The design of sustainable seaweed industry cluster development model

RANCANG BANGUN MODEL PENGEMBANGAN KLASTER
INDUSTRI RUMPUT LAUT YANG BERKELANJUTAN

YULI WIBOWO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi tentang Rancang Bangun Model
Pengembangan Klaster Industri Rumput Laut yang Berkelanjutan adalah karya saya
sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Oktober 2011


Yuli Wibowo
NRP. 361050041

i

ABSTRACT
YULI WIBOWO. The Design of Sustainable Seaweed Industry Cluster Development
Model. Supervised by M. SYAMSUL MA'ARIF, ANAS M. FAUZI, and LUKY
ADRIANTO
The application of cluster approach is performed to further utilize and develop
seaweed industry to become an integrated, powerful industry from upstream to
downstream and highly competitive one. The purpose of this research was to design
a model of seaweed industry cluster development by using economic, social and
environmental aspects of sustainable development approach. This model was
composed of three key sub-models, i.e.: diagnosis of feasibility of development,
operations development, and prediction of performance development. The model
formulation used both of soft and hard system methodology. This research produced
a decision support system named Model KlasteRula, which used a programming
language called Visual Basic Version 6. This model can be used to assist in the
decision making process of sustainable seaweed industry cluster development. The

model design was implemented in Sumenep district, East Java province. From the
result of model implementation, it showed that the model has been able to perform
simulations and produced behaviors that match the expected system. Sustainable
seaweed industry cluster development was predicted to be able to enhance profits of
business actors in the cluster, increase labor absorption, and suppress potential
environmental pollution caused by agro-industry liquid waste through the recycling
process, so as to increase water-use efficiency.
Keywords: seaweed industry cluster, sustainable development, decision support
system, model implementation

ii

RINGKASAN
YULI WIBOWO. Rancang Bangun Model Pengembangan Klaster Industri
Rumput Laut yang Berkelanjutan. Dibimbing oleh M. SYAMSUL MA’ARIF,
ANAS M. FAUZI, dan LUKY ADRIANTO
Indonesia merupakan negara penghasil rumput laut terbesar di dunia,
khususnya untuk rumput laut penghasil karaginan, yaitu jenis Eucheuma cottonii dan
Eucheuma spinosum. Dalam rangka meningkatkan daya saing industri rumput laut
di Indonesia, penguatan struktur industri rumput laut nasional perlu segera dilakukan.

Strategi pengembangan industri rumput laut di Indonesia masih kurang terencana
dengan baik, karena belum dirancang menjadi suatu struktur usaha yang dikelola dan
berorientasi pada pengembangan industri dari hulu sampai hilir dan turunannya.
Pada sisi yang lain, secara internal industri rumput laut didalam negeri masih
menghadapi berbagai kendala pada hampir semua segmen, baik pada tingkat
pembudidaya, pengepul atau kolektor, maupun di tingkat industri pengolahan.
Permasalahan industri rumput laut di Indonesia pada umumnya terkait dengan
permasalahan budidaya, pascapanen, pengolahan dan pemasaran.
Berdasarkan pada kondisi-kondisi tersebut, maka langkah yang perlu segera
dilakukan adalah memprogramkan penguatan struktur industri rumput laut nasional
dari hulu ke hilir, diantaranya melalui pendekatan klaster industri. Penerapan
pendekatan klaster industri rumput laut dilakukan untuk lebih mendayagunakan dan
mengembangkan industri rumput laut Indonesia sehingga menjadi industri yang
terintegrasi dan handal mulai dari hulu hingga hilir serta berdaya saing tinggi.
Penelitian ini bermaksud untuk merancang model pengembangan klaster
industri rumput laut yang berkelanjutan. Rancangan model tersusun atas tiga
submodel utama, yaitu submodel diagnosis kelayakan pengembangan, operasi
pengembangan, dan kinerja pengembangan. Formulasi model menggunakan soft
system metodhology dan hard system metodhology, yang meliputi teknik heuristic,
independent preference evaluation (IPE), ordered weighted averaging (OWA),

sistem pakar, interpretive structural modeling (ISM), analytical hierarchy process
(AHP), serta analisis kelayakan usaha. Proses verifikasi model dilakukan melalui
pengujian logika, kesesuaian konseptual dan kerja komputasi, sementara validasi
model menggunakan teknik face validity, event validity, sensitivity analysis,
animation dan predictive validation.
Rancangan model diimplementasikan di Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa
Timur. Hasil implementasi model memperlihatkan bahwa model telah mampu
melakukan simulasi dan menghasilkan perilaku yang sesuai dengan sistem yang
diharapkan. Kabupaten Sumenep merupakan wilayah yang potensial untuk
pengembangan klaster industri rumput laut. Hal ini dapat dilihat dari penilaian
prasyarat ekologi yang memperlihatkan bahwa wilayah perairan di Kabupaten
Sumenep “sesuai” untuk budidaya rumput laut. Selain itu, penilaian prasyarat
ekonomi, sosial, dan kelembagaan juga menunjukkan bahwa wilayah ini memang
“cukup layak” untuk dikembangkan klaster industri rumput laut.

iii

Skenario pengembangan klaster difokuskan pada upaya peningkatan kualitas
produk dari hulu hingga hilir melalui kerjasama yang baik dan intensif antar pelaku
usaha yang terlibat didalam klaster, meliputi pembudidaya, kelompok pembudidaya,

koperasi, dan agroindustri. Kualitas rumput laut yang baik menjadi faktor pendorong
dalam penciptaan produk alkali treated cottonii (ATC) yang berkualitas dengan
harga yang kompetitif. Pengembangan klaster industri rumput laut mampu
mendorong peningkatan harga pada setiap simpul rantai usaha didalam klaster ratarata sebesar 19,06% dengan asumsi kualitas produk (gel strength/GS) meningkat dari
775 gr/cm2 menjadi 900 gr/cm2.

