Respon larva ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) terhadap pakan buatan dalam sistem pembenihan

KESPON LARVA IKAN BPLNDEINC (Ctsanss cfonnos Forskal)

TERHADAP PAKAN BUATAN DALAM SISTEM PEMBENIHAN

Oleh
HARYATI

I'IIO(; RAM IPASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK

Haryati. Respon Larva Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) Terhadap Pakan
Buatan Dalam Sistem Pembenihan. Dibiibing oleh Dr Ir H. Kusman Sumawidjaja,
Dr Ir Ing Mokoginta, Prof Dr Ir Maggy T. Suhartono, Dr Ir Darnas Dana dan
Prof. Dr Ir Dedi Soedhanna.
Tujuan dari percobaan ini adalah mengevalwi efektivitas penggunaan "green
water", tercapainya h e definitive dari organ pencernaan dan untuk menentukan waktu
penggantian pakan alarni dengan pakan buatan dalam pernebaan larva ikan bandeng.

Tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan larva maksirnum dicapai setelah larva
dipelihara dalam media "green water" sarnpai umur 27 - 29 hari setelah menetas. Studi
histologi menunjukkan bahwa hati dan pankreas mulai tampak pada larva umur 10 hari
setelah menetas clan sistem pencernaan secara fbngsional definitive pada umur 25 hari.
Peningkatan relatif terbesar aktivitas elzirn a-arnilase, lipase dan tripsin didetenninasi
berturut-turut pada urnur 10, 10 dan 15 hari setelah menetas, dan mengindikasikari bahwa
larva secara fisiologi siap mencerna pakaln buatan.
Laju peningkatan aktivitas a-arnilase, aktivitas enzim lipase dan tripsin
maksimum pada larva ikan bandeng yanig diberi pakan buatan mulai umur 10 hari nyata
lebih rendah dibandingkan dengan kelonnpok yang diberi pakan berupa Brachionus serta
kombinasi antara Brachiowus dan pakan buatan. Aktivitas enzim tersebut pada larva yang
diberi pakan buatan mulai umur 15 d m 20 hari sama dibandingkan dengan kelompok
yang lain. Laju peningkatan aktivitas pepsin pada kelompok yang diberi pakan buatan
mulai umur 10, 15 dan 20 hari masih lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang
lain.
Laju konsurnsi pakan relatif padla larva yang diberi pakan berupa pakan buatan
sarna dibandingkan dengan kelompok yang diberi pakan berupa Brachionus. Organ
pencernaan pada larva yang diberi pakan buatan mulai umur 10 hari tidak mengalami
degeneratif tetapi perkembangannya lebih larnbat dibandingkan dengan yang dikri
pakan berupa Brachionus maupun kombinasi antara Brachionus dan pakan buatan.

Perkembangan organ tersebut relatif sarrla pada penggunaan pakan buatan mulai u m ~ u15
dan 20 hari.
Laju pertumbuhan dan tingkat kdangsungan hidup larva yang diberi pakan berupa
Brachionus sama di'bandingkan yang diberi pakan berupa kombinasi antara Brachionus
dan pakan buatan, di rnana perturnbuhian dan tingkat kelangsungan hidup yang paling
jelek tampak pada larva yang diberi p&m buatan mulai umur 10 hari. Pertumbuhan dan
tingkat kelangsungan hidup larva yang diberi pakan buatan mulai umur 15 dan 20 hari
sama dengan yang diberi pakan berupa Brachionus rnaupun kombiisi antara Brachionus
dan pakan buatan. Berdasarkan b i l percobaan ini, pakan buatan dapat menggantikan
Brachionus sebagai pakan larva mulai umur 15 hari setelah menetas, dan kombinasi
antara Brachionus dan pakan buatan dapat digunakan mulai wnur 10 hari setelah
menetas.

Haryati. Response of Milkfish, chanos chanos Forskal, Larvae on the Artificial
Diets in the Hatchery System. Sulservised by Dr Ir H. Kusman Sumawidjaja,
Dr Ir Ing Mokoginta, Prof. Dr Ir Maggy T. Suhartono, Dr Ir Darnas Dana and
Prof. Dr Ir Dedi Soedharrna.
The objectives of this research were tc! evaluate the effectivity of green water in
the rearing of milkfish larvae, the definitive phase of digestive organs and to determine
the weaning period of milkfish larvae fiom live to artificial diets. The maximum survival

and growth rate of larvae were reached after rearing in green water until 27 - 29 days
af er hatching.
Histological study slnowed that liver and pancreas differentiated into
distinct organs at 10 days after hatching and digestive system was already functioning
definitive at 25 days after hatching. The relative highest increase of a-amilase, lipase
and trypsin were determined at 10, 10 and 15 days old larvae respectively, and should
indicate when the larvae have become ph!ysiologically ready to digest artificial diets.
The increasing rate of a-amilase activity, maximum activity of trypsin and lipase
in milkfish larvae fed on artificial diets starting on the 10 days after hatching were
significantly lower than those in the Brachionus and in the combination between
Brachionus and artificial diets fed group. The enzyme activities in the artificial diets fed
group start at 15 and 20 days old larvae were similar to the other groups. The increasing
rate of pepsin activity in the group fed on artificial diets starting on 10, 15 and 20 days,
still significantly lower than the another group.
The relative consumption rate o f fish fed on artificial diets was similar to the
group fed on Brachionus. The digestive tract of fish fed on artificial diets starting on
10 days old larvae showed undegenerative but slower development than those of the
Brachionus and combination between Brachionus and artificial diets fed groups. The
development of this tract in the group fed1 on artificial diets starting on 15 and 20 days old
larva were similar to the other group.

The growth and survival rate of larvae fed on Brachionus and combination
between Brachionus and artificial diets vvere similar , while poorest growth and survival
rate were obtained in larvae fed on artificial diets starting on day 10 after hatching. The
growth and survival rate of larvae fed om artificial diets starting on day 15 and 20 after
hatching were similar with those of larva fed on Brachionus and combination between
Brachionus and artificial diets. Based on this research, artificial diets can replace
Brachionus as feed of larvae starting 15 days after hatching, and combination between
Braclzionus and artificial diets can be used starting 10 days after hatching.

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi saya berjudul:
"RESPON LARVA IKAN BANDENG ((,'hanos chanos Forskal) TERHADAP PAKAN
BUATAN DALAM SISTEM PEMBENIHAN"

adalah benar merupakan hasil karya sendliri dan belum pernah dipublikasikan. Semua
swnber data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.

