Variabilitas Iklim dan Pariwisata di Pantai Aia Manih Kota Padang

VARIABILITAS IKLIM DAN PARIWISATA DI PANTAI
AIA MANIH KOTA PADANG

WENGKI ARIANDO

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Variabilitas Iklim dan
Pariwisata di Pantai Aia Manih Kota Padang adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2013

Wengki Ariando
NIM G24090031

ABSTRAK
WENGKI ARIANDO. Variabilitas Iklim dan Pariwisata di Pantai Aia Manih
Kota Padang. Dibimbing oleh AKHMAD FAQIH.
Variabilitas iklim dapat diidentifikasi melalui penyimpangan atau anomali
unsur-unsur iklim seperti curah hujan, suhu udara atau unsur lainnya sebagai
akibat pengaruh dari berbagai faktor pengendali iklim dalam skala global,
regional maupun lokal. Salah satu faktor pengendali tersebut adalah Indian Ocean
Dipole (IOD) yang memiliki pengaruh langsung terhadap keragaman curah hujan.
Pada pola curah hujan musiman korelasi yang didapat bernilai positif untuk
MAM, JJA dan SON sedangkan negatif pada DJF. Pada musim JJA curah hujan
dan jumlah pengunjung memiliki korelasi 0.54 dengan selang kepercayaan 95%.
Jika jumlah pengunjung dihubungkan dengan hari hujan pada musim JJA,
korelasi yang didapat juga besar yaitu berkisar 0.7. Pada pengelompokan hari
hujan untuk jumlah pengunjung pariwisata, kategori yang memiliki nilai besar
untuk musim JJA adalah >10 mm/hari. Korelasi antara jumlah pengunjung

dengan deret hari hujan maksimum yaitu 0.82. Sebaran spasial dari korelasi
jumlah pengunjung dan SPL, positif untuk wilayah Samudera Hindia bagian
Timur dan Utara yang mencakup wilayah Sumatera, sedangkan pada Samudera
Pasifik wilayah NINO 3 dan NINO 4, korelasi yang diperoleh kecil. Analisis
variabilitas iklim dengan jumlah pengunjung objek wisata Pantai menunjukan
pengaruh nyata terhadap sektor pariwisata dan pemasukan Kota Padang. Hasil
studi ini mengindikasikan perlunya penyusunan strategi adaptasi dan antisipasi
untuk fenomena iklim dan variabilitasnya.
Kata kunci: variabilitas iklim, keragaman hujan, IOD, curah hujan TRMM.

ABSTRACT
WENGKI ARIANDO. Climate Variability and Tourism Aia Manih in Padang
Beach. Supervised by AKHMAD FAQIH.
Climate variability can be identified from the deviation or anomalous of
climate variables, such as rainfall, air temperature or other variables in
consequence of various climate controlling factors influence in a global, regional,
and local scale. One of the driving factors is the Indian Ocean Dipole (IOD),
which has a direct influence on rainfall variability. On the seasonal rainfall
patterns, the correlation obtained is positive for MAM, JJA and SON, and
negative for DJF. During JJA, rainfall and the number of visitors has a correlation

0.54 with confidence interval 95%. If the number of visitors is connected by the
rainy day in JJA, correlation obtained is 0.7. In a grouping of a rainy day to the
number of visitors, category that has great value for JJA is >10 mm/day. The
correlation between the number of visitors with a series of maximum rainy days
is of 0.82. The spatial distribution of the correlation of the number of visitors and
sea surface temperature is positive for the East and North Indian Ocean region
include Sumatera, while in the Pacific Ocean region of NINO 3 and NINO 4, the
correlation is small. The climate variability analysis with the number of beach
visitors shows the real influence to the tourism sector and the Padang’s income.
This research indicates the importance of adaptation and anticipation strategy
preparation for climate and its variability.
Keywords: climate variability, rainfall variability, IOD, TRMM rainfall.