Pengembangan klaster industri rumput laut dirancang untuk menghasilkan
produk karaginan semi murni dalam bentuk alkali treated cottonii (ATC) dengan
kapasitas sebesar 1.575 kg/hari, atau 472,5 ton/tahun. Berdasarkan target kapasitas
tersebut, maka jumlah kebutuhan rumput laut kering (Eucheuma cottonii) sebagai
bahan baku ATC adalah 1.575 ton/tahun. Untuk mendapatkan jumlah bahan baku
yang sesuai dengan kapasitas tersebut, maka kebutuhan lahan untuk budidaya yang
perlu disediakan adalah 210 ha dengan luasan kebun bibit mencapai 60 ha.
Kebutuhan lahan ini dapat terpenuhi mengingat potensi luas lahan budidaya di
Kabupaten Sumenep cukup besar, yaitu 11.500 ha.
Terkait dengan permasalahan limbah yang dihasilkan agroindustri ATC,
penanganannya diprioritaskan pada upaya pemanfaatan kembali air limbah yang
digunakan untuk proses pencucian (bobot=0,462), yang diikuti oleh upaya
peningkatan nilai tambah limbah menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomis
(bobot=0,430). Sementara, peningkatan kinerja IPAL belum menjadi prioritas utama

dalam penanganan permasalahan limbah industri (bobot=0,108). Penanganan limbah
melalui proses daur ulang selain bermanfaat untuk mengurangi permasalahan
pencemaran lingkungan, maka hal ini juga dapat menjadi solusi bagi agroindustri
ATC yang mempunyai keterbatasan dalam penyediaan air bersih.
Strukturisasi elemen-elemen sistem pengembangan klaster industri rumput
laut menghasilkan: (a) elemen kendala dalam pengembangan, dengan elemen kunci
yaitu keterbatasan SDM yang berkualitas serta keterbatasan akses informasi dan
jaringan pemasaran produk; (b) elemen tolok ukur pencapaian tujuan pengembangan,
dengan elemen kunci yaitu penurunan potensi pencemaran lingkungan dan proporsi
keuntungan yang seimbang antar pelaku dalam klaster; (c) elemen aktivitas
pengembangan, dengan elemen kunci yaitu memberikan bimbingan dan
pendampingan serta memperluas akses informasi dan jaringan pemasaran dan elemen
lembaga yang terlibat dalam pengembangan; (d) elemen pelaku pengembangan,
dengan elemen kunci meliputi industri inti, pembeli, kelompok usaha pembudidaya,
dan masyarakat lokal. Elemen-elemen ini digunakan untuk merumuskan model
konseptual dalam pengembangan klaster industri rumput laut.
Prediksi kinerja pengembangan klaster bertujuan untuk mengevaluasi dan
menganalisis sampai sejauh mana tingkat pencapaian kinerja klaster sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Hasil prediksi kinerja klaster menunjukkan bahwa
pengembangan klaster industri rumput laut mampu mendorong tercapainya

keberlanjutan klaster, baik keberlanjutan pada aspek ekonomi, sosial, maupun
lingkungan.

iv

Dengan adanya peningkatan harga yang terjadi didalam klaster karena
kualitas produk dapat ditingkatkan, maka nilai tambah yang diperoleh dari
pengembangan klaster industri rumput laut mencapai Rp. 3.505.715.325 per tahun
dimana nilai tambah tersebut sebagian besar dinikmati oleh pembudidaya secara
agregat dengan proporsi 66,14% kemudian disusul agroindustri sebesar 20,67%, dan
selebihnya dinikmati oleh koperasi dan kelompok pembudidaya masing-masing
sebesar 4,55% dan 8,64%. Hasil ini menunjukkan bahwa pengembangan klaster
sangat bermanfaat bagi pelaku usaha yang terlibat dalam rantai usaha rumput laut
karena dapat meningkatkan pendapatannya. Pengembangan klaster juga bermanfaat
bagi daerah karena dapat menciptakan sumber pendapatan bagi daerah. Kontribusi
klaster industri terhadap PAD mencapai 1,14%.
Pengembangan klaster industri rumput laut mampu mendorong penyerapan
jumlah tenaga kerja, khususnya tenaga kerja pada usaha budidaya rumput laut.
Jumlah tenaga kerja yang terserap didalam klaster berbanding lurus dengan jumlah
kapasitas produksi yang ditetapkan didalam klaster. Jumlah tenaga kerja yang

terserap akan semakin bertambah dengan meningkatnya kapasitas produksi klaster.
Jumlah tenaga kerja yang terserap didalam klaster industri rumput laut mencapai
14,56% dari total angkatan kerja yang ada.
Penanganan limbah industri didalam klaster mampu mengurangi potensi
pencemaran lingkungan yang disebabkan limbah cair yang dihasilkan oleh
agroindustri rumput laut (ATC) melalui proses daur ulang. Proses daur ulang limbah
cair juga mampu meningkatkan efisiensi penggunaan air dalam proses pengolahan
rumput laut dengan pemakaian kembali air yang telah didaur ulang untuk proses
produksi. Efisiensi penggunaan air melalui proses daur ulang limbah mencapai
60,71%. Jika kebutuhan air untuk proses pengolahan ATC dalam setahun sebesar
114.660 m3, maka dalam setahun air yang dapat dihemat mencapai 69.615 m3.
Penanganan limbah melalui proses daur ulang dapat menjadi solusi bagi agroindustri
ATC yang umumnya berada di daerah pesisir dimana ketersediaan air bersih terbatas.
Penghematan air ini sangat bermanfaat utamanya dengan semakin meningkatnya
harga air yang relatif tinggi.

v

© Hak Cipta Milik IPB Tahun 2011
Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencamtumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang
wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB.

vi

RANCANG BANGUN MODEL PENGEMBANGAN KLASTER
INDUSTRI RUMPUT LAUT YANG BERKELANJUTAN

Yuli Wibowo

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Ujian Tertutup
Penguji Luar Komisi
Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS.
Dr. Ir. Sukardi, MM.
Ujian Terbuka
Penguji Luar Komisi
Prof. Dr. Jana T. Anggadiredja, MS.
Dr. Ir. Eddy Supriyono, MSc.