NRP 130 937 136


RESPON LARVA 1KAN BANDENG (Chnnos chanos Forskal)
TERHADAP PAKAN BUATAIV DALAM SISTEM PEMBENIHAN

Oleh
HARYATI
AIR 975079

Disertasi
Sebagai Saiah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Doktor
Pada
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

: RESPON LARVA UKAN BANDENG (Chanos chanos Forskal)

Judul disertasi


TERHADAP P A l W BUATAN DALAM SISTEM
PEMBENIHAN

Nama mahasiswa : H a r y a t i
Nomor pokok

:975079

Programstudi

:ILMUPERAlRAhI

Menyetujui
1. Komiisi Pembimbing

~r Ir H. Kusnran Sumawidjaja
Ketua

/


k3 d,

Dr Ir Ing Mokoginta
Anggota

Dr Ir Damas Dana
Anggota
2. Ketua Program Studi

Ilmu Perairan

'ranggal lulus : 16 Oktober 2002

Prof. Dr Ir Dedi Soedharma
ana

RIW'AYATHIDUP
Penulis dilahirkan di Bojonegoro, Jawa Timur pada tanggal 9 Mei 1954, sebagai
anak ketiga dari sembilan bersaudara, dari ayah bernama Soeharno dan ibu bernama
Rahayu.


Pada tahun 1980 memperoleh gelar Sarjana Perikanan dari Fakult~sPeternakan
dan Perikanan Universitas Diponegoro Semarang. Gelar Magister Sains (MSi) diperoleh
dari Program Pascasarjana Institut Pt:rtaniaq Bogor pada tahun 1995 dan mengikuti
program Doktor (S3) pada Program Pascasarjana IPB mulai tanggal 1 September 1997.
Pada tahun 198 1 sampai 1988 bekerja sebagai staf pengajar Fakultas Peternakan
dan Perikanan Universitas Diponegoro Sernarang. Mulai tahun 1988 sarnpai sekarang
menjadi staf pengajar di Fakultas Ilrnu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin
Makassar .
Penulis menikah dengan Ir. Lotlewyk S. Tandipayuk, M.S. pada tahun 1985 dan
dikaruniai dua orang anak, Rangga Paerengan Tandipayuk dan Gayangboro Tandipayuk.

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rakhrnat
dan Icarunia-Nya sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik. Banyak
bantuan, saran dan kritik telah diterim,a sejak perkuliahan, persiapan penelitian hingga
terselesaikannya disertasi ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
tidak terhingga kepada:
1. Bapak Dr I


I

Kusman Sumawidjaja, ibu Dr Ir Ing Mokoginta, ibu

Prof. Dr Ir Maggy T. Suharrono, bapak Dr Ir Darnas Dana dan bapak
Prof. Dr Ir

Dedi Soedharma, masing-masing selaku korrisi pembimbing atas

segala saran dan pengarahan yang telah diberikan sehingga penelitian dan
penulisan disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik,
2. Pimpinan Institut Pertanian Bogor, khususnya Rektor dan Direktur Program

Pasacasarjana, yang telah memberikan kesempatan serta fasilitas pendidikan yang
memadai kepada penulis,
3. Pimpinan Universitas Hasanuddin Makassar, khususnya Rektor dan Dekan

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, yang telah memberi kesempatan dan
mengizinkan penulis untuk mengikuti program doktos di Institut Pertanian Bogor,
4. Tim Manajemen Program Doktor (TMPD), Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberi beasiswa selama mengikuti
pendidikan Pascasarjana di IPB,
5. Yayasan Supersemar Jakarta

dan Direktorat Pembinaan Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikar, Tinggi yang telah ikut
membiayai penelitian ini,
6. Pimpinan Loka Budidaya Air Payau Takalar serta PT ESAPUTLii PRAKASA

Kabupaten Banu, Sulawesi Selartan yang telah memberi bantuan fasilitas selarna
penulis melakukan penelitian,
7. Suami dan anak-anak tercinta, atas pengertian, pengorbanan dar~dorongannya

sehingga saya dapat menyelesaikan studi dengan baik.
Bogor
Penulis

DAFTARTABEL ................................................


vii

.............................................

xiii

DAFTARGAMBAR
PENDAHULUAN

...............................................

1

Latar Belakang ............................................
RumusanMasalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tujuan Percobaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Hipotesis ...............................................
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Larva . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Perkembangan Aktivitas Enzim IPencernaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Peran Enzim Eksogen Dalam Proses Pencemaan . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pakan dan Penggantian Pakan Pida Lanta Ikan .................
Kebutuhan Nutrien Larva Ikan Esandeng dan Kandungan Nutrien pakan
Peran Air Hijau ("Green Water") Dalam Pemeliharaan Larva Ikan
METODE PENELITIAN

Penyediaan Larva . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
P e n y e d i A i r M e d ' i ................................
P e n y e d i i Pakan ...................................
Metode Percobaan .........................................

33

Efektivitas "Green watelr" Sebagai Media Pemeliharaan Larva
Perkembangan Organ dan Aktivitas Enzirn Pencemaan ......
Perkembangan organ pencernaan .................
Pakernbangan akctivitas en& pencernaan .........
Penggunaan Pakan Buatin Dalam Pemeliharaan Larva Ikan Bandeng 39
Rancangan percobaan ..........................
Pelaksanaan percobaan ..........................
Peubah-peubah dan cara pengukurannya . . . . . . . . . . . . .

Analisis Data

..............................................

Efektivitas Penggunaan "Green water"

..........................

Tingkat Pemanfaatan P&.an ..............................
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva . . . . . . . . . . . . . . .
Sifat Fisika dan Kimia Air Media . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Perkembangan Organ dan Aktivitas Enzim Pencernaan ..............
Penggunaan Pakan Buatan Dalmn Pemeliharaan Larva Ikan Bandeng . .
Aktivitas Enziin Pencernaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Aktivitas enzim a-amilase . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Aktivitas en& lilpase . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Aktivitas enzim tripsin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Aktivitas enzim pepsin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Perkembangan Organ Pencernaan ........................
Aktivitas Enzim Eksogen ...............................
Aktivitas Enzirn di Luar Organ Pencemaan . . . . . . . . . . . . . . . . .
KonsumiPakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kelangsungan Hidup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Perturnbuhan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Saran ....................................................
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1. Pola distribusi aktivitas enzim lipase pada organ pencernaan ikan bandeng
2. Jenis pakan pada setiap umur larva ik:an bandeng (Chanos chanos Forskal)

3. Kebutuhan asam amino esensial (peryen protein pakan) bagi perturnbuhan
juvenil bandeng (Chanos chunos Forskal) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4. Cara dan alat untuk pengukuran sifat fisik dan kimia air media

.........

5. Laju peningkatan aktivitas enzim a-amilase selama percobaan pada
penggantian Brachionus dengan pakan buatan mulai umur 10,15 dan
2Ohari.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .........................

..

6. Aktivitas enzim lipase rnaksimal (U enzim/g ikanfmenit) serta umur larva
yang menghasilkan aktivitas enzirr~maksirnal pada penggantian
Brachionus dengan pakan buatan 3mulai wnur 10, 15 dan 20 hari . . . .

