Peran Perguruan Tinggi dalam Pengembangan Teknologi Pasca Panen

Prasiding Seminor Nosionol Teknologi Inavotif Poscoponen untuk Pengembongon lndustri Berbosis Pertonion

PERAN PERGURUAN TINCGl DAEAM I"N6:EMDANCAN
TEICNOLOGI PASCA PANEN
Hadi K Purwadaria
Departemen Teknik Pertanian, FA TE TA-IPB

PENDAHULUAN
Dalam pengembangan suatu teknologi, dalam hat ini teknologi pasca panen,
Perguruan Tinggi sebagai suatu lembaga pendidikan akan dan wajib berperan dari dua
m a c m pendekatan berbeda : 1) kebutuhan pasar yang berarti kebutuhan masyarakat
termasuk industri, dan 2) kemajuan teknologi : perkembangan teknologi di masa depan,
yang belum tentu akan dimanfaatkan oleh masyarakat pada saat sekarang, tetapi akan
beimanfaat pada waktu yang akan datang. Untuk hal yang pertama, hubungan antara
Perguruan Tinggi dengan masyarakat dan ind~~stri
belu~n mencapai tingkat kernitraan
yang setara dan rnasih dipisahkan oleh kesenjangan komunikasi serta tujuan dan luaran
yang berbeda-beda sesuai dengan misi dan visi masing-masing. Sebenamya, ha! ini wajar
karena Perguruan Tinggi dan industri merupakan dua lembaga dengan prinsip dan budaya
berbeda. Perguruan Tinggi mempunyai tujuan untuk melahirkan sarjana terdidik,
luarannya adalah publikasi ilmiah sedangkan industri mernpunyai tujuan untuk mencari

keuntungan, luarannya adalah produk berupa barang atau jasa yang dapat dijual ke
Mcskipt~iltlcrlliki;111,kcditarlya
masysarakat darl akhirrsya adalal~parlgsa di pasnr s:~han~.
berkepentingan u ~ ~ t untenciptakan
k
inovasi lckrtologi yang bcl-itl:~tll;rat bagi ~nasyarakat.
Di pihak lain,'kefompok ~nasyarakat seperti pctarii, ~lclnyan dan koperasi
~nerldambakat~ultrran Perguruan Tinggi (dan pemerintd~) clan umuillnya tnereka
beranggapan bahwa Perguman Tinggi tahu segala-galanya dan wajib membantu mereka
dengan gratis. Sebaliknya Pergtiruan Tinggi inembutuhkan dana untuk melakukan riset
dan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Dalam lima tahun terakhir, sikap pemerintah,
industri dan Perguruan Tinggi mulai berubah dengan kesadaran diperlukannya suatu
kerjasama yang erat antara ketiga pil~ak.Banyak progratll ailtar Perguruan Tinggiindustri- pe~nerintahtelah diciptakati antara lain oleh Depdiknas (Vucer, IPTEKS, VMT,
Siberrnas, RAPID, Hi-Link), dan Kantor Menristek (RUK, Sftrrt-Up Capital), serta
program bilateral antara Perguruan Tinggi dengan industri. N a m ~ i n ,masih banyak lagi
yang dapat dan perlu dilakukan ole11 Perguruan Tinggi, industri dan pernerintah. Beberapa
gagasan yang perlu dipikirkan adalah sebagai berikut.
i. Perguruan Tinggi mendorong terbe~~tuknya
unit industri (barang atau jasa) milik
Perguruan Titlggi sendiri dari ltasil temuan inovasi teknologi. Di san~ping~tnti~k

memperoleh pendapatan, unit industri mil ik Perguruan Tinggi akan menarik
kepercayaaan industri dan pemerirltall untuk beker.jasama, dan dapat membantu
membiayai sendiri penelitia1-r mereka.
ii. Departemen Pertanian menggabungkan Badan Litbang dengan PerguruanTinggi
sehingga riset dan pengembar~gandapat dilaksanakat~secara terpadu dengan sumber
daya yang efisien dan ampuh, terntasttk SDM dan fasilitas penut~jangliya.Contoh
keberhasilan di Thailand misalnya dapat diteladani seperti Litbang Deptan Tl-iailand
yang berada di kampus Kasetsart University, Pi~satRiotcknologi, Mekatronika, dan
liiformasi Teknologi di Tl~ammasatUniversity.
iii. lndustri menyumbangkai~sebagian pajak rnereka untuk kerjasama penelitian dan
pengembangan dengan Perguruan Tinggi.

