BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebutuhan akan gizi Nutrition merupakan salah satu kebutuhan fisiologis yang mendasar bagi manusia. Tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan
energi untuk fungsi organ dan pergerakan badan, untuk mempertahankan suhu tubuh, dan untuk menyediakan material mentah untuk fungsi enzim, pertumbuhan,
dan perbaikan sel Potter Perry, 2005. Kelompok umur yang membutuhkan asupan gizi yang cukup tinggi adalah anak usia sekolah, hal ini dikarenakan anak
sekolah berada dalam masa pertumbuhan yang cepat dan aktif sehingga pada masa ini anak harus mendapatkan makanan bergizi yang jauh lebih tinggi dibandingkan orang
dewasa, baik dari segi kualitas maupun kuantitas Depkes RI, 1999.
Aktivitas makan anak sekolah tidak terpisahkan dari kebiasaan mengkonsumsi jajanan. Jajanan yang dikonsumsi anak-anak biasanya jajanan yang dijual di
lingkungan sekitar sekolah, baik di kantin sekolah maupun pedagang kaki lima. Jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima didefinisikan sebagai makanan dan
minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan tanpa pengolahan atau
persiapan lebih lanjut Iswaranti et al, 2007. Jajanan membantu memenuhi kebutuhan
energi anak selama aktifitas belajar di sekolah.
Namun, fenomena yang ada saat ini, jajanan yang seharusnya mampu memenuhi kebutuhan nutrisi anak telah tercemar penggunaan zat-zat berbahaya.
Temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM tahun 2006-2010
1
menunjukkan 48 jajanan anak di sekolah mengandung bahan kimia berbahaya. Bahan Makanan Tambahan BTP dalam jajanan sekolah telah melebihi batas aman
serta cemaran mikrobiologi. Pengambilan sampel jajanan yang dilakukan di 6 ibu kota provinsi Jakarta, Serang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya ditemukan
72,08 positif mengandung zat berbahaya. Sedangkan hasil riset Pusat Kajian Makanan Aman dan Halal PKMAH di Malang 2009, ditemukan 63 dari 111
sampel jajanan anak sekolah mengandung formalin dan 4,5 yang mengandung borax. Pengambilan sampel yang dilakukan BPOM tahun 2011, menemukan ada 4
jenis bahan berbahaya yang dilarang digunakan, seperti formalin, boraks, rhodamin B, dan metanil yellow terkandung di berbagai jajanan Badan Inteligen Nasional, 2012.
Penggunaan zat-zat berbahaya tersebut tentu berefek negatif bagi anak. Zat berbahaya yang ditemukan dalam jajanan sekolah seperti formalin dapat menyebabkan
keracunan, dengan gejala sukar menelan, mual, sakit perut disertai muntah, mencret darah, depresi susunan syaraf, atau gangguan peredaran darah. Akumulasi boraks
dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing, muntah, mencret, kram perut, bahkan kematian Yuliarti, 2007. Rhodamin B dalam waktu lama dapat
menimbulkan gangguan fungsi hati dan kanker hati. Metanil yellow dapat menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan atau jaringan
kulit Arief, 2007. Efek langsung dari zat tersebut ditunjukan tingginya prevalensi angka keracunan di lingkungan sekolah pada tahun 2008-2010, yakni sebesar 17,26-
25,15 Badan Inteligen Nasional, 2012. Hasil penelitian tersebut menunjukkan rendahnya perlindungan pada anak sekolah, padahal mengonsumsi jajanan saat
bersekolah sudah menjadi aktivitas rutin anak. Terlebih anak sekolah belum mengerti cara memilih jajanan yang sehat sehingga berakibat buruk pada kesehatannya sendiri
Suci, 2009.
Hal tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan pengetahuan pada anak tentang cara mengenali dan memilih jajanan yang aman dikonsumsi, akan tetapi
upaya promosi kesehatan yang dilakukan sekolah melalui Usaha Kesehatan Sekolah UKS maupun Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas belum optimal. Dari hasil
studi pendahuluan, wawancara yang dilakukan kepada guru pembina UKS SD Muhammadiyah 1 Malang didapatkan hasil yakni, minimnya upaya promosi
kesehatan memilih jajanan sehat pada siswa, keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki, yakni salah satunya media yang digunakan untuk promosi kesehatan memilih
jajanan sehat. Selain itu, upaya yang dilakukan pihak sekolah pada anak hanya
berfokus pada pemberian nasehat kepada siswa untuk tidak membeli jajanan di luar lingkungan sekolah dan menutup gerbang selama proses belajar mengajar
berlangsung. Hasil wawancara dengan 2 siswa SD Muhammadiyah 1 didapatkan bahwa anak-anak lebih menyukai proses belajar sambil bermain dari pada metode
ceramah yang membosankan. Selain itu, informasi yang mereka peroleh dari guru hanya berupa nasehat untuk tidak jajan sembarangan tanpa disertai informasi terkait
memilih jajanan yang aman. Sedangkan wawancara dengan petugas penyuluh Puskesmas Arjuno, didapatkan bahwa masih minimnya upaya promosi kesehatan
memilih jajanan sehat dan keterbatasan media yang dimiliki puskesmas untuk mempromosikan jajanan sehat di sekolah-sekolah dasar.
