KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA DI PANTAI RANDUSANGA KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

(1)

KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA

DI PANTAI RANDUSANGA KABUPATEN BREBES

JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Oleh :

Nama : Esti Aji Handayani

NIM : 4450401035

Jurusan : Biologi Fakultas : MIPA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2006


(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA DI PANTAI RANDUSANGA KABUPATEN BREBES

JAWA TENGAH

Diujikan: Hari : Jumat

Tangal : 3 Februari 2006

Semarang, Februari 2006

Yang mengajukan,

Esti Aji Handayani NIM. 4450401035 Mengesahkan,

Penguji

Drs. Nugroho Edi K., M.Si NIP. 131863778

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sigit Saptono, M. Pd Drs. Supriyanto, M. Si

NIP. 131931631 NIP. 130781015

Mengetahui,

Ketua Jurusan Biologi

Ir. Tuti Widianti, M. Bio. Med NIP. 130781009


(3)

iii ABSTRAK

Pantai Randusanga merupakan salah satu pantai yang berada di Desa Randusanga Kabupaten Brebes dengan luas areal kurang lebih 40 Ha dan panjang pantai kurang lebih 3 km. Pantai ini mengandung kekayaan alam flora dan fauna yang beranekaragam, salah satu diantaranya adalah keanekaragaman hewan Mollusca kelas Gastropoda. Hewan Gastropoda mempunyai peranan penting baik dari segi ekologi maupun ekonomi. Informasi yang terbatas mengenai keanekaragaman hewan Mollusca kelas Gastropoda di pantai Randusanga ini mendorong untuk dilakukan penelitian tentang keanekaragaman Gastropoda. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keanekaragaman jenis Mollusca kelas Gastropoda di pantai Randusanga Kabupaten Brebes Jawa Tengah.

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2005. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali pengulangan dengan interval pengamatan satu minggu sekali. Populasi dalam penelitian ini adalah semua Gastropoda di pantai Randusanga Kabupaten Brebes. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan menggunakan transek garis untuk membantu pola sebaran hewan Mollusca kelas Gastropoda. Variabel penelitian ini adalah keanekaragaman jenis Mollusca kelas Gastropoda, faktor lingkungan biotik dan abiotik di pantai Randusanga. Metode analisis data yang digunakan adalah rumus indeks keanekaragaman dari Shannon Wiener, rumus indeks dominansi dari Simpson, rumus kemerataan dari Pielau, dan rumus kerapatan ( Odum, 1993 ).

Hasil penelitian diperoleh total individu berjumlah 776 yang terbagi kedalam 3 ordo, 15 familia dan 31 spesies. Indeks keanekaragaman (H’) Gastropoda berkisar antara 1,94 – 2,67. indeks dominasi berkisar antara 0,06 – 0,18, indeks kemerataan berkisar antara 1,05 – 1,30 dan kerapatan berkisar antara 0,33 – 1,09.

Simpulan yang dapat diambil yaitu bahwa indeks keanekaragaman jenis Mollusca kelas Gastropoda di pantai Randusanga Kabupaten Brebes Jawa Tengah berada pada tingkat tinggi. Oleh karena itu hendaknya usaha untuk melestarikan tetap mendapat perhatian yang cukup, agar kelestarian Gastropoda di pantai Randusanga dapat dipertahankan yaitu dangan cara mengurangi segala bentuk usaha yang dapat merusak atau mengganggu lingkungan perairan pantai Randusanga.


(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

‘ Barang siapa mendapatkan ilmu dan tidak mengamalkannya, ibarat orang yang membajak tanah dan meninggalkannya tanpa menabur benih ( Sa’di Syirazi )

‘ Bukanlah suatu aib jika anda gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika anda tidak berusaha bangkit dari kegagalan itu ( Ali bin Abi Thalib ra )

‘ Sekelumit pengetahuan yang diamalkan jauh lebih berharga daripada sejuta pengetahuan yang dibiarkan ( Kahlil Gibran )

‘ Lakukanlah apa yang kau bisa dengan apa yang kau punya dimanapun kau berada ( Esti )

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

• Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa berusaha dan berdoa untuk kesuksesan dan kebahagiaanku.

• Adikku, Sigit P yang selalu menyayangiku.

• Irwan Susanto, yang selalu setia mendampingi, menyayangi dan memotivasiku.

• Teman-teman seperjuanganku (Rinie, Fita, Atip, Nana) dan anak-anak Bio’ 01 , terima kasih atas segala bantuannya.

• Teman-teman BAYOUUUU Kost, terima kasih atas kebaikan dan bantuannya selama ini.


(5)

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

ABSTRAK ...iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 3

C. Penegasan Istilah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Jenis ... 6

B. Gastropoda...7

C. Faktor-Faktor Lingkungan Pantai Randusanga... 18

D. Ekosistem Pantai Randusanga ... 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitiaan ... 24


(6)

vi

B. Populasi dan Sampel ... 24

C. Teknik Sampling ... 26

D. Variabel Penelitian ... 26

E. Alat dan Bahan... 26

F. Metode Pengumpulan Data ... 27

G. Metode Analisis Data... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

B. Pembahasan ... 34

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA... 42


(7)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Tabel untuk keperluan identifikasi Gastropoda ... 28 2. Tabel untuk keperluan pengukuran faktor lingkungan ... 29 3. Jenis dan Jumlah Gastropoda yang ditemukan di pantai Randusanga

pada bulan Agustus sampai September 2005 ... 32 4. Hasil rata-rata pengukuran faktor lingkungan pada bulan Agustus


(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Struktur Morfologi Gastropoda ... 8

2. Struktur Anatomi Gastropoda ... 9

3. Contoh Ordo Archaeogastropoda... 12

4. Contoh Ordo Mesogastropoda ... 12

5. Contoh Ordo Neogastropoda ... 13

6. Contoh Ordo Cephalaspidea ... 14

7. Contoh Ordo Anaspidea... 14

8. Contoh Ordo Thecosomata ... 15

9. Contoh Ordo Nataspidea ... 15

10.Contoh Ordo Acochilidiacea... 16

11.Contoh Ordo Sacoglossa ... 16

12.Contoh Ordo Nudibranchia ... 17

13.Contoh Ordo Styllomatophora ... 17

14.Contoh Ordo Basomatophora... 18

15.Diagram Bagian-Bagian Lingkungan Laut ... 21

16. Peta Pantai Randusanga ... 23

17.Kondisi Geografis Pantai Randusanga ... 23

18.Pemetaan Peletakan Garis Transek Pantai Randusanga... 25 19.


(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Hasil Identifikasi Mollusca Kelas Gastropoda dari Laboratorium

Biologi Unnes ... 45

2. Klasifikasi dan Foto Jenis Gastropoda di Pantai Randusanga Kabupaten Brebes ... 47

3. Pengambilan Hewan Molusca Kelas Gastropoda pada Pengamatan ke-1... 58

4. Pengambilan Hewan Molusca Kelas Gastropoda pada Pengamatan ke-2... 59

5. Pengambilan Hewan Molusca Kelas Gastropoda pada Pengamatan ke-3... 60

6. Pengambilan Hewan Molusca Kelas Gastropoda pada Pengamatan ke-4... 61

7. Jenis dan Jumlah Hewan Molusca Kelas Gastropoda yang ditmukan di Pantai Randusanga pada bulan Agustus – September 2005 ... 62

8. Jenis dan Jumlah Hewan Molusca Kelas Gastropoda yang ditmukan di Pantai Randusanga pada bulan Agustus - September ... 63

9. Hasil Klasifikasi Hewan Molusca Kelas Gastropoda di Pantai Randusanga Kabupaten Brebes... 64

10. Perhitungan Indeks keanekaragaman Jenis, Dominansi, Kemerataan Hewan Molusca Kelas Gastropoda di Pantai Randusanga Kabupaten Brebes... 65

11. Kerapatan Gastropoda Tiap Transek pada pengamatan ke-1... 75

12. Kerapatan. Kerapatan Gastropoda Tiap Transek pada pengamatan ke-2... 76

13. Kerapatan Gastropoda Tiap Transek pada pengamatan ke-3... 77

14. Gastropoda Tiap Transek pada pengamatan ke-4 ... 78

15. Kerapatan Populasi Gastropoda di Pantai Randusanga ... 79

16. Pengukuran Parameter Ekologi di Pantai Randusanga ... 80

17. Usulan Pembimbing ... 81


(10)

1 A. Latar Belakang

Brebes merupakan kota kecil di pesisir utara ujung paling barat wilayah Jawa Tengah. Letaknya yang berada di jalur lalu-lintas pantai utara (pantura) dan merupakan pintu gerbang ke Jawa Tengah dari arah barat di samping berbatasan dengan wilayah Jawa Barat, menjadikan daerah ini sebagai kota lintasan yang cukup penting. Kabupaten Brebes terdiri atas dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan dan perbukitan dengan iklim tropis yang bercurah hujan rata-rata 18,94 mm, curah hujan maksimum 347 mm dan curah hujan minimum 2 mm. Kondisi itu menjadikan kawasan tersebut sangat potensial untuk pengembangan pertanian, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan.

Pesisir Brebes banyak dilalui oleh sungai besar dan kecil yang merupakan bagian dari DAS Cisanggarung di bagian barat dan DAS Pemali di bagian timur. Sungai-sungai tersebut bermuara di perairan Pesisir Brebes membentuk delta pada bagian barat dan timur. Banyaknya material sungai yang diangkut dan diendapkan di pantai, menyebabkan kawasan ini merupakan pantai maju (prograded coastal), terutama pada daerah delta sungai Cisanggarung dan sungai Pemali. Walaupun pengaruh sungai cukup dominan, namun pengaruh laut juga cukup besar, hal ini dapat dilihat pada kedua daerah delta tersebut di atas tidak membentuk delta kaki burung (bird foot delta), sebagai ciri delta yang di dominasi oleh sistem sungai (fluvial). Kondisi ini memberikan gambaran bahwa proses-proses alam yang


(11)

terjadi di Perairan Pantai Brebes cukup komplek yaitu interaksi antara proses asal darat (sedimentasi) dan proses asal laut (gelombang, pasang surut dan arus ). Pantai Brebes dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis pantai, yaitu: pantai delta (Delta Losari dan Pemali), pantai teluk (Teluk Bangsri) dan pantai lurus (Randusanga). Berdasarkan tingkat perkembangan atau penambahan daerah pantainya, pantai delta mengalami perubahan paling dinamis, diikuti oleh pantai teluk kemudian oleh pantai lurus. Pembagian zonasi pantai terdiri dari bagian barat mulai dari Losari (Prapag Kidul dan Prapag Lor), Teluk Bangsri sampai dengan sekitar muara sungai Nippon (Desa Sawojajar dan Kaliwlingi) baik untuk pengembangan konservasi tanaman bakau (mangrove) yang dapat berfungsi untuk pemulihan daya dukung lingkungan, sedangkan wilayah pantai bagian timur mulai sebelah timur sungai kanal sampai dengan Pantai Randusanga Kulon sangat baik untuk dikembangkan menjadi Kawasan Pelabuhan Antarpulau maupun Kawasan Pariwisata Pantai.

