Efek Perendaman Pols Dalam Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Rumput Benggala (Panicum maximum) Dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

EFEK PERENDAMAN POLS DALAM URIN SAPI TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT BENGGALA
(Panicum maximum) DAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum)

SKRIPSI

RUTH CAROLINA PANJAITAN
060306015

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

EFEK PERENDAMAN POLS DALAM URIN SAPI TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT BENGGALA
(Panicum maximum) DAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum)

SKRIPSI


Oleh:
RUTH CAROLINA PANJAITAN
060306015

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

EFEK PERENDAMAN POLS DALAM URIN SAPI TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT BENGGALA
(Panicum maximum) DAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum)

SKRIPSI

Oleh:
RUTH CAROLINA PANJAITAN

060306015

Proposal sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

Judul

: Efek perendaman pols dalam urin sapi terhadap pertumbuhan dan
produksi rumput benggala (Panicum maximum) dan rumput gajah
(Pennisetum purpureum)
Nama
: Ruth Carolina Panjaitan

NIM
: 060306015
Departemen : Peternakan

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

(Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt M.Si)
Ketua

(Dra. Irawati Bachari)
Anggota

Mengetahui,

(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP)
Ketua Departemen Peternakan

Tanggal Lulus:


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

RUTH CAROLINA PANJAITAN: Efek Perendaman Pols Dalam Urin
Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Rumput Benggal (Panicum maximum)
Dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), dibimbing oleh Dr. Nevy Diana
Hanafi, S.Pt M.Si dan Dra. Irawati Bachari.
Pemberian bahan organik pada tanaman melalui perendaman pols
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman dan juga
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sebagai media tumbuh
tanaman. Dengan memanfaatkan nurin sapi diharapkan dapat mengatasi masalah
ketersediaan pakan hijauan bagi ternak, khususnya ternak ruminansia. Di samping
itu, juga diharapkan dapat menekan biaya produksi dalam pengadaan hijauan.
Untuk itu suatu penelitian dilakukan di lahan percobaan Unit Penelitian dan
Pelatihan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada
bulan Agustus-Oktober 2010 menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan 2
faktor yaitu tanaman (rumput): T1= rumput benggala (panicum maximum); T2=
rumput gajah (pennisetum purpureum) dan waktu perendaman: W0= 0 menit
(kontrol); W1= 10 menit; W2= 20 menit; W3= 30 meint. Parameter yang diamati

adalah tinggi tanaman, berat segar, berat kering, protein kasar, serat kasar.
Hasil penelitian diperoleh bahwa waktu perendaman berpengaruh nyata
terhadap tinggi rumput 8 MST, bobot segar 4 dan 12 MST, bobot kering 4 dan 12
MST, kandungan serat kasar pada pemanenan 4, 8 dan 12 MST. Perlakuan waktu
perendaman pols dalam urin sapi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar protein
kasar rumput benggala dan rumput gajah.

Kata Kunci : Urin sapi, rumput benggala, rumput gajah.

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Ruth Carolina Panjaitan dilahirkan di Lubuk Pakam pada tanggal 27
Januari 1986. Anak pertama dari empat bersaudara, putri dari Bapak E. Panjaitan
dan Ibu M. Simanjuntak.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh adalah SD RK Serdang Murni
Lubuk Pakam lulus tahun 1998, SLTP RK Serdang Murni Lubuk Pakam lulus
tahun 2001, SMA Negeri 1 Lubuk Pakam lulus tahun 2004. Penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara pada tahun 2006 melalui jalur SPMB, anggota IMAKRIP (Ikatan
Mahasiswa Kristen Peternakan) dan pada tahun 2009-2010 penulis diangkat
sebagai asisten Hijauan Makanan Ternak.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di UPT−BIBD
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juni
sampai Juli 2009.
Penulis melakukan penelitian di Unit Penelitian dan Pelatihan Departemen
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan
Agustus sampai dengan Oktober 2010.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Adapun judul skripsi saya ini adalah “Efek Perendaman Pols Dalam
Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Rumput Benggala
(Panicum maximum) Dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas doa,
dukungan dan pengorbanan baik materil maupun moril yang diberikan hingga saat
ini. Kepada Ibu Dr. Nevy Diana Hanafi S.Pt, M.Si selaku ketua komisi
pembimbing dan Ibu Dra. Irawati Bachari selaku anggota komisi pembimbing
yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasi kepada semua pihak yang telah
memberi dukungan dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi
penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penelitian dan ilmu
pengetahuan serta pelaku usaha bidang peternakan.

Medan, Desember 2010

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................


i

ABSTRACT ...................................................................................................

ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................

iii

DAFTAR ISI ................................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................

v

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................


1

Tujuan Penelitian...............................................................................

3

Kegunaan Penelitian ..........................................................................

3

Hipotesis Penelitian ...........................................................................

4

TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Tanaman ...........................................................................

5


Hijauan Makanan ternak ....................................................................

5

Kebutuhan dan Manfaat Unsur Hara bagi Tanaman ...........................

6

Urin Sapi ...........................................................................................

7

Zat Pengatur Tumbuh .......................................................................

10

Pertumbuhan Tanaman dan Pemotongan ...........................................

13


Produksi dan Kualitas Rumput...........................................................

15

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................

20

Bahan ................................................................................................

20

Alat ...................................................................................................

21

Metode Penelitian ..............................................................................

21

Parameter Penelitian ..........................................................................

25

Pelaksanaan Penelitian.......................................................................

25

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................

28

Tinggi Rumput ..................................................................................

28

Bobot Segar.......................................................................................

32

Bobot Kering .....................................................................................

37

Protein Kasar .....................................................................................

42

Serat Kasar ........................................................................................

43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No.

Hal.

