Evaluasi Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan

i

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU
DI RW 08 KELURAHAN LENTENG AGUNG
JAKARTA SELATAN

EDWINA DWINANDA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI RW 08
KELURAHAN LENTENG AGUNG JAKARTA SELATAN


Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka
di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

EDWINA DWINANDA
A44070049

iii

RINGKASAN

EDWINA DWINANDA A44070049. Evaluasi Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan (Di bawah
bimbingan TATI BUDIARTI dan DEWI REZALINI ANWAR)
Akibat konversi atau berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) menjadi

ruang terbangun di perkotaan, kebutuhan terhadap RTH tidak terpenuhi secara
baik. Keterbatasan keberadaan RTH tidak dapat menampung jumlah penduduk di
perkotaan yang meningkat sehingga berdampak pada keseimbangan ekosistem
kota dengan indikasi penurunan kualitas lingkungan perkotaan: banjir pada musim
hujan, fenomena pulau panas (heat island) kota pada musim kemarau, dan
meningkatnya pencemaran udara. Jakarta merupakan salah satu kota yang
memiliki kepadatan penduduk tinggi dengan kawasan pemukiman yang padat.
Kelurahan Lenteng Agung merupakan bagian dari Kecamatan Jakagarsa, yang
memiliki potensi RTH tebesar di Jakarta Selatan, pada lokasi ini telah diamati
kondisi RTH di salah satu kawasan yaitu RW 08. Penelitian ini mencakup
pengamatan terhadap jenis RTH dan luasannya untuk mengetahui perananan RTH
di kawasan perkotaan dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi tipe dan karekteristik, pemanfaatan, kualitas
dan kuantitas RTH, serta membuat model pengendalian dalam rangka
mempertahankan keberadaan RTH di perkotaan.
Penelitian ini berlokasi di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung Jakarta
Selatan selama 10 bulan dengan melalui tahapan persiapan, pengumpulan data,
analisis, sintesis, serta perumusan rekomendasi. Data dikumpulkan dengan teknik
secara langsung (wawancara, foto, pengamatan atau observasi) dan tidak langsung
(instansi-instansi terkait). Analisis terbagi menjadi analisis tipologi, kualitas, dan

kuantitas RTH, kemudian dilanjutkan dengan analisis SWOT untuk merumuskan
rekomendasi secara deskriptif. Sedangkan rekomendasi spasial dilakukan dengan
menetapkan area-area perizinan pembangunan berdasarkan tingkat kepentingan
dan kebutuhan RTH oleh masyarakat.
RW 08 Kelurahan Lenteng Agung memiliki luas 40 Ha dan dibatasi oleh
permukiman, Sungai Ciliwung, serta jalur kereta api. Hal ini menjadikan
beragamnya variasi jenis RTH, yaitu pekarangan, jalur hijau jalan, RTH pada
fasilitas umum dan fasilitas sosial, RTH bantaran sungai, bantaran rel kereta, dan
pemakaman.
Secara garis besar, daerah hijau dapat diwujudkan dalam tiga kelompok
besar, berdasarkan jenis atau wujud tanaman, yaitu: hjau rumput atau pengalas,
hijau perdu atau semak, dan hijau pepohonan. Terdapat lima kelas kualitas RTH
berdasarkan komponen struktur dan tingkat kerapatan vegetasi dalam satuan lahan
yang dapat menjalankan proses ekologis. Dari pengamatan terlihat bahwa
kawasan RW 08 Kelurahan Lenteng Agung didominasi oleh ruang terbuka hijau
kelas 3, yaitu kelas sedang dengan penutupan lahan didominasi oleh penutup
tanah dan semak. Adanya vegetasi memiliki pengaruh dalam kenyamanan dengan
fungsi ameliorasi iklim mikro. Setelah dikakukan pengukuran suhu dan
kelembaban pada masing-masing RTH pada pagi, siang, dan sore hari, diperoleh


Makalah Seminar
Departemen Arsitektur Lanskap
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

April 2012

Evaluasi Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan
(Evaluation of Utilization of Green Open Space in RW 08 Lenteng Agung Village South Jakarta )
Edwina Dwinanda1, Tati Budiarti2, Dewi Rezalini Anwar2
Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB
2
Staf Pengajar Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB
1

Abstract
Urban areas, with their high developedment of human populations, are related to the land convertion from the open
spaces into built spaces. Lenteng Agung Village is a part of Jagakarsa Subdistrict, in which the extent of potential green
openspace is above 50% from its whole area. One of commune from this village that has been choosen as a sample to be
observated is RW 08. It has 40 hectares area and consist of variety type of urban green openspaces. The study has been ongoing

for 10 months, from March 2011 to January 2012. The identification has been done to the typologies and the capability of each
green openspace, including green openspace structure and its elements, to be used by people. Green openspace have an important
role to fulfill region needs according to area precentage and are per capita values. This study also reveals how land covered by
vegetations can affect the amenity for outdoor activities. In the end of study, there had been obtained a result, which is the
existing condition of green openspaces, in order to formulate the proper recommendations. There are descriptive
recommendation;it consists of strategies to maintain and optimalize the utilization of existing green openspaces; and spatial
recommendation; it purposes dividing area of land used as green openspaces.
Keywords: Green Openspace, Urban Landscape, Land Convertion