Pantai Randusanga merupakan pantai pasang-surut yang masih alami dan kaya akan flora dan fauna, di mana pantai ini memerlukan perhatian khusus supaya lebih bermanfaat bagi dunia pendidikan dan perikanan. Bagi dunia pendidikan, pantai Randusanga merupakan sumber belajar yang belum terorganisasi dan menyimpan berbagai persoalan yang dapat digunakan dalam memahami konsep-konsep biologi, seperti struktur atau pun morfologinya. Bagi dunia perikanan, pantai Randusanga merupakan sumber penghidupan bagi penduduk setempat.


(12)

Salah satu fauna yang dapat ditemukan di Pantai Randusanga adalah Gastropoda. Menurut Dharma (1988), Gastropoda umumnya hidup di laut tetapi ada sebagian yang hidup di darat. Gastropoda mempunyai peranan yang penting baik dari segi ekologi maupun ekonomi. Beberapa Gastropoda mempunyai nilai penting secara ekonomi karena cangkangnya dapat digunakan untuk berbagai hiasan yang mahal, seperti Cypraea, Murex, dan Trochus. Selain itu beberapa Gastropoda juga dapat berperan sebagai sumber bahan makanan seperti Cymbiola

yang diambil dagingnya untuk dikonsumsi, sedangkan dari segi ekologi yang berperan sebagai konsumen sebagai contohnya adalah Cellana radiata.

Terbatasnya informasi mengenai Gastropoda di pantai Randusanga, mendorong kita untuk lebih mengetahui bagaimana tingkat keanekaragaman jenis Gastropoda di pantai tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang Gastropoda di pantai Randusanga.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas maka, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

Bagaimanakah tingkat keanekaragaman jenis Gastropoda di pantai Randusanga Kabupaten Brebes Jawa Tengah.


(13)

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya perbedaan pengertian dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang beberapa istilah. Istilah yang perlu diberikan penjelasan adalah sebagai berikut.

1. Keanekaragaman jenis

Keanekaragaman jenis adalah gabungan antara jumlah jenis dan jumlah individu masing-masing jenis dalam komunitas ( Desmukh, 1992). sedangkan Menurut Soegianto (1994), keanekaragaman jenis adalah sebagai suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologisnya. Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah keanekaragaman jenis Gastropoda yang terdapat di Pantai Randusanga.

2. Gastropoda

Merupakan hewan Mollusca yang berjalan dengan bagian kaki perut, berasal dari bahasa Yunani (gaster = perut; podas = kaki) artinya hewan yang memiliki kaki perut. Pada penelitian ini yang dimaksud adalah Gastropoda yang hidup di Pantai Randusanga.

3. Pantai Randusanga

Pantai merupakan daerah peralihan antara daratan dan lautan yang sering ditandai dengan adanya suatu perubahan yang berangsur-angsur (daerah pasang-surut). Pantai Randusanga merupakan pantai yang terletak di kabupaten Brebes dengan luas areal kurang lebih 40 Ha dan panjang pantai kurang lebih 3 km (Dinas Pariwisata Brebes).


(14)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keanekaragaman jenis Gastropoda di pantai Randusanga Kabupaten Brebes Jawa Tengah.

E. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:

1. Sebagai sumber belajar untuk menambah pengetahuan dasar tentang Gastropoda.

2. memberi informasi kepada khalayak umum tentang keanekaragaman jenis Gastropoda khususnya di pantai Randusanga Kabupaten Brebes.

3. untuk menjaga kelestarian keanekaragaman jenis Gastropoda yang ada di Pantai Randusanga agar tetap lestari.


(15)

6 A. Keanekaragaman Jenis

Menurut Primack dkk (1998), keanekaragaman jenis menunjuk seluruh jenis pada ekosistem, sementara Desmukh (1992) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis sebagai jumlah jenis dan jumlah individu dalam satu komunitas. Jadi keanekaragaman jenis adalah menunjuk pada jumlah jenis dan jumlah individu setiap jenis.

Odum (1993) menyatakan bahwa ada dua komponen keanekaragaman jenis yaitu kekayaan jenis dan kesamarataan. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas. Kekayaan jenis dapat dihitung dengan indeks jenis atau area yakni jumlah jenis per satuan area. Kesamarataan atau akuitabilitas adalah pembagian individu yang merata diantara jenis. Namun pada kenyataan setiap jenis itu mempunyai jumlah individu yang tidak sama. Satu jenis dapat diwakili oleh 100 hewan, yang lain oleh 10 hewan dan ketiganya diwakili oleh 1 hewan. Kesamarataan menjadi maksimum bila semua jenis mempunyai jumlah individu yang sama atau rata. Cara sederhana mengukur keanekaragaman jenis adalah menghitung jumlah jenis (S) atau species richnes (Soegianto, 1994).

B. Gastropoda a. Morfologi

Kelas Gastropoda merupakan kelas terbesar dari Mollusca lebih dari 75.000 spesies yang ada yang telah teridentifikasi dan 15.000 diantaranya dapat dilihat bentuk fosilnya. Fosil dari kelas tersebut


(16)

secara terus-menerus tercatat mulai awal zaman Cambrian. Ditemukannya Gastropoda di berbagai macam habitat, dapat disimpulkan bahwa Gastropoda merupakan kelas yang paling sukses di antara kelas yang lain (Barnes, 1980).

Morfologi Gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya. Sebagian besar cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di bagian luarnya dilapisi periostrakum dan zat tanduk (Sutikno, 1995). Cangkang Gastropoda yang berputar ke arah belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila cangkangnya berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut sinistral. Siput-siput Gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan sedikit sekali ditemukan dalam bentuk sinistral (Dharma, 1988). Pertumbuhan cangkang yang melilin spiral disebabkan karena pengendapan bahan cangkang di sebelah luar berlangsung lebih cepat dari yang sebelah dalam (Nontji, 1987).

Gastropoda mempunyai badan yang tidak simetri dengan mantelnya terletak di bagian depan, cangkangnya berikut isi perutnya terguling spiral kearah belakang. Letak mantel di bagian belakang inilah yang mengakibatkan gerakan torsi atau perputaran pada pertumbuhan siput Gastropoda. Proses torsi ini dimulai sejak dari perkembangan larvanya. Pada umumnya gerakannya berputar dengan arah berlawanan jarum jam dengan sudut 180° sampai kepala dan kaki kembali ke posisi semula (Dharma,1988).


(17)

Struktur umum morfologi Gastropoda terdiri atas: suture, posterior canal, aperture, gigi columella, bibir luar, columella, siphonal, umbillicus.

Gambar 1. Struktur Umum Morfologi Gastropoda (Dharma, 1988) b. Anatomi

Struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh gastropoda yang terdiri atas: kepala, badan, dan alat gerak.

Pada kepala terdapat sepasang alat peraba yang dapat dipanjang pendekkan. Pada alat peraba ini terdapat titik mata untuk membedakan terang dan gelap. Pada mulut terdapat lidah parut dan gigi rahang.

Di dalam badannya terdapat alat-alat penting untuk hidupnya diantaranya ialah alat pencernaan, alat pernafasan serta alat genitalis


(18)

untuk pembiakannnya. Saluran pencernaan terdiri atas : mulut, pharynx yang berotot, kerongkongan, lambung, usus, anus

Alat geraknya dapat mengeluarkan lendir, untuk memudahkan pergerakannya.

Struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Struktur Anatomi Gastropoda ( Poort & Carlson, 1998 ) c. Pertumbuhan

Pertumbuhan dari siput dan kerang terjadi jauh lebih cepat diwaktu umurnya masih muda dibandingkan dengan siput yang sudah dewasa. Ada siput yang tumbuh terus sepanjang hidupnya, tetapi ada pula yang pertumbuhannya terhenti setelah dewasa. Karena proses pertumbuhan siput muda cepat, maka jenis yang muda jauh lebih sedikit ditemukan dibandingkan dengan yang dewasa.

Umur siput sangat bervariasi, ada beberapa jenis siput darat yang dapat berkembang biak secara singkat dan dapat mengeluarkan


(19)

telur-telurnya dua minggu setelah menetas, tetapi ada juga yang berumur sangat panjang sampai puluhan tahun. Menurut para ahli, umur siput dapat diperkirakan dengan melihat alur-alur pada bagian tepi luar cangkang.

d. Cangkang

Tubuh siput Gastropoda terdiri dari empat bagian utama, yaitu kepala, kaki, isi perut dan mantle. Mantle siput gastropoda terletak di sebelah depan pada bagian dalam cangkangnya. Makanannya yang banyak mengandung calsium carbonat dan pigment masuk ke dalam plasma darah dan diedarkan ke seluruh tubuh, kemudian calsium carbonat serta pigmen tersebut diserap oleh mantle, dan kemudian mantle ini mengeluarkan sel-sel yang dapat membentuk struktur cangkang serta corak warna pada cangkang. Tergantung dari pada faktor keturunan, struktur cangkang dapat dibuat tonjolan-tonjolan ataupun duri-duri. Jadi mantel tersebut merupakan arsitek dalam pembentukan struktur serta corak warna dari cangkang. Lapisan struktur cangkang dinamakan lapisan prismatic.