Judul Disertasi

:

Nama Mahasiswa
NIM


:
:

Rancang Bangun Model Pengembangan Klaster Industri
Rumput Laut yang Berkelanjutan
Yuli Wibowo
F361050041

Disetujui
Komisi pembimbing

Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Ma’arif, MEng.
Ketua

Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, MEng.
Anggota

Dr. Ir. Luky Adrianto, MSc.
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian

Dekan Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Machfud, MS.

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr.

Tanggal Ujian: 12 Agustus 2011

Tanggal Lulus:

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Disertasi yang
berjudul “Rancang Bangun Model Pengembangan Klaster Industri Rumput Laut
yang Berkelanjutan”. Penelitian ini menghasilkan sistem penunjang keputusan yang
dapat bermanfaat bagi para pengambil keputusan dan pihak-pihak terkait dalam
rangka mengembangkan klaster industri rumput laut yang berkelanjutan.
Disertasi ini dapat terselesaikan berkat peran yang besar dari komisi
pembimbing. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan
yang sangat tulus dan mendalam kepada Prof.Dr.Ir. M. Syamsul Ma’arif, MEng.
selaku Ketua Komisi Pembimbing serta Prof.Dr.Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng. dan
Dr.Ir. Luky Adrianto, MSc. masing-masing selaku Anggota Komisi Pembimbing
yang telah memberikan curahan waktu, bimbingan, arahan, nasihat dan dorongan
moral dengan penuh dedikasi kepada penulis dari awal hingga selesainya disertasi
ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Rektor Institut Pertanian
Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Dekan Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Ketua Departemen Teknologi Industri
Pertanian Institut Pertanian Bogor, dan Ketua Program Studi Teknologi Industri
Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor atas segala bantuan dan
pelayanan yang diberikan selama ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan
kepada seluruh staf pengajar Program Studi Teknologi Industri Pertanian Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan ilmu dan
pengalamannya selama penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana
Program Studi Teknologi Industri Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS. dan
Dr. Ir. Sukardi, MM. atas segala masukan dan saran yang berharga untuk
kesempurnaan disertasi pada saat pelaksanaan Ujian Tertutup. Penulis juga tidak
lupa menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
Prof. Dr. Jana T. Anggadiredja, MS. dan Dr. Ir. Eddy Supriyono, MSc. yang telah
banyak memberikan masukan berupa kritik dan saran yang berharga untuk
kesempurnaan disertasi pada saat pelaksanaan Ujian Terbuka.
Terimakasih yang mendalam penulis sampaikan kepada Rektor Universitas
Jember, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember, dan Ketua Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian atas ijin dan kesempatan yang diberikan kepada penulis
untuk mengikuti Program Doktor pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor. Ucapan terimakasih yang sama juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan
staf pengajar dan pegawai pada Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember
atas segala bantuan dan dorongan moralnya.
Penghargaan dan terimakasih penulis sampaikan kepada pengelola BPPS
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional atas
dukungan dana beasiswa yang telah diberikan. Terimakasih yang sama penulis
xi

sampaikan kepada Rektor Universitas Jember yang telah memberikan bantuan dana
penelitian.
Penghargaan dan terimakasih penulis sampaikan Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Timur, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Sumenep, Ketua Koperasi Aneka Usaha Kabupaten Sumenep, Ketua KUB Rumput
Laut Mitra Bahari Kabupaten Pamekasan, Pimpinan PT. Indonusa Algaemas Prima,
pengusaha rumput laut di Kabupaten Sumenep, dan semua nara sumber yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala waktu, pengalaman, ilmu dan
pengetahuan yang diberikan kepada penulis selama penulis melakukan pengumpulan
data di lapangan.
Kepada rekan-rekan seperjuangan TIP Angkatan 2005, Dr.Ir. Luluk Sulistiyo
Budi, MP., Dr.Ir. I Gusti Bagus Udayana, MS., Dr.Ir. Novizar Nazir, MS., Dr.Ir. Cut
Meurah Rosnelly, MT., Ir. Fahmi Riadi, MSi., Henny Purwaningsih, SSi, MSi., dan
Herfiani Rizkia, STp, MSi., penulis menyampaikan terimakasih atas kerjasama dan
kebersamaannya selama mengikuti pendidikan.
Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Bambang Herry Purnomo, STp, MSi., atas segala kebersamaan
dan persaudaraan yang terjalin selama ini khususnya selama mengkuti pendidikan.
Kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan
sampai selesainya disertasi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
disampaikan terimakasih.
Rasa hormat dan terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis haturkan
kepada Ayahanda Soedarminto (almarhum) dan Ibunda Sunarti yang tidak kenal
lelah untuk memberikan doa, motivasi, semangat, dan pengorbanan yang tulus
kepada penulis selama mengikuti pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga
pada pendidikan tinggi. Kepada Bapak Mertua Muhammad Santoso (almarhum) dan
Ibu Mertua Nastuti Heruwati yang juga telah memberikan doa dan semangat kepada
penulis dalam mengikuti pendidikan. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan
kepada kakak dan adik semuanya yang telah memberikan dorongan dan motivasi.
Penghargaan dan kebanggaan yang tak terhingga dengan segala ketulusan penulis
sampaikan kepada istri tercinta Rr. Rizkika Hidayasanti dan ananda tersayang Arya
Mahdi Panji Wibowo atas segala pengorbanan, pengertian, ketulusan, ketabahan, dan
dorongan semangat yang telah diberikan selama penulis mengikuti pendidikan.
Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari kesempurnaan. Segala
kritik dan saran akan selalu penulis harapkan demi kesempurnaan Disertasi ini.
Semoga disertasi dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pihak-pihak
yang berkepentingan.
Terimakasih.