VARIABILITAS IKLIM DAN PARIWISATA DI PANTAI
AIA MANIH KOTA PADANG

WENGKI ARIANDO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains
pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul

:

Nama
NIM

:
:


Variabilitas Iklim dan Pariwisata di Pantai Aia Manih Kota
Padang
Wengki Ariando
G24090031

Disetujui oleh

Dr Akhmad Faqih
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Rini Hidayati, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang

berjudul Variabilitas Iklim dan Pariwisata di Pantai Aia Manih Kota Padang.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayah dan almarhumah
Ibunda tercinta, yang selalu memberi dukungan materi dan moral agar karya tulis
ini dapat selesai tepat waktu, terima kasih juga untuk kakak dan adik tersayang
almarhum Wiko Arianto, Wiwi Arianti, Wita Ariani, Wilda Andriana dan Wira
Mutia Wahyu yang telah memberi penulis semangat dalam penyelesaian karya
tulis ini, serta tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1 Bapak Akhmad Faqih selaku pembimbing skripsi, dan Ibu Nuva Maresfin
selaku dosen ESL yang telah membantu analisis ekonomi pada penelitian ini,
2 Ibu Rini Hidayati selaku ketua departemen GFM dan seluruh dosen yang telah
memberikan ilmu selama perkuliahan,
3 Teman-teman GFM 46: Risa, Tommy, Ronald, Zia, Rini, Hifdy, Ima, Lidel,
Ijal, Noya, Edo, Ika Pur, Dimas, Gaseh, Ocha, Eko, Eka Fay, Alin, Dungka,
Jame, Sunte, Silvi, Sholah, Enda, Pahmi, Winda, Nowa, Dissa, Umar, Icha,
Eka Al, Zae, Kresna, Hanifah, Dodik, Ipin, Iif, Dwi, Depe, Normi, Bambang,
Halimah, Abu, Didi, Wayan, Dieni, May, Nita, Muha, Hijjaz, Ervan, Rikson,
Ika Far, dan Risna yang telah membantu dan memberi saran pada pengolahan
data,
4 Kakak-kakak dan adik-adik angkatan GFM yang juga memberi masukan dalam
penulisan ini,

5 Teman-teman di asrama TPB, B16, dan teman-teman ICSF yang telah
memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian karya tulis ini,
6 Keluraga besar PSM IPB Agriaswara, Forixanria, D’Amora, Methamorphosa,
Spectaforia, tim festival luar negeri Finlandia yang telah memberi banyak
pengalaman berharga selama penulis di IPB dan memberi semangat yang luar
biasa dalam menyelesaikan karya tulis ini,
dan semua pihak yang memberikan bantuan dan tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun secara langsung maupun melalui
media email wengkiariando@yahoo.com. Penulis berharap semoga karya tulis ini
berguna bagi semua pembaca.

Bogor, Maret 2013

Wengki Ariando

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii


DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2


TINJAUAN PUSTAKA

2

Pariwisata Pantai Aia Manih Kota Padang

2

Pengaruh Iklim terhadap Pariwisata

4

Variabilitas Iklim

4

Indian Ocean Dipole

5


Data Produk Tropical Rainfall Measuring Mission

7

METODE

7

Tempat dan Waktu Penelitian

7

Data dan Peralatan

8

Metode Penelitian

9


HASIL DAN PEMBAHASAN

12

Data Curah Hujan Observasi dan TRMM

12

Curah Hujan dan Jumlah Pengunjung Objek Wisata Pantai Aia Manih

14

Curah Hujan dan Jumlah Pengunjung Musim Libur

17

Hari Hujan dan Jumlah Pengunjung Objek Wisata Pantai Aia Manih

19

IOD dan Keragaman Hujan terhadap Jumlah Pengunjung Objek Wisata Pantai
Aia Manih
21
SPL dan Jumlah Pengunjung Pariwisata

22

Pariwisata Pantai Aia Manih

24

SIMPULAN DAN SARAN

27

Simpulan

27

Saran

27

DAFTAR PUSTAKA

28

RIWAYAT HIDUP

32

DAFTAR TABEL
1 Jumlah curah hujan musiman dalam fenomena IOD di Padang Sumatera
Barat tahun 1961-2000
2 Perbandingan hasil korelasi curah hujan musiman dengan jumlah
pengunjung musiman
3 Perbandingan hasil pengujian statistika pendapatan objek wisata Pantai
Aia Manih dengan variabilitas iklim

