Manajemen Penangkaran dan Aktivitas Harian Kalong kapauk (Pteropus vampyrus Linnaeus 1758) di Taman Margasatwa Ragunan

MANAJEMEN PENANGKARAN DAN AKTIVITAS HARIAN
KALONG KAPAUK (Pteropus vampyrusLinnaeus 1758)
DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN

FAJRI HUSEIN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen
Penangkaran dan Aktivitas Harian Kalong Kapauk (Pteropus vampyrus Linnaeus
1758) di Taman Margasatwa Ragunan adalah benar karya saya denganarahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Fajri Husein
NIM E34063082

ABSTRAK
FAJRI HUSEIN. Manajemen Penangkaran dan Aktivitas Harian Kalong Kapauk
(Pteropus vampyrus Linnaeus 1758) di Taman Margasatwa Ragunan. Dibimbing
oleh BURHANUDDIN MASYUD.
Pemanfaatan kalong yang berasal dari alam dan rusaknya habitat alami
kalong mengakibatkan populasi kalong di alam berkurang. Oleh sebab itu kalong
perlu ditangkarkan agar populasi di alam tetap lestari. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mempelajari aspek teknis manajemen penangkaran kalong dan
mengidentifikasi aktivitas harian kalong dikandang. Metode yang digunakan
untuk manajeman penangkaran adalah pengamatan lapang, wawancara, dan studi
pustaka, sedangkan untuk aktivitas harian menggunakan metode scan animal
sampling terhadap dua kelompok kalong berdasarkan jenis kelamin (jantan dan
betina). Terdapat 13 ekor kalong di TMR (7 jantan dan 6 betina). Kandang kalong
di TMR memiliki ukuran 12m x 4m x 4m. Pakan kalong yang diberikan adalah

papaya, pisang, dan jambu biji. Hasil perhitungan capaian implementasi
kesejahteraan satwa sebesar 2,51 dan termasuk dalam kategori baik. Aktivitas
harian kalong dikandang yang berhasil diidentifikasi yaitu membersihkan diri,
bertengger, istirahat, makan, berkomunikasi, dan bergerak. Berdasarkan hasil uji
khi-kuadrat aktivitas harian kalong jantan dan kalong betina secara umum sama.
Kata kunci: aktivitas harian, kalong kapauk, manajeman penangkaran.

ABSTRACT
FAJRI HUSEIN. Captive Management and Daily Activity of Large Flaying Fox
(Pteropus vampyrus Linnaeus 1758) in Taman Margasatwa Ragunan. Supervised
by BURHANUDDIN MASYUD.
Utilization of large flaying fox from nature and the damage of natural
habitats of large flaying fox makes population diminish. Therefore large flaying
fox need to be captivein order to keep large flaying fox populations in natural
habitats remain sustainable. The purpose of this research is to study the technical
aspects of captive management and identified daily activity of large flaying fox in
the enclosure. The method used for captive management is field observation,
interviews, and literature, while for daily activities using scan animal sampling
method against two groups of large flaying fox by sex (male and female). There
are 13large flaying fox in TMR (7 males and 6 females). Bat enclosures have a

size of 12 m x 4 m x 4 m. Large flaying foxin TMR are given feed papaya, banana,
and guava. Results of the implementation of animal welfare outcomes calculation
of 2.51 and included in good categories. Daily activity of large flaying fox were
identified are, grooming itself, perch, resting/sleeping, eating, communicate, and
moving. Based on the results of chi-squared test, daily activities of large flaying
fox male and female are generally the same.
Keywords: captive management, daily activities, large flaying fox.

MANAJEMEN PENANGKARAN DAN AKTIVITAS HARIAN
KALONG KAPAUK (Pteropus vampyrusLinnaeus 1758)
DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN

FAJRI HUSEIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Manajemen Penangkaran dan Aktivitas Harian Kalong kapauk
(Pteropus vampyrus Linnaeus 1758) di Taman Margasatwa
Ragunan
Nama
: Fajri Husein
NIM
: E34063082

Disetujui oleh

Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Sambas Basyuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April - Mei 2010 ini ialah
penangkaran satwa, dengan judul Manajeman Penangkaran dan Aktivitas Harian
Kalong Kapauk (Pteropus vampyrus Linnaeus 1758) di Taman Margasatwa
Ragunan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin Masyud
dan Alm. Dr Drh Erna Suzanna, M.Sc.F selaku pembimbing atas bimbingan,
saran dan masukan dalam proses penulisan. Disamping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada pengelola Taman Margasatwa Ragunan beserta perawat satwa
yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya beserta teman – teman atas dukungannya selalu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013
Fajri Husein

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian


2

Bahan dan Alat

2

Metode Pengumpulan Data

2

Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian


5

Manajemen Penangkaran

5

Prinsip Kesejahteraan Satwa

12

Aktivitas Harian Kalong kapauk (Pteropus vampyrus) di Kandang

13

SIMPULAN DAN SARAN

21

Simpulan


21

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

24

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.


Klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa
Rataan suhu dan kelembaban di dalam kandang kalong kapauk.
Jumlah pakan harian kalong kapauk untuk 13 ekor
Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh kalong kapauk (asumsi BB
kalong kapauk 1000 g)
5. Perkiraan jumlah rata - rata zat makanan yang dikonsumsi kalong
kapauk per ekor di TMR
6. Hasil capaian implementasi kesejahteraan satwa TMR
7. Rataan alokasi waktu aktivitas harian Kalong kapauk (Pteropus
vampyrus) berdasarkan jenis kelamin

4
7
10
10
11
13
13

DAFTAR GAMBAR
1. Kandang kalong kapauk di TMR
2. Perlengkapan kandang; (a) batang pohon, (b) wadah pakan, (c) wadah
minum.
3. Saluran pembuangan; (a). dan (b).saluran pembuangan air. (c).tempat
penampungan air kotor
4. Kegiatan
perawatan
kandang;
(a).menyapu
kandang,
(b).membersihkan dengan air mengalir, (c).membersihkan wadah
pakan
5. Proses karantina di TMR
6. Cara pemberian pakan:(a).membersihkan wadah pakan(b).menyiapkan
pakan(c).tempat makan kalong kapauk
7. Histogram aktivitas harian kalong jantan
8. Histogram aktivitas harian kalong betina
9. Aktivitas membersihkan diri
10. Pola sebaran aktivitas membersihkan diri
11. Aktivitas bertengger
12. Pola sebaran aktivitas bertengger
13. Aktivitas istirahat
14. Pola sebaran aktivitas istirahat
15. Aktivitas makan
16. Pola sebaran aktivitas makan
17. Pola sebaran aktivitas berkomunikasi
18. Pola sebaran aktivitas bergerak

6
7
8

8
9
11
14
14
15
15
16
16
17
18
18
19
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1. kandungan gizi yang dikonsumsi oleh 13 ekor kalong kapauk
(Pteropus vampyrus)
2. total waktu rata-rata aktivitas betina
3. total waktu rata-rata aktivitas jantan
4. hasil uji khi-khuadrat dari alokasi waktu harian kalong kapauk
(Pteropus vampyrus) berdasarkan jenis kelamin.