Celah-celah kecil dalam mantle dari beberapa jenis siput menghasilkan benda lainnya yang diletakkan di bagian luar cangkang yang disebut periostracum. Siput-siput yang permukaan luar cangkangnya mengkilap seperti Cypraea dan Oliva ini dikarenakan mantlenya keluar ke atas permukaan cangkang dan menyelimutinya dari dua arah yaitu dari sisi kiri dan kanan. Pada umumnya cangkang siput


(20)

yang hidup di laut lebih tebal dibandingkan dengan siput darat, hal ini dikarenakan banyak sekali kapur yang dihasilkan oleh binatang bunga karang yang hidup di laut. Munculnya warna pada cangkang juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Pada perairan yang dangkal biasanya cangkang berwarna sangat terang, sedangkan pada perairan yang dalam cangkangnya biasanya lebih gelap.

e. Klasifikasi

Gastropoda umumnya hidup di laut, pada perairan yang dangkal, dan perairan yang dalam. Menurut Dharma (1988) kelas Gastropoda dibagi dalam tiga sub kelas yaitu : Prosabranchia, Ophistobranchia dan Pulmonata.

• Prosobranchia

Memiliki dua buah insang yang terletak di anterior, sistem syaraf terpilin membentuk angka delapan, tentakel berjumlah dua buah. Cangkang umumnya tertutup oleh operkulum. Kebanyakan hidup di laut tetapi ada beberapa pengecualian, misalnya yang hidup di daratan antara lain dari family Cyclophoridae dan Pupinidae

bernafas dengan paru-paru dan yang hidup di air tawar antara lain dari family Thiaridae. Sub kelas ini dibagi lagi ke dalam tiga ordo yaitu :

1. Archaeogastropoda

Insang primitif berjumlah satu atau dua buah yang tersusun dalam dua baris filamen, jantung beruang dua, nefrida berjumlah dua buah. Mereka dapat ditemukan di laut dangkal yang


(21)

bertemperatur hangat, menempel di permukaan karang di daerah pasang surut serta di muara sungai. Contoh ordo Achaeogastropoda adalah Haliotis, Trochus, Acmaea.

A B C

Gambar 3. Contoh ordo Archaeogastropoda. (A) Acmaea

(B) Haliotis (C) Trochus (Hegner & Engeman, 1968) 2. Ordo Mesogastropoda

Insang sebuah dan tersusun dalam satu baris filamen, jantung beruang satu, nefridium berjumlah satu buah, mulut dilengkapi dengan radula yang berjumlah tujuh buah dalam satu baris. Hewan ini hidup di daerah hutan bakau atau pohon-pohon, laut surut sampai laut lepas pantai dan karang-karang di tepi pantai, laut dangkal bertemperatur hangat, laut dalam, di balik koral, parasit pada binatang laut serta di atas hamparan pasir. Contoh ordo Mesogastropoda adalah


(22)

Crepidula,Littorina, Campeloma, Pleurocera, Strombus, Charonia, Vermicularia.

Gambar 4. Contoh ordo Mesogastropoda. (A) Crepidula (B) Littorina (C)

Campeloma (D) Pleurocera (E) Strombus (F) Charonia (G) Vermicularia (Hegner & Engeman, 1968)

3. Ordo Neogastropoda

Insang sebuah dan tersusun dalam satu baris filamen, jantung beruang satu, nefridium berjumlah satu buah, mulut dilengkapi dengan radula yang berjumlah tiga buah atau kurang dalam satu baris. Hewan ini hidup di daerah pasang surut beriklim tropis, pada batu karang yang bertemperatur panas, laut lepas pantai, laut dangkal dan laut yang berlumpur. Contoh ordo Neogastropoda adalah Murex, Conus. Colubraria, Hemifusus.


(23)

Gambar 5. Contoh ordo Neogastropoda. (A) Murex (B)

Urosalpinx (C)

Busycon (D) Conus (Hegner & Engeman, 1968) • b. Ophistobranchia

Kelompok gastropoda ini memiliki dua buah insang yang terletak di posterior, cangkang umumnya tereduksi dan terletak didalam mantel, nefridia berjumlah satu buah, jantung satu ruang dan organ reproduksi berumah satu. Kebanyakan hidup di laut. Subkelas ini dibagi kedalam delapan ordo yaitu:

1. Cephalaspidea

Cangkang terletak eksternal, besar dan tipis, beberapa jenis mempunyai cangkang internal, kepala besar dilengkapi dengan Cephalic Shield, parapodia biasanya ada dan lebar. Contoh ordo Cephalaspidea adalah Bulla

D C

B


(24)

Bulla

Gambar 6. Contoh ordo Cephalaspidea

(Hegner & Engeman, 1968) 2. Anaspidea

Cangkang tereduksi jika ada terletak internal, kepala tanpa Cephalic Shield, rongga mantel pada sisi kanan menyempit dan tertutup oleh parapodia yang lebar. Contoh ordo Anaspidea adalah Aplysia.

Aplysia

Gambar 7. Contoh ordo Anaspidea (Hegner & Engeman, 1968) 3. Thecosomata

Cangkang berbentuk kerucut, rongga mantel besar, parapodia lebar dan merupakan modifikasi dari kaki yang


(25)

berfungsi sebagai alat renang, hewan berukuran mikroskopik dan bersifat planktonik. Contoh ordo Thecosomata adalah

Cavolinia.

Cavolinia

Gambar 8. Contoh ordo Thecosomata (Hegner & Engeman, 1968) 4. Gymnosomata

Tanpa cangkang dan mantel, parapodia sempit, hewan berukuran mikroskopik dan bersifat planktonik. Misalnya

Clione, Cliopsis, Pneumoderma.

5. Nataspidea

Cangkang terletak internal, eksternal atau tanpa cangkang, rongga mantel tidak ada plicate gill satu buah, terletak disisi kanan. Contoh ordo Notaspidea adalah Umbraculum.


(26)

Umbraculum

Gambar 9. Contoh ordo Nataspidea (Hegner & Engeman, 1968)

6. Acochilidiacea

Tubuh kecil diliputi spikula, tanpa cangkang, insang ataupun gigi, Visceral mass besar dan memipih pada batas kaki. Misalnya Hedylopsis, Microhedyle.

Microhedyle

Gambar 10. Contoh ordo Acochilidiacea (Hegner & Engeman, 1968) 7. Sacoglossa

Dengan atau tanpa cangkang, radula dan buccal area, mengalami modifikasi menjadi alat penusuk dan pengisap alga. Contoh ordo Sacoglossa adalah Berthelinia.


(27)

Berthelinia

Gambar 11. Contoh ordo Sacoglossa (Hegner & Engeman, 1968) 8. Nudibranchia

Cangkang tereduksi, tanpa insang sejati, bernafas dengan insang sekunder yang terdapat di sekeliling anus, rongga mantel tidak ada, permukaan dorsal tubuh dilengkapi cerata berupa tonjolan dari kelenjar pencernaan. Contoh ordo Nudibranchia adalah Glossodoris.

Glosodoris

Gambar 12. Contoh ordo Nudibranchia (Hegner & Engeman, 1968) • c. Pulmonata

Bernapas dengan paru-paru, cangkang berbentuk spiral, kepala dilengkapi dengan satu atau dua pasang tentakel, sepasang diantaranya mempunyai mata, rongga mentel terletak di interior, organ reproduksi hermaprodit atau berumah satu. Sub kelas ini dibagi menjadi dua ordo yaitu :


(28)

1. Stylomatophora

Tentakel berjumlah dua pasang, sepasang diantaranya mempunyai mata di ujungnya, kebanyakan anggotanya teresterial. Misalnya Achatina, Triodopsin, Limax.

Gambar 13. Contoh ordo Stylomatophora. (A) Triodopsis (B)

Limax (C)

Achatina (Hegner & Engeman, 1968) 2. Basomatophora

Tentakel berjumlah dua pasang, sepasang diantaranya mempunyai mata didepannya, kebanyakan anggotanya hidup di air tawar, kosmopolitan. Contoh ordo Basomatophora adalah Physa.

Gambar 14. Contoh ordo Basomatophora. (A) Lymnaea (B) Physa (C)

Helisoma (D) Ferrissia (Hegner & Engeman, 1968) A

B


(29)

C. Faktor-faktor Lingkungan Pantai Randusanga

Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh di daerah pantai adalah faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor biotik meliputi jenis hewan laut seperti siput laut, tripang, bintang laut, kerang dan jenis tumbuhan laut berupa ganggang coklat, rumput laut, sedangkan faktor abiotik meliputi pasang-surut, suhu, gerakan ombak, salinitas, dan substrat dasar.

Pasang surut adalah naik dan turunnya permukaan laut secara periodik selama suatu interval waktu tertentu. Pengaruh pasang surut yang paling jelas terhadap organisme dan komunitas daerah litoral yang menyebabkan terkena udara terbuka secara periodik dengan kisaran parameter fisik cukup besar. Lamanya terkena udara terbuka merupakan hal yang paling penting karena pada saat itulah organisme laut akan berada dalam kisaran suhu terbesar dan memungkinkan mengalami kekeringan (kehilangan air). Semakin lama terkena udara, semakin besar kehilangan air diluar batas kemampuan dan semakin kecil kesempatan untuk mencari makan dan mengakibatkan kekurangan energi (Nybakken, 1992).

Suhu merupakan yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian lautan. Suhu di daerah tropik berkisar antara 20°C sampai 28°C dan suhu menurun dengan bertambahnya kedalaman air, namun penurunan tidak sebanding dengan seluruh kedalaman sampai dasar laut ( Ewusie, 1980 ). Suhu merupakan faktor lingkungan yang penting yang dapat menentukan ada tidaknya beberapa jenis hewan. Hewan yang hidup di daerah pasang surut dan sering mengalami kekeringan mempunyai daya tahan yang besar terhadap perubahan suhu. Suhu air di permukaan di perairan Indonesia umumnya berkisar antara 28°C sampai 31°C (Nontji, 1987).

Menurut Nybaken (1992) aktivitas ombak mempengaruhi kehidupan pantai secara langsung dengan dua cara utama. Pertama, pengaruh mekaniknya menghancurkan dan menghanyutkan benda yang terkena, karena itu setiap organisme yang hidup di daerah litoral perlu beradaptasi untuk mempertahankan diri dari pengaruh pukulan ombak. Molluska pada daerah litoral yang dominan seperti beberapa limpet dan kiton mempertahankan diri dari gerakan ombak


(30)

dengan kaki yang kuat dan besar yang diletakkan pada substrat. Terpaan ombak menjadikan pembatas bagi organisme yang tidak dapat menahan terpaan. Kedua, aktivitas ombak memperluas batas daerah litoral. Deburan ombak yang terus-menerus ini membuat organisme laut dapat hidup di daerah yang lebih tinggi di daerah terpaan ombak dari pada di daerah tenang pada kisaran pasang surut yang sama.

