BAB V REKOMENDASI PENELITIAN

BAB V
REKOMENDASI PENELITIAN
Perubahan sistem pemilu, sistem kepartaian, dan fungsi partai politik yang
terjadi dalam perpolitikan Indonesia pasca reformasi menunjukkan kesamaan tren
dengan apa yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1960an dan Filipina pada
tahun 1987. Berbagai perubahan yang mengarah pada ‘Politik Baru’ dimana
teknologi dan strategi marketing diterapkan dalam kampanye menyebabkan partai
dan kandidat pemilu harus beradaptasi dengan meninggalkan cara-cara
berkampanye yang terhitung tradisional, seperti penyebaran pamflet. Sebagai
gantinya, media massa dan sosial media yang dapat diandalkan untuk menjangkau
lebih banyak calon pemilih menjadi medium penting yang digunakan untuk
berkampanye. Namun, mahalnya berbagai atribut kampanye dan pemasangan
iklan di media massa dan internet menyebabkan tren ‘Politik Baru’ ini menjadi
berbiaya tinggi.
Kampanye telah berubah dengan adanya teknologi industri pemberitaan
dan meluasnya professional political marketing. Namun, dalam bentuk apapun
perkembangan teknologi tersebut, tetap menjadi supplemen dibandingkan menjadi
pengganti teknik yang lama dalam mobilisasi pemilih dan meningkatkan
konstituen masing-masing partai untuk datang memilih (civic engagement) dalam
kehidupan politik baru dewasa ini.
Teknik kampanye tradisional seperti mobilisasi masyarakat, pertemuanpertemuan akbar di lapangan, tur para tokoh partai atau kandidat (blusukan)

dengan pidato yang standard dikemas sedemikian rupa dengan tambahan
suplemen partisan-leaning press (media yang mengarah kepada kandidat tertentu)
dan iklan media yang mahal serta penggunaan jaringan sosial media menjadi
model kampanye baru dewasa ini. Dengan demikian model ‘Politik Baru’ ini
ditandai dengan maraknya profesionalisasi yang membutuhkan spesialis penasehat
politik yang dipekerjakan oleh DPP Partai Politik dan menggunakan teknik public
opinion polling dan market research dibawa dalam political marketing. Masa
kampanye menjadi panjang dan membutuhkan biaya yang tinggi yang biasanya
dikatakan para volunteer digantikan dengan pekerja yang dibayar dengan mahal

Universitas Indonesia

75

(konsultan political marketing). Dengan demikian fokus perhatiannya berubah
menjadi bagaimana meningkatkan opini publik, membangun citra para caleg dan
capres di dalam studio televisi, radio atau dalam teknologi sosial media.
Perkembangan dari teknik model politik marketing ini telah menumbuhkan
keprihatinan karena politisi dikelilingi oleh para coterie of professional advisor
(tim sukses) yang bisa kemudian mengisolasikan kandidat untuk melakukan

kontak langsung dengan pemilih seperti yang dilakukan

dalam tenik model

tradisional selama ini.
Perkembangan yang dilakukan dengan teknologi baru ini menjadikan
inovasi baru seperti internet partai politik, online discussion groups, party
website, e-mail, Facebook, Twitter sebenarnya adalahy suplemen dari model
kampanye tradisional. Peran Konsultan Politik menjadi fenomena penting dalam
‘Politik Baru’ sejak reformasi. Model kampanye besar-besaran melalui media
menjadi pilihan bagi sebagian besar politisi yang memiliki resources uang.
Dengan model seperti ini maka model politik baru menjadi semakin kompleks.
Namun, faktor dana menjadi logika yang diikuti oleh banyak para kandidat baik
dalam pemilu nasional maupun dalam pilkada. Dengan demikian kritik yang
dilontarkan oleh para informan dalam studi ini memperlihatkan bagaimana
mengisi demokrasi dengan lebih memperhatikan kebijakan yang diusung. Media,
belum secara serius memberikan perhatian kepada isu yang begitu kompleks di
dalam masyarakat, mengaburkan pelaporan dengan komentar yang seringkali
terlalu jauh dengan yang dirasakan oleh publik dan terlalu sinis terhadap
perkembangan politik itu sendiri.