24
25
26
27

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelelawar merupakan mamalia yang dapat terbang dari ordo Chiroptera,
dengan dua subordo yakni Megachiroptera (old world fruits bats) dan
Mikrochiroptera (echolocating bats). Menurut Nowak (1999) diacu dalam Suyanto
(2001) di dunia terdapat 18 suku, sekitar 192 marga dan 977 jenis kelelawar.
Kelelawar dari marga Pteropus merupakan subordo Megachiroptera yang
biasa disebut kalong memakan buah - buahan. Kelelawar ini mendapat
prioritaskonservasi karena memiliki peran ekologis yang penting sebagai
penyebar biji dan penyerbuk (Fujita 1991). Hal ini sangat penting bagi
kesinambungan vegetasi hutan tropis, termasuk Indonesia.
Pemanfaatan kalong kapauk berkembang pesat. Masyarakat memanfaatkan
kalong kapauk untuk dikonsumsi dan sebagai obat. Banyak orang percaya hati
kalong kapauk dapat menyembuhkan asma dan lemaknya dapat menyuburkan
rambut (Nowak 1995; Suyanto 2001). Tingginya pemanfaatan kalong kapauk
sebagai obat ataupun untuk dikonsumsi serta rusaknya habitat alami kalong
mengancam keberadaan kalong kapauk di alam.
Penangkaran satwa adalah upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan
satwa dari kepunahan. Penangkaran satwaliar adalah suatu kegiatan
mengembangbiakan satwa liar untuk memperbanyak populasinya dengan tetap
mempertahankan kemurnian jenisnya, sehingga kelestarian dan keberadaannya di
alam dapat dipertahankan (Thohari 1987).
Dalam penangkaran kesejahteraan satwa harus diperhatikan. Prinsip
kesejahteraan satwa menurut Appleby dan Hughes (1997) mencakup lima
kebebasan satwa: (1).bebas dari rasa haus dan lapar, (2).bebas dari rasa sakit, luka
dan penyakit, (3).bebas dari rasa tidak nyaman, (4).bebas dari rasa takut dan
tekanan, dan (5).bebas berperilaku alami.
Studi aktivitas harian kalong kapauk di alam maupun penangkaran (ex-situ)
belum banyak dilakukan. Satwa yang hidup di habitat aslinya dapat beraktivitas
normal sedangkan satwa yang hidup di kandang harus beradaptasi di tempat yang
terbatas. Pengetahuan mengenai aktivitas harian kelelawar perlu dipelajari untuk
membantu pemeliharaannya. Modifikasi kandang perlu dilakukan agar satwa
merasa hidup di habitat alaminya.
Taman Margasatwa Ragunan adalah tempat konservasi ex-situ yang
memiliki fungsi perlindungan dan pelestarian alam, pendidikan, penelitian,
rekreasi, dan apresiasi terhadap alam. Secara umum tingkat keberhasilan
penangkaran dipengaruhi oleh teknik pengelolaan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui praktek pengelolaan penangkaran
kalong kapauk dan pemenuhan ketentuan prinsip kesejahteraan satwa di Taman
Margasatwa Ragunan serta mengidentifikasi aktivitas harian kalong kapauk
(Pteropus vampyrus) di penangkaran.

2

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini:
1. Mempelajari aspek teknis manajemen penangkaran dan prinsip
kesejahteraan satwa kalong kapauk (Pteropus vampyrus) di Taman
Margasatwa Ragunan.
2. Mengidentifikasi aktivitas harian kalong kapauk (Pteropus vampyrus) di
kandang.
Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini:
1. Sebagai bahan acuan sekaligus evaluasi bagi perbaikan dan pengembangan
manajemen penangkaran kalong kapauk (Pteropus vampyrus) di Taman
Margasatwa Ragunan dan tempat lain.
2. Sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya terkait kriteria
kesejahteraan satwa di penangkaran dan aktivitas harian kalongkapauk
(Pteropus vampyrus).

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama bulan April-Mei 2011, di Taman
Margasatwa Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: kamera digital, tallysheet,
thermometer dry and wet, hygrometer, meteran, timbangan, dan komputer. Objek
penelitian adalah kalong kapauk (Pteropusvampyrus).

Metode Pengumpulan Data
A. Manajemen penangkaran
Data yang dikumpulkan mengenai aspek teknis manajemen penangkaran
kalong kapauk yaitu: perkandangan, manajemen pakan, pemeliharaan kesehatan,
manajemen reproduksi, pengadaan satwa dan teknik adaptasi, diperoleh dengan
metode pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak pengelola
penangkaran. Data nilai gizi pakan diperoleh dengan studi pustaka.
Perkandangan meliputi : jenis dan fungsi kandang, ukuran dan konstruksi
kandang, peralatan dan perlengkapan kandang, suhu dan kelembaban kandang,
serta perawatan dan system sanitasi kandang. Suhu dan kelembaban kandang di
ukur tiap 3 jam sekali selama 4 hari.

3

B. Prinsip Kesejahteraan Satwa
Pengisian kriteria capaian implementasi 5 prinsip kesejahteraan satwa
dilakukan dengan pengisian tabel evaluasi kesejahteraan satwa yang diterbitkan
oleh PKBSI (Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia) diacu dalam
Islahuddin (2009) yang disesuaikan dengan keperluan penelitian. Pengisian tabel
dilakukan dengan cara wawancara dan observasi lapang. Penilaian 5 prinsip
kesejahteraan satwa berdasarkan ketersediaan fasilitas dan sistem manajemen
pengelolaan satwa.
C. Aktivitas Harian Kalong Kapauk (Pteropus vampyrus)
Pengamatan aktivitas harian dilakukan dengan metode Scan Animal
Sampling; pengamatan dilakukan terhadap kelompok kalong kapauk dan mencatat
setiap aktivitas yang dilakukan kalong dengan interval waktu yang telah
ditentukan (George et al.2008). Objek pegamatan aktivitas kalong kapauk terdiri
dari dua kelompok kalong yang mewakili jenis kelaminnya. Pengamatan
dilakukan pukul 06.00-24.00 WIB dengan interval waktu 60 menit. Pengamatan
aktivitas harian kalong kapauk dilakukan selama 5 hari.
Aktivitas yang diamati dibedakan menjadi aktivitas harian berkelompok dan
aktivitas harian individual. Data aktivitas harian kelompok diambil jika dalam satu
kelompok kalong kapauk melakukan aktivitas yang sama bersamaan dan jika
terdapat kalong kapauk yang melakukan aktivitas yang berbeda secara bersamaan,
maka aktivitas yang dilakukan kalong kapauk terbanyak yang akan diambil.
Aktivitas harian berkelompok meliputi aktivitas bertengger, istirahat, dan makan.
Data aktivitas harian individual diambil jika terdapat dua kalong kapauk atau lebih
melakukan aktivitas yang sama, meliputi aktivitas membersihkan diri, minum,
berkomunikasi dan bergerak.
Analisis Data
Manajemen Penangkaran
Analisis data mengenai pengelolaan penangkaran dilakukan secara
deskriptif, dengan menguraikan dan menjelaskan teknik pengelolaan penangkaran
kalong kapauk, dilengkapi dengan tabel dan gambar. Data kuantitatif dianalisis
sebagai berikut :
Persentase rata-rata jumlahpakan yang dikonsumsi kalong kapauk dihitung
menggunakan pendekatan:
Persen Jumlah Pakan= (∑Ai – Bi)×100%, dimana:
Ai
i=Bobot pakan yang diberikan(gram)
Bi=Bobot sisa pakan(gram)