20

Bolo1 Besor Penelition don Pengembongon Poscopanen Pertonion

,.

Prosiding Seminar Nasional Teknologi lnovatif Pascapanen untuk Pengembangan lndustri Berbasis Pertonian


Untuk ha1 yang kedua, manfaat teknologi tetap diharapkan tercapai meskipun
butuh waktu yang relatif lama. Contoh telah ditunjukkan antara lain oleh program
pengembangan mesin panen padi tipe sisir hasil desain IRRI oieh IPB, Deptan dan sektor
swasta pada tahun 1994- 1 996 (Purwadaria et al., 1994) yang baru diserap oleh bengkel
mesin pertanian dan masyarakat di Sulawesi Selatan 8 tahun kemudian. Industri kecil
nata de coco yang telah diawali oleh seorang lnahasiswa IPB pada tahun 1972 baru
mengalami boonling di Indonesia setelah 1 5 tahun kemudian.
Di antara kedua ha1 tersebut - kebuttthan pasar yang segera dan perkembangan
teknologi m~itakliiryang mungkin butult wakti~yang pa~qang,Perguruan Tinggi perlu
berpera~l secara seimbang tanpa meninggalkan prinsip karakteristik kelembagaannya
yaitu pendidikan.
111ovasi teknologi dniam makalah ini diartikan sebagai sentuhan tekl~ologibaru
atau penerapan teknologi yang siidnh ada untiik bahan yang taciinya belun~ pernah
disentiih dengan teknologi tersebut.

P E N E W P A N TEMPaBEOGI PASCA PANEN OLEH PEWGURUAM TINGGIINDUSTRI-PEMERINTAW DAM M A S Y A U K A T

Iies (Amorpho~~halozrsnouelleri) adalah tanatnan ulnbi yang mengandung
glukomanan yang mem i 1iki karakter pember~tukangel yang kuat dan berfungsi sebagai
serat diet (dietary$br-e) serta banyak dipakai untuk industri pangan, farmasi, dari tekstil.

Tahap pertama pengolaha11 iles adalah pengeringan. IPB dan Deptan mernbantu
Inembangun pengering terowongan (tunnel dryer) untuk kapasitas 6 ton irisan umbi basah
per proses pada sebuah industri kecil iles di desa Baron, Kecamatan Baron, Kabupaten
Ngar~juk,Jatiin datam tahun 2000 (Purwadaria el crl., 2000). Pada tahun berikntnya,
indilstri terseb~~f~l~etldirik;~~l
Iagi sebuali unit .pengering dengan kapasitas yang sama
besar.
Pengolahan Tepung Iles

Pengolahan teputlg iles dengan cara penggilingan dirancang oleh Tim IPB
bekejasalna dengan Puslit Kopi dan Kakao, dan ITB dengan industri kecil yang satna
dalaln program RUT 8 sampai melahirkan serangkaian prototipe mesin penggiiing : tipe
pisau rotari, burr- ilrill, penggiling bola kerucut, dan penyosoh ulir. Apabila chip iles hasil
pengeringan diekspor dengan harga 80 sen USDIkg lnaka tepung iles kasar (konyak
powder, cryslul grey) dapat mencapai harga sekitar 4 USD/Kg (Purwadaria et al., 2002).
Usaha lebih lanjut sampai inenghasilkan produk tepung iles halus rnasih diperlukan
mengingat Indonesia mengimpor produk tersebut dengan harga Jauh lebih tinggi. Sebagai
contoh hasil produk tepung iles haIus dari unit industri sebuah universitas di Kunming,
Vunnan, Cina berharga sekitar 5.5 USDIkg di tingkat pabrik atair 10 USDIkg harga
eceran di pasar dotnestik I ~~cfonesia.