Berbagai perubahan yang terjadi dalam perpolitikan Indonesia ini
kemudian disikapi oleh partai dengan berbagai macam cara. Informan yang kami
wawancarai secara mendalam secara umum sepakat akan makin besarnya peran
media massa dan media sosial dalam berkampanye meskipun cara-cara yang lebih
tradisional seperti penyebaran pamflet dan penempelan stiker tetap dilakukan.
Selain itu, para informan juga tidak menampik kebutuhan partai dan kandidat
akan peranan konsultan politik dan lembaga survey dalam mendukung kampanye.
Terkait dengan perubahan fungsi partai, ditemukan bahwa adanya masalah dalam
tubuh partai politik itu sendiri. Misalnya masalah dalam pengkaderan dan

76

lemahnya kelembagaan partai, selain itu partai politik bukan lagi alat untuk
memperjuangkan

aspirasi

masyarakat,

tetapi


merupakan

sarana

untuk

mendapatkan keuntungan finansial.
Saran dan Rekomendasi dari hasil Studi ini
1. Terdapat hubungan antara civic disengagement dengan media news
dengan pandangan negatif terhadap politik dan respons yang dilakukan
oleh partai politik dengan secara competitive menggunakan medium media
untuk memenangkan pemilu.
2. Model yang berkembang selama ini begitu mahal dan telah pula merusak
rakyat karena money politics. Oleh karena itu dibutuhkan perspektif
kelembagaan yang menekankan kepada masalah aturan yang mengurangi
effek negative dari perkembangan politik dewasa ini. seperti di antaranya
adalah membatasi biaya kampanye sebagai komitmen penting agar pemilu
tidak berbiaya mahal.
3. KPU dalam hal ini dapat memulai membangun perdebatan antar calon

yang dapat secara langsung disaksikan oleh pemilih. Dengan demikian,
mengembalikan hubungan kandidat dan pemilih secara langsung.
4. Diperlukan pendidikan politik yang lebih luas tidak hanya dalam konteks
mobilisasi massa namun juga untuk meningkatkan kesadaran politik
masyarakat yang lebih luas. Dengan demikian political engagement
dibarengi dengan kecerdasan warga.
5. Perlu studi lanjutan tentang sejauh mana media baik cetak maupun
elektronik, serta teknologi sosial media meningkatkan voters turn out.
Sejauh mana pula media tersebut akan meningkatkan political activism
atau justru merusak civic disengagement karena berita-berita negatif
tentang politik.
6. Perlu studi lanjutan secara khusus tentang sejauh mana internet dan sosial
media berperan penting dalam civic engagement. Dengan studi yang lebih
luas dapat kemudian memberikan masukan kepada Pemerintah dan
Parlemen dalam memberikan kebijakan tentang pendidikan politik tersebut
dalam era ‘Politik Baru’.

77

7. Perubahan struktur pemilu yaitu penghapusan pilkada bupati dan walikota

karena bupati dan walikota dinilai melemahkan peran gubernur.
8. Perlu aturan ketat yang mengharuskan caleg untuk berinteraksi dengan
masyarakat tanpa melalui media yang mahal untuk mewujudkan sistem
politik yang murah. Sohibul Iman juga mendukung upaya KPU untuk
membatasi kampanye media luar ruang.
9. Merekomendasikan perlunya mengembalikan fungsi-fungsi partai secara
efektif dengan cara memperkuat lembaga kepartaian untuk memapankan
nilai-nilai demokrasi seperti egaliter, pluralisme, hukum, dan HAM. Selain
itu, ditekankan juga penguatan basis rekruitmen khususnya untuk
pemimpin-pemimpin daerah dan pemimpin-pemimpin di tingkat pusat.
10. Merekomendasikan pembuatan kajian mengenai peranan perempuan
dalam politik dalam kaitannya dengan perubahan suatu kebijakan atau
berubahnya suatu keadaan dalam politik.
11. Merekomendasikan pentingnya perbaikan pendidikan demi mencetak
pemilih-pemilih yang rasional. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya
sumber informasi yang simetri dan transparansi kandidat sehingga para
pemilih dapat secara lengkap mengetahui latar belakang dari kandidat
pemilu.