Universitas Sumatera Utara

1. Jumlah unsur hara pada kotoran ternak .........................................................8
2. Kandungan zat hara beberapa kotoran ternak padat dan cair .........................9
3. Kandungan hara urin ternak .........................................................................10
4. Perbandingan kualitas hijauan dengan limbah pertanian lain (%) ..................18
5. Analisa beberapa spesies rerumputan pada umur 3-4 minggu .......................18
6. Kandungan zat makanan dalam hijauan ........................................................19
7. Rataan tinggi rumput (cm) umur 4 MST ......................................................28
8. Analisis keragaman tinggi rumput 4 MST ....................................................29
9. Rataan tinggi rumput (cm) umur 8 MST ......................................................29
10. Analisis keragaman tinggi rumput 4 MST ....................................................30
11. Uji BNJ 0.01 tinggi rumput 8 MST .............................................................31
12. Rataan tinggi rumput (cm) umur 12 MST ....................................................31
13. Analisis keragaman tinggi (cm) rumput 12 MST ..........................................32
14. Rataan bobot segar rumput (g) umur 4 MST................................................33
15. Analisis keragaman bobot segar (g) rumput 4 MST ......................................34
16. Uji Duncan 0.05 bobot segar rumput (g) 4 MST ..........................................34
17. Rataan bobot segar rumput (g) umur 8 MST................................................35
18. Analisis keragaman bobot segar (g) rumput 8 MST ......................................35
19. Rataan bobot segar rumput (g) umur 12 MST ..............................................36
20. Analisis keragaman bobot segar (g) rumput 12 MST ....................................37
21. Uji Duncan 0.05 bobot segar rumput (g) 12 MST ........................................37
22. Rataan bobot kering rumput (g) umur 4 MST ..............................................38
23. Analisis keragaman bobot kering (g) rumput 4 MST ....................................38
24. Uji Duncan 0.05 bobot kering rumput (g) 4 MST ........................................39
25. Rataan bobot segar rumput (g) umur 8 MST................................................39

Universitas Sumatera Utara

26. Analisis keragaman bobot segar (g) rumput 8 MST ......................................40
27. Rataan bobot segar rumput (g) umur 12 MST ..............................................40
28. Analisis keragaman bobot segar (g) rumput 12 MST ....................................41
29. Uji Duncan 0.05 bobot segar rumput (g) 12 MST ........................................41
30. Rataan protein kasar rumput (%) umur 4, 8 dan 12 MST .............................42
31. Analisis keragaman protein kasarsegar (%) rumput 4, 8 dan 12 MST ...........43
32. Rataan serat kasar rumput (%) umur 4, 8 dan 12 MST .................................43
33. Analisis keragaman bobot segar (%) rumput 4, 8 dan 12 MST......................44
34. Uji BNJ 0.01 serat kasar (%) rumput 4, 8 dan 12 MST ................................45

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

RUTH CAROLINA PANJAITAN: Efek Perendaman Pols Dalam Urin
Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Rumput Benggal (Panicum maximum)
Dan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), dibimbing oleh Dr. Nevy Diana
Hanafi, S.Pt M.Si dan Dra. Irawati Bachari.
Pemberian bahan organik pada tanaman melalui perendaman pols
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman dan juga
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sebagai media tumbuh
tanaman. Dengan memanfaatkan nurin sapi diharapkan dapat mengatasi masalah
ketersediaan pakan hijauan bagi ternak, khususnya ternak ruminansia. Di samping
itu, juga diharapkan dapat menekan biaya produksi dalam pengadaan hijauan.
Untuk itu suatu penelitian dilakukan di lahan percobaan Unit Penelitian dan
Pelatihan Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada
bulan Agustus-Oktober 2010 menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan 2
faktor yaitu tanaman (rumput): T1= rumput benggala (panicum maximum); T2=
rumput gajah (pennisetum purpureum) dan waktu perendaman: W0= 0 menit
(kontrol); W1= 10 menit; W2= 20 menit; W3= 30 meint. Parameter yang diamati
adalah tinggi tanaman, berat segar, berat kering, protein kasar, serat kasar.
Hasil penelitian diperoleh bahwa waktu perendaman berpengaruh nyata
terhadap tinggi rumput 8 MST, bobot segar 4 dan 12 MST, bobot kering 4 dan 12
MST, kandungan serat kasar pada pemanenan 4, 8 dan 12 MST. Perlakuan waktu
perendaman pols dalam urin sapi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar protein
kasar rumput benggala dan rumput gajah.

Kata Kunci : Urin sapi, rumput benggala, rumput gajah.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar belakang
Salah satu upaya dalam pengembangan subsektor peternakan adalah
meningkatkan produksi dan kualitas hijauan pakan ternak. Selama ini sektor
pertanian kita selalu ketinggalan dengan negara lain. Hal ini dibuktikan oleh fakta
bahwa sebagai negara agraris kita masih tergantung impor dari luar negeri.
Yudohusodo (2005) menyatakan pemenuhan bahan pangan negara kita per tahun
dari impor yaitu sebesar 500.000 ton beras, 1.2 juta ton kedelai, 5.5 juta ton
gandum, 1.5 juta ton jagung, daging sapi setara dengan 550.000 ekor serta produk
pertanian lainnya. Dimana salah satu faktor dalam pemenuhan kebutuhan akan
daging dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas pakan (terutama hijauan) yang
diberikan pada ternak.
Selama ini pupuk organik yang lebih banyak dimanfaatkan pada usahatani
yaitu pupuk organik padat (pupuk kandang), sedangkan limbah cair (urin) masih
belum banyak dimanfaatkan. Guntoro (2006) menyatakan kendala dalam
pemanfaatan pupuk organik padat (pupuk kandang) yaitu di beberapa lokasi
jumlah ternak masih relatif kurang dibandingkan dengan luas lahan serta
aplikasinya mahal karena membutuhkan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi
dibandingkan pupuk anorganik. Salah satu alternatif pemecahan yang mungkin
dilakukan yaitu dengan penggunaan pupuk organik cair yang berasal dari urin
ternak yang pemanfaatannya juga masih relatif kurang. Pupuk kandang sebagai
limbah ternak banyak mengandung unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Fospat
(P2O5), Kalium (K2O) dan Air (H2O). Meskipun jumlahnya tidak banyak, dalam

Universitas Sumatera Utara

limbah ini juga terkandung unsur hara mikro diantaranya Kalsium (Ca),
Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), dan Boron (Bo).
Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak,
mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah
tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga
menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung
karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan
dalam menghasilkan energi.
Rumput benggala (Panicum maximum) dan rumput gajah (Pennisetum
purpureum) merupakan tanaman pakan ternak yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan hijauan pakan bagi ternak ruminansia. Kedua rumput tersebut termasuk
tanaman berumur panjang, dapat beradaptasi pada semua jenis tanah dan palatabel
(disukai ternak). Rumput benggala dan rumput gajah dibudidayakan dengan
potongan batang (stek) atau sobekan rumpun (pols) sebagai bibit. Bahan stek
berasal dari batang yang sehat dan tua dengan panjang stek 20-25 cm (2-3 ruas
atau paling sedikit 2 buku atau mata). Untuk bibit yang berasal dari sobekan
rumpun/anakan (pols) sebaiknya berasal dari rumpun yang sehat, banyak
mengandung akar dan calon anakan baru.
Penanaman rumput gajah dapat dilakukan secara monokultur ataupun
interkultur dengan tanaman tahunan sehingga dapat diperoleh manfaat secara
maksimal. Pertumbuhannya yang relatif cepat dalam waktu yang pendek serta
peranan daun-daun dan perakarannya terhadap erosi, maka pembudidayaan
rumput gajah dapat menjadi pilihan yang bijaksana dan menguntungkan.