Mesill Penggorer~gHampa (Ylicurrrrr Fryer) Untuk Keripik Buah

UNNIBRAW telah rnenciptakan dafl melakukar~ rnai~ufakturing mesing
penggoreng hampa yang digunakan oleh berbagai industri keripik buah (nangka, pisang,
nenas, ubi jalar dl/) di seluruh Indonesia. Sampai saat ini lebih dari 150 unit telah terjual
untuk berbagai tingkat kapasitas komersial dari 3.5 - 1 1 kg/ proses yang membutuhka
waktu antara 55-75 menit (Laslriyanto, 2005).

Balai Besar Penelition don Pengembongon Pascoponen Pertanian

21

Ptvsfding Seminar Nmionol Teknologt Inowtlf Pascoponen untuk Pengembongon lndustri Berbosis Pertonion

Mesin Penanganan Tandan Kelapa Sawit Untuk Kompos
Peneiiti W A N D membuat mesin pencacah tandan kelapa sawit dengan kapasitas
3-4 ton/jam dan mesin pembatikan kompos dengan kapasitas 22-26 tonljam melalui
program RUT, RUK dan Start-up Capital yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai
perkebunan kelapa sawit (Suryanto, 2005).
Mesin Penghasil Pakan Ikan

Melalui program unit UJI, UNIBRAW juga berhasil mel~dirikanindustri pakan
ikan dengan rangkaian proses penggilingan, pencampuran, pembuatan pelet, dan
pengeringan. Pemasaran gakan ikan dan udang yang dibuat khrrsus ~lntukberbagai tingkat
Ltmur telal~menjangkau pesisir patltai utara Jawa Timtlr (Dwiargo, 2005).Jalur Perajangarn Sayltran
Jalur perajangan lettuce (Badrultaman, 2005) untuk pasokan restoran siap saji
didirikan oleh 'IPB dengan bantuan ktedit usaha swasta untuk industri kecii sayllran di
Pacet, Kabirpaten Cianj~lr,.labar. Proses meliputi perajangan, perendaman, penirisan,
pengemasan hampa dan pengiriman pada suhu rendah. Kapasitas produksi berkisar 3-5
ton per minggu tergantulig pada pennintann rcstoran ynnp ~ ~ : > i l i - i t ~ i . nr l~nc n g i k r ~voltrrne
ti
ko~istlrne~~
cli ujtti~grantai t:\tiiniilga.
Kenlasat1 MAP (Modvied Atmosphe~ePacktrging) untu k say uran yang d ihasi lkan
ole11 IPB sejak 1985 telah men~bantu berbagai rumah kernasan @ucking house) di
Indonesia (Purwadaria, 20021, yang sebagian pembangunannya juga dibantu oleh IPB.

PENELITIAN TEKNOLOGI PASCA PANEN UNTUM MANFAAT
MASA DEPAN
Penjaminan Mulu (QualityAssurmce) Hasil Mortikultlrra Dan Bunga Potong
Penerapan pengolahan citra (image processing) dan NIR (Near Inpared

