kemampuan
tubuh,
bicara;
berikan tindakan untuk mengatasi masalah psikologisnya, misalnya melalui komunikasi terapeutik,
memberikan
alternatif-alternatif
pemecahan
masalah; latih klien untuk melakukan relaksasi
progresif
keluarga
untuk
untuk
menurunkan
dapat
stres;
anjurkan
memberikan
dukungan
emosional pada klien
3.1.4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun
dan sesuai dengan kondisi klien.
menggunakan
format
B dan
Perawat dapat
kemudian
tindakan
berikutnya didokumentasikan pada format C.
3 . 1.5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yang diharapkan secara
umum adalah: Setelah dilakukan implementasi keperawatan pada klien pasca stroke diharapkan klien
dan keluarga dapat melakukan upaya perbaikan dan
22
Asuhon Keperowoton dan Terapi Modo/itos Keperowoton podo Klien dengon
Pasco Stroke do/am Konteks Ke/uorgo di Rumoh
pencegahan
terjadinya
kerusakan
atau
gangguan
lebih lanjut. Kriteria evaluasi tersebut yaitu :
1)
Adanya peningkatan perfusi jaringan cerebral
yang ditandai dengan peningkatan atau mempertahankan
optimal
kesadaran
klien
dalam
kondisi
(composmentis), mempertahankan
dan
meningkatkan status neurologik (dapat dilihat
dari penilaian GCS).
2)
Kepatenan jalan nafas yang ditandai dengan
bersihnya jalan nafas, klien mampu melakukan
latihan nafas dalam dan batuk efektif.
3)
Klien dapat melakukan latihan ROM pasif, dan
bertahap melakukan ambulasi, sehingga klien
dapat terhindar dari masalah lain sebagai dampak
gangguan
mobilitas
seperti
gangguan
integritas kulit.
4)
Kebutuhan nutrisi terpenuhi, yang ditandai dengan
berat badan sesuai dengan usia (berat badannya lebih kurang 10 % dari berat badan ideal),
klien dapat menelan makanan yang lunak tanpa
aspirasi, dan mentoleransi nutrisi yang masuk ke
dalam tubuh.
5)
Gangguan integritas kulit tidak terjadi yang ditandai dengan kulit tampak bersih dan sehat, dan
tidak dijumpai adanya tanda-tanda dekubitus.
6)
Pola eliminasi urine kembali normal yang ditandai
dengan tidak ada gejala inkontinensia dan klien
23
Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Moso/oh Stroke
dapat mengkomunikasikan keinginannya
untuk
buang air kedl.
7)
Gangguan komunikasi verbal dapat teratasi yang
ditandai dengan klien dapat memahami dan merespon kembali komunikasi
dengan orang
lain
dengan menggunakan komunikasi non verbal, klien
dapat
melatih
secara
bertahap
kemampuan
komunikasi verbal
8)
Klien
dapat
beradaptasi
dengan
perubahan
sensorik, dan dapat terhindar dari risiko injuri
akibat dampak penurunan sensori persepsi.
9)
Klien memiliki konsep diri yang positif yang ditandai dengan klien dapat mengungkapkan perasa an dan harapannya, klien dapat berpartisipasi
dalam perawatannya, adanya kemandirian klien.
Seluruh tahapan asuhan keperawatan diatas
didokumentasikan dengan benar menggunakan prinsip
pendokumentasian yaitu: ada tanggal, jam, tindakan,
respon, tanda tangan, ditulis jelas dengan bahasa
yang mudah dipahami, dan jujur dalam penulisan data.
3.2. TERAPI MOOALITAS KEPERAWATAN PAOA PASIEN
OENGAN
PASCA
STROKE
KELUARGA 01 RUMAH
OALAM
KONTEKS
Terapi modalitas keperawatan yang dapat dilakukan
pada klien dengan pasca stroke dalam konteks keluarga di
24
Asuhon Keperowoton don Teropi Modo/itos Keperowoton podo K/ien dengon
Pasco Stroke d%m Konteks Ke/uorgo di Rumoh
rumah dengan melibatkan partisipasi aktif keluarga untuk
membantu meningkatkan kemampuan fungsional klien.
3.2.1. Mengatur Posisi Tidur
1) Pengertian:
Pengaturan posisi tidur bagi klien pasco stroke
sangat bermanfaat untuk mencegah komplikasi seperti dekubitus, pneumonia, pembentukan bekuan
darah, nyeri bahu, dan kontraktur pada sendi.
Merubah posisi klien stroke miring kanan kiri dan
terlentang sangat membantu melancarkan peredaran darah pada daerah yang tertekan lama.
Oleh karena itu bila pasien pasco stroke yang di
rawata di rumah, keluarga harus menyadari
pentingnya pengaturan posisi tidur pasien.
2) Persiapan:
Persiapan klien:
a) I nformasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat pengaturan posisi tidur klien yang dilakukan setiap 2 jam sekali pada daerah tubuh
yang sehat dan 1 jam sekali pada bagian tubuh
yang sakit
b) O bservasi
daerah tubuh
yang
sakit dan
observasi pula kondisi kulit pada bagian tubuh
yang mengalami penekanan lama
Persiapan a/at:
a) Anjurkan keluarga untuk memberikan tempat tidur
yang dapat menahan beban tubuh klien (kasur
25
Asuhan Keperawaton Keluarga d i Rumah dengan Masal ah Stroke
diupayakan yang padat, namun lembut), jika
memungkinkan tempatkan klien pasca
stroke
pada tempat tidur tunggal (single bed) yang
mudah diraih oleh keluarga saat memberikan
perawatan pada klien.
b) Bantal
c) Gulungan handuk
d) Penghalang
tempat tidur, khusus untuk
klien
dengan kesadaran menurun dan lemah (jika
memungkinkan disediakan keluarga)
e) Papan kaki
3)
Persiapan:
Persiapan klien:
a) Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat pengaturan
dilakukan setiap
tubuh
yang
posisi tidur klien
yang
2 jam sekali pada daerah
dan 1 jam sekali pada
sehat
bagian tubuh yang sakit
b) Observasi daerah tubuh yang sakit dan observasi pula kondisi kulit pada bagian tubuh yang
mengalami penekanan lama
Persia pan a/at;
a) A njurkan keluarga untuk memberikan tempat tidur
yang dapat menahan beban tubuh klien (kasur
diupayakan yang padat, namun lembut), jika
memungkinkan tempatkan klien pasca stroke
pada tempat tidur tunggal (single bed) yang
26
Asuhan Keperawalan dan Terapi Moda/itas Keperawalan pada K/ien dengan
Pasco Stroke do/am Konleks Ke/uarga di Rumah
mudah diraih oleh keluarga saat memberikan
perawatan pada klien.
b) Bantal
c) Gulungan handuk
d) Penghalang tempat tidur, khusus untuk klien
dengan kesadaran menurun dan lemah (jika
memungkinkan disediakan keluarga)
e) Papan kaki
4) Pelaksanaan:
Posisi Tidur Terlentang (Supine)
No.
1.
Prosedur Tindakan
Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
2.
Letakkan bantal di bawah kepala, bahu, dan leher
3.
Letakkan 「。ョセャ@
4.
Letakkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah mota
kaki untuk meninggikan tumit
5.
Letakkon papon kaki at au penohan di atas telapak koki klien
(mencegah risiko drop foof)
6.
Letakkan bantal di bawah lengan dengan posisi pronasi
sejajar dengan bahu
7.
Lakukan massage ringan pada jari-jari tangan , telapak
tongan, siku, dan jari-jari kaki. Berikan bola plstik pada
tangan yang sakit untuk latihan mengenggam
8.
Observasi kondisi klien setelah dilokukan perubahan posisi
9.
Seluruh prosedur 1-7 lib atkan keluarga untuk membantu
melokukannya, dan anjurkan keluarga untuk merubah posisi
setiop 2 jam sekali
10.
Catat tindakan yang telah dilakukan perawat untuk klien dan
keluarga
kecil dan tipis di bawah spinallumbal
27
Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Mosoloh Stroke
Posisi Setengah Duduk (Semi Fowler)
No.
28
Prosedur Tindakan
1.
Tinggikan bag ian kepala tempat tidur (30-45°) dengan
menggunakan bantal yang disusun secora trap (bertingkat)
2.
Gunakan bantal untuk menyangga tangan klien
3.
Letakkan handuk atau banta I tipis di belakang punggung
klien, jika tempat tidur klien keras
4.
Letakkan gulungan handuk dibawah paha klien
5.
Letakkan gulungan handuk di bawah pergelangan kaki
6.
Tempatkan papan kaki
mencegah risiko drop fool
7.
Lakukan massage ringan pada
tongan, siku, dan jari-jari kaki
B.
Observasi kondisi klien setelah dilakukan perubahan posisi
9.
Seluruh prosedur 1-7 lib atkan keluarga untuk membantu
melakukannya, dan anjurkan keluarga untuk merubah posisi
setiap 2 jam sekali
10.