Salinitas adalah jumlah keseluruhan garam yang terlarut dalam suatu volume air tertentu. Salinitas dinyatakan sebagai bagian garam perseribu bagian air (o/oo). Konsumsi gas-gas terlarut bervariasi dengan salinitas. Untuk gas-gas

yang sangat penting pada proses biologis yaitu oksigen dan karbondioksida, kandungan dalam air sangat tergantung pada proporsi tekanan parsial kedua gas tersebut.

Adanya substrat yang berbeda-beda yaitu pasir, batu dan lumpur menyebabkan perbedaan fauna dan struktur komunitas dari daerah litoral. Menurut Nybakken (1992) dari semua pantai pasang surut, pantai berbatu yang tersusun dari bahan yang keras merupakan daerah yang paling padat makroorganisme dan mempunyai keragaman terbesar untuk jenis hewan maupun tumbuhan.

D. Ekosistem Pantai Randusanga 1. Ekosistem Pantai

Pantai merupakan daerah yang mempunyai kedalaman kurang dari 200 meter. Pada pantai terdapat daerah litoral yaitu daerah yang berada diantara pasang tertinggi dan air surut terendah atau disebut daerah intertidal (Nybaken, 1992).

Menurut Nontji (1987) adanya nutrien di dalam air dan arus serta didukung oleh faktor kimia dan fisika menjadikan pantai sebagai perairan yang kaya keanekaragaman jenis. Suhu dan salinitas merupkan parameter-parameter fisik yang penting untuk kehidupan organisme di perairan pantai. Kisaran suhu untuk hidup aktif organisme pantai adalah 0 sampai 35oC.

Menurut Romimohtarto ( 2001 ) , dasar lautan dapat di bedakan menjadi tiga daerah atau Zona yaitu :


(31)

a. Zona litoral yaitu daerah yang masih dapat ditembus oleh cahaya sampai dasar perairan 0 – 200 meter.

b. Zona neritik yaitu daerah perairan yang masih ada cahaya, tetapi remang- remang 200 – 2000 m.

c. Zona abisal yaitu daerah perairan yang tidak lagi dapat ditembus oleh cahaya, daerah ini mencapai kedalaman lebih dari 2000

meter.

Gambar.15 Diagram bagian-bagian lingkungan laut (Romimohtarto & Juwana, 2001)..

2. Pantai Randusanga

Pantai Randusanga merupakan salah satu perairan asin yang ada di wilayah kabupaten Brebes dengan substrat dasar berupa pasir. Pantai tersebut merupakan jenis pantai yang lurus, hal ini dapat dilihat dengan tidak ditemukannya teluk ataupun delta di pantai tersebut. Pantai Randusanga terletak di desa Randusanga Kecamatan Brebes atau tepatnya ± 6 km sebelah utara kota Brebes. Pantai ini mempunyai luas areal ± 40 Ha dengan panjang pantai ± 3 km.

Kondisi pantai Randusanga relatif tenang. Aktivitas ombaknya pun tidak begitu besar. Pantai Randusanga juga merupakan salah satu dari beberapa ekosistem pasang surut. Pasang surut yang terjadi di pantai Randusanga termasuk semi-diurnal karena menurut Nybaken (1992) pada pantai dengan pasang surut


(32)

semi-diurnal dalam satu hari terjadi dua pasang naik dan dua pasang turun. Di sekitar pantai Randusanga banyak terdapat tambak milik penduduk dengan tumbuhan mangrove di sekelilingnya.

Letak Pantai Randusanga dapat dilihat pada gambar 16 berikut ini.

= Tambak = Desa = Jalan

Laut Jawa

Gambar 16. Peta Pantai Randusanga di Desa Randusanga Kabupaten Brebes ( Kantor Desa Randusanga)

Kondisi geografis Pantai Randusanga dapat dilihat pada gambar 17 berikut ini.

Gambar 17. Kondisi Geografis Pantai Randusanga Brebes


(33)

24 A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah kawasan ekosistem perairan pantai Randusanga Kabupaten Brebes Jawa Tengah tepatnya pada pantai Randusanga sebelah timur dengan luas daerah penelitian ± 1,5 Ha dan panjang pantai ± 1 km, sedangkan waktu penelitiannya pada bulan Agustus-September 2005. Dilakukan pada bulan tersebut karena pada bulan tersebut pasang-surutnya relatif stabil. B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis Gastropoda yang hidup di pantai Randusanga sebelah timur dengan luas daerah penelitian ± 1,5 Ha dan panjang pantai ± 1 km.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua jenis Gastropoda yang berada di setiap kuadran di pantai Randusanga sebelah timur dengan luas daerah penelitian ± 1,5 Ha dan panjang pantai ± 1 km.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan menggunakan transek garis untuk membantu sebaran hewan Mollusca kelas Gastropoda. Pengukuran dengan transek garis menggunakan alat ukur berupa meteran berskala dengan panjang tertentu.Cara ini dilakukan agar sampel yang dilalui meteran tersebut dapat diambil, sehingga dapat diketahui jenis-jenis


(34)

Gastropoda. Berdasarkan pertimbangan pasang surut dan untuk mendapatkan data yang diharapkan dapat mewakili daerah penelitian maka, daerah yang akan diambil sampel adalah pada bagian timur pantai Randusanga, dengan dibuat garis tegak lurus garis pantai dan dibuat jarak 500 meter, serta dibuat garis transek sebanyak 10 buah dengan jarak masing-masing garis transek adalah 50 meter. Jarak dari garis pantai ke garis surut terjauh adalah kurang lebih 30 meter, maka dapat dibuat plot sebanyak 5 buah dengan ukuran 5 x 5 meter dengan jarak antar plot sejauh 1 meter dengan prosedur sebagai berikut:

1. memilih area pasang surut yang terjauh dan mudah dijangkau tanpa menggunakan alat bantu.

2. memasang transek garis tegak lurus garis pantai.

3. mencatat jumlah jenis yang ditemukan pada saat air surut rendah.

Pengambilan sampel dilakukan pada saat air surut serendah-rendahnya. Cara peletakan garis transek atau plot dapat dilihat pada Gambar berikut ini:

Gambar18. Pemetaan peletakan garis transek pantai Randusanga C. Variabel Penelitian

1. Variabel utama dalam penelitian ini adalah jenis Gastropoda dan jumlah individu setiap jenis yang ada di transek yang telah ditentukan.

Transek garis

5 m 5 m

50 m 30 m


(35)

2. Variabel pendukung adalah faktor lingkungan yaitu suhu air, suhu udara, intensitas cahaya, O2, CO2 terlarut, pH, salinitas, dan gerakan ombak.

D. Alat dan Bahan 1. Alat-alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Kunci identifikasi Mollusca kelas Gastropoda (Indonesian and Shells, jilid I dan Guide to Shell)

b. Ember koleksi, penjepit, pinset, kuadran dan meteran berskala c. pH stik indikator universal 1-14

d. Kit untuk menentukan kadar O2 dan CO2 terlarut e. Botol sampel

f. Termometer alkohol atau air raksa skala 0-100 C g. Tali rafia

h. Kertas label i. Kamera dan film j. Lux - Meter k. Salinometer 2. Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Formalin 4%

b. Aquadest

c. Reagen untuk pemeriksaan D CO2


(36)

2. Phenolf Ptalin atau PP 0,5% d. Reagen untuk pemerikasaan DO

1. Larutan MnSo4

2. KOH – KI 3. H2SO4

4. Na2SO4 0,025%

5. Kanji atau Amilum E. Metode Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengambilan data adalah sebagai berikut:

1. menyiapkan semua peralatan yang akan digunakan.

2. membersihkan dan mengecek apakah semua peralatan dapat berfungsi dengan baik.

3. menyiapkan larutan formalin dan reagen uji O2 dan CO2 terlarut dengan

metode winkler.

4. mencatat faktor biotik dan abiotik pada area yang di tentukan

a. Faktor biotik hewan Mollusca kelas Gastropoda yang terdapat pada plot- plot garis transek di pantai Randusanga.

b. Faktor abiotik yaitu:

1. Suhu air diukur dengan termometer alkohol. 2. pH air diukur dengan pH stik.

3. Salinitas diukur dengan Salinometer.

4. Oksigen terlarut di ukur dengan titrasi Winkler


(37)

6. Intensitas cahaya dengan Lux-meter

5. Mengambil data mengenai hewan mollusca kelas Gastropoda dengan dibantu oleh 5 orang yang masing-masing mengamati 2 transek dengan 5 kuadran mekanismenya yaitu:

a. meletakkan kuadran pada saat air surut terendah.

b. mengambil data hewan Gastropoda pada tiap kuadran dan menghitung jumlah individu setiap jenisnya.

c. memasukkan kedalam kantong plastik berisi formalin 4%, hanya sampel untuk identifikasi yang lainnya di lepas kembali, serta memberi label pada

kantong plastik tersebut dengan kertas label.

6. Dokumentasi jenis mollusca kelas Gastropoda dalam bentuk foto di darat. 7. Studi pustaka untuk mengidentifikasi jenis dengan acuan buku-buku tentang

identifikasi mollusca kelas Gastropoda dengan kunci determinasi. 8. Membuat tabulasi data di laboratorium.

Hasil identifikasi dimasukkan pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Tabel untuk Keperluan Identifikasi Gastropoda

Jumlah individu No Spesies

I II III IV V VI VII VIII IX X

Pada waktu yang sama juga dilakukan pengukuran faktor lingkungan, dan hasilnya dimasukkan ke dalam tabel 2 di bawah ini :


(38)

Tabel 2. Tabel untuk Keperluan Pengukuran Faktor Lingkungan

Transek Garis

No Faktor

Lingkungan I II III IV V VI VII VIII IX X

1. Abiotik

a) Suhu air (°C) b) PH air c) Salinitas (‰)

d) Oksigen terlarut (ppm) e) Karbondioksida terlarut

(ppm)

f) Suhu udara (°C)

g) Intensitas cahaya (K

lux) h) Substrat

F. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui indeks keanekaragaman jenis, maka digunakan rumus berikut ini :

a. Keanekaragaman komunitas Mollusca kelas Gastropoda dapat dihitung dengan menggunakan rumus indeks diversitas dari Shannon (Odum:1993)

H = - ∑ ni / N Ln ni / N atau H = -pi Ln pi Keterangan :

ni = nilai kepentingan tiap jenis (jumlah individu tiap jenis) N = nilai kepentingan total (jumlah total semua individu) Pi = Peluang kepentingan untuk tiap jenis (ni/ N)

Setelah diperoleh indeks keanekaragaman di kelompokkan kedalam kriteria tinggi, sedang dan rendah. Menurut Hardjosuwarno (1990) Kriteria tingkat Keanekaragaman yaitu :

(H ) > 3,0 = Menunjukan Keanekaragaman sangat tinggi ( H ) 1,6 – 3,0= Menunjukan Keanekaragaman tinggi


(39)

( H ) < 1,0 = Menunjukan Keanekaragaman rendah b. Equabilitas ( Kemerataan )

Kemerataan di hitung dengan menggunakan rumus indeks equabilitas ( J ) dari Pielau ( 1996 ).