Rqflectance) tintuk sortasi rnangga gedong berdasarkarl tingkat ketuaan, kematat~gan,dan
rasa : manis-asam-mattis asam-haillbar telall diciptakan pada tahun 1994 oleh IPB
bekerjasama dengan UNSRI, darl Balai Pengembangan Alat daf~Mcsir~Pertanian Deptan
melalui program RUT 2 (Purwadaria et nl., 1995). Pengembangan penjalninan mutu
berbagai jenis buah-buahan dan bunga potong dengan sistern pengolahan citra, NIR, ultra
sonik dan cahaya tampak (visible light) terus dilanjutkan seperti penerapan ultrasonik
untuk deteksi kerusakan bagian dalam buah durian (Pumadaria et al., 1998; Havanto et
al., 2001; dan Rejo et al., 2001), cahaya tarnpak untuk seteksi buah dukuh tanpa biji
(Henri et al., 20011, pengolahan citra untuk grading anggrek Dendrobium (Wahyono et
a!., 2003), deteksi kememaran keritsakan salak selama pengangkutan (Ahmad er a!.,
2001), serta penerapan ultra sonik untuk penentuan mutu bagian dalam buah manggis
(Budiastra et al., 200 1).
Teknologi seperti ini akan dimanfaatkan di masa depan ~ ~ n t umemenuhi
k
permintam persyarabn mutu yang makin meningkat dari konsumen, dan apabila
Indonesia berhasil rneningkatkan pangsanya di pasaran dunia hortikultura dan bunga
potong. Industri besar anggrek di Thailand, misalnya, masih mellikmati kemurahan biaya
penanganall pasca panen manual akibat belum mui~culnyasairtgan industri dari Indonesia.
Thailand ekspor anggrek senilai sekitar 100 juta USD per tahi~n,sedangkan lndonesia
hanya mengisi pangsa sekitar 1.7 juta USD per tahun jail11 di bawall Singapura yang

I

22

Bolal Besar Penelition don Pengembongon Pascapanen Pertonion

Prosiding Seminar Nasionol Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pensembangan Industri Berbasis Pertanian

menggt~naknni a l ~ a ndi Malaysia untirk budidaya anggrek ekspor mereka. Padahal di sisi
lain, Thailand teiah menerapkan teknologi modern urituk kultur jarirlgan penghasil bibit
anggrek dan screen hoz~.reuntuk penghasil anggrek potong.

PENELITTAN TEMNOLOGl PASCA PANEN DI PERGURUAN TPNGGI
NEGARA TETANGGA
Coutoh yang diar~lbildari penelitian tek~lologipasca panen di Perguruan Tinggi
negara tetailgga yang dianggap pentitlg untuk dikemukakan adalahflash type dying baik
untuk bijian komersial, maupun untuk benih yang dilakukan oleh New south Pales
University, Australia. Konsep pengeringan ben'lh dengan suhu rendah perlu dipertanyakan
keinbali setelah kehadiran teknologi pengeringan dengan suhu tinggi dan waktu yang
pendek.


lnovasi dan penerapan teknologi pasca panen, secara klasik, tetap perlu dilakukan
terhadap kolnoditas sumber daya alatn yang ada di Indonesia dengan ciri sebagai berikut
I ) volume besar, 2) banyak ditnanfaatkan oleh masyarakat, 3) unik dan lnengisi pasar
niche, 4) berpeluang ekspor, dan 5) lnemiliki potensi untuk substitusi impor. Mekanisrne
inovasi tekilologi pasca panen aka11lebih cepat berhasil apabila memadukan sumber daya
Perguruan Tinggi, pemerintah, industri dan masyarakat secara nyata.

Ahunad U., A. Abrar, I-I.K. 13urwadaria. 2001. Determination of Bruise Develop~ne~~t
Rate 011 Salak Fruit Using Image Processing. 2001. ~""IFAC-CIGR
Workshop on Intelligent Control for Agricultural Applications, Bali, 22-24
August 200 1 .
Badrultaman, U. 2005. Kosnunikasi Pribadi.
Budiastra I W., U. Ahmad, D.A. Nasution, P, Widodo. 2001. Pengembangan Metode
Petlgukuran Mutu Dailam Manggis d e ~ ~ g a nUltrasonik. Laporan Akhir
I'enelitian I[%-1-I"AATP-DEPTAN.
Dwiargo, B. 2005. Komunikasi Pribadi.
Haryi.nto B., I W. Budiastra, H.K. Punvadaria, A.Trisnobudi. 2001. Determination of
Acoustic Properties of Durian Fruit. 2"d IFAC-CIGR Workshop on
Intellige~~t