Catat tindakan yang telah dilakukan perawat untuk klien dan
keluarga
pada
telapak
jari-jari
kaki
klien
tongan,
untuk
telapak
Asuhon Keperowoton dan Terapi Modo/itos Keperowoton podo K/ien dengon
Pasco Stroke do/am Kontek s Ke/uorgo di Rumoh
Posisi Tidur Miring (Lateral)
No.
1.
;P rosedur Tindakan
Baringkan klien pada posisi terlentang
2.
Geser klien ke salah satu sisi menjauh dari tengah tempat tidur
3.
Tongan klien yang jauh dari perawat dekatkan ke tubuh
klien, sedangkan tangan yang dekat dengan perawat
jauhkan dari sisi tubuh klien (abduksi)
4.
Fleksi kedua kaki klien don silangkan kaki klien (kaki terjauh
terletak diatas)
5.
Balikkan klien ke salah satu sisi tubuh, hingga tubuh klien miring
6.
Tempatkan bantal pod a bagian tangan lengan yang fleksi
7.
Atur tangan yang jauh dori perawat agar tidak tertindih
oleh tubuh klien, sejajarkan dengan punggung klien
8.
Bila klien miring ke arah tubuh yang sakit (Iengan yang
mengalami hemiparese) jangan menarik tangan yang sakit,
untuk mengatur tangan yang sakit agar tidak tertindih
seperti no.7 tangan yang sakit tidak perlu di fleksi,
melainkan dibiarkan ekstensi dengan diberi alas banta I tipis
9.
Atur kaki yang berada di bawah dalam posisi lurus, sedangkan kaki yang di atasnya diatur ke posisi fleksi (menekuk)
10.
Letakkan bantal sepanjang lutut sampai kaki diantara kaki
bawah don kaki atas
1 1.
Letakkan bantal di punggung klien sebagai penyangga
12.
Letakkan papan kaki atau kantong pasir pada telapak kaki
untuk mencegah terjadinya drop foot
13.
Lakukan massage ringan pada jarijari tangan , telapak
tongan, siku, don ja rijari kaki
14. Observasi kondisi klien setelah dilakukan perubahan posisi
15. Seluruh prosedur 17 lib atkan keluarga untuk membantu
melakukannya, don anjurkan keluarga untuk merubah posisi
setiap 2 jam sekali
16. Catat tindakan yang telah dilakukan perawat untuk klien
dan keluarga
29
Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Mosoloh Stroke
5) Evaluasi:
Respon verbal klien : klien dapat menyatakan
nyaman setelah dirubah posisinya.
Respon
non
verbal
klien
kooperatif,
tidak
dijumpai adanya dekubitus, dan risiko kekakuan
otot atau
persendian, tidak ditemukan tanda-
tanda adanya penumpukan sekret.
3.2.2. Ambulasi Bertahap
1) Pengertian:
Melatih klien pasca stroke untuk dapat berjalan secara bertahap yang dimulai dari latihan
duduk di tengah tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, berdiri di samping tempat tidur, dan latihan
berjalan beberapa langkah menuju kursi. Latihan
ini ditujukan untuk membantu klien agar dapat
segera mandiri, dan mencegah terjadinya komplikasi akibat immobilisasi yang terlalu lama.
2) Persia pan :
Persiapan kJien :
a) Observasi kondisi fisik klien untuk melakukan
latihan ambulasi
b) Informasikan pad a klien dan keluarga tentang
latihan ini
c) Berikan semangat pada klien agar dapr
berpartisipasi dengan latihan ambulasi
d) Libatkan keluarga untuk melakukannya
30
Asuhon Keperowoton don Teropi Modo/itos Keperowoton podo K/ien dengon
Pasco Stroke d%m Konteks Keluorgo di Rumoh
Persiapan a/af :
Tidak ada alat khusus yang digunakan, namun yang
perlu diperhatikan adalah keamanan lingkungan
seperti lantai tidak licin, dan penerangan cukup.
3) Pelaksanaan:
Melatih Klien Duduk di Tengah Tempat Tidur
No.
Prosedur Tindakan
1.
Letakkan klien dalam posisi terlentang
2.
Keluarkan semua banta I yang ada di tempat tidur, kecuali
banta I yang ado di kepolo klien
3.
Atur posisi tubuh
tubuh perowot
4.
letokkon tongon kiri perowot di bowoh kepola, leher, don
bahu klien
5.
Letakkon tongon kanon perowot di pongkol lengan kanan
klien, don perowot dopot meminto bontuan keluorga untuk
memgong pangkol lengon kiri klien
6.
Bantu klien untuk duduk, jiko koki klien dopot ditekuk,
onjurkon klien untuk melokukannyo agar klien dapot lebih
mudoh duduk
7.
Berikon penyongga punggung don kepolo klien dengan
bontol, agar klien dopot duduk tegok
8.
Observosi kondisi fisik klien seteloh dilatih duduk di tempot
tidur
9.
libotkon keluargo dolom setiop tindokan
keluorga untuk dopot melokukonnyo
perawot untuk menjoga keseimbongon
don
onjurkon
31
Asuhan Keperawatan Kefuarga di Rumah dengan Masafah Stroke
Melatih Klien Ouduk Oi Tepi Tempat Tidur
No.
32
Prosedur Tindakan
1.
Baringkan klien pada posisi miring menghadap perawat
(pada bag ian dimana klien akan duduk)
2.
Tinggikan bagian kepala klien dengan beberapa banta I,
untuk memudahkan perawat saat membantu klien ke posisi
duduk
3.
Atur POSISI tubuh perawat untuk keseimbangan
membantu klien duduk di sisi tempat tidur
4.
Sanggah bagian kepala dan bahu klien dengan tangan
perawat yang di dekat kepala klien, sedangkan tangan
yang lain memgang bagian atas paha klien
5.
Bantu klien untuk duduk, dan pindahkan kaki bawah klien ke
tepi tempat tidur (menjuntai)
6.
Tetaplah berada di
keadaan seimbang
7.
Observosi kondisi fisik klien setelah dilatih duduk di tempat
tidur
8.
Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
keluarga untuk dapat melakukannya
depan
klien,
sampai
klien
dan
saat
dalam
anjurkan
Asuhan Keperawafan dan Terapi Moda/ifas Keperawafan pada K/ien dengan
Pasco Sfroke do/am Konfeks Ke/uorgo di Rumah
Melatih Klien Berdiri, Berjalan, Dan Duduk Di Kursi
No.
Prosedur Tindakan
1.
Seteloh klien mompu duduk di sisi tempat tidur, perawat
dapat melonjutkan latihan berdiri, berjalan, dan duduk di
kursi
2.
Past ikon lantoi rumah kering dan bersih, dan anjurkan klien
menggunkan alas kaki
3.
Atur posisi tubuh perawat dengan kaki agak terbuka dan
fleksi (salah satu kaki perawat berada di depan sebagai
ーッイセウIL@
agar memudahkan perawat soot membantu klien
latihan
4.
Letakkan kedua tangan perawat pada pangkal lengan
(ketiak klien), anjurkan klien untuk bertahan pada sisi tempat
tidur, agar tumpuan berat badan klien tertumpu pada sisi
tempot tidur
5.
Bantu klien berdiri pada hitungan ketiga
6.
Tetaplah tangan perawat memegang ketiak klien sam poi
klien seimbang
7.
Bantu Klien untuk berjalan beberapa langkah menuju kursi
8.
Bantu klien untuk duduk di kursi, dan pastikon kursi tidak
mudah bergerak
9.
Bila kursi memiliki tongon kursi, anjurkan
meletakkan tangannyo diotos tong an kursi
10.
Tongan yong sakit dopot ditopong dengon banta I
1 1.
Observasi kondisi fisik klien setelah dilatih duduk di tempat
tidur
12.
Libatkan keluargo dolom setiap tindakan
keluarga untuk dopat melakukannya
klien
dan
untuk
anjurkan
33
Asuhon Keperowofon Ke/uorg o di Rumo h de ngo n M o soloh 'S fr o k e
4) Evaluasi:
Respon verbal klien : klien dapat menyatakan
nyaman setelah mengikuti latihan ambulasi.
Respon
non
verbal
klien
kooperatif,
tidak
dijumpai adanya dekubitus, dan risiko kekakuan
otot
atau
persendian,
tidak
ditemukan
tanda-
tanda adanya penumpukan sekret, klien dapat
duduk, berdiri, dan berjalan secara bertahap.
3.2.3. Lalihan Renlang Gerak (ROM)
1) Pengertian
Gangguan mobilitas yang sering terjadi pada
klien stroke seringkali dapat menjadi lebih buruk
kondisinya, ketika klien berada di rumah. Hal ini
terjadi karena keluarga kurang memahami manfaat
latihan gerak sejak dini pada klien pasca stroke.
Latihan ROM merupakan latihan gerak yang
mengkoordinasikan otot, tulang, sendi, dan persyarafannya untuk mencapai rentang gerak yang
normal. Latihan ROM ini dapat dilakukan setiap
hari 2 atau 3 kali latihan (sesuaikan dengan
kondisi fisik klien), dan bahkan latihan ini dapat
dilakukan ketika klien mempunyai waktu luang.
