Peranan tobat dalam membina kesehatan mental

PERANAN TOBAT
DALAM MEMBINA KESEHATAN MENTAL

Oleh

ALIUSMAN
NIM: 9911000093

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1424 H

I 2003 M

PERANAN TOBAT
DALAM MEMBINA KESEHATAN MENTAL

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana IImu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh

Ali Usman
NIM: 9911000093

Di Bawah

bingan



Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A
NIP : 150060949

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
1424 H 12003 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi

yang

berjudul

l'ERANAN

TOBAT

DALAM

MEMBINA

KESEHATAN MENTAL tdah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UlN SyarifHidayatullah Jakarta pada tangga: 5 Januari 2004,
skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana
Program Strata I (S I) pada Jurtlsan Pendidikan Agam3 Islam.
Jakarta, 5 Januari 2004

Sidang Munaqasyah

Pembantll Dekan II
Sekretaris Merangkap Anggota

n,.

Bセ[Z G Ii V U S Q セ

WIA

NIP.

\
Pengu'i I


Anggota:

Penguji II /1

Oセケ
;/"':
Suru 'in, M.Ag
NIP. 150289483

Prof. Dr. Rusmin ']funumgl;or, ,vIA
NIP. ]50060949

KATA PENGANTAR
セケエ

QA.i..yt M セ

Puji syukur senantiasa penulis sampaikan kepada Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, Allah SWT, atas Iimpahan taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat

menyelesaikan skripsi inL Dan salam sejahtera semoga selalu tercurah kepada Nabi
Allah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya.
Dalam penulisan skripsi ini banyak kesan yang penulis dapatkan berupa
hambatan dan tantangan yang membuat penulis semakin tertantang untuk terus
memperbaiki skripsi yang akan diajukan hingga pada titik maksimal usaha.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

I. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA., Pembimbing skripsi, yang telah sudi
menyisihkan waktunya dalam membantu penulis di tengah kesibukannya.
3. Para Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat berharga.
4. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Perpustakaan Utama DIN SyarifHidayatullah Jakarta, Perpustakaan Imall lama'.
5. Babeh Janill Adzhar, Nyak Alussaniyah (Almh) dan Ibunda Nasih Rohimah, yang
telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil serta kakak-

kakak ( Uli Nur Indah Sari dan ZA. Aprilia Rahman, Jasih Tazkiyah dan M

Sintar) serta keponakan-keponakan tersayang (Moch. Taris, Ancih, Fu'anih,
Sidik, A'A Amad, Beti dan Ayif) terimakasih atas kasih sayang, do'a dan
perhatiannya sehingga penulis Iebih semangat dalam mencapai cita-cita.
6. Wahibatul Mas'ulah, Om Sanusi Herianto, Bang Yusroni, Mas Yono dan Sugino,
lis Susanto, Marlini (May), Mukhlis Mulyadi, Hendri, Muhammad Tohar,
Muslim, Sulaiman Daud BR, Elih Sasono, Ust. Suparman, ternan-ternan PAl
angkatan 99, terima kasih untuk support dan persahabatannya. Dan teruntuk
semuanya, yang menjadi sumber kreatifitas dan inspirasi yang sering membakar
semangat penulis yang terkadang dingin. Syukran atas segala canda, saran, kritik
dan perhatiannya selama ini. Tanpa kalian semua, barangkali bait-bait skripsi ini,
tak teramu dengan baik.
7. Mama Ety Sekeluarga, Erwandi, dkk (di Cirebon) dan tidak Iupa juga penulis
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam membantu
penyelesaian skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Dengan mengharap ridha dari Allah SWT, semoga segala kebaikan-kebaikan
yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan Allah AWT. Amin.

Jakarta, September 2003

Penulis


DAFTARISI

KATA PENGANTAR

,

DAFTAR lSI
BABI.

,

,

,

,
'"

,


.

iii

,

PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang Masalah

"

B. Permasalahan

8

C. Hipotesis..............................................................


10

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

'" .,.

11

...

13

E. Metode Penelitian '"

BAB II.

1

, '"


,

,.