Control for Agricultural Applications, Bali, 22-24 August 2001.
Hendri, Suroso, H. K. P~lrwadaria,S.E. Widodo, I VV. B~~diastra.
2001. Neural Network
Application on Non-destructive Evaluation of Lar~zoneUsing Visible Light.
IFAC-CIGR Workshop on Intelligent Control for Agricultural
Applications, Bali, 22-24 August 2001.
Lastriyanto, A. 2005. Komunikasi Pribadi.

Boloi Besar Penelition don Pengembangan Pascaponen Pertanlon

23

Prosiding Seminar Nasfonaf Teknofogi lnovattf Pascapanen untuk Pengembangan lndustri Berbasis Pertanion

Purwadaria H.K., R. Thahir, Strtrisno, F,. Ananto, K . Soclistindji. 1994. Development of
Stripping and Tlircsliing Type I-larvcster : I " licport. Workshop on
Posthawest Techi~ologiesfor Rice in the t-lumid Tropis I . 1-10 Chi Minh City,
Vietnam, October, 1994.
Punvadaria H.K., I W. Budiastra, D. Saputra. 1995. Near Infrared Reflectance Testing
to Predict Sucrose and Malic Acid Concentrations of Mangoes. Proceedings

First IFACICICRI EURAGENCIISI IS Workshop on Control Applicitions in
Post Harvest and Processing Technology. Ostend, Belgium, June 1-2, 1995.
Purwadaria H.K., I W. Budiastra, and D. Saputra. 1997. Computer Controlled On Line
System for Mango Grading Using Image Processing and NIR Measurement.
Proceedings GAU/IFAC zNDInternational Symposium dn Mathematical
Modelling and Simulation in Agricultural and Bio-industries. Budapest,
Hungary, 7-9 May, 1997.
Punvadaria, N.K., A. Trisnobudi, I W. Budiastra. 1998. Ultrasonic System for
Automation of Internal Quality Evaluation of Durian. Proceedings 14"' IFAC
World Congress in Beijing, P.R. China, 5-9 July, 1999.
Purwadaria M.K.,A. Unadi, S. Triwahyudi. 2000. Rancang Bangun Mesin Pengering
Terowongan untuk Pengeringan Chip Iles. Laporan Akhir Penelitian IPBPAATP-DEPTAN.
Purwadaria, H.K. 2002. Pengembar~ganAIat dart Mesin Pasca Panen Hortikultura.
Makalah Tema Kernitraan Alsin Hortik~~ltura,
Solo, 28 - 29 Oktober 2002.
IVoscs k'raksinasi
Purwadaria, H.K., A.M. Syarief, S . M ulato 2002. I'c~~gc~tlbal~gan
untuk Meningkatkam Mutu Tepirng lies-lles untuk Ekspor. Laporan Akhir
Pei~elitianIPB-RUT 8.
Rejo A., Suroso, I W. Budiastra, H.K. Puwadaria, S. Susanto, Y.Y. Nazaruddin. 2001.
Model for Predicting and Classifying Durian Fruit Based on Maturity and
Ripeness Using Neural Network. 2'' IFAC-CIGR Workshop on Intelligent
Control for Agrictiltciral Applications, Bali, 22-24 August 200 1.
Suryanto, H. 2005. Komunikasi Pribadi.
Wahyono, A., H.K. Punvadaria, Suroso, Irawati. 2003. Development of Gradin
Algorithlt~for Dendrohium Orchid CJsing Irnnge I1rocessing. Paper. 19"
l~iternational ASIA-APEC Semit~ar on Postharvest Technology. Bali,
Indonesia, 23-25 August 2003.

F

24

Balal Besar Penelftian dan Pengembangan Poscapanen PertanIan

+