Latihan ini dapat dilakukan secara bertahap dengan
bantuan sampai klien mandiri melakukannya.
Tujuan latihan ROM diharapkan dapat membantu klien :
a) Mencegah terjadinya kekakuan
b) Meningkatkan dan memperlancar aliran darah
c) Mencegah nyeri bahu yang sering terjadi pada
klien pasca stroke
34
Asuhon Keperowoton don Teropi Modo/itos Keperowoton podo K/ien dengon
Posco Stroke d%m Konteks Ke/uorgo di Rumoh
d) Mencegah dan memperbaiki kondisi otot, tulang,
dan persendian
e) Mencegah statis vena yang dapat mengakibatkan terjadinya bekuan darah
f) Meningkatkan kemandirian klien
2) Persiapan
Persiapan klien se
Ind
p
PEDOMAN
ASUIIAN KEPERAWA.TAN
KELUARGADIRUNVUIDENGAN
MASALt\H STROKE
(PEGANGAN PERAWAT)
P
N'l.
'1.
T
brO "!J
IItj
DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN DAN
KETEKNISIAN MEDIK
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
f
/Cata PIlHflaHtar
Tersusunnya b uku Pedoman Asuhan Keprawatan Keluarga
dengan masalah Stroke di rumah merupakan satu langkah
lebih ke depan di dalam rangka meningkatkan status kesehatan
masyarakat
melalui
upaya
pemberdayaan
masyarakat.
Angka insidensi stroke yang terus meningkat, perawatan yang
lama
dan
terintegrasi
belum
di
adanya
masyarakat
metode
pengendalian
merupakan
suatu
hal
yang
yang
melatarbelakangi disusunnya buku ini.
Buku ini merupakan pedoman/acuan pelaksanaan bagi
petugas pemberi pelayanan keperawatan keluarga dalam
melakukan perawatan masalah stroke di rumah, sehingga
pengendalian stroke di masyarakat dapat maksimal yang pad a
akhirnya
kualitas
dapat
hidup
berkontribusi
pasein
serta
positif
dalam
menurunkan
mengembalikan
angka
kematian
stroke di Indonesia.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
"Pedoman Asuhan Keperawatan Keluarga di Rumah dengan
Masalah
Stroke".
Segala
masukan
atau
usulan
demi
penyempurnaan buku ini kami terima dengan senang hati.
Direktur Bina Pelayanan Keperawatan
Dan Keteknisian Medik
'/Suhartati, SKp, MKes
NIP 196007271985012001
\
Penanggung Jawab :
Penyusun
Kontributor
Direktur Bina Pelayanan
Keperawatan Dan Keteknisian Medik
1.
2.
3.
4.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
DR. Rustika, SKM, M.Si
Ns. Riyanto, MKep., Sp.Kom.
Ns. Reni Chaerani, MKep., Sp.Kom.
Sri Muljati, SKM, M.Kes
Pastina R. Sihotang, SKp, M.Kes
Ns. Yuli Nazlia Sidy, SKep
Zolaiha, SKM, MPHM
Ina Sri Hastuti, SKM
Dra. Junaiti Sahar, PhD.
Ns. Henny Permatasari,MKep, Sp.Kom
Wiwin Wiarsih, S.Kp, MN
Agus Setiawan, S.Kp, MN
Astuti Yuni Nursasi, S.Kp, MN
Ns. Widyatuti, MKep.,Sp.Kom.
Ns. A. Eru Syafrudin, MKep,Sp.Kom.
Ns. Made Riasmini, MKep, Sp.Kom.
Ns. Ati Nuraeni, MKep,Sp.Kom.
Ns. Satria Gobel, MKep,Sp.Kom.
Ns. Wahyu Widagdo, MKep, Sp.Kom.
II
Halaman
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR lSI .....................................................................................
vi
GLOSSARY ....................................................................................
vii
BAB I.
PENDAHULUAN .........................................................
1.1. Latar Belakang .....................................................
1
1.2. Tujuan ....................................................................
1.3. Ruang Lingkup .......................................... ............
3
4
1.4. Sasaran .......................................................... ..... ...
5
1.5. Dasar Hukum.............................. ...........................
5
BAB II. PENGETAHUAN DASAR STROKE...........................
7
7
8
1 0
12
2.1 . JenisJenis Stroke ............................................. ....
2.2. Patofisiologi Stroke...................................... ........
2.3. Faktor Risiko Stroke .............................................
2.4. Tanda dan Gejala Stroke ............ .....................
BAB III. ASUHAN
KEPERAWATAN
MODALITAS
DENGAN
KEPERAWATAN
PASCA
STROKE
DAN
TERAPI
PADA
PASIEN
DALAM
KONTE KS
KELUARGA DI RUM AH ............................. ................
14
3. 1. Asuhan Kepera watan Stroke ...........................
14
3.1.1. Pe ngkalian kepe rawatan .....................
14
3.1 .2. Diagnosis keperawa!an ........................
16
3 .1 .3. Perencanaan keperawatan pada
klien pasca stroke..................................
17
111
3.1.4.Peloksonoon tindokon Kepero woton..
22
3.1.5. Evoluosi keperowoton............................
22
3.2. Teropi Modolitos Keperowoton podo
Posien dengon Pasco Stroke dolom Konteks
Keluorgo di Rumoh .......... ......... ........................
IV
24
3.2 . 1. Mengotur posisi tempot tidur ...............
25
3.2.2. Ambulos i bertohop ............... ...... ...........
30
3.2.3. Lotihon rentong gerok (ROM) ..............
34
3.2.4. Lotihon gerok lidoh don bibir ............
41
BAB IV. PENCATATAN lAPORAN ........................................
4.1.Pencototon .............................................................
4.1. Peloporon .............................................................
45
BAB V.
50
PENUTUP .......... ...........................................................
45
46
DAFTARPUSTAKA .....................................................................
51
LAMPIRAN ...............................................................................
52
t;eosory
ASEAN
Asia South East Association Nation
CFR
Crude Fatality Rate
GCS
Glasgow Coma Scale
IMT
Indeks Massa Tubuh
NAD
Nangroe Aceh Darusalam
NAPZA
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya
RIND
Reversible Ischemic Neurologic Deficit
ROM
Range of Motion
TlA
Transient Ischemic Attack
v
II
II
1.1. LAT AR BElAKANG
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di
dunia setelah penyakit jantung dan kanker, juga merupakan
penyebab kecacatan nomor satu baik di negara maju maupun berkembang. Beban akibat stroke terutama disebabkan
kecacatan (public health problem) yang juga menimbulkan
beban biaya yang tinggi baik oleh penderita, keluarga,
masyarakat dan negara. Penelitian epidemiologi stroke
regional Asia Timur (Cina, Hongkong, Taiwan, Japan, Korea
Selatan dan Korea Utara dan negara-negara ASEAN) selama
tahun 1984-2004, menemukan angka kejadian kasus baru
499 5 di Cina, Taiwan dan Jepang. Insidensi di Cina sebesar
483/ 100 .000 dan di Jepang 201/100.000. Di Asia Tenggara,
2005, dilapo r k an prevalensi 4,05% di Singapura, dan di
Thailand, prevalensi stroke 690 per 100.000 penduduk.
Data di Indonesia pasien rawat inap dengan stroke
sebanyak 23.636 orang dengan CFR 17,8
%, pada pasien
rawat jalan di tahun yang sama berjumlah 26.195 orang,
Asuhon Keperowoton Ke/uorgo d i Rumoh dengon Moso/oh Stroke
sedangkan di tahun 2005 jumlah pasien rawat jolon sebanyak 96.095 orang (Depkes RI, 2004). Menurut Riskesdas
2008 prevalensi stroke di Indonesia tahun 2007 sebesar
8,3 per 1000 penduduk dan yang telah didiagnosis oleh
tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Hal ini
menunjukkan sekitar 72,3 %
kasus stroke di masyarakat
telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi stoke
tertinggi dijumpai di NAD ( 16,6 %0) dan terendah di
P CIPUO
(3,8 %0). Terdapat 13 p ropinsi dengan prevalens i stroke
lebih tinggi da ri angk a nasional. Untuk menin gka tkan kesehatan
masyarakat di
seluruh
pelosok
Indonesia,
pem-
bangunan kesehatan diarahka n untuk meningka tkan kesa daran, kemauan dan kemampuan hidu p sehat bagi set ia p orang
agar terwujud dera ja t kesehatan masyaraka t yang set inggi-tingginya, Depkes RI telah menyelenggarak a n b e rbagai upaya pembangunan kesehatan secara menyeluruh
dan berkesinambungan.
Pelayanan keperawatan sebagai bagian integ ral da ri
pelayanan kesehatan, ditujuka n kepada individu, k el ua rga,
kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat y ang
mencakup seluruh proses keh idupan manusia. Pel a y a na n
keperawatan
memberi
pengaruh
yang
cukup
b es ar
terhadap mutu pelayanan secara keseluruhan.