78

7. Aktivitas enzim lipase rnaksirnal (U exlzim/g ikdmenit) serta umur larva

yang menghasilkan aktivitas enzim~rnaksimal pada penggantian
Brachionus dengan pakan buatan nnulai umur 10, 15 dan 20 hari

....

8. Laju peningkatan aktivitas enzim peplsin selama percobaan pada
penggantian Brachionus dengan piakan buatan mulai umur 10, 15 dan
2Ohari ...................................................
9. Rata-rata tinggi vili pada lapisari pennukaan usus, pada penggantian pakan
mulai umur 1 0,15 dan 20 hari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

10. Rata-rata rasio aktivitas enzirn pada larva ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) yang dikri pakan berupa Brachionus maupun pakan buatan
yang diinkubasikan dengan Brachionus maupun yang dipuasakan
11. Aktivitas enzim a-amilase, lipase, tripsin dan pepsin (Ulg ikanlmenit)
pada organ pencernaan, jaringan tubuh tanpa organ pencernaan
serta seluruh bagian tubuh larva ikan bandeng . . . . . . . . . . . . . . . . .
12. Rata-rata laju penurunan konsumsi pakan relatif pada penggantian
Brachionus dengan pakan buatan ~nulaiumur 10, 15 dan 20 hari . . . .

81

84

Nomor

Teks
-

13. Rata-rata tingkat kelangsungan hidup (%) larva ikan bandeng (Chanos

chanos Forskal) selama percobaan pada penggantian Brachionus
dengan pakan buatan mulai urnur 10,15 dan 20 hari . . . . . . . . . . . .
14. Laju pertumbuhan bobot spesifik larva ikan bandeng (Chanos chanos

Forskal) pada penggantian Brachlionus dengan pakan buatan mulai
umur 10,15 dan 20 hari ...................................
15. Komposisi nutrien (dalarn persen) Brachionus dan pakan buatan
16. Komposisi asam amino esensial pada Brachionus, pakan buatan, tubuh

juvenil dan kebutuhan juvenil barldeng (dalam d l 0 0 g protein kasar)
17. Komposisi asam lemak pada Brachi~onusdan pakan buatan . . . . . . . . . .

1. Skema prosedur pembuatan media p~ercobaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

127

2. Skerna prosedur budidaya Chlorella skala massal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

128

3. Prosedur analisis a-amilase ........................................

129

4. Prosedur analisis lipase

..........................................

5. Prosedur analisis protease (pepsin &m tripsin)

.................... : ...

129
130

6. Rata-rata jurnlah Brachionus (individu) dalam saluran pencernaan larva ikan

bandeng (Chanos chanos Forskid) pada penggunaan media pemeliharaan
yang berbeda. ...............................................

13 1

7. Laju konsumsi pakan absolut larva ikan bandeng (Chanos chanos Forskal)

pada penggunaan media pemelilraraan yang berbeda . . . . . . . . . . . . . . . .

8.

Analisis ragam laju konsumsi pakan absolut larva ikan bandeng (Chanos
chanos Forskal) pada penggunaam media pemeliharaan yang berbeda

13 1

132

9. Bobot individu rata-rata (g) larva ilcan bandeng (Chanos chanos Forskal)

setiap pengamatan pada penggurlaan media pemeliharaan yang berbeda
10. Laju pertumbuhan spesifik bobot individu rata-rata larva &an bandeng

(Chanos chanos Forskal) pada penggunaan media pemeliharaan yang
berbe...................................................

132

No
Lampiran
1 1 . Analisis ragarn laju perturnbuhan spesifik bobot individu rata-rata

larva ikan bandeng (ChanosChanos Forskal) pada penggunaan media
pemeliharaan yang berkda ..................................
12. Tingknt kelangsungan hidup (%) lrwa ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) selama percobaan pada penggunaan media pemeliharaan yang
berbeda ..................................................

133

134

13. Nilai transformasi dx + 0.5 tingkat kelangsungan hidup (%) larva ikan bandeng

(Chanos chanos Forskal) selarnii percobaan pada penggunaan media
perneliharaan yang berbeda ......................................

14. Analisis ragam tingkat ke1angsung;an hidup larva ikan bandeng (Chanos
chanos Forskal) pada penggunaan media p e m e l i a a n yang berbeda
15. Nilai beberapa parameter kualitas air pada penggunaan media
pemeliharaan yang berbeda .......................................

134

134

1 35

16. Aktivitas enzirn a-amilase, lipase, 'tripsin dan pepsin pada berbagai umur

larva ikan bandeng (Chanos chalnos Forskal) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

I 7. Rata-rata aktivitas enzim a-amilasce (U enzimlg ikanlmenit) setiap
pengamatan pada penggantian Glrachionus dengan pakan buatan mulai
larva ikan bandeng (Chanos chalnos Forskal) urnur 10,15 dan 20 har

135

136

18. Laju peningkatan aktivitas enzim ot-&lase pacla penggantian Brachionus

dengan pakan buatan mulai lama ikan bandeng (Chanos chanos fors1:al)

umur10,15dan20hari ......................................

137

19. Analisis ragam laju peningkatan aktivitas enzim a-arnilase pada penggantian
Brachionus dengan pakan buatan mulai umur 10, 15 dan 20 h i

138

20. Uji W-Tukey laju peningkatan aktivitas enzim a-amilase pada
penggantian Brachionus dengan~pakan buatan mulai umur 10 hari

138

21. Rata-rata aktivitas enzim lipase (U enzimlg ikanlmenit) setiap pengamatan
pada penggantian Brachionus tiengan pakan buatan rrrulai larva
larva ikan bandeng (C'hdnos ch~rriosForskal) umur 10, 15 dan 20 hari
22. Aktivitas enzirn lipase maksirnum (Ulg ikanlmenit) pada penggantian
Brachionus dengan pakan buatau? mulai urnur 10,15 dan 20 h i

Nomor

Lampiran
23. Analisis ragam aktivitas enzim lipasce maksimurn pada penggantian
Brachionus dengan pakan buatan mulai umur 10, 15 dan 20 hari
24. Uji W-Tukey aktivitas enzim lipase maksimum pada
penggantian Brachionus dengan lpakan buatan mulai umur 10 hari

25. Analisis ragam urnur larva optimunl yang yang rnenghasilkan aktivitas
enzim lipase maksimum pada pen.ggantianBrachionus dengan pakm
buatan mulai urnur 10,15 dan 20 had.. ......................
26. Rata-rata aktivitas enzirn tripsin (U enzimlg ikdmenit) setiap pengamatan
pada penggantian Brachionus dengan pakan buatan mulai larva
larva ikan bandeng (Chanos chafirosForskal) umur 10, 15 dan 20 hari
27. Aktivitas enzim tripsin maksimum (U/g ikanfmenit) pada penggantian
Brachionus dengan pakan buatani mulai umur 10,15 dan 20 hari

28. Analisis ragam aktivitas enzim tripsin maksimum pada penggantian
Brachionus dengan pakan buatan~mulai urnur 10, 15 dan 20 hari

29. Uji W-Tukey aktivitas enzim tripsin maksimurn pada penggantian
Brachionus dengan pakan buatan~mulai umur 10 hari . . . . . . . . . . . . . .
30. Analisis ragam umur larva optimum yang yang rnenghasilkan aktivitas

enzim tripsin maksimum pada penggantian Brachionus dengan pakan
buatan mulai urnur 10,15 dan 20 hari ...........................

