Rancang Bangun Sistem Traceability Ayam Broiler Berbasis Quick Response(QR) Code Mobile Android dan Web

RANCANG BANGUN SISTEM TRACEABILITY AYAM
BROILER BERBASIS QUICK RESPONSE (QR) CODE MOBILE
ANDROID DAN WEB

SAHAT TUAMAN MUNTHE

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun
Sistem Traceability Ayam Broiler Berbasis Quick Response(QR) Code Mobile
Android dan Web adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Sahat Tuaman Munthe
NIM F14120007

ABSTRAK
SAHAT TUAMAN MUNTHE: Rancang Bangun Sistem Traceability Ayam
Broiler Berbasis Quick Response (QR) Code Mobile Andoid dan Web. Dibimbing
oleh BAMBANG PRAMUDYA.
Daging ayam merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi di Indonesia,
selain harganya terjangkau daging ayam juga mudah didapatkan. Namun
kebutuhan informasi mengenai daging ayam yang berada di pasar terbatas. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk merancang sebuah sistem informasi yang
berfungsi untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh konsumen sebelum
mereka mengkonsumsi daging ayam yang mereka beli. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pengembangan dari metode system development life
cycle yang terdiri dari investigasi sistem, analisis dan perancangan sistem
traceability ayam broiler, dan pemeliharaan sistem. Analisis dan perancangan
sistem terdiri dari analisis, desain, implemetasi sistem atau pengujian dan rilis

prototipe. Hasil dari penelitian ini berupa sebuah laman website yang bisa diakses
oleh pengguna atau konsumen melalui smartphone dengan melakukan pemindaian
pada QR Code yang tersedia pada produk. Informasi yang disediakan berupa data
mengenai peternak, rumah potong unggas, dan proses yang dilakukan pada ayam
tersebut hingga sampai pada konsumen. Hasil lainnya berupa laman yang bisa
diakses oleh produsen untuk memperbaharui data produk dari produsen.
Kata Kunci: Ayam Broiler, Quick Response(QR) Code, Sistem Traceability,
Website

ABSTRACT
SAHAT TUAMAN MUNTHE: Designing Traceability Sistem for Broiler Using
Quick Response (QR) Code and WEB. Supervised by Bambang Pramudya.
Chicken meat is food that is widely consumed in Indonesia, in addition to
an affordable price of chicken also easily obtained. However, information of the
chicken meat in the market is limited. The purpose of this study was to design an
information system that serves to provide information needed by consumers
before they consume the chicken meat. The method that used in this study is
development of sistem development life cycle method consisting of system
investigation, analysis and designing traceability system for broiler, and system
maintenance. Analysis and designing traceability system for broiler consisting of

analysis, design, system implementation or testing, and release the prototype. The
result of this study are a website page that can be access by consumer through
smartphone by doing a scan on product QR Code. Information provided includes
data on breeders, poultry slaughter house, and it’s processing. The other result was
a website that can be access by company to update their data.
Key chain: Broiler, QR Code, Traceability System, Website

RANCANG BANGUN SISTEM TRACEABILITY AYAM
BROILER BERBASIS QUICK RESPONSE (QR) CODE MOBILE
ANDROID DAN WEB

SAHAT TUAMAN MUNTHE

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 sampai Agustus 2016 ini
ialah sistem traceability, dengan judul “Rancang Bangun Sistem Traceability
Ayam Broiler Berbasis Quick Response (QR) Code Mobile Android dan Web”.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada:
1.
Kedua orang tua tercinta dan tersayang Bapak Rustel Munthe dan Dorlina
Maringga, dan keempat adik saya Bonipo’Sus Munthe, Miltri Januarti
Munthe, Fitri Anggreni Munthe, dan Roma Munthe, yang telah memberikan
doa, dukungan, dan kasih sayang yang tidak pernah berhenti kepada penulis.
2.

Oppung dan Inang yang selalu mendukung serta memberikan semangat
serta dukungan moril yang sangat membantu penulis.
3.
Prof Dr Ir Bambang Pramudya, M Eng selaku dosen pembimbing, terima
kasih atas arahan, dukungan, waktu, kesabaran, ilmu, dan pengalaman yang
sangat berharga yang diberikan sehinggga skripsi ini dapat diselesaikan.
4.
Supriyanto S.TP, M Kom yang telah membimbing dan mengarahkan dalam
penelitian ini, ilmu dan dukungan sampai skripsi ini selesai.
5.
Dr Ir M.Faiz Syuaib, M Agr dan Dr Ir Mohammad Solahudin, M Si selaku
dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukkan yang
sangat bermanfaat kepada penulis.
6.
Teman penulis Vindy Dwi Paramitha yang telah banyak membantu dan
mendukung penulis dalam menjalani penelitian hingga skripsi ini selesai.
7.
Rekan seperjuangan Matoa House yang telah banyak membantu dalam
memberi semangat, serta saling mendukung dalam penelitian sehingga
penulis bisa terus semangat dalam menjalani penelitian. Rekan saya Rijen

Juni S yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan codingan
yang rumit dan banyak membantu dalam menyelesaikan masalah penulis.
8.
Seluruh staf pengajar di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem FATETA
IPB yang telah memberikan ilmu selama penulis menjalani perkuliahan.
9.
Alvin Fatikhunnada dan Dwi Susanto yang telah mengajarkan codingan
PHP kepada penulis.
10. Keluarga besar Teknik Mesin dan Biosistem FATETA IPB yang
memberikan banyak pelajaran berharga bagi penulis.
11. Teman-teman di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 49,
terima kasih atas kebersamaan, bantuan, dan dukungan kepada penulis.
12. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungan kepada penulis.

Bogor, Oktober 2016

Sahat Tuaman Munthe

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Ruang Lingkup Penelitian

2

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

3


Ayam Broiler Secara Umum

3

Standar Keamanan Daging Ayam

3

Traceability System

4

Sistem Informasi

5

Basis Data

5


Supply Chain Daging Ayam

7

Android dan Barcode

7

WWW, HTML, PHP dan MYSQL

9

Penelitian Terdahulu
METODOLOGI

10
10

Alat dan Bahan Penelitian


10

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

11

Tahapan Penelitian

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

13

Investigasi Sistem

13

Analisis dan Perancangan Sistem

14

Pebaikan dan Pemeliharaan

30

SIMPULAN DAN SARAN

31

Simpulan

31

Saran

31

DAFTAR PUSTAKA

31

LAMPIRAN

34

RIWAYAT HIDUP

39

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Standar SNI mutu daging ayam
Analisis fungsional sistem
Pengujian terhadap laman administrator
pengujian terhadap laman user