F. Sistematika Penulisan ."

14

KAJIAN TEORITIS TENTANG TOBAT DAN
KESEHATANMENTAL

16

A. Tobat......

16

I. Pengertian Tobat


,

16

2. Latar Belakang Urgensi Tobat

,

18

a. Dosa Landasan Tobat

19

b. Macam-macam Dosa ... .. . ...... ... .. . ... ... ...... .. . .. . ... ...

21

3. Hukum Bertobat

24

4. Syarat-syarat Bertobat

28

5. Manfaat Bertobat

B. Kesehatan Mental

"

'"

'"

31
'"

35

I. Pengertian Kesehatan Mental
2. Tanda-tanda Mental Sehat

BAB III.

,
,

"

,. .. . 35

,

,

39

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental...

45

3. Aspek-aspek yang Dipengarnhi Kesehatan Mental...

48

4. Ajaran Agama Tentang Kesehatan Mental ... '" .. ,

50

FUNGSI TOBAT BAGI KESEHATAN MENTAL .. ,

59

,.

A. Fungsi Tobat dalam Membangun Kesehatan Mental

'"

59

B. Fungsi Tobat dalam Pencegahan Gangguan Mental

,

62

C. Fungsi Tobat dalam Penyembuhan Gangguan dan
Penyakit Mental

,

,

'" .. . ... .

65

D. Kerangka Konseptual Tentang Fungsi Tobat Bagi

BABIV.

BllB V.

Kesehatan Mental

,

,

ANALISIS TEORITIS

,

,

A. Ketepatan Hipotesis

,

... .

69

71

,.

71

B. Teori Hubungan Tobat dan Kesehatan Mental...

73

C. Prediksi Tentang Kehidupan Orang-orang Bertobat

75

PENUTUP

.

78

A. Kesimpulan

.

78

B. Rekomendasi

.

80

.

83

])llFTllR PUSTllKll
LllMPIRAN

,

,.

BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya iman di dalam jiwa seseorang laksana karya seorang pengetik atau
pengumpul huruf-huruf di pereetakan sesuai dengan bahan aslinya. Huruf-huruf
itu tadinya berupa eampuran yang bereerai berai, tidak menunjukan suatu makna
apapun, kemudian ia menjadi sebuah tulisan yang memiliki tujuan tertentu yang
dipahami isinya serta sasarannya. Begitu pula jiwa manusia sebelmn disusun oleh
agama atau dibentuk sesuai dengan aturan yang dimaksudkan.'
Dari ungkapan Muhammad AI-Ghazali di atas, terlihat bahwa jiwa itu
merupakan nilai lebih bagi setiap orang, tetapi jiwa yang belum "mempribadi" hanya
sekedar bernilai pelengkap. Baru setelah jiwa itu membentuk kepribadian, integritas
seseorang menjadi tinggi. Kepribadian seorang berkaitan erat dengan pandangan
hidup yang dianutnya. Mengenai tujuan hidup, fungsi, tugas, teladan, lawan dan
kawan hidup. Kepribadian seorang juga berhubungan dengan tingkat hubungannya
dengan Tuhannya, oleh karena itu upaya untuk membentuk kepribadian antara lain
dengan eara selalu berusaha mendekati diri N。ケnイセ、ー・ォ
Langkah awal untuk mendekati Tuhan ia!llll ejengan pertobaf. pada dasarnya
tobat adalah sesuatu hal yang tidak begitll sulit urt\lk 、ゥャ。ォオセGQL
manusia yang terkadang mendominasi telah

セ ーュ・IQャ

セゥォ。イ・ョャ Lェ

ego

mllnllsia tidak mau jujur pada

dirinya sendiri dan pada akhirnya terasa berat \Ulftl]c rnelll]c\lkan tobat itu. Selain itu

'Muhammad AI-Ghazali, Islam yang Diielalllarkim; Terj. Muhammad Jamaluddin, (Bandung
: Karisma, 1994), Cet.ke-4, h. 132