iv

hasil bahwa nilai THI area yang tidak ternaungi oleh vegetasi memiliki selisih
nilai lebih rendah 2 angka dibandingkan dengan yang ternaungi. Meskipun secara
rata-rata THI pada seluruh RTH masih di atas batas nyaman, yaitu sebesar 28,9,
keberadaan vegetasi yang memberikan naungan pada RTH terbukti dapat
meningkatkan kenyamanan dengan memperbaiki nilai THI.
Analisis kebutuhan RTH publik dilakukan melaui perhitungan berdasarkan
1) persen luas area dan 2) luasan per kapita. Luas RTH publik yang ada saat ini di
lokasi penelitian adalah sebesar 11,16%. Hal ini belum memenuhi kebutuhan
RTH yang ditetapkan oleh UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Sedangkan berdasarkan perhitungan terhadap luasan per kapita, diperoleh hasil
bahwa luas RTH saat ini juga belum memenuhi kebutuhan penduduk baik di
tingkat RT maupun di tingkat RW. Dari total kebutuhan sebesar 8.100 m2, saat ini
hanya tersedia 1.800 m2 atau 22% dari kebutuhan per kapita.
Penyusunan rekomendasi secara deskriptif dilakukan dengan
menyimpulkan kondisi RTH saat ini dan mengklasifikasikan menjadi faktor
internal dan eksternal melalui SWOT sehingga menghasilkan tujuh strategi
dengan tujuan mengendalikan keberadaan RTH yang ada agar tidak semakin
mengalami konversi menjadi lahan terbangun. Rekomendasi secara spasial dibuat
untuk menentukan area-area yang tidak diperbolehkan dilakukan pembangunan
dengan pertimbangan pada dasarnya semua tempat dapat dibangun dengan
kemajuan teknologi. Rekomendasi ini berdasarkan ketentuan penggunaan lahan
untuk RTH sesuai dengan kebutuhan dan peran masing-masing tipenya sehingga
secara umum area di dalam kawasan ini akan dibagi menjadi area tanpa
pembangunan, area semi-bangunan, dan area bangunan, di mana masing-masing
area memiliki porsi RTH yang berbeda-beda.
Konversi lahan di kawasan perkotaan yang semakin mengurangi luasan
RTH merupakan masalah penting yang menyangkut kepentingan bersama. Oleh
karena itu diperlukan usaha dan kerjasama antar berbagai pihak untuk
mengendalikan laju pembangunan serta menjaga kondisi RTH yang ada.

Penegakan hukum dan kesadaran masyarakat merupakan kunci utama yang
harusdiperhatikan dengan harapan dapat tercipta kondisi perkotaan yang lebih
baik serta terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap RTH sebagaimana
mestinya.
Kata kunci: ruang terbuka hijau, kawasan perkotaan, konversi lahan, Lenteng
Agung

v

@ Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2012
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip dan memperbanyak karya tulis ini tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun tanpa
izin IPB.

vi

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU
DI RW 08 KELURAHAN LENTENG AGUNG
JAKARTA SELATAN


EDWINA DWINANDA

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

vii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Evaluasi Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di RW 08

Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan.

Nama

: Edwina Dwinanda

NRP

: A44070049

Departemen

: Arsitektur Lanskap

Disetujui,
Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Tati Budiarti, MS


Dewi Rezalini Anwar, SP, M.A.Des

NIP : 19610720 198403 2 002

NIP : 19800318 200812 2 001

Diketahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
NIP 19480912 197412 2 001

Tanggal Lulus:

viii

RIWAYAT HIDUP

Edwina Dwinanda dilahirkan di Jakarta pada tanggal 31 Januari 1990.

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, putri pasangan Bapak
Ardhian Rizal dan Ibu Erna Mardiana. Penulis memulai pendidikan formal di SD
Hj. Isriati Baiturrahman Semarang hingga tahun 2001, kemudian menyelesaikan
pendidikan di SMP Negeri 3 Pontianak tahun 2004. Pada tahun 2007, penulis
menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 5 Semarang. Kemudian melanjutkan
ke tingkat perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor pada Departemen
Arsitektur Lanskap melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).
Pada tingkat

perguruan tinggi,

penulis

bergabung dalam divisi

Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Himpunan Mahasiswa Arsitektur
Lanskap 2009-2010, menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Teori Desain
Lanskap dan Tanaman dalam Lanskap, anggota tim basket Unit Kegiatan
Mahasiswa mewakili IPB dalam Liga Basket Mahasiswa Divisi 1 Jawa Barat
Tahun 2008 dan 2009, kapten tim basket putri Arsitektur Lanskap 2009 hingga
2011, menjuarai turnamen basket putri pada kompetisi olehraga antar departemen
di Fakultas Pertanian tahun 2008 hingga 2011, anggota dalam ECOFUN
community, serta anggota tim LANDSCOPOLY di bawah bimbingan IdeA
Landscape Consultant.
Penulis juga pernah berpartisipasi mengikuti seyembara desain lanskap
secara berkelompok antara lain Sayembara Desain Taman Topi Bogor, Desain
Lanskap Hotel Salak Bogor, Sayembara Desain Lanskap Eco Airport SoekarnoHatta, dan Sayembara Desain Lanskap Bundaran Summarecon Bekasi.

ix

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas segala nikmat dan karunia
Allah SWT sehingga penelitian skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini adalah “Evaluasi Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat kelulusan pada Departemen Arsitektur Lanskap Program Sarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas oleh keterkaitan banyak pihak, untuk
itu penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS. dan Dewi Rezalini Anwar, SP, MA.Des atas
bimbingan dan waktu luang yang diberikan pada Penulis. Dr. Ir. Nizar
Nasrullah, M.Agr selaku penguji.
2. Anggota keluarga di rumah yang tak henti-hentinya memberi semangat
dan doa yang luar biasa.
3. Dosen-dosen Departemen Arsitektur Lanskap atas ilmu-ilmu berharga
yang tidak mungkin dilupakan maupun tergantikan oleh apapun. Seluruh
staff departemen yang secara langsung maupun tidak langsung membantu
kelancaran selama perkuliahan.
4. Saudara-saudara angkatan 44, atas bantuannya. Penulis bagaikan
menemukan potongan-potongan jiwa yang selama ini tidak lengkap.
Kelelahan serta candaan bersama selama perkuliahan membuat setiap
individu merasa muda sekaligus dewasa serta berani menjadi diri masingmasing. Sebuah kebahagiaan tak terhingga dalam hidup ini mengenal dan
memiliki teman-teman hebat.
5. Kakak-kakak dan adik-adik kelas di Arsitektur Lanskap atas dukungan dan
semangatnya sehingga penulis selalu merasa memiliki keluarga baru
sekaligus rumah hangat yang unik dan mengesankan.
6. Teman-teman UKM Bola Basket Agric yang merupakan salah satu obat
semangat penulis untuk tetap bertahan dalam menjalani kegiatan selama di
IPB.