Universitas Sumatera Utara

Saat ini ada beberapa jenis pupuk organik sebagai pupuk alam berdasarkan
bahan dasarnya, yaitu pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau dan pupuk
mikroba. Sedangkan ditinjau dari bentuknya ada pupuk organik cair dan pupuk
organik padat.
Berdasarkan uraian di atas, hijauan memerlukan pupuk organik dan
anorganik. Pemanfaatan urin pada rumput diharapkan dapat meningkatkan
produksi rumput serta mengurangi biaya dan ketergantungan penggunaan pupuk
anorganik dalam pengadaan hijauan makanan ternak khususnya bagi ternak
ruminansia.

Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
efek perendaman pols dalam urin sapi terhadap pertumbuhan, produksi dan
kualitas

rumput

benggala

(Panicum

maximum)

dan

rumput

gajah

(Pennisetum purpureum).

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi peneliti,
masyarakat (khususnya peternak ruminansia) dan kalangan akademik tentang efek
perendaman pols dalam urin sapi terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas
rumput benggala (Panicum maximum) dan rumput gajah (Pennisetum purpureum)
sebagai hijauan makanan ternak. Penelitian diharapkan sebagai rujukan dalam
upaya peningkatan ketersediaan hijauan makanan ternak serta dapat digunakan
sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk

Universitas Sumatera Utara

memperoleh gelar sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hipotesis Penelitian
Perendaman pols dalam urin sapi memberikan pengaruh positif terhadap
pertumbuhan, produksi dan kualitas rumput benggala (Panicum maximum) dan
rumput gajah (Pennisetum purpureum).

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Tanaman
Rumput benggala dan rumput gajah mempunyai sistematika yang hampir
sama, tetapi berbeda pada genus dan speciesnya, yaitu Phyllum : Spermatophyta;
SubPhyllum : Angiospermae; Classis : Monocotyledoneae; Ordo : Glumiflora;
Familia : Gramineae; SubFamilia : Panicurdeae. Rumput benggala mempunyai
genus Panicum dan species Panicum maximum. Rumput gajah mempunyai
Genus : Pennisetum dan Species : Pennisetum hibrida, Pennisetum puporoide.
Rumput gajah secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak,
berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat
mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7 meter), dengan diameter batang dapat
mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas / buku. Rumput benggala
berasal dari Afrika tropik dan subtropik. Rumput berdaun lebat, tinggi bervariasi
menurut varietasnya, parenial, berkembang dengan potongan-potongan bulu akar
dan tunas atau rhizoma (Reksohadiprodjo, 1985).
Hijauan Makanan Ternak
Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman
ataupun tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting dan
bunga (Sugeng, 1998). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Nasution (1986)
yang menyatakan makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal
dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Kelompok makanan hijauan ini
biasanya disebut makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan ternak bisa
dinerikan dalam dua macam bentuk, yakni hijauan segar dan kering. Hijauan

Universitas Sumatera Utara

sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan sangat penting, sebab
hijauan :
-

Mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan

-

Khususnya di Indonesia, bahan makanan hijauan memegang peranan
istimewa, karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah yang besar.

-

Sebagian besar pakan ruminansia adalah bahan pakan yang berserat tinggi
dengan kecernaan rendah, oleh karena itu harus diusahakan agar ternak
sebanyak mungkin mengkonsumsi makanan untuk mencukupi kebutuhannya
akan zat-zat makanan

(Mc Donald dkk., 1973).
Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan
oleh hewan. Bahan pakan ternak terdiri dari tanaman, hasil tanaman, dan
kadangkadang

berasal

dari

ternak

serta

hewan

yang

hidup

di

laut

(Tillman dkk., 1991). Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak
ruminansia, termasuk Indonesia (Reksohadiprodjo dkk., 1995) karena pakan yang
dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing, dan domba sebagian besar dalam bentuk
hijauan, tetapi ketersediaannya baik kualitas, kuantitas, maupun kontinyuitasnya
masih sangat terbatas.
Kebutuhan dan Manfaat Unsur Hara bagi Tanaman
Setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur hara untuk
pertumbuhan normalnya yang diperoleh dari udara, air, tanah dan garam-garam
mineral atau bahan organik. Unsur yang diperoleh dari udara ada 3 jenis, yaitu
unsur Carbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen(O), sedangkan 13 unsur lainnya
seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Calsium (Ca), Magnesium (Mg),

Universitas Sumatera Utara

Sulfur (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Boron (B),
Molibdenum (Mo) dan Klorin (Cl) diperoleh tanaman dari dalam tanah. Tetapi
dari anatara 13 unsur hara tersebut, hanya 6 unsur yang amat dibutuhkan dalam
porsi yang cukup banyak, yaitu N, P, K, S, Ca dan Mg. Namun dari 6 unsur ini
hanya 3 yang mutlak harus ada bagi tanaman yaitu N, P, K (Lawani, 1993).
Nitrogen (N) merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman
yang pada umunya sangat diperlukan untuk pembentukan dan pertumbuhan
bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Fosfor (P)
terdapat dalam bentuk phitin, nuklein dan fosfatide; sedangkan kalium bukanlah
elemen yang langsung pembentuk bahan organik. Fungsi N bagi tanaman antara
lain: meningkatkan pertumbuhan tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun,
meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan kualitas
tanaman penghasil daun-daunan, meningkatkan mikroorganisme di dalam tanah.
Fungsi P bagi tanaman adalah mempercepat pertumbuhan akar semai,
mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman
dewasa pada umunya, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, dapat
meningkatkan produksi biji-bijian, sedangkan kalium berperan membantu :
pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan batang dan bagian kayu dari
tanaman, meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit, meningkatkan
kualitas biji/buah (Sutedjo, 2002).
Urin Sapi
Urin sapi memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif
tanaman jagung. Karena baunya yang khas urin ternak juga dapat mencegah