4
15
29
30

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Hubungan basis data dalam traceability
Model sistem informasi menurut O'Brien dan Marakas (2011)
Aliran basis data
Keterkaitan pelaku agribisnis dalam tata niaga daging ayam
Tipe dari barcode
Tampilan dan cara akses informasi pada QR Code dengan web link
Tampilan pada smartphone dengan OS Android
Tampilan salah satu QR Code dan informasi akan produk
Tahapan penelitian
Aliran pencatatan informasi di RPA X
Skema aliran pengguna sistem pelacakan/traceability
Rancangan use case untuk administrator dan user pada sistem
traceability daging ayam
Desain relational basis data
Desain antarmuka sistem
Implementasi basis data
Tabel peternak
Tabel kabupaten
Tabel rumah potong ayam
Tabel produksi
Tabel ternak
Form login administrator
Index laman administrator unit packaging
Level input dan output data pada setiap unit administrator
Index administrator utama atau unit pemasaran
Data produksi harian
Profil dan daftar produk dari peternak
Tampilan hasil cetak QR Code
Form input data di peternakan oleh unit panen
Tampilan utama untuk user
Tampilan informasi produk hasil pencarian
Link penghubung hasil pencarian
Data personal peternak
Peta lokasi peternak

5
6
6
7
8
8
9
9
12
14
16
17
18
18
19
19
20
20
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
27
27
28
28
29

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

7
8
9
10
11
12
13
14
15

Tabel desa
Tabel kecamatan
Tabel provinsi
Tabel produk
Tabel admin_user
Tampilan laman administrator unit panen
Tampilan laman administrator unit timbang
Tampilan laman data detail unit timbang
Tampilan laman administrator unit potong
Tampilan laman data detail unit potong
Tampilan laman data detail unit packaging
Tampilan laman peternak administrator utama
Form pendaftaran administrator
Tampilan laman produk kami user
Tampilan laman proses pengolahan user

34
34
34
34
34
35
35
35
35
36
36
36
36
37
37

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daging ayam merupakan bahan makanan yang banyak digemari masyarakat.
Hal ini dikarenakan daging ayam memiliki rasa yang khas dan mengandung
protein yang tinggi yang dibutuhkan oleh tubuh. Protein hewani sangat penting
karena mengandung asam amino yang lebih mendekati susunan asam amino yang
dibutuhkan manusia. Konsumsi daging ayam ras pedaging per kapita dalam satu
tahun pada tahun 2014 adalah 3.96 kg dan meningkat menjadi 4.79 kg (BPS 2015).
Menurut Kementrian Pertanian (2015) yang berupa data sementara, produksi
daging ayam ras pedaging pada tahun 2014 adalah 1.5 juta ton dan pada tahun
2015 sebanyak 1.6 juta ton. Populasi ayam ras pedaging pada tahun 2014 adalah
1400 juta ekor dan pada tahun 2015 hampir mencapai 1500 juta ekor.
Daging ayam yang dikonsumsi oleh konsumen harus memenuhi standar
kesehatan dan keamanan pangan (food safety). Salah satu isu keamanan pangan
adalah munculnya berbagai macam penyakit pada peternakan unggas yang dapat
menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar dan dapat menular ke manusia
(zoonosis). Wabah penyakit menular yang sangat ganas seperti wabah Avian
Influenza (AI) atau lebih dikenal sebagai flu burung merupakan risiko terbesar
yang harus dihadapi peternak. Penyakit AI masuk ke Indonesia sejak tahun 2003
dan menyebabkan hampir 90 persen kematian unggas. Wabah ini berlangsung
cukup lama, yaitu dari Agustus 2003 sampai Januari 2004 sehingga sempat
menimbulkan dampak ekonomi secara luas.
Saat ini, krisis keamanan pangan telah meningkatkan kekhawatiran
masyarakat dan membuat konsumen kurang percaya akan kualitas suatu produk.
Sistem penelusuran pangan atau food traceability system adalah salah satu cara
untuk meningkatkan kepercayaan konsumen akan produk pangan. Menurut Jin
(2013), food traceability system telah banyak diperkenalkan di beberapa negara
termasuk USA, Kanada, Cina, Korea, dan Georgia. Hasil dari beberapa survei
menunjukkan bahwa penduduk dari negara yang berbeda tersebut rela membayar
lebih mahal untuk produk pangan yang dilengkapi dengan food traceability system.
Untuk menyediakan transparansi informasi tersebut, akan dibangun food
traceability system yang akan menyediakan informasi bagi konsumen mengenai
komoditas daging ayam yang akan mereka konsumsi. Informasi tersebut akan di
akses secara bebas oleh konsumen dengan menggunakan aplikasi pemindai yang
ada pada smartphone dengan operating system Android. Penggunaan smartphone
dengan operating system Android menurut data dari StatCounter Global Stats
pada bulan Maret hingga April mencapai 78 persen. Jumlah tersebut menunjukkan
bahwa sistem informasi dengan basis Android akan lebih mudah karena Android
lebih umum digunakan di masyarakat. Konsumen dapat melihat informasi tersebut
di halaman web yang sudah disediakan dimana data pada laman tersebut diambil
dari basis data.

2

Ruang Lingkup Penelitian
Food traceability system dibangun untuk komoditas ayam ras pedaging atau
ayam broiler yang ada di Indonesia berupa prototipe. Informasi yang disimpan di
dalam basis data berdasarkan rantai pasok (supply chain) sederhana dari ayam
broiler dimulai dari peternak, rumah potong ayam hingga distributor akhir
sebelum konsumen. Informasi tersebut bisa diakses oleh konsumen melalui
smartphone berbasis Android yang dilakukan melalui aplikasi pemindai kode
(quick response atau QR Code). Pengguna sistem informasi ini ditujukan pada
konsumen kelas menengah ke atas. Informasi produk yang bisa dilacak terbatas
pada produk daging ayam segar yang dijual di supermarket ataupun pasar
swalayan dan informasi yang tersedia merujuk pada SNI 3924:2009 mengenai
daging ayam.