Bogor, September 2011

Yuli Wibowo
NRP. F361050041

xii

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 30 Juli 1972. Penulis merupakan
anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Soedarminto (almarhum) dan
Sunarti. Penulis memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas
Pertanian Universitas Jember pada tahun 1995. Penulis menyelesaikan Pendidikan
Magister Sains pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005. Kemudian pada tahun yang
sama, penulis melanjutkan pendidikan program doktor pada Program Studi
Teknologi Industri Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan
beasiswa pendidikan BPPS Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian
Pendidikan Nasional.
Selama mengikuti program S3, penulis berkesempatan menulis artikel dan
terpublikasi secara ilmiah pada beberapa jurnal, antara lain: (i) Strategi
Pengembangan Agroindustri Karaginan Menggunakan Perspektif Keunggulan
Bersaing yang Berkelanjutan, Jurnal Agrointek Volume 4 Nomor 1 Tahun 2009,
Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Trunojoyo; (ii) Diagnosis
Kelayakan Pengembangan Klaster Industri Rumput Laut yang Berkelanjutan, Jurnal
Agrointek Volume 4 Nomor 3 Tahun 2011, Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Universitas Trunojoyo; dan (iii) Strategi Pengembangan Klaster Industri Rumput
Laut yang Berkelanjutan, Jurnal Agritek: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Eksakta
Volume 12 Nomor 1 Tahun 2011, Universitas Merdeka Madiun.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember mulai tahun 1999 hingga sekarang. Penulis menikah dengan
Rr. Rizkika Hidayasanti, STp. dan dikaruniai satu orang putra yang bernama Arya
Mahdi Panji Wibowo.

xiii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
DAFTAR TABEL..............................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................

xi
xv
xvii
xix
xxi

PENDAHULUAN.............................................................................................
Latar Belakang........................................................................................
Tujuan…………......................................................................................
Ruang Lingkup........................................................................................
Manfaat....................................................................................................

1
1
5
5
6

TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................
Rumput Laut............................................................................................
Klaster Industri........................................................................................
Pembangunan Berkelanjutan...................................................................
Pendekatan Sistem...................................................................................
Penelitian Terdahulu...............................................................................

7
7
14
24
29
36

METODOLOGI.................................................................................................
Kerangka Pemikiran................................................................................
Tahapan Penelitian..................................................................................
Tempat Penelitian....................................................................................
Metode Pengumpulan Data.....................................................................

41
41
42
50
51

ANALISIS SISTEM..........................................................................................
Deskripsi Sistem Klaster Industri Rumput Laut.....................................
Analisis Kebutuhan.................................................................................
Formulasi Permasalahan........................................................................
Identifikasi Sistem.................................................................................

53
53
65
67
70

PEMODELAN SISTEM....................................................................................
Model Diagnosis Kelayakan Pengembangan Klaster.............................
Model Operasi Pengembangan Klaster...................................................
Model Prediksi Kinerja Pengembangan..................................................
Perancangan Sistem Penunjang Keputusan.............................................

75
77
85
97
108

xv

Halaman
HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................
Verifikasi dan Validasi Model................................................................
Implementasi Model................................................................................
Pengembangan Klaster Industri Rumput Laut........................................
Keterbatasan Model.................................................................................

113
113
115
163
173

SIMPULAN DAN SARAN...............................................................................
Simpulan .................................................................................................
Saran........................................................................................................

177
177
178

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

181

xvi

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1 Nilai nutrisi rumput laut jenis Eucheuma sp................................................

9

2 Perbandingan antara klaster industri dengan sentra industri........................

16

3 Struktur model klaster industri rumput laut yang berkelanjutan..................

46

4 Formulasi model pengembangan klaster industri........................................

47

5 Potensi lahan pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia...............

56

6 Permintaan rumput laut dunia....................................................................

61

7 Permintaan rumput laut Indonesia.............................................................

62

8 Analisis kebutuhan komponen sistem........................................................

66

9 Matriks kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut……........................

78

10 Kelas kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut...................................

78

11 Indikator prasyarat ekonomi........................................................................

80

12 Indikator prasyarat sosial.............................................................................

80

13 Indikator prasyarat kelembagaan.................................................................

81

14 Nilai label output dan input sistem pakar....................................................

84

15 Skala dasar perbandingan pada proses hirarki analitik................................

95

16 Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut.........................

116

17 Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Rumput Laut.........................