Universitas Sumatera Utara

datangnya berbagai hama tanaman sehingga urin sapi juga dapat berfungsi sebagai
pengendalian hama tanaman dari serangan (Phrimantoro dan Indriyani, 1994).
Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur
dengan sisa-sisa pakan dan alas kandang. Nilai pupuk kandang tidak saja
ditentukan oleh kandungan nitrogen, asam fosfat, dan kalium saja, tetapi karena
mengandung hampir sermua unsur hara makro (unsur hara makro seperti Nitrogen
(N), Fospat (P2O5), Kalium (K2O) dan Air (H2O) dan mikro (Kalsium (Ca),
Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), dan Boron (Bo) yang
dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam
tanah (Sarno, 2008).
Telah banyak diketahui bahwa bahan organik seperti limbah tanaman,
pupuk hijau dan kotoran ternak dalam sistem tanah-tanaman dapat memperbaiki
struktur

tanah

dan

membantu

perkembangan

mokroorganisme

tanah

(Yaacob et al., 1980; Kerley et al., 1996; Matsushita et al., 2000;
Widjajanto et al., 2001; 2002; 2003). Kondisi ini sebagai awal mula proses
transformasi N secara biologis dalam tanah dan, menghasilkan konversi bentuk N
organik menjadi bentuk an organik yang tersedia bagi tanaman.
Tabel 1. Jumlah unsur hara pada kotoran ternak
Jenis
N
P
K
Ca Hg Na
Fe
Mn
Sapi
1,1 0,5 0,9 1,1 0,8 0,2 5726 344
Babi
1,7 1,4 0,8 3,8 0,5 0,2 1692 507
Ayam 2,6 3,1 2,4 12,7 0,9 0,7 1758 572

Zn
122
624
724

Cu
20
510
80

Ni
19
48

Cr
6
25
17

Sumber : Hsieh S.C and C.F. Hsieh (1987).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Kandungan zat hara beberapa kotoran ternak padat dan cair
Bentuk
Nitrogen
Fosfor
Kalium
Air
Nama Ternak
Kotorannya
(%)
(%)
(%)
(%)
Kuda
Padat
0.55
0.30
0.40
75
Cair
1.40
0.02
1.60
90
Kerbau
Padat
0.60
0.30
0.34
85
Cair
1.00
0.15
1.50
92
Sapi
Padat
0.40
0.20
0.10
85
Cair
1.00
0.50
1.50
92
Kambing
Padat
0.60
0.30
0.17
60
Cair
1.50
0.13
1.80
85
Domba
Padat
0.75
0.50
0.45
60
Cair
1.35
0.05
2.10
85
Babi
Padat
0.95
0.35
0.40
80
Cair
0.40
0.10
0.45
87
Ayam
Padat dan Cair
1.00
0.80
0.40
55
Sumber : Lingga, 1991.

Bahan organik di dalam tanah dapat berperan sebagi sumber unsur hara,
memelihara kelembaban tanah, sebagai buffer dengan mengkhelat unsur-unsur
penyebab salinitas sehingga dapat meningkatkan ketersediaan unsur-unsur
hara (Buckman dan Brady, 1982).
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik
berupa kotoran padat (feces) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing
(urin), sehingga kualitas pupuk kandang beragam tergantung pada jenis, umur
serta kesehatan ternak, jenis dan kadar serta jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis
pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi penyimpanan, jumlah
serta kandungan haranya (Soepardi, 1983). Pupuk kandang (termasuk urin)
biasanya terdiri atas campuran 0,5% N; 0,25% P2O5 dan 0,5% K2O
(Tisdale and Nelson, 1965).
Nutrisi alami belum banyak dimanfaatkan atau digunakan oleh masyarakat
secara luas, sedangkan untuk pupuk telah lama digunakan petani. Pupuk atau
nutrisi ini berasal dari kotoran hewan, seperti ayam, kambing, kerbau, kuda, babi,

Universitas Sumatera Utara

dan sapi. Kotoran tersebut dapat berupa padat dan cair (urin ternak) dengan
kandungan zat hara yang berlainan. Pupuk kandang cair jarang digunakan,
padahal kandungan haranya lebih banyak. Hal ini disebabkan untuk menampung
urin ternak lebih susah repot dan secara estetika kurang baik (Phrimantoro, 1995).
Tabel 3. Kandungan hara urin ternak
Sumber
Kadar air
Bahan
N
pukan
organik
Sapi
92
4.8
1.21
Kerbau
81
0.6
kambing
86.3
9.3
1.47
Babi
96.6
1.5
0.38
Kuda
89.6
8
1.29

P2O5

K2O

CaO

0.01
sedikit
0.05
0.1
0.01

1.35
1.61
1.96
1.99
1.39

1.35
sedikit
0.16
0.02
0.45

Sumber : Anonimus (1993).

Urin ternak mengandung N ± 10 g l-1, sebagian besar berbentuk urea. Urin
juga mengandung unsur-unsur mineral (S, P, K, Cl dan Na) dalam jumlah
bervariasi tergantung jenis dan makanan ternak, fisiologis serta iklim. Hara
tersebut dibutuhkan oleh mikroba dan pertumbuhan tanaman. Urin terdiri atas 9095% air. Urea dalam urin adalah bahan padat utama yang umumnya > 70%
nitrogen dalam urin.
Novizan (2002) menyatakan bahwa urin ternak umumnya memiliki
kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan kotoran padat, sehingga pada
aplikasinya tidak sebanyak penggunaan pupuk organik padat.
Zat Pengatur Tumbuh
Zat perangsang tumbuh atau hormon tumbuh adalah senyawa organik yang
dalam konsentrasi rendah (< 1 mm) mampu mendorong, menghambat, atau secara
kualitatif merubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Moore, 2005).
Dalam urin sapi juga mengandung sejumlah auksin yang berasal dari
makanannya berupa tumbuhan, terutama dari ujung tanaman seperti tunas, kuncup

Universitas Sumatera Utara

daun, kuncup bunga dan lain-lain, dimana tumbuhan tersebut di dalam sistem
pencernaannya diolah sedemikian rupa sehingga auksin diserap bersama dengan
zat-zat yang ada pada tumbuhan tersebut, karena auksin tidak terurai dalam tubuh,
maka auksin dikeluarkan sebagai filtrat bersama-sama dengan urin. Auksin
sebagai salah satu hormon tumbuhan bagi tanaman mempunyai peranan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari segi fisiologi, hormon
tumbuh ini berpengaruh tehadap pembelahan sel, pemanjangan sel hingga terjadi
pembentukan akar, batang, daun, dahan, ranting, bunga dan buah. Untuk
memanfaatkan urin hewan ternak telah dicoba pada berbagai penelitian seperti
urine sapi dicoba pada penyetekan kopi yang dapat meningkatkan jumlah setek
yang berakar mencapai 81.10-96.60% (Suprijadi, 2001).
Seiring dengan berkembanganya ilmu pengetahuan, dari hasil penelitian
ternyata rooton f juga terdapat dalam urin sapi (air kencing sapi). Fungsinya
sama, yakni merangsang pertumbuhan akar pada stek kopi sebagai bahan tanam
(Abdurrani, 1990).
Fungsi auksin pada tanaman antara lain merangsang pertumbuhan dan
mempertinggi persentase timbulnya bunga dan buah, mendorong partenokarpi
yaitu suatu kondisi dimana tanaman berbuah tanpa fertilisasi atau penyerbukan,
mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya, serta mematahkan dominasi pucuk
atau apikal yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar tidak mau
berkembang (Naswir, 2003).
Auksin

mempengaruhi

perkembangan

dinding

sel,

sehingga

mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel terhadap protoplas. Akibat
tekanan dinding sel berkurang, protoplas mendapat kesempatan untuk menyerap