Pencegahan dan penang gulangan stroke di m asyaraka t
perlu semakin ditingkatkan dan terintegrasi diantara pemberi pelayanan kesehatan dan keluarga atau masyaraka t .
Pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan keluarga
di rumah dengan masalah stroke diharapkan do pat menjembatani peleyanan kesehatan
2
yang
terintegrasi
bag i
Pendahuluan
klien pasca stroke yang telah kembali ke rumah. Asuhan ini
diharapkan dapat meningkatkan fungsi kehidupan baik fisik,
mental,
dan social
klien
beserta
keluarga
dengan
me-
manfaatkan berbagai sumber di keluarga dan masyarakat.
Pelayanan keperawatan di rumah dilakukan melalui pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
yang telah diatur melalui Kepmenkes 279 tahun
2006
tentang pedoman penyelenggaraan upaya perkesmas di
Puskesmas. Perkesmas merupakan upaya yang sangat strategis untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat,
bila dilaksanakan secara komprehensif dengan dengan sasaran individu, keluarga, kelompok dan Masyarakat, serta
memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kesehatan
masyarakat. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pelayanan profesional yang diberikan oleh
tenaga perawat di Puskesmas dan masyarakat, perlu dilakukan berdasarkan standar dan Pedoman pelayanan.
Beberapa pedoman pelaksanaan pelayanan keperawatan
kesehatan masyarakat telah disusun diantaranya adalah
pedoman ini yaitu asuhan keperawatan keluarga di rumah
dengan masalah stroke.
1.2. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanaan keperawatan keluarga dengan stroke di rumah untuk · menurunkan
angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat stroke.
3
Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Moso/oh Stroke
Tujuan Khusus
1) Memberikan
gambaran
tentang
konsep
pelayanan
keperawatan keluarga dengan stroke.
2) Memberikan
acuan
dalam
pengelolaan
pelay an a n
keperawatan keluarga dengan stroke.
3) Memberikan
acuan
dalam pembinaan,
peng aw asan,
evaluasi terhadap pelayanan keperawatan keluo rg o
dengan stroke yang diberikan.
4) Memberikan
acuan
da lo m
mengembangkon
je jo ring
kerja yang dapat menunjang peloksanaan pela yo nan
keperawatan keluarga d e ngan stroke.
5) Memberikan acuan dalom sistem pencataton dan p elaporan pada pelayanan keperawatan keluarga dengan
stroke.
1.3. RUANG LlNGKUP
Ruang lingkup dari buku ini adolah pelayanan keperawata n
bagi klien stroke di rumah dalam konteks keluarga ya ng
merupakan upaya perawatan lanjutan "pasco hospitalisasi",
dalom rongka menurunkan kecenderungan peningkatan
angka kejadion, kecacatan, kematian akibat stroke. Dolam
pedomon ini memuat tentang masalah stroke, asuhan
keperawotan keluarga dengan masalah stroke dengan
pendekotan proses keperawatan termasuk pemberiaan
terapi
modalitas,
pelayanon.
4
serta
pencatatan
dan
pelaporan
Pendohuluon
1 .4. SASARAN
Sasaran program pelayanan keperawatan pasien dengan
stroke di rumah dilakukan pada berbagai tingkat pelayanan
dalam sistem kesehatan nasional yaitu :
1)
Pengelola praktik pelayanan keperawatan keluarga di
sarana pelayanan
2)
3)
Perawat pelaksana pelayanan keperawatan keluarga
Organisasi
profesi
perawat
dan
pemerhati
pelayanan
keperawatan Keluarga
1.5. DASAR HUKUM
Penyusunan
Pedoman
pelayanan
keperawatan
pasien
dengan stroke di rumah ini dilandasi dengan peraturanperaturan yang berlaku yaitu;
1) Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
T a hun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
2) UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
3) UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5072);
4) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637);
5
Asuhan Keperawatan Ke/uarga di Rumah dengan Masa/ah Stroke
5)
6)
7)
8)
9)
10)
1 1)
1 2)
13)
6
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 94/Kep/M.Pan/11 /2001 tentang Jabatan
Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor128/Menkes/SK
/11/2004 tentang Kebijakan Dosar Pusat Kesehatan
Mosyarakat;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 279/Menkes/SK/IV
/2006
tentang
Pedoman
Penyelenggaraan
Upaya
Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 /Menkes/Per/VII
/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V
/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/14
/1/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik
Perawat;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/Per/I
/2010 tentang Registrosi Tenaga Kesehatan;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 908/Menkes/Per/VII
/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Keperawatan Keluarga;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per
/VIIi/2010 tentang Organisasi dan Toto Kerja Kementerian
Kesehatan;
IIIiAlj II
セ@
PIlHIIlllalUuMt Dasat StrOllll
S
troke adalah cedera vaskular akut pada otak yang
disebabkan
karena
sumbatan,
penyempitan,
atau
pecahnya pembuluh darah otak, yang mengakibat-
kan suplai darah ke salah satu bagian otak terganggu
yang dapat berdampak lanjut pada kelainan neurologik
(Feigin, 2004; Junaidi, 2007).
2.1. JENIS- JENIS STROKE
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penyebabnya stroke dapat terjadi berupa iskemik maupun perdarahan (haemoragic), berikut penjelasan tentang
perbedaan kedua jenis stroke:
a. Stroke iskemik
Terjadi karena adanya gangguan vaskuler otak yang
disebabkan karena adanya sumbatan bekuan darah
oleh embolus dan ateroma (endapan lemak); dan penyempitan pembuluh darah yang disebabkan oleh
7
Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Moso/oh Stroke
aterosklerosis (mengerasnya arteri), proses peradangan
atau infeksi, dan dampak penggunaan NAPZA seperti
ampfetamin dan kokain, sehingga aliran darah yang
membawa
nutrisi
dan
oksigen
ke
jaringan
otak
terhambat (Jaffe, 1.992; Feigin, 2004j Junaidi, 2007).
Stroke iskemik dapat dikelompokkan menjadi :
1) Transient
Ischemic Attack
(T/A)
: serangan st roke
sementara yang be rl angsung 1 5 menit dan dapat
berlangsung sampa i 2 4 jam
2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND): gejala
neurologis yang akan menghilang antara >2 4 jam
sampai 21 hari
3) Progressing stroke: kelainan atau defisit neurologik
yang berlangsung seco ra bertahap dari ringan sam poi
berat
4) Completed stroke: kelainan neurologik yang 5udah
menetap
b.
Stroke haemoragik
Disebabkan pembuluh dorah pecah sehingga mengham bot aliran darah yang no rmal dan terjadi perda rahan d i
jaringan otak (hemoragia intraserebrum) a tau ー ・
イセ@
d arahan subaraknoid. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terja di p ada penderita hipertensi (Fe igin, 2004).
2.2. PATOFISIOLOGI STROKE
Otak adalah organ vital yang terdiri dari selse l otak,
sel penunjang seperti sel glia, cairan serebrospinal, dan
8
Pengetohuon Dosor Stroke
pembutuh darah. Pembutuh darah arteri mengangkut darah
yang kaya oksigen dan nutrisi ke datam otak, sekitar 20%
oksigen dan 50% gtukosa
yang ada
di datam darah
arterial dikonsumsi oleh otak. Otak harus mendapatkan
suplai darah secara konstan yaitu kurang lebih satu liter
darah per menit (15% dari darah total yang dipompakan
jantung), hal ini disebabkan karena otak tidak menyimpan
oksigen dan nutrisi lain dalam jumlah yang signifikan. Oleh
karena itu agar otak dapat berfungsi normal, suplai darah
otak
harus
tetap
adekuat
atau
tidak
ada
hambatan
(Walker, 1998).
Terhambatnya aliran darah ke otak yang membawa
banyak oksigen dan nutrisi akan menyebabkan terjadinya
hipoksia atau anoksia. Hambatan tersebut dapat disebabkan karena adanya sumbatan oleh embolus atau pembutuh
darahnya yang menyempit. Gangguan aliran darah ke otak
selama 3- 10 menit dapat menyebabkan perubahan dan
kerusakan permanen. Hipoksia pertama kali menimbulkan
iskemia, jika neuron hanya mengalami iskemia dan belum
terjadi nekrosis, maka ada peluang untuk menyelamatkannya.
Kerusakan daerah otak tergantu:lg pada daerah yang
terkena dan pembuluh darah serebral yang dipengaruhi.
Sindrom neurovaskuler lebih sering terjadi pada stroke
trombotik atau embolik karena
serebral
mediana.
Hal
ini
dipengaruhi oleh
disebabkan
arteri
arteri
tersebut
mensuplai darah untuk lateral hemisper serebri. Infark pada
bagian
tersebut
dapat
menyebabkan
defisit
kolateral
motorik dan sensorik, seperti masalah bicara dan disfasia.
9
Asuhan Keperawatan Keluarga di Rumah dengan Masalah Stroke
Stroke hemoragik yang disebabkan aneurisma (pelebaran arteri) yang pecah, atau karena adanya penyakit seperti hipertensi yang menyebabkan dinding arteri menipis
dan rapuh. Perdarahan dapat terjadi di intraserebrum dan
subarahnoid, yang menyebabkan darah masuk ke dalam
otak, dan merusak neuron sehingga bagian otak yang
terkena akan menjadi terganggu fungsinya.