6
16
26

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Peta Kota Padang dan Lokasi Pantai Aia Manih
Pembagian wilayah Indonesia berdasarkan pembagian pola hujan
Lokasi IOD
Time series DMI
Lokasi dan batasan fenomena IOD
Time series perbandingan data curah hujan observasi stasiun Tabing dan
data curah hujan TRMM
7 Hubungan sebaran data anomali curah hujan bulanan stasiun Tabing dan
TRMM
8 Time series perbandingan data curah hujan ekstrim maksimum dengan
data curah hujan aktual TRMM
9 Pola curah hujan Kota Padang tahun 1998-2010
10 Hubungan jumlah pengunjung dengan curah hujan musiman untuk
periode: a) DJF, b) MAM, c) JJA, d) SON
11 Peta Tinggi gelombang laut bulan Januari tahun 2013
12 Timeseries curah hujan dan jumlah pengunjung musim MJJ
13 Hubungan jumlah pengunjung dengan curah hujan pada musim MJJ
14 Hubungan jumlah pengunjung dengan curah hujan bulan Juli
15 Hubungan jumlah DHB pada periode musim JJA terhadap jumlah
pengunjung pada berbagai kategori ambang batas penentuan hari hujan:
a) curah hujan >0.5 mm/hari, b) curah hujan >2.5 mm/hari, c) curah
hujan >10 mm/hari, d) curah hujan >20 mm/hari
16 Hubungan DHB maksimum dengan jumlah pengunjung pada musim JJA
17 Time series data anomali curah hujan dan DMI
18 Hubungan anomali DMI dan anomali curah hujan bulanan
19 Hubungan anomali DMI dengan anomali jumlah pengunjung bulanan
20 Sebaran spasial korelasi anomali SPL dengan jumlah pengunjung
21 Peta sirkulasi arus laut dunia
22 Hubungan anomali SPL dengan anomali jumlah pengunjung objek
wisata terbesar pada koordinat 10 LU 92 BT
23 Time series pendapatan Pantai Aia Manih

3
5
5
6
9
13
13
14
15
15
17
18
18
19

20
20
21
21
22
23
23
24
25

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil keluaran analisis variabilitas iklim terhadap pariwisata Pantai Aia
Manih dengan menggunakan perangkat lunak Minitab 15
2 Jumlah hari hujan musim MAM dan SON Kota Padang

30
31

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Variabilitas iklim dapat mempengaruhi berbagai aktifitas kehidupan baik
sosial, ekonomi, maupun budaya. Variabilitas iklim dapat diidentifikasi melalui
penyimpangan atau anomali unsur-unsur iklim seperti curah hujan, suhu udara
atau unsur lainnya sebagai akibat pengaruh dari berbagai faktor pengendali iklim
dalam skala global, regional maupun lokal. Salah satu faktor pengendali iklim
yang berpengaruh terhadap keragaman curah hujan khususnya di bagian Barat
Indonesia yaitu fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) (Saji et al. 1999).
Fenomena IOD merupakan fenomena interaksi antara atmosfer dan lautan yang
dapat diidentifikasi melalui perbedaan suhu permukaan laut (SPL) di kawasan
barat Samudera Hindia (50°-70°BT, 10°LU-10°LS) dan SPL di kawasan Timur
Samudera Hindia (90°-110°BT, 0°-10°LS).
Fenomena IOD dapat dianalisis dengan menggunakan sebaran curah hujan
dan interaksi antara SPL di Samudera Hindia bagian Timur dengan Samudera
Hindia bagian Barat. IOD memiliki fase berbeda yang dikenal dengan IOD negatif
dan IOD positif. IOD ini juga memiliki pengaruh cukup kuat terhadap keragaman
hujan di wilayah Barat Indonesia, dimana ketika terjadi IOD negatif maka curah
hujan akan meningkat sedangkan saat terjadi IOD positif, curah hujan akan
menurun (Saji et al. 1999; Harijono 2008).
Dampak tidak langsung dari pengaruh IOD yaitu terhadap keragaman curah
hujan yang juga berdampak kepada aktivitas ekonomi, salah satunya yaitu
pariwisata. Dampak tidak langsung yang dirasakan oleh sektor pariwisata dari
keragaman hujan yaitu peningkatan dan penurunan jumlah pengunjung objek
wisata khususnya pada objek wisata alam seperti pantai dan pegunungan (Arifin
2011). Pada sektor perdagangan jika terjadi keragaman hujan yang cukup tinggi
membuat para pedagang kesulitan melakukan transaksi jual beli dan distribusi
barang dagangannya. Pada sektor pertanian dampak tidak langsung dari IOD
menyebabkan gagal panen dan penentuan musim tanam yang tidak stabil karena
awal musim hujan akan menjadi mundur atau menjadi lebih cepat dari normalnya
(Boer 2002). Iklim memiliki pengaruh yang relatif kuat terhadap ekonomi di suatu
negara dan dalam skala Internasional. Menurut Aliadi et al. (2008), resiko dari
iklim dalam skala Internasional akan berdampak terhadap kerugian Product
Domestic Bruto (PDB) global dengan kisaran 5-10%. Jika dilihat dalam skala
global kejadian IOD ini berpengaruh terhadap perekonomian dalam arti luas.
Kajian mengenai variabilitas iklim dan pariwisata ini belum banyak dikaji
pada daerah tropis seperti Indonesia. Pariwisata pada daerah tropis dan subtropis
memiliki perbedaan yang nyata, karena memiliki musim yang berbeda. Salah
seorang peneliti dari Inggris, Becken et al. (2007) telah melakukan penelitian
terhadap variabilitas iklim dan jumlah pengunjung wisata pada daerah subtropis.
Becken menyatakan iklim memiliki interaksi yang cukup kuat dengan pariwisata,
karena iklim dapat memberikan resiko yang cukup besar terhadap kenyamanan
dalam berwisata pada musim yang berbeda. Di Indonesia penelitian yang
mengkaitkan iklim dan pariwisata pernah dilakukan oleh Arifin (2011), yang
menyatakan perubahan iklim memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap

2

permintaan pariwisata di Pantai Anyar Banten. Kajian seperti ini belum pernah
dilakukan di wilayah Sumatera, khususnya pantai Barat Sumatera.
Pesisir Barat pantai Sumatera memiliki resiko yang tinggi terhadap
variabilitas iklim, karena berbatasan langsung dengan samudera (Tjasyono et al.
2008). Di Sumatera sendiri pesisir pantai yang langsung berbatasan dengan
Samudera bagian Barat ini menjadi komoditi utama sebagai objek wisata pantai.
Pantai-pantai ini memiliki keindahan dan daya tarik khusus karena pantainya
memiliki pasir putih dan ombak yang kondusif untuk berwisata. Salah satu daerah
tersebut adalah Kota Padang Sumatera Barat. Kota Padang memiliki sumber
pendapatan daerah (PAD) utama dari pariwisata, yaitu objek wisata pantai. Salah
satu pantai yang memiliki sumber pendapatan terbesar Kota Padang adalah Pantai
Aia Manih yang terkenal sebagai pantai legenda Batu Malin Kundang, dan oleh
sebab itu diperlukan analisis dan langkah antisipasi untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variablitas iklim terhadap pariwisata Pantai Aia Manih Kota
Padang.
Tujuan Penelitian
1 Mempelajari pengaruh IOD terhadap keragaman curah hujan Pantai Aia
Manih Kota Padang
2 Mempelajari pengaruh variabilitas iklim terhadap jumlah pengunjung objek
wisata Pantai Aia Manih Kota Padang

TINJAUAN PUSTAKA
Pariwisata Pantai Aia Manih Kota Padang
Pariwisata memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi
Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya
akan kebudayaan, keindahan alam, dan sejarah sehingga memiliki prospek yang
baik dalam meningkatkan pendapatan daerah dan nasional. Menurut Zalukhu
(2009), pariwisata dapat diartikan sebagai suatu aktifitas perjalanan yang
dilakukan oleh individu atau kelompok untuk sementara waktu dan tidak
permanen dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk
menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang-senang,
memenuhi rasa ingin tahu, dan menghabiskan waktu kosong dan liburan.
Kondisi alam seperti cuaca dan iklim dapat menjadi faktor pendukung atau
penghambat dari perkembangan suatu objek wisata, sehingga diperlukan suatu
adaptasi dan perencanaan kegiatan baru untuk meminimalisir dampak yang
ditimbulkan dari kondisi alam tersebut. Pengembangan sektor pariwisata
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan PAD yang secara tidak langsung
berkontribusi dalam peningkatan pendapatan masyarakat. Sorotan langsung dari
sektor pariwisata ini adalah jumlah pengunjung baik itu dari dalam negeri maupun
luar negeri. Untuk meningkatkan potensi pariwisata diperlukan sinergisitas antara
Dinas Pariwisata dan Budaya, masyarakat, dan stake holder yang terlibat di
dalamnya sebagai pelaksana lapang. Masyarakat di sekitar objek wisata
merupakan stake holder yang memiliki peranan sangat penting dalam mendukung
kemajuan dari suatu objek wisata.