x

7. Bapak Sarmili, Pak Sugiman, Pak Anwar, Ibu Made, Mbak Asih, serta
pihak RW 08 Kelurahan Lenteng Agung lainnya yang senantiasa
memberikan bantuan.

Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang telah
dilakukan selama maupun setelah penulisan skripsi ini. Penulis berharap tulisan
ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, Juni 2012
Penulis

xi

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2. Tujuan ........................................................................................................2
1.3. Manfaat ......................................................................................................2
1.4. Kerangka Pikir ...........................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................4
2.1

Kota dan Permukiman................................................................................4

2.2

Ruang Terbuka Hijau .................................................................................6
2.2.1 Tipologi ..........................................................................................7
2.2.2 Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan .....................................13
2.2.3 Manfaat ........................................................................................14
2.2.4 Syarat Vegetasi di Perkotaan .......................................................15

METODOLOGI ...................................................................................................19
3.1

Lokasi dan waktu .....................................................................................19

3.2

Alat dan Bahan .........................................................................................20

3.3

Batasan studi ............................................................................................20

3.4

Metode .....................................................................................................20
3.4.1 Tahap Persiapan ...........................................................................21
3.4.2 Tahap Pengumpulan Data ............................................................21
3.4.3 Tahap Analisis ..............................................................................23
3.4.4 Tahap Evaluasi .............................................................................23
3.4.5 Tahap Perumusan Rekomendasi ..................................................25

KONDISI UMUM ................................................................................................30
4.1. DKI Jakarta ..............................................................................................30
4.2. Kelurahan Lenteng Agung .......................................................................31
4.3. RW 08 Kelurahan Lenteng Agung ..........................................................32
4.3.1. Kondisi Fisik dan Biofisik ...........................................................32

xii

4.3.2. Kondisi Sosial ..............................................................................35
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................37
5.1. Tipologi Ruang Terbuka Hijau ................................................................37
5.2. Klasifikasi RTH berdasarkan kepemilikan, fungsi, dan bentuk ..............39
5.2.1. Pekarangan ...................................................................................39
5.2.2. Jalur Hijau Jalan ...........................................................................54
5.2.3. RTH pada Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial ...........................72
5.2.4. Bantaran Sungai ...........................................................................87
5.2.5. Bantaran Rel Kereta .....................................................................91
5.2.6. Pemakaman ..................................................................................98
5.3. Kualitas Ruang Terbuka Hijau...............................................................102
5.3.1. Penutupan Lahan oleh Vegetasi .................................................102
5.3.2. Pengaruh Vegetasi terhadap Ameliorasi Iklim Mikro ...............105
5.4. Kuantitas Ruang Terbuka Hijau.............................................................108
5.4.1. Berdasarkan persen luas .............................................................108
5.4.2. Berdasarkan luasan per kapita ....................................................110
5.5. Rekomendasi Pengendalian Ruang Terbuka Hijau................................111
5.5.1. Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman .........111
5.5.2. Penilaian Faktor Internal dan Eksternal .....................................115
5.5.3. Matriks SWOT ...........................................................................118
5.5.4. Pembuatan Tabel Rangking Alternatif Strategi .........................120
5.6. Rekomendasi Penggunaan Lahan ..........................................................121
SIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................129
6.1. Simpulan ................................................................................................129
6.2. Saran... ...................................................................................................130
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................131
LAMPIRAN ........................................................................................................133

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman
1

Faktor Reduksi Kebutuhan Lahan untuk Sarana Lingkungan
Berdasarkan Kepadatan Penduduk .................................................................5

2

Jenis dan Kepemilikan RTH ...........................................................................8

3

Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ........................................14

4

Rekapitulasi Data yang Dikumpulkan Berdasarkan Aspek,
Jenis, Bentuk, dan Sumber Data ...................................................................22

5

Metode Pengumpulan Data berdasarkan Jenis RTH ....................................23

6

Proses Evaluasi RTH ....................................................................................24

7

Formulir tingkat kepentingan fakor internal .................................................27

8

Formulir tingkat kepentingan fakor eksternal...............................................27

9

Formulir pembobotan faktor internal dan eksternal .....................................28

10

Matriks SWOT..............................................................................................28

11

Acuan Standar RTH ......................................................................................29

12

Penggunaan Lahan di Kecamatan-Kecamatan DKI Jakarta .........................31

13

Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian .................................................35

14

Data Penduduk Menurut Agama ..................................................................35

15

Tipologi Ruang Terbuka Hijau .....................................................................37

16

Syarat Penanaman Vegetasi pada Pekarangan .............................................40

17

Syarat Penanaman pada Sampel Pekarangan Sempit ...................................42

18

Syarat Penanaman pada Sampel Pekarangan Sedang ...................................44

19

Syarat Penanaman pada Sampel Pekarangan Luas .......................................46

20

Elemen Hardscape pada Tepi Jalan .............................................................61