2

banyak juga yang memang kurang mengetahui bahwa tobat adalah meqia untuk dapat
menuju Allah.
Padahal Allah telah meniupkan ruh-Nya pada jasad manrsitl, dengan bekal
ruh Bahi itu pula kelak manusia seharusnya memilki kemampuan untuk dapat
berhubungan dengan Allah,,' Atau dengan istilah lain memiliki rasa kerinduan untuk
"berpulang" ke rahmatullah. Dalam pada itu AI-Qur'an mengisyaratkan bahwa
sebelum turun ke alam jasmani ruh peruah mengadakan peIjanjian primordial dengan
Tuhan untuk selalu mengingat dan mencintai-Nya dan sekali-kali tidak akan
menyembah kecuali pada-Nya.'
Masalah tobat adalah masalah yang terdapat di dalam semua agama, baik
dalam agama Islam, Kristen maupun Hindu dan agama lainnya. "Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa tobat adalah masalah penting dalam semua agama, karena ia
merupakan kebutuhan kejiwaan manusia.,,4Sungguhpun demikian pemba,hasan
masalah tobat dalam hubungan dan peranannya dengan

ョ。エ ィ・ウ セ

mental pada

umumnya belum banyak diketahui orang, kendatipun hubungan antara tobat

ョ。ァ セ、

kesehatan mental sangat era!. Dalam tobat banyak terdapflt masalah-masalah
kesehatan mental, misalnya masalah rasa berdosa. dan ras!\ persalah, pengakufln dan
penyesalan !\tas dosa dan kesalahan, merasa diampuni oleh Allah, dan lain-lain.
'Lihat, Komarudin Hidayat, Tuhan Begitll Dekat, (Jakarta: Paramadina, 2002), LャM・セNc

h.

10

'Ibid., h. 25
'yl!hia JaYa,. Peranan Tobar dan Maai aalam Membilld KrsehalGl,. Mell/al, (Jakarta :
Ruhama, 1995, Cet.ke-3, h. 9

3

Kata tobat secara etimologi (harfiah) berarti kembali, yajtu femblJ:li dari
berbuat dosa dan maksiat kepada berbuat baik dan ketaatan, sesudah menyadari buruk
dan bahayanya perbuatan dosa dan maksiat. Sedangkan kan tobat l11enurut
tenninology (istilah) adalah "meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat karena
menyesal dengan niat untuk tidak mengulanginya."5
Islam adalah agama risalah dan dakwah. Kepada manusia disampaikanberita
yang menggambarkan niIai-niiai kejadian atau penciptaan serta martabatnya

。イ エョセゥ、

seluruh makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Manusia makhluk paling
sempurna susunan jasmaninya serta ruhaninya dibanding makhluk lain. 1v:\\lnusia
mempunyai panca indera untuk menghubungkannya dengan alam sekitamya,
mempunyai nafsu sebagai pendorong untuk melengkapi kebutuhan hidup dan
memelihara populasinya, mempunyai akal untuk berpikir, mempunyai hati untuk
merasa. Akan tetapi semua yang bagus-bagus itu akan menjadi sesuatu yang tidak
karuan jadinya bila tidak diatur oleh sebuah aturan yang bagus pula. Islam sebagai
agama dalam hal ini memposisikan sebagai aturan yang dimaksud. Bangsa Arab pul'\
dahulunya adalah "tumpukan" yang belum dikenal, setelah mereka memeluk agama
Allah SWT. Berubahlah "tumpukan" itu menjadi bentuk lain yang indah. Semisal
bakat-bakat mereka yang tadinya tidak terarah, lalu diatur rapi; mandul menjadi
berbuah; saling bertentangan, lalu berdekatan dan saling bertolong-tolongan 6

'Ibid, h. 9

6Lihat, Muhammad AI-Ghaza'i,

Oil. cit., h.

)32

4

Meskipun pada hakikatnya manusia sejak lahir berada dalam keadaan suci dan
tak berdosa, dari perjalanan hidupnyalah yang menyebabkan manusia tidak luput dari
dosa karena perbuatan manusiaitu sendiri yang selalu berbuat zalim pada

セゥイ ョケ。

sendiri dengan mengikuti langkah-Iangkah syetan. Lain haInya istilah yang
diungkapan Jean Jacques Rousseau (1712-1778) yang dikutip oleh Marsana Windhu,
bahwa, "Pada dasarnya manusia itu polos, rantai peradabanlah yang membuatllya jadi
buas."7
Dengan demikian Pada akhirnya mereka akan terjerumus kepada perbuatanperbuatan keji dan mungkar, yaitu perbuatan-perbuatan dosa. Adapun yang m\:lnja9i
motor atau penggerak dari itu semua adalah nafsu. "Sebab nafsu adalah mus1J4 ymW
sangat menceIakakan dan bahayanya sangat besar, penanganannya sangat sukl/r
penyakitnya sangat berat, obatnya sangat suli!.,,8
Setelah manusia menyadari akan adanya bahaya-bahaya dan