3

Kota Padang terletak 0044’00”-1008’35” LS dan 100005’05”-100034’09”
BT. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 1980, luas Kota Padang
adalah 694.96 km2 atau setara dengan 1.65% dari luas Provinsi Sumatera Barat.
Sebanyak 52.52% Kota Padang terdiri atas hutan yang dilindungi oleh
pemerintah, 9.01% sebagai lahan terbangun, 7.52% untuk lahan pertanian. Kota
ini berada pada ketinggian 0-1853 m di atas permukaan laut, selain itu Kota
Padang juga memiliki 19 pulau kecil yang tersebar di beberapa kecamatan (BPS
2009).
Berdasarkan klasifikasi iklim Scmidht-Ferguson Padang memiliki tipe iklim
A dengan pengaruh hujan yang basah, curah hujan rata-rata >2000 mm/tahun,
sedangkan pada klasifikasi iklim Koppen Kota Padang memiliki tipe iklim Af
dengan curah hujan rata-rata minimum bulanan >60 mm (BPS 2009). Musim
hujan mulai November sampai dengan Maret, dan kemarau dari Mei sampai
dengan Oktober. Rata-rata curah hujan bulanan 148 mm dan jumlah hari hujan
rata-rata 10 hari dalam tiap bulan, karena letaknya yang sebagian besar berada di
pesisir pantai maka tipe presipitasinya tipe konvektif. Menurut Arisandy (2008),
daerah pesisir Sumatera bagian Barat yang tercakup di dalamnya Kota Padang,
dipengaruhi oleh fenomena Dipole Mode Event (DME) atau dikenal juga dengan
IOD yang mengakibatkan peningkatan dan penurunan curah hujan di wilayah
tersebut. Tipe curah hujan di daerah Padang yaitu pola hujan ekuatorial yang
bimodal (dua puncak hujan) (Arisandy 2008).

Gambar 1

Peta Kota Padang dan Lokasi Pantai Aia Manih (sumber:
www.maps.google.com/)

Sektor pariwisata merupakan sumber pendapatan terbesar di Kota Padang
(Pramudia 2008). Salah satu objek wisata yang cukup berpengaruh nyata dalam
menghasilkan PAD tersebut adalah Pantai Aia Manih. Pantai ini merupakan objek
wisata yang memiliki keunikan dibanding pantai-pantai lain di Kota Padang. Hal
ini disebabkan karena di pantai ini terdapat monumen dongeng nusantara terkenal
yaitu Batu Malin Kundang. Sarana dan prasarana pantai ini lebih baik
dibandingkan dengan pantai lain di Kota Padang seperti tempat makan,
penginapan, cindera mata, dan lain-lain.