Universitas Sumatera Utara

air dari sel-sel yang ada di bawahnya, karena sel-sel yang dengan titik tumbuh
mempunyai nilai osmosis yang tinggi. Maka akan diperoleh sel-sel yang panjangpanjang dengan vakuola yang besar di daerah belakang titik tumbuh.
Pembentukan akar terjadi karena pergerakan kebawah auksin, karbohidrat dan
rooting kofaktor (zat yang berinteraksi dengan auksin yang mengakibatkan
perakaran) baik dari tunas maupun daun. Zat ini akan mengumpul di dasar setek
yang selanjutnya akan menstimulir pembentukan akar setek. Jadi dalam hal ini
tunas diperlukan untuk mendorong terjadinya perakaran setek. Pembentukan akar
tidak akan terjadi bila seluruh tunas dihilangkan atau dalam keadaan dorman.
Kandungan nutrisi dalam setek, terutama persediaan karbohidrat dan nitrogen juga
mempengaruhi perkembangan akar dan tunas (Dwidjoseputro, 1999).
Menurut Wattimena (1988) auksin sebagai hormon tumbuhan mempunyai
pengaruh fisiologis terhadap berbagai aspek perkembangan dan pertumbuhan
yaitu:
1. Pembesaran sel. Studi mengenai pertumbuhan kleoptil menunjukkan bahwa
IAA dan auksin lain mendorong pembesaran sel. Pemanjangan kleoptil atau
batang merupakan hasil dari pembesaran sel tersebut.
2. Penghambatan mata tunas samping. Pertumbuhan dari mata tunas samping
dihambat oleh IAA yang diproduksi pada meristem apikal. Jika sumber auksin
ini dihilangkan dengan jalan memotong meristem apikal itu mata tunas
samping ini akan tumbuh menjadi tunas.
3. Aktifitas kambium. Pertumbuhan sekunder termasuk pembelahan sel-sel di
daerah kambium dan pembentukan jaringan xilem dan floem dipengaruhi oleh
IAA dan pembelahan sel-sel di daerah kambium juga dirangsang IAA.

Universitas Sumatera Utara

4. Pertumbuhan akar. Auksin pada konsentrasi yang tidak terlalu tinggi akan
merangsang pembentukan akar.
5. Absisi (pengguran daun). Pengguran daun terjadi sebagai akibatn dari proses
absisi (proses-proses fisik dan biokimia) yang terjadi di daerah absisi. Daerah
absisi adalah kumpulan sel yang terdapat pada pangkal tangkai daun. Proses
absisi ada hubungan dengan IAA pada sel-sel di daerah absisi.
Pertumbuhan Tanaman dan Pemotongan
Rumput gajah mampu tumbuh dan berproduksi baik pada lahan marginal
seperti lahan masam dan salin (Sumarsono dkk., 2006). Petumbuhan tanaman
ditunjukkan oleh adanya pertambahan ukuran dan bahan kering yang
mencerminkan pertambahan dari protoplasma. Defoliasi sebaiknya dilakukan
pada masa pertumbuhan vegetatif, karena pada masa pertumbuhan vegetatif ini
tanaman mengalami tiga proses penting, yaitu : pembelahan sel, perpanjangan sel
dan difrensiasi sel. Ketiga proses ini akan mengembangkan batang, daun dan
sistim perakaran tanaman (Harjadi, 1983).
Selama hidupnya tanaman mengalami tiga masa pertumbuhan, yaitu :
masa perkecambahan, pertumbuhan vegetatif dan masa pertumbuhan generatif.
Defoliasi sebaiknya dilakukan pada masa pertumbuhan vegetatif, karena tidak
membahayakan pertumbuhan kembali, kandungan gizinya masih tinggi,
kandungan serat kasarnya belum begitu tinggi serta rasanya masih enak
(Anonimus, 1989).
Rumput benggala mempunyai kecepatan pertumbuhan tertinggi dan
menghasilkan hijauan 70 ton/ha pada siklus pertumbuhan selama 12 minggu.
Pemotongan tiap 3 minggu memberikan produksi total minimum 50 ton/ha.

