Kajian I'tikaf UMM Semakin Diminati

Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id

Kajian I'tikaf UMM Semakin Diminati
Tanggal: 2011-08-23
Ketua PP Muhammadiyah, M Dahlan Rais didampingi Rektor UMM, Muhadjir Effendy memberi tausyiah i'tikaf di UMM.

Gema Ramadhan di Kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kian terasa di penghujung Ramadhan
tahun ini. Seperti di bulan ramadhan-ramadhan sebelumnya di sepuluh hari terakhir Ramadhan, UMM selalu
menyelenggarakan Pekan I’tikaf Ramadhan (PIR) untuk seluruh dosen, karyawan serta tenaga part time juga
mahasiswa baik putra ataupun putri. Untuk kelompok putri, kajian berlangsung Sabtu (20/08), sedangkan kelompok
putra pada Senin (22/08). Sementara itu untuk kelompok masyarakat umum berlangsung sepanjang sepuluh hari
terakhir. Kegiatan dipusatkan di masjid AR Fahruddin UMM.
Rektor, Muhadjir Effendy, menyatakan kegiatan ini merupakan manifestasi dari ajaran I’tikaf yang sebaiknya
dilakukan di masjid. Melalui kegiatan yang dikoordinasikan ini, diharapkan para pegawai bisa merasakan syukur nikmat
karena diberi kesempatan mengabdikan diri di lembaga dakwah milik Muhammadiyah, UMM, sehingga bisa
bersama-sama melakukan I’tikaf. “Kegiatan ini merupakan salah satu perwujudan rasa syukur kita,” kata rektor.
Secara panjang lebar, Muhadjir menjelaskan hakekat I’tikaf yang benar menurut Al-quran dan Hadits. Dia
berharap dengan beri’tikaf secara khusuk, maka predikat takwa sebagaimana diisyaratkan dalam surat Al-Baqarah ayat
183 bisa tercapai.

Acara diisi dengan ceramah I’tikaf oleh narasumber dari PP Aisyiyah dan PP Muhammadiyah. Untuk
kelompok putrid, ceramah diberikan oleh ketua umum PP Aisyiyah Siti Noordjanah Djohantini. Sedangkan untuk
kelompok putra menghadirkan Ketua PP Muhammadiyah, Dahlan Rais.
Noordjanah mengupas persoalan jati diri muslimah yang bermartabat. Seorang muslimah, katanya, harus
memiliki identitas atau karakter yang memiliki harga diri. “Islam sendiri mengajarkan tentang identitas diri yang
utamanya harus memiliki kehormatan baik bagi laki-laki maupun perempuan,” kata istri ketua PP Muhammadiyah
Haedhar Nashir ini.
Dalam contoh kecil, menjaga martabat muslimah bisa dimulai dengan menutup aurat sebagai bentuk martabat
secara tepat. Namun dmeikian, katanya, akhlak muslimah haruslah bersifat dinamis, yang artinya muslimah harus
memiliki “adab al-mar’ah” yang baik lahir batinnya. Karena hal itu mengespresikan kebaikan dalam wujud amal saleh
diruang publik untuk mencerahkan umat dan bangsa.
Sementara itu Dahlan Rais juga didapuk membawakan tema serupa, yakni membangun karakter muslim yang
bermartabat. Dahlan membawakannya dengan berbagai ilustrasi contoh keteladanan rasulullah Muhammad SAW, serta
pengalaman pribadinya dalam berbagai kesempatan.
“Kita harus tetap memiliki harga diri di hadapan siapapun. Jangan mudah dibujuk, diberi bantuan lalu kita
munduk-munduk. Apalagi bantuan itu mengandung cara yang tidak benar, seperti dengan cara memanipulasi anggaran
negara,” kata Dahlan memberi contoh. Dia menilai, hingga saat ini martabat Muhammadiyah masih relatif terjaga meski
harus sering menghadapi perlakuan yang tidak semestinya. Namun itu dinilainya lebih baik daripada tunduk kepada
ketidak adilan.
Usai ceramah nara sumber, peserta diberi kesmepatan untuk diskusi kelompok dengan seorang ustadz

pemandu. Kegiatan yang diikuti tak kurang 600 pegawai UMM itu lantas dilanjutkan dengan solat qiyamul lail dan makan
sahur bersama. Di tengah salat malam, diisi muhassabah yang berisi refleksi-refleksi hidup dan kehidupan.
Ketua Panitia, Nursubeki, menerangkan dari tahun ke tahun kegiatan ini memperoleh apresiasi yang terus
membaik. Khusus untuk jamaah masyarakat umum, semakin hari semakin bertambah. “Pihak UMM menyediakan
makan sahur untuk jamaah yang telah terlebih dahulu mendaftar mengikuti I’tikaf di AR Fahruddin,” katanya. Berbeda
dengan jadwal salat tarawih yang dilaksanakan usai salat Isya, qiyamul lail pada I’tikaf berlangsung pukul 1.00 hingga
2.30 dini hari. (bib/nas)

page 1 / 1