3 1. Rata-rata aktivitas enzim pepsin (U enzimtg ikanlmenit) setiap pengamatan
pada penggantian Brachionus dengan pakan buatan mulai larva
larva ikan bandeng (Chanos charros Forskal) umur 10,15 dan 20 hari
32. Laju peningkatan aktivitas enzirn pepsin pada penggantian Brachionus
dengan pakan butttan mulai larve~ikan bandeng (Chanos chanos forskal)
umur10,15dan20hari .......................................
33. Analisis ragam laju peningkatan aktivitas enzim pepsin pada penggantian

Brachionus dengan pakan buatari mulai urnur 10, 15 dan 20 hari
34. Uji W-Tukey laju peningkatan akti\itas enzim pepsin pada

penggantian Brachionus dengan pakan buatan mulai umur 10, 15 d m
20 had ....................................................

Nomor
Larn~iran
35. Rata-rata aktivitas enzim a-arnilase (U enzimlg ikanfmenit) pada larva
ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) yang diberi Brachionus,
pakan buatan, diinkubasikan denlgan elatrak Brachionus serta yang
dipuasakan pada penggantian Brachionus dengan pakan buatan mulai
umur 10,15 dan 20 hari ........................................ 151
36. Rasio (%) antara aktivitas enzim a-amilase pada larva ikan bandeng
yang diberi pakan berupa Brnchi~~nus
serta pakan buatan dengan
yang diinkubasikan dengan BracrClionus serta yang dipuasakan .........

152

37. Rata-rata aktivitas enzim lipase (U enzim/g ikadmenit) pa& larva

ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) yang diberi Brachionus,
pakan buatan, diinkubasikan dengan ekstrak Brachionus serta yang
dipuasakan pada penggantian Brtzchionus dengan pakan buatan mulai
umur10,15dan20hari ......................................... 153
38. Rasio (%) antara aktivitas enzirn lipase pada larva ikan bandeng
yang dikri pakan berupa Brachic~nusserta pakan buatan dengan
yang diinkubasikan dengan Brac/'lionusserta yang dipuasakan .........

154

39. Rata-rata aktivitas enzim tripsin (U enzim/g ikdmenitj pada larva

i
ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) yang d ~ k rBrachionus,
pakan buatan, diinkubasikan deq3an ekstrak Brachionus serta yang
dipuasakan pada penggantian Brczchionus dengan pakan buatan mulai
umur10,15dan20hari ......................................... 155
40. Rasio (%) antara aktivitas enzim tripsin pada larva ikan bandeng
yang diberi pakan berupa Brachic~nusserta pakan buatan dengan
yang diinkubasikan dengan Brachionus serta yang dipuasakan . . . . . . . . .

156

41. Rata-rata aktivitas enzim pepsin (U enzim/g ikadmenit) pada larva
ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) yang diberi Brachionus,
pakan buatan, diiiubasikan dengan ekstrak Rrachionus serta yang
dipuasakan pada penggantian Brczchionus dengan pakan buatan mulai
urnur 10,15 dan 20 hari ......................................... 157
42. Rasio (%) antara aktivitas enzirn pepsin pada larva ikan bandeng
yang diberi pakan berupa Brachionus serta pakan buatan dengan
yang diinkubasikan dengan Bracl~ionusserta yang dipuasakan . . . . . . . . .

158

Nomor

Lampiran
43. Proporsi (%) bobot pakan (dalam ttobot kering) dalam saluran pencernaan
larva ikan bandeng ,Chanos chnnos Forskal (dalam bobot kering)
setiap pengamatan pada penggantian Brachionus dengan pakan buatan
mulaiumur10,15dan2Ohari ..................................

159

44. Laju konsurnsi pakan relatif larva &an bandeng (Chanos chanos Forskal)
pada penggantian Brachionus dengan pakan buatan mulai umur
10,15 dan20 hari ..........................................

160

45. Analisis ragam laju konsumsi pakm~relatif pada penggantian Brachionus
dengan pakan buatan mulai umur 10, 15 dan 20 hari . . . . . . . . . . . . . .

160

46. Tingkat kelangsungan hidup (perse~n)larva ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) pada penggantian Brachionus dengan pakan buatan mulai
umur10,15dan2Qhari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

161

47. Nilai transformasi JX + 0.5 tingkat kelangsungan hidup (persen) larva
ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) pada penggantian Brachionus
dengan pakan buatan mulai urnw 10, 15 dan 20 hari . . . . . . . . . . . . . .

48. Analisis ragam tingkat kelangsungan larva ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) pada penggantian Brachionus dengan pakan buatan mulai umur
10,15dan20hari .......................................

163

49. Uji W-Tukey tingkat kelangsungan hidup larva ikan bandeng .
(Chanos chanos Forskal) penggantian Brachionus dengan pakan
buatan mulai umur 10,15 dan 20 hari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

163

50. Kisaran nilai beberapa peubah fisikai-kimia air selarna percobaan
penggantian Brachionus dengan :pakan buatan serta kriteria kelayakannya
bagi vitalitas hidup larva ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) . . . . . .

164

5 1. Bobot individu rata-rata larva (g) &:anbandeng (Chanos chanos Forskal)
pada penggantian Brachionus dengan pakan buatan mulai -mu10 hari

165

52. Bobot individu rata-rata larva (g) &.anbandeng (Chanos chanos Forskal)
pada penggantian Brachionus dengan pakan buatan mulai umur 15 hari

165

53. Bobot individu rata-rata larva (g) ikan bandeng (Chanos chanos Forskal)
pada penggantian Brachionus de:ngan pakan buatan mulai umur 20 hari

166

Nomor
Lampiran
54. Laju pertumbuhan spesifik bobot individu rata-rata larva ikan bandeng
(Chanos chanos Forskal) pada pcenggantian Brachionus dengan pakan
buatan mulai urnur 10, 15 dan 20 hari . . . . , . . . . , . . . . . . . . . . . . .

.

55 Analisis ragam laju pertumbuhan spesifi bobot individu rata-rata
larva ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) pada penggantian
Brachionus dengan pakan buatar~mulai umur 10, 15 dan 20 hari

..

...