4

Prinsip Kesejahteraan Satwa
Analisis pengelolaan kesejahteraan satwa dilakukan dengan memberikan
nilai pada setiap variabel yang ditetapkan (Islahuddin 2009). Pada penelitian ini
terdapat lima parameter kesejahteraan satwa (prinsip kesejahteraan satwa),
mencakup kriteria penilaian kesejahteraan satwa. Nilai untuk setiap variabel:
Baik=3, Cukup=2, dan Buruk=1. Tabel yang berisi berbagai kriteria penilaian
dievaluasi dengan rumus:

Perhitungan menghasilkan nilai kesejahteraan satwa yang dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa
No
1
2
3

Klasifikasi penilaian
Baik
Cukup
Buruk

Skor
2,51-3,0
1,51-2,50
1,0-1,50

Aktivitas Harian
Data hasil pengamatan aktivitas harian kalong kapauk dianalisis dan
disajikan secara deskriptif, dilengkapi dengan gambar, tabel, dan grafik yang
relevan. Pengujian hipotesis hubungan antara aktivitas harian terhadap jenis
kelamin dilakukan dengan uji khi kuadrat (x2) pada persamaan Walpole (1988),
yakni:
X hitung =∑
2

Dimana : Oi
Ei
I

= Frekuensi hasil pengamatan
= Frekuensi harapan
= Kategori ke-i

Pengujian hubungan antara parameter yang diukur dan diamati
menggunakan hipotesa sebagai berikut :
1. Ho=Tidak ada perbedaan antara alokasi waktu aktivitas harian kalong kapauk
jantan dengan kalong kapauk betina.
2. H1=Terdapat perbedaan antara alokasi waktu aktivitas harian kalong kapauk
jantan dengan kalong kapauk betina.
Pengambilan keputusan hipotesis dilakukan menggunakan kriteria:
1. Jika X2hitung>dari X2tabel, maka tolak Ho
2. Jika X2hitung≤dari X2tabel, maka terima Ho

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Letak dan Luas
Taman Margasatwa Ragunan terletak pada 48˚ BT - 106˚ BT dan 6˚ LS 15˚ LS dan berjarak 20 km dari pusat Kota Jakarta (Tata lingkungan TMR 2006).
Luas keseluruhan TMR seluas 147 ha. Tata guna lahan TMR meliputi kantor dan
kandang 32 ha, taman 15 ha, danau 7 ha, lapangan parkir 5 ha,dan saluran air 10
ha. Secara administratif TMR termasuk dalam wilayah Kelurahan Ragunan,
Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah barat berbatasan dengan Jl. Kav POLRI dan Jl. Jati Cilandak
2. Sebelah timur berbatasan dengan Jl. Jati Padang
3. Sebelah utara berbatasan dengan Jl Harsono
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Jl. Sagu
Kondisi Fisik Lingkungan
Taman Margasatwa Ragunan (TMR) merupakan dataran rendah yang
memilki ketinggian 50 mdpl dengan kemiringan 2˚-6˚. Suhu rata-rata sepanjang
tahun 28,2˚C, kelembaban udara antara 60%-80% per tahun serta curah hujan
2291-2300 mm per tahun. TMR memiliki jenis tanah latosol merah yang bersifat
netral dan berwarna merah. Tanah tersebut mengalami pelapukan yang akan
menghasilkan top soil tebal sehingga tanaman dapat tumbuh subur. TMR
dibangun menurut rancangan konsep kebun binatang terbuka (Tata Lingkungan
TMR 2006).
Manajemen Penangkaran
Perkandangan
Jenis dan Fungsi Kandang
Penangkaran kalong kapauk di Taman Margasatwa Ragunan (TMR)
merupakan penangkaran intensif karena semua kebutuhan satwa di tangani oleh
pengelola TMR. TMR memiliki satu kandang permanen untuk kalong kapauk
sebagai kandang peragaan dan perkembangbiakan. Di dalam kandang terdapat 13
ekor kalong kapauk terdiri dari 7 ekor jantan dan 6 ekor betina. Berikut gambar
kandang kalong kapauk di TMR (Gambar 1).

6

Gambar 1 Kandang kalong kapauk di TMR
Ukuran dan Konstruksi Kandang
Kandang permanen kalong kapaukTMR berukuran 12m × 4m × 4m.
Menurut Bat World (2010) kandang penangkaran kalong kapauk membutuhkan
sistem dua pintu dan ukuran minimum 3.66m × 3.66 m × 2.29m untuk 10 ekor
kalong kapauk atau per ekornya membutuhkan ruang minimum seluas 3.07 m3.
Ini berarti kandang kalong di TMR telah mencukupi luasan standar kandang
kalong.
Konstruksi kandang dibuat dengan bahan yang kuat untuk menghindari
kalong kapauk lepas dari kandang atau masuknya satwa lain. Konstruksi kandang
terbuat dari tembok, kawat ram, besi sebagai pondasi, kayu dan asbes sebagai atap.
Untuk perlindungan dari hujan dan panas pengelola menambahkan sebagian
atap kandang dengan asbes, sehingga kandang tetap mendapat cukup sinar
matahari dan tetap terkena air hujan yang menciptakan suasana seperti di habitat
aslinya. Menurut Rasweiler (1976) kondisi kandang harus dibuat sealami
mungkin agar satwa tetap merasa hidup di habitat alaminya.
Ketiga sisi kandang berupa tembok setinggi 1m lalu diberi tambahan kawat
ram setinggi 3m dan sisi belakang berupa tembok setinggi 3m lalu kawat ram 1m.
Material kawat ram digunakan untuk sirkulasi udara dan memudahkan kalong
kapauk merayap, bertengger dan beristirahat. Lubang kawat rammemiliki ukuran
5cm×5cm dan pintu kandang berukuran 210cm×80cm, terbuat dari besi dan ada
tembok penghalang setinggi 50cm di depan pintu untuk mencegah kancil
melarikan diri. Pintu kandang selalu ditutup dan dikunci untuk menghindari
pencurian satwa.
Peralatan dan Perlengkapan Kandang
Peralatan dan perlengkapan kandang yang disediakan yaitu:
1. Kawat ram sebagai tempat bertengger dan berjalan
2. Wadah pakan dan minum satwa
3. Batang pohon tempat bertengger
Peralatan dan perlengkapan kandang bertujuan agar satwa merasa seperti
dihabitat aslinya dan mendorong satwa berperilaku alami. Sesuai dengan Appbley
dan Hughes (1997), satwa yang berada di penangkaran bebas dari rasa tidak
nyaman dan bebas berperilaku liar alami, dan menurut Rasweiler (1976), kondisi

7

kandang harus dibuat sealami mungkin agar satwa tetap merasa hidup di habitat
alaminya.
Cara bergerak kalong kapauk di alam liar dengan merayap dicabang dan
ranting pohon menjadi dasar penggunaan kawat ram sebagai tempat bertengger
dan berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain. Kawat ram juga digunakan
kalong kapauk untuk berjalan menuju wadah pakan dan tempat bergantung saat
makan seperti pada Gambar 2b.
Wadah pakan kalong kapauk berukuran 25cm × 15cm × 5cm, diletakan
dengan ketinggian 1,5m dari lantai kandang dan wadah minum berukuran 25cm ×
15cm × 15cm, diletakan dengan ketinggian 2m dari lantai kandang.
Batang pohon di kandang kalong kapauk adalah batang pohon belimbing
(Averrhoa carambola). Saat malam hari pohon tersebut dijadikan tempat
beristirahat oleh kalong kapauk saat menunggu giliran makan dan sesudah mereka
makan.Berikut gambar peralatan dan perlengkapan kalong kapauk (Pteropus
vampyrus) di TMR (Gambar 2).