2.3. FAKTOR RISIKO STROKE
a. Hipertensi, adanya peningkatan tekanan darah secara
perlahan dapat merusak dinding pembuluh darah
arteri, dan menyebabkan terbentuknya bekuan darah,
dan aneurisma.
b. Penyakit jantung, adanya penyakit jantung seperti kelainan katup menjadi pemicu terjadinya stroke. Embolus
yang terbentuk di jantung akibat kelainan katup dapat
terlepas mengalir ke pereda ran darah otak, dan menyumbat pembuluh darah arteri.
c.
Kadar kolesterol yang tinggi dapat melekat pada dinding
arteri dan membentuk plak arteri yang menyebabkan
arterosklerosis
(pengerasan
arteri)
dan
stenosis
(penyempitan).
d. Diabetes melitus, dapat menimbulkan perubahan pada
sistem vaskular serta memicu terjadinya aterosklerosis.
e. Jenis kelamin dan usia. Semakin bertambah usia fisiko
terjadinya stroke semakin besar. Wan ita lebih berisiko
terjadinya stroke hemoragik 50% dibandingkan pria
(Feigin, 2004).
10
Pengetohvon Dosor Stroke
f.
Riwayat keluarga. Meskipun tidak menjadi penyebab
langsung stroke, namun beberapa penyakit yang berhubungan dengan gen seperti hipertensi, dan diabetes.
g.
Merokok dapat menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh, yang dapat menyebabkan
aliran darah terhambat dan darah mudah menggumpal.
Merokok juga dapat menyebabkan peningkatan pembentukan aneurisma intrakranium.
h.
Kurang aktifitas fisik dapat berisiko 50% terjadinya
risiko stroke. Kurangnya pergerakan fisik dapat menyebabkan masalah pada
berat badan, meningkatkan
tekanan darah, dan menyebabkan aterosklerosis dini,
dan beberapa penyakit jantung yang dapat memicu
terjadinya stroke.
I.
Kontrasepsi oral. Kombinasi estrogen dan progesteron
yang terdapat dalam kontrasepsi oral dapat meningkatkan
tekanan
darah,
menyebabkan
darah
lebih
kenta l, dan memudahkan terjadinya bekuan darah.
j.
Stres d an depresi. Stres emosional jika berkombinasi
dengan faktor risiko lain seperti aterosklerosis, penyakit
jantung, atau hipertensi. Stres yang berkepanjangan
justru dapat memicu peningkatan tekanan darah.
k.
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lain)
seperti heroin, amfetam in, kokain, ganja mengakibatkan
"rerjadinya peningkatan pembekuan darah, penyempitan
arteri d i otak, dan peningkatan tekanan darah yang
dapat menjadi pemicu terjad inya stroke.
I.
Kelebihan
berat badan, orang
dewasa
dinyatakan
kelebihan berat badan bila indeks massa tubuh (IMT)
II
Asuhon Keperowoto n Keluorgo d i Rumoh d engon Mo so /o h Stro ke
lebih dari 25 (normal 18.5-24.9). Contoh jika seseorang
mempunyai berat badan 68 kg dengan tinggi badan
160 em, maka IMTnya adalah : 68 / 1,6 2 = 26.6 kg /m 2 •
m.
Cedera
leher
sepert i
peregangan
mendadak
d an
hebat pada lehe r, pemutaran leher yang dapat merusak arteri karotis yang dapat menyebabkan stroke
iskemik.
2.4.TANDA DAN GEJALA STROKE
Berikut tanda dan gejala serallgan stroke yaitu :
a. Gangguan neurologis fokcil seperti kelemahan atau kelumpuhan lengan, tungkai atau salah satu bag ian tubuhj
mulut dan lidah meneong bila diluruskanj inkontinensia urine
b. Hilangnya sensasi seperti adanya perasaan baal atau
mati rasa, terasa kesemutan pada salah satu bag ian tubuh
c.
Gongguan penglihatan : penglihatan ganda, lapangan
pandang menu run
d. Gangguan menelan : sulit menelan, dan bahkan sering
tersedak bila minum
e. Gangguan bicara : bicara pelo (tidok jelas), sulit merongkai kalimat sehingga tidak dopat dipahami (afasia)
f. Gangguan pendengaran : berdengung, pendengaran
menu run atau terjadi tuli satu telinga
g. Gangguan konsentrasi dan kognitif : sulit memahami
pembicaraan orang lain, menjadi pelupa (dimensia),
menurunnya kemampuan berhitung, membaea dan menu lis
h. Gangguan koordinasi dan keseimbangan : sulit berjalan, sempoyongan dan mudah terjatuh
12
Pengetohuon Dosor Stroke
i.
Gangguan
psikologik:
menjadi lebih sensitif, mudah
kesadaran
: selalu
menangis
j.
Gangguan
ingin
tidur,
pingsan
sampai tidak sadarkan diri (koma)
Perbedaan tanda dan gejala stroke hemoragik dan iskemik
(Junaidi, 2006) :
Gejala dan lando
Stroke Hemoragik
Stroke Iskemik
Gejala:
Soot kejadian
Sedang aktif
Sedang istirahat
(onset)
Tidak ada
Ada
Peringatan TIA
Hebat
Ringan
Nyeri kepala
Ada
Tidak ada
Kejang
Ada
Tidak ada
Muntah
Sangat nyata
Ringan
Bradikardia
Ada
Kadang ada/tidak
Edema papil mata
Ada
ada
Kaku kuduk
Ada
Tidak ada
Kernig, Brudzinski
Ada
Tidak ada
Penurunan
kesadaran
Tanda:
Tidak ada
13
IIII3AII3 III I
As..AaH IC.p.,awalaH daH 71l1apl
Modalilas IC.pllIawalaH pada
ICIIIlIe d.lefaH Pasea SI,0411 dalallt
IColel1l4s ICIlI..a'fa dl R..".aA
A
SUhan Keperawatan Klien
Dengan Pasco
Stroke
Dalam Konteks Keluarga di Rumah menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Dalam intervensi
keperawatan akan digunakan pula beberapan intervensi
terapi modalitas yang sering digunakan.
3.1. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 .1. Pengkajian Keperawalan
Beberapa hal yang perlu dikaji terkait dengan masalah stroke yang terjadi (gunakan panduan pengkajian
pada format A) :
14
Asuhon Keperowoton dan Teropi Modo/ifas Keperowoton podo K/ien dengon
Pasco Stroke do/am Konteks Ke/uorgo di Rumoh
1)
Riwayat keperawatan: kesehatan atau keadaan
klien sebelumnya sangat mempengaruhi terjadinya stroke atau kondisi yang ada saat ini.
2)
Persepsi dan pengetahuan keluarga terhadap
masalah kesehatan: pandangan keluarga terhadap
masalah stroke dan hal apa saja yang sudah dilakukan keluarga dalam upaya perawatan stroke
pada anggota keluarganya.
3)
Pola nutrisi : jenis makanan yang sering dikonsumsi oleh klien dan keluarga, dan keluhan yang
dirasakan saat ini terkait kebutuhan nutrisi.
4)
Pola aktivitas : kegiatan apa saja yang dilakukan klien sebelumnya, adanya gangguan dalam
beraktivitas, dan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas saat ini.
5)
Pola eliminasi : gangguan pada sistem perkemihan
seperti inkontinensia urine.
6)
Psikososial: reaksi emosional klien dan keluarga
terhadap masalah stroke yang dihadapi, perubaha n peran dan tanggung jawab, stres yang
dialam i,
sistem
pendukung
yang
ada,
dan
bagaimana klien dan keluarga memanfaatkan
strategi koping dalam mengatasi permasalahan
yang ada.
7)
Tanda dan gejala fisik yang ditemukan : penurunan tingkat kesadaran klien, perubahan tandatanda vital, dan kemungkinan adanya gangguan
sensorik dan motorik seperti : memori menu run,
15
Asuhon Keperowoto n Keluorgo di Rumoh dengon Mosoloh Stroke
kemampuan berfikir menurun, afasia (ketidakmampuan memahami dan melakukan pembicaraan),
agnosia (gangguan mengenali rangsangan sensoris), agrafia (ketidakmampuan menu lis), aleksia
(ketidakmampuan membaca), apraksia (ketidakmampuan melakukan gerakan fisik secara sa d ar),
atak sia (tidak ad anya koordinasi, sika p tu b uh
tidak mantap), diplopia (penglihatan g and a ),
disartria (ga ng guan motorik pad a lidah, mulut,
dan rahang), di sfagia (kesu litan menela n), pa re sis
((kelemahan o tot), hemi pa resis
(k e le ma han
di
sala h sa tu sisi tu buh), para p are sis (ke lema han
otot di kedu a tungk a i), he miplegia (kelumpuhan
d is alah satu sisi tubuh), parapleg ia (ke lumpuhan
kedua tungka i), dan inkontinensia urine.