J = max H H

=

S log H

H = Indeks Keanekaragaman S = Jumlah Individu

c. Indek Dominasi

Dominasi dapat dihitung dengan menggunakan Indek Dominasi dari Simpson ( C ). 1949.

C = 2 N ni

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

ni = Jumlah Individu N = Total nilai penting d. Kerapatan ( Densitas )

Densitas ( X ) menurut ( Odum, 1993 ) X =

n Xn

Xn = Jumlah Individu Spesies


(40)

31

Pada bab ini akan diungkapkan mengenai keanekaragaman jenis Gastropoda dan hasil pengukuran faktor biotik dan abiotik di pantai Randusanga Kabupaten Brebes. Hasil dari seluruh sampel penelitian antara lain didapatkan sebagai berikut :

Hasil Penelitian

1. Keanekaragaman Jenis Mollusca Kelas Gastropoda di Pantai Randusanga Kabupaten Brebes

Berdasarkan hasil penelitian hewan Mollusca Kelas Gastropoda di pantai Randusanga kabupaten Brebes, diperoleh 31 jenis Gastropoda yang tergolong dalam 15 familia dan 3 ordo dengan jumlah individu secara keseluruhan adalah 776. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang. Pengelompokan atau klasifikasi kelas Gastropoda mengikuti acuan pada buku-buku mengenai identifikasi Gastropoda antara lain Simon & Scuster (1979), Dharma (1988), Walter Freman Webb dan Gabbi. Hasil perhitungan statistik diperoleh indeks keanekaragaman jenis (H’) Gastropoda di pantai Randusanga berkisar antara 1,94 – 2,67, Indeks dominansi berkisar antara 0,06 – 0,18, indeks kemerataan berkisar antara 1,05 – 1,30, dan kerapatan berkisar antara 0,33 – 1,09. Adapun jenis dan jumlah anggota kelas Gastropoda yang ditemukan di pantai Randusanga pada bulan Agustus sampai September dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.


(41)

Tabel 3. Jenis dan Jumlah Hewan Mollusca Kelas Gastropoda yang ditemukan di pantai Randusanga pada bulan Agustus sampai September 2005

Transek No. Spesies

I II III IV V VI VII VIII IX X

Jml 1 Turitella terebra 25 8 15 11 9 4 7 12 11 9 111 2 Telescopium telescopium 0 3 0 0 0 1 0 1 1 0 6 3 Architectionica perspectiva 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 4 Polinices didyma 8 10 3 1 3 3 2 5 2 3 40 5 Polinices tumidus 1 2 0 3 1 0 1 1 1 0 10 6 Eunaticina papilla 0 1 2 0 1 0 1 0 0 0 5 7 Natica lineata 0 3 1 1 6 0 2 0 0 0 13 8 Natica vitellus 5 0 0 2 0 1 1 0 0 0 9 9 Natica tigrina 8 2 2 2 3 3 1 1 0 0 22 10 Pila ampullacea 0 0 1 1 0 2 0 0 0 0 4 11 Pila scutata 0 2 0 0 1 1 0 0 0 0 4 12 Pomacea caniculata 1 0 0 3 0 0 1 1 0 0 6 13 Cassis semigranosa 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 4 14 Murex trapa 22 24 6 16 8 20 9 15 9 14 143 15 Thais carinifera 12 8 2 9 7 4 4 8 1 3 58 16 Babylonia sprirata 2 5 1 2 3 0 2 1 1 0 17 17 Siphonalia varicosus 6 4 2 3 0 2 2 0 1 3 23 18 Nassarius stolatus 6 4 5 8 5 2 3 8 2 4 47 19 Nassarius siquijorensis 8 3 1 0 0 5 1 7 1 2 28 20 Hemifusus ternatanus 10 8 4 3 4 0 5 3 4 3 44 21 Oliva fordi 4 1 3 0 8 3 3 2 0 2 26 22 Oliva oliva 4 3 3 2 0 5 3 0 4 0 24 23 Oliva granitella 1 1 1 0 0 7 3 1 1 0 15 24 Oliva lignaria 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 3 25 Oliva sp 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 5 26 Marginella quinqueplicata 6 8 8 3 17 11 6 5 1 0 65 27 Marginella cincta 2 0 4 2 1 2 2 0 0 0 13 28 Volvarina avena 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 4

29 Cancellaria scalata 1 1 1 3 0 0 1 0 0 0 7

30 Turris virgo 1 5 1 0 1 2 1 4 1 0 16 31 Neritina violacea 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2

Jumlah 136 109 70 77 81 82 62 75 41 43 776

H’ (keanekaragaman) 2,67 2,29 2,07 2,20 2,01 2,04 2,34 2,07 2.07 1,94

C’ (dominansi) 0,09 0,08 0,07 0,10 0,06 0,09 0,06 0,10 0,15 0,18

J’ (kemerataan) 1,25 1,13 1,12 1,17 1,05 1,07 1,30 1,10 1,28 1,0

X’ (kerapatan) 1,09 0,87 0,55 0,60 0,66 0,63 0,52 0,61 0,33 0,35


(42)

Faktor lingkungan adalah faktor yang mempengaruhi kehidupan organisme dalam proses perkembangannya, sehingga faktor lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan dan diukur dalam penelitian ini. Faktor lingkungan ini terdiri dari faktor biotik dan faktor abiotik Adapun hasil pengamatan kedua faktor tersebut seperti tercantum di bawah ini.

a. Faktor Biotik

Faktor biotik adalah faktor yang berupa organisme-organisme yang hidup yang ikut mempengaruhi kehidupan Gastropoda di pantai Randusanga. Faktor biotik tersebut meliputi ; phytoplankton, tumbuhan bakau, mentimun laut, ikan-ikan kecil, rajungan, kerang-kerangan dan sejenis cacing laut.

b. Faktor Abiotik

Faktor abiotik yaitu faktor alam bukan organisme hidup yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan makhluk hidup dalam proses perkembangannya, oleh karena itu faktor abiotik dianggap perlu untuk diukur dalam penelitian ini.Adapun hasil pengukuran faktor-faktor abiotik tercantum pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Faktor lingkungan pantai Randusanga

Transek Garis

Waktu No Faktor

Lingkungan I II III IV V VI VII VIII IX X

14.00 –

16.00

W

IB 1. 2.

3. 5. 6.

Suhu air (°C) PH air Salinitas (‰) Oksigen terlarut (ppm) Karbondioksida terlarut (ppm)

Intensitas cahaya (K lux) 29-30 8 26-32 2,0-3,0 4,0-5,6 10 29-30 8 26-32 2,0-3,0 4,0-5,6 10 29-30 8 26-32 2,0-3,0 4,0-5,6 10 29-30 8 26-32 2,3-3,0 4,0-5,6 10 29-31 8 26-32 2,0-3,0 4,5-5,6 10 29-31 8 26-32 2,0-3,0 4,5-5,6 10 29-31 8 27-32 2,0-3,0 4,5 -5,5 10 29-31 8 27-32 2,0-3,0 4,5-5,5 10 29-31 8 27-32 2,0-3,0 4,5-5,5 10 29-31 8 27-32 2,0-3,0 4,5-5,5 10


(43)

B. Pembahasan

Berdasarkan tabel 3 tersebut di atas nampak indeks keanekaragaman (H’) Gastropoda di pantai Randusanga kabupaten Brebes berkisar antara 1,94 - 2,67. Menurut Hardjosuwarno (1990), menunjukkan bahwa keanekaragaman Gastropoda di Pantai Randusanga Kabupaten Brebes termasuk dalam kategori tinggi.

Menurut Soegianto (1994), suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis yang sama atau hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit jenis dan jika hanya sedikit jenis yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah. Keanekaragaman yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena dalam komunitas itu terjadi interaksi jenis yang tinggi pula. Jadi dalam suatu komunitas yang mempunyai keanekaragaman jenis tinggi akan terjadi interaksi jenis yang melibatkan transfer energi (jaring-jaring makanan), predasi, kompetisi, dan pembagian relung yang secara teoritis lebih kompleks.

Hewan laut yang ditemukan di pantai Randusanga seperti kerang, cacing laut, ikan kecil, dan zooplankton lainnya sangat berguna sebagai makanan utama bagi jenis gastropoda pemakan daging seperti Naticidae, Turidae, Buccinidae,

Muricidae, Melongidae, Nassaridae dan Olividae. Sedangkan pada Gastropoda

herbivor makanan utamanya adalah phytoplankton seperti Euglena, Halospaera,

Ceratium dan jenis phytoplankton lainnya. Ketersediaan sumber makanan yang

ada di pantai Randusanga memungkinkan Gastropoda dapat mempertahankan diri dan berkembang biak dengan baik, sehingga jumlah jenisnya banyak dan keanekaragaman jenisnya meningkat.


(44)

Tingkat keanekaragaman Gastropoda yang tinggi pada penelitian ini berhubungan dengan indeks dominansi yang rendah dan tingkat kemerataan yang tinggi. Indeks dominansi Gastropoda di pantai Randusanga berkisar antara 0,06 - 0,18. Menurut Basmi (2000), Bila dominansi mendekati nol berarti di dalam struktur komunitas biota yang diamati tidak terdapat spesies yang secara ekstrim mendominasi spesies lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi struktur komunitas dalam keadaan stabil, kondisi lingkungan cukup prima dan tidak terjadi tekanan ekologis (stres) terhadap biota di habitat berangkutan, sedangkan bila dominansi mendekati 1 berarti di dalam struktur komunitas yang diamati dijumpai spesies yang mendominasi spesies lainnya. Hal ini mencerminkan struktur komunitas dalam keadaan labil, terjadi tekanan ekologis.