Universitas Sumatera Utara

Persentase protein kasar dalam bahan kering pada pemotongan 3 minggu sekali
sebesar 11.6% dan menurun menjadi 6.4% bila rumput tersebut dipotong 12
minggu sekali (McIlroy, 1977).
Salah satu faktor yang mempengaruhi petumbuhan adalah persediaan
karbohidrat di dalam akar yang ditinggalkan setelah pemotongan, kadar protein
akan menurun sesuai dengan meningkatnya umur tanaman sedangkan serat kasar
semakin tinggi. Pada pemotongan 4-5 minggu batang rumput masih rendah,
kandungan air dan proteinnya tinggi (Rismunandar, 1986).
Morfologi dan fisiologi toksisitas cekaman NaCl pada tanaman tampak
pada reduksi pertumbuhan akar (Kusmiyati dkk., 2000), penurunan serapan unsur
hara (Sopandie, 1990) dan perubaan struktur tanaman seperti reduksi ukuran daun
dan jumlah stomata, penebalan kutikula daun dan terbentuknya lapisan lilin pada
permukaan daun serta lignifikasi akar yang lebih awal (Harjadi dan Yahya, 1988).
Crowder and Chheda (1982) menyatakan bahwa interval pemotongan
berpengaruh terhadap produksi hijauan, nilai nutrisi, kemampuan untuk tumbuh
kembali, komposisi botani dan ketahanan spesies. Ferkuensi pemotongan berlaku
bahwa pada batas tertentu, frekuensi yang semakin rendah akan mengakibatkan
produksi kumulatif bahan kering semakin tinggi dibandingkan produksi kumulatif
oleh pemotongan yang lebih sering.
Pemotongan rumput gajah dilakukan bila rumput sudah setinggi 1-1.5 m.
Apabila lebih tinggi atau lebih tua, proporsi batang sedemikian besarnya sehingga
kadar serat kasarnya menjadi tinggi dan nilai makanan ternak turun. Pemotongan
rumput disisakan setinggi 10-15 cm dengan interval pemotongan 6-8 minggu
(paling baik 6 minggu) (Reksohadiprodjo, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Pada saat tanaman rumput dipotong, bagian yang ditinggalkan tidak boleh
terlalu pendek ataupun terlalu tinggi. Sebab semakin pendek bagian tanaman yang
ditinggalkan dan semakin sering dipotong pertumbuhan kembali tanaman tersebut
akan semakin lambat karena persediaan energi (karbohidrat) dan pati yang
ditinggalkan pada tunggul pun semakin sedikit (Nasution, 1997).
Unsur N yang diserap tanaman berperan dalam menunjang pertumbuhan
vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun. Unsur P berperan dalam
membentuk sistem perakaran yang baik. Unsur K yang berada pada ujung akar
merangsang proses pemanjangan akar. Di samping itu unsur K juga berperan
merangsang titik-titik tumbuh tanaman, sedangkan unsur Mg diperlukan sebagai
inti penyusun khlorofil. Apabila tanaman kekurangan unsur hara P, maka dapat
menyebabkan berkurangnya perkembangan akar, dimana akar akan kelihatan
kecil-kecil (Sarief, 1986).
Produksi dan Kualitas Rumput
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan salah satu rumput
pakan berproduksi dan berkualitas tinggi. Produksi rumput gajah pada kondisi
ideal mencapai 290 ton bahan segar (BS)/ha/th (Soegiri dkk., 1982).
Kadar protein kasar tanaman penggembalaan 8−10% dari bahan kering.
Pada musim hujan dapat menghasilkan produksi yang tinggi, karena batang akan
cepat panjang dan fase berbunga akan terjadi sebelum musim kemarau. Tanaman
akan berkurang kandungan protein, mineral dan karbohidratnya dengan
meningkatnya umur tanaman, sedangkan kadar serat kasar dan lignin akan
bertambah (Reksohadiprodjo, 1985). Pertumbuhan sebagai proses diferensiasi

Universitas Sumatera Utara

terutama pada akumulasi bahan kering yang digunakan sebagai karakteristik
pertumbuhan tanaman (Dartius, 1995).
Rumput gajah menjadi kurang produktif, baik dalam keadaan kering (DM)
hasil dan mutu gizi dengan panen berturut-turut. Penurunan kualitas dan kuantitas
rumput gajah telah dikaitkan dengan kegagalan oleh para petani untuk
mengadopsi

praktek-praktek

produksi

ternak

berkelanjutan

(Katuromunda et al., 2001). Lekasi et al (2001) melaporkan bahwa kompos
kotoran ternak dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar nitrogen (N) melalui
volatilisation amonia. Hal ini karena itu, menunjukkan bahwa penerapan langsung
ekskreta untuk bidang rumput gajah yang disediakan akan segera dibahas di parit
dalam baris mungkin merupakan cara efektif untuk memanfaatkan N dari tinja.
Rumput gajah merupakan tumbuhan yang memerlukan hari dengan waktu
siang yang pendek, dengan fotoperiode kritis antara 13-12 jam. Kandungan nutrisi
rumput gajah terdiri atas: 19.9% bahan kering (BK), 10.2% protein kasar (PK),
1.6% lemak, 34.2% serat kasar, 11.7% abu dan 42.3% bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) (Reksohadiprodjo, 1985).
Banyak dari rumput-rumputan yang sesuai untuk daerah tropik yang
lembab (basah) mempunyai daya pertumbuhan yang tinggi, kelemahannya adalah
sukar untuk dipertahankan nilai nutrisinya yang tetap tinggi, karena makin tua
umur rumput tersebut makin berkurang kadar proteinnya, sedang kadar serat
kasarnya

makin tinggi.

Kebanyakan rumput

tropik

ini tahan tekanan

penggembalaan sampai derajat penggembalaan tertentu, kadang-kadang tahan
serangan herba “weed” (Reksohadiprodjo, 1994). McDonald et al (2000)

Universitas Sumatera Utara

menyatakan bahwa tingginya kadar serat ini yang umumnya didominasi
komponen lignoselulosa (karbohidrat komplek) yang sulit dicerna.
Produksi bahan kering dari hijauan tiap unit tanah tergantung pada jenis
tanaman yang dipakai, jumlah radiasi sinar matahari, tersedianya kelembaban
tanah

dan

zat-zat

makanan

untuk

tanaman

dan

cara

pengolahan

(Williamson and Payne, 1993).
Protein kasar merupakan zat makanan yang penting bagi kehidupan. Istilah
protein kasar digunakan untuk menggolongkan semua ikatan nitrogen dalam
bahan makanan. Pada daerah tropika kandungan protein dari rumput kira-kira 7%.
Pada daerah tersebut tanaman rumput cepat sekali menjadi tua dan kandungan
protein dapat turun dengan sangat drastis mencapai 4-6% setelah 3-5 bulan
(Crowder and Chheda, 1982).

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Tabel 4. Perbandingan kualitas hijauan dengan limbah pertanian lain (%)
Bahan
PK
SK
Lemak
Abu
BETN
6.40
34.50
3.00
8.60
47.50
Rumput gajah
6.69
34.19
1.78
9.70
47.64
Rumput lapang
4.10
29.20
1.60
21.50
43.60
Jerami padi
16.59
25.41
2.90
7.51
47.59
Jerami kacang tanah
3.98
33.29
1.59
49.79
11.35
Jerami ketela pohon
12.50
36.00
3.92
10.88
36.70
Jerami kacang kedelai
14.20
30.30
4.70
7.20
43.60
Jerami sorghum
3.90
2.10
0.40
4.30
Jerami ketela rambat
5.56
33.58
1.25
7.28
53.32
Jerami jagung
7.40
42.30
2.90
7.40
40.00
Pucuk tebu

Sumber : Silitonga (1985).

Spesies hijauan pakan ternak mempunyai nilai gizi yang berbeda. Hal ini
disebabkan olaeh banyak faktor, antara lain jenis dan umur tanaman. Kadar
protein akan menurun sesuai dengan meningkatnya umur tanaman tetapi selain
serat kasarnya semakin tinggi, maka pemotongan hijauan segar sangat erat

Universitas Sumatera Utara

hubungannya dengan daya cerna serta jumlah konsumsi oleh ternak yang
memakannya.
Tabel 5. Analisa beberapa spesies rerumputan pada umur 3-4 minggu
Protein Kasar
Serat Kasar
3-4 Minggu
Rataan
3-4 Minggu Rataan
Andropogon sp
13.2
7.6
26.9
31.0
Cloris gayana
14.9
8.4
27.4
30.1
Panicum maximum
13.5
8.2
28.3
33.8
Pennisetum sp
14
9.2
26
30
Setaria sp
10.9
6.5
30.8
33
Spesies

Sumber : Mc Ilroy (1977).