Upaya tersebut dirasa kurang efektif untuk mencegah anak mengkonsumsi jajanan yang tidak aman. Hal ini disebabkan pengawasan pada anak akan berkurang
saat proses belajar berakhir dan anak dapat mengakses jajanan tersebut sepulang sekolah tanpa pengawasan guru maupun orang tua. Kurangnya metode dan media
dalam promosi kesehatan pada anak sekolah akan menghasilkan upaya penyadaran gizi yang sia-sia dan tidak ada perubahan sikap dan perilaku yang lebih baik dari
sebelumnya karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang Overt behavior Notoatmodjo, 2007.
Anak-anak pada masa perkembangannya identik dengan aktifitas bermain. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan fisik, emosi, mental,
intelektual, kreativitas dan sosial Soetjiningsih, 1995. Melihat signifikannya pengaruh bermain terhadap anak, upaya promosi kesehatan yang dapat dilakukan pada anak
adalah melalui penerapan metode permainan simulasi. Notoatmodjo 2007, mengemukakan bahwa metode ini merupakan gabungan antara role play dan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam bentuk permainan, beberapa orang menjadi pemain dan sebagian berperan sebagai narasumber.
Permainan simulasi yang dilakukan menggunakan media ular tangga yang bersifat edukatif dan menarik bagi anak. Ular tangga dipilih karena sesuai dengan
tumbuh kembang anak sekolah, menurut Jean Piaget 1962 dalam
Tedjasaputra
, 2001 berdasarkan tahap perkembangan bermainnya, anak pada usia 8-11 tahun lebih
banyak terlibat dalam kegiatan social play games with rules. Ular tangga adalah permainan papan yang dibagi dalam kotak-kotak kecil dan dibeberapa kotak digambar sejumlah
“tangga” atau “ular” yang dihubungkan dengan kotak lain Shaleh, 2009. Dalam ular tangga terdapat peraturan tertentu yang harus dipatuhi pemain.
Ular tangga merupakan salah satu permainan dengan kharateristik sosial cooperative play wong, 2004. Ular tangga dapat diberikan kepada anak sekolah dasar
karena mudah dimainkan, anak belajar untuk bekerja sama dan berkompetisi yang sehat fairplay, bersosialisasi dengan teman sebaya, serta bermain sambil belajar
sehingga sangat efektif untuk digunakan dalam meningkatkan pengetahuan Saputri, et al, 2012. Berdasarkan hal tersebut, ular tangga yang pada dasarnya merupakan alat
permainan dapat dikembangkan sebagai media promosi kesehatan memilih jajanan
sehat. Agar diperoleh hasil yang optimal dan efektif dalam proses promosi kesehatan, penting dilakukan pengembangan media sehingga media tersebut dapat dimanfaatkan
untuk menyampaikan informasi tentang cara memilih jajanan sehat. Pengembangan media ular tangga didasari peran perawat sebagai health educator, selain itu sebagai salah
satu pencapaian kompetensi dasar mata kuliah pendidikan dalam keperawatan, yakni mempersiapkan desain instruksional media promosi kesehatan dan pembelajaran.
Dari uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
“Pengembangan Media Ular Tangga untuk Permainan Simulasi sebagai Upaya Promotif Meningkatkan Pengetahuan Siswa Memilih Jajanan Sehat di Lingkungan Sekolah
” karena selama bersekolah anak berinteraksi dengan lingkungan lain di luar keluarga.
Hal tersebut dapat mempengaruhi kebiasaan makan anak sehingga upaya promosi kesehatan melalui penggunaan media ular tangga diharapkan efektif dapat
meningkatkan pengetahuan anak memilih jajanan sehat. Mengkonsumsi jajanan sehat sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak dan diharapkan perilaku tersebut
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan Penelitian dan Pengembangan