エセ「ゥォ。ィ
ー・イ。ウセョ

yang akan timbuI dari perbuatan dosa tersebut, maka timbuI dalam dirinya
berdosa atas perbuatan-perbuatannya itu. Perasaan berdosa ini juga dapat ョセォャオーQpゥエ、
oleh adanya kelalaian pada diri akan adanya perintah dari Tuhan yang

,

,

、ゥエ |ャァセ。 ォ ョ

atau diabaikan dan adanya perbuatan yang melanggar yang sudah menjadi

ォ・エ ョ セ

Tuhan.

7r. Marsana Windhu, Kelmasaan & Kekerasal1 me(lW"( Johal1 Galll1l1f{, (Ypp.a/ 9 ) .......
.,./

'-

/"



9

J
/

./

....

".."

Artinya : '" Sesungguhnya Allah suka kepada orang yang bertobat dan suka
kepada orang yang rnernbersihkan badannya. (QS. AI-Baqarahl2:222i 7

2lLihat. Burhan Djamaluddin, Op.cif., h. 120
''iihat, Hamka, Pelajaral1 Agallla Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cct.ke-12, h.390

'7/bid

26

Dari ayat di atas tersirat Allah mensejajarkan jiwa dan badan agar keduanya
selalu di jaga. Sebab, bila untuk membersihkan badan yang kotorannya dapat dilihat
dijadikan kebutuban manusia, apalagi jiwa yang kotorannya tidak kelihatan ! Tidak
berlebihan kiranya bila menjadi wajib hukumnya. Hanya saja istilah yang diginakan
berbeda. Kalau untuk badan dinarnakan kebutuhan, kalau untuk jiwa dikatakan
kewajiban.
MenurutImam Ghazali bahwa kewajiban bertobat itu sangatjelas berdasarkan
nash AI-Qur'an dan Hadits Nabi. Semua ularna pun telah sepakat, baik ulama
Zhahiriyah, Bathiniyah, fiqih maupun pemerhati perilaku telah menyepakati hal inL
Sampai-sampai Sahl bin Abdullah berkata : "siapa yang mengatakan bahwa tobat
bukan wajib, maka dia adalah orang kafir, dan siapa yang setuju dengan pendapat ini
juga orang kafir. Tidak ada suatu yang lebih wajib bagi manusia selain dari tobat,
tidak ada hukuman yang lebih keras dari pada hukuman karena tidak ingin
mengetahui masalah tobat. ,,28
Rasulullah sendiri mengajarkan kita agar selalu bertobat. Bahkan beliau
sendiri memohonkan ampunan, tidak kurang dari 70 kali sehari semalam. Dengan
senantiasa tobat dan istighfar kepada Allah, artinya kita selalu melengkapkan diri,
tidak mau terlepas dari penjagaan Tuhan. Bahkan memohonkan agar Tuhan menjadi
pelindung, seperti firman-Nya :

28Yusuf A1-Qurdhawy, Tal/bat, Terj. Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka A1-Kautsar, 1998),
Cet.ke-l, h. 5

27

voセH

p9w

Iiセ| Z

,;

.... HOGNヲ i|jlBZG^ャN 。 |lイGセ_MZ
....

';""';
;.'/

,/

'99

Pj"7//"/}
_
.... (oj /0
1"
,/

lLZN |PGセ j NゥAャ|

/

../ .. /

Artinya :. Allah-Iah pelindung orang yang beriaman, yang mengeluarkan
mereka dari gelap gulita kepada cahaya.....(QS. Al-Baqarah/2: 257)29
Selanjutnya, apabila melihat kemudharatan yang dihasilkan oleh orang yang
tidak bertobat dapat mempengaruhi bukan hanya kepada pelakunya sendiri, bahkan
lebih luas lagi bagi masyarakat umum, maka wajib untuk bertobat, sebab untuk
menghilangkan kemudharatan itu harus dihilangkan seperti diungkap dalam kaidah
ilmu fiqih sebagai berikut :
P /$1