(a)
(b)
(c)
Gambar 2 Perlengkapan kandang; (a) batang pohon, (b) wadah pakan, (c) wadah
minum.
Suhu dan Kelembaban Kandang
Suhu dan kelembaban rata-rata kandang kalong kapaukdapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Rataan suhu dan kelembaban di dalam kandang kalong kapauk.
Waktu (WIB)
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00
Rata-rata

Suhu
Rataan(oC)
25.25
27
28.75
29.25
28
26.5
25
27.1

Kelembaban
Rataan(%)
92
90.25
80.25
66.25
83.5
88
92
84.6

8

Berdasarkan tabel diatas, kandang kalong kapauk TMR memiliki suhu rata–
rata 27.1oC dan kelembaban rata–rata 84.6%. Menurut Smith (2005) suhu
optimum untuk beberapa spesies kelelawar besar yaitu 24oC–45oC dan
kelembaban 55% - 96%. Ini berarti kondisi kandang kalong kapauk di TMR
sesuai.
Perawatan dan Sistem Sanitasi Kandang
Kegiatan perawatan kandang berupa pembersihan kandang dan fasilitas
pendukung (tempat makan dan minum) dilakukan untuk menjaga kesehatan
kalong kapauk. Jika terjadi kerusakan di kandang perawat satwa melaporkan
kepada pengelola. Selama pelaporan perawat satwamelakukan perbaikan seadanya
sampai pihak pengelola memperbaikinya.
Kegiatan pembersihan kandang berupa menyapu bagian luar dan dalam
kandang, membersihkan kotoran yang menempel dengan air mengalir, dan
pembersihan wadah pakan kalong kapauk, dilakukan setiap hari. Bak
penampungan air dibersihkan dan diganti airnya 2 hari sekali. Seminggu sekali
bagian atap kandang dibersihkan dan kandang diberikan desinfektan. Menurut
Dharmojono (1998) dalamSentanu (1999), kandang dan peralatannya sebaiknya
dicucihamakan setiap 2-4 minggu sekali.Berikut gambar sistem sanitasi kandang
(Gambar 3). Adapun kegiatan perawatan kandang seperti pada gambar 4.

(a)
(b)
(c)
Gambar 3 Saluran pembuangan; (a). dan (b).saluran pembuangan air. (c).tempat
penampungan air kotor

(a)
(b)
(c)
Gambar 4 Kegiatan perawatan kandang; (a).menyapu kandang, (b).membersihkan
dengan air mengalir, (c).membersihkan wadah pakan

9

Air kotor yang berasal dari kandang dialirkan ke tempat pembuangan seperti
sumur dan nantinya akan terserap kedalam tanah.Sistem sanitasi kandang yang
baik berpengaruh pada kondisi kesehatan satwa di kandang, karena kotoran
kandang mengandung bakteri berbahaya sebagai sumber penyakit satwa, bahkan
ada yang bersifat zoonosis.
Pengadaan Satwa dan Teknik Adaptasi
Pengadaan satwa di TMR dilakukan dengan cara perolehan dari alam,
pertukaran satwa dan sumbangan pihak ketiga. Berdasarkan PP No.8 tahun 1999,
bibit penangkaran dapat diambil dari alam atau sumber lain yang sah. Thohari
(1987) mengatakan, dalam pengadaan satwa perlu diketahui sumber bibit dan
jumlah individu satwa serta sex rationya. Kualitas bibit satwa yang ada di
penangkaran perlu mendapat perhatian, terutama variasi genetiknya. Semakin
tinggi variasi genetik dari bibit yang digunakan maka semakin tinggi kualitasnya
sebagai induk.
Satwa baru perlu mendapat treatment khusus agar satwa dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Menurut Hardjanto et.al. (1991),
apabila satwa mudah beradaptasi harus tetap memerlukan perhatian dan
penanganan/latihan yang baik dan teratur untuk mencegah kemungkinan stress,
penyakit, bahkan kematian, sehingga mengoptimalkan manfaat yang di peroleh.
Di TMR, kalong kapauk yang baru didapat harus dikarantina terlebih dahulu
untuk menghindari penularan penyakit dari satwa baru. Lamanya proses karantina
dan adaptasi tergantung dari jenis dan asal satwa. Menurut hasil wawancara
dengan petugas TMR lamanya proses karantina kalong kapauk hingga satwa bisa
beradaptasi dengan lingkungan barunya sekitar 2 minggu. Berikut proses
karantina (Gambar 5).
Satwa baru

Kandang karantina
Pemeriksaan kesehatan

Pemberian vitamin

isolasi

Kandang peragaan
Penyatuan satwa baru dengan yang lama

Pendekatan satwa

Gambar 5 Proses karantina di TMR
Manajemen Pakan
Jenis dan Jumlah Pakan
Jenis pakan utama yang diberikan pihak pengelola TMR kepada kalong
kapauk yaitu pepaya dan pisang ambon. Sedangkan jambu biji diberikan
tergantung ketersediaan buahnya. Yalden & Morris (1975) menyebutkan jenis
pakan kalong kapauk secara umum adalah buah-buahan manis dan bertekstur
lembut seperti mangga, pisang, jambu, dan papaya. Penyediaan pakan sangat

10

tergantung dari bagian pendistribusian pakan TMR dan musim buah. Pemberian
pakan dilakukan setiap hari dan pemberian air dilakukan tiap 2 hari sekali. Kalong
kapauk di TMR belum dberikan suplemen makanan tambahan. Menurut
Rasweiler (1976), kalongdi penangkaran harus diberikan suplemen makanan
secara teratur agar tidak mudah sakit dan nutrisinya terpenuhi. Berdasarkan hasil
pengamatan jumlah pakan yang diberikan untuk 13 ekor kalong sebagai berikut
(Tabel 3).
Tabel 3 Jumlah pakan harian kalong kapauk untuk 13 ekor
Tanggal
27 – 04 – 2011
02 – 05 – 2011
03 – 05 – 2011
04 – 05 – 2011
05 – 05 – 2011
06 – 05 – 2011
Rata - rata
persentase

Jumlah pakan yang diberikan (g)
Pisang ambon Papaya Jambu biji
2130
1480
350
2780
1700
2590
980
480
3000
1930
2890
1950
110
3450
1650
2806.7
1615
156.7
61.3
35.3
3.4

Total pakan yang
diberikan (g)
3960
4480
4050
4930
4950
5100
4578.3
100

Pakan yang diberikan oleh perawat satwatidak selalu habis dimakan oleh
kalong kapauk. Berikut jumlah pakan yang dikonsumsi oleh kalong kapauk di
TMR selama 6 hari (Tabel 4).
Tabel 4 Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh kalong kapauk (asumsi BB
kalong kapauk 1000 g)
Tanggal

27 – 04 – 2011
02 – 05 – 2011
03 – 05 – 2011
04 – 05 – 2011
05 – 05 – 2011
06 – 05 – 2011
Rata - rata