56. Uji W-Tukey laju pertumbuhan spesifik bobot individu rata-rata lana

ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) penggantian Brachionus
dengan pakan buatan mulai umur 10,15 dan 20 hari . . . . . . . . . . . . . .

.

DA~FTAR
GAMRAR
Nomor

Halaman

1. Skema pendekatan masalah p e n g a d media pemeliharaan terhadap
perturnbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bandeng
(Chanos chanos Forskal) .....................................

6

2. Skerna pendekatan rnasalah pengaruh waktu penggantian Brachionus dengan
pakan buatan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva bandeng
(Chanos chanos Forskal) ....................................

8

3. Jurnlah Brachionus dalam saluran pencernaan larva ikan bandeng (Chanos
chanos Forskal) setiap pengamatan pada media pemeliharaan yang berbeda

50

4. Hubungan antara laju konsumsi pak:an absolut dengan lama waktu larva ikan

bandeng (Chanos chanos Forskal) dipelihara dalam media "green water"

50

4. Perkembangan bobot individu larva ikan bandeng (Chanos chanos Forskal)

setiap pengamatan pada media pemeliharaan yang berbeda

...........

52

6. Hubungan antara laju pertumbuhan.spesifik dengan lama waktu larva
Ikan bandeng (C'hanos chanos Forskal) dipelihara dalam media
"green water" . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7. Hubungan antara tingkat kelangsw~ganhidup dengan lama waktu larva

ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) dipelihara dalam media
"green water" .................................................. 54
8. Potongan membujur organ pencernaan larva ikan bandeng (Chanos
chanos Forskal) umur 5 hari dan 10 hari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

57

9. Potongan membujur organ pencemaan larva ikan bandeng (Chanos

chanos Forskal) umur 15 hari d m 20 hari , . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

58

10. Potongan membujur organ pencernaan larva ikan bandeng (Chanos
chanos Forskal) umur 25 hari dan 30 hari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

59

I I, Potongan membujur organ pencernaan larva ikan bandeng (Chanos
chanos Forskal) umur 35 hari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

61

12. Perkembangan histologi organ nati larva ikan bandeng (Cha~ios
chanosForskal) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

62

13. Aktivitas enzirn amilase, lipase, tripsin dan pepsin pada berbaagai uniur
larva ikan bandeng (Chal~o.~
chanos Forskal) . . . . . . . . . . . . . . . .

63

Nomor

Halaman

14. Perubahan relatif aktivitas enzim a-arnilase, lipase, tripsin dan pepsin
pada berbagai umw larva ikan bmdeng (Chanos chunos Forskal)

69

15. Aktivitas enzirn amilase setiap pen,garnatan pada penggantian
Brnchionus dengan pakan buatan mulai urnur 10, 15 dm 20 hari

74

16. Aktivitas enzim lipase setiap pengamatan pada penggantian
Brachionus dengan pakan buatan mulai umur 10,15 d m 20 hari

76

17. Aktivitas enzim tripsin setiap pengarnatan pada penggantian
Brachionus dengan pakan buatarl mulai wnur 10, 15 dan 20 hari

80

18. Aktivitas enzirn pepsin setiap pengamatan pada penggantian

Brachionus dengan pakan buatan mulai umur 10, 15 dan 20 hari

83

19. Aktivitas amilase pada larva yang tiiberi pakan berupa Brachionus.

pakan buatan, diinkubasikan dengan Brachionus serta yang
dipuasakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
20. Aktivitas lipase pada larva yang dilxri pakan berupa Brachionus.
pakan buatan, diinkubasikan denlgan Brachionus serta yang
dipuasakan ............................................
21. Aktivitas tripsin pada larva yang diberi pakan berupa Brachionus.

pakan buatan, diinkubasikan dengan Brachionus serta yang
dipuasakan.. ..................................;.

......

22. Aktivitas pepsin pada larva yang dlibri pakan berupa Brachionus.
pakan buatan, diinkubasiian dengan Brachionus serta yang
dipuasaka n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
23. Konsumsi pakan relatif larva ikan bandeng (Chanos chanos Foskal)
pada penggantian Brachionus dengan pakan buatan mulai umur
10, 15 dan 20 hari ......................................
24. Perkembangan bobot individu rata-rata larva ikan bandeng (Chanos
Chanos Forskal) pada penggantiim Brachionus dengan pakan
buatan mulai umur 10,15 dan 20 h i ......................

25. Rasio (%) antara kandungan asam amino yang ada dalam pakan
dengan dalam tubuh juvenil bandeng .......................

91

Nomor

Halaman

1. Potongan membujur organ pencerrlaan larva ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) urnur 10 hari pada peng;gantian pakan mulai urnur 10 hari
2. Potongan melintang organ pencernaan larva ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) umur 10 hari pada peng,gantianpakan mulai umur 10 hari
3. Potongan membujur organ pencerrlaan larva ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) umur 25 hari pada peng,gantianpakan mulai umur 10 hari

4. Potongan membujur organ pencerrlaan larva ikan bandeng (Chanos chanos

Forskal) umur 35 hari pada peng,gantianpakan mulai umur 10 hari
5. Potongan melintang organ pencernaan larva ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) umur 35 hari pada penggantian pakan mulai umur 10 hari

6, Struktur hati larva ikan bandeng ((,'hanos chanos F'orskal) umur 10 hari
pada penggantian pakan mulai urnur 10 hari ........................

7. Struktur hati larva ikan bandeng ((:hanos chanos Forskal) umur 35 hari
pada penggantian pakan mulai urnur 10 hari ........................
8. Potongan membujur organ pencernaan larva ikan bandeng (Chunos chanos

Forskal) umur 15 hari pada penggantian pakan mulai umur 15 hari
9.

Potongan melintang organ pencemaan larva ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) urnur 15 hari pada penggantian pakan mulai umur 15 hari

10. Potongan membujur organ pencemaan larva ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) umur 25 hari pada penggantian pakan mulai umur 15 hari

1 1. Potongan membujur organ pencenlaan larva ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) umur 35 hari pada penggantian pakan mulai umur 15 hari
12. Potongan melintang organ pencerrlaan larva ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) umur 35 hari pada penggantian pakan nlulai umur 15 hari

13. Struktur hati larva ikan bandeng (Chanos charros Forskal) urnur 10 hari
pada penggantian pakan mulai wnur 15 hari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
14. Struktur hati larva ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) umur 35 hari
pada penggantian pakm mulai mnur 15 hari

........................

Nomor
15. Potongan membujur organ p e n c e n w larva ikan bandeng (Chanos chanos

Forskal) umur 20 hari pada penggantian pakan mulai umur 20 hari

182

16. Potongan melintang organ pencernaan larva ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) umur 20 hari pada penggantian pakan mulai umw 20 hari

183

17. Potongan membujur organ pencenlaan larva ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) umur 25 hari pada penggantian pakan mulai umur 20 hari

184

18. Potongan membujur organ pencenlaan larva ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) umur 35 hari pada penggantian pakan mulai umur 20 hari

185

19. Potongan melintang organ pencernm larva ikan bandeng (Chanos chanos
Forskal) umur 35 hari pada penggantian pakan mulai umur 20 hari

186

20. Struktur hati larva ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) umur 20 hari
pada penggantian pakan mulai urnur 20 hari ........................