O OセO

. ji_HOGセ|
"Kemudharatan itu harus dihilangkan."
kaidah fiqih di atas bersandarkan Hadits Nabi" 30:

j|ZPNャL B pj|ZPセ vH

.u--Io\J(/') セGOH

/'"

セGOHjNy

//",/

'"

y

"Tidak boleh membuat kemudharatan pada diri sendiri dan membuat
kemudharatan pada orang lain." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbasi l
Dari ungkapan kaidah fiqh, AI-Qur'an serta Hadits Nabi di atas
mengisyaratkan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan,
maka dari itu kerusakan harus dihilangkan. Sedangkan untuk menghilangkan
kerusakan yaitu dengan bertobat, sebab tobat adalah media untuk menghilangkan

"Hamka, op.cit., h. 391
30 Abdul

Mudjib, Kaidah-kaidah J1mll Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), Cet.ke-4, h. 34

3lIbid, h. 35

28

dosa-dosa, sedangkan dosa-dosa itu sendiri adalah sumber dari kernsakan atau
kemudharatan.
Kemudian apabila melihat kata tobat dalam surat An-Nur ayat 31 :

en N⦅セI|ャ^NhZ

/pp "f

,..

pp

ᄋj[セ|u ゥHNォ|Z B ャINセq ]Mヲ

""r"Pp,t>/,/-{>"",..., / l1'OJ""
",

....

セLN

"..

.....

Artinya : " ... Dan bertobat kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nur/24:31i 2
Pada kalimat lubu di dalam ayat tersebut di atas mengandung pengertian
wajib, karena kalimat tersebut mernpakanjl'if amr yang artinya perintah sebagaimana
juga tertera dalam kaidah fiqih sebagai berikut :

"Pada dasamya perintah itu (menunjukkan) wajib:.J3
Dengan demikian bertobat hukumnya wajib bagi setiap Mukmin, agar
manusia dapat kembali ke jalan Allah dari perbuatan tidak baik serta dosa dan
maksiat yang memberikan kemudharatan.

4. Syarat-syarat Bertobat
Tobat barn dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah mencukupi
syarat-syarat yang ditentukan. Oleh karena itu imam Qusyairi menerangkan bahwa

32Depag R I, Op.cil., h. 548
J3 A. Djazuli dan I. Nurol Aen, Ushlll Fiqh Melodologi HlIkllm Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2000), Cet.ke-I, h. 380

29

ahli tauhid dari golongan ahlussunah wal jamaah mengatakan, bahwa syarat tobat ada
tiga:
a. menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah dilakukannya. Menyesal
merupakan syarat utama bagi munculnya keinginan untuk bertobat.
b. Meninggalkan perbuatan maksiat (dosa). Sebab mustahil seseorang bertobat
bila perbuatan dosa tetap dilakukan.
c. Tekad untuk tidak mengulangi perbuatan itll. Tekad merupakan sebuah janji
orang yang tobat kepada Allah dengan mengisi kehidupan sehari-harinya
dengan perbuatan baik. 34
Mengenai syarat-syarat tobat di atas senada dengan syarat-syarat tobat
menurut AI-Ghazali, hanya saja ditambah dengan meninggalkan dosa harus karena
mengagungkan Allah. Seperti pemaparannya berikut ini :
a. Menyesal atas perbuatan dosa yang pemah dilakukan.
b. Mensucikan diril mencabut perbuatan maksiat yang sudah dilakukan. Tidak
ada artinya ia bertobat, padahal ia terus melakukn dosa yang sama.
c. Bertekad bulat tidak akan mengulangi lagi akan perbuatan maksiat, selagi
hayat masih dikandung badan. 35
d. Harus meninggalkan dosa karena mengagungkan Allah. Bukan takut karena
selain Allah. Juga karena takut akan murka Allah. 36
34Jamilah a1-Masbriy, Meraih Ampullall 1Iahi, TeIj. Fauzi Faisal Bahreisy, (Jakarta: Searmbi
Dmu Semesta, 2000), h. 20
35r.ihat, Imam A1-Ghazali, Tobat Nasuha Pellebus Dosa, Op.cit., h. 18