117

18 Penilaian prasyarat ekonomi........................................................................

119

19 Potensi sumberdaya manusia di Kabupaten Sumenep.................................

120

20 Penilaian prasyarat sosial.............................................................................

121

21 Penilaian prasyarat kelembagaan.................................................................

121

22 Hasil agregasi diagnosis kelayakan pengembangan klaster.........................

123

23 Skenario harga rumput laut di tingkat agroindustri.....................................

125

24 Skenario harga maksimum rumput laut di tingkat agroindustri...................

126

25 Skenario harga rumput laut di tingkat koperasi...........................................

127

26 Skenario harga rumput laut di tingkat kelompok pembudidaya..................

128

27 Skenario harga rumput laut di tingkat pembudidaya...................................

129

28 Hasil simulasi keseimbangan bahan baku....................................................

132

xvii

Tabel

Halaman

29 Prioritas penanganan limbah cair ATC........................................................

148

30 Skenario keuntungan pembudidaya.............................................................

150

31 Tingkat keuntungan pembudidaya...............................................................

151

32 Analisis kelayakan finansial usaha budidaya rumput laut...........................

151

33 Perubahan teknik budidaya rumput laut.......................................................

153

34 Skenario peningkatan keuntungan pembudidaya.........................................

154

35 Skenario pendapatan agroindustri................................................................

155

36 Skenario peningkatan keuntungan agroindustri...........................................

155

37 Ikhtisar hasil analisis kelayakan finansial agroindustri ATC.......................

156

38 Skenario keuntungan koperasi.....................................................................

157

39 Skenario keuntungan kelompok pembudidaya............................................

157

40 Proporsi keuntungan klaster.........................................................................

158

41 Kontribusi agroindustri terhadap pendapatan daerah...................................

159

42 Penyerapan tenaga kerja klaster...................................................................

160

43 Penggunaan air dalam proses produksi ATC...............................................

162

xviii

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1 Rumput laut (Eucheuma cottonii)................................................................

8

2 Proses pembuatan ATC..............................................................................

11

3 Skema pengembangan agroindustri rumput laut..........................................

12

4 Tata niaga rumput laut.................................................................................

13

5 Model Berlian..............................................................................................

15

6 Metodologi pendekatan sistem...................................................................

31

7 Struktur dasar sistem penunjang keputusan..............................................

35

8 Kerangka pemikiran penelitian....................................................................

42

9 Tahapan penelitian.......................................................................................

43

10 Model berlian klaster industri rumput laut...................................................

54

11 Jumlah tenaga kerja sektor kelautan dan perikanan.....................................

55

12 Permintaan karaginan Indonesia..................................................................

58

13 Produksi rumput laut Indonesia...................................................................

59

14 Proyeksi Produksi rumput laut Indonesia....................................................

59

15 Estimasi kebutuhan pasar karaginan..........................................................

60

16 Produksi rumput laut Indonesia dan Filipina...............................................

62

17 Diagram lingkar sebab akibat pengembangan klaster industri rumput
laut................................................................................................................

71

18 Diagram input – output sistem pengembangan klaster rumput laut.............

72

19 Rancangan model pengembangan klaster industri rumput laut...................

76

20 Diagram alir model prasyarat ekologi..........................................................

79

21 Diagram alir model prasyarat ekonomi, sosial, dan kelembagaan...............

82

22 Diagram alir model agregasi prasyarat kelayakan pengembangan..............

84

23 Diagram alir model penentuan harga di tingkat agroindustri.......................

86

24 Diagram alir model penentuan harga di tingkat koperasi............................

87

25 Diagram alir model penentuan harga di tingkat kelompok pembudidaya...

87

26 Diagram alir model penentuan harga minimal di tingkat pembudidaya......

88

xix

Gambar

Halaman

27 Diagram alir model keseimbangan bahan baku...........................................

90

28 Diagram alir model strukturisasi sistem pengembangan kelembagaan.......

91

29 Diagram alir model penanganan limbah industri ATC................................

94

30 Diagram alir model penentuan tingkat pendapatan pembudidaya...............

99

31 Diagram alir model peningkatan pendapatan pembudidaya........................

99

32 Diagram alir model pendapatan agroindustri...............................................

100

33 Diagram alir model peningkatan pendapatan agroindustri..........................

100

34 Diagram alir model kontribusi agroindustri terhadap pembangunan
daerah...........................................................................................................

103

35 Diagram alir model perhitungan jumlah rakit budidaya..............................

104

36 Diagram alir model tingkat penyerapan tenaga kerja..................................

105

37 Model prediksi kinerja lingkungan..............................................................

107

38 Konfigurasi SPK pengembangan klaster industri rumput laut................

109

39 Struktur Model KlasteRula.......................................................................

110

40 Tampilan awal Model KlasteRula................................................................

111

41 Potensi pengembangan rumput laut di Kabupaten Sumenep.......................

118

42 Rantai usaha klaster industri rumput laut....................................................

130

43 Hubungan antara produksi ATC dengan kebutuhan bahan baku.................

133

44 Klasifikasi elemen kendala pengembangan klaster......................................

135

45 Struktur hirarki elemen kendala pengembangan klaster..............................

137

46 Klasifikasi elemen tolok ukur pencapaian tujuan pengembangan klaster...

139

47 Struktur hirarki elemen tolok ukur pencapaian tujuan pengembangan.......

140

48 Klasifikasi elemen aktivitas pengembangan klaster....................................

142

49 Struktur hirarki elemen aktivitas pengembangan klaster.............................

144

50 Klasifikasi elemen pelaku pengembangan klaster.......................................

145

51 Struktur hirarki elemen pelaku pengembangan klaster................................

146

52 Struktur hirarki penanganan limbah.............................................................

148

53 Pengolahan ATC dan daur ulang limbah.....................................................

161

54 Rantai usaha rumput laut saat ini.................................................................

163

55 Rantai usaha rumput laut didalam klaster....................................................

164

56 Model pengembangan kelembagaan klaster rumput laut.............................

167

xx

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1 Kondisi ekologi perairan untuk budidaya rumput laut (Eucheuma
cottonii) di Kabupaten Sumenep..................................................................

189

2 Penilaian indikator prasyarat ekonomi, sosial dan kelembagaan kelayakan
pengembangan klaster industri rumput laut.................................................

195

3 Aturan-aturan yang digunakan dalam pengembangan sistem pakar
diagnosis kelayakan pengembangan klaster industri rumput laut................