Perumusan Masalah
Informasi yang ada pada produk ayam broiler sangat terbatas. Beberapa
diantaranya adalah tanggal kadaluarsa dan produsen dari daging tersebut. Selain
itu, informasi peternak, lokasi, tanggal pengolahan, tanggal panen, tanggal
packing dan beberapa informasi lainnya tidak tercantum.
Untuk itu, food traceability system merupakan salah satu penyelesaian dari
masalah tersebut. Informasi tentang daging tersebut akan mudah diakses oleh
konsumen secara bebas melalui aplikasi pemindai kode pada smartphone berbasis
Android. Adanya informasi yang transparan sesuai dengan ketentuan yang ada di
Indonesia diharapkan menumbuhkan kepercayaan konsumen pada daging yang
akan dikonsumsi.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Analisis dan perancangan sistem informasi yang dapat menampilkan
informasi daging ayam bagi konsumen. Informasi yang ditampilkan adalah
tanggal panen, tanggal potong, tanggal packing, tanggal kadaluarsa dan
informasi dari peternak dan RPA dalam bentuk lokasi serta surat ijin usaha
peternak dan NKV untuk RPA.
2. Membangun prototipe perangkat lunak traceability ayam broiler berbasis web
yang dapat diakses oleh pengguna untuk mendapatkan informasi mengenai
suatu produk, dalam penelitian ini adalah daging ayam.
3. Mengintegrasikan prototipe perangkat lunak berbasis web dengan perangkat
pemindai (scanner) Quick Response (QR) Code.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari sistem informasi yang dibangun untuk produsen adalah untuk
meningkatkan kepercayaan konsumen akan produk mereka. Dengan adanya

3
sistem infomasi ini produk tersebut akan bebas dari isu-isu negatif dan
memungkinkan produsen untuk menarik ulang produk dengan tepat jika memiliki
masalah atau tidak sesuai dengan peraturan yang ada.
Manfaat pada pelaku rantai pasok seperti peternak dan distributor adalah
tersedianya informasi yang akan menjamin keamanan produk tersebut. Manfaat
yang terutama bagi konsumen akhir yaitu tersedianya informasi mengenai produk
tersebut sebelum mengonsumsinya. Manfaat bagi pemerintah dalam jangka
panjang adalah untuk mendukung terciptanya sistem informasi yang bisa
meningkatkan keamanan pangan nasional (food safety).

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Broiler Secara Umum
Ayam broiler atau sering disebut sebagai ayam ras pedaging adalah jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktivitas
tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam broiler dapat
digolongkan ke dalam kelompok unggas penghasil daging artinya dipelihara
khusus untuk menghasilkan daging. Pada umumnya, ayam broiler memiliki ciriciri seperti: kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu
yang cepat, lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging.
Menurut Huda (2013), ayam broiler pada usia 4 minggu sudah bisa
dipasarkan dengan bobot badan kira-kira 0.8-1.0 kg. Bobot hidup 2.1 kg dicapai
pada umur enam minggu untuk ayam broiler jantan dan 1.7 kg untuk ayam betina.
Menurut Arifin (2015), ayam broiler memiliki karakteristik yang berbeda dengan
jenis ayam lainnya, yaitu (1). Badannya umumnya gemuk dan terutama pada
bagian dada. (2). Warna bulu pada umumnya adalah putih. (3). Sepasang kaki
kokoh dan cenderung pendek, dan umumnya tidak memiliki bulu pada cakarnya.

Standar Keamanan Daging Ayam
Karkas adalah bagian tubuh ayam setelah dilakukan penyembelihan secara
halal sesuai dengan CAC/GL 24-1997, pencabutan bulu dan pengeluaran jeroan,
tanpa kepala, leher, kaki, paru-paru, dan/atau ginjal, dapat berupa karkas segar
dingin, atau karkas beku. Karkas segar adalah karkas yang diperoleh tidak lebih
dari 4 jam setelah proses pemotongan dan tidak mengalami perlakuan lebih lanjut.
Karkas dingin adalah karkas segar yang telah mengalami proses pemotongan
sehingga temperatur bagian dalam daging (internal temperatur) antara 0oC sampai
4oC. Karkas beku merupakan karkas segar yang telah mengalami pembekuan di
dalam blazt freezer dengan temperatur bagian dalam daging minimum -12oC.
Persyaratan daging ayam layak konsumsi berupa persyaratan mikrobiologis dapat
dilihat pada Tabel 1.
Setiap daging ayam harus dilengkapi dengan Nomor Kontrol Veteriner
(NKV) berupa sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya
persyaratan hygiene-sanitasi sebagai kelayakan dasar atas jaminan keamanan

4

pangan asal hewan pada unit usaha dengan asal hewan. Penyimpanan daging
ayam untuk konsumsi dalam refrigerator memiliki masa simpan 1-2 hari dan
penyimpanan freezer masa simpan hingga enam bulan (SNI 2009). Pelabelan pada
kemasan berupa kemasan primer dan kemasan sekunder. Kemasan primer
minimal mencantumkan nama produk, merek dagang, NKV (Nomor Kontrol
Veteriner), dan label halal. Informasi pada label kemasan sekunder minimal
mencantumkan nama produk, merek dagang, tanggal produksi, nama dan alamat
produsen, NKV, label halal, dan cara penyimpanan.

Tabel 1 Standar SNI mutu daging ayam
No

Jenis cemaran mikroba

satuan

1
2
3
4
5
6

Total Plate Count (TPC)
Coliform
Escherichia coli
Salmonella sp
Staphylococcuc aeureus
Campylobacter sp

cfu/g
cfu/g
MPN/g
per 25 g
cfu/g
per 25 g

Mutu mikobiologis (Batas
Maksimum Cemaran
Mikroba/BMCM)
1 x 106
1 x 102
5 x 101
Negatif
1 x 102
Negatif

Sumber : SNI 3924:2009

Traceability System
Menurut Melis et al (2005), penelusuran pangan bisa menjadi potensi yang
tinggi untuk perlindungan konsumen dengan cara menarik ulang produk secara
tepat, mengeliminasi produk pangan yang tidak layak konsumsi dan menawarkan
investigasi untuk mengetahui isu-isu keamanan pangan. Semuanya merupakan
bagian dari kemanan pangan, kualitas pangan, ketahanan pangan dan kebutuhan
instrinsik dari rantai pasok pangan (food supply-chain).
Traceability adalah sebuah potensial untuk pelacakan atau penelusuran yang
dibangun (Finkelstein 2012). Menurut Olsen dan Borit (2013), traceability adalah
kemampuan untuk mengakses salah satu atau semua informasi yang berhubungan
dengan sesuatu yang telah dipertimbangkan, semua siklus kehidupan, dengan
tujuan untuk identifikasi. Secara umum konsep traceability dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi asal dari suatu produk berdasarkan
pada penyimpanan informasi pada setiap bagian dalam rantai pasok. Menurut
Furness dan Smith (2006), untuk mengakses informasi yang telah disimpan atau
didokumentasikan, traceability system memerlukan sebuah infrastruktur jaringan
(termasuk internet) dengan pihak berwenang untuk kontrol akses dan aturan
komunikasi. Salah satu contoh sistem rantai pasok yang berhubungan dengan
basis data serta dapat diakses oleh konsumen seperti pada Gambar 1.