30

Keempat syarat ini yang selalu mengiringi setiap tobat dari perbuatan dosa
yang berhubungan antara manusia dengan Tuhannya saja. Akan tetapi jika perbuatan
dosa itu berhubungan dengan manusia, atau dengan istilah Komaruddin Hidayat
adalah dosa sosiaI. 37Maka syarat-syarat tersebut ditambah lagi dengan syarat yang
kelima yaitu melakukan penyesalan orang yang bersangkutan .
Menyesali dosa yang telah diperbuat adalah syarat mutlak bagi realisasi tobat,
sebab orang yang tidak menyesali perbiatan dosanya berarti senang terhadapnya dan
terhadap kesinambungannya.
Mengenai pelaksanaan tobat dapat dilakukan kapan saja, namun yang terbaik
adalah secepatnya, sebab manusia tidak pemah tahu kapan !\ial akan tiba. Sedangkan
yang mula-mula harus dilakukan dalam bertobat adalah dengan meninggalkan
perbuatan dosa yang biasa kita lakukan secara total kemudian bertekad dalam hati
untuk tidak mengulangi lagi dan menyesali terhadap perbuatan dosa yang telah
dilakukan. "Sangat baik sekali pada saat seseorang ingin bertobat, ia mulai dengan
berwudhu secara sempuma kemudian mengerjakan shalat dua rakaat.,,38
Mengenai pelaksanaan tobat, Ibnu Qudamah dalam bukunya Minhajul
Qashidin mengatakan :
"Tobat wajib dilakukan secara terus menerus. Sebab manusia tidak terbebas
dari kedurhakaan. Kalaupun ia terbebas dari kedurhakaan fisik, belum tentu ia
'"Lihat, Imam Al-Ghaza!i, Millhajlll 'Abidill, Op.cit., h. 57
"Lihat, Komaruddin Hidayat, Op.cit., h. 44
"Syaikh Jasim Muhammad bin Muhalil Yasin., Jihad dOli Tobat, Terj. Ma'ruf Abdul Jalil dan
Syahriel. A., (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), Cet.ke-l, h. 34

31

terbebas dari hasrat dosa dengan hatinya. Kalaupun ia terbebas dari dosa ini,
belum tentu ia terbebas dari bisikan syetan yang menyusupkan perasaan untuk
tidak mengingat Allah. Kalaupun dia terbebas dari hal ini, belum tentu ia terbebas
dari kelalaian dan keterbatasan mengethui Allah, sifat-sifat dan perbuatanperbuatan-Nya, yang semua itu cermin kekurangan. Tentu saja setiap manusia
tidak terlepas dari kekurangan semacam ini. Hanya saja setiap manusia berbedabeda peringkatnya".39
Pelaksanaan tobat dilakukan langsung setelah seseorang sadar bahwa dirinya
telah melakukan perbuatan dosa. Jadi melakukan tobat tidak dapat ditunda-tunda
waktunya, karena kita sama-sama mengetahui bahwa kemaksiatan merusak pusat
keimanan. Maka membiarkan sesuatu yang merusak pusat keimanan terlalu lama
sama artinya dengan menghancurkan hidupnya sendiri. Sehingga "seseorang yang
tidak dapat meninggalkan kemaksiatan, maka berada dalam kehancuran, karena telah
kehilangan satu bagian yang sangat penting dari keimanannya. ,,40

5. Manfaat Bertobat

Pada hakikatnya tobat merupakan usaha manusia untuk membebaskan dirinya
yang telah terpenjara akibat pengaruh dosa dan usaha manusia untuk menata kembali
kehidupannya yang telah rusak kepada yang lebih baik.
Bila dikaji dari aspek psikologis, tobat merupakan suatu kombinasi dari
fungsi-fungsi kejiwaan yang terdiri atas kesalahan, yaitu pengetahuan mengenai
pengaruh negatif dari perbuatan dosa, diiringi dengan penyesalan sepenuh hati untuk

39

l bnu Qudamah, op.cit.• h. 320

40 Ashad

1, h. 149

Kusuma Djaya, Kembali Kepada Ttlhall. (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), Cet.ke-

32

memohon ampun kepada Allah, disertai motivasi yang kuat unuk meninggalkan
perbuatan dosa dengan segera, dan menebus dosa dengan mengisi kehidupannya
dengan amalan saleh, serta keinginan untuk memperbaiki diri dan menata kembali
kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
Apabila unsur·unsur tobat di atas dapat teIjalin dalam satu kesatuan
kepribadian orang yang bertobat, m