187

chanos Forskal) umur 35 hari
21. Struktur hati larva ikan bandeng (~Chanos

pada penggantian pakan mulai urnur 20 hari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

188

Latar Beiakang
Ikan bandeng (Chanos charios Forskd) dalam pemanfaatannya tidak

hanya

diperunttlkkan sebagai ikan konsurnsi, tetapi pada fase gelondongan, bandeng juga
dipakai sebagai ikan umpan pada usdm penangkapan ikan tuna. Di Benoa ,Bali setiap
hari tidak kurang dari 50 rean gelondongan bandeng, bernilai sekitar 100 juta rupiah
diserap kapal-kapal penangkapan tuna. Di Indonesia, lebih dari tiga perempat luas
tarnbak, atau sekitar 270 000 ha dipergunakan untuk budidaya bandeng. Kebutuhan
nener diproyeksikan setiap tahun rr~encapai lebih dari empat milyar ekor. Untuk
mencukupi kebutuhan, benih ikan tersebut tidak dapat dipenuhi dari hasil tangkapan di
alam, karena potensinya hanya dapat memenuhi setengah dari kebutuhan. Selain itu
sifatnya musirnan dan cenderung semakin langka, karena itu penyedim benih secara
"captiwty" perlu terus dikembangkan (honimus, 1997).
Usaha pembenihan merupakan dternatif pemecahan rnasalah untuk mengatasi
kesenjangan antara ketersediaan dan kabutuhan benih. Usaha tersebut telah berkembang

antara lain di Gondol, Bdi serta di sepimjang pant& Utara Jawa tengah dm Tirnur dalam
bentuk "hatchery" skala rumah tangga (HSRT). Di Sulawesi Selatan juga terdapat
beberapa "hatchery" yang mensuplai tt-:lur bandeng ke daerah lain. Meskipun demikian,
keberlangsungan usaha id dibatasi oleh penyediaan pakan alami yang dari segi kuantitas
sulit dipenuhi oleh para pembenih. Oleh karena itu pengkajian lebih menddam
untuk menyederhanakan tehologi produksi nener, khususnya yang berkaitan dengan
rnasalah pakan harus term dieksplorasi dm dikembangkan.

Penggunaan pakan alami yang berkepanjangan, selain tidak praktis kemungkinan
juga tidak ekonomis. Llari segi kualitas, nilai nutrien pakan alarni tidak selalu konsisten
atau layak, Suplai pakan alami karerla beberapa hal kemungkinan dapat terhenti. Kultur
pakan alami secara rnassal sangat krgantung kepada cuaca (Kurokawa, Shiraishi dan

Suzuki, 1998). Upaya peningkatan produksi benih akan selalu dibatasi oleh kernampuan
penyediaan pakan. Kondisi tersebut juga dihadapi pada pembenihan oyster di negaranegara Eropa. Biaya pengadaan palcan alarni dapat mencapai lebih dari 35% dari total
biaya produksi (Djunaidah dan Komaruddin, 1997). Pada usaha pembenihan skala
besar, penggunaan pakan alami perlu dibatasi waktunya dm perannya perlu digantikan

dengan pakan buatan yang komposisi gizinya disesuaikan dengan kebutuhan larva.
Penggunaan pakan buatan dalam bentuk rnikro ("microdiet") menjamin
ketersediaan, biaya produksi lebih rendah dan fleksibilitasnya lebih tinggi (Gatesoupe
dan Luquet, 198l), narnun studi penggunaan pakan buatan dalam pemeliharaan larva
menunjukkan penarnpilan perkembqgan dan kelangsungan hidup larva tidak sebaik yang
diberi pakan hidup. Penampilan pertumbuhan yang kurang baik tersebut kemungkinan
disebabkan belum lengkapnya pericembangan organ pencernaan pada stadia awal
perturnbuhan larva, sehingga berpe~ngaruhterhadap ketersediaan enzirn pencernaan
(Lauff dan Hofer, 1984). Terdapat beberapa cara untuk mengoptirnalkan penggunaan
pakan buatan, salah satu di a n t m y a adalah menentukan saat yang tepat penggupakan buatan dalam pemctiharaan larva.
Percobaan penggunaan pakan buatan telah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara
lain Duray dan Bagarinao (1 984), Aslianti dan Azwar (1W2) serta Aslianti, Priyono dan
A c M (1993). Hasil percobaan Duray dan Bagarinao (1984) menunjukkan bahwa

penggwlaan pakan buatan pada larva ikan bandeng mulai umur 15 hari, selarna 4 minggu
pemeliharaan menghasilkan kelangsui~ganhidup berkisar antara 38 - 53%, sedangkan
yang diberi nauplii Artemia sebesar 42%. Namun rata-rata pertumbuhan bobot larva
yang diberi pakan berupa Artemia masih lebih baik dibandingkan dengan pakan buatan.

Hmil percobaan Aslianti dan A

m (1992) pada larva bmdeng umw 11 - 33 hari

menunjukkan bahwa kelangsungan hidup larva yang diberi pakan buatan sebesar 21.9%,
jauh lebii rendah bila dibandingkan dengan yang diberi rotifera yaitu sebesar 55.7%,
namun antara yang diberi pakan cannpuran (pakan buatan dan rotifera) dengan rotifera
relatif tidak berbeda yaitu sebesar 47.3%.

Respon yang sarna juga diperoleh pada

perturnbuhan larva. Aslianti et a/. ( I 993) juga telah melakukan percobaan pada larva
bandeng umur 11 sampai 25 hari.

Hasil percobaan tersebut rnenunjukkan bahwa

kelangsungan hidup larva yang diberi pakan buatan

sebesar 39.63%, rektif sarna

dibandingkan dengan yang diberi p&an berupa rotikra yaitu sebesar 42.7396, namun
pertumbuhan panjang dan bobot larvi~yang diberi rotifera nyata lebih baik dibandingkan
dengan yang diberi pakan buatan. Dengan teknologi yang sudah berkembang saat ini,
tingkat kelangsungan hidup larva saimpai ukuran siap jual berkissu antara 20

- 60 %,

dengan fiekuensi terbesar 20% (Djunigdah dan Kornaruddin, 1997).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut tampak bahwa pertumbuhan bobot larva
yang diberi pakan alami rnasih jauh lebii baik dibandingkan dengan yang diberi pakan
buatan. Oleh karena itu diperlukan pengkajian lebih mendalam tentang pennasalahan
tersebut. Peningkatan b o b t atau panjang tubuh merupakan metode standar yang
digunakan untuk mengevaluasi k~alitiispakan. Untuk memperoleh inforrnasi yang lebih
mendalam tentang permasalahan tersebut beberapa peneliti menggunakan pendekatan

fisiologi (Lauff d m Hofer, 1984 serta Rosch dan Segner, 1 990).