5
Sistem Informasi
Sistem adalah sekumpulan komponen yang saling bekerjasama untuk
mencapai satu tujuan. Masing-masing komponen memiliki fungsi yang berbeda
satu dengan yang lain, tetapi tetap dapat bekerjasama. Fungsi utama sistem adalah
menerima masukan dan menghasilkan keluaran. Agar dapat menjalankan
fungsinya, sistem harus memiliki komponen-komponen pemasukan, proses,
keluaran dan kontrol untuk menjamin bahwa semua fungsi dapat berjalan dengan
baik.
Informasi adalah data yang sudah diolah sehingga berguna dalam proses
pengambilan keputusan. Sedangkan sistem informasi adalah sekumpulan
komponen yang saling bekerjasama, yang digunakan untuk mencatat data,
mengolah data, dan menyajikan informasi untuk para pembuat keputusan agar
dapat menghasilkan keputusan yang baik (Hasbulloh 2009). Menurut O’Brien dan
Marakas (2011), sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima sumber data
sebagai masukan dan mengolahnya menjadi produk informasi sebagai keluaran.

Gambar 1 Hubungan basis data dalam traceability.

Basis Data
Basis data atau database adalah kumpulan data yang disimpan secara
sistematis di dalam komputer yang dapat diolah atau dimanipulasi menggunakan
perangkat lunak (program aplikasi) untuk menghasilkan informasi. Perangkat
lunak yang digunakan untuk mengelola dan memanggil query basis data disebut
sistem manajemen basis data (database management system, DBMS).
Salah satu aliran database menurut Kassahun et al (2007), tentang keadaan
satu produk terutama produk pangan seperti pada Gambar 3. Aliran data tersebut
merupakan salah satu aliran data yang terdapat dalam rantai pasok di Jerman. Dari
aliran data tersebut didapatkan dua bagian penting yang harus dimasukkan ke
dalam basis data. QS (Qualitat und Sicherheit) adalah jaminan kualitas akan suatu

6

perusahaan yang sudah disetujui oleh pemerintah di daerah tersebut. HIT
(Herkunftssicherungs-und Information system Tiere) adalah basis data nasional
untuk Jerman yang berhubungan dengan perdagangan dari daging hewan yang
sesuai dengan EC Regulation 1760/2000. Pada Gambar 3, terlihat selain QS dan
HIT, peternak juga dilengkapi dengan hak milik kelayakan usaha. Informasi dari
RPA dan peternak yang merupakan komponen paling utama ada dalam basis data
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia untuk mendukung keamanan
pangan atau food safety.

Gambar 2 Model sistem informasi menurut O'Brien dan Marakas (2011)

Gambar 3 Aliran basis data

7
Supply Chain Daging Ayam
Rantai pasok (supply chain) adalah jaringan dari beberapa perusahaan dan
organisasi yang bekerjasama menciptakan dan menyalurkan suatu produk sampai
ke tangan konsumen atau pemakai akhir. Rantai pasok terdiri dari seluruh pelaku
atau perusahaan yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam
memenuhi konsumen. Rantai pasok tidak hanya terdiri dari pemasok (supplier)
dan pabrik, tetapi juga distributor atau transportasi, pergudangan (warehouse),
took atau pengecer/ritel, dan konsumen.
Dalam menjalankan tugasnya para pelaku bekerja secara mandiri dalam
suatu pola hubungan bisnis yang terbentuk di antara mereka. Menurut Nofitri
(2014), keterkaitan pelaku agribisnis dalam tata niaga daging ayam terlihat seperti
pada Gambar 4.

Gambar 4 Keterkaitan pelaku agribisnis dalam tata niaga daging ayam

Android dan Barcode
Android adalah operating system yang paling banyak digunakan dalam
smartphone sehingga memudahkan dalam penggunaan aplikasi penelusuran atau
trace. Sesuai dengan data dari StatCounter Global Stats pada April 2016 mencapai
78 persen. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa aliran informasi dengan
menggunakan smartphone dengan basis Android lebih baik karena penggunanya
lebih dominan dibandingkan dengan smartphone lainnya. Menurut Hanna (2015),
barcode adalah alat identifikasi standar yang sering digunakan untuk pelacakan
asset. Barcode didefinisikan sebagai symbol optical machine-readable yang
merepresentasikan sekumpulan data. Barcode dibagi menjadi dua yaitu barcode
satu dimensi dan barcode dua dimensi. Tipe barcode berdasarkan dimensi dapat
dilihat pada Gambar 5.
Salah satu proses yang bisa dilakukan untuk mengakses informasi yang
ada melalui QR Code ditujukan pada Gambar 6. Menurut Appelhanz et al (2015),
kepercayaan konsumen akan suatu produk meningkat dengan adanya informasi
yang jelas dan transparan dari produk tersebut. Terutama untuk konsumen dengan
usia antar 18-30 tahun akan lebih memilih produk yang dilengkapi dengan
informasi. Berhubungan dengan kode yang disediakan mereka lebih memilih pada
QR Code. Untuk mengakses informasi tersebut ada lima langkah. Pertama,
konsumen memindai QR Code melalui smartphone. Kedua, aplikasi pemindai

8

akan membaca dan memberikan HTTP URL dari kode tersebut. Ketiga, URL
tersebut akan diakses dengan smartphone yang terhubung ke internet. Keempat
akses web tersebut akan ditampilkan di layar smartphone dan yang kelima
informasi dari produk tersebut akan disajikan di layar smartphone.

Gambar 5 Tipe dari barcode

Gambar 6 Tampilan dan cara akses informasi pada QR Code dengan web link

Contoh tampilan dari hasil pemindaian akan menyerupai Gambar 7. Pada
gambar tersebut terlihat tampilan dari URL yang dihasilkan dari QR Code yang
sudah dipindai. Hasil dari URL tersebut merupakan beberapa informasi yang akan
di tampilkan di web. Menurut Qian et al (2012), salah satu contoh informasi
produk yang dilengkapi minimal dalam QR Code ataupun Barcode seperti pada
Gambar 8. Selain dari informasi tersebut akan ditambahkan informasi lokasi dari
peternak dan RPA, proses pembuatan dan kualitas produk, dan informasi lainnya
yang berhubungan dengan produk tersebut.