4

Pengaruh Iklim terhadap Pariwisata
Indonesia sangat mengandalkan potensi sumber daya alam serta
keanekaragaman hayati dan budaya yang kaya dalam mengembangkan
kepariwisataan. Variabilitas dan perubahan iklim di Indonesia mempengaruhi
karakteristik dan pola kunjungan, baik nusantara maupun mancanegara (Arifin
2011). Salah satu sektor pariwisata yang mempunyai keterkaitan yang cukup
signifikan dengan variabilitas iklim adalah wisata alam pantai. Pantai merupakan
salah satu wisata alam yang banyak digemari oleh pengunjung. Namun isu
mengenai variabilitas dan perubahan iklim baik lokal, regional maupun global
yang terjadi beberapa tahun terakhir ini mempengaruhi permintaan wisata alam
pantai di Indonesia (Arifin 2011). Hal ini dikarenakan adanya resiko lebih besar
yang harus ditanggung oleh pengunjung saat memilih wisata alam pantai. Resiko
tersebut dapat berupa hujan, gelombang pantai tinggi, angin kencang, dan lain-lain.
Variabilitas iklim lokal yang dinamis dan perubahan pola iklim regional
dipengaruhi oleh kejadian global seperti IOD, ENSO, Monsun, dan fenomena
iklim lainnya.
Iklim memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi
pariwisata. Analisis pertumbuhan pariwisata dapat dilakukan dengan menghitung
nilai ekonomi yang dihasilkan dari suatu objek. Nilai pertumbuhan ekonomi dari
sebuah objek wisata dapat dihitung dengan menggunakan analisis statistik antara
variabel pendapatan dan variabel lain seperti variabilitas iklim. Teori dari
pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan sebagai faktor penentu pengambilan
kebijakan dan adaptasi untuk prediksi iklim pada masa yang akan datang
(Pramudia 2008).
Variabilitas Iklim
Variabilitas iklim disebabkan oleh faktor pengendali berupa interaksi antara
atmosfer, lautan, dan daratan. Karakteristik dan spesifikasi variabilitas iklim dan
keragaman curah hujan dapat dimanfaatkan untuk menunjang atau menghambat
berbagai kegiatan dan aktivitas manusia dengan mengetahui siklus dan periode
serta dampak yang akan ditimbulkan (Harijono 2008). Indonesia memiliki
variabilitas iklim yang tinggi. Berdasarkan pola hujan wilayah Indonesia dibagi
dalam tiga klasifikasi pola hujan, yaitu pola monsunal, ekuatorial, dan lokal
(Gambar 2). Sumatera Barat memiliki tipe pola curah hujan ekuatorial, curah
hujan tertinggi biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober yaitu pada saat
matahari berada dekat ekuator.

5

Gambar 2

Pembagian wilayah Indonesia berdasarkan pembagian pola hujan
(sumber: www.bmkg.go.id/)

Keragaman hujan dapat mempengaruhi deret hari kering (DHK) dan deret
hari basah (DHB) (Boer 2002). DHK dan DHB merupakan urutan terjadinya hari
hujan dan hari tidak hujan. Menurut Boer (2003), salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap keragaman hujan adalah fenomena IOD. Keragaman hujan
merupakan salah satu unsur variabilitas iklim. Variabilitas iklim dipengaruhi oleh
interaksi antara atmosfer, hidrosfer, kriosfer, litosfer dan biosfer (Tjasyono et al.
2000). Menurut Hermawan dan Lestari (2008), variabilitas iklim dan keragaman
hujan di Sumatera Barat dipengaruhi oleh IOD.
Suhu udara dan SPL adalah variabel lain yang dapat menyebabkan
variabilitas iklim. Suhu udara merupakan ukuran energi kinetis rata-rata dari
pergerakan molekul udara (Handoko 1994). Suhu udara memiliki hubungan yang
berbanding terbalik dengan curah hujan, ketika suhu udara tinggi maka curah
hujan akan rendah, dan begitu juga sebaliknya. Interaksi dari SPL antara dua
wilayah yang berbeda dapat menyebabkan fenomena iklim salah satunya adalah
IOD, karena SPL di wilayah tropis memiliki variasi yang tinggi baik dalam skala
ruang maupun waktu (As-Syakur 2011).
Indian Ocean Dipole
IOD atau dikenal juga dengan DME didefinisikan sebagai perbedaan antara
SPL di kawasan Barat Samudera Hindia dengan SPL di kawasan Timur Samudera
Hindia (Saji et al. 1999). IOD ini merupakan salah satu faktor pengendali iklim
yang dicirikan oleh adanya perubahan SPL yang kemudian mempengaruhi
komposisi curah hujan di Indonesia (Rao et al. 2006).

Gambar 3 Lokasi IOD (sumber: www.jamstec.go.jp/)

6

IOD positif adalah fase dingin laut pantai Barat Sumatera, sehingga
konveksi melemah, sebaliknya IOD negatif adalah fase panas laut pantai Barat
Sumatera, sehingga konveksi menguat. Untuk menentukan suatu tahun
merupakan IOD negatif atau positif maka diperlukan data DMI yang bisa dihitung
dengan melihat selisih antara anomali SPL pantai Timur Afrika dan pantai Barat
Sumatera. Nilai DMI >0.35 digolongkan sebagai IOD positif dan ≤0.35 sebagai
IOD negatif (Saji et al. 1999). IOD positif diartikan sebagai SPL di pantai Timur
Afrika lebih tinggi dari pada pantai Barat Sumatera, dan sebaliknya untuk IOD
negatif. Pada saat IOD positif konveksi di Samudera Hindia bagian Timur lebih
lemah dari pada di Samudera Hindia bagian Barat. Sebaliknya ketika IOD negatif,
konveksi di Samudera Hindia bagian Timur lebih kuat dari pada di Samudera
Hindia bagian Barat.