203

4 Penentuan harga rumput laut........................................................................

215

5 Harga pokok produksi usaha budidaya........................................................

219

6 Keseimbangan bahan baku...........................................................................

221

7 Strukturisasi elemen sistem pengembangan klaster.....................................

223

8 Prioritas penanganan limbah agroindustri....................................................

231

9 Analisis usaha budidaya rumput laut Eucheuma cottonii menggunakan
metode rakit di Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep..............................

237

10 Analisis kelayakan finansial usaha agroindustri pengolahan rumput laut
(alkali treated cottonii/ATC).......................................................................

245

11 Proporsi keuntungan pelaku usaha di dalam klaster................................

255

12 Efisiensi penggunaan air melalui proses daur ulang....................................

261

13 Industri rumput laut...................................................................................

263

14 Petunjuk penggunaan aplikasi Model KlasteRula..................................

267

xxi

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas laut mencapai 5,8 juta
km2 dan panjang garis pantai mencapai 95.181 km, serta jumlah pulau sebanyak
17.504 pulau (KKP 2009). Indonesia memiliki potensi sumberdaya yang cukup besar,
terutama sumberdaya perikanan laut baik dari segi kuantitas maupun diversitas
dengan sejumlah keunggulan komparatif sekaligus kompetitif yang sangat tinggi
(Dahuri

2003).

Sebagai

negara

kepulauan,

Indonesia

diharapkan

mampu

memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya hayati laut sebaik-baiknya,
termasuk diantaranya adalah pengembangan komoditas rumput laut (seaweed).
Rumput laut merupakan salah satu komoditas strategis dalam bidang kelautan
disamping udang dan tuna. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Indonesia memiliki luas area untuk kegiatan budidaya rumput laut mencapai
1.110.900 ha, tetapi pengembangan budidaya rumput laut baru memanfaatkan lahan
seluas 222.180 ha atau 20% dari luas areal potensial. Hal ini menunjukkan bahwa
masih terbuka peluang untuk mengembangkan usaha budidaya rumput laut di
Indonesia. Potensi lahan pengembangan budidaya rumput laut tersebar di seluruh
wilayah Indonesia dimana sebagian besar potensi berada di daerah Papua, Maluku,
Sulawesi Tengah, Nanggroe Aceh Darussalam, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,
Jawa Timur, dan Bali (DKP 2005).
Indonesia

antara

lain

adalah

Jenis rumput laut yang dikembangkan di

Kappaphycus

alvarezii

(cottonii),

Eucheuma

denticulatum (spinosum) dan Gracilaria sp.
Volume produksi rumput laut Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan
peningkatan yang berarti, khususnya pada volume produksi budidaya. Menurut data
KKP (2009), volume produksi rumput laut Indonesia pada tahun 2005 mencapai
910.636 ton (basah). Pada tahun 2009, jumlah tersebut meningkat menjadi sebesar
2.574.000 ton (basah).
mencapai 30,2%.

Rata-rata peningkatan produksi rumput laut per tahun

Produksi rumput laut Indonesia sebagian besar diekspor ke

beberapa negara, seperti China, Hongkong, Filipina, Spanyol, Denmark, USA, Korea,
dan Prancis.
1

2

Indonesia diyakini merupakan negara penghasil rumput laut terbesar di dunia,
khususnya untuk rumput laut penghasil karaginan, yaitu jenis Eucheuma cottonii dan
Eucheuma spinosum. Saat ini diperkirakan produksi rumput laut Indonesia untuk
jenis tersebut sudah melampaui produksi rumput laut Filipina yang merupakan negara
produsen rumput laut terbesar di dunia. Menurut Dakay (2008), rata-rata produksi
rumput laut Filipina pada tahun 2002-2007 cenderung menurun dengan rata-rata
penurunan hingga mencapai 0,61%. Sementara, produksi rumput laut Indonesia pada
periode yang sama mengalami peningkatan sebesar 257,98% dengan rata-rata
kenaikan per tahun mencapai 29,72%. Tahun 2007 jumlah produksi rumput laut
penghasil karaginan di Indonesia mencapai 92.000 ton (kering).
Meskipun saat ini Indonesia merupakan negara produsen rumput laut
penghasil karaginan terbesar di dunia, namun peran dan kontribusi Indonesia dalam
industri pengolahan rumput laut masih perlu ditingkatkan mengingat peluangnya
masih cukup besar.

Dengan dicanangkannya revitalisasi pembangunan kelautan

Indonesia dimana rumput laut menjadi salah satu komoditas utama yang direvitalisasi,
industri pengolahan rumput laut berkembang cukup pesat. Orientasi pemanfaatan
rumput laut sebagai komoditas ekspor dalam bentuk raw material saat ini sudah mulai
bergeser menjadi produk yang memiliki nilai tambah tinggi, khususnya dalam bentuk
ATC (alkali treated cottonii). ATC merupakan suatu produk karaginan semi jadi
yang berasal dari proses pengolahan rumput laut Eucheuma cottonii yang pada
umumnya digunakan sebagai pengatur keseimbangan, pengental, pembentuk gel, dan
pengemulsi dalam industri pangan dan non pangan.
Potensi pasar produk ATC cukup besar. McHugh (2003) menyebutkan bahwa
produk ATC sangat diminati oleh industri-industri pengolah di Eropa dan Amerika.
DKP (2007) merinci potensi pasar dunia untuk karaginan, dimana untuk pangsa pasar
Eropa sebesar 35%, Amerika Utara sebesar 25%, sementara untuk Amerika Selatan
mencapai 15%. Dengan berkembangnya industri ATC ini tentunya diharapkan dapat
meningkatkan nilai ekspor produk kelautan Indonesia ke luar negeri. Hal ini akan
membawa dampak positif bagi seluruh pihak yang terlibat dalam mata rantai
penciptaan nilai tambah rumput laut (value adding chain).