21

Elemen Softscape pada Tepi Jalan................................................................61

22

Elemen Hardscape pada RTH Pulau Jalan...................................................69

23

Elemen Softscape pada Tepi Jalan................................................................69

24

Elemen Softscape pada RTH taman lingkungan ..........................................74

25

Luasan Ruang dalam Lingkungan Sekolah ..................................................77

26

Luasan Ruang dalam Lingkungan Sekolah ..................................................79

27

Elemen Softscape pada RTH Sekolah ..........................................................80

28

Elemen Softscape pada RTH Halaman Fasilitas Umum ..............................84

xiv

29

Nilai Potensial Ekosistem Bantaran Sungai .................................................88

30

Daya Tarik Jalur Hijau Sungai .....................................................................89

31

Elemen Softscape pada RTH Bantaran Sungai .............................................90

32

Elemen Softscape pada RTH Bantaran Rel Kereta.......................................96

33

Pemanfaatan RTH Bantaran Rel Kereta Api ................................................96

34

Perbandingan Kondisi Eksisting Pemakaman dengan Standar ..................101

35

Elemen Softscape pada RTH Pemakaman ..................................................102

36

Kualitas RTH berdasarkan Tingkat Penutupan oleh Vegetasi ...................103

37

Daftar Suhu, Kelembaban, dan THI ...........................................................104

38

Luas Ruang Terbangun dan Ruang Terbuka Hijau ....................................108

39

Kebutuhan RTH di Berdasarkan Jumlah Penduduk ...................................110

40

Tingkat Kepentingan Faktor Internal RTH pada RW 08
Kelurahan Lenteng Agung ..........................................................................115

41

Tingkat kepentingan faktor eksternal RTH pada RW 08
Kelurahan Lenteng Agung ..........................................................................116

42

Penilaian bobot faktor strategis internal RTH kawasan RW 08
Kelurahan Lenteng Agung ..........................................................................116

43

Penilaian bobot faktor strategis eksternal RTH kawasan RW 08
Kelurahan Lenteng Agung ..........................................................................117

44

Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) RTH kawasan RW 08
Kelurahan Lenteng Agung ..........................................................................117

45

Matriks External Factor Evaluation (EFE) RTH kawasan RW 08
Kelurahan Lenteng Agung ..........................................................................117

46

Matriks SWOT RTH RW 08 Kelurahan Lenteng Agung ..........................119

47

Perangkingan alternatif strategi RTH RW 08 Kelurahan
Lenteng Agung ...........................................................................................120

48

Rekomendasi Penggunaan Lahan ...............................................................124

49

Daftar Tanaman pada RTH Kawasan Peneltian .........................................134

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1

Kerangka Pikir Penelitian ...............................................................................3

2

Tipologi RTH..................................................................................................7

3

Peta Jakarta dan Kelurahan Lenteng Agung .................................................19

4

RW08 Kelurahan Lenteng Agung ................................................................19

5

Alur Penelitian ..............................................................................................20

6

Batas Wilayah Lokasi Penelitian ..................................................................32

7

Pola dan Jalur Sirkulasi Lokasi Penelitian....................................................33

8

Kondisi Penutupan Lahan .............................................................................38

9

Presentase Pekarangan berdasarkan Ukuran ................................................40

10

Penataan Pekarangan Ukuran Sempit ...........................................................41

11

Penataan Pekarangan Ukuran Sedang ..........................................................43

12

Penataan Pekarangan Ukuran Luas ..............................................................45

13

Contoh Ukuran Pekarangan a) Sempit, b) Sedang, dan c) Luas ...................46

14

Grafik Presentase Kepemilikan Hardscape di Pekarangan ..........................48

15

Presentase Preferensi Hardscape di Pekarangan ..........................................49

16

Penggunaan Elemen Hardscape di Pekarangan ...........................................53

17

Grafik Presentase Kepemilikan Softscape di Pekarangan ............................53

18

Presentase Keberadaan Softscape di Pekarangan .........................................53

19

Lokasi Jalur Hijau Jalan................................................................................54

20

Lokasi RTH Tepi Jalan Ruas Pertama ..........................................................56

21

Ilustrasi Pola Tepi Jalan pada Ruas Pertama ................................................56

22

Kondisi Saluran Drainase di Ruas Jalan Pertama .........................................57

23

Kondisi Jalur Pedestrian pada Ruas Jalan Pertama ......................................58

24

Lokasi RTH Tepi Jalan Ruas Kedua ............................................................59

25

Ilustrasi Pola Tepi Jalan pada Ruas Kedua ...................................................59

26

Kondisi Tepi Jalan Ruas Kedua ....................................................................60

27

Tampak Potongan RTH Tepi Jalan Ruas Pertama .......................................62

28

Tampak Potongan RTH Jalan Ruas Kedua ..................................................63

29

Penggunaan Ruang Separator Jalan ..............................................................64

xvi

30

Kondisi Separator Jalan ................................................................................65

31

Tampak Potongan RTH Separator Jalan.......................................................66

32

Lokasi RTH Pulau Jalan ...............................................................................67

33

Kondisi Pulau Jalan Pertama ........................................................................68

34

Kondisi Pulau Jalan Kedua ...........................................................................69

35

RTH Pulau Jalan Pertama .............................................................................70

36

RTH Pulau jalan Kedua ................................................................................71

37

Lokasi RTH pada Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial ...............................72

38

Kondisi RTH Taman Lingkungan ................................................................73

39

RTH Taman Lingkungan 1 ...........................................................................75

40

RTH Taman Lingkungan 2 ...........................................................................76

41

Kondisi Ruang Terbuka Hijau di Halaman Sekolah.....................................78

42

Planter Box dan Tanaman dalam Pot di Sekolah .........................................79