Total pakan
yang
diberikan
(g)
3960
4480
4050
4930
4950
5100
4578.3

Pakan yang dimakan
Jumlah
Persentase
pakan
jumlah
(g)
pakan (%)
3960
100
4480
100
4050
100
4830
98
4950
100
4900
96
4528.3
98.9

Sisa pakan (g)
Jumlah Jenis sisa
pakan
pakan
(g)
0
0
0
100
Pisang
0
200
Pisang
50

Konsumsi
pakan terhadap
BB (%)
30.5
34.5
31.2
37.2
38.1
37.7
34.9

Berdasarkan hasil pengamatan selama 6 hari, persentase rata-rata pakan
yang dimakan oleh 13 ekor kalong kapauk mencapai 98.9% dari pakan yang
diberikan. Selain itu persen konsumsi pakan kalong terhadap berat badanper
ekornya sebesar 34.9%. Mengacu pada Smith (2005) bahwa kalong harus
diberikan pakan sebanyak 20 % - 35 % dari berat badannya, maka pakan yang
dikonsumsi oleh kalong kapauk sudah mencukupi kebutuhan pakannya.
Berdasarkan perhitungan nilai gizi pakan yang dikonsumsi oleh 13 ekor kalong

11

(lampiran 1), maka didapatkan perkiraan jumlah zat makanan yang dikonsumsi
kalong per ekornya seperti pada tabel 5
Tabel 5 Perkiraan jumlah rata - rata zat makanan yang dikonsumsi kalong
kapauk per ekor di TMR
No.
1
2
3
4
5

Zat Makanan
Air
Protein
Lemak
Karbohidrat
Vitamin dan Mineral
Jumlah
Energi total

Jumlah Konsumsi
(g)
(%)
278.02
79.8
3.2
0.9
1.14
0.3
63.6
18.3
2.38
0.7
348.34
100
250.35 kcal

Cara Pemberian Pakan
Kalong kapauk di TMR diberi pakan setiap pagi. Menurut perawat satwa,
walaupun kalong kapauk satwa yang aktif di malam hari, terkadang kalong
kapauk makan di pagi hari. Smith (2005) mengatakan, kalong kacamata di
penangkaran makan pada pagi hari dan makan lebih banyak di malam hari.
Dengan pemberian pakan pada pagi hari, kalong kapauk dapat makan kapan saja.
Sebelum
pakan
diberikan
kepada
kalong
kapauk,
perawat
satwamembersihkan kandang, wadah pakan dan minum kalong kapauk. Buah
yang telah diterima dari bagian pendistribusian pakan dipilih lalu dipotong kecil kecil. Memotong buah menjadi ukuran kecil bertujuan agar mengurangi jumlah
pakan yang terbuang serta memudahkan kalong dalam mengonsumsi pakannya
(Smith 2005).Buah yang sudah dipotong kecil diletakan dalam dua wadah pakan
dan diletakkan di tempat yang dirancang khusus agar kalong kapauk mudah
memakan pakannya. Berikut gambar wadah pakan kalong kapauk (Gambar 6).

(a)
(b)
(c)
Gambar 6 Cara pemberian pakan:(a).membersihkan wadah pakan(b).menyiapkan
pakan(c).tempat makan kalong kapauk

12

Pemeliharaan Kesehatan
Kegiatan pemeliharaan kesehatan kalong kapauk yang dilakukan adalah
pembersihan kandang dan pembersihan wadah pakan. Pembersihan kandang
dilakukan setiap hari dengan menyapu kandang dan menyemprot bagian kandang
yang disemen dengan air untuk membersihkan kotoran di lantai kandang.
Pembersihan wadah pakan dilakukan setiap hari sebelum pakan diberikan kepada
kalong kapauk. Tempat air minum dibersihkan dan diisi ulang tiap 2 hari.
Semua kelelawar yang didapat dari alam membawa ectoparasites, dikenal
dengan bat flies (Rasweiler 1976). Kalong kapauk yang baru didapat dikarantina
dahulu agar kalong kapauk dapat beradaptasi dan untuk mencegah penyebaran
penyakit dan parasit yang dibawa kalong kapauk tersebut. Dalam tempat karantina
kalong kapauk diberikan vitamin agar tidak mudah sakit.
Manajemen Reproduksi (breeding)
TMR memiliki satu kandang untuk kalong kapauk dengan populasi 13 ekor
kalong kapauk terdiri dari 7 ekor jantan dan 6 ekor betina. Keberhasilan
penangkaran sangat ditentukan oleh keberhasilan reproduksinya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses pengembangbiakan mamalia adalah perubahan sinar
matahari (bertambah atau berkurang), curah hujan, dan suhu (Yalden & Morris
1975).
TMR belum melakukan proses breedingterhadap kalong kapauk. Mereka
membiarkan kalong kapauk untuk bereproduksi alami dikandangnya. Menurut Bat
Conservation (2012), kalong kapauk akan siap bereproduksi setelah mencapai
umur 2 tahun dan pejantan dominan dapat memiliki pasangan mencapai 10 ekor
betina. kelelawar suku Pteropodidae mengalami masa bunting selama 3 – 6 bulan
dan hanya 1 ekor anakan yang dilahirkan, jarang sekali kembar (Suyanto 2001).
Berdasarkan data populasi kalong kapauk tahun 2005 – 2009, kalong di TMR
telah berhasil bereproduksisebanyak 7 ekor. Penangkaran di TMR dapat dikatakan
berhasil karena tiap tahun 1 – 2 ekor anakan kalong kapauk dilahirkan.
Prinsip Kesejahteraan Satwa
Evaluasi kesejahteraan satwa khususnya kalong kapauk di TMR tahun 2011
dilakukan dengan wawancara dengan pihak pengelola, perawat satwadan dokter
hewan TMR menggunakan tabel evaluasi PKBSI, disesuaikan dengan keperluan
penelitian. Hasil evaluasi, kesejahteraan satwa TMR termasuk kategori baik.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No.53 Tahun 2006 tentang
Lembaga Konservasi, TMR harus memenuhi beberapa kriteria, salah satunya
kesejahteraan satwa. Lima prinsip kesejahteraan satwa menurut Appbley dan
Hughes (1997) yakni bebas dari lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman,
bebas dari sakit, luka dan penyakit, bebas berperilaku liar alami, dan bebas dari
rasa takut dan tekanan. Kesejahteraan satwa mengarah pada kualitas hidup dan
berhubungan dengan banyak elemen yang berbeda-beda seperti kesehatan,
kesenangan, dan hidup yang lama, yang mana perlakuan yang diberikan manusia
berbeda-beda dan dengan kadar kepentingan yang berbeda pula (Tannenbaum

13

1991;Fraser 1995).Berikut tabel hasil capaian implementasi kesejahteraan satwa
TMR (Tabel 6).
Tabel 6 Hasil capaian implementasi kesejahteraan satwa TMR
Prinsip kesejahteraan satwa
Bebas dari rasa lapar dan haus
Bebas dari rasa tidak nyaman
Bebas dari rasa sakit. luka. dan penyakit
Bebas untuk berperilaku alami
Bebas dari rasa takut dan tekanan
Jumlah
Rataan

