HUBUNGAN ANTARA SELF CONTROL DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena selera barat mulai mewarnai gaya hidup masyarakat, hal ini
dapat dilihat dari maraknya pembangunan toko-toko swalayan dan department
store di kota-kota besar. Salah satu yang mempengaruhi perilaku membeli
masyarakat adalah banyaknya berbagai macam penawaran produk yang beredar,
baik yang secara langsung maupun melalui media massa. Hal tersebut mendorong
masyarakat untuk melakukan pembelian yang hanya memenuhi kepuasan semata
secara berlebihan atau biasa disebut perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif bukan
lagi untuk memenuhi kebutuhan semata tapi untuk memenuhi keinginan yang
sifatnya untuk menaikkan prestise, menjaga gengsi, mengikuti mode dan berbagai
alasan yang kurang penting.
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang
lain dalam hidupnya sejak lahir. Terutama dalam masa remaja yang merupakan
masa peralihan yaitu antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada saat inilah
individu itu mengalami pertumbuhan yang cepat, baik dari segi fisik maupun
psikologis. Mereka juga bukan lagi sebagai anak-anak, dalam arti luas ditinjau
dari segi postur fisik, sikap dan perilakunya, namun mereka juga belum bisa
dikatakan dewasa.

Ketika anak mulai memasuki usia remaja terutama pada masa remaja akhir
dimana pada masa ini adalah masa penting menuju gerbang kedewasaan namun
belum bisa dikatakan dewasa karena pada masa ini remaja mulai bergejolak
dengan lingkungannya dan emosi serta psikologisnya untuk menentukan yang
terbaik dalam kehidupannya, namun seringnya mereka tidak menyadari bahwa
suatu tahap perkembangan baru telah dimasukinya. Perubahan yang paling
menyolok dan mudah diamati adalah perubahan fisiknya.
Hurlock (dalam Wuryandari, 2005) pada umumnya remaja diharapkan
mampu untuk bersikap, berpikir, dan bertingkah laku yang sesuai dengan tuntutan
lingkungannya. Sehingga remaja memikul tugas dan tanggung jawab yang disebut

1

2

sebagai tugas-tugas perkembangan, antara lain mencapai hubungan yang lebih
matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
Penerimaan dari lingkungan sosial sangat

berpengaruh terhadap


perkembangan masa remajanya, dimana biasanya remaja akan mulai membentuk
grup dalam suatu lingkungan tertentu misalnya saja di sekolah ataupun di kampus.
Remaja akan diterima dengan baik ditengah-tengah pergaulannya, apabila remaja
mampu menyelaraskan dirinya dengan aturan yang berlaku di lingkungannya.
Sebaliknya, penolakan akan dilakukan apabila remaja tidak mampu melakukan
penyesuaian dengan lingkungannya tersebut. Maka penyesuaian sosial dari orang
lain akan membuat remaja lebih bisa melalui periode perkembangannya,
mengembangkan potensinya serta kemampuan yang dimilikinya dengan baik
tanpa merasa kurang percaya diri akan kemampuan yang dimiliki.
Dalam suatu lingkungan atau grup biasanya remaja dituntut untuk
mengikuti perkembangan dalam lingkungan tersebut, seperti dalam hal
penampilan misalnya. Ini mungkin yang seringkali membuat remaja melakukan
suatu tindakan dimana lebih mementingkan keinginan untuk diterima dalam suatu
kelompok tersebut daripada mementingkan kebutuhannya.
Saat ini banyak dan beraneka ragam produk di pasaran yang
mempengaruhi sikap seseorang terhadap pola pembelian dan pemenuhan
kebutuhan yang semakin meningkat, sehingga pemenuhan kebutuhan saat ini
bukan lagi digunakan untuk kebutuhan (need), tetapi sering didorong oleh
keinginan (want) yang sifatnya bisa ditunda seperti mengikuti mode, menaikkan