9

Gambar 7 Tampilan pada smartphone dengan OS Android

Gambar 8 Tampilan salah satu QR Code dan informasi akan produk

WWW, HTML, PHP dan MYSQL
WWW singkatan dari world wide web adalah jaringan informasi yang
menggunakan protokol HTTP (hyper text transfer protocol) dan FTP (file transfer
protocol), dimana sumber daya yang berguna diidentifikasi oleh pengenal global
berupa alamat URL (uniform resource locator). HTML singkatan dari hypertext
markup language adalah bahasa perancangan atau pemrograman umum yang
digunakan untuk membangun sebuah halaman web. HTML dapat menampilkan
teks, citra, multimedia, dan menyediakan instruksi bagi browser untuk mengontrol
bagaimana dokumen ditampilkan dan bagaimana dokumen tersebut berhubungan
dengan dokumen lainnya.
PHP adalah singkatan dari personal home page hypertext preprocessor
adalah bahasa pemrograman yang memungkinkan web developer untuk membuat
aplikasi web yang ditampilkan dengan cepat. PHP dikenal sebagai bahasa
pemrograman yang menyatu dengan tag-tag HTML, dieksekusi di server, dan
akan digunakan untuk membuat halaman web yang dinamis.
MySQL merupakan salah satu perangkat lunak untuk membuat sebuah basis
data yang bersifat open source. Keunggulan dari basis data MySQL adalah mudah
digunakan, cepat dan dapat diandalkan. MySQL mencakup dua hal, yaitu:
1. MySQL sebagai sistem manajemen basis data. MySQL diperlukan untuk
memudahkan dalam pengaksesan, penambahan dan pemrosesan data.
2. MySQL sebagai perangkat lunak open source yang berarti memungkinkan
bagi siapapun untuk menggunakan dan memodifikasi sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan

10

Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sudah dilakukan dalam sistem pelacakan terutama
untuk produk pangan. Beberapa diantaranya adalah penelitian yang dilakukan
oleh Harwiyani (2014) yang berjudul “Rancang Bangun Sistem Penelusuran
Daging Sapi di PT.X”. Pada penelitian ini dirancang label pada sapi yang
dilengkapi dengan barcode. Rancangan barcode yang dibuat meliputi barcode
untuk label eartag, label kirim, label first cut, label second cut, dan serial shipping
container code (SSCC). Untuk mengakses informasi tersebut dilakukan dengan
pemindaian pada barcode menggunakan alat barcode scanner dan monitor untuk
menampilkan informasi mengenai produk tersebut.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Ginantaka (2015) dengan judul
“Analisis dan Desain Sistem Traceability Produk Udang Beku Berbasis Digital
Business Ecosystem”. Pada penelitian ini produk dilengkapi dengan barcode yang
bisa diakses dengan menggunakan barcode scanner dan hasil dari barcode
tersebut berupa informasi mengenai produk tersebut.
Kekurangan dari sistem traceability yang sudah dilakukan pada penelitian
sebelumnya adalah informasi tersebut terbatas pada distributor dan belum bisa
diakses oleh konsumen. Selain itu alat untuk mengakses informasi adalah alat
pemindai yang terhubung dengan monitor untuk menampilkan data. Pada
penelitian ini dikembangkan prototipe dengan menggunakan QR Code. Informasi
akan ditampilkan pada smartphone dan informasi yang ditampilkan berbasis web
sehingga setiap aktor dalam supply chain mendapatkan informasi mengenai
produknya.

METODOLOGI
Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat komputer
dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Processor Intel ® Core TM i5-4210U CPU @1.7 GHz
2. RAM DDR 4096 MB
3. VGA Card AGP 256 MB 128 Bit
4. Hardisk berkapasitas 40 GB
5. Monitor 14.5’
Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data-data setiap aktor
dalam supply chain dan penanganan yang dilakukan oleh setiap aktor dalam
supply chain. Data tersebut berupa pemilik peternak tersebut, surat ijin ataupun
skala usaha peternak, lokasi dari peternakan, tanggal panen, tanggal pengolahan,
tanggal kadaluarsa, NKV, dan informasi mengenai RPA. Selain itu ada juga
software Microsoft Office, Xampp, dan Bahasa pemrograman berupa HTML,
MySQL, CSS, dan PHP.

11
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Agustus
2016. Pembuatan perangkat lunak dan database dilakukan di Laboratorium
Teknik Bioinformatika, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pengambilan data dilakukan di RPA X yang berada di Bogor, Jawa Barat.

Tahapan Penelitian
Menurut O’Brien dan Marakas (2011), salah satu metode menggunakan
pendekatan sistem untuk mengembangkan solusi sebuah sistem informasi dan
yang paling lazim dalam sistem analisis organisasi dan desain yang dapat
dijelaskan secara bertahap, dengan proses yang interaktif disebut sebagai sistem
pengembangan daur hidup (system development life cycle atau SDLC). Proses
dalam SDLC ada lima proses yaitu investigasi, analisis, desain, implementasi dan
perbaikan atau pemeliharaan.
Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada metode
pengembangan system development life cycle. Metode ini dipilih karena
pengetahuan mengenai produk yaitu ayam broiler, pengetahuan mengenai rantai
pasok dan informasi telah tersedia baik dari berbagai literatur ataupun studi
langsung di lapangan. Tahapan-tahapan dalam metode ini adalah investigasi
sistem, analisis dan perancangan sistem, serta pemeliharaan sistem. Pada tahap
analisis dan perancangan sistem terlihat jelas gambaran dari system development
life cycle. Tahapan dari penelitian ini secara sistematis digambarkan seperti pada
Gambar 9. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Investigasi sistem
Investigasi sistem dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi di
lapangan yaitu kurangnya informasi mengenai daging ayam broiler yang terjual
terutama di supermarket. Identifikasi mengacu pada peraturan-peraturan
pemerintah mengenai transparansi informasi terutama daging ayam broiler. Hasil
yang diharapkan dari tahap ini adalah informasi yang harus diberikan oleh
produsen mengenai produknya kepada konsumen. Selain itu dilakukan survei ke
salah satu rumah potong ayam yang bertujuan untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan. Setelah identifikasi dilakukan, kemudian dilanjutkan pada studi
kelayakan, yaitu studi kelayakan teknis, studi kelayakan ekonomis, dan studi
kelayakan organisasional.
b. Analisis perancangan sistem
Dalam tahap analisis perancangan sistem dibagi menjadi 4 tahapan.
Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari:
1. Tahap analisis
Tahap analisis adalah tahap penting sebelum merancang sistem traceability.
Pada tahap ini akan dilakukan analisis kebutuhan sistem yang meliputi input,
output, proses, storage, dan kontrol. Serta kebutuhan fungsional dan kebutuhan
non fungsional akan sistem tersebut.
2. Tahapan desain
Tahap desain ini melibatkan rancangan interface dan prosedur yang
mendukung fungsional sistem. Tahap ini meliputi beberapa aktivitas yaitu : (a).

12

desain interface yang berfokus pada pengguna serta input dan output. Pengguna
meliputi setiap pelaku dalam rantai pasok yaitu produsen yang merupakan bagian
administrator dan konsumen yang akan mengonsumsi produknya. Pada input dan
output, informasi dan data yang ada diubah menjadi bahasa yang dimengerti oleh
sistem/mesin ketika proses input dan dimengerti oleh pengguna ketika proses
output. (b). Desain fisik berupa basis data yang sudah tersusun secara sistematis.
(c). Desain logika yaitu desain sistem yang menjelaskan bagaimana sistem
tersebut bekerja. Desain tersebut berupa desain pada bagian input, proses
pengolahan informasi, bagian output, penyimpanan pada basis data, dan aktivitas
kontrol.