Hewan Gastropoda di pantai Randusanga yang lebih dominan atau jumlahnya lebih banyak adalah Murex dan Turitella. Hewan tersebut melimpah diduga karena spesies tersebut telah mampu beradaptasi dan cocok hidup pada lingkungan tersebut. Ini menunjukkan bahwa spesies tersebut mempunyai kisaran yang cukup luas terhadap faktor lingkungan, mampu berkembangbiak dengan cepat dan disebabkan oleh cara penyebaran yang luas serta mempunyai daerah jelajah yang digunakannya untuk mencari dan memanfaatkan sumber daya yang diperlukan. Menurut Odum (1993), jenis dominan sebagian besar mengendalikan arus energi dan kuat sekali mempengaruhi lingkungan.

Adaptasi hewan Gastropoda diperlukan untuk tetap dapat hidup di lingkungan di mana setiap saat keadaan atau kondisi lingkungan tersebut dapat berubah-ubah. Adaptasi hewan-hewan tersebut mencakup daya tahan Gastropoda terhadap kehilangan air, pemeliharaan keseimbangan panas tubuh dan adaptasi terhadap tekanan mekanik.


(45)

Untuk menghindari kehilangan air, kebanyakan Gastropoda biasanya operkulumnya akan menutup rapat celah cangkang. Ketika pasang-turun mereka masuk ke dalam cangkang, lalu menutup celah menggunakan operkulum sehingga kehilangan air dapat dikurangi.

Organisme intertindal termasuk Gastropoda juga mengalami keterbukaan terhadap suhu panas dan dingin yang ekstrim dan memperlihatkan adaptasi tingkah laku dan struktur tubuh untuk menjaga keseimbangan panas internal.

Mekanisme pada hewan bercangkang keras seperti Mollusca dalam mengatasi kehilangan panas adalah dengan memperluas cangkang dan memperbanyak ukiran pada cangkang. Ukiran-ukiran tersebut berfungsi sebagai sirip radiator sehingga memudahkan hilangnya panas. Hilangnya panas dapat diperbesar pula jika Gastropoda tersebut mempunyai warna cangkang yang terang karena organisme yang berwarna gelap biasanya mendapat panas melalui absorbsi. Hewan Gastropoda yang cangkangnya berukir dan berwarna terang, panas akan diradiasikan (dipantulkan) dari ukiran cangkangnya, sedangkan hewan Gastropoda yang bercangkang mulus dan berwarna gelap, panas akan mudah diserap.

Hewan Gastropoda juga perlu beradaptasi untuk mempertahankan diri dari pengaruh pukulan ombak. Gerakan ombak mempunyai pengaruh yang berbeda pada pantai berbatu dan pada pantai berpasir. Kebanyakan Gastropoda beradaptasi terhadap serangan ombak dengan jalan mempertebal cangkang, lebih tebal dibandingkan dengan individu yang sama yang terdapat di daerah subtindal dan nengurangi ukiran tubuh yang amat mudah pecah bila terpukul ombak.

Pada waktu makan, hewan Gastropoda harus mengeluarkan bagian-bagian berdaging dari tubuhnya. Hal ini berarti bahwa bagian-bagian yang terbuka ini harus tahan terhadap kekeringan. Karena itu, hewan tersebut hanya aktif jika


(46)

pasang-naik dan tubuhnya terendam air. Ini berlaku bagi seluruh hewan baik pemakan tumbuhan, pemakan bahan-bahan tersaring, pemakan detritus, maupun predator.

Spesies dikatakan merata bila indeks kemerataan atau equabilitas (j)=1 (Soegianto,1994). Kemerataan Gastropoda pada penelitian ini adalah berkisar antara 1,05 sampai 1,30 yang berarti merata. Hal ini dimungkinkan karena adanya ketersediaan sumber makanan bagi Gastropoda yang ditemukan merata diseluruh area penelitian sehingga memungkinkan Gastropoda dapat mempertahankan diri dan berkembang biak dengan baik. Begitu juga dengan faktor abiotik di pantai Randusanga tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok pada setiap transek.

Kerapatan populasi Gastropoda di pantai Randusanga berkisar antara 0,33 - 1,09 individu/m2. Kerapatan pada setiap transek berbeda karena jumlah individu yang ditemukan berbeda pada tiap transeknya. Menurut Kramadibrata (1996), dalam suatu habitat alami yang ditempati populasi suatu spesies, kerapatannya dapat berubah-ubah sejalan dengan waktu, namun masih dalam batas-batas tertentu.Tinggi rendahnya kerapatan populasi diduga disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang menyebabkan adanya peningkatan populasi adalah natalitas dan imigrasi, kalaupun ada mortalitas dan emigrasi tentu jumlahnya lebih kecil dari natalitas dan imigrasi.

Adanya natalitas populasi ditunjukkan oleh adanya individu yang berukuran kecil pada setiap pengamatan., sedangkan pengaruh migrasi ditunjukkan adanya spesies yang hidup di perairan bagian dalam ditemukan di daerh pinggir pantai karena terbawa oleh ombak. Hal ini mungkin juga berkaitan dengan tidak adanya substrat yang berbeda-beda seperti berpasir, berbatu dan berlumpur melainkan substrat yang ada hanyalah berupa substrat pasir. Faktor


(47)

eksternalnya adalah mencakup kondisi abiotik pada saat pengamatan. Faktor eksternal yang diduga mempengaruhi populasi adalah salinitas.

Tingginya keanekaragaman di pantai Randusanga ini karena didukung oleh faktor lingkungan yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik yang terdiri dari flora dan fauna laut bagi Gastropoda dijadikan sebagai sumber makanan, sumber tempat berlindung dari predator-predator, dan sebagai tempat melekat bagi anak-anak Gastropoda yang masih kecil-kecil sampai menjadi dewasa, sedangkan faktor abiotik yang berupa suhu air, pH air, oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, intensitas cahaya dan salinitas sangat mendukung kehidupan Gastropoda untuk terus dapat survive, karena setelah diukur ternyata berada pada kisaran toleransi bagi Gastropoda untuk bertahan hidup.

Flora yang ditemukan di pantai Randusanga adalah pohon bakau yang dapat dijadikan sebagai tempat berlindung dan mencari makan bagi hewan laut termasuk gastropoda. Sedangkan fauna yang ditemukan di pantai Randusanga antara lain mentimun laut, ubur-ubur, kerang, ikan-ikan kecil, sejenis cacing laut dan zooplankton lainnya tidak begitu mengganggu kehidupan Gastropoda walaupun ada persamaan dalam hal makanan tetapi karena pantai Randusanga mempunyai ekosistem yang boleh dikatakan masih alami memungkinkan makanan yang mereka butuhkan tersedia cukup banyak sehingga Gastropoda dapat hidup bersama dengan hewan-hewan tersebut.

Sebagian besar organisme laut bersifat poikilotermik, tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga selama hidupnya suhu tubuh organisme tergantung pada suhu air laut tempat hidupnya (Nybaken,1988).

Suhu air laut merupakan faktor yang berpengaruh baik aktifitas metabolisme, pergerakan maupun penyebaran Gastropoda. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, memperlihatkan nilai kisaran suhu di pantai Randusanga


(48)

adalah 29 – 310C. Stoddart dan Yonge (1971) mengatakan bahwa suhu perairan yang cocok untuk kehidupan organisme di laut yaitu antara 27 – 37oC, sehingga suhu di pantai Randusanga tersebut masih dalam kisaran toleransi bagi Gastropoda untuk bertahan hidup.

pH menyatakan intensitas keasaman atau kebebasan suatu perairan. pH merupakan faktor yang penting untuk mengontrol aktifitas dan distribusi organisme yang hidup dalam suatu perairan. Menurut Asikin (1982), pH yang optimum untuk kehidupan organisme laut adalah antara 6 – 8. dari hasil pengamatan di lapangan, nilai pH di pantai Randusanga adalah 8 yang berarti masih dalam batas maksimum pH yang optimal, sehingga Gastropoda masih terus survived dalam bertahan hidup.

Salinitas yang optimum untuk kehidupan organisme laut yaitu antara 27 – 34 0/00 (Asikin, 1982). Salinitas di pantai Randusanga berkisar antara 26 –

32 0/00. Menurut Nontji (1986), di perairan pantai salinitas bisa turun rendah

karena terjadi pengenceran oleh air tawar, misalnya oleh air sungai yang mengalir ke laut. Salinitas di pantai Randusanga pada pengamatan pertama, kedua dan keempat masih dalam batas toleransi, namun pada pengamatan yang ketiga sebagian besar salinitasnya adalah 26 0/00. Hal ini terjadi karena sebelum surut

terjadi hujan lebat sehingga alinitasnya rendah. Salinitas yang rendah akan mengakibatkan tingginya kadar oksigen terlarut dalam air.

Menurut Supriharyono (2000), kadar oksigen terlarut dalam air laut akan berpengaruh pada kehidupan organisme yang hidup di laut maupun di pantai. Kelarutan oksigen dan karbondioksida akan turun dengan kenaikan salinitas dan suhu. Salinitas yang tinggi yaitu sekitar 31 – 32 0/00 menyebabkan kandungan


(49)

oksigen terlarut di pantai Randusanga rendah yaitu sekitar 2,0 – 2,5 ppm, sedangkan dengan salinitas 26 -27 0/00 menyebabkan kandungan oksigen tinggi

yaitu sekitar 3 0/00.

Karbondioksida terlarut di pantai Randusanga berkisar antara 4 – 5,6 ppm. Menurut Soeseno (1983), kandungan karbondioksida terlarut dapat ditolerir oleh biota perairan apabila berada di bawah 12 ppm. Ini berarti kandungan karbondioksida terlarut di pantai Randusanga masih dapat ditolerir oleh Kehidupan Gastropoda.

Menurut Odum (1972) Intensitas cahaya mempengaruhi pola penyebaran organisme. Ada sebagian organisme yang menyukai cahaya dengan intensitas cahaya yang besar, namun ada juga organisme yang lebih menyukai cahaya yang redup. Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan memperlihatkan rata-rata intensitas cahaya sebesar 10 K lux yang berarti intensitas cahaya di pantai Randusanga tidak terlalu besar dan mungkin sesuai untuk kehidupan Gastropoda.