Gambar 4 Time series DMI (sumber: www.jamstec.go.jp/)
Menurut Gusmira (2005), IOD memberi dampak terhadap curah hujan di
Sumatera Barat. Ketika IOD positif wilayah Sumatera Barat pada umumnya
memiliki curah hujan di bawah normal yaitu 0.35 dikategorikan sebagai IOD positif
sedangkan jika DMI ≤0.35 disebut sebagai IOD negatif (Saji dan Yamagata 2001).

9

Gambar 5 Lokasi dan batasan fenomena IOD (Saji et al. 2001)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung DMI berdasarkan Gambar 5
yaitu:
DM

-

...................................Persamaan 1

Data Pariwisata Pantai Aia Manih Kota Padang
Data pariwisata yang digunakan pada penelitian ini adalah data bulanan
jumlah pengunjung objek wisata Pantai Aia Manih Padang tahun 1998-2010 yang
diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang Sumatera Barat.
Data lain yang digunakan diantaranya yaitu data pendapatan rata-rata penduduk
Sumatera Barat tahun 1998-2010 yang diperoleh dari http://sumbarprov.go.id/,
data Costumer Price Index (CPI) bulan Maret tahun 2013, yang diperoleh dari
http://bps.go.id/, dan data perubahan harga tiket masuk Pantai Aia Manih Padang
tahun 1998-2010 yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Padang.
Peralatan
Peralatan yang digunakan antara lain: perangkat lunak Microsoft Excel ,dan
perangkat lunak statistika Minitab 15 yang digunakan sebagai alat analisis,
pengelompokan data, dan tampilan hasil grafik, sedangkan perangkat lunak Surfer
9 digunakan untuk membuat tampilan spasial berupa peta korelasi SPL dan
jumlah pengunjung objek wisata Pantai Aia Manih Kota Padang.
Metode Penelitian
Pengelompokan Data Iklim
Data curah hujan estimasi satelit TRMM 3B42 dikalibrasi dengan
menggunakan data curah hujan observasi stasiun untuk mendapatkan nilai
keeratan hubungan data curah hujan TRMM 3B42 dengan curah hujan stasiun.
Tujuan dari proses kalibrasi ini ialah agar data curah hujan estimasi satelit TRMM
dapat digunakan sebagai data substitusi unutuk analisis lebih lanjut pada
penelitian ini. Pada tahapan perhitungan dan perbandingan data curah hujan,
langkah yang dilakukan yaitu dengan mengelompokan data iklim berdasarkan

10

parameternya, yaitu berupa data curah hujan, jumlah pengunjung pariwisata, dan
SPL untuk mendapatkan grafik fluktuasi data selama selang pengamatan 1998
sampai 2010 serta menghitung anomali dari masing-masing data tersebut.
Anoma i
i – rataan
............................(Persamaan 2)
dengan Xi merupakan data ke-i dan X rataan merupakan rata-rata dari semua data.
Tahapan berikunya yaitu dengan menghitung korelasi antara data curah hujan
observasi dengan curah hujan TRMM menggunakan rumus:
∑(

√∑ (

)

)

............................. (Persamaan 3)

dimana Ai adalah nilai curah hujan dari TRMM, Yi adalah nilai curah hujan
observasi  dan Ŷ masing-masing mempresentasikan nilai rata-rata curah hujan
TRMM dan stasiun. Nilai korelasi memiliki rentang -1 sampai dengan 1. Nilai
negatif menunjukan hubungan antar parameter yang dianalisis memiliki hubungan
yang berbanding terbalik, sedangkan positif menunjukan hubungan yang
sebanding. Korelasi dikategorikan baik dan nyata apabila nilai korelasi yang
diperoleh besar (mendekati 1 atau -1) dengan taraf nyata