prestise, menjaga gengsi, menumbuhkan kepercayaan diri dan agar bisa diterima
di suatu lingkungan tertentu. Perilaku yang demikian cenderung mengarahkan
individu pada orientasi gaya hidup yang lebih memacu pada aspek-aspek materiil
atau dengan kata lain individu cenderung kearah perilaku konsumtif.
Zebua (dalam Trihapsari, 2007) menyatakan bahwa remaja memang sering
dijadikan target pemasaran berbagai produk industri, antara lain katena
karakteristik mereka yang labil, spesifik dan mudah dipengaruhi sehingga
akhirnya mendorong munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli yang
tidak wajar. Membeli dalam hal ini tidak lagi dilakukan karena produk tersebut
memang dibutuhkan, namun membeli dilakukan karena alasan-alasan lain seperti

3

sekedar mengikuti arus mode, ingin mencoba produk baru, dan ingin memperoleh
pengakuan sosial. Dengan demikian perilaku membeli tidak lagi menempati
fungsi yang sesungguhnya dan menjadi suatu ajang pemborosan biaya, apalagi
bila hal ini dilakukan oleh remaja yang belum memiliki penghasilan sendiri.
Gaya hidup suka berbelanja (shopoholics) dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor yang dapat memberikan alasan mengapa seseorang membeli suatu
produk. Selain jenis produk, faktor demografi dan faktor ekonomi serta faktor

psikologis juga dapat mempengaruhi pembelian seseorang. Termasuk faktor
psikologis ini adalah : motif, sikap, kepribadian dan sebagainya (Swastha, 1987).
Hasil penelitian yang dilakukan Marlina (2006) membuktikan bahwa
pemenuhan kebutuhan sangat penting artinya untuk mengantarkan individu pada
kehidupan yang selaras dengan lingkungannya. Hal ini biasanya banyak terjadi
pada kaum perempuan terutama remaja, karena pada umumnya mereka lebih
cenderung suka pada hal-hal yang bersifat konsumtif seperti suka belanja atau
membeli sesuatu. Dalam usaha untuk mencapai keselarasan tersebut, biasanya
mereka mengembangkan suatu pola perilaku tertentu, dimana pada masingmasing kelompok sangatlah beragam. Permasalahan kemudian muncul ketika
dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut mereka mengembangkan
perilaku yang mengarah pada perilaku konsumtif.
Dewasa ini kesejahteraan seseorang sering diidentikkan dengan kuantitas
konsumsi materi semata. Semakin banyak yang dikonsumsi seseorang dipandang
semakin sejahtera dan ini yang menjadi gaya hidup saat ini. Berkembangnya gaya
hidup yang seperti ini jika terjadi pada remaja yang beruntung atau memiliki
keluarga yang berkcukupan akan bisa berperilaku membeli barang-barang yang
diinginkannya tanpa memiliki beban, namun jika masalah ini terjadi pada remaja
yang memiliki kemampuan ekonomi yang bisa dikatakan kurang akan menuntut
dirinya untuk mengupayakan keinginan-keinginannya agar bisa setaraf dengan
lingkungannya akan menggunakan cara apapun untuk mewujudkannya.

Remaja-remaja tersebut pada dasarnya hanya ingin mengejar kesenangan
sesaat. Mereka berupaya untuk bisa merasakan seperti apa yang orang lain
rasakan melalui jalan pintas. Individu yang demikian berkaitan erat dengan
kebutuhan dasar seperti gengsi, ikut-ikutan teman dan keinginan mencoba-coba.