43

Fungsi Ruang Terbuka Hijau pada Sekolah .................................................81

44

RTH Halaman Sekolah .................................................................................82

45

Kondisi RTH Halaman Masjid .....................................................................83

46

Kondisi RTH Halaman Puskesmas ...............................................................84

47

RTH Halaman Masjid ...................................................................................85

48

RTH Halaman Puskesmas ............................................................................86

49

Lokasi RTH Bantaran Sungai .......................................................................87

50

Kondisi Bantaran Sungai ..............................................................................88

51

Lokasi Bantaran Rel Kereta ..........................................................................91

52

Batas Area Bantaran Rel Kereta ...................................................................92

53

Kondisi Bantaran Rel dengan Pagar dan Vegetasi .......................................94

54

Penggunaan Ruang Bantaran Rel .................................................................94

55

Tampak Potongan RTH Bantaran Rel Kereta ..............................................97

56

Lokasi RTH Pemakaman ..............................................................................98

57

Kondisi Sekitar RTH Pemakaman ................................................................99

58

Kondisi RTH Pemakaman ............................................................................99

59

Perbandingan Kondisi Visual oleh Tutupan Vegetasi ................................100

60

Penyalahgunaan Pemanfaatan Pemakaman oleh Warga ............................101

61

Kondisi Penutupan Lahan oleh Vegetasi dari Kelas 1 - 5 ..........................103

xvii

62

Peta Penutupan Lahan berdasarkan Analisis Citra .....................................109

63

Matriks Internal-Eksternal (IE) RTH kawasan RW 08 Kelurahan
Lenteng Agung ...........................................................................................118

64

Area Tanpa Pembangunan ..........................................................................122

65

Area Semi Pembangunan ............................................................................123

66

Area Pembangunan .....................................................................................123

67

Persebaran Penutupan Lahan ......................................................................124

68

Penyediaan RTH Taman RT.......................................................................126

69

Ilustrasi Penyediaan RTH Taman RW .......................................................126

70

Ilustrasi Penyediaan RTH pada Bantaran Sungai .......................................127

71

Peta Rekomendasi Penggunaan Lahan .......................................................128

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Simonds (2006) menjelaskan bahwa kawasan perkotaan merupakan suatu

bentuk lanskap buatan manusia yang terjadi akibat aktivitas manusia dalam
mengelola kepentingan hidupnya. Kehidupan sosial pada suatu kawasan akan
mempengaruhi lanskap yang ada, begitu pula sebaliknya. Karakter yang tercipta
dapat memberikan ciri khas tertentu untuk menjadi nilai tambah bagi suatu
lanskap. Perkembangan perkotaan membawa pada konsekuensi negatif pada
beberapa aspek, termasuk aspek lingkungan. Dalam tahap awal perkembangan
kota, sebagian besar lahan merupakan ruang terbuka hijau. Namun, adanya
kebutuhan ruang untuk menampung penduduk dan aktivitasnya, ruang hijau
tersebut cenderung mengalami konversi guna lahan menjadi kawasan terbangun.
Sebagian besar permukaannya, terutama di pusat kota, tertutup oleh jalan,
bangunan dan lain-lain dengan karakter yang sangat kompleks dan berbeda
dengan karakter ruang terbuka hijau. Hal-hal tersebut diperburuk oleh lemahnya
penegakan hukum dan penyadaran masyarakat terhadap aspek penataan ruang
kota sehingga menyebabkan munculnya permukiman kumuh di beberapa ruang
kota dan menimbulkan masalah kemacetan akibat tingginya hambatan samping di
ruas-ruas jalan tertentu.
Konversi atau berkurangnya ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun
di perkotaan menyebabkan kebutuhan terhadap ruang terbuka hijau tidak
terpenuhi secara baik. Keterbatasan keberadaan ruang terbuka hijau tidak dapat
menampung jumlah penduduk di perkotaan yang meningkat sehingga berdampak
pada keseimbangan ekosistem kota dengan indikasi penurunan kualitas
lingkungan perkotaan: banjir pada musim hujan, fenomena pulau panas (heat
island) kota pada musim kemarau, dan meningkatnya pencemaran udara. Jakarta
merupakan salah satu kota yang memiliki kepadatan penduduk tinggi dengan
kawasan pemukiman yang padat. Luas wilayah yang menjadi ruang terbuka hijau
di wilayah DKI Jakarta hingga saat ini belum mencapai persentase yang
disyaratkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang. Dari
total 657 kilometer persegi luas wilayah Jakarta, ruang terbuka hijau yang ada

2

baru sekitar 9,6% (Dewi, 2010). Peningkatan ruang terbuka hijau diperlukan di
sekitar wilayah-wilayah yang padat penduduk dengan harapan dapat memberi
nilai tambah bagi komunitas di wilayah yang bersangkutan.
Berdasarkan analisis citra 2009 per kecamatan di DKI Jakarta, terdapat
tiga kecamatan yang memiliki potensi ruang terbuka hijau yang tinggi, salah
satunya adalah Kecamatan Jagakarsa. Kelurahan Lenteng Agung merupakan
bagian dari Kecamatan Jakagarsa, yang memiliki potensi RTH besar di Jakarta
Selatan. Pada lokasi ini akan diamati kondisi RTH di salah satu kawasan yaitu
RW 08. Lokasi ini memiliki jenis RTH perkotaan yang beragam serta terdapat
kelompok masyarakat peduli lingkungan yang aktif. Penelitian ini mencakup
pengamatan terhadap jenis RTH dan luasannya untuk mengetahui perananan RTH
di kawasan perkotaan dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi.

