Partisipasi Masyarakat dalam Wisata

20 Pelibatan masyarakat terutama dalam kegiatan pariwisata, merupakan langkah yang harus ditempuh dalam pengembangan kawasan wisata. Hal ini disebabkan oleh karena masyarakat merupakan subyek utama dalam pengembangan kawasan wisata. Peran serta dan keikutsertaan masyarakat baik sebagai narasumber, fasilitator bagi para wisatawan, pengelola kegiatan wisata, dan lain-lain merupakan satu hal yang sangat penting bagi terlaksananya pengembangan sebuah kawasan. Menurut Lankford dalam Kusworo, 2000: 39- 40 ada tujuh area yang penting dalam pengintegrasian community participation CP dalam perencanan pariwisata, yaitu: 1. Problem Identification Berbagai pihak dengan melibatkan masyarakat melalui forum diskusi secara bersama-sama mengidentifikasi isu, peluang, dan hambatan dalam pengembangan pariwisata. 2. Planning Process Informasi yang berhasil dikumpulkan digunakan untuk membuat rencana dan strategi. Masyarakat terlibat dalam perencanaan pariwisata dan dapat 21 mengambil peran pada salah satu aspek yang diminatinya. 3. Projections Dengan melakukan survai, wawancara, dan jajak pendapat terhadap publik, dikumpulkan informasi untuk membuat proyeksi perkembangan pariwisata. 4. Assessment Tahap ini digunakan untuk memahami lebih lanjut dampak yang signifikan bagi masyarakat. Diskusi kelompok, studi banding, dan mengelaborasi kelompok-kelompok kunci merupakan cara-cara pelibatan masyarakat yang perlu dilakukan. 5. Evaluation Evaluasi dilakukan dengan melibatkan masyarakat dengan membentuk advisory team dan forum diskusi untuk menentukan solusi dan pilihan. 6. Mitigation Pertemuan dengan kelompok masyarakat untuk mengetahui dampak pengembangan pariwisata, sekaligus mengeliminasi dampak negatif yang ditimbulkannya. 22 7. Monitoring Monitoring merupakan tahap untuk melakukan penyesuaian dengan perkembangan terbaru dalam dunia pariwisata. Masyarakat dapat memberikan informasi sepanjang waktu tentang perkembangan obyek wisata. Dalam banyak hal, pendekatan tersebut di atas dapat diaplikasikan dalam pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengembangan industri wisata ziarah di Kota Kudus. Secara tidak langsung, pelibatan masyarakat tersebut juga akan menumbuhkan rasa bangga dan kepedulian mereka terhadap obyek wisata yang ada. Berbicara tentang rasa bangga yang muncul dari pariwasata, Dalibard dalam Marpaung, 2002: 41 mengatakan bahwa anggota masyarakat harus menerima pariwisata bukan hanya karena manfaat keuangan yang ditimbulkan, tetapi karena masyarakat merasa bangga terhadap apa yang mereka miliki dan ingin berbagi dengan orang lain. Hal ini pada kenyataannya berdasar pada emosi dan kebutuhan manusia yang berusia tua: yaitu rasa bangga dan ingin berbagi. Apabila pariwisata dipandang dari sudut ini, masyarakat akan menggunakan sumber daya dengan sebaik mungkin dan kemudian 23 menawarkan pengalaman yang berarti dan menyenangkan pada wisatawan.

C. Metode Rekonstruksi

Dalam menyusun buku tentang Kearifan Lokal Pada Industri Tenun Troso : Relasi Enterpreneurs dan Wisata dilakukan secara deskriptif analitis dengan dukungan data kualitatif. Metode yang dilakukan adalah menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer berupa arsip atau data lain baik tekstual maupun non tekstual. Adapun sumber sekunder diperoleh hasil riset sebelumnya, dan dari berbagai pustaka yang relevan. Oleh karena itu, studi pustaka merupakan langkah yang paling awal agar mendapatkan konsep, teori ataupun data-data awal yang sangat diperlukan dalam penelitian. Pencarian data dan hasil penelitian sebelumnya merupakan bagian dari studi pustaka. Studi pustaka digunakan sebagai studi komparasi dalam menjelaskan fenomena-fenomena yang sama atau memiliki kemiripan dengan obyek kajian penelitian, tetapi berbeda lokasi ataupun periodisasi waktunya. Tahapan yang dilakukan antara lain penggalian data primer berupa arsip atau dokumen dan informasi 24 yang berasal dari informan dari perwakilan berbagai unsur stakeholders yang memiliki kepedulian dan komitmen terhadap industri tenun Troso sebagai pusat kegiatan ekonomi dan pariwisata yang berbasis masyarakat. Adapun tahapan pengumpulan data yang dilakukan meliputi pengumpulan sumberdata sejarah yang berupa dokumen-dokumen arsip-arsip surat, peta- peta, gambar, peraturan, dan sebagainya dan berita surat kabar, kronik atau naskah-naskah. Sumber-sumber tersebut diteliti secara kritis baik keaslian maupun kredibilitasnya. Dalam rangka menggali informasi berkaitan dengan industri tenun Troso sebagai pusat kegiatan ekonomi dan pariwisata yang berbasis masyarakat dilakukan observasi langsung. Observasi atau pengamatan bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang lebih utuh mengenai industri tenun Troso sebagai pusat kegiatan ekonomi dan pariwisata yang berbasis masyarakat. Potret tersebut akan memperkaya sekaligus untuk mengetahui sejauh mana intensitas keterkaitan secara historis-kultural nila-nilai budaya dan aktivitas- aktivitas masyarakat.