4

Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat
usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin
diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari
lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain
yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut
yang sedang in. Remaja dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih
memandang bahwa atribut yang superfisial itu sama penting (bahkan lebih
penting) dengan substansi. Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi
idola para remaja menjadi lebih penting (untuk ditiru) dibandingkan dengan kerja
keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai pada
kepopulerannya.
Menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar pada
remaja ini dilakukan secara berlebihan. Pepatah “lebih besar pasak daripada

tiang” berlaku di sini. Terkadang apa yang dituntut oleh remaja di luar
kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Hal ini menyebabkan banyak
orang tua yang mengeluh saat anaknya mulai memasuki dunia remaja. Dalam hal
ini, perilaku tadi telah menimbulkan masalah ekonomi pada keluarganya.
Di kalangan remaja yang memiliki orang tua dengan kelas ekonomi yang
cukup berada, terutama di kota-kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua.
Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang
sedang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja
tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Alhasil, muncullah perilaku yang
konsumtif.
Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup
sekelompok remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang
dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung
oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila
pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak
sehat. Tuntutan semacam ini menunjukkan rendahnya kesadaran diri atau kontrol
diri yang ada pada individu.
Kontrol diri merupakan salah satu sifat dari kepribadian manusia. Ada
individu yang memiliki kontrol diri rendah dan ada pula individu yang memiliki


5

kontrol diri yang tinggi. Individu dengan kontrol diri yang tinggi mampu
mengarahkan perilakunya kepada hal-hal yang positif, sedangkan individu yang
memiliki kontrol diri yang rendah akan mudah membawa perilakunya kearah
yang negatif. Kontrol diri ini bisa dikendalikan, bagaimana kita menyikapi
berbagai godaan di dunia luar dikendalikan oleh emosi dan pikiran kita dan
kemudian ditunjukkan dengan perilaku yang muncul.
Skinner (dalam Alwisol, 2008) pengertian kontrol diri (self control) itu
sendiri bukan mengontrol kekuatan di dalam “self”, tetapi bagaimana self
mengontrol variabel-variabel luar yang menentukan tingkahlaku. Tingkahlaku
tetap ditentukan oleh variabel luar, namun dengan berbagai cara kontrol diri
berikut, pengaruh variabel itu dapat diperbaiki-diatur atau dikontrol : memindah
atau menghindar, penjenuhan, stimuli yang tidak disukai, dan memperkuat diri.
Terdapat penelitian milik Trihapsari (2007) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara Kontrol Diri dengan
kecenderungan Berperilaku Konsumtif pada Mahasiswi Fakultas Ekonomi
Brawijaya Malang, hasil ditunjukkan dengan koefisien korelasi (r) sebesar -0,219
dengan probabilitas (p) 0,009. Hal ini berarti semakin tinggi kontrol diri maka
semakin rendah kecenderungan perilaku konsumtifnya begitu pula sebaliknya.

Terdapat penelitian terdahulu milik Rahayuningsih (2011) diketahui nilai
koefisien (r) sebesar -0,463 dengan p < 0,000. Hal ini berarti hipotesis yang
penulis ajukan terbukti yaitu ada hubungan negatif yang signifikan antara kontrol
diri dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa. Sumbangan efektif kontrol diri
dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa sebesar 21,4%, berati masih terdapat
78,6% variabel lain yang mempengaruhi perilaku konsumtif pada mahasiswa di
luar variabel kontrol diri. Diketahui variabel kontrol diri mempunyai rerata
empirik sebesar 67,506 dan rerata hipotetik sebesar 60 yang berarti pada subjek
penelitian tergolong tinggi. Pada variabel perilaku konsumtif mempunyai rerata
empirik sebesar 58,518 dan rerata hipotetik sebesar 67,5 yang berarti pada subjek
penelitian tergolong rendah.
Terdapat juga penelitian milik Madjuk (2010) di penelitiannya yang
berjudul Perilaku Konsumtif pada Remaja Putri Perantau menyatakan bahwa
perilaku konsumtif adalah tindakan yang lebih memenuhi keinginan daripada