1.2.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:

1.

mengidentifikasi tipe-tipe ruang terbuka hijau dan karakteristiknya di RW 08
Kelurahan Lenteng Agung,

2.

mendapatkan informasi pemanfaatan beberapa jenis ruang terbuka hijau di
RW 08 Kelurahan Lenteng Agung,

3.

menganalisis kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau publik di RW 08
Kelurahan Lenteng Agung,

4.

membuat model pengendalian ruang terbuka hijau untuk mempertahankan
keberadaannya di perkotaan.

1.3.

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

jenis dan karakteristik ruang terbuka hijau yang dimiliki oleh RW 08 Kelurahan
Lenteng Agung sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat dan pihak-pihak
yang terkait dalam perbaikan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau. Selain itu,
penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengamati secara langsung
berbagai jenis RTH di perkotaan serta dapat mengaplikasikan teori mengenai
RTH untuk mendapatkan solusi terhadap permasalahan RTH kota.

3

1.4.

Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian secara sistematis dapat dilihat pada Gambar 1

sebagai berikut:
Peningkatan Jumlah
Penduduk

Konversi Lahan

Peningkatan Kebutuhan terhadap
Ruang Terbuka Hijau

persiapan dan
pengumpulan data

Tipologi RTH

Fisik

Kepemilikan

Bentuk

Fungsi

Pemanfaatan

Kualitas RTH

Penutupan Lahan

Kenyamanan

analisis

Kuantitas RTH

Berdasarkan Luas
Wilayah

Berdasarkan
Jumlah Penduduk

evaluasi
Pengendalian Ruang Terbuka Hijau di
Perkotaan

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

perumusan
rekomendasi

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kota dan Permukiman
Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang dicirikan oleh

batasan administratif yang diatur dalam peraturan perundangan serta didominasi
oleh kegiatan produktif bukan pertanian. Kota memiliki berbagai unsur dan
komponen, mulai dari komponen yang terlihat nyata secara fisik seperti
perumahan dan prasaran umum, hingga komponen yang secara fisik tidak dapat
terlihat, yaitu berupa kekuatan politik dan hukum yang mengarahkan kegiatan
kota. Di samping itu, berbagai interaksi antar unsur yang bermacam-macam
memiliki tingkat kepentingan yang sama dengan unsur itu sendiri. Pada satu
unsur-unsur dan keterkaitan antar unsur dipandang secara bersama-sama, maka
kota-kota yang cukup besar akan terlihat sebagai organisme yang paling rumit
yang merupakan hasil karya manusia (Branch, 1995).
Sujarto (1991) membagi wilayah kota menjadi tiga jenis, yaitu: (a)
wilayah pengembangan di mana kawasan terbangun bisa dikembangkan secara
optimal, (b) wilayah kendala di mana pengembangan kawasan terbangun dapat
dilakukan secara terbatas dengan memperhatikan kelestarian lingkungan, dan (c)
wilayah limit di mana peruntukannya hanya untuk menjaga kualitas alam,
sedangkan keberadaan kawasan terbangun tidak dapat ditolerir. Keberadaan RTH
menempati bagian-bagian tertentu dalam komponen penyusun tata ruang pada
wilayah pengembangan, pada sebagian wilayah kendala yang berfungsi menjaga
kelestarian alam, dan wilayah limit yang memang hanya diperuntukkan bagi
kelestarian alam.
Kota-kota di Indonesia mulai berkembang seiring dengan berjalannya
waktu. Peningkatan kegiatan perekonomian dan peningkatan kesejahteraan
penduduk merupakan faktor utama yang meningkatkan pembangunan di
perkotaan, termasuk di Indonesia. Pembangunan kota secara fisik mempunyai
dampak baik positif maupun negatif. Dampak positif antara lain kelancaran dan
efisiensi kegiatan perekonomian yang diakibatkan oleh pembangunan berbagai
fasilitas industri dan transportasi, serta pembangunan barbagai fasilitas sosial,
seperti rumah sakit dan sekolah. Dampak negatif yang terjadi terutama adalah

5

menurunnya kualitas lingkungan akibat kurang diperhitungkannya kemampuan
lingkungan perkotaan dalam mendukung berbagai kegiatan dan sarana yang
dibangun (Nurisjah, Roslita, dan Pramukanto, 1998).
Penurunan kualitas lingkungan kota yang signifikan, adalah masalah
perubahan cuaca dan musim yaitu dalam hal peningkatan suhu, pencemaran
udara, perubahan musim, menurunnya permukaan air tanah, banjir, intrusi air laut,
serta meningkatnya kandungan logam berat dalam tanah. Masalah ini disebabkan
oleh peningkatan jumlah penduduk, pembangunan dan perkembangan kota,
pertumbuhan industri, kepadatan lalu lintas, deforestasi, dan sebagainya.
Kecepatan

perkembangan

kota

sangat

ditentukan

oleh

faktor-faktor

percepatannya, yaitu jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi yang
keduanya mempunyai sifat berkembang (Sujarto, 1991). Perubahan kedua faktor
akan menyebabkan perkembangan aspek lainnya

yang sebagian

besar

membutuhkan ruang sehingga menimbulkan persaingan untuk mendapatkan ruang
yang suplainya dari waktu ke waktu relatif tetap. Tabel di bawah ini menunjukkan
klasifikasi kepadatan penduduk dan hubungannya dengan kebutuhan lahan yang
mengindikasikan tingkat reduksi lahan di kawasan perkotaan
Tabel 1 Faktor Reduksi Kebutuhan Lahan untuk Sarana Lingkungan Berdasarkan
Kepadatan Penduduk
Klasifikasi
Kawasan
Kepadatan
penduduk
Reduksi terhadap
kebutuhan lahan

Kepadatan
Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Padat

< 150 jiwa/ha

151-200 jiwa/ha

201-400 jiwa/ha

>400 jiwa/ha

-

-

15% (maksimal)

30% (maksimal)

Sumber: Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, 2004.