3

Dalam rangka meningkatkan daya saing industri rumput laut di Indonesia,
maka penguatan struktur industri rumput laut nasional perlu segera dilakukan. Hal ini
disebabkan meskipun Indonesia menjadi produsen rumput laut terbesar di dunia,
namun harga bahan baku masih dikendalikan oleh pembeli dari luar negeri (buyer
market). Strategi pengembangan industri rumput laut masih kurang terencana dengan
baik.

Strategi belum dirancang menjadi suatu struktur usaha yang dikelola dan

berorientasi pada pengembangan industri dari hulu sampai hilir dan turunannya,
sehingga sangat rentan terhadap perubahan (BPPT 2010).
Pada sisi yang lain, secara internal industri rumput laut didalam negeri masih
menghadapi berbagai kendala pada hampir semua segmen, khususnya di tingkat
pembudidaya dan industri pengolahan.

Beberapa permasalahan yang menonjol

diantaranya terkait dengan: (i) kualitas rumput laut yang dihasilkan pembudidaya
umumnya masih rendah karena teknik budidaya dan penanganan pascapanen belum
dilakukan secara benar, yang mengakibatkan industri pengolahan kesulitan dalam
memproduksi produk akhir yang sesuai dengan standar mutu internasional; (ii)
industri pengolahan tidak mendapatkan jaminan pasokan bahan baku yang tepat
jumlah, mutu, waktu dan harga, karena rumput laut menjadi komoditas dagang dan
lebih banyak dijual dalam bentuk rumput laut kering; (iii) harga rumput laut sering
tidak rasional sebagai bahan baku industri karena tidak ada tata niaga yang
terkoordinir dengan mengacu kepada norma industri dengan banyaknya spekulan
bahan baku (DKP 2005; Ma’ruf 2007; Sulaeman 2006; BI 2008); serta (iv) industri
pengolahan menghasilkan limbah yang sangat besar yang berpotensi mencemari
lingkungan sekitar (Sedayu et al. 2007).
Berdasarkan pada kondisi-kondisi tersebut, maka langkah yang perlu segera
dilakukan adalah memprogramkan penguatan struktur industri rumput laut nasional
dari hulu ke hilir.

Terkait dengan hal tersebut, salah satu strategi yang dapat

dilakukan adalah melalui pendekatan klaster industri.

Pendekatan ini akan

mendorong penguatan hubungan antar industri rumput laut yang saling terkait dalam
rantai proses peningkatan nilai tambah. Merujuk pada pendapat Taufik (2005a),
dalam klaster industri rumput laut, industri terdiri dari himpunan para pelaku dalam
konteks tertentu baik yang berperan sebagai industri inti, pemasok kepada pelaku

4

industri inti, industri pendukung bagi industri inti, serta pihak atau lembaga yang
memberikan jasa layanan kepada pelaku industri inti.
Pengembangan klaster telah dilakukan di berbagai negara industri, seperti
Amerika, Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Portugal, Selandia Baru, dan Jepang,
serta telah diaplikasikan pula pada beberapa negara berkembang (Doeringer dan
Terkla 1996; Schmitz dan Nadvi 1999). Menurut Bulu et al. (2004), pendekatan
klaster saat ini telah menjadi prioritas kebijakan pemerintah di berbagai negara untuk
meningkatkan daya saing daerahnya.
Di Indonesia, pendekatan klaster industri mulai diperkenalkan sebagai salah
satu agenda prioritas kebijakan pembangunan nasional melalui UU No. 25 Tahun
2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004.
Dipilihnya pendekatan klaster industri didorong oleh pemikiran bahwa berbagai
kebijakan yang lalu bersifat parsial dan memberi preferensi lebih pada kegiatan
industri tertentu yang cenderung kurang memperhatikan keterkaitan horisontal
maupun vertikal, sehingga menimbulkan ekonomi biaya tinggi dan pada gilirannya
justru melemahkan daya saing industri nasional.
Penerapan pendekatan klaster industri dilakukan untuk lebih mendayagunakan
dan mengembangkan industri rumput laut Indonesia sehingga menjadi usaha yang
terintegrasi dan handal mulai dari hulu hingga hilir serta berdaya saing tinggi.
Program penguatan struktur industri rumput laut berbasis klaster dilakukan melalui
sinergi dan koordinasi dari berbagai pihak, baik antar kementerian terkait dari pihak
pemerintah, maupun para pelaku usaha di pihak lain seperti pembudidaya, pedagang,
eksportir, dan industri pengolah, termasuk di dalamnya lembaga keuangan bank dan
non bank.

Keterlibatan para pemangku kepentingan ini akan menjadi kunci

keberhasilan pencapaian dalam pengembangan industri rumput laut nasional secara
berkelanjutan.
Pengembangan klaster industri rumput laut diharapkan mampu menciptakan
manfaat ekonomi dan daya saing. Namun demikian, tantangan yang dihadapi dalam
pengembangan klaster industri rumput laut saat ini sangat kompleks untuk
mewujudkan klaster industri rumput laut secara berkelanjutan. Argumentasi yang
melandasinya adalah bahwa praktek-praktek pembangunan ekonomi berbasis klaster

5

yang selama ini dilakukan telah mengabaikan faktor-faktor keberlanjutan yang
cenderung hanya bertujuan untuk merealisasikan potensi pengembangan ekonomi
semata. Tantangan yang dihadapi bagi pengembang klaster saat ini tidak hanya
terfokus pada aspek ekonomi, tetapi juga terkait dengan aspek lingkungan dan sosial
(Martin dan Mayer 2008; Allen dan Potiowski 2008).
Penelitian ini bermaksud merancang suatu model pengembangan klaster
industri rumput laut menggunakan pendekatan pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development).