Gambar 9 Tahapan penelitian

3. Implementasi dan pengujian
Sebelum sistem diluncurkan sistem akan diuji terlebih dahulu. Pengujian
dilakukan pada setiap bagian terutama pada bagian input dan output. Pengujian ini
berguna untuk mengetahui apakah sistem yang sudah dibangun dapat bekerja
dengan baik atau tidak sebelum perangkat yang sudah dibangun diluncurkan
untuk digunakan.
4. Rilis perangkat lunak
Perangkat dan sistem yang sudah diuji akan dirilis. Perangkat yang dirilis
adalah laman web yang akan diakses oleh pengguna melalui smartphone dengan
URL yang didapat dari QR Code dengan aplikasi pemindai yang ada di dalam
smartphone.

13
c. Perbaikan/pemeliharaan
Tahapan ini melibatkan monitoring, yaitu pemeliharaan dan pemantauan
pada sistem agar sistem dapat beroperasi dengan baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Investigasi Sistem
Hasil penelitian lapangan pada perusahaan RPA X menunjukkan bahwa
setiap proses dilakukan pencatatan data dan infomasi. Beberapa diantaranya
adalah identitas peternak, tanggal panen, penimbangan atau rekapitulasi data
ayam hasil panen, tanggal pemotongan, proses pemotongan, tanggal penyimpanan,
dan packaging. Namun informasi tersebut dicatat oleh bagian yang berbeda,
sehingga informasi tersebut tidak dapat ditampilkan secara keseluruhan. Hal
tersebut merupakan salah satu penghambat transparansi informasi sehingga tidak
diketahui oleh konsumen karena tidak tertera pada kemasan produk. Proses
perekaman data pada Rumah Potong Ayam X terlihat seperti pada Gambar 10.
Dalam pengolahan data tersebut menjadi informasi yang berguna dilakukan
studi kelayakan pada sistem yang dibangun sesuai dengan data dan informasi yang
tersedia. Studi kelayakan terdiri dari kelayakan secara teknis, kelayakan secara
ekonomis, dan kelayakan secara organisasional.
1. Studi kelayakan teknis
Dewasa ini, pemanfaatan internet untuk menyampaikan informasi telah
banyak dilakukan oleh banyak pihak baik individu maupun organisasi/instansi.
Kelebihan dari penggunaan internet sebagai alat untuk menyampaikan informasi
yaitu dapat diakses setiap saat, cepat, mudah dan relatif murah.
Sistem informasi ini dikembangkan dengan menggunakan Mozilla Firefox
49.0 dan Google Chrome Versi 53.0.2785.116 m (64-bit) sebagai web browser,
PHPMyAdmin versi 3.2.1 sebagai penyimpan basis data, Apache sebagai server
local, PHP sebagai sistem manajemen basis data. Dari segi perangkat lunak
tersebut, sistem ini layak untuk dikembangkan karena mudah dan bersifat open
source.
2. Studi kelayakan ekonomis
Untuk menentukan sistem ini layak secara ekonomis, dapat diukur dari segi
biaya/uang. Biaya dalam kategori ini digolongkan menjadi dua kategori yaitu
biaya pembangunan sistem dan biaya operasional. Biaya pembangunan sistem
berupa biaya untuk menyediakan seperangkat komputer untuk mengoperasikan
sistem, pembelian printer untuk QR code, dan pembelian server untuk
menghubungkan sistem ke internet. Sedangkan untuk biaya operasional sistem
adalah biaya pemakaian komputer, biaya pencetakan QR code dan biaya
pemakaian server dan perawatannya.
Sistem informasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
berkelanjutan bagi pengguna, hal tersebut ditandai dengan biaya untuk akses
informasi lebih mudah dilakukan dengan menggunakan internet. Meskipun pada
awal investasi cukup besar, namun hal tersebut akan mendukung pengembangan
sistem kedepannya.

14

3. Studi kelayakan organisasional
Pada pengembangan sistem ini diperlukan satu organisasi yang memiliki
wewenang dalam masyarakat karena pengguna sistem ini secara umum adalah
masyarakat luas. Secara kelayakan organisasional sistem ini dikelola oleh
pemerintah terutama bagian pertanian dan peternakan. Hal ini disebabkan
pemerintah memiliki wewenang untuk menarik ataupun mengeluarkan izin dari
sebuah perusahaan rumah potong hewan dalam hal ini ayam dan peternakan.
Sehingga sistem ini lebih tepat jika dikelola oleh pemerintah.
Informasi yang dicatat dan
isi surat jalan ke bagian
pengepakan/penyimpanan
Informasi yang dicatat
- Nama peternak
-Tanggal timbang
-Jumlah Ekor
-Berat
-Jumlah yang mati

Informasi yang dicatat
- Nama peternak
-Tanggal timbang
-Jumlah Ekor
-Berat
-Jumlah yang mati

- Nama peternak
-Tanggal potong
-Jumlah ekor hasil potong
-Berat hasil potong
-Jumlah ayam afkir

Informasi yang didapat
konsumen

Informasi yang dicatat
- Nama peternak
-Tanggal terima
-Jumlah Ekor
-Berat

- Nama peternak
-Runah potong
-Tanggal panen
-Tanggal potong
-Tanggal pacaking
-Tanggal kadaluarsa
-dll

UNIT RPU
PETERNAK MITRA
Unit Panen

Unit Timbang

Unit Potong

Unit Packaging

Unit Pemasaran

KONSUMEN

PETERNAK SENDIRI

TIMBANG BERAT
DAN JUMLAH EKOR

TIMBANG ULANG
DAN HITUNG
JUMLAH EKOR

TIMBANG ULANG
DAN HITUNG
JUMLAH EKOR

PENERIMAAN
BAGIAN
PENGEPAKAN

HITUNG JUMLAH
TOTAL

HITUNG HASIL
AKHIR

HITUNG HASIL
AKHIR

PENCATATAN
INFORMASI

DATA HASIL KE
MANAJEMEN

PENGIRIMAN KE
PENGEPAKAN

PENGIRIMAN KE
RPU

PENCATATAN
PESANAN

PENGEPAKAN
PESANAN

PELABELAN

PEMOTONGAN

PEMASARAN

PENERIMAAN DI
RPU

Gambar 10 Aliran pencatatan informasi di RPA X

Analisis dan Perancangan Sistem
1. Tahap analisis
Kegiatan analisis dibagi menjadi tiga bagian yaitu analisis kebutuhan
fungsional sistem, analisis kebutuhan pengguna sistem, dan analisis nonfungsional.
1.1 Analisis Kebutuhan Fungsional Sistem
Sebelum menentukan sistem yang akan dibuat, terlebih dahulu dilakukan
analisis kebutuhan fungsional sistem. Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran sistem yang akan dibuat dan sesuai dengan kebutuhan pengguna sistem.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa beberapa kebutuhan fungsional yang utama
adalah kebutuhan sistem meliputi input, output, storage dan kontrol pada sistem
tersebut. Secara detail fungsi tersebut akan ditunjukkan pada Tabel 2.
1.2 Analisis Kebutuhan Non Fungsional
Kebutuhan non fungsional sistem traceability meliputi kenyamanan warna
tampilan, kecepatan, dan kemampuan sistem untuk melayani pengguna yakni
administrator dalam setiap transaksi. Bedasarkan hasil analisis yang dilaksanakan
maka dapat dinyatakan bahwa sistem informasi diimplementasikan ke dalam