6

kebutuhannya sendiri demi mencapai kepuasan. Hal ini dapat dilihat pada pola
seseorang membeli barang dengan maksud membeli produk/barang karena buat
hadiah, kemasannya menarik, atas pertimbangan harga (bukan manfaat

barangnya), membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi, hanya
sekedar menjaga simbol status, membeli produk dengan harga mahal akan
menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi, dan mencoba produk yang sejenis
(merk berbeda). Hal ini biasanya banyak terjadi pada kaum hawa terutama remaja
karena pada umumnya ingin mencapai keselarasan hidup dengan lingkungannya
dan karakteristik remaja putri yang senang dipuji.
Berdasarkan ringkasan latar belakang diatas dan menurut penelitian
terdahulu, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara self control
dengan perilaku konsumtif pada remaja, dimana perilaku konsumtif terjadi secara
langsung maupun tidak langsung mulai menyerang kaum hawa di usia remaja
dimana pada usia itu remaja masih memiliki konsep diri yang labil karena masih
berada pada periode usia remaja dan dewasa. Tidak bisa dikatakan sebagai anakanak tetapi juga belum bisa dikatakan dewasa. Sehingga lingkungan yang dirasa
berpengaruh terhadap perilakunya seperti kecenderungan remaja berperilaku
konsumtif. Jika remaja tidak memiliki kontrol di dalam dirinya, remaja akan
terbawa arus perilaku konsumtif yang akan membawanya ke arah yang negatif.
Sehingga sangat diperlukan kontrol diri yang tinggi untuk mengontrol
perilakunya.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan yaitu “Apakah terdapat hubungan antara Self Control dengan
Perilaku Konsumtif pada Remaja Akhir?”

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara Self Control dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja Akhir.

7

D. Manfaat Penelitian
1.

Manfaat Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori-teori
yang bersangkutan dengan ilmu psikologi, terutama tentang bagaimana
individu dalam mengontrol perilakunya yang didasarkan atas pertimbangan
emosi terhadap perilaku konsumtif.

2.

Manfaat Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengalaman peneliti baik dalam proses pembuatannya maupun hasil akhirnya,
serta memberi masukan kepada pembaca khususnya mahasisiwi untuk lebih
bisa mengontrol diri dan lebih memperhatikan dalam pembelian suatu
produk, lebih waspada terhadap barang yang ditawarkan dan lebih
mementingkan kebutuhan daripada keinginan.

HUBUNGAN ANTARA SELF CONTROL DENGAN PERILAKU
KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR

SKRIPSI

Oleh:
Astika Yudha Pratiwi
08810107

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

HUBUNGAN ANTARA SELF CONTROL DENGAN PERILAKU
KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:
Astika Yudha Pratiwi
08810107

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................

ii

LEMBAR PERNYATAAN ..........................................................................

iii

KATA PENGANTAR .. ..............................................................................

iv

INTISARI ...................................................................................................

vi

DAFTAR ISI ...............................................................................................

viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xi

BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah .........................................................

1

B. Rumusan Masalah ...................................................................

6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ..................................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................

8

A. Perilaku Konsumtif ..................................................................

8

1. Pengertian Perilaku Konsumtif ………………………...

8

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumtif .

9

3. Indikator Perilaku Konsumtif .........................................

10

B. Self Control ............................................................................

11

1. Pengertian Self Control ...................................................

11

2. Jenis dan aspek Self Control ...........................................

13

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Self Control …….

14

C. Remaja Akhir ……………………………………………. .......

15

1. Pengertian Remaja Akhir ………………………......…..

15

2. Ciri-ciri Khas Remaja Akhir ………………...................

16

3. Perkembangan sikap, perasaan/emosi Remaja Akhir .....

17

4. Perkembangan pribadi, sosial dan moral Remaja Akhir .

18

5. Kebutuhan-kebutuhan Khas Remaja Akhir ....................

20

BAB II

D. Hubungan Self Control dengan Perilaku Konsumtif ................

21

E. Kerangka Berfikir ...................................................................

24

F. Hipotesis .................................................................................

25

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................

26

A. Desain Penelitian ....................................................................

26

B. Variabel Penelitian .................................................................

26

1. Identifikasi variabel penelitian ...........................................

26

2. Definisi operasional variabel penelitian .............................

27

C. Populasi dan Sampel ...............................................................

28

D. Jenis data dan Metode Pengumpulan Data ..............................

29

1. Jenis data ..........................................................................

29

2. Metode pengumpulan data ................................................

30

E. Validitas dan Reliabilitas ........................................................

33

a. Validitas ......................................................................