(50)

41 A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keaneka-ragaman jenis Mollusca Kelas Gastropoda di pantai Randusanga Kabupaten Brebes Jawa Tengah berada pada tingkat sedang – tinggi.

B. Saran

1. Perlu kiranya melanjutkan penelitian pada bulan berikutnya untuk memperoleh data yang lebih lengkap mengenai Gastropoda

2. Usaha pelestarian perlu mendapatkan perhatian yang cukup baik bagi masyarakat sekitar maupun PEMDA setempat untuk selalu menjaga kelestarian keanekaragaman jenis di pantai Randusanga agar tetap lestari dan hendaknya masyarakat sekitar dapat memanfaatkan cangkang maupun dagingnya sebagai sumber perekonomian tanpa harus merusak atau mengganggu kelestarian jenisnya.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim , 2004. Profil Obyek Wisata Pantai Randusanga Indah Brebes. Brebes : Kantor Pariwisata Kabupaten Brebes

Asikin, 1982. Kerang Hijau. Jakarta : Penebar Swadaya

Barnes, R.D. Invertebrate Zoology. Saunders Collage. Fourth Edition

Basmi, J. 2000. Planktonologi : Plankton Sebagai Indikator Kualitas Air.Bogor.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Desmukh, I. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Dharma , B . 1988. Indonesian Shells . Jakarta : Sarana Graha

Dwidjoseputro , D. 1991. Ekologi Manusia dengan Lingkungannya. Jakarta : Erlangga

Ewusie ,J.Y.1990. Ekologi Tropika. Bandung : ITB

Gabbi, G. 1999. Shells : Guide to the jewel of the sea. Vercelli. White star s.r. 1 Hardjosuwarno, S. 1990. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta.

Universitas Gajah Mada

Hegner, R.B. & J.G. Engemann. 1968. Invertebrata Zoology. New York : Macmillan Publishing Co. INC

Hutabarat, S. 2000. Pengantar Oseanografi. Jakarta : Universitas Indonesia Press Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata untuk Perguruan Tinggi. Surabaya : Sinar

Wijaya

Nontji , A. 1986. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan

Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT. Gramedia

Odum , E. P. 1993 . Dasar - dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press


(52)

Primack, R. B ; J. Supriatna ; M. Indrawan & Kramadibrata. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Romimohtarto , K & S. Juwana. 2001. Biologi Laut. Jakarta : Djambatan

Simon & Schuster . 1979. Guide to Shells. New york : Published by Simon & Schuster, inc

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif Metode Analisis Populasi dan Komunitas.

Surabaya: Usaha Nasional.

Stoddart,T.I & Usinger, R.L. 1961. Regional Variation In Indian Oncean Coral Reefs. London : The Zoologi Society of London Academic Press

Supriharyono. 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta : Djambatan

Webb, W. F. 1935. Hand Book for Shell Collector. Revised Edition. Six teenth Edition


(53)

Lampiran 2 Klasifikasi dan Foto Jenis Gastropoda di Pantai Randusanga Kabupaten Brebes.

Klasifikasi

Phylum : Mollusca Class : Gastropoda

Ordo : Archaeogastropoda Super familia : Neritacea

Familia : Neritidae Genus : Neritina

Spesies : Neritina violacea


(54)

Phylum : Mollusca Class : Gastropoda

Ordo : Mesogastropoda Super familia : Cerithiacea

Familia : Turritellidae (M1), Potamididae (M2), Architectonidae (M3)

Genus : Turritella (M1), Telescopium (M2), Architectonica (M3)

Spesies : M1. Turritella terebra

M2. Telescopium telescopium

M3. Architectonica perspectiva

Gambar 2. Berbagai Jenis Hewan Gastropoda dari Genus Turitella, Telescopium, Architectonica, yaitu Spesies

M1. Turritella terebra

M2. Telescopium telescopium


(55)

Phylum : Mollusca

Class : Gastropoda

Ordo : Mesogastropoda Super familia : Naticacea Familia : Naticidae Genus : Polinices (M4,M5)

Eunaticina (M6)

Natica (M7)

Spesies : M4. Polinices didyma

M5. Polinices tumidus

M6. Eunaticina papilla

M7. Natica lineata

Gambar 3. Berbagai Jenis Hewan Gastropoda Genus Polinices, Eunaticina, Natica, yaitu Spesies

M4. Polinices didyma

M5. Polinices tumidus

M6. Eunaticina papilla


(56)

Phylum : Mollusca Phylum : Mollusca Class : Gastropoda Class : Gastropoda Ordo : Mesogastropoda Ordo : Mesogastropoda Super familia : Naticacea Super familia : Viviparacea Familia : Naticidae Familia : Ampullariidae Genus : Natica Genus : Pila

Spesies : M8. Natica vitellus Spesies : M10. Pila ampullacea

M9 Natica tigrina M11. Pila scutata

Gambar 4. Berbagai Jenis Hewan Gastropoda Genus Natica dan Pila, yaitu Spesies

M8. Natica vitellus

M9. Natica tigrina

M10. Pila ampullacea


(57)

Phylum : Mollusca Class : Gastropoda Ordo : Mesogastropoda

Super familia : Viviparacea (M12), Tonnacea (M13)

Familia : Ampullariidae (M12), Cassidae (M13)

Genus : M12. Pomacea

M13. Cassis

Spesies : M12. Pomacea caniculata

M13. Cassis semigranosa

Gambar 5. M12 Pomacea caniculata


(58)

Phylum : Mollusca Phylum : Mollusca Class : Gastropoda Class : Gastropoda Ordo : Neogastropoda Ordo : Neogastropoda Super familia : Muricacea Super familia : Buccinacea Familia : Muricidae Familia : Buccinidae Genus : N1. Murex Genus : N2. Thais

N3. Babylonia N4. Siphonalia

Spesies : N1. Murex trapa Spesies : N2.Thais carinifera

N3. Babylonia spirata N4. Siphonalia varicosus

Gambar 6. Berbagai Jenis Hewan Gastropoda Genus Murex, Thais, Babylonia, Siphonalia, yaitu Spesies

N1. Murex trapa

N2. Thais carinifera

N3. Babylonia spirata


(59)

Phylum : Mollusca Class : Gastropoda

Ordo : Neogastropoda Super familia : Buccinacea Familia : Nassariidae Genus : Nassarius Spesies :N6. Nassarius stolatus

N7. Nassarius siquijorensis

Gambar 7. N5 Nassarius stolatus


(60)

Phylum : Mollusca

Class : Gastropoda

Ordo : Neogastropoda

Super familia : Buccinacea

Familia : Melongidae

Genus : Hemifusus

Spesies : Hemifusus ternatanus


(61)

Phylum : Mollusca

Class : Gastropoda

Ordo : Neogastropoda

Super familia : Volutacea Familia : Olividae

Genus : Oliva

Spesies : N8. Oliva fordi

N9. Oliva oliva

N10. Oliva granitella

N11. Oliva lignaria

N12. Oliva sp

Gambar 9. N8. Oliva fordi

N9. Oliva oliva

N10. Oliva granitella

N11. Oliva lignaria


(62)

Phylum : Mollusca Class : Gastropoda

Ordo : Neogastropoda Super familia : Volutacea Familia : Marginellidae Genus : Marginella (N13, N14)

Volvarina (N15)

Spesies : N13. Marginella quinqueplicata

N14. Marginella cincta

N15. Volvarina avena

Gambar 10. Berbagai Jenis Genus Marginella dan Volvarina, yaitu Spesies N13. Marginella quinqueplicata

N14. Marginella cincta


(63)

Phylum : Mollusca

Class : Gastropoda

Ordo : Neogastropoda

Super familia : Volutacea Familia : Cancellariidae (N16), Turridae (N17)

Genus : N16. Cancellaria

N17. Turris

Spesies : N16. Cancellaria scalata

N17. Turris virgo

Gambar 11. Berbagai Jenis Genus Cancellaria dan Turris, yaitu Spesies N16. Cancellaria scalata

N17. Turris virgo


(64)

Lampiran 9. Hasil Klasifikasi Hewan Molusca Kelas Gastropoda di Pantai Randusanga Kabupaten Brebes

No ORDO FAMILIA NO

KODE SPESIES

1 Archaeogastropoda Neritacea A1 Neritina violacea

2 Mesogastropoda Turritellidae M1 Turitella terebra

Potamididae M2 Telescopium telescopium

Architectonidae M3 Architectonica perspectiva

Naticidae M4 Polinices didyma

M5 Polinices tumidus

M6 Eunaticina papilla

M7 Natica lineata

M8 Natica vitellus

M9 Natica tigrina

Ampullaridae M10 Pila ampullacea

M11 Pila scutata

M12 Pomacea caniculata

3 Neogastropoda Muricidae N1 Murex trapa

N2 Thais carinifera

Buccinidae N3 Babylonia spirata

N4 Siphonalia varicosus

Nassariidae N5 Nassarius stolatus

N6 Nassarius siquijorensis

Melongidae N7 Hemifusus ternatanus

Olividae N8 Oliva fordi

N9 Oliva oliva

N10 Oliva granitella

N11 Oliva lignaria

N12 Oliva sp

Marginellidae N13 Marginella quinqueplicata

N14 Marginella cincta

N15 Volvarina avena

Cancellaridae N16 Cancellaria scalata


(65)

Lampiran 14. Pengukuran Parameter Ekologi di pantai Bonang. Pengambilan sampel ke-1

Garis transek

No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air (oC) 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29

2 pH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas (‰) 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

4 O2 terlarut (ppm) 2,4 2,4 2,4 2,5 2,5 2,4 2,4 2,4 2,4 2,5

5 CO2 terlarut (ppm) 4,9 4,9 4,9 5,3 5,3 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9

6 Suhu udara (oC) 29 33 33 32 33 33 32 32 32 32 7 Intensitas cahaya (Klux) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Pengambilan sampel ke-2

Garis transek

No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air (oC) 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28

2 pH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas (‰) 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

4 O2 terlarut (ppm) 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4

5 CO2 terlarut (ppm) 5,3 5,3 5,3 4,9 4,9 4,9 5,3 5,0 5,0 5,0

6 Suhu udara (oC) 30 30 30 30 31 31 30 30 31 30 7 Intensitas cahaya (Klux) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Pengambilan sampel ke-3

Garis transek

No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air (oC) 28 31 28 28 28 31 31 31 31 31

2 pH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas (‰) 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