3. 1.2. Dia gnosis Keperawatan
Berikut d iuraikan diagnosis kepe ra w a tan
yang
mungkin terjadi p a d a klien pasco stroke, dan dia gnosi s ini dapat dikembangkan sesuai deng an ke luhan
atau kondisi klien y ang ditemukan di keluarga 1)
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan tidak adekuatnya suplai darah serebral
sekunder terhadap cerebral edema, embol us,
thrombus, dan perdarahan.
2)
Jalan napas tidak efektif berhubungan obstruksi
jolon napas sekunder terhadap efek hemipleg ia.
16
Asuhan Keperawatan dan Terapi Moda/itas Keperawatan pada K/ien dengan
Pasco Stroke da/OIII Konteks Ke/uarga di Rumah
3)
Gangguan mobilitas fisik
sehubungan
dengan
paresis/plegia.
4)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan disfagia, dan menurunnya nafsu
makan.
5)
Gangguan
integritas kulit sehubungan
dengan
perubahan sensorik, immobilisasi, inkontensia, perubahan status nutrisi.
6)
Perubahan polo eliminasi urin: inkontinensia fungsional
berhubungan dengan kerusakan motorik,
immobilisasi.
7)
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
gangguan sirkula si sere bra l, g angguan neuromuskuler, k e lemaha n otot waiah
8)
Perubaha n sensorik -p ersep si b ehubungan dengan
gangguan si r k ula si sere bral, gangguan penglihatan, sen sa si, dan perub ah an psikologik
9)
Ganggua n k onsep d iri : gambaran tubuh, harga
d iri, pero n, identitas, berhubungan dengan menurunnya fungsi, tubuh, perubahan fisik, peron,
ketergantungan, dan tida k efektifnya koping
3 .1 .3. Perencanaan Keperawatan pada Klien Pasca Stroke
Berikut akan diuraikan perencanaan keperawatan
klien pasco stroke yang disesuaikan dengan masalah
keperawatan yang ditemukan. Perencanaan keperawatan ini dilakukan dengan melibatkan keluarga
17
Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Moso/oh Stroke
sebagai care giver dari support system (gunakan
format
B untuk perencanaan keperawatan
pada
klien pasca stroke dalam konteks keluarga di rumah):
1)
Diagnosis: Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai
darah
serebral
sekunder
terhadap
cerebral
edema, embolus, thrombus, dan perdarahan.
Perencanaan Keperawatan: mempertahankan
jalan nafas dan aliran darah yang adekuat; memonitor tanda-tanda vital; meningkatkan aliran
darah
ke
otak
dengan meninggikan
daerah
kepala; menghindari fleksi dan rotasi kepala
yang berlebihan agar TIK tidak meningkat; menganjurkan keluarga untuk memonitor intake output
cairan, dan kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti hipertensi, diuresis, dan antikoagulan.
2) Diagnosis : Jalan napas tidak efektif berhubungan obstruksi jalan napas sekunder terhadap efek
hemiplegia.
Perencanaan Keperawatan: mengatur posisi
pasien semi fowler dan rubah posisi untuk menghindari penumpukan sekret setiap 2 jam sekali
(bila terjadi hemiplegia rubah posisi setiap 1
jam sekali untuk bagian tubuh yang mengalami
hemiplegia, dan 2 jam sekali untuk bag ian tubuh
yang normal); latih nafas dalam dan batuk
J 8
Asuhon Keperowofon don Teropi Modo/ifos Keperowofon podo Klien dengon
Posco Stroke d%m Konfeks Ke/uorgo di Rumoh
efektif; ajarkan teknik inhalasi sederhana yang
dapat dilakukan keluarga.
3)
Diagnosis: gangguan mobilitas fisik sehubungan
dengan paresis/paraplegia
Perencanaan Keperawatan: pertahankan posisi
fungsional klien dengan menggunakan handroll
atau gulungan handuk, papan matras untuk mensupport posisi fungsional, mencegah penekanan
dan footdrop; rubah posisi klien setiap2 jam
sekali dan perhatikan kulit pada sekitar daerah
yang tertekan; berikan petunjuk pada keluarga
untuk melatih ROM pasif pada klien dan latih
ambulasi bertahap.
4)
Diagnosis: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan disfagia, dan menurunnya
nafsu
Perencanaan Keperawatan: Monitor pemasukan dan pengeluaran dan pemasukan diet untuk
menetapkan defisit, dengan cara melatih keluarga
untuk dapat mendokumentasikan makanan atau
minuman yang
dikonsumsi klien dalam sehari
(food recall); dengan teknik guidence ajarkan
keluarga untuk dapat mengenal jenis dan kalori
makanan
yang
dibutuhkan
klien;
motivasi
keluarga untuk dapat memberikan makanan oral
dimulai dari makanan cair sampai padat (dengan
meletakkan makanan pada bagian mulut yang
19
Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Moso/oh Stroke
tidak sakit); latih klien untuk melakukan gerakan
lidah dan bibir.
5)
Diagnosis: gangguan integritas kulit sehubungan
dengan perubahan sensorik, immobilisasi, inkontinensia, perubahan status nutrisi
Perencanaan Keperawatan: hindari penekanan yang lama pada bagian tertentu; anjurkan
keluarga untuk melakukan rubah posisi setiap 2
jam sekali; pertahankan kebersihan dan kelembaban kulit; lakukan masage pada d a erah yang
sering tertekan agar aliran darah kembali lancer.
6) Diagnosis: Perubahan pola eliminasi urin: inkontinensia fungsional berhubungan dengan kerusakan
motorik, immobilisasi
Perencanaan Keperawatan: observasi pola
berkemih klien; observasi intake dan output cairani
keluarga menawarkan urinal/bedpan sesering
mungkini tetapkan jadwal berkemih secara teraturi stimulasi untuk berkemih dengan cara memberikan rasa aman, mengalirkan a li r, posisi yang
nyaman; seoptimal mungkin hindari penggunaan
kateter, tetapi bila kondisinya membutuhkan
kateter lakukan perawatan kateter setiap hari .
7) Diagnosis : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan sirkulasi serebral,
gangguan neuromuskuler, kelemahan otot waiah
20
Asuhon Keperowolon don Teropi Modolilos Keperowolon podo Klien dengon
Posco Stroke do/om Konleks Keluorgo di Rumoh
Perencanaan
Keperawatan:
pertahankan
kontak mata dengan klien saat berkomunikasij
gunakan teknik komunikasi terapeutikj bantu klien
untuk berkomunikasi secara perlahan-Iahan dan
tidak terburu-buruj latih klien untuk menggerakkan lidah dan bibirj latih klien untuk dapat menggunakan katakata sederhana seca ra bertaha p
dan dengan bahasa tubuh j anjurkan keluarga
untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif,
sederhana, jelas, dan sabar dengan klien.
8) Diagnosis: Perubahan sensorikpersepsi behubungan dengan gangguan sirkulasi serebral, gangguan
penglihatan, sensasi, dan perubahan psikologik.
Perencanaan Keperawatan: letokkan posisi
benda, alat pemanggil, baki makanan dalam
jangkauan sisi tubuh yang tidak sakitj tutup mota
yang terkena masalah akibat pengaruh stroke
(jika ada penglihatan gandalj anjurkan keluarga
untuk dapat bantu klien melihat objek dengan
benar,
dan melakukan
aktifitas
sehariharij
monitor temperatur makanan, air mandi untuk
mencegah cidera; ajarkan klien/ keluarga untuk
melakukan hal yang sama; motivasi keluarga untuk
dapat menciptakan lingkungan yang tenang yang
dapat membantu klien mengurangi penurunan
persepsi akibat adanya kecemasan.
9) Diagnosis: Gangguan konsep diri: gambaran tubuh,
harga diri, peran, identitas, berhubungan dengan
21
Asuhon Keperowo to n Keluorgo di Rumoh dengon Mosoloh Stroke
menurunnya fungsi tubuh, perubahan fisik, peran,
ketergantungan, dan tidak efektifnya koping.
Perencanaan Keperawatan: Gali rasa takut
klien/keluarga
kemandirian,
terhadap
hilangnya
kematian,
kontrol
hilangnya
fungsi
kecacatan dan hilangnya kemampuan
tubuh,
bicara;
berikan tindakan untuk mengatasi masalah psikologisnya, misalnya melalui komunikasi terapeutik,
memberikan
alternatif-alternatif
pemecahan
masalah; latih klien untuk melakukan relaksasi
progresif
keluarga
untuk
untuk
menurunkan
dapat
stres;
anjurkan
memberikan
dukungan
emosional pada klien
3.1.4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun
dan sesuai dengan kondisi klien.
menggunakan
format
B dan
Perawat dapat
kemudian
tindakan
berikutnya didokumentasikan pada format C.