Jumlah rataan
2.38
2.5
2.43
2.5
2.71
12.73
2.51

Aktivitas Harian Kalong kapauk (Pteropus vampyrus) di Kandang
Pengamatan aktivitas harian kalong kapauk dilakukan mulai pukul 06.00 –
00.00 WIB. Berdasarkan hasil pengamatan, pada pukul 06.00 – 18.00 WIB
aktivitas yang paling sering dilakukan kalong berturut –turut yaitu, istirahat,
bertengger, membersihkan diri, bergerak, dan berkomunikasi. Aktivitas yang
paling sering dilakukan pada pukul 18.00 – 24.00 WIB berturut – turut yaitu,
bertengger, bergerak, makan dan berkomunikasi.
Kalong jantan dan kalong betina mempunyai lama waktu yang hampir sama
dalam melakukan setiap aktivitasnya. Selisih waktu terbesar berturut - turut
aktivitas istirahat (26 menit), membersihkan diri (14 menit), bertengger dan
makan (12 menit), bergerak (9 menit), dan berkomunikasi (7 menit). Aktivitas
minum kalong kapauk tidak terjadi selama penelitian. Berdasarkan hasil
pengamatan aktivias harian kalong kapauk di TMR (lampiran 2 dan lampiran 3)
berikut rataan alokasi waktu aktivitas harian kalong kapauk (Tabel 7).
Tabel 7 Rataan alokasi waktu aktivitas harian Kalong kapauk (Pteropus
vampyrus) berdasarkan jenis kelamin
No.

Jenis Aktivitas

1

Membersihkan diri

2

Bertengger (diam)

3

Istirahat (tidur)

4

Makan

5

Minum

6

Berkomunikasi

7

Bergerak (terbang dan merayap)

Jenis
Kelamin
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Betina

Rata-Rata Lama Aktivitas
Menit
Persen (%)
19
1.8
33
3.1
255
23.6
243
22.5
538
49.8
564
52.2
97
9
85
7.9
0
0
0
0
23
2.1
16
1.5
148
13.7
139
12.9

14

Hasil perhitungan uji khi-kuadrat(X2) (lampiran 4) didapatkan
X hitung=7.004 dan X2tabel=12.6. Karena X2hitung≤X2tabel, maka secara umum
alokasi waktu aktivitas harian antara kalong jantan dan kalong betina sama.
Deskripsi setiap aktivitas harian dapat dilihat dibawah ini.
2

Pola Aktivitas Harian
Berikut histogram aktivitas harian kalong kapauk selama sehari untuk
kalong jantan (Gambar 7) dan kalong betina (Gambar 8).
70
60
50

Bergerak

40

Berkomunikasi

30

Minum

20

Makan

10

Istirahat
Bertengger
06.00 – 07.00
07.00 – 08.00
08.00 – 09.00
09.00 – 10.00
10.00 – 11.00
11.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
14.00 – 15.00
15.00 – 16.00
16.00 – 17.00
17.00 – 18.00
18.00 – 19.00
19.00 – 20.00
20.00 – 21.00
21.00 – 22.00
22.00 – 23.00
23.00 – 24.00

0

Membersihkan diri

Gambar 7 Histogram aktivitas harian kalong jantan

70
60
50

Bergerak

40

Berkomunikasi

30

Minum

20

Makan
Istirahat

10

Bertengger
06.00 – 07.00
07.00 – 08.00
08.00 – 09.00
09.00 – 10.00
10.00 – 11.00
11.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
14.00 – 15.00
15.00 – 16.00
16.00 – 17.00
17.00 – 18.00
18.00 – 19.00
19.00 – 20.00
20.00 – 21.00
21.00 – 22.00
22.00 – 23.00
23.00 – 24.00

0

Membersihkan diri

Gambar 8 Histogram aktivitas harian kalong betina

15

Aktivitas Membersihkan Diri
Aktivitasmembersihkan diri adalah aktivitas kalong kapauk menjilati bagian
tubuhnya seperti badan, kaki dan sayap untuk membersihkan kotoran yang
menempel. Aktivitas ini dilakukan pada pagi hari mulai pukul 06.00 WIB selama
5 – 25 menit sebelum kalong tidur dan mulai pukul 17.00 WIB selama 5 – 10
menit saat kalong kapauk bangun di sore hari. Berikut gambar aktivitas
membersihkan diri (Gambar 9).

Gambar 9 Aktivitas membersihkan diri

16
14
12
10
8
6
4
2
0

Jantan
Betina
06.00 – 07.00
07.00 – 08.00
08.00 – 09.00
09.00 – 10.00
10.00 – 11.00
11.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
14.00 – 15.00
15.00 – 16.00
16.00 – 17.00
17.00 – 18.00
18.00 – 19.00
19.00 – 20.00
20.00 – 21.00
21.00 – 22.00
22.00 – 23.00
23.00 – 24.00

rata-rata lama aktivitas
(menit)

Tiap ekor kalong kapauk jantan biasanya membersihkan diri 2 – 5 menit dan
betina 5 – 8 menit. Berikut grafik pola aktivitas membersihkan diri antara jantan
dan betina (Gambar 10).

waktu (WIB)

Gambar 10 Pola sebaran aktivitas membersihkan diri

16

Aktivitas Bertengger (diam)
Aktivitas inimerupakan aktivitas yang sering dilakukan kalong setelah
aktivitas istirahat. Selama pengamatan terdapat beberapa aktivitas yang dilakukan
kalong saat bertengger seperti makan, membersihkan diri, berkomunikasi, dan
istirahat (tidur). Tetapi jika kalong melakukan aktivitas tersebut maka akan
dimasukan kedalam akitivitas yang sedang dilakukannya, sehingga yang
dimaksud aktivitas bertenggeradalah saat kalong kapaukbertengger (diam) tidak
melakukan kegiatan apapun dalam keadaan mata terbuka.
Selama pengamatan aktivitas bertengger biasa dilakukan kalong sesaat
setelah bangun dari tidurnya sebelum melakukan aktivitas yang lainnya. Selain itu
kalong akan bertengger di dekat wadah pakan untuk menunggu giliran makan
serta bertengger di atap dan di pohon setelah makan. Berikut gambar aktivitas
kalong saat bertengger (diam) (Gambar 11).

Gambar 11 Aktivitas bertengger

35
30
25
20
15
10
5
0

Jantan
Betina

06.00 – 07.00
07.00 – 08.00
08.00 – 09.00
09.00 – 10.00
10.00 – 11.00
11.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
14.00 – 15.00
15.00 – 16.00
16.00 – 17.00
17.00 – 18.00
18.00 – 19.00
19.00 – 20.00
20.00 – 21.00
21.00 – 22.00
22.00 – 23.00
23.00 – 24.00

rata-rata lama aktivitas
(menit)

Pola sebaran waktu bertengger antara kalong kapauk jantan dan betina tidak
terlalu berbeda. Hal ini dapat dilihat dari grafik pola aktivitas bertengger antara
jantan dan betina (Gambar 12).

waktu (WIB)

Gambar 12 Pola sebaran aktivitas bertengger

17

Berdasarkan tabel diatas, aktivitas bertengger hampir dilakukan kalong
sepanjang hari. Pukul 06.00 – 14.00 WIB grafik mengalami penurunan karena
kalong lebih banyak beristirahat. Pukul 14.00 – 16.00 WIB kalong kapauk
biasanya terbangun untuk menghindari sinar matahari. Pukul 18.00 – 24.00 WIB
terjadi peningkatan aktivitas bergelatungan karena sebagai satwa nocturnal
sebagian besar aktivitas kalong dilakukan di malam hari.
Aktivitas Istirahat (tidur)
Aktivitas istirahat adalah aktivitas saat kalong diam bertengger dengan
menutup mata dan membungkus tubuhnya dengan sayapnya. Aktivitas ini yang
paling lama dilakukan kalong selama pengamatan berlangsung. Berikut gambar
aktivitas istirahat (Gambar 13).

