Dalam Pertambangan, Seluruh PPN Dianggap Sebagai Biaya

Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
lab-akuntansi.umm.ac.id

Dalam Pertambangan, Seluruh PPN Dianggap Sebagai Biaya
Tanggal: 2011-11-24
Pelaksanaan SC Akuntansi Pertambangan hari kedua

Selama dua hari (19-20/11), Laboratorium Akuntansi mengadakan kegiatan SADAP yang tergolong baru yaitu Short Course Akuntansi Pertambangan.
Dalam penyelenggaraan acara ini, lab akuntansi berkerjasama dengan PT. Tunas Inti Abadi (TIA) Coal yang merupakan salah satu anak perusahaan
PT.Trakindo yang bergerak di bidang pertambangan.
“Short Course (SC) Akuntansi Pertambangan ini dikatakan baru karena hingga saat ini masih belum ada perguruan tinggi lain yang menyelenggarakan
acara serupa” ujar Ihyaul Ulum selaku Kepala Lab. Akuntansi. Selain itu, SC Akuntansi Pertambangan diselenggarakan dengan melihat kondisi saat ini
bahwa sektor pertambangan merupakan sektor yang menjanjikan. “Sektor pertambangan ini adalah sektor yang high paid”, kata Ilham Nugraha, Finance
Manager PT.TIA Coal.
Acara yang dihelat di Aula GKB III UMM ini diawali dengan pemberian materi umum tentang pertambangan. “Usaha tambang adalah usaha yang unik jika
dibanding dengan usaha lainnya, iika industri lain cenderung naik seiring bertumbuhnya usaha namun hal itu berbeda dengan perusahaan tambang,
dimana nilai perusahaan akan semakin turun seiring berjalanya waktu penambangan. Hal itu disebabkan karena deposit mineral dari perusahaan semakin
berkurang”, ujar Ilham sebelum mulai menjelaskan karateristik perusahaan tambang.
Selain itu, lanjut Ilham, perusahaan pertambangan memiliki going concern yang jelas sehingga dapat dipastikan kapan usaha pertambangan akan
menghentikan kegiatan produksinya. Hal tersebut dijelaskan dalam Joint Ore Reserves Comitte (JORC) report yang dibuat oleh konsultan independen

yang disewa oleh perusahaan untuk mengadakan penelitian atas mineral. Perusahaan tambang juga tidak memiliki persediaan Barang dalam proses
(BDP) karena persediaan baru akan diakui oleh perusahaan ketika sudah tiba di stasiun pengumpul (stockpile). Sedangkan hak milik atas barang tambang
sebelum sampai di stockpilemenjadi milik pemerintah sehingga biaya belum dapat diakui.
Dalam menjelesakan suatu materi, Ilham lebih suka menggunakan gambar untuk membuat peserta SC Akuntansi Pertambangan mengerti. Sebelum
mencoret-coret gambar yang dibuatnya. Dia menjelaskan biaya apa saja yang bisa diketegorikan sebagai biaya eksplorasi tagguhan.
“Biaya eksplorasi tangguhan meliputi biaya eksplorasi, evaluasi dan konstruksi yang terkait dengan perizinan jika tidak ada hubungan dengan perizinan
digolongkan sebagai aset tetap bagi perusahaan sedangkan biaya yang ada setelah produksi dimulai tidak boleh dimasukan sebagai biaya eksplorasi
tangguhan tetapi dibebankan pada periode bersangkutan”, jelas Ilham.
Dalam perhitungan akuntansi biaya eksplorasi industri tambang juga dapat diketahui karakteristiknya. “Biaya eksplorasi tangguhan merupakan komponen
aset dalam neraca yang harus diamortisasi setiap bulannya berdasarkan volume produksi mineral. Sehingga amortisasi dihitung dengan jumlah mineral
dikalikan rata-rata biaya deposit per ton dari mineral”, lanjut Ilham sambil menulis di papan.
Biaya lain yang terkait dengan pertambangan adalah biaya penambangan, biaya stockpile dan biaya port yang menghabiskan +85% dari keseluruhan
biaya, biaya land clearing, biaya lingkungan yang ditentukan di muka dan diajukan bersamaan dengan izin pertambangan, Corporate Social
Responsibility-CSR, depresiasi aset tetap yang diambil nilai paling pendek antara umur pertambangan dengan depresiasi asli peralatan,biaya konsultan,
biaya mobilisasi dan demobilisasi serta Biaya Overhead Pabrik-BOP yang hanya memakan + 5% dari total biaya yang ada.
“Untuk mengetahui besarnya cadangan terukur (reserve) dari interest area maka harus dihitung Stripping Rasio (SR) untuk menghitung nilai
deferred/provision production cost perusahaan”. Jelas Ilham. Untuk menentukan besarnya Deffered Product Cost(DPC) maka harus diketahui SR standar
dari perusahaan yang tertuang dalam JORC report, “ Jika SR aktual lebih besar dari SR standar maka terjadi DPC, namun jika SR aktual lebih kecil dari
SR standar maka terjadi provision production cost (PPC)” lanjut Ilham sambil tersenyum melihat antusiasme peseta SC akuntansi pertambangan.
Setelah itu Ilham menjelaskan cara mencari SR yaitu dengan membandingkan antara jumlah Over Burden(OB) dibandingkan dengan mineral yang diambil

atau dihasilkan. OB adalah tanah yang berada di atas mineral yang diambil. Seluruh komponen biaya-biaya di atas digolongkan sebagai Cost of Good
Sold (COGS) dimana seluruh komponen biaya yang ada dilakukan pencatatan yang sama yaitu melibatkan akun COGS dan hutang atau kas. Hal inilah
yang membedakan industri pertambangan dengan industri lain yaitu dalam pencatatan COGS. Selain itu pencatatan DPC akan mengurangi COGS
sedangkan PPC akan menambah COGS, sedangkan jika perusahaan sudah memiliki salah satu akun diferred/provision dan ingin melakukan penyesuian
maka tinggal membalik akun pembentukan saja. “Perlu diketahui bahwa dalam pertambangan seluruh PPN dianggap sebagai biaya sehingga tidak ada
selisih lebih atau kurang”, tegas Ilham.
“Dalam hal pembiayaan, industri pertambangan adalah usaha padat modal dan padat biaya baik dari pertambangan itu sendiri maupun pungutan
pemerintah, namun apa yang didapatkan dalam pertambangan juga jauh lebih besar dari biaya-biaya yang bersangkutan sehingga sebanding antara risiko
yang ditanggung dengan hasil yang didapatkan”, tutupnya. (sul/ns/kyl)

page 1 / 1