3 . 1.5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yang diharapkan secara
umum adalah: Setelah dilakukan implementasi keperawatan pada klien pasca stroke diharapkan klien
dan keluarga dapat melakukan upaya perbaikan dan
22
Asuhon Keperowoton dan Terapi Modo/itos Keperowoton podo Klien dengon
Pasco Stroke do/am Konteks Ke/uorgo di Rumoh
pencegahan
terjadinya
kerusakan
atau
gangguan
lebih lanjut. Kriteria evaluasi tersebut yaitu :
1)
Adanya peningkatan perfusi jaringan cerebral
yang ditandai dengan peningkatan atau mempertahankan
optimal
kesadaran
klien
dalam
kondisi
(composmentis), mempertahankan
dan
meningkatkan status neurologik (dapat dilihat
dari penilaian GCS).
2)
Kepatenan jalan nafas yang ditandai dengan
bersihnya jalan nafas, klien mampu melakukan
latihan nafas dalam dan batuk efektif.
3)
Klien dapat melakukan latihan ROM pasif, dan
bertahap melakukan ambulasi, sehingga klien
dapat terhindar dari masalah lain sebagai dampak
gangguan
mobilitas
seperti
gangguan
integritas kulit.
4)
Kebutuhan nutrisi terpenuhi, yang ditandai dengan
berat badan sesuai dengan usia (berat badannya lebih kurang 10 % dari berat badan ideal),
klien dapat menelan makanan yang lunak tanpa
aspirasi, dan mentoleransi nutrisi yang masuk ke
dalam tubuh.
5)
Gangguan integritas kulit tidak terjadi yang ditandai dengan kulit tampak bersih dan sehat, dan
tidak dijumpai adanya tanda-tanda dekubitus.
6)
Pola eliminasi urine kembali normal yang ditandai
dengan tidak ada gejala inkontinensia dan klien
23
Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Moso/oh Stroke
dapat mengkomunikasikan keinginannya
untuk
buang air kedl.
7)
Gangguan komunikasi verbal dapat teratasi yang
ditandai dengan klien dapat memahami dan merespon kembali komunikasi
dengan orang
lain
dengan menggunakan komunikasi non verbal, klien
dapat
melatih
secara
bertahap
kemampuan
komunikasi verbal
8)
Klien
dapat
beradaptasi
dengan
perubahan
sensorik, dan dapat terhindar dari risiko injuri
akibat dampak penurunan sensori persepsi.
9)
Klien memiliki konsep diri yang positif yang ditandai dengan klien dapat mengungkapkan perasa an dan harapannya, klien dapat berpartisipasi
dalam perawatannya, adanya kemandirian klien.
Seluruh tahapan asuhan keperawatan diatas
didokumentasikan dengan benar menggunakan prinsip
pendokumentasian yaitu: ada tanggal, jam, tindakan,
respon, tanda tangan, ditulis jelas dengan bahasa
yang mudah dipahami, dan jujur dalam penulisan data.
3.2. TERAPI MOOALITAS KEPERAWATAN PAOA PASIEN
OENGAN
PASCA
STROKE
KELUARGA 01 RUMAH
OALAM
KONTEKS
Terapi modalitas keperawatan yang dapat dilakukan
pada klien dengan pasca stroke dalam konteks keluarga di
24
Asuhon Keperowoton don Teropi Modo/itos Keperowoton podo K/ien dengon
Pasco Stroke d%m Konteks Ke/uorgo di Rumoh
rumah dengan melibatkan partisipasi aktif keluarga untuk
membantu meningkatkan kemampuan fungsional klien.
3.2.1. Mengatur Posisi Tidur
1) Pengertian:
Pengaturan posisi tidur bagi klien pasco stroke
sangat bermanfaat untuk mencegah komplikasi seperti dekubitus, pneumonia, pembentukan bekuan
darah, nyeri bahu, dan kontraktur pada sendi.
Merubah posisi klien stroke miring kanan kiri dan
terlentang sangat membantu melancarkan peredaran darah pada daerah yang tertekan lama.
Oleh karena itu bila pasien pasco stroke yang di
rawata di rumah, keluarga harus menyadari
pentingnya pengaturan posisi tidur pasien.
2) Persiapan:
Persiapan klien:
a) I nformasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat pengaturan posisi tidur klien yang dilakukan setiap 2 jam sekali pada daerah tubuh
yang sehat dan 1 jam sekali pada bagian tubuh
yang sakit
b) O bservasi
daerah tubuh
yang
sakit dan
observasi pula kondisi kulit pada bagian tubuh
yang mengalami penekanan lama
Persiapan a/at:
a) Anjurkan keluarga untuk memberikan tempat tidur
yang dapat menahan beban tubuh klien (kasur
25
Asuhan Keperawaton Keluarga d i Rumah dengan Masal ah Stroke
diupayakan yang padat, namun lembut), jika
memungkinkan tempatkan klien pasca
stroke
pada tempat tidur tunggal (single bed) yang
mudah diraih oleh keluarga saat memberikan
perawatan pada klien.
b) Bantal
c) Gulungan handuk
d) Penghalang
tempat tidur, khusus untuk
klien
dengan kesadaran menurun dan lemah (jika
memungkinkan disediakan keluarga)
e) Papan kaki
3)
Persiapan:
Persiapan klien:
a) Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat pengaturan
dilakukan setiap
tubuh
yang
posisi tidur klien
yang
2 jam sekali pada daerah
dan 1 jam sekali pada
sehat
bagian tubuh yang sakit
b) Observasi daerah tubuh yang sakit dan observasi pula kondisi kulit pada bagian tubuh yang
mengalami penekanan lama
Persia pan a/at;
a) A njurkan keluarga untuk memberikan tempat tidur
yang dapat menahan beban tubuh klien (kasur
diupayakan yang padat, namun lembut), jika
memungkinkan tempatkan klien pasca stroke
pada tempat tidur tunggal (single bed) yang
26
Asuhan Keperawalan dan Terapi Moda/itas Keperawalan pada K/ien dengan
Pasco Stroke do/am Konleks Ke/uarga di Rumah
mudah diraih oleh keluarga saat memberikan
perawatan pada klien.
b) Bantal
c) Gulungan handuk
d) Penghalang tempat tidur, khusus untuk klien
dengan kesadaran menurun dan lemah (jika
memungkinkan disediakan keluarga)
e) Papan kaki
4) Pelaksanaan:
Posisi Tidur Terlentang (Supine)
No.
1.
Prosedur Tindakan
Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
2.
Letakkan bantal di bawah kepala, bahu, dan leher
3.
Letakkan 「。ョセャ@
4.
Letakkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah mota
kaki untuk meninggikan tumit
5.
Letakkon papon kaki at au penohan di atas telapak koki klien
(mencegah risiko drop foof)
6.
Letakkan bantal di bawah lengan dengan posisi pronasi
sejajar dengan bahu
7.
Lakukan massage ringan pada jari-jari tangan , telapak
tongan, siku, dan jari-jari kaki. Berikan bola plstik pada
tangan yang sakit untuk latihan mengenggam
8.
Observasi kondisi klien setelah dilokukan perubahan posisi
9.
Seluruh prosedur 1-7 lib atkan keluarga untuk membantu
melokukannya, dan anjurkan keluarga untuk merubah posisi
setiop 2 jam sekali
10.
Catat tindakan yang telah dilakukan perawat untuk klien dan
keluarga
kecil dan tipis di bawah spinallumbal
27
Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Mosoloh Stroke
Posisi Setengah Duduk (Semi Fowler)
No.
28
Prosedur Tindakan
1.
Tinggikan bag ian kepala tempat tidur (30-45°) dengan
menggunakan bantal yang disusun secora trap (bertingkat)
2.
Gunakan bantal untuk menyangga tangan klien
3.
Letakkan handuk atau banta I tipis di belakang punggung
klien, jika tempat tidur klien keras
4.
Letakkan gulungan handuk dibawah paha klien
5.
Letakkan gulungan handuk di bawah pergelangan kaki
6.
Tempatkan papan kaki
mencegah risiko drop fool
7.
Lakukan massage ringan pada
tongan, siku, dan jari-jari kaki
B.
Observasi kondisi klien setelah dilakukan perubahan posisi
9.
Seluruh prosedur 1-7 lib atkan keluarga untuk membantu
melakukannya, dan anjurkan keluarga untuk merubah posisi
setiap 2 jam sekali
10.
Catat tindakan yang telah dilakukan perawat untuk klien dan
keluarga
pada
telapak
jari-jari
kaki
klien
tongan,
untuk
telapak
Asuhon Keperowoton dan Terapi Modo/itos Keperowoton podo K/ien dengon
Pasco Stroke do/am Kontek s Ke/uorgo di Rumoh
Posisi Tidur Miring (Lateral)
No.
1.
;P rosedur Tindakan
Baringkan klien pada posisi terlentang
2.
Geser klien ke salah satu sisi menjauh dari tengah tempat tidur
3.
Tongan klien yang jauh dari perawat dekatkan ke tubuh
klien, sedangkan tangan yang dekat dengan perawat
jauhkan dari sisi tubuh klien (abduksi)
4.
Fleksi kedua kaki klien don silangkan kaki klien (kaki terjauh
terletak diatas)
5.
Balikkan klien ke salah satu sisi tubuh, hingga tubuh klien miring
6.