Gambar 13 Aktivitas istirahat
Aktivitas istirahat biasanya dilakukan pukul 06.00 – 18.00 WIB. Kalong
betina menghabiskan waktu lebih lama dalam aktivitas ini. Kalong jantan lebih
waspada terhadap gangguan dan segera terbangun jika ada gangguan. Ada waktuwaktu kalong terbangun rutin dan insidensial. Kalong rutin terbangun pukul 07.00
– 10.00 WIB, saat perawat satwa datang membersihkan kandang dan memberi
pakan kalong.
Gangguan insidensial dibagi menjadi dua yaitu gangguan alami dan
gangguan dari pengunjung. Contoh gangguan alami adalah hujan dan sinar
matahari langsung mengenai kalong. Saat sinar matahari mengenai kalong,kalong
akan terbangun dan pindah ketempat yang tidak terkena sinar matahari. Contoh
gangguan alami lain yaitu saat kalong bangun dengan sendirinya dan/atau
terbangun karena gangguan dari kalong yang lainnya. Gangguan dari pengunjung
biasanya bertujuan untuk membangunkan kalong yang sedang tertidur di siang
hari. Perbedaan waktu aktivitas istirahat antara jantan dan betina dapat dilihat
pada grafik pola sebaran aktivitas istirahat (Gambar 14).

18

rata-rata lama aktivitas
(menit)

70
60
50
40
30
20

Jantan

10

Betina
06.00 – 07.00
07.00 – 08.00
08.00 – 09.00
09.00 – 10.00
10.00 – 11.00
11.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
14.00 – 15.00
15.00 – 16.00
16.00 – 17.00
17.00 – 18.00
18.00 – 19.00
19.00 – 20.00
20.00 – 21.00
21.00 – 22.00
22.00 – 23.00
23.00 – 24.00

0

waktu (WIB)

Gambar 14 Pola sebaran aktivitas istirahat
Berdasarkan grafik ini, kalong kapauk beristirahat pukul 06.00 – 18.00 WIB,
terjadi penurunan waktu kalong kapauk tidur pada pukul 14.00 – 15.00 WIB. Pada
waktu tersebut sebagian besar kalong kapauk terbangun untuk menghindari sinar
matahari.Kalong jantan akan terbangun lebih awal dibandingkan kalong betina.
Aktivitas Makan
Aktivitas makan dilakukan kalong setelah mereka bangun dari istirahatnya,
biasanya 20 – 30 menit setelah mereka bangun (pukul 18.00 WIB) atau sekitar
pukul 18.20 – 18.30 WIB. Berdasarkan pengamatan, kalong jantan akan bangun
dan makan terlebih dahulu sesudah itukalong betina menyusul sekitar 20 – 30
menit kemudian. Selama pengamatan tidak ada persaingan dalam mendapatkan
makanan. Mereka akan saling menunggu kalong yang lain sampai kalong tersebut
selesai makan. Berikut gambar aktivitas makan (Gambar 15).

Gambar 15 Aktivitas makan

19

30
25
20
15
10
5

Jantan

0

Betina
06.00 – 07.00
07.00 – 08.00
08.00 – 09.00
09.00 – 10.00
10.00 – 11.00
11.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
14.00 – 15.00
15.00 – 16.00
16.00 – 17.00
17.00 – 18.00
18.00 – 19.00
19.00 – 20.00
20.00 – 21.00
21.00 – 22.00
22.00 – 23.00
23.00 – 24.00

rata-rata lama aktivitas
(menit)

Perbedaan waktu antara aktivitas makan kalong jantan dan betina tidak
terlalu besar. Perbedaan pola aktivitas makan antara kalong jantan dan kalong
betina dapat dilihat pada grafik berikut (Gambar 16).

waktu (WIB)

Gambar 16 Pola sebaran aktivitas makan
Berdasarkan pengamatan,biasanya aktivitas makankalong dilakukan pukul
18.00 – 24.00 WIB. Tetapi saat pengamatan berlangsung ada satu hari dimana
kalong melakukan aktivitas makan lebih awal, yaitu pada pukul 16.00 WIB. Pada
hari itu hujan terjadi di siang hari dan langit berawan di sore hari. Pengamat
menyimpulkan bahwa perubahan cuaca dan penurunan suhu setelah hujan di sore
hari memacu kalong untuk beraktivitas lebih awal dari biasanya.
Pada pukul 18.00 – 20.00 WIB tempat makan akan terlihat didominasi
kalong jantan. Setelah pukul 20.00 WIB tempat makan akan didominasi oleh
kalong betina.Berdasarkan pengamatan kalong akan memenuhi tempat pakanpada
pukul 18.00 – 21.00 WIB. Setelah pukul 21.00 WIB hanya beberapa kalong yang
berada di tempat pakan.
Aktivitas Minum
Kalong kapauk dikategorikan sebagai satwa yang tidak tergantung pada air
dalam hidupnya (water independent species / kebutuhan air dipenuhi dari air
metabolisme). Selama melakukan pengamatan tidak pernah terlihat kalong minum
di tempat minum yang telah disediakan. Pakan kalong merupakan buah – buahan
yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi seperti pepaya dan jambu biji.
Selain itu kalong hanya memakan sari dari buah tersebut dalam bentuk cairan.
Selain dari pakannya, kalong terkadang minum dengan cara menjilati tubuhnya
dan kawat ram yang basah karena hujan.

20

Aktivitas Berkomunikasi

5
4
3
2
1
0

Jantan
06.00 – 07.00
07.00 – 08.00
08.00 – 09.00
09.00 – 10.00
10.00 – 11.00
11.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
14.00 – 15.00
15.00 – 16.00
16.00 – 17.00
17.00 – 18.00
18.00 – 19.00
19.00 – 20.00
20.00 – 21.00
21.00 – 22.00
22.00 – 23.00
23.00 – 24.00

rata-rata lama aktivitas
(menit)

Selama penelitian, aktivitas berkomunikasi merupakan aktivitas yang
sesekali terjadi dan terjadi dalam waktu yang singkat. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008) komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan
atau berita antara dua individu atau lebih sehingga pesan yg dimaksud dapat
dipahami. Aktivitas ini berupa suara dan kontak fisik. Suara yang dikeluarkan
berupa ceklikan seperti criiik...criik..criik dan cka..cka..cka. Selama pengamatan
suara cka..cka..cka terdengar saat perawat satwadatang untuk membersihkan
kandang. Saat kalong kapauk yang lain mendengar suara tersebut biasanya kalong
yang lain akan berpindah tempat menjauhi perawat satwa.
Selama pengamatan suara criiik...criik..criik biasa terdengar saat terjadi
perebutan wilayah atau ada kalong yang mengganggu kalonglain. Berdasarkan
pengamatan, diketahui bahwa wilayah kalong ditentukan saat kalong sedang
istirahat dan bertengger. Jika ada kalong yang mendekati wilayah kalong yang
lain, maka kalong yang berada di wilayahnya akan berteriak mengeluarkan suara
tersebut agar kalong yang datang menjauhi wilayahnya. Jika hal tersebut tidak
dilakukan maka akan terjadi perkelahian untuk menempati wilayah tersebut. Hal
ini biasanya tidak berlangsung lamahanya sekitar 10 – 15 detik.Perebutan wilayah
lebih banyak didominasi oleh kalong jantan.
Suara criiik...criik..criik juga terdengar saat kalong jantan mendekati kalong
betina dengan tujuan menarik perhatian kalong betina. Biasanya suara ini
dikeluarkan oleh kalong betina. Tidak jarang terjadi perkelahian antara kalong
jantan dengankalong betina saat aktivitas ini berlangsung. Grafik pola aktivitas
berkomunikasi dapat dilihat pada grafik berikut ini (Gambar 17).