Mutu hijauan ditentukan oleh kadar proteinnya. Di daerah tropis, seperti
Indonesia dengan curah hujan dan intensitas sinar matahari yang tinggi
mengakibatkan pertumbuhan hijauan relatif cepat daripada di daerah subtropis.
Rumput yang lebih cepat menua yang diakibatkan oleh tingginya intensitas sinar
matahari akan memiliki nilai gizi yang rendah. Mutu hijauan erat kaitannya
dengan zat gizi yang dikandungnya. Hijauan mempunyai kadar air 60%-90%,
tergantung pada jenis dan umurnya. Di samping itu, selulosa yang banyak terdapat
dalam

rumput

yang

sudah

menua

dapat

dimanfaatkan

oleh

ternak

(Anonimus, 1978).
Tabel 6. Kandungan zat makanan dalam hijauan
Kandungan Zat
Muda (%)
Serat Kasar
Bahan segar :
5.1-9.3
Bahan kering :
30.8-34.5

Masak (%)
9.1-11.8
27.9-42.3

Protein Kasar
Bahan segar :
Bahan kering :

1.7-3.8
10-20.4

0.7-3.6
4.3-10.3

BETN
Bahan segar :
Bahan kering :

6.9-13.5
39.5-44.8

11-18.3
43.7-52.4

Sumber : Tillman (1986).

Universitas Sumatera Utara

Produksi bahan kering rumput benggala di India bagian barat daya dengan
curah hujan 350 mm/tahun adalah 2.98-3.78 ton/ha/tahun (Tomar et al, 2003).
Di Tanzania rumput benggala yang didefoliasi saat tanaman mencapai tinggi
40 cm mempunyai kadar serat kasar 29.90%, sedangkan di Malaysia rumput
benggala yang mengalami defoliasi setiap 6 minggu mempunyai kadar serat kasar
31.20% (Aganga and Tshwenyane, 2004).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di lahan Hijauan Makanan Ternak Departemen
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini
berlangsung selama tiga bulan, dimulai bulan Agustus sampai Oktober 2010.

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Urin sapi sebagai bahan perendaman, air, roundap sebagai racun untuk
memusnahkan rumput-rumput liar sebelum pembuatan lahan (plot) pols rumput
benggala (Panicum maximum) dan rumput gajah (Pennisetum purpureum) sebagai
objek yang akan diteliti.
Pada analisa protein kasar, ada tiga proses yaitu destruksi (pembakaran),
destilasi (pengenceran) dan titrasi. Adapun bahan yang digunakan pada proses
destruksi adalah sampel rumput, Selenium, H2SO4 pekat, Hidrogenperoksida
(H2O2). Bahan yang digunakan dalam proses destilasi adalah sampel hasil
destruksi dan aquadest, sedangkan pada proses titrasi bahan yang digunakan
adalah sampel hasil pengenceran, Asam borax, aquadest, Indikator mix,
Penolptalen (PP),NaOH dan HCl.
Pada analisa serat kasar adapun bahan yang digunakan adalah H2SO4
1.25%, air panas, NaOH 1.25%, Ethanol dan Diethyl ether.

Universitas Sumatera Utara

Alat
Peralatan yang digunakan untuk persiapan lahan dan penanaman meliputi :
cangkul, parang, meteran, pacak, tali plastik, gombor, kertas label, pisau, dan
gunting dengan ukuran lahan 8 × 5.2 meter. Sedangkan untuk melakukan analisa
laboratorium alat yang digunakan antara lain:
Oven sebagai alat pengering bahan segar setelah panen sehingga diperoleh
bahan kering, tabung reaksi, alat destruksi, kipas angin, erlenmeyer, labu kejdal,
beakerglass, buret, corong porselen, pipet volume, kertas saring, pompa vacum,
cawan porselen, tanur dan desikator.

Metode Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak
Terbagi (RPT) atau Split Plot Design.
- Faktor I adalah tanaman
T1 = Rumput Benggala (Panicum maximum)
T2 = Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
- Faktor II adalah urin sapi yang terdiri dari 4 taraf waktu perendaman:
W0 = 0 menit
W1 = 10 menit
W2 = 20 menit
W3 = 30 menit
Dengan Jumlah Ulangan berdasarkan rumus sebanyak :
tc (n – 1) ≥ 15
8 (n – 1) ≥ 15
8n −8 ≥ 15

Universitas Sumatera Utara

8n ≥ 23
n ≥ 2,8 ≈ 3
Dengan Susunan Perlakuan sebagai berikut :
I

II

III

T2W3

T2W0

T2W3

T2W0

T1W3

T1W0

T1W1

T2W2

T1W3

T2W1

T1W1

T2W1

T1W0

T2W3

T1W1

T1W2

T2W1

T2W0

T2W2

T1W0

T1W2

T1W

T1W2

T2W2

Analisa Laboratorium
Analisa Protein Kasar
Destruksi (pembakaran)
- Masing-masing sampel ditimbang 0.05 g.
- Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
selenium sebanyak 1.001 g, H2SO4 sebanyak 2.5 ml, H2O2 sebanyak tiga
tetes.
- Sampel tersebut kemudian dibakar sampai berwarna putih bening.
- Setelah berubah warna lalu didinginkan.
Destilasi (pengenceran)
- Sampel hasil destruksi diambil.
- Pengenceran dilakukan dengan menambahkan aquadest sebanyak 50 ml ke
dalam sampel.

Universitas Sumatera Utara

- Sampel yang telah diencerkan diambil sebanyak 10 ml lalu dimasukkan
dalam tabung besar dan ditambahkan penolptalen sebanyak tiga tetes dan
NaOH 50% sampai warna menjadi merah jambu.
- Dalam Erlenmeyer dimasukkan asam borax sebanyak 5 ml, aquadest
sebanyak 25 ml dan indikator mix kemudian dimasukkan dalam alat
destilasi.
- Destilasi selesai jika volume dalam Erlenmeyer sudah mencapai 150 ml.
Titrasi
- Hasil destilasi diambil kemudian dititrasi dengan menggunakan HCl 0.1%
sampai berubah menjadi merah jambu. Didapat % protein kasar
berdasarkan hasil yang diperoleh.
Analisa Serat Kasar
Pada analisa serat kasar ada dua perebusan yang dilakukan, yaitu perebusan
dengan H2SO4 1.25% dan NaOH 1.25%.
Perebusan dengan H2SO4 1.25%
- Masukkan H2SO4 1.25% dalam beaker glass sebanyak 150 ml kemudian
letakkan di atas pemanas dengan sakala awal 8 sampai mendidih. Setelah
mendidih turunkan skalanya menjadi 3 biarkan selama 30 menit.
- Hasil perebusan disaring dengan kertas saring yang telah dibuat dalam
corong yang diletakkan di atas pompa vacum kemudian dicuci dengan air
panas sebanyak 100 ml.
- Sampel yang terdapat pada kertas saring diambil lalu dimasukkan dalam
beaker glass dan dilanjutkan dengan perebusan kedua menggunakan
NaOH.