Pendekatan tersebut

pada penelhian-penelitian yang terkait dengan penentuan saat yang tepat penggunaan
pakan buatan dalam pemeliiaraan larva ikan bandeng belwn pernah dilakukan.
Percobaan ini dilakukan melalui

kornbiiasi antara kajian terhadap (1) fisiologi

pencemaan yang meliputi perkembangim struktur organ d m aktivitas enzim pencernaan,
(2) konsumsi pakan serta (3) pertilmbuhan dan kelangsungan hidup larva. Rosch dan

Segner (1 990) mengemukakan bahwa perubahan struktur yang terjadi pada usus dan hati
akan memberi informasi tentang kualitas dan metabolisme pakan serta status nutrisi dari
&an.

Rumusan masalah
Keberhasilan usaha pembenihan ditentukan oleh kuantitas dan kualitas benih yang
dihasilkan. Faktor yang menentukan keberhasilan pembenihan ikan bandeng antara lain
tersedianya media pemeliharaan dan pakan yang sesuai dengan kebutuhan larva.
Larva ikan bandeng memiliki sensitivitas tertentu terhadap cahaya. Untuk
mendapatkan tingkat kecerahan tententu, media pemeliharaan biasanya ditambah
fitoplankton (media "green water") dengan kepadatan tertentu. 'l'ingkat kecerahan
optimum untuk setiap umur larva beirbeda-beda (Djunaidah dan Kornaruddin, 1997).
Pada budidaya ikan herring Pasifik, penambahan fitoplankton dalam media budidaya
dapat meningkatkan kernampuan larvii ikan untuk menangkap pakan (Morgan dalam
Nass, Naess dan Harboe, 1992).

Selain itu penambahan chlorc.llcl juga akan

menurunkan kadar metabolit dalam media budidaya (Tamaru, Murashige dan Lee,
1994). Untuk mengetahui efektivitas penggunaan "green water" dalam pernelhxaan

larva ikan bandeng, permasalahan tersebut perlu dikaji terlebi dahulu. Perbedaan media
pemeliharaan ("green water" dan "clear water") diduga &an berpengaruh terhadap:
(1) tingkat konsurnsi pakan dan (2) kualitas air media. Tingkat konsumsi pakan yang

tinggi dan didukung dengan kualitas air yang baik akan menentukan perturnbuhan dan
kelangsungan hidup larva (Gambar 1).
Sampai saat ini, pemeliharaan larva ikan bandeng rnasih bergantung kepda pakan
alami yang kesinambungan ketersecliaannya merupakan salah satu kendala.

Untuk

mengatasi masalah tersebut, salah saitu cara yang dapat dilakukan adalah menentukan
waktu yang tepat penggantian p a k u alami dengan pakan buatan. Kemarnpuan ikan
untuk rnemanfaatkan pakan bergantung kepada kelengkapan organ dan ketersediaan
enzim pencernaan.

Pakan buatan dapat diberikan apabila organ pencernaan telah

berkembang sempurna. Oleh karenzl itu perlu dilakukan pengkajian terlebih dahulu
tentang perkembangan organ dan aktivitas enzim pencernaan tersebut, sehingga
diperoleh informasi yang dapat dijaclikan dasar pertimbangan dalarn menentukan saat
yang tepat melakukan penggantian pdkan alami dengan pakan buatan.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut di atas dapat dikaji lebih jauh respon larva
ikan bandeng terhadap pakan buatm~. Perbedaan jenis pakan pada setiap waktu
penggantian pakan alami dengan pakan buatan diduga akan berpengaruh terhadap:
(1) tingkat konsumsi pakan, (2) stnuktur organ dan (3) aktivitas enzirn pencernaan.

Ketiga ha1 tersebut menccnninkan kcrnampuan larva untuk rncmanfaatkan pakan.
Perbedaan jcnis pakan (Bruchiorrus dan buatan) diduga akan berpengaruh terhadap nilai
nutrien pakan dan (2) aktivitas enzim di dalam pakan. Aktivitas enzim di dalam pakan
diduga akan berpengaruh terhadap ak1,ivitas enzirn di d a l a . saluran pencernaan.

Ilnlur I - 12 hari
IJniur 1-24 hari
Umur 1-36 hari

Garnbar 1. Skerna pendekatan rnasalah pengaruh media pemeliharaan terhadap

pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bandeng

(C'hanoschar~osForskal)

e : Evaluasi
g : Pertumbuhan
h : Kelangsungan hidup.

Kandungan nutrien pakan harus sesuai dengan kebutuhan larva. Kebutuhan nutien
larva ikan ba~dengsampai saat ini tnclum diketahui. llntuk menduga kebutuhan nutrien
ikan tersebut, dilakukan evaluasi den~ganrara membandingkan kandungan nutrien pakan
dengan kebutuhan nutrien ikan band~engukuran juvenil. Hal ini sesuai dengan pendapat
Watanabe (1986), salah satu cara un~tukmengetahui kebutuhan nutrien larva ikan dapat
berpedoman pada kebutuhan nutrier) ikan yang sama dengan ukuran lebih besar. Jika
pakan yang dikonsumsi nilai nutrie~unyasesuai dengan kebutuhan larva dan pakan yang
diberikan dapat dirnanfaatkan dengan baik, pada kondisi air media yang sesuai dengan
kebutuhan larva, maka larva akan turnbuh dan hidup dengan baik (Garnbar 2).

Tujuan Percobaan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka percobaan ini dilakukan
dengan tujuan:
I . Mengevaluasi efektivitas pengpnaan "green water" dalam pemeliharaan larva ikan

bandeng
2. Menentukan tercapainya fbse defirlitif dari organ pencernaan, berdasarkan perkem-

bangan struktur organ pencernaarl secara histologis serta aktivitas enzirn pencernaan
yang meliputi u-arnilase, lipase d,anenzim proteolitik (tripsin dan tripsin)
3. Menentukan saat yang tepat penggunaan pakan buatan dalam pemeliharaan larva

ikan bandeng.
I lasil percobaan ini diharapkan clapat dijadikan landasan untuk menentukan strategi

pemberian pakan dalam pemeliharaari larva ikan bandeng.