Tempatkan bantal pod a bagian tangan lengan yang fleksi
7.
Atur tangan yang jauh dori perawat agar tidak tertindih
oleh tubuh klien, sejajarkan dengan punggung klien
8.
Bila klien miring ke arah tubuh yang sakit (Iengan yang
mengalami hemiparese) jangan menarik tangan yang sakit,
untuk mengatur tangan yang sakit agar tidak tertindih
seperti no.7 tangan yang sakit tidak perlu di fleksi,
melainkan dibiarkan ekstensi dengan diberi alas banta I tipis
9.
Atur kaki yang berada di bawah dalam posisi lurus, sedangkan kaki yang di atasnya diatur ke posisi fleksi (menekuk)
10.
Letakkan bantal sepanjang lutut sampai kaki diantara kaki
bawah don kaki atas
1 1.
Letakkan bantal di punggung klien sebagai penyangga
12.
Letakkan papan kaki atau kantong pasir pada telapak kaki
untuk mencegah terjadinya drop foot
13.
Lakukan massage ringan pada jarijari tangan , telapak
tongan, siku, don ja rijari kaki
14. Observasi kondisi klien setelah dilakukan perubahan posisi
15. Seluruh prosedur 17 lib atkan keluarga untuk membantu
melakukannya, don anjurkan keluarga untuk merubah posisi
setiap 2 jam sekali
16. Catat tindakan yang telah dilakukan perawat untuk klien
dan keluarga
29
Asuhon Keperowoton Keluorgo di Rumoh dengon Mosoloh Stroke
5) Evaluasi:
Respon verbal klien : klien dapat menyatakan
nyaman setelah dirubah posisinya.
Respon
non
verbal
klien
kooperatif,
tidak
dijumpai adanya dekubitus, dan risiko kekakuan
otot atau
persendian, tidak ditemukan tanda-
tanda adanya penumpukan sekret.
3.2.2. Ambulasi Bertahap
1) Pengertian:
Melatih klien pasca stroke untuk dapat berjalan secara bertahap yang dimulai dari latihan
duduk di tengah tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, berdiri di samping tempat tidur, dan latihan
berjalan beberapa langkah menuju kursi. Latihan
ini ditujukan untuk membantu klien agar dapat
segera mandiri, dan mencegah terjadinya komplikasi akibat immobilisasi yang terlalu lama.
2) Persia pan :
Persiapan kJien :
a) Observasi kondisi fisik klien untuk melakukan
latihan ambulasi
b) Informasikan pad a klien dan keluarga tentang
latihan ini
c) Berikan semangat pada klien agar dapr
berpartisipasi dengan latihan ambulasi
d) Libatkan keluarga untuk melakukannya
30
Asuhon Keperowoton don Teropi Modo/itos Keperowoton podo K/ien dengon
Pasco Stroke d%m Konteks Keluorgo di Rumoh
Persiapan a/af :
Tidak ada alat khusus yang digunakan, namun yang
perlu diperhatikan adalah keamanan lingkungan
seperti lantai tidak licin, dan penerangan cukup.
3) Pelaksanaan:
Melatih Klien Duduk di Tengah Tempat Tidur
No.
Prosedur Tindakan
1.
Letakkan klien dalam posisi terlentang
2.
Keluarkan semua banta I yang ada di tempat tidur, kecuali
banta I yang ado di kepolo klien
3.
Atur posisi tubuh
tubuh perowot
4.
letokkon tongon kiri perowot di bowoh kepola, leher, don
bahu klien
5.
Letakkon tongon kanon perowot di pongkol lengan kanan
klien, don perowot dopot meminto bontuan keluorga untuk
memgong pangkol lengon kiri klien
6.
Bantu klien untuk duduk, jiko koki klien dopot ditekuk,
onjurkon klien untuk melokukannyo agar klien dapot lebih
mudoh duduk
7.
Berikon penyongga punggung don kepolo klien dengan
bontol, agar klien dopot duduk tegok
8.
Observosi kondisi fisik klien seteloh dilatih duduk di tempot
tidur
9.
libotkon keluargo dolom setiop tindokan
keluorga untuk dopot melokukonnyo
perawot untuk menjoga keseimbongon
don
onjurkon
31
Asuhan Keperawatan Kefuarga di Rumah dengan Masafah Stroke
Melatih Klien Ouduk Oi Tepi Tempat Tidur
No.
32
Prosedur Tindakan
1.
Baringkan klien pada posisi miring menghadap perawat
(pada bag ian dimana klien akan duduk)
2.
Tinggikan bagian kepala klien dengan beberapa banta I,
untuk memudahkan perawat saat membantu klien ke posisi
duduk
3.
Atur POSISI tubuh perawat untuk keseimbangan
membantu klien duduk di sisi tempat tidur
4.
Sanggah bagian kepala dan bahu klien dengan tangan
perawat yang di dekat kepala klien, sedangkan tangan
yang lain memgang bagian atas paha klien
5.
Bantu klien untuk duduk, dan pindahkan kaki bawah klien ke
tepi tempat tidur (menjuntai)
6.
Tetaplah berada di
keadaan seimbang
7.
Observosi kondisi fisik klien setelah dilatih duduk di tempat
tidur
8.
Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
keluarga untuk dapat melakukannya
depan
klien,
sampai
klien
dan
saat
dalam
anjurkan
Asuhan Keperawafan dan Terapi Moda/ifas Keperawafan pada K/ien dengan
Pasco Sfroke do/am Konfeks Ke/uorgo di Rumah
Melatih Klien Berdiri, Berjalan, Dan Duduk Di Kursi
No.
Prosedur Tindakan
1.
Seteloh klien mompu duduk di sisi tempat tidur, perawat
dapat melonjutkan latihan berdiri, berjalan, dan duduk di
kursi
2.
Past ikon lantoi rumah kering dan bersih, dan anjurkan klien
menggunkan alas kaki
3.
Atur posisi tubuh perawat dengan kaki agak terbuka dan
fleksi (salah satu kaki perawat berada di depan sebagai
ーッイセウIL@
agar memudahkan perawat soot membantu klien
latihan
4.
Letakkan kedua tangan perawat pada pangkal lengan
(ketiak klien), anjurkan klien untuk bertahan pada sisi tempat
tidur, agar tumpuan berat badan klien tertumpu pada sisi
tempot tidur
5.
Bantu klien berdiri pada hitungan ketiga
6.
Tetaplah tangan perawat memegang ketiak klien sam poi
klien seimbang
7.
Bantu Klien untuk berjalan beberapa langkah menuju kursi
8.
Bantu klien untuk duduk di kursi, dan pastikon kursi tidak
mudah bergerak
9.
Bila kursi memiliki tongon kursi, anjurkan
meletakkan tangannyo diotos tong an kursi
10.
Tongan yong sakit dopot ditopong dengon banta I
1 1.
Observasi kondisi fisik klien setelah dilatih duduk di tempat
tidur
12.
Libatkan keluargo dolom setiap tindakan
keluarga untuk dopat melakukannya
klien
dan
untuk
anjurkan
33
Asuhon Keperowofon Ke/uorg o di Rumo h de ngo n M o soloh 'S fr o k e
4) Evaluasi:
Respon verbal klien : klien dapat menyatakan
nyaman setelah mengikuti latihan ambulasi.
Respon
non
verbal
klien
kooperatif,
tidak
dijumpai adanya dekubitus, dan risiko kekakuan
otot
atau
persendian,
tidak
ditemukan
tanda-
tanda adanya penumpukan sekret, klien dapat
duduk, berdiri, dan berjalan secara bertahap.
3.2.3. Lalihan Renlang Gerak (ROM)
1) Pengertian
Gangguan mobilitas yang sering terjadi pada
klien stroke seringkali dapat menjadi lebih buruk
kondisinya, ketika klien berada di rumah. Hal ini
terjadi karena keluarga kurang memahami manfaat
latihan gerak sejak dini pada klien pasca stroke.
Latihan ROM merupakan latihan gerak yang
mengkoordinasikan otot, tulang, sendi, dan persyarafannya untuk mencapai rentang gerak yang
normal. Latihan ROM ini dapat dilakukan setiap
hari 2 atau 3 kali latihan (sesuaikan dengan
kondisi fisik klien), dan bahkan latihan ini dapat
dilakukan ketika klien mempunyai waktu luang.
Latihan ini dapat dilakukan secara bertahap dengan
bantuan sampai klien mandiri melakukannya.
Tujuan latihan ROM diharapkan dapat membantu klien :
a) Mencegah terjadinya kekakuan
b) Meningkatkan dan memperlancar aliran darah
c) Mencegah nyeri bahu yang sering terjadi pada
klien pasca stroke
34
Asuhon Keperowoton don Teropi Modo/itos Keperowoton podo K/ien dengon
Posco Stroke d%m Konteks Ke/uorgo di Rumoh
d) Mencegah dan memperbaiki kondisi otot, tulang,
dan persendian
e) Mencegah statis vena yang dapat mengakibatkan terjadinya bekuan darah
f) Meningkatkan kemandirian klien
2) Persiapan
Persiapan klien se