15
sistem berbasis website yang berjalan pada perangkat yang memiliki koneksi
internet.
1.3 Analisis Pengguna Sistem
Pengguna dari sistem ini adalah administrator dari sebuah perusahaan,
dalam hal ini adalah Rumah Potong Ayam X. Administrator dalam perusahaan
RPA X ini terdiri dari lima administrator dengan level akses yang berbeda. Seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 11, pencatatan informasi dilakukan pada setiap
unit di perusahaan sehingga masing-masing unit memiliki bagian administrator
tersendiri dengan unit pemasaran sebagai unit akhir dan juga merupakan
administrator tertinggi.

Tabel 2 Analisis fungsional sistem
No Menu

Fungsi

1

Mendapatkan hak akses

2
3

Login
Input Data
Produksi
Edit Data
Produksi

4

Data Detail
Produksi

5

Data Produk
Harian

6

Lihat Peternak

7
8
9
10
11

Lihat Profil
Peternak
Tambah
Peternak
Edit Peternak
Hapus
Peternak
Tambah
Produk

12

Hapus Produk

13

Cetak QR
Code

Memasukkan data produksi
Mengubah data produksi
Melihat data detail produksi
Melihat data produk yang sudah
dipasarkan
Melihat data peternak yang terdaftar
di perusahaan
Melihat profil peternak yang sudah
terdaftar
Menambah peternak yang menjadi
mitra perusahaan
Mengubah data peternak jika terdapat
kesalahan
Menghapus data peternak yang sudah
tidak aktif
Menambah data produk yang akan
dipasarkan
Menghapus data produk yang tidak
diperlukan
Mencetak QR Code yang berfungsi
sebagai URL yang akan ditempelkan
pada kemasan

Aktor
Semua unit
administrator
Unit panen
Semua unit kecuali
unit pemasaran
Unit timbang, unit
potong, dan unit
packaging
Unit Pemasaran
Unit Pemasaran
Unit Pemasaran
Unit Pemasaran
Unit Pemasaran
Unit Pemasaran
Unit Pemasaran
Unit Pemasaran
Unit Pemasaran

1.4 Use Case Diagram
Permodelan fungsional dari sistem dapat dilihat pada use case diagram yang
merupakan gambaran dari fungsionalitas yang dapat dilakukan oleh administrator
dan user atau pengguna akhir yaitu konsumen. Rancangan ini bertujuan untuk

16

mendapatkan kebutuhan sistem yang sesuai dan memahami bagaimana sistem
bekerja. Pada Gambar 12 dapat dilihat use case diagram untuk pengguna sistem
baik administrator maupun user. Untuk administrator, pada use case diagram ini
diasumsikan telah login terlebih dahulu.

Gambar 11 Skema aliran pengguna sistem pelacakan

2. Tahap Desain
Tahap desain terdiri atas dua bagian yaitu desain database dan desain user
interface atau tampilan antarmuka untuk pengguna akhir yaitu konsumen.
2.1 Desain Basis Data
Desain basis data menggambarkan secara konseptual relasi antara objekobjek data yang akan diimplementasikan dalam sistem. Tabel-tabel database yang
digunakan akan menyimpan informasi mengenai informasi dari peternak, alamat
peternak dari desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, informasi perusahaan Rumah
Potong Ayam X, informasi produk, dan informasi pengolahan produknya. Desain
relational database dapat dilihat pada Gambar 13.

17
Sistem Traceability Ayam Broiler

Input Data Produksi

Unit Panen

Edit Data Produksi

Data Detail Produksi

Unit
Pemasaran/
administrator
utama

Data Produk Harian

Unit Timbang

Data Peternak

Tambah Data Peternak

Edit Data Peternak

Unit Potong

Hapus Data Peternak

Profil Peternak

Tambah Produk

Cetak QR Code

Unit Packaging
Hapus Produk

Informasi Produk

User/ Konsumen

Informasi Perusahaan dan Peternak

Gambar 12 Rancangan use case untuk administrator dan user pada sistem
traceability daging ayam

2.2 Desain Tampilan Antarmuka Pengguna
Pada tahapan ini dilakukan desain untuk tampilan antarmuka yang akan
digunakan oleh pengguna. Pengguna akhir dari sistem ini adalah konsumen yang
membutuhkan informasi mengenai produk yang dibeli. Tampilan antarmuka ini
didesain sesederhana mungkin, sehingga memudahkan pengguna dalam
mengakses dan menggunakannya. Secara konseptual tampilan antarmuka terdiri
dari beberapa bagian yaitu header, menu utama, halaman utama dan footer.
Rancangan konseptual dari tampilan ini terlihat seperti pada Gambar 14.
Tampilan antarmuka untuk pengguna akan dilengkapi dengan berbagai
menu didalamnya. Menu yang paling utama adalah informasi mengenai produk
yang akan menyajikan informasi mengenai produk yang sedang di trace. Pada
halaman informasi mengenai produk tersebut akan ditampilkan informasi peternak
dan rumah potong serta akan tersedia link yang akan menghubungkan ke lokasi
peternak dalam bentuk peta.

18

Gambar 13 Desain relational basis data

Gambar 14 Desain antarmuka sistem

3. Tahap Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada bagian ini adalah implementasi prototipe
sistem pelacakan yang sudah dibuat. Sistem pelacakan ini dibangun dengan
menggunakan bahasa pemrograman PHP untuk membangun interface dari sistem
pelacakan serta HTML untuk beberapa tampilan dan MySQL untuk bagian
database. Tahap implementasi terdiri atas beberapa tahap yang dimulai dari tahap
implementasi basis data, tahap implementasi administrator dan tahap
implementasi user.

19
3.1 Implementasi Basis Data
Basis data yang diimplementasikan menggunakan perangkat lunak MySQL.
Hubungan antara tabel dalam basis data terlihat seperti pada Gambar 13. Basis
data pada penelitian ini memiliki sepuluh tabel seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 15.