33

b. Reliabilitas ..................................................................

38

F. Prosedur Penelitian .................................................................

41

G. Teknik Analisis Data ..............................................................

41

H. Rancangan Analisa Data .........................................................

41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................

43

A. Deskripsi Data .......................................................................

43

B. Analisis Data .........................................................................

44

C. Pembahasan ...........................................................................

45

PENUTUP ..................................................................................

50

A. Kesimpulan ............................................................................

50

B. Saran-saran .............................................................................

50

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

52

LAMPIRAN ................................................................................................

54

BAB V

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Cover Penelitian .........................................................................................

55

2. Skala Uji Coba Try Out Self Control dan Perilaku Konsumtif ..................

57

3. Skala Penelitian Self Control dan Perilaku Konsumtif ..............................

62

4. Data Uji Coba Try Out Skala Self Control dan Perilaku Konsumtif .........

67

5. Validitas dan Reliabilitas Data Uji Coba Try Out Skala Self Control dan
Perilaku Konsumtif ....................................................................................

72

6. Data Penelitian Skala Self Control dan Perilaku Konsumtif .....................

88

7. Hasil Analisis T-score dan Uji Korelasi Skala Self Control dan
Perilaku Konsumtif ...................................................................................

95

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghifari, A. (2003). Remaja korban mode (Cetakan Kedua). Bandung : Mujahid
Press.
Alwisol. (2008). Psikologi kepribadian (Ed. revisi). Malang : UMM Press.
Ancok, D. (1995). Nuansa psikologi pembangunan. Yogyakarta : Yayasan
INSAN KAMIL dan PUSTAKA PELAJAR.
Azwar, S. (2010). Metode penelitian (Cetakan Kesepuluh). Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
________. (2009). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ghufron, M.N., & Risnawati, R. (2010). Teori-teori psikologi (Cetakan Pertama).
Yogyakarta : AR-RUZZ Media.
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi perkembangan - Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Kerlinger, F.N. (2000). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta : UGM
Press.
Kotler, P., & Armstrong, G. (2001). Jilid I : Prinsip-prinsip pemasaran. Jakarta :
Erlangga.
Lazarus, R.S. (1976). Third edition : Patterns of adjustment. Tokyo : McGRAWHILL KOGAKUSHA, LTD.
Madjuk. I. (2010). Perilaku konsumtif pada remaja putri perantau (Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).
Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja. Surabaya : Usaha Nasional.
_________. (2006). Kamus istilah konseling & terapi. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada.
Marlina, N. (2006). Perilaku konsumtif di kalangan mahasiswi - Studi pada
mahasiswi FISIP UMM angkatan 2003/2004 (Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).
Rahayuningsih, Y.D. (2011). Hubungan antara kontrol diri dengan perilaku
konsumtif pada mahasiswa (Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Jawa Tengah).

52

Sarwono, S.W. (2011). Psikologi remaja (Ed. revisi). Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada.
Soesilowindradini. (t.t.). Psikologi perkembangan (Masa remaja). Surabaya :
Usaha Nasional.
Sugiyono. (2010). Statistika untuk penelitian (Cetakan Ketujuhbelas). Bandung :
ALFABETA.
Swastha, B., & Handoko, H. (1987). Menejemen pemasaran – Analisa perilaku
konsumen (Cetakan Kedua). Yogyakarta : Liberty.
Tambunan, R. (2001). Remaja dan perilaku konsumtif. www.e-psikologi.com.
Diakses pada 04 Oktober 2011.
Trihapsari, R. (2007). Hubungan antara kontrol diri dengan perilaku konsumtif
pada mahasiswi (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa
Timur).
Wuryandari, Y. (2005). Hubungan antara self confident dengan penyesuaian
sosial para remaja (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa
Timur).
Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan.
Malang : UMM Press.