Pengembangan klaster industri rumput laut yang

berkelanjutan merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan daya saing
industri rumput laut secara berkelanjutan sekaligus sebagai upaya dalam mengatasi
berbagai permasalahan yang dihadapi industri rumput laut di Indonesia selama ini.
Dalam konteks ini, tidak hanya manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dalam
pengembangan klaster industri rumput laut, melainkan juga manfaat lingkungan dan
sosial yang perlu diperhatikan secara seimbang.
Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan model pengembangan klaster
industri rumput laut yang berkelanjutan yang dirancang dalam bentuk sistem
penunjang keputusan (SPK).
Ruang Lingkup
1 Model pengembangan klaster industri rumput laut yang berkelanjutan dirancang
berdasarkan pendekatan pembangunan yang berkelanjutan yang difokuskan pada
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
2 Model pengembangan klaster industri rumput laut yang berkelanjutan mencakup
beberapa aspek kajian, meliputi: (i) diagnosis kelayakan pengembangan klaster;
(ii) operasi pengembangan klaster; dan (iii) prediksi kinerja pengembangan
klaster.
3 Model pengembangan klaster industri rumput laut secara spesifik difokuskan pada
klaster yang menghasilkan produk akhir berupa karaginan semi murni (ATC) yang
diproduksi dari rumput laut jenis Eucheuma cottonii.

6

Manfaat
1 Bagi masyarakat ilmiah, penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran dan
bahan rujukan dalam bidang manajemen industri pertanian, khususnya untuk
mengkaji pengembangan klaster industri rumput laut.
2 Bagi pemerintah pusat, dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis kelayakan pengembangan klaster industri
rumput laut yang akan dikembangkan di daerah-daerah.
3 Bagi pemerintah daerah, merupakan bahan dalam pengambilan keputusan untuk
penyusunan program dan pembinaan pengembangan klaster industri rumput laut
dalam rangka mengarahkan sumberdaya secara efektif dan efisien dalam upaya
pembangunan ekonomi wilayahnya yang berkelanjutan.
4 Bagi

pelaku

klaster,

dapat

membantu

pengambilan

keputusan

dalam

pengembangan usahanya sehingga keputusan yang diambil mempunyai landasan
yang jelas.

TINJAUAN PUSTAKA

Rumput Laut
Profil Komoditas
Rumput laut adalah bentuk poliseluler dari ganggang (macro-algae) yang
hidup di laut. Rumput laut atau alga laut adalah tanaman tingkat rendah dari Divisio
Thallophyta (Deptan 1990). Berdasarkan pigmentasinya, rumput laut diklasifikasikan
menjadi tiga kelas, yaitu alga merah (Rhodophyceae), alga hijau (Chlorophyceae),
dan alga coklat (Phaeophyceae). Dari ketiga kelas tersebut, hanya Rhodophyceae
dan Paeophyceae yang dikenal dalam dunia perdagangan. Jenis Eucheuma sp,
Hypnea sp, Chondrus sp, dan Gigartina sp dari kelas Rhodophyceae merupakan
rumput laut penghasil karaginan (karaginofit), sementara jenis lainnya yaitu
Gracilaria sp dan Gelidium sp sebagai penghasil agar (agarofit). Dari kelas
Phaeophyceae dikenal .jenis Ascophyllum, Laminaria sp, Macnocystis sp, dan
Sargassum sebagai penghasil algin (alginofit) (McHugh 2003).
Makroalga merupakan sumberdaya hayati laut Indonesia yang sangat
potensial dan bernilai ekonomis tinggi, terutama dari golongan alga merah dan alga
coklat.

Masyarakat pada umumnya dan dunia perdagangan lebih mengenal

makroalga sebagai rumput laut karena beberapa diantaranya menyerupai rumput. Di
perairan laut Indonesia telah ditemukan paling tidak sebanyak 555 jenis rumput laut
(DKP 2006a).
Rumput laut dapat tumbuh secara alamiah di laut (wild seaweed), namun saat
ini rumput laut sudah banyak yang dibudidayakan (McHugh 2003).

Teknologi

budidaya rumput laut pada umumnya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat
(Anggadiredja et al. 2006). Rumput laut yang banyak dibudidayakan di Indonesia
adalah jenis rumput laut penghasil karaginan (karaginofit). Karaginofit yang telah
dikenal dan banyak dibudidayakan di Indonesia berasal dari genus Eucheuma.
Menurut Huda (2002), paling tidak terdapat 5 jenis Eucheuma yang ditemukan di
Indonesia, meliputi E. cottonii, E. spinosum, E. edule, E. striatum, E. muricartum,
dan E. gelatinae.

7

8

Eucheuma merupakan rumput laut yang paling banyak dibudidayakan di
perairan laut Indonesia karena tingkat permintaan pasar yang tinggi, serta didukung
oleh kondisi perairan dan iklim tropik yang sangat cocok untuk pertumbuhannya
(Anggadiredja et al. 2006; DKP 2006a). Kelebihan rumput laut jenis Eucheuma
antara lain bentuk dan ukuran thallus lebih besar yang memungkinkan jenis ini
mengandung karaginan yang tinggi, pertumbuhannya cepat (quick yield), serta
mudah dibudidayakan dengan teknologi sederhana (BI 2008). Eucheuma memiliki
thallus dan cabang-cabang yang berbentuk silinder atau pipih dengan bentuk yang
tidak teratur dengan permukaan licin.

Ketika masih hidup Eucheuma memiliki

warna hijau hingga kemerahan, namun bila kering warnanya menjadi kunin