Gambar 15 Implementasi basis data

Tabel peternak berisi data peternak yaitu nama peternak, status peternakan
ada dua yakni peternakan milik sendiri atau bekerja sama dengan RPA X, izin
usaha yang menunjukkan bahwa peternakan tersebut terdaftar, dan riwayat usaha
yang berisikan tentang riwayat dari peternakan. Pada bagian riwayat merupakan
deskripsi secara lengkap baik mengenai riwayat penyakit, kesehatan dan infomasi
penting lainnya mengenai peternakan tersebut. Tabel ini dilengkapi juga dengan
longitude dan latitude yang berfungsi sebagai kordinat pada peta.

Gambar 16 Tabel peternak

Alamat peternak dibuat terpisah dari tabel pada Gambar 16. Hal ini
dilakukan untuk mendukung pengembangan sistem dimana peternak yang

20

menjadi mitra perusahaan bisa saja tersebar di seluruh Indonesia. Untuk itu tabel
desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi dipisah dari tabel peternak. Data desa,
kecamatan, kabupaten dan provinsi diambil dari data wilayah administratif
Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia dimana data
tersebut sudah dilengkapi dengan id dan nama daerahnya.
Tabel desa dilengkapi dengan id desa, id kecamatan, dan nama desa. Tabel
kecamatan yakni memiliki id kecamatan, id kabupaten, dan nama kabupaten dan
tabel kabupeten memiliki id kabupaten, id provinsi, dan nama kabupaten.
Sedangkan untuk provinsi hanya id provinsi dan nama provinsi. Dengan data id
tersebut memungkinkan untuk masing-masing tabel terhubung satu dengan yang
lainnya. Gambar 17 menunjukkan struktur dari tabel kabupaten yang ada di
database. Tabel desa, kecamatan, dan provinsi bisa dilihat pada lampiran 1,
lampiran 2 dan lampiran 3.

Gambar 17 Tabel kabupaten

Tabel rumah potong ayam berisi nama rumah potong, ijin usaha, NKV atau
nomor kontrol veteriner yang menunjukkan higienitas produk yang sudah sesuai
dengan peraturan pemerintah. Alamat yang terdiri hanya satu kolom dimana hal
ini dilakukan karena perusahaan rumah potong hanya ada beberapa cabang saja.
Latitude dan longitude yang akan digunakan untuk menampilkan peta.

Gambar 18 Tabel rumah potong ayam

Tabel produksi memiliki banyak kolom dimana tabel ini akan dipakai untuk
menyimpan data dari 4 unit administrator yang berbeda. Administrator pertama
yaitu unit panen yang mengisi data peternak, jumlah ekor panen, berat panen, dan
tanggal panennya. Unit timbang yang menjadi administrator kedua akan

21
memperbaharui data yang disimpan pada kolom jumlah ekor yang ditimbang,
berat hasil timbangan, tanggal penimbangan dan jumlah ayam mati. Unit
pemotongan menjadi administrator ketiga akan memperbaharui informasi seperti
mengisi kolom jumlah ekor yang dipotong, berat hasil pemotongan, jumlah ayam
afkir, dan tanggal pemotongan. Ayam afkir dipisahkan dari hasil akhir karkas
karena penanganan produk tersebut berbeda dengan karkas ayam yang masuk
pada kriteria pemasaran.
Unit packaging merupakan administrator keempat yang berfungsi sebagai
unit yang akan menerima karkas ayam segar sebelum dijual. Pada bagian ini akan
memperbaharui data yang akan dimasukkan ke dalam kolom jumlah ekor akhir,
berat akhir dan tanggal terima. Pada tabel ini terdapat juga kolom level yang
berfungsi sebagai pembatas akses infomasi masing-masing administrator dalam
satu tabel ini. Pada tabel produksi terdapat id peternak yang dihubungkan dengan
tabel peternak menggunakan fungsi foreign key. Melalui tabel ini akan bisa
diakses informasi peternak.

Gambar 19 Tabel produksi

Tabel ternak merupakan tabel yang diisi oleh administrator utama yaitu unit
pemasaran. Tabel ini memiliki kolom id bulky, id produksi, kode produk, jumlah,
tanggal packaging, dan tanggal kadaluarsa. Tabel ini merupakan tabel yang
berisikan tentang produk yang akan dijual ke pasaran oleh bagian pemasaran. Id
produksi terhubung dengan tabel produksi sehingga akan didapatkan informasi
mengenai tanggal panen, tanggal potong dan informasi lainnya. Dari tabel
produksi akan didapat id peternak yang terhubung ke peternak yang menyediakan
informasi mengenai peternak.

22

Gambar 20 Tabel ternak

Tabel produk yang berisikan tentang produk yang dijual oleh RPA X yang
akan memudahkan pengisian data pada tabel ternak. Pada tabel ternak terdapat
kode produk yang menghubungkan tabel tersebut dengan tabel produk. Sedangkan
tabel admin_user berisikan tentang informasi administrator berupa password,
username, dan nama. Administrator yang terdaftar akan memperoleh akses untuk
memperbaharui data dan sebaliknya.
3.2 Implementasi Tampilan Administrator.
Administrator pada sistem ini ada 5 yaitu administrator pada unit panen,
unit timbang, unit potong, unit packaging dan unit pemasaran dimana unit
pemasaran merupakan administrator utama. Semua aktivitas administrator dimulai
dengan login sesuai dengan akun masing-masing. Masing-masing akun memiliki
level akses yang berbeda dan akan masuk ke laman sesuai dengan level akses
yang dimilikinya. Login administrator terdiri dari username dan password.

Gambar 21 Form login administrator

Salah satunya adalah tampilan administrator untuk level empat yaitu pada
bagian penyimpanan atau packaging. Tampilan antarmuka seperti pada Gambar
22. Pada bagian ini level akses yang dilakukan adalah untuk mengedit dan
memperbaharui data sebelum masuk ke unit pemasaran. Menu samping ada dua
yaitu data packaging yang merupakan menu untuk menampilkan data dan menu
untuk admininistrator level 4 untuk mengubah data dan memperbaharuinya. Menu
kedua adalah menu data detail untuk melihat data detail yang sudah dimasukkan

23
mulai dari level 1 hingga pada level 4. Pada bagian atas tampilan dilengkapi
dengan menu logout untuk keluar dari laman administrator.

Gambar 22 Index laman administrator unit packaging

Input data pada masing-masing level disesuaikan dengan informasi yang
dicatat. Aliran dari data tersebut adalah sebagai berikut, setelah administrator
level 1 memasukkan data, maka data tersebut akan muncul pada laman
administrator level 2. Administrator level 2 bisa mengubah dan memperbaha