Universitas Sumatera Utara

Perebusan dengan NaOH 1.25%
- Sebanyak 150 ml NaOH dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi
sampel hasil perebusan pertama.
- Sampel kembali direbus dengan skala awal 8 hingga mendidih.
- Setalah mendidih skala diturunkan menjadi 3 selama 30 menit kemudian
diangkat.
- Sampel dituang dalam corong yang telah diberi kertas saring untuk
disaring. Untuk membersihkan sampel yang menempel pada beaker glass,
maka dicuci dengan NaOH 1.25%.
- Sampel yang telah disaring dicuci dengan air panas 100 ml, ethanol 20 ml
dan diethyl ether sebanyak 20 ml.
- Setelah sampel dicuci, sampel diambil dan dimasukkan dalam cawan
porselen kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105°C.
Biarkan selama 12 jam, kemudian hitung % serat kasar berdasarkan hasil
yang diperoleh.

Universitas Sumatera Utara

Parameter penelitian
1. Pertumbuhan tanaman
Pertumbuhan tanaman diperoleh dengan mengukur tinggi tanaman tiap
empat minggu sekali (sebanyak tiga kali) sebelum dilakukan pemotongan.
2. Produksi bahan kering tanaman (kg)
Diperoleh dari pemotongan pada pemanenan (bahan segar) tiap empat
minggu sekali (sebanyak tiga kali) yang dikeringkan (diovenkan)
3. Kualitas Hijauan (%)
Diperoleh dengan cara mengambil hasil produksi bahan segar yang telah
dikeringkan (bahan kering) pada pemanenan minggu ke empat yang
dikompositkan (disatukan ulangannya), kemudian dilanjutkan dengan
melakukan analisa kimiawi protein kasar (PK) dan serat kasar (SK) di
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pelaksanaan Penelitian
- Dilakukan pembersihan lahan dari gulma dan sisa-sisa tanaman
sebelumnya serta perakaran dari tumbuhan liar dengan pemberian racun
pembasmi rumput (roundup).
- Selesai diroundup, setelah dua minggu barulah dilakukan pembajakan
untuk memecah lapisan tanah menjadi bongkahan-bongkahsn tanah, agar
selanjutnya penggemburan mudah dilakukan.
- Dua minggu kemudian dilakukan penggemburan untuk mengancurkan
bongkahan tanah menjadi tanah dengan struktur yang lebih halus,

Universitas Sumatera Utara

sekaligus membersihkan sisa-sisa perakaran tumbuhan liar dan pemberian
pupuk dasar N sebanyak 83.33 g/plot.
- Satu hari setelah penggemburan dilakukan pemupukan.
Persiapan Bahan Penanaman
Tanaman rumput yang ditanam dengan bahan pols, bagian vegetatifnya
dipotong. Hal ini dimaksudkan agar tanaman baru tidak terlalu banyak mengalami
penguapan sebelum sistem perakarannyabisa aktif menghisap air. Setiap pols yang
hendak ditanam harus memiliki akar dan diambil dari bagian rumpun yang berada
di tepi. Sebab di sinilah terletak calon anakan baru dan pols harus sehat terlihat
dari warnanya yang hijau cerah, segar dan tidak mengandung hama.
Penanaman
Pols yang sudah disediakan terlebih dahulu disamakan tingginya yaitu 50
cm, kemudian dilanjutkan dengan perendaman dalam urin sapi dengan waktu
perendaman yang telah ditentukan (0 menit, 10 menit, 20 menit dan 30 menit),
barulah dilakukan penanaman pada lahan yang sudah disediakan dan diberi tanda.
Pada umur rumput 2 (dua) minggu dilakukan triming (pemangkasan) agar tinggi
rumput dapat merata.
Pengambilan Data
Pengambilan data pada rumput dengan cara pemanenan yang dilakukan
tiap empat minggu sekali (sebanyak 3 kali) atau 4, 8 dan 12 MST (Minggu
Setelah Tanam). Pertumbuhan diperoleh dengan mengukur tinggi rumput terlebih
dahulu, kemudian dilakukan pemotongan (bahan segar) sehingga diperoleh
produksi bahan kering. Kualitas hijauan diperoleh dengan melakukan analisa
kimiawi dari hasil pemanenan yang telah dikomposit (disatukan ulangannya),

Universitas Sumatera Utara

meliputi protein kasar dan serat kasar di

Laboratorium Ilmu Makanan Ternak

Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Rumput (cm)
Data hasil pengamatan terakhir dan daftar sidik ragam tinggi rumput umur
4, 8, dan 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 1-6 bahwa waktu perendaman
hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi rumput umur 8 MST, bobot segar dan
bobot kering masing-masing pada 4 dan 12 MST, protein kasar dan serat kasar.
Perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi rumput umur 4 dan 12 MST
serta bobot segar dan bobot kering 8 MST.
Tabel 7. Rataan tinggi rumput umur 4 MST
Rumput

Ulangan

Waktu

T1

Total

Rataan

214
215
163.5
155

575
529.5
552.5
535.5

191.6667
176.5
184.1667
178.5

756.5

747.5

2192.5

730.8333

203
169
167
226

224
220
150
227

160
176
167
181

587
565
484
634

195.6667
188.3333
161.3333
211.3333

765

821

684

2270

756.6667

Total

1453.5

1577.5

1431.5

4462.5

1487.5

Rataan

181.6875

197.1875

178.9375

557.8125

185.9375

W0
W1
W2
W3
Total

T2

W0
W1
W2
W3
Total

1

2

3

181
165
178
164.5

180
149.5
211
216

688.5

Dari Tabel 7 diperoleh tinggi rumput tertinggi adalah rumput gajah T2W3
sebesar 634 cm dengan rataan 211.3333 cm, sedangkan terendah pada rumput
benggala T1W1 sebesar 529.5 cm dengan rataan 176.5 cm.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap tinggi rumput, maka
dilakukan analisis keragaman tinggi rumput umur 4 MST.

Universitas Sumatera Ut