Gambar 2. Skema pendekatan nnasalah pengaruh waktu penggantian Brachionus
dengan pakan buatan terhadap pertumbuhan dan kelangmgan larva
ikan bandeng (C'hur~i~s
chutros Forskal)

Hipotesis
I . Jika media pemeliharaan yang dig~lnakantepat, kualitas air dm tingkat konsumsi

pakan meningkat, kelangsungan hidup bertarnbah besar dan perturnbuhan
larva lebih cepat
2. Jika pernberian pakan buatan dilakukan dalarn waktu yang tepat kernampuan larva

ikan bandeng ddam mernanfaatkax~pakan meningkat sehingga kelangsungan
hidup bertambah besar dan pertunnbuhan lebih cepat.

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Larva
Menurut Watanabe (1986), telur ikan bandeng yang sudah dibuahi berwarna
transparan dan berdiameter antara 1.10 - 1.25 rnm. Priyono, Trijoko dan Giri (1 986)
juga mengamati hal yang sarna ds~n mendapatkan diameter telur berkisar antara
1.10 - 1.27 mm. Telur-telur tersebut menetas setelah diinkubasikan selama 24 - 30

jam pada suhu 36.0 - 39.5"C dan salinitas 33 ppt. Vanstone et al. (1977) mencatat
masa inkubasi telur ikan bandeng antara 35 - 56 jam pada suhu 28.4 - 29.2"C.
I.arva ikan bandeng yang baru menetas bcrukuran panjang berkisar antara
3.2 - 5.3 mm dan mempunyai kantung kuning telur yang besar yaitu panjang kurang

lebih 2.2 mm dan lebar 0.28 mm. Larva yang baru menetas benvarna transparan, mata
belum berpigmen, mulut belum terbenituk dan anus masih tertutup. Penyerapan kuning
telur disertai dengan perturnbuhan yang cepat terjadi 24 jam setelah menetas. Anus dan
mulut terbuka 48 - 64 jam setelah menetas, dengan ukuran bukaan mulut 200 urn. Pada
saat larva urnur 3 hari, kuning tel~trdiserap sempurna dan mata telah berpigmen
(Watanabe, 1986). Masa kritis bagi lava ikan bandeng berlangsung antara hari keempat
dan hari ketujuh. Masa kritis pertarna terjadi pada saat larva mulai rnengkonsumsi pakan

dari luar (Juario et al., 1984). Masa kritis kedua menurut Duenas dan Young ddam
Watanabe (1986) terjadi pada saat larva bersifat stenohalin yang ditandai dengan
berkembangnya lapisan mukosa di dialam esofagus, sedangkan menurut Anindiastuti,
Hardanu dan Suhartono (1 994), masa kritis kedua terjadi pada saat larva bandeng umur
8 hari. Pada wnur tersebut sirip pektoral maupun kaudal telah terbentuk. Apabila proses

perkembangan tersebut tidak sempurna, larva tidak dapat berenang aktif untuk
menangkap pakan, sehingga akan nlengakibatkan kernatian larva pada urnur tersebut.
Liao et al. (1979) juga melaporkan ha1 yang sarna. Penurunan pertwnbuhan ditandai
pada larva umur 3 - 6 hari, pada saat larva mulai mernasuki stadia kritis dengan tingkat
kematian yang tinggi.
Percepatan pertwnbuhan terjadi pada larva umur 8 hari dan pada urnur 13 hari,

larva yang paling besar berukuran panjang total 10 mrn. Larva urnur 18 - 20 hari
berukuran panjang total 10.3 - I .4.!) mrn dan setelah berurnur 21 hari berkisar antara
11.5 - 16.5 mm. Larva ikan bandeng memasuki stadia transisi pada wnur 28 hari dan
mencapai stadia juvenil setelah berlllnur 35 hari (Villaluz dan Unggui, 1983). Menurut
Balon dalam Boulhic dan Gabaudan 1(1992),periode juvenil dimulai pada saat sirip telah
berdiferensiasi sempuma dan apabila sebagian besar organ-organ yang sifatnya
sementara ("temporary organs") berubah menjadi tetap ("permanent organs"). Ciri-ciri
tersebut menunjukkan karakteristik eksternal, sedangkan Boulhic dan Gabaudan (1992)
lebih menekankan pada munculnya kelenjar gastrik.
Untuk alasan praktis, larva ikan bandeng harus dipelihara di panti benih sampai
larva mampu bertahan pada saat dipindahkan ke kolam pemeliharaan.

Percobaan

menunjukkan bahwa larva umur 21 h,ari cukup kuat untuk ditebar di kolam (Liao et al.,
1979).

Perkembangan PUrtivitas Enzim Penceruaan

Enzirn adalah katalisator biologis ([lalamreaksi kimia yang sangat dibutuhkan dalarn
kehidupan. Enzim adalah protein, yang disintesis di dalarn sel clan dikeluarkan dari sel
yang membentuknya melalui proses eksositosis. Enzim yang disekresikan ke luar sel
digunakan untuk pencernaan di luar sel (di dalam rongga pencernaan) atau disebut
"extra cellular digestion", sedangkan enzim yang dipertahankan di dalam sel digunakan
untuk pencernaan di dalam sel itu sentiiri atau disebut "intra celuller digestion" (AEmdi
el al., 1 992).

Enzirn pencernaan yang disekresilkan dalam rongga pencernaan berasal dari sel-sel
mukosa lambung, pilorik kaeka, pankreas dan mukosa usus. Oleh karena itu
perkembangan sistem pencernaan erat kaitannya dengan perkembangan aktivitas enzim
di dalam rongga saluran pencernaan ( Walford dan Lam, 1993 ). Enzim-enzim tersebut
berperan sebagai katalisator dalam hidrolisis protein, lemak dan karbohidrat menjadi
bahan-bahan yang sederhana. Sel-sel mukosa lambung menghasilkan endengan suatu aktivitas proteolitik optimal pada pH rendah.

protease

Pilorik kaeka yang

merupakan perpanjangan usus terutmm mensekresikari enzim yang sama seperti yang
dihasilkan pada bagian usus yaitu enzim pencernaan protein, lemak dan karbohidrat )rang
aktif pada pH netral dan sedikit basa. Cairan pankreatik kaya akan tripsin, yaitu suatu
protease yang alctivitasnya optimal sedikit di bawah pH basa. Di samping itu cairan ini
juga mengandung arnilase, maitase d m lipase. Tkan yang tidak merniliki lambung dan
pilorik kaeka, aktivitas proteolik terutama berasal dari cairan pankreatik.
Kernampuan larva ikan mencerna pakan buatan sangat bergantung kepada
kelengkapan organ pencernaan dan ketersediaan enzim pencernaan. Aktivitas enzim

tersebut bervariasi menurut umur ikaxl, keadaan fisiologis dan musim. Aktivitas enzim
tersebut juga berkorelasi positif dengan kebiasaan inakan ikan (Kuz'mina, 1996).
Spesies ornnivor mempunyai aldivitas amilase dan rasio arnilase-protease lebih
tinggi dibandingkan dengan ikan kamivor.

Hal ini disebabkan spesies omnivor

mempunyai kema