Betina

waktu (WIB)

Gambar 17 Pola sebaran aktivitas berkomunikasi
Berdasarkan grafik, aktivitas komunikasi kalong dipenangkaran terjadi pada
pagi dan malam hari, senada dengan Roberts et al.(2006), yang menyatakan
bahwa sarang kalong akan sangat berisik saat senja dan fajar yaitu saat kalong
akan berangkat mencari makan dan saat kembali.
Saat pagi dan sore hari, aktivitas berkomunikasi didominasi oleh komunikasi
antara sesama jantan, sedangkan pada siang hari komunikasi biasanya terjadi
antara jantan dan betina. Menurut Roberts et al. (2006) komunikasi saat siang hari
biasanya hanya terjadi saat musim kawin tiba atau saat terjadi gangguan.

21

Aktivitas Bergerak

30
25
20
15
10
5
0

Jantan
06.00 – 07.00
07.00 – 08.00
08.00 – 09.00
09.00 – 10.00
10.00 – 11.00
11.00 – 12.00
12.00 – 13.00
13.00 – 14.00
14.00 – 15.00
15.00 – 16.00
16.00 – 17.00
17.00 – 18.00
18.00 – 19.00
19.00 – 20.00
20.00 – 21.00
21.00 – 22.00
22.00 – 23.00
23.00 – 24.00

rata-rata lama aktivitas
(menit)

Aktivitas bergerak kalong kapauk meliputi merayap dan terbang. Aktivitas
merayap lebih banyak dilakukan kalong dibandingkan aktivitas terbang. Kalong
sulit untuk terbang karena keterbatasan ruang. Aktivitas terbang biasanya terlihat
saat malam hari, meskipun terkadang dilakukan pada siang hari untuk
menghindari gangguan. Grafik pola aktivitas bergerak kalong kapauk dapat dilihat
pada grafik berikut (Gambar 18).

Betina

waktu (WIB)

Gambar 18 Pola sebaran aktivitas bergerak
Berdasarkan grafik, kalong melakukan aktivitas bergerak pada pukul 08.00 –
11.00 WIB akibat kegiatan pembersihan kandang dan pemberian makan oleh
perawat satwa, jarang karena gangguan lain. Kalong kapauk banyak melakukan
aktivitas bergerak mulai pukul 17.00 WIB, saat kalong kapauk terbangun dari
istirahatnya dan melakukan aktivitas sebagai hewan nocturnal.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Manajemen penangkaran kalong kapauk (Pteropus vampyrus)di Taman
Margasatwa Ragunan (TMR)yang sudah dikelola dan terorganisir dengan baik
yaitu perkandangan, manajemen pakan, pemeliharaan kesehatan serta
pengadaan dan teknik adaptasi satwa. TMR belum melakukan manajemen
reproduksi untuk kalong kapauk, mereka membiarkan kalong untuk
bereproduksi secara alami. Dalam hal kesejahteraan kalong kapauk di TMR
termasuk dalam kategori baik berdasarkan lima perinsip kesejahteraan satwa.
2. Aktivitas yang dilakukan kalong selama di kandang adalah membersihkan diri,
bertengger, istirahat, makan, berkomunikasi dan bergerak. Aktivitas minum
tidak pernah terlihat selama pengamatan berlngsung. Berdasarkan uji khikuadrat aktivitas harian kalong jantan dan betina secara umum sama.

22

Saran
1. Pembuatan kandang khusus satwa nocturnal agar aktivitas kalong kapauk dan
berbagai satwa yang aktif dimalam hari dapat diketahui oleh pengunjung TMR.
2. Perlu adanya manajemen reproduksi (breeding) di TMR agar reproduksi
kalong kapauk terkendali.
3. Penelitian lebih lanjut mengenai perilaku reproduksi kalong kapauk (Pteropus
vampyrus) di kandang agar dapat membantu dalam upaya penangkaran.
4. Penelitian mengenai aktivitas harian kalong kapauk di alam agar dapat
menunjang dalam manajemen penangkaran kalong kapauk.

DAFTAR PUSTAKA
Appleby MC, Hughes BO. 1997. Animal Welfare.London : Oxford University
Press.
[Batworld],
2010.
Captive
care
sheet
for
fruit
bats.
www.http//batworld.org/main/html [11 October 2010].
[Batconservation].
2012.
Malayan
flaying
fox.
http://www.batconservation.org/drupal/malayan-flying-fox
[12 Desember
2012].
[Dephut] Departemen Kehutanan.1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan JenisTumbuhan dan Satwa Liar.
Jakarta: Departemen Kehutanan.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2006. Peraturan Menteri Kehutanan
no.P.53/Menhut-II/2006 tentang Lembaga Konservasi. Jakarta: Departemen
Kehutanan.
Fraser D.1996. Science, values and animal welfare : Exploring the ‘inextricable
connection’.Animal welfare. Ed ke-4, hlm 103-117.
Fujita, MS. 1991. Flying foxes and economics. Bats 6(1): 4-9
George AF, Lee CD, Stephen HV. 2008. Mammalogy: adaptation, diversity,
ecology 3rd edition. John Hopkins University Press, Baltimore and London.
Hall LS, Richards G. 2000. Flaying foxes: fruit and blossom bats of Australia.
University of New South Wales press, Sidney.
Hardjanto, Masyud B, Yulius H. 1991. Analisis Kelayakan Finansial Penangkaran
Rusa di BKPH Jonggol, KPH Bogor. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Islahudin BO. 2009. Penerapan kesejahteraan hewan pada tempat penjualan
unggas hidup di Kota Bogor. Skripsi. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor.
[Kemdiknas] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar
Bahasa
Indonesia.
Departemen
Pendidikan
Nasional
.
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php [12 Desember 2012].
Nowak L. 1999. Walker’s Mammals of the World.Vol. 1.John Hopkins
University Press, Baltimore and London.
Nowak RM. 1995 Walker’s Bats of the World. John Hopkins, University Press,
Baltimore and London

23

Rasweiler JJ. IV; the care and management of bats as labolatory animals. In
wimsat, W.A. (ed.): Biology of Bats, vol. III. New York, Academic Press,
1976.
Roberts B, Kanowski, J, Catterall, C. 2006. Ecology and Management of Flying
Fox Camps in an Urbanising Region: issues in Tropical Rain Forest
Landscapes. Rainforest CRC and Environmental Sciences, Griffith University.
Sentanu AB. 1999. Studi Penangkaran dan perilaku kawin ular sanca hijau
(Morelia viridis) di CV Teraria Indonesia [skripsi]. Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Smith EN. 2005. Husbandry Manual for Spectacled Flying Fox (Pteropus
conspicillatus). Wes