Luas wilayah tertentu memiliki kemampuan menampung penduduk
dengan kapasitas berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Berikut ini merupakan
data dasar lingkungan perumahan menurut Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan (2004):
- 1 RT : terdiri dari 150 – 250 jiwa penduduk
- 1 RW : (2.500 jiwa penduduk) terdiri dari 8 – 10 RT
- 1 kelurahan (≈ lingkungan) : (30.000 jiwa penduduk) terdiri dari 10 – 12 RW

6

- 1 kecamatan : (120.000 jiwa penduduk) terdiri dari 4 – 6 kelurahan setiap
lingkungan
- 1 kota : terdiri dari sekurang-kurangnya 1 kecamatan
Lingkungan perkotaan hanya berkembang secara ekonomi namun
menurun secara ekologis, padahal keseimbangan lingkungan perkotaan secara
ekologi sama pentingnya dengan perkembangan nilai ekonomi kawasan
perkotaan. Untuk meminimalkan permasalahan-permasalahan tersebut, terutama
yang berkaitan dengan kualitas lingkungan dan kualitas hidup warga kota, perlu
dilakukan perencanaan dan penataan lahan yang sesuai dengan daya dukung dan
kebutuhannya. Salah satunya adalah perencanaan RTH yang sesuai dengan
kebutuhan kota terkait.

2.2

Ruang Terbuka Hijau
Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari

ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun
introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural
yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya.
Ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved)
maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun
areal-areal yang diperuntukkan sebagai genangan retensi.
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1988, ruang
terbuka hijau adalah bagian dari ruang terbuka kota yang didefinisikan sebagai
ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pada penghijauan tanaman atau
tumbuhan secara alamiah maupun buatan (budidaya tanaman) seperti lahan
pertanian, pertamanan, perkebunan, dan lainnya. Tujuan dibentuk atau
disediakannya ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, antara lain:
1. Meningkatnya mutu lingkungan hidup dan sebagai pengaman sarana
lingkungan perkotaan.
2. Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang
berguna bagi kepentingan manusia.

7

2.2.1 Tipologi
Ruang terbuka hijau dapat diklasifikasikan berdasarkan tipologinya, yaitu
fisik, fungsi, struktur, dan kepemilikan seperti yang ditampilkan pada Gambar 2 di
bawah ini.

Gambar 2 Tipologi RTH
Sumber: Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, 2008.

Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami terdiri atas daerah
hijau yang masih alami (wilderness areas), daerah hijau yang dilindungi agar
tetap dalam kondisi alami (protected areas), dan daerah hijau yang difungsikan
sebagai taman publik tetapi tetap dengan mempertahankan karakter alam sebagai
basis tamannya (natural park areas). RTH nonalami terdiri atas daerah hijau di
perkotaan yang dibangun sebagai taman kota (urban park areas), daerah hijau
yang dibangun dengan fungsi rekreasi bagi warga kota (recreational areas), dan
daerah hijau antarbangunan maupun halaman-halaman bangunan yang digunakan
sebagai area penghijauan. Kini RTH kota mengalami degradasi fungsi dan
kualitas akibat perubahan lingkungan alami menjadi lingkungan nonalami atau
binaan. RTH alami (basic nature) merupakan lanskap alami kota, sedangkan RTH
binaan (second hand nature), pengembangannya lebih diarahkan pada fungsi
sosial dan estetika sehingga fungsi ekologisnnya kurang optimal (Joga dan
Ismaun, 2011).

8

Dilihat dari fungsi RTH dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika,
dan ekonomi. Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis
(mengelompok, memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti
hirarki dan struktur ruang perkotaan. Dari segi kepemilikan, RTH dibedakan ke
dalam RTH publik dan RTH privat. Pembagian jenis-jenis RTH publik dan RTH
privat adalah sebagaimana Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Jenis dan Kepemilikan RTH
No.
1

Jenis
RTH Publik
RTH Privat
RTH Pekarangan
a. Pekarangan rumah tinggal
V
b. Halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat
V
usaha
c. Taman atap bangunan
V
2
RTH Taman dan Hutan Kota
a. Taman RT
V
V
b. Taman RW
V
V
c. Taman kelurahan
V
V
d. Taman kecamatan
V
V
e. Taman kota
V
f. Sabuk hijau
V
3
RTH jalur Hijau Jalan
a. Pulau jalan dan median jalan
V
V
b. Jalur pejalan kaki
V
V
c. Ruang di bawah jalan layang
V
4
RTH Fungsi Tertentu
a. RTH sempadan rel kereta
V
b. Jalur hijau jaringan listrik tekanan tinggi
V
c. RTH sempadan sungai
V
d. RTH sempadan pantai
V
e. RTH pengamanan sumber air baku/mata air
V
f. Pemakaman
V
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

1.