4 O2 terlarut (ppm) 2,0 2,0 2,0 2,3 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0

5 CO2 terlarut (ppm) 4,5 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0

6 Suhu udara (oC) 34 29 29 33 32 33 33 33 33 32 7 Intensitas cahaya (Klux) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10


(66)

Pengambilan sampel ke-4

Garis transek

No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air (oC) 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28

2 pH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas (‰) 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

4 O2 terlarut (ppm) 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,4 2,5 2,5 2,5 2,5

5 CO2 terlarut (ppm) 5,3 5,3 5,3 4,9 4,9 4,9 4,9 5,3 5,3 5,3

6 Suhu udara (oC) 31 31 31 30 30 30 31 30 30 30 7 Intensitas cahaya (Klux) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10


(67)

Lampiran 15

Kerapatan Populasi Gastropoda di Pantai Randusanga TR K Luas K (m2) Jumlah

Individu Kerapatan /m

2

X Kerapatan

1 53 2,12

2 32 1,28

I 3 25 24 0,96 1,096

4 17 0,68

5 11 0,44

1 34 1,36

2 24 0,96

II 3 25 21 0,84 0,872

4 15 0,6

5 15 0,60

1 14 0,56

2 18 0,72

III 3 25 13 0,52 0,552

4 9 0,36

5 15 0,6

1 21 0,84

2 17 0,680

IV 3 25 17 0,68 0,6

4 14 0,56

5 6 0,24

1 28 1,12

2 14 0,56

V 3 25 19 0,76 0,664

4 9 0,36

5 13 0,520

1 34 1,360

2 14 0,56

VI 3 25 12 0,48 0,632

4 8 0,32

5 11 0,44

1 21 0,84

2 14 0,56

VII 3 25 11 0,44 0,52

4 10 0,4

5 9 0,36

1 21 0,84

2 28 1,12

VIII 3 25 13 0,52 0,608

4 7 0,28

5 7 0,28

1 12 0,480

2 10 0,4

IX 3 25 7 0,28 0,328

4 6 0,24

5 6 0,24

1 12 0,48

2 12 0,48

X 3 25 9 0,36 0,352

4 3 0,12

5 8 0,32


(68)

Lampiran 16. Pengukuran Parameter Ekologi di pantai Randusanga Pengambilan sampel ke-1

Garis Transek

No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air ( oC ) 29 29 29 29 30 30 30 30 30 30

2 PH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas ( o/oo ) 31 31 31 31 32 32 32 32 32 32

4 O2 terlarut ( ppm) 2,3 2,3 2.3 2,3 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4

5 CO2 terlarut 5,3 5,3 5,3 5,3 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0

6 Intensitas cahaya (K lux) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Pengambilan sampel ke-2

Garis Transek

No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air ( oC ) 30 30 30 30 31 31 31 31 31 31

2 PH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas ( o/oo ) 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

4 O2 terlarut ( ppm) 2,0 2,0 2,0 2.0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0

5 CO2 terlarut 4,0 4,0 4,0 4,0 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5

6 Intensitas cahaya (K lux) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Pengambilan sampel ke-3

Garis Transek

No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air ( oC ) 30 30 30 30 29 29 29 29 29 29

2 PH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas ( o/oo ) 26 26 26 26 26 26 27 27 27 27

4 O2 terlarut ( ppm) 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0

5 CO2 terlarut 5.6 5.6 5.6 5.6 5,6 5.6 5,5 5,5 5,5 5,5

6 Intensitas cahaya (K lux) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Pengambilan sampel ke-4

Garis Transek

No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air ( oC ) 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29

2 PH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas ( o/oo ) 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

4 O2 terlarut ( ppm) 2,4 2,4 2.4 2,5 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,5

5 CO2 terlarut 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5.0 5,0 5,0 5,0


(1)

Phylum : Mollusca Class : Gastropoda Ordo : Neogastropoda

Super familia : Volutacea Familia : Cancellariidae (N16), Turridae (N17)

Genus : N16. Cancellaria

N17. Turris

Spesies : N16. Cancellaria scalata

N17. Turris virgo

Gambar 11. Berbagai Jenis Genus Cancellaria dan Turris, yaitu Spesies N16. Cancellaria scalata

N17. Turris virgo


(2)

Lampiran 9. Hasil Klasifikasi Hewan Molusca Kelas Gastropoda di Pantai Randusanga Kabupaten Brebes

No ORDO FAMILIA NO

KODE SPESIES

1 Archaeogastropoda Neritacea A1 Neritina violacea

2 Mesogastropoda Turritellidae M1 Turitella terebra

Potamididae M2 Telescopium telescopium

Architectonidae M3 Architectonica perspectiva

Naticidae M4 Polinices didyma

M5 Polinices tumidus

M6 Eunaticina papilla

M7 Natica lineata

M8 Natica vitellus

M9 Natica tigrina

Ampullaridae M10 Pila ampullacea

M11 Pila scutata

M12 Pomacea caniculata

3 Neogastropoda Muricidae N1 Murex trapa

N2 Thais carinifera

Buccinidae N3 Babylonia spirata

N4 Siphonalia varicosus

Nassariidae N5 Nassarius stolatus

N6 Nassarius siquijorensis

Melongidae N7 Hemifusus ternatanus

Olividae N8 Oliva fordi

N9 Oliva oliva

N10 Oliva granitella

N11 Oliva lignaria

N12 Oliva sp

Marginellidae N13 Marginella quinqueplicata

N14 Marginella cincta

N15 Volvarina avena

Cancellaridae N16 Cancellaria scalata


(3)

Lampiran 14. Pengukuran Parameter Ekologi di pantai Bonang.

Pengambilan sampel ke-1

Garis transek No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air (oC) 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29

2 pH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas (‰) 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 4 O2 terlarut (ppm) 2,4 2,4 2,4 2,5 2,5 2,4 2,4 2,4 2,4 2,5

5 CO2 terlarut (ppm) 4,9 4,9 4,9 5,3 5,3 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9

6 Suhu udara (oC) 29 33 33 32 33 33 32 32 32 32 7 Intensitas cahaya (Klux) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Pengambilan sampel ke-2

Garis transek No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air (oC) 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28

2 pH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas (‰) 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31 4 O2 terlarut (ppm) 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4

5 CO2 terlarut (ppm) 5,3 5,3 5,3 4,9 4,9 4,9 5,3 5,0 5,0 5,0

6 Suhu udara (oC) 30 30 30 30 31 31 30 30 31 30 7 Intensitas cahaya (Klux) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Pengambilan sampel ke-3

Garis transek No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air (oC) 28 31 28 28 28 31 31 31 31 31

2 pH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas (‰) 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 4 O2 terlarut (ppm) 2,0 2,0 2,0 2,3 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0

5 CO2 terlarut (ppm) 4,5 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0

6 Suhu udara (oC) 34 29 29 33 32 33 33 33 33 32 7 Intensitas cahaya (Klux) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10


(4)

Pengambilan sampel ke-4

Garis transek No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air (oC) 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28

2 pH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas (‰) 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 4 O2 terlarut (ppm) 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,4 2,5 2,5 2,5 2,5

5 CO2 terlarut (ppm) 5,3 5,3 5,3 4,9 4,9 4,9 4,9 5,3 5,3 5,3

6 Suhu udara (oC) 31 31 31 30 30 30 31 30 30 30 7 Intensitas cahaya (Klux) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10


(5)

Lampiran 15

Kerapatan Populasi Gastropoda di Pantai Randusanga

TR K Luas K (m2) Jumlah

Individu Kerapatan /m

2

X Kerapatan

1 53 2,12

2 32 1,28

I 3 25 24 0,96 1,096

4 17 0,68

5 11 0,44

1 34 1,36

2 24 0,96

II 3 25 21 0,84 0,872

4 15 0,6

5 15 0,60

1 14 0,56

2 18 0,72

III 3 25 13 0,52 0,552

4 9 0,36

5 15 0,6

1 21 0,84

2 17 0,680

IV 3 25 17 0,68 0,6

4 14 0,56

5 6 0,24

1 28 1,12

2 14 0,56

V 3 25 19 0,76 0,664

4 9 0,36

5 13 0,520

1 34 1,360

2 14 0,56

VI 3 25 12 0,48 0,632

4 8 0,32

5 11 0,44

1 21 0,84

2 14 0,56

VII 3 25 11 0,44 0,52

4 10 0,4

5 9 0,36

1 21 0,84

2 28 1,12

VIII 3 25 13 0,52 0,608

4 7 0,28

5 7 0,28

1 12 0,480

2 10 0,4

IX 3 25 7 0,28 0,328

4 6 0,24

5 6 0,24

1 12 0,48

2 12 0,48

X 3 25 9 0,36 0,352

4 3 0,12

5 8 0,32


(6)

Lampiran 16. Pengukuran Parameter Ekologi di pantai Randusanga

Pengambilan sampel ke-1

Garis Transek No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air ( oC ) 29 29 29 29 30 30 30 30 30 30

2 PH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas ( o/oo ) 31 31 31 31 32 32 32 32 32 32

4 O2 terlarut ( ppm) 2,3 2,3 2.3 2,3 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4 2,4

5 CO2 terlarut 5,3 5,3 5,3 5,3 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0

6 Intensitas cahaya (K lux) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Pengambilan sampel ke-2

Garis Transek No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air ( oC ) 30 30 30 30 31 31 31 31 31 31

2 PH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas ( o/oo ) 31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

4 O2 terlarut ( ppm) 2,0 2,0 2,0 2.0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0

5 CO2 terlarut 4,0 4,0 4,0 4,0 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5

6 Intensitas cahaya (K lux) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Pengambilan sampel ke-3

Garis Transek No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air ( oC ) 30 30 30 30 29 29 29 29 29 29

2 PH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas ( o/oo ) 26 26 26 26 26 26 27 27 27 27

4 O2 terlarut ( ppm) 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0

5 CO2 terlarut 5.6 5.6 5.6 5.6 5,6 5.6 5,5 5,5 5,5 5,5

6 Intensitas cahaya (K lux) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Pengambilan sampel ke-4

Garis Transek No Faktor abiotik

I II III IV V VI VII VIII IX X 1 Suhu air ( oC ) 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29

2 PH air 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

3 Salinitas ( o/oo ) 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

4 O2 terlarut ( ppm) 2,4 2,4 2.4 2,5 2,5 2,5 2,5 2,4 2,4 2,5

5 CO2 terlarut 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5.0 5,0 5,0 5,0