Pekarangan
Pekarangan adalah lahan yang kepemilikannya jelas, berada di sekeliling

rumah dan biasanya ditanami dengan kombinasi tanaman tahunan dan tanaman
keras. Menurut Arifin (2009) pekarangan didefinisikan sebagai lahan yangada di
sekitar rumah dengan batas kepemilikan yang jelas dan ditumbuhi berbagai jenis
tanaman serta dimanfaatkan untuk kepentingan kekerabatan dan kegiatan sosial.
Pekarangan merupakan tipe taman Indonesia yang memiliki keragaman struktur
yang kompleks, memiliki dimensi fungsi ekobiologis serta dimensi estetik.
Soemarwoto dan Soemarwoto (1981) berpendapat bahwa pekarangan adalah

9

lahan yang merupakan sistem integrasi dari berbagai elemen lunak, keras, dan
manusia dalam lingkungan tersebut.
Berdasarkan fungsinya, pekarangan dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
i. Produksi
Berbagai tanaman di pekarangan, terutama tanaman nursery, buah-buahan,
industri, sayuran, rempah-rempah, dan ternak dapat dipanen. Selain itu
memberikan kontribusi bagi tambahan diet protein, karbohidrat, vitamin, dan
mineral dapat pula memberikan pendapatan (Arifin, 2009).
ii. Sosial Budaya
Menurut Abdoellah (1991), dalam usaha memenuhi berbagai kebutuhannya,
pemilik terkadang memilih elemen penyusun pekarangan yang disesuaikan
dengan kebutuhan bersosial ataupun kebutuhan lainnya dan berhubungan dengan
kebiasaan setempat.
iii. Estetika
Pekarangan dengan pemilihan tanamannya merupakan wujud dari kreativitas,
imajinasi, kewirausahaan, dan rasa estetik pemiliknya. Penanaman pekarangan
dengan tanaman ornamental akan menciptakan nuansa tersendiri bagi rumah yang
berada di dalamnya.
iv. Ekologi.
Fungsi ini terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Konservasi, jenis tumbuhan yang beragam pada pekarangan menghasilkan
keanekaragaman yang tinggi dan bermacam ketinggian tanaman. Selain berguna
untuk pengoptimalan penggunaan sinar matahari, strata juga berfungsi untuk
menahan air hujan yang berenergi kinetik tinggi agar tidak langsung mengenai
tanah dan mengikis lapisan humusnya. Air akan terlebih dahulu mengenai daun
tumbuhan tertinggi, kemudian jatuh ke daun yang berada di bawahnya, sehingga
energi kinetik air hujan berkurang. Banyaknya tumbuhan pada pekarangan
menyebabkan air yang diserap oleh akar tidak langsung menghilang sebagai aliran
permukaan.
b. Sumber kekayaan genetik, kekayaan genetik atau keanekaragaman hayati
dideskripsikan sebagai jumlah, variasi dari organisme pada semua tingkatan
organisasi, dari genetik, populasi, dan tingkatan spesies pada suatu ekosistem.

10

Menurut Abdoellah (1990) dalam Whitten (1999), pekarangan merupakan sumber
plasma nutfah utama yang dinamis dan sangat penting.

2.

Halaman fasilitas umum dan fasilitas sosial
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2010

tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau, yang dimaksud dengan fasilitas umum
adalah fasilitas bangunan yang dapat menampung kepentingan dan kebutuhan
aktivitas masyarakat umum secara luas, meliputi:
a. fasilitas kesehatan: rumah sakit, puskesmas, apotek
b. fasilitas peribadatan: masjid, gereja, vihara, klenteng
c. fasilitas kebudayaan: museum, perpustakaan
d. fasilitas informasi dan telekomunikasi: Telkom
e. fasilitas keuangan: perbankan, money changer
f. fasilitas transportasi: penjualan tiket angkutan umum

3.

Jalur hijau
Lanskap jalan adalah wajah dari karekter lahan atau tapak yang terbentuk

pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alamiah seperti
bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang
terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi
lahannya. Lanskap jalan haruslah mempunyai ciri khas karena harus disesuaikan
dengan persyaratan geometrik jalan dan khas karena harus disesuaikan dengan
persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi bagi kenyamanan
pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan jalan yang indah,
nyaman, dan memenuhi fungsi kaeamanan. Jalur hijau tanaman adalah jalur
penempatan tanaman serta elemen lanskap lainnya yang terletak di dalam Daerah
Milik Jalan (Damija) maupun di dalam Daerah Pengawas Jalan (Dawasja). Sering
disebut jalur hijau karena didominasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang
pada umumnya berwarna hijau (Dinas Pekerjaan Umum, 1996)
Tepi, median, dan pulau jalan dapat berupa taman atau nontaman, namun
apabila dikaitkan dengan potensi jalur hijau jalan sebagai ruang terbuka hijau
kota, maka bentuk yang diharapkan adalah adanya vegetasi sebagai pengisi ruang

11

tersebut. Median jalan adalah ruang terbuka hijau berupa jalur pemisah yang
membagi jalan menjadi dua kalur atau lebih. Sedangkan pulau jalan adalah ruang
terbuka hijau yang terbentuk oleh geometris jalan seperti pada persimpangan tiga
atau bundaran jalan.
Tanaman merupakan soft materials dalam lanskap dan peletakannya
sebagai pelengkap jalan, tanaman berfungsi untuk membedakan area melalui
kualitas lanskap yang unik, melapisi jalur lalu lintas dan memperkuat jajaran path
dan jalan raya, memberikan penekanan pada nodes jalur lalu lintas, memberikan
peneduhan dan daya tarik, screen atau menutupi pemandangan yang jelek,
menghilangkan kesilauan serta mengurangi kebisingan suara. Pada persimpangan
jalan harus bersih, tidak boleh ditempatkan tanaman yang dapat menutupi
pandangan pemakai jalan untuk alasan keselamatan (Simonds, 2006).

4.

Bantaran sungai
Sempadan sungai/bantaran sungai adalah lahan pada kanan dan kiri badan

sungai yang ditumbuhi oleh vegetasi alami spesifik (riparian) dan dipengaruhi
oleh batuan dasar sebagai bagian dari struktur sungai. Sempadan sungai sering
disebut dengan bantaran sungai walau terdapat perbedaan. Bantaran sungai adalah
daerah pinggir sungai yang tergenangi air saat banjir, sedangkan